Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

“KROMOSOM ”

Dosen Pengampu: Dr. Moralita Chatri, M.P

DISUSUN OLEH :
NANTA MULIA
21177021

PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................................................. 2
URAIAN MATERI........................................................................................................................1
A. Taksonomi Tumbuhan................................................................... Error: Reference source not found
B. Sitotaksonomi tumbuhan........................................................................................................4
C. Tingkah Laku Kromosom...................................................................................................... 5
D. Peranan Kromosom Taksonomi Tumbuhan.........................................................................14
KESIMPULAN............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………..16

ii
URAIAN MATERI

A. Morfologi Kromosom
Kromosom merupakan pembawa bahan genetik yang terdapat di dalam inti sel
setiap makhluk hidup. Kromosom berbentuk batang panjang atau pendek dan lurus atau
bengkok. Kromosom tersusun atas molekul DNA yang membawa keterangan genetik,
oleh karena itu kromosom mempunyai arti penting dalam genetika. Kromosom memiliki
panjang sekitar 12-50 mikron dan diameter berkisar antara 0,2-20 mikron. Nama kromosom
diberikan oleh Waldeyer pada tahun 1888, sedang Morgan dalam tahun 1933
menemukan fungsi kromosom dalam pemindahan materi-materi genetik. DNA
merupakan persenyawaan kimia pembawa materi genetik. Di dalam kromosom terdapat 35%
DNA dari keseluruhan kromosom (Laimeherewa, 2018).
DNA merupakan molekul hidup dan dapat mengadakan replikasi (menggandakan
diri). Karena mengandung molekul DNA, kromosom pun dapat menggandakan diri.
Selain itu, DNA merupakan tempat penyimpanan informasi genetika yang akan
diwariskan kepada keturunannya. Kromosom dikatakan sebagai benang pembawa sifat,
karena sifat-sifat makhluk hidup pada dasarnya tersimpan di dalam DNA yang terdapat di
dalam kromosom (Campbell & Reece, 2008).

Gambar 1. Kromosom mengandung DNA


Kromosom pada organisme prokariotik ada yang berupa RNA saja. Ini dapat
dijumpai pada virus mozaik (tembakau). Kromosom dapat pula berupa DNA saja misalnya
pada virus T dan dapat pula mengandung keduanya yaitu DNA dan RNA seperti pada
bakteri Escherichia coli (Godam, 2008).

1
Cara penyusunan molekul DNA dan protein sebenarnya cukup rumit. Pengemasan DNA
dalam kromosom terjadi pada tahap profase. Secara ringkas pengemasan tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut. Untai DNA dipintal pada suatu set protein, yaitu histon yang
menjadi suatu bentukan yang disebut unit nukleosom. Unit-unit nukleosom tersusun padat
membentuk benang yang lebih padat dan terpintal menjadi lipatan-lipatan
solenoid. Lipatan solenoid tersusun padat menjadi benang kromatin. Benang-benang
kromatin tersusun memadat menjadi lengan kromatid. Lengan kromatid kembar
disebut kromosom (Prawihartono, 1988).
Suatu kromosom terdiri dari beberapa bagian yaitu kromatid, kromomer, sentromer atau
kinetokor, satelit, dan telomere (Juwono, 2006).
1. Kromatid
Kromatid adalah salah satu dari dua lengan hasil replikasi kromosom. Kromatid
masih melekat satu sama lain pada bagian sentromer. Istilah lain untuk kromatid
adalah kromonema. Kromonema merupakan filamen yang sangat tipis yang terlihat
selama tahap profase (dan kadang-kadang pada tahap interfase). Kromonema
sebenarnya merupakan istilah untuk tahap awal pemintalan kromatid. Jadi,
kromonema dan kromatid merupakan dua istilah untuk struktur yang sama.
2. Kromomer
Kromomer adalah penebalan-penebalan pada kromonema. Kromomer ini
merupakan struktur berbentuk manik-manik yang merupakan akumulasi dari materi
kromatin yang terkadang terlihat saat interfase. Kromomer sangat jelas terlihat
pada kromosom politen (kromosom dengan DNA yang telah direplikasi berulang kali
tanpa adanya pemisahan dan terletak berdampingan sehingga bentuk kromosom seperti
kawat).
3. Sentromer
Sentromer adalah daerah konstriksi (lekukan primer) di sekitar pertengahan
kromosom. Pada sentromer terdapat kinetokor. Kinetokor adalah bagian kromosom
yang merupakan tempat perlekatan benang spindel selama pembelahan inti dan
merupakan tempat melekatnya kromosom.

