Anda di halaman 1dari 27

COVER

KATA PENGANTAR

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................ iii
BAB I : PENDAHULUAN....................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................... 3
C. Manfaat dan Tujuan................................................................................................................. 3
BAB II : LANDASAN TEORI................................................................................................................. 4
A. Pengertian Kebijakan............................................................................................................. 4
B. Dasar Hukum Kebijakan Pendidikan................................................................................7
BAB III : PERMASALAHAN KEBIJAKAN SARANA PENDIDIKAN............................................12
A. Gambaran Pelaksanaan Kebijakan Sarana Pendidikan di Indonesia..................12
B. Permasalahan Pelaksanaan Kebijakan Sarana Pendidikan....................................15
BAB IV : SOLUSI DALAM KEBIJAKAN SARANA PENDIDIKAN................................................18
A. Solusi Dalam Kebijakan Sarana Pendidikan.................................................................18
BAB V : PENUTUP............................................................................................................................... 20
A. Kesimpulan.............................................................................................................................. 20
B. Saran.......................................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................. 22

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses yang mencakup tiga dimensi, individu,
masyarakat atau komunitas nasional dari individu tersebut, dan seluruh kandungan
realitas, baik material maupun spiritual yang memainkan peranan dalam
menentukan sifat, nasib, bentuk manusia maupun masyarakat. Pendidikan lebih
dari sekedar pengajaran, yang dapat dikatakan sebagai suatu proses transfer ilmu,
transformasi nilai, dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang
dicakupnya. Dengan demikian pengajaran lebih berorientasi pada pembentukan
spesialis atau bidangbidang tertentu, oleh karena itu perhatian dan minatnya lebih
bersifat teknis (Nurkholis, 2013)
Pendidikan merupakan suatu proses yang diperlukan untuk mendapatkan
keseimbangan dan kesempurnaan dalam perkembangan individu maupun
masyarakat. Penekanan pendidikan dibanding dengan pengajaran terletak pada
pembentukan kesadaran dan kepribadian individu atau masyarakat di samping
transfer ilmu dan keahlian. Dengan proses semacam ini suatu bangsa atau negara
dapat mewariskan nilai-nilai keagamaan, kebudayaan, pemikiran dan keahlian
kepada generasi berikutnya, sehingga mereka betul-betul siap menyongsong masa
depan kehidupan bangsa dan negara yang lebih cerah. Pendidikan juga merupakan
sebuah aktifitas yang memiliki maksud atau tujuan tertentu yang diarahkan untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki manusia baik sebagai manusia ataupun
sebagai masyarakat dengan sepenuhnya. (Sudjiarto, 2008)
Pendidikan merupakan hal yang terpenting terutama untuk manusia apabila
manusia tidak mengenyam pendidikan manusia akan buta akan pengetahuan dan
sulit untuk mengembangkan hal-hal yang ada. Namun dalam pelaksanaan

1
pendidikan tentu memicu banyak permasalahan salah satunya yaitu ketersedian
dan kecukupan sarana pendidikan.
Menurut Mulyasa (2003), sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan
yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya
proses belajar mengajar, seperti gedung, ruangan kelas, meja, kursi, serta alat-alat
dan media pengajaran. Dengan demikian sarana pendidikan akan berperan baik
ketika penggunaan sarana tersebut dilakukan oleh tenaga pendidik yang
bersangkutan secara optimal. Barnawi (2012), berpendapat bahwa prasarana
pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung
menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah. Oleh karena itu sarana dan
prasarana pendidikan adalah satu kesatuan pendukung terlaksanakannya proses
belajar dan mengajar dengan baik dan optimal.
Guru membutuhkan sarana pembelajaran dalam menunjang kegiatan
pembelajaran. Selain kemampuan guru dalam menyelenggarakan kegiatan
pembelajaran, dukungan dari sarana pembelajaran sangat penting dalam membantu
guru. Semakin lengkap dan memadai sarana pembelajaran yang dimiliki sebuah
sekolah akan memudahkan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai tenaga
pendidikan. Begitu pula dengan suasana selama kegiatan pembelajaran. Sarana
pembelajaran harus dikembangkan agar dapat menunjang proses belajar mengajar.
Beberapa hal yang perlu dikembangkan dalam menunjang proses belajar mengajar:
1) perpustakaan, 2) sarana penunjang kegiatan kurikulum, dan 3) prasarana dan
sarana kegiatan ekstrakurikuler dan mulok (Soetjipto, 2004).
Sarana dan prasarana merupakan faktor pendukung yang sangat penting dalam
dunia pendidikan selain tenaga pendidik. Pendidikan tidak akan pernah bisa
berjalan dengan baik tanpa adanya sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan
prasarana tidak akan dapat terpenuhi tanpa adanya manajemen yang dijalankan
dalam lembaga pendidikan yang terkait dan dengan adanya manajemen sarana dan
prasarana pendidikan akan berdaya untuk proses pembelajaran. Karena sarana
pendidikan begitu penting maka penulis tertarik membahas mengenai Kebijakan
Sarana Pendidikan