2
4. Lekukan kedua
Pada beberapa kromosom terdapat lekukan kedua yang berada di sepanjang lengan dan
berhubungan nucleolus. Oleh karena itu disebut dengan NOR (Nucleolar Organizing
Regions).
5. Satelit
Satelit adalah bagian kromosom yang berbentuk bulatan dan terletak di ujung
lengan kromatid. Satelit terbentuk karena adanya kontriksi sekunder di daerah
tersebut. Tidak semua kromosom memiliki satelit. Dimiliki oleh oleh tumbuhan salak pada
kromosom metasentriknya, pisang mahuli pada kromosom no 10, dan bawang merah pada
pasangan kromosom no 6.
6. Telomer
Telomer merupakan istilah yang menunjukkan daerah terujung pada
kromosom. Telomer berfungsi untuk menjaga stabilitas bagian terujung kromosom
agar DNA di daerah tersebut tidak terurai. Karena pentingnya telomer, sel
yang telomer kromosomnya mengalami kerusakan umumnya segera mati.

Gambar 2. Struktur Krmosom


Letak sentromer pada kromosom membedakan jenis kromosom. Berdasarkan letak
sentromer, kromosom dibedakan menjadi:
1. Telosentrik: sentromer terletak di ujung kromosom sehingga kromosom hanya
memiliki sebuah lengan dan berbentuk seperti huruf I. Kromosom manusia tidak
ada yang berbentuk telosentrik.
2. Akrosentrik: sentromer terletak di dekat ujung kromosom. Satu lengan kromosom
sangat panjang, sedangkan lengan lainnya sangat pendek.

3
3. Submetasentrik: sentromer terletak di submedian (ke arah salah satu ujung
kromosom) dan membagi lengan kromosom menjadi dua lengan yang tidak sama
panjang. Satu lengan panjang dan satu lengan pendek, seperti huruf L.
4. Metasentrik: sentromer terletak di tengah, membagi lengan kromosom menjadi dua lengan
yang hampir sama panjang seperti huruf V (Juwono, 2006).

Gambar 3. Bentuk-bentuk kromosom


B. Jumlah Kromosom
Setiap spesies memiliki jumlah kromosom tertentu. Spesies yang memiliki jumlah
kromosom yang sama atau hampir sama tidak menggambarkan bahwa spesies-spesies tersebut
memiliki banyak kesamaan ciri atau berkerabat dekat. Misalnya antara padi dan pinus sama-
sama memiliki 24 kromosom (12 pasang) tetapi kedua nya memiliki ciri-ciri yang jauh
berbeda. Demikian pula antara kucing dengan hydra yang sama-sama memiliki 32 kromosom.
Apalagi antara bawang merah dengan Planaria (cacing pipih) yang sama-sama mempunyai
16 kromosom (Godam, 2008). Tabel berikut merupakan contoh beberapa jenis spesies
tumbuhan dengan jumlah kromosom yang dimiliki:
No Nama Organisme Jumlah Kromosom Jumlah pasang
1 Kubis 12 6
2 Bawang Merah 16 8
3 Jagung 20 10
4 Padi 24 12
5 Pinus 24 12
6 Bunga Matahatari 34 17
7 Tembakau 48 24
8 Kentang 48 24
9 Kapas 52 26
10 Tebu 86 43