2
B. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian kebijakan pendidikan ?
2) Apa dasar hukum kebijakan pendidikan di Indonesia ?
3) Peraturan apa yang menjadi pedoman kebijakan sarana pendidikan ?
4) Bagaimana gambaran pelaksanaan kebijakan sarana pendidikan di Indonesia ?
5) Apa saja masalah kebijakan sarana pendidikan?
6) Apa solusi terhadap masalah sarana pendidikan

C. Manfaat dan Tujuan


Manfaat dalam penulisan makalah ini dapat memberikan gambaran mengenai
permasalahan pendidikan di Indonesia terutama dalam hal kebijakan sarana
pendidikan. Sedangkan tujuan dibuatnya makalah ini sebagai salah satu tugas dalam
Mata Kuliah Kebijakan Pendidikan.

3
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Kebijakan
A) Pengertian Kebijakan
Secara etimologis, kebijakan merupakan terjemahan dari kata policy yang
artinya kebijakan. Menurut Poerwadarminta (1984) kebijakan berasal dari kata
bijak yang artinya pandai, mahir, selalu menggunakan akal budi. Kebijakan juga
dapat diartikan sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis dasar dan
dasar rencana dalam pelaksanaan pekerjaan, kepemimpinan dan cara bertindak
oleh pemerintah, organisasi dan sebagainya sebagai sebuah cita-cita, tujuan,
prinsip atau pedoman untuk mencapai sasaran. (Rusdiana, 2015)
Menurut David (2006) dalam Yusuf (2012), Kebijakan mengacu pada panduan
spesifik, metode, prosedur, aturan, formulir, dan praktek administrasi yang dibuat
untuk mendukung dan mendorong pekerjaan melalui tujuan yang telah ditetapkan.
Membuat kebijakan bukanlah pekerjaan yang mudah, karena untuk menghasilkan
kebijakan yang tepat dan baik dibutuhkan kerangka analisis kebijakan.
Menurut E. Suradinata (1993) dalam Rusdiana (2015) ciri-ciri kebijakan
meliputi :
a. Mengandung hubungan dengan tujuan organisasi
b. Dikomunikasikan dan dijelaskan kepada semua pihak
c. Dinyatakan dengan bahasa yang mudah dipahami
d. Mengandung ketentuan tentang batasannya dan ukurannya
e. Memungknkan diadadakan pembahasan jika diperlukan
f. Masuk akal dan dapat dilaksanakan

4
Kebijakan pada umumnya bersifat problem solving dan proaktif. Kebijakan
memiliki sifat yang adaptif dan interpratatif. Kebijakan juga diharapkan dapat
bersifat umum tetapi tanpa menghilangkan ciri lokal yang spesifik. Kebijakan
harus memberi peluang diinterpretasikan sesuai kondisi spesifik yang ada.
Padahal Menurut Pongtuluran (1995) kebijakan dipandang sebagai: (1) pedoman
untuk bertindak, (2) pembatas prilaku, dan (3) bantuan bagi pengambil keputusan.
Masih banyak kesalahan pemahaman maupun kesalahan konsepsi tentang
kebijakan. Beberapa orang menyebut policy dalam sebutan kebijaksanaan, yang
maknanya sangat berbeda dengan kebijakan. Padahal menurut Rusidana (2015)
perbedaan antara kebijaksanaan dan kebijakan yaitu kebijaksanaan adalah aturan-
aturan yang semestinya dan harus diikuti tanpa pandang bulu, sifatnya mengikat
kepada siapapun yang dimaskud untuk diikat oleh kebijaksanaan tersebut.
Sedangkan kebijakan adalah ketentuan dari pemimpin yang berbeda dengan
aturan yang ada, yang dikenakan kepada seseorang karena alasan tertentu.
B) Pengertian Kebijakan Pendidikan

Kebijakan pendidikan mempunyai makna yang luas dan bermacam-macam.