4
11 Lobak 18 9
12 Ceri 32 16
13 Padi 24 12
14 Tomat 24 12
15 Kacang polong 14 7
16 Buncis 22 11
17 Mentimun 14 7
18 Gandum untuk membuat roti 42 21
19 Gandum untuk membuat bir 14 7
20 Durian 56 28
21 Pepaya 18 9
22 Mangga 40 20
23 Jambu biji 22 11

C. Tingkah Laku Kromosom


1. Mitosis
Siklus sel terdiri dari serangkaian proses yang dilalui oleh sel dalam tahap
pertumbuhan dan perkembangannya. Secara umum, siklus sel terbagi ke dalam 4 fase,
yaitu fase M (mitosis), G1, S (sintesis DNA), dan G2. Istilah mitosis sendiri pertama kali
diusulkan oleh Walther Flemming (1882) untuk menggambarkan proses terbentuknya
pasangan benang-benang, yang Flemming sebut sebagai kromatin, selama proses
pembelahan inti sel. Pengertian mitosis juga mencakup sitokinesis, yakni proses
sitoplasma terbagi menjadi 2 pada akhir pembelahan inti sel. Proses pembelahan secara
fundamental sama untuk semua sel somatik. Proses mitosis sendiri merupakan proses
yang terkonservasi pada semua makhluk hidup eukariot (Francis, 2009).

5
Gambar 1. Skema siklus mitosis
Fase mitosis umumnya hanya membutuhkan waktu yang relatif singkat, sekitar 5-
10% dari seluruh waktu siklus sel. Sebagian besar siklus sel ada pada interfase, karena
pada tahap ini berlangsung fungsi metabolisme, pembentukan dan sintesis DNA.
Sebenarnya kurang tepat jika dikatakan bahwa interfase merupakan fase istirahat, karena
sebenarnya pada fase ini sel bekerja dengan sangat berat. pada saat interfase, terdapat 3
komponen utama dalam nucleus, yaitu:
a. Nukleoplasma (cairan inti) yang tampak jernih, tidak berwarna, dan colloidal
b. Nukleolus (inti dari nukleus) yang berbentuk bulat dan berwarna gelap, memiliki
diameter 2-5 milimikron. Nukleolus mengandung RNA, DNA, dan protein. Nukleolus
dibentuk oleh nukleolus organizer region (NOR) dari sebuah kromosom
c. Kromosom yang masih belum tampak jelas (Francis, 2009).

Interfase terdiri dari 3 fase, yaitu Gap 1 (G1), sintesis (S), dan Gap 2 (G2).
a. Fase Gap 1 (G1)
Fase ini disebut juga pertumbuhan, karena pada fase ini tidak ada kegiatan
pembelahan nucleus. Nucleus dan sitoplasma bertambah besar. Pada fase ini terjadi
beberapa kegiatan yang mendukung tahap-tahap berikutnya, yaitu: transkripsi RNA,
sintesis protein yang bermanfaat untuk memicu pembelahan sel, enzim yang
diperlukan untuk replikasi DNA, dan tubulin dan protein yang akan membentuk
benang spindel. Periode untuk fase G1 membutuhkan waktu yang berbeda-beda antar
individu. Adakalanya G1 membutuhkan waktu 3-4 jam, namun ada juga yang tidak
mengalami fase G1 contohnya pada beberapa sel ragi.

6
b. Fase Sintesis (S)
Pada fase ini terjadi replikasi DNA dan replikasi kromosom, sehingga pada akhir
fase ini terbentuk sister kromatid yang memiliki sentromer bersamaan. Lamanya
waktu yang dibutuhkan pada fase ini yaitu 7-8 jam.
c. Fase Gap 2 (G2)
Pada fase ini terjadi sintesis protein-protein yang dibutuhkan pada fase mitosis,
seperti subunit benang gelendong, pertumbuhan organel-organel dan makromolekul
lainnya (mitokondria, plastid, ribosom, dll). Fase ini membutuhkan waktu 2-5 jam
(Francis, 2009).