Kebijakan pendidikan merupakan bagian dari kebijakan publik. Kebijakan
Pendidikan merupakan kunci bagi keunggulan, bahkan eksistensi bagi negara
maupun bangsa dalam persainga global. (Rusdiana, 2015) Kebijakan pendidikan
ada dikarenakan munculnya permasalahan-permasalahan yang terjadi di bidang
pendidikan (Sutapa, 2008). Permasalahan ini terjadi dikarenakan terdapatnya
kesenjangan antara penyelenggara pendidikan dengan tujuan pendidikan
(Suyahman, 2016).

Kebijakan pendidikan merupakan sebuah aktivitas dalam merumuskan langkah


maupun tahapan dalam penyelenggaraan pendidikan melalui penjabaran visi misi
pendidikan yang bertujuan untuk mencapai tujuan pendidikan pada waktu tertentu
(Fatkuroji, 2017). Selain itu ada juga yang berpendapat bahwa kebijakan
pendidikan berhubungan dengan efektivitas dan efisiensi anggaran Pendidikan
(Riant, 2008). Kebijakan pendidikan merupakan kebijakan publik yang mengelola
khusus bidang pendidikan serta berhubungan dengan alokasi, penyerapan dan

5
distribusi sumber pelaksanaan pendidikan maupun pengelolaan perilaku
pendidikan (Bakry, 2010).

Dalam kesimpulannya, kebijakan pendidikan adalah serangkaian keputusan,


rencana aksi, dan kerangka yang dibuat oleh pemerintah atau lembaga pendidikan
untuk memperbaiki sistem pendidikan dan mencapai tujuan-tujuan pendidikan
tertentu. Kebijakan pendidikan harus dirancang dengan baik dan dilaksanakan
secara efektif untuk dapat memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat.

Landasan kebijakan dalam pendidikan merupakan pedoman dan petunjuk bagi


pelaksana pendidikan di dalam menjalankan kegiatan pendidikan. Oleh sebab itu
landasan tersebut biasanya mempunyai keterkaitan yang erat dengan peraturan
perundang-undangan atau hukum yang berlaku pada suatu negara, kemudian
ditetapkan dan dikeluarkan oleh orang yang mempunyai kekuasaan dalam bidang
tersebut pada saat itu. Kebijakan yang dibuat dan ditetapkan oleh pemerintah
khususnya dalam bidang pendidikan pasti mempunyai dasar yang kuat untuk
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, dengan memperhatikan
pertimbanganpertimbangan kebutuhan masyarakat yang diimbangi dengan
kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Agustino, 2008).

Kebijakan pendidikan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kualitas


pendidikan, memperluas akses ke pendidikan, dan mempersiapkan siswa untuk
menghadapi tantangan masa depan. Beberapa tujuan kunci dari kebijakan
pendidikan di Indonesia adalah:

1. Meningkatkan kualitas pendidikan: Pemerintah Indonesia telah


memperkenalkan berbagai inisiatif untuk meningkatkan kualitas
pendidikan, termasuk reformasi kurikulum, peningkatan kualitas guru, dan
investasi dalam infrastruktur pendidikan. Tujuan utama dari upaya ini
adalah untuk memastikan bahwa siswa Indonesia memiliki akses ke
pendidikan yang berkualitas dan relevan.
2. Memperluas akses ke pendidikan: Selama beberapa dekade terakhir,
pemerintah Indonesia telah berusaha untuk memperluas akses ke

6
pendidikan bagi anak-anak dari keluarga miskin dan daerah terpencil.
Inisiatif ini meliputi pembangunan sekolah di daerah pedesaan, pemberian
beasiswa bagi siswa berprestasi, dan program-program bantuan keuangan
untuk keluarga miskin.
3. Memperkuat keterampilan siswa: Kebijakan pendidikan di Indonesia
bertujuan untuk mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan masa
depan dengan memperkuat keterampilan mereka dalam berbagai bidang,
termasuk teknologi, sains, dan matematika. Hal ini diharapkan dapat
mempersiapkan siswa untuk terlibat dalam ekonomi global yang semakin
terintegrasi.
4. Meningkatkan partisipasi masyarakat: Kebijakan pendidikan di Indonesia
juga bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pengambilan keputusan pendidikan dan meningkatkan keterlibatan orang
tua dalam pendidikan anak-anak mereka. Tujuan ini diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pendidikan dan mengurangi kesenjangan pendidikan
antara wilayah dan kelompok sosial.