Fase M (mitosis dan sitokinesis) merupakan fase inti dalam siklus sel, meskipun fase
ini hanya memerlukan waktu yang lebih pendek disbanding interfase. Pada fase ini, sel
kembali mengatur seluruh komponen dan mendistribusikannya secara merata ke sel-sel
anakan yang nanti akan terbentuk. Tujuan utama fase ini adalah menjaga keakuratan
segresi kromosom yang telah digandakan pada fase S sehingga sel-sel baru menerima
jumlah serta salinan yang identik dari genom awal. Secara garis besar proses di dalam fase
M sangat dipengaruhi oleh mesin sitoskeletal yang menggerakkan kromosom hasil
penggandaan menuju kutub yang sesuai dan membagi sitoplasma menjadi 2 bagian
(Alberts, 2010).
Kromosom yang ditarik mikrotubulus dapat terdistribusi dengan baik karena adanya
ikatan protein kompleks yang disebut kohesin dan kodensin (Campbell, 2017).
Keberadaan dua jenis protein ini mampu menjaga kromatid saudara (sister chromatid)
tetap bersama sampai ke equator. Gaya tegang yang dihasilkan antar keduanya ketika
ditarik oleh mikrotubulus mampu menjaga arah pergerakan kromatid agar menuju kutub
yang sesuai. Menjelang akhir fase M, sitoplasma akan membelah ditandai dengan mulai
terbentuknya lempeng sel dari penggabungan vesikel-vesikel yang berasal dari golgi.
Setelah fase M berakhir, sel dapat masuk ke G1 untuk persiapan pembelahan lagi, atau
keluar dari siklus pembelahan (G0), tergantung dari sinyal dan kondisi lingkungan
(Syukur, 2015).
Tamarin (2002) mengemukakan bahwa mitosis terdiri dari 6 tahapan yang
berkesinambungan, yaitu profase, prometafase, metaphase, anafase, telofase, dan

7
sitokinesis. Lima tahapan awal (profase-telofase) terjadi secara berurutan dan sitokinesis
dimulai sejak anafase hingga telofase berakhir.
a. Profase
Pada tahap ini benang-benang kromatin yang telah digandakan mulai mengalami
kondensasi sehingga masing-masing kromosom terdiri dari 2 kromatid saudara yang
identik. Pada tahap ini sentrosom ataupun mikrotubul mulai bergerak menuju 2 kutub
yang saling berlawanan. Mikrotubulus mulai mengelilingi bagian inti sel.
Mikrotubulus dapat memanjang (polimerasi) dan memendek (depolimerasi)
sebagai akibat dari hidrolisis guanine trifosfat (GTP) dalam dimer tubulin serta
aktivitas yang berasosiasi dengan protein motor dan regulator terkait. Mikrotubulus
terbentuk dari penambahan ikatan GTP pada setiap tubulin dimer. GTP terhidrolisis
menjadi guanine difosfat (GDP), sebuah proses yang melepaskan energi.
b. Prometafase
Prometafase dimulai dengan menghilangnya membrane nucleus dan nucleolus.
Mikrotubulus mulai dapat menjangkau dan berikatan dengan kromosom pada posisi
kinetokor. Kinetokor adalah suatu protein kompleks yang melekat pada sentromer,
terletak pada bagian tertentu sentromer yang memiliki histon H3. Kinetokor terdiri
dari 3 bagian: kinetokor dalam (inner) yang berinteraksi dengan sentromerik kromatin,
kinetokor luar (outer) yang secara langsung berinteraksi dengan mikrotubulus, dan
kinetokor pusat (central) yang menghubungkan keduanya. Pada fase ini kinetokor
berperan menangkap ujung mikrotubulus dan secara langsung memodulasi perubahan
mikrotubulus.
c. Metafase
Selama fase ini, sentromer dari semua kromosom berada pada bidang ekuator,
dimana pergerakannya dibantu oleh mikrotubulus sejak prometafase. Prosesnya
dimulai ketika salah satu kinetokor saudara ditangkap oleh mikrotubulus. Kromosom
mulai bergerak kearah asal mikrotubulus tersebut. Akan tetapi, pergerakan ini segera
terhambat setelah mikrotubulus dari kutub berseberangan melekat ke pasangan
kinetokor saudaranya. Selanjutnya akan terjadi proses tarik menarik kea rah kutub
berlawanan hingga akhirnya terjadi keseimbangan dan kromosom menetap di bidang
equator.

8
Pada prinsipnya, mikrotubulus dan kinetokor mampu menggerakkan kromosom
ke segala arah. Keterkaitan gerakan kromosom menyebabkan kromatid saudara secara
fisik memberikan kekuatan yang berlawanan dengan mikrotubulus. Hal ini disebabkan
oleh adanya interaksi antara dua jenis protein kompleks, yaitu kohesin dan kondensin,
yang juga menjaga agar pasangan kromatid saudara tetap bersama hingga akhir
metafase.
d. Anafase
Pada tahap anafase terjadi pemisahan kromatid saudara dan selanjutnya masing-
masing kromatid saudara bergerak menuju kutub yang saling berlawanan. Pergerakan
kromosom pada fase ini dibantu oleh pemendekan mikrotubulus kinetokor serta
pergerakan kutub ke arah luar sel. Ikatan yang terbentuk antara kinetokor dan
mikrotubulus dimanfaatkan oleh kinetokor untuk menggerakkan kromosom menuju
kutub saat mereka mempertahankan keterikatan satu sama lain sehingga memberikan
gerakan terarah.
e. Telofase
Benang-benang gelendong mulai dibongkar dan membran inti mulai terbentuk
pada setiap kelompok hasil pembelahan kromosom. Proses ini dimulai dengan vesikel-
vesikel yang mengelilingi kromosom individu saling bersatu membentuk membran
inti.
f. Sitokinesis
Sitokinesis pada sel tumbuhan terjadi melalui adanya pembentukan lempeng di
tengah sel (cell plate). Dinding sel mulai dibentuk pada awal telofase. Proses perakitan
dipandu oleh struktur yang disebut fragmoplast, yang terbentuk dari sisa-sisa
mikrotubulus interpolar. Apparatus golgi menghasilkan vesikel yang berisi
polisakarida dan glikoprotein sebagai bahan matriks dinding sel. Vesikel-vesikel ini
diangkut di sepanjang mikrotubulus ke fragmoplast dan menyatu membentuk struktur
membrane dan membagi sel menjadi 2.

9
Gambar 2. Tahapan pembelahan mitosis
2. Meiosis
Pembelahan meiosis merupakan pembelahan sel yang menghasilkan empat sel anak
yang memiliki hanya setengah dari kromosom induknya (haploid). Hal ini menandakan
bahwa pada pembelahan meiosis telah terjadi reduksi jumlah kromosom. Reduksi
kromosom ini bertujuan untuk menjaga agar jumlah kromosom individu selalu tetap dari
generasi ke generasi. Saat fertilisasi, gamet jantan yang haploid (n) akan bersatu dengan
gamet betina yang haploid (n) juga dan akhirnya membentuk zigot yang diploid (2n),
yang mana jumlah kromosomnya tetap sama dengan kromosom awal sebelum fertilisasi
(Amstrong & Jones, 2003).
Pembelahan meiosis terdiri dari 2 tahap, yaitu meiosis I dan meiosis II. Meiosis I
dibedakan lagi menjadi interfase I, profase I, metaphase I, anafase I, dan telofase I.
Meiosis II juga dibedakan menjadi interfase II, profase II, metaphase II, anafase II, dan
telofase II. Pembelahan meiosis ini merupakan proses yang dinamis, tidak terputus-putus,
sehingga tidak ada batas yang jelas antar setiap fasenya.
Meiosis I
Sebelum memasuki profase I, terlebih dahulu terjadi interfase. Interfase I pada
meiosis I sama persis dengan interfase pada mitosis, yaitu terjadi sintesis dan replikasi
DNA, serta terjadi pembentukan protein-protein yang bermanfaat untuk tahap
selanjutnya. Tahapan-tahapan pada meiosis I yaitu:
a. Profase I
Sebagian besar perbedaan antara mitosis dan meiosis terdapat pada fase ini.
Profase I pada meiosis menghabiskan waktu yang lebih lama dibandingkan dengan