B. Dasar Hukum Kebijakan Pendidikan


Umumnya kebijakan pendidikan muncul karena adanya kebutuhan mendesak
dan strategis yang mesti dijadikan sandaran atau pijakan dalam menjalankan hal
tertentu yang berkaitan dengan pendidikan.
Dasar hukum kebijakan pendidikan di Indonesia tercantum dalam berbagai
peraturan perundang-undangan yang dikeluarkan oleh pemerintah, di antaranya
adalah:
1. Undang-Undang Dasar 1945: Pasal 31 Ayat 1 UUD 1945 menyatakan bahwa
setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan.
2. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional: Undang-undang ini
menetapkan arah dan tujuan pendidikan nasional, serta mengatur berbagai
aspek pendidikan, termasuk kurikulum, evaluasi, dan penyelenggaraan
pendidikan.

7
3. Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan Dasar dan Menengah: Peraturan
ini mengatur penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah di
Indonesia, termasuk struktur, kurikulum, evaluasi, dan akreditasi sekolah.
4. Keputusan Presiden tentang Pendidikan Tinggi: Keputusan ini mengatur
penyelenggaraan pendidikan tinggi di Indonesia, termasuk kurikulum,
akreditasi, dan pengawasan.
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan: Peraturan ini mengatur
berbagai aspek pendidikan, seperti kurikulum, evaluasi, dan pelatihan guru.
6. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional: UU ini menjadi dasar hukum utama bagi kebijakan pendidikan di
Indonesia. Di dalamnya diatur mengenai tujuan pendidikan, jenis-jenis
pendidikan, kurikulum, pengelolaan pendidikan, serta peran pemerintah
dan masyarakat dalam pendidikan.
7. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen: UU ini
mengatur mengenai hak dan kewajiban guru dan dosen, pengembangan
karir, dan tata kelola pendidikan tinggi.
8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi: UU ini
mengatur mengenai pengelolaan dan pengembangan pendidikan tinggi di
Indonesia.
9. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan: PP ini mengatur mengenai standar nasional pendidikan,
termasuk standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, dan
standar sarana dan prasarana.
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2021
tentang Standar Nasional Pendidikan: Permendikbud ini merupakan revisi
dari Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Nasional
Pendidikan, yang mengatur mengenai standar nasional pendidikan yang
harus dipenuhi oleh satuan pendidikan di Indonesia.
11. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara: UU ini
mengatur mengenai tata kelola dan pengembangan aparatur sipil negara,
termasuk guru dan tenaga kependidikan.

8
12. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan: PP ini mengatur mengenai pengelolaan dan
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, termasuk tata kelola pendidikan,
pendanaan pendidikan, dan sanksi bagi pelanggar.

Selain itu, ada juga berbagai kebijakan pendidikan lainnya yang dikeluarkan
oleh pemerintah, seperti Program Pendidikan Nasional, Gerakan Literasi Nasional,
dan Program Indonesia Pintar. Semua kebijakan pendidikan ini didasarkan pada
dasar hukum yang telah ditetapkan dan bertujuan untuk memperbaiki sistem
pendidikan di Indonesia dan meningkatkan kualitas pendidikan bagi seluruh
warga negara.