10
profase pada mitosis. Profase I ini bisa berlangsung selama beberapa minggu atau
bulan. Profase I terdiri dari beberapa tahap, yaitu:
1) Leptoten
Pada tahap ini kromosom terlihat seperti benang-benang halus yang
panjang, sehingga masing-masing kromosom belum dapat dikenali secara jelas.
Benang-benang kromosom yang halus dinamakan “kromonema”. Namun, struktur
kromosom yang agak lebih jelas bisa dilihat pada fase ini dinamakan
“kromomer”. Kromomer yaitu penebalan yang terjadi pada beberapa bagian
kromosom yang tampak seperti manic-manik. Pada fase ini pasangan-pasangan
kromatid belum dapat dibedakan.
2) Zigoten
Pada fase ini mulai terjadi perpasangan antara kromosom yang homolog,
sehingga alel-alel akan berhadapan letaknya dan tidak berjauhan. Proses saling
berpasangan antara kromosom homolog disebut sinapsis. Namun sinapsis akan
terlihat lebih jelas pada fase pakiten.
3) Pakiten
Fase ini merupakan fase yang paling lama pada profase I. benang-benang
kromosom tampak semakin jelas dan berpasangan serta sinapsis antara kromosom
homolog semakin dekat dan sempurna. Benang-benang kromosom terlihat double,
hal ini karena setiap pasang kromosom homolog terdiri dari 2 buah kromatid.
Jumlah kromatid pada fase meiosis ini sama dengan jumlah kromatid pada
profase mitosis, yang membedakan adalah distribusi kromosom-kromosomnya.
Pada profase mitosis, kromosom-kromosom saling terpisah dan tidak
berhubungan, sedangkan pada profase I meiosis kromosom-kromosomnya saling
berpasangan secara bivalen.
4) Diploten
Fase ini ditandai dengan mulai memisahnya kromatid-kromatid yang
tadinya berpasangan secara bivalen. Pemisahan yang paling kuat terjadi pada
bagian sentromer, namun pada bagian-bagian tertentu dari kromosom homolog
masih tetap saling berdekatan dan tampak bersilang (kiasma).
5) Diakinesis

11
Fase ini merupakan fase terakhir pada profase I meiosis. Kromosom-
kromosom mengalami kondensasi maksimum dan kiasma semakin jelas terlihat.
Pada fase ini nukleolus dan membran nucleus menghilang, dan benang-benang
gelendong mulai terbentuk (Inagaki, 2010).
b. Metafase I
Pada fase ini hampir sama dengan metaphase mitosis. Kromosom-kromosom
menempatkan dirinya di tengah-tengah sel, yaitu di bidang equator. Namun terdapat
perbedaan antara metaphase I meiosis dengan metaphase mitosis. Pada mitosis yang
terdapat pada bidang equator adalah kromosom-kromosom tunggal, sedangkan pada
metaphase I meiosis yang terdapat pada bidang equator adalah pasangan-pasangan
kromosom homolog sehingga pada metaphase I meiosis tidak terjadi pembelahan
sentromer (Amstrong & Jones, 2003).
c. Anafase I
Sama halnya dengan yang terjadi pada anafase mitosis, anafase I meiosis
dimulai ketika kromosom bergerak ke kutub yang berlawanan. Tiap kromosom dari
pasangan kromosom homolog bergerak kearah kutub yang berlawanan. Masing-
masing kutub menerima setengah jumlah kromosom yang ada, sehingga pada fase
inilah dimulai terjadinya reduksi kromosom (Amstrong & Jones, 2003)..
d. Telofase I
Pada fase ini, dinding nucleus dan nukleolus terbentuk kembali seperti pada
telofase mitosis. Akan tetapi pada telofase meiosis, jumlah kromosom haploid yang
terdapat pada nucleus yang baru ini. Pada masing-masing nucleus yang baru terdapat
dua kromosom yang haploid yang terdiri dari 4 kromatid. Sehingga menandakan
bahwa reduksi kromosom masih belum berlangsung sempurna. Agar dapat tercapai
reduksi yang sempurna, maka diperlukanlah pembelahan meiosis II (Amstrong &
Jones, 2003).
Meiosis II
Apabila dilihat dengan mikroskop cahaya, maka terdapat dugaan bahwa berbagai
fase yang berlangsung pada meiosis II ini sama dengan berbagai fase yang terjadi pada
selama mitosis. Dugaan yang demikian itu salah karena beberapa alasan, yaitu:

12
a. Kromosom yang double pada profase mitosis merupakan hasil duplikasi dari bahan
genetik selama interfase. Sedangkan kromosom yang terlihat double pada profase II
meiosis bukan duplikasi bahan genetik.
b. Kromosom-kromosom yang menyusun kromosom mitosis adalah sister kromatid,
sehingga merupakan kromatid yang identik. Sdangkan kromosom yang menyusun
profase II meiosis bukan sister kromatid sempurna karena adanya pindah silang pada
saat meiosis I
c. Meiosis II bertujuan memisahkan kromatid-kromatid yang berbeda dari tiap
kromosomnya
d. Meiosis II menghasilkan reduksi yang sempurna
e. Meiosis II menghasilkan kombinasi yang baru dari gen-gen yang berasal dari induk
pada generasi sebelumnya
f. Meiosis II sangat penting untuk proses seksual

Fase meiosis II terdiri dari beberapa fase, yaitu:


a. Profase II
Fase ini dapat dimulai setelah selesainya interfase I yang berlangsung sangat pendek.
Pada beberapa organisme bahkan tidak mengalami interfase, sehingga dari telofase I
langsung ke profase II, dan kadang-kadang juga terjadi dari telofase I langsung ke
metaphase II.
b. Metafase II
Pada fase ini, kromosom yang terdiri dari 2 kromatid berada di bidang equator.
Benang-benang gelendong yang berasal dari masing-masing kutub mengikat
sentromer masing-masing kromatid. Keadaan kromosom pada metaphase II hampir
mirip dengan metaphase mitosis, akan tetapi dengan jumlah kromosom yang hanya
setengah.
c. Anafase II
Pada fase ini sentromer terbelah menjadi 2. Masing-masing kromatid tertarik oleh
benang-benang gelendong ke kutub yang berlawanan. Pada saat inilah terjadi reduksi
kromosom yang sebenarnya, sehingga reduksi kromosom saat ini sudah sempurna.

13
d. Telofase II
Pada fase ini terjadi pembelahan sel, sehingga dihasilkan 4 sel anakan yang haploid
(n), yang disebut juga tetrad. Pada fase ini pula terbentuk kembali nukeolus dan
membrane nucleus.

Gambar 3. Proses pembelahan meiosis


D. Peranan Kromosom dalam Taksonomi Tumbuhan
Beberapa fungsi dasar dari analisis kromosom suatu organisme adalah:
1. Sebagai petunjuk proses evolusi. Ikan yang memiliki kesamaan jumlah kromosom
memiliki kedekatan yang lebih besar dari ikan yang jumlah kromosomnya berbeda.
2. Identifikasi spesies.
3. Identifikasi stok (populasi) untuk tujuan manajemen (keragaman kromosom antar spesies
pada ikan nila sebagai contoh. Bisa digunakan untuk menghasilkan monosex dari
perkawinan T. nilotica (XX) dengan T. hornorum jantan (ZZ).
4. Dalam suatu spesies yang sama, bisa memiliki jumlah kromosom yang berbeda. Derajat
kesamaan kromosom dan kesamaan morfologi dapat digunakan untuk mengestimasi
hubungan antar spesies dari tingkat genus sampai ordo.
5. Taksonomi modern dikembangkan berdasarkan sekuensing kromosom.
6. Variasi dalam populasi menunjukkan keragaman genetik suatu spesies.
7. Variasi antar populasi dapat digunakan untuk memperkirakan hubungan dalam proses
evolusi (menentukan tingkatan kedekatan dalam taksonomi) (Chikmawati, 2020).

14
KESIMPULAN
1. Suatu kromosom terdiri dari beberapa bagian yaitu kromatid, kromomer, sentromer atau
kinetokor, satelit, dan telomer.
2. Letak sentromer pada kromosom membedakan jenis kromosom. Berdasarkan letak
sentromer, kromosom dibedakan menjadi: telosentrik, akrosentrik, submetasentrik, dan
metasentrik.
3. Setiap spesies memiliki jumlah kromosom tertentu. Spesies yang memiliki jumlah kromosom
yang sama atau hampir sama tidak menggambarkan bahwa spesies-spesies tersebut memiliki
banyak kesamaan ciri atau berkerabat dekat.
4. Tingkah laku kromosom dapat dilihat ketika pembelahan mitosis dan meiosis. Pembelahan
mitosis memiliki beberapa fase, yaitu profase, prometafase, metaphase, anafase, telofase dan
sitokinesis. Pembelahan meiosis dibedakan menjadi meiosis I dan meiosis II yang masing-
masingnya terdiri dari fase profase, metaphase, anafase, dan telofase.
5. Peran kromosom dalam taksonomi antara lain: sebagai petunjuk proses evolusi, identifikasi
spesies, identifikasi stok (populasi) untuk tujuan manajemen, dalam suatu spesies tumbuhan
yang sama, bisa memiliki jumlah kromosom yang berbeda, taksonomi modern
dikembangkan berdasarkan sekuensing kromosom, variasi dalam populasi menunjukkan
keragaman genetik suatu spesies, dan variasi antar populasi dapat digunakan untuk
memperkirakan hubungan dalam proses evolusi (menentukan tingkatan kedekatan dalam
taksonomi).

15
DAFTAR PUSTAKA
Alberts B, et.al. 2010. Essential Cell Biology. Ed-3. USA: Garland Science.
Amstrong, S.J, & Jones, G.H. 2003. Meiotic Cytology and Chromosome Behaviour in Wild-
Type Arabidopsis thaliana. Journal Exp Bot. 380 (54): 1-10.
Campbell, N. A., & Reece, J. B. 2008. Biology (8th ed.). Jakarta: Erlangga.
Campbell, N. A., & Reece, J. B. 2017. Biology (11th ed.). Jakarta: Erlangga.
Chikmawati, T. dkk. 2020. Taksonomi Tumbuhan Tinggi. Tanggerang Selatan: UT
Francis, dkk. 2009. What’s New in the Plant Cell Cycle? Journal Progress in Botany. 70 (21):
33-49.
Godam. 2008. Pengertian Kromosom & Jumlah Kromosom Pada Manusia, Hewan Dan
Tumbuhan. http://organisasi.org/pengertian-kromosom-jumlah-kromosom-pada-manusia-
hewan-dan-tumbuhan. Diakses pada tanggal 5 September 2021
Inagaki, A., dkk. 2010. DNA Double-strand Break Repair, Chromosome Synapsis and
Transcriptional Silencing in Meiosis. Epigenetic. 5 (4): 255-266.
Juwono., dkk. 2000. Biologi Sel. Semarang: Buku Kedokteran EGC.
Leimeheriwa, B.M. 2018. Sitogenetika dan Analisis Kromosom. Jurnal Academia Edu. 2 (28):
1-12.
Prawirohartono, dkk. 1988. Biologi Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Syukur, M., dkk. 2015. Sitogenetika Tanaman Edisi ke-2. Bogor: IPB Press.
Tamarin, R.H. 2002. Principles of Genetics 7th ed. USA: McGraw-Hill.

16

Anda mungkin juga menyukai