A) Pedoman dalam Kebijakan Sarana Pendidikan

Kebijakan sarana pendidikan di Indonesia diatur melalui berbagai peraturan, di


antaranya adalah:

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional:


Undang-Undang ini mengatur tentang sistem pendidikan nasional secara
menyeluruh, termasuk sarana pendidikan yang diperlukan untuk
mendukung kegiatan pendidikan.
2. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 25 Tahun 2018
tentang Standar Sarana dan Prasarana Sekolah/Madrasah: Peraturan ini
mengatur standar minimum sarana dan prasarana yang harus dimiliki oleh
sekolah/madrasah, seperti ruang kelas, ruang guru, ruang kepala sekolah,
ruang perpustakaan, laboratorium, dan toilet.
3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013
tentang Standar Nasional Pendidikan: Peraturan ini mengatur standar
nasional pendidikan, termasuk standar sarana dan prasarana pendidikan
yang harus memenuhi persyaratan tertentu, seperti memperhatikan aspek
kesehatan, keamanan, kenyamanan, dan aksesibilitas.

9
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 15 Tahun 2021
tentang Pemberlakuan Kembali Pembelajaran Tatap Muka pada
Sekolah/Madrasah dalam Masa Pandemi Covid-19: Peraturan ini mengatur
tentang persyaratan dan tata cara pelaksanaan pembelajaran tatap muka di
sekolah/madrasah selama pandemi Covid-19, termasuk persyaratan sarana
dan prasarana yang harus dipenuhi agar kegiatan belajar mengajar dapat
berjalan dengan aman.
5. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 229/P/2021
tentang Petunjuk Pelaksanaan Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Tahun 2021: Keputusan ini mengatur tentang penggunaan dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) yang mencakup pengadaan sarana dan prasarana
pendidikan yang dibutuhkan oleh sekolah/madrasah.

Sedangkan kebijakan sarana pendidikan yang pernah diberlakukan di


Indonesia meliputi :

1. Program Peningkatan Mutu dan Aksesibilitas Sekolah (PMAS): Program ini


bertujuan untuk meningkatkan mutu dan aksesibilitas sarana dan
prasarana pendidikan di daerah terpencil dan pedalaman di Indonesia.
Program ini meliputi peningkatan kualitas bangunan sekolah, penyediaan
fasilitas pendukung seperti toilet, air bersih, dan listrik, serta pemberian
beasiswa kepada siswa yang membutuhkan.
2. Program Sekolah Ramah Anak (SRA): Program ini bertujuan untuk
menciptakan lingkungan sekolah yang aman, nyaman, dan menyenangkan
bagi anak-anak. Program ini meliputi peningkatan kualitas bangunan
sekolah, penyediaan fasilitas pendukung seperti toilet dan air bersih, serta
pengembangan kurikulum dan pembelajaran yang ramah anak.
3. Program Peningkatan Kualitas Ruang Kelas (PKRK): Program ini
bertujuan untuk meningkatkan kualitas ruang kelas di seluruh sekolah di
Indonesia. Program ini meliputi renovasi dan perbaikan bangunan
sekolah, pengadaan peralatan pendukung seperti papan tulis dan

10
proyektor, serta pelatihan guru dalam penggunaan teknologi
pembelajaran.
4. Program Sekolah Hijau: Program ini bertujuan untuk menciptakan
lingkungan sekolah yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Program
ini meliputi penanaman pohon, pengurangan penggunaan bahan kimia
berbahaya, penggunaan energi terbarukan, dan pengelolaan sampah yang
baik.
5. Program Peningkatan Aksesibilitas Sekolah Bagi Anak Berkebutuhan
Khusus: Program ini bertujuan untuk memastikan bahwa anak-anak
berkebutuhan khusus memiliki akses yang sama terhadap pendidikan.
Program ini meliputi peningkatan kualitas fasilitas pendukung seperti
toilet dan aksesibilitas bangunan, serta pelatihan guru dalam pengajaran
anak-anak berkebutuhan khusus.

11
BAB III

PERMASALAHAN KEBIJAKAN SARANA PENDIDIKAN


A. Gambaran Pelaksanaan Kebijakan Sarana Pendidikan di Indonesia
Kebijakan sarana pendidikan adalah serangkaian kebijakan yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas dan aksesibilitas pendidikan di suatu negara atau wilayah.
Kebijakan ini meliputi berbagai hal, mulai dari pengembangan kurikulum, peningkatan
kualitas guru, pengadaan buku dan materi ajar, hingga peningkatan sarana dan
prasarana sekolah.

Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam mengelola sarana dan
prasarana pendidikan di sekolah, antara lain:

1. Prinsip Pencapaian Tujuan

Pada dasarnya manajemen sarana dan prasarana sekolah dilakukan dengan maksud
agar semua fasilitas sekolah dalam keadaan kondisi siap pakai. Oleh sebab itu,
manajemen perlengkapan sekolah dapat dikatakan berhasil bilamana fasilitas sekolah
itu selalu siap pakai setiap saat, pada setiap ada seorang personel sekolah akan
menggunakannya.

2. Prinsip Efisiensi
Dengan prinsip efisiensi berarti bahwa pemakaian semua fasilitas sekolah
hendaknya dilakukan dengan sebaik-baiknya, sehingga dapat mengurangi
pemborosan.
3. Prinsip Administratif
Dengan prinsip administratif berarti semua perilaku pengelolaan sarana dan
prasarana pendidikan di sekolah hendaknya selalu memperhatikan undang-undang,
peraturan, instruksi, dan pedoman yang telah diberlakukan oleh pemerintah.

12
4. Prinsip Kejelasan Tanggung Jawab
Di Indonesia tidak sedikit adanya lembaga pendidikan yang sangat besar dan maju.
Oleh karena besar, sarana dan prasarananya sangat banyak sehingga
manajemennya melibatkan banyak orang. Jika hal itu terjadi maka perlu adanya
pengorganisasian kerja pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan.
5. Prinsip Kekohesifan
Dengan prinsip kekohesifan berarti manajemen perlengkapan pendidikan di
sekolah hendaknya terealisasikan dalam bentuk proses kerja sekolah yang sangat
kompak.

Manjemen sarana dan prasarana pendidikan meliputi :


1. Perencanaan Kebutuhan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Suatu kegiatan manajemen yang baik tentu diawali dengan suatu perencanaan
yang matang dan baik. Perencanaan dilakukan demi menghindarkan terjadinya
kesalahan dan kegagalan yang tidak diinginkan. Perencanaan sarana dan prasarana
pendidikan adalah sebagai suatu proses memikirkan dan menetapkan program
pengadaan fasilitas sekolah, baik yang berbentuk sarana maupun prasarana
pendidikan di masa yang akan datang untuk mencapai tujuan tertentu. Keefektifan
suatu perencanaan sarana dan prasarana sekolah dapat dinilai atau dilihat dari
seberapa jauh pengadaannya itu dapat memenuhi kebutuhan saran dan prasarana
sekolah dalam bentuk periode tertentu.
2. Pengadaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Pengadaan sarana dan prasarana pada dasarnya merupakan usaha
merealisasikan rencana pengadaan sarana dan prasarana yang telah disusun
sebelumnya. Setiap usaha untuk mengadakan sarana dan prasarana tidak dapat
dilakukan sendiri oleh kepala sekolah ataupun bendahara. Usaha pengadaan harus
dilakukan bersama yang akan memungkinkan pelaksanaannya lebih baik dan dapat
dipertanggung jawabkan. Pengadaan merupakan segala kegiatan untuk
menyediakan semua keperluan barang/ benda/ jasa bagi keperluan pelaksanaan
tugas.
3. Penyaluran Sarana dan Prasarana Pendidikan

13
Penyaluran merupakan kegiatan yang menyangkut pemindahan sarana,
prasarana dan tanggungjawab pengelolaannya dari instansi yang satu kepada
instansi yang lain. Dalam batasan ini ada dua pihak yang terlibat, yaitu: (1) pihak
sumber yakni darimana sarana dna prasarana berasala disalurkan, (2) pihak
penerima yaitu kepada siapa pengiriman sarana dan prasarana ditujukan.
4. Inventarisasi sarana dan Prasarana Pendidikan
Salah satu aktivitas dalam pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan di
sekolah adalah mencatat semua sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah.
Inventarisasi adalah pencatatan dan penyusunan daftar barang milik Negara secara
sistematis
5. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Pemeliharaan merupakan suatu kegiatan dengan pengadaan biaya yang
termasuk dalam keseluruhan anggaran persekolahan dan diperuntukkan bagi
kelangsungan bangunan (building) dan perlengkapan (equipment) serta perabot
sekolah (furniture), termasuk penyediaan biaya bagi kepentingan perbaikan dan
pemugaran, serta penggantian.
6. Penyimpanan Sarana dan Prasarana Pendidikan

Semua alat-alat dan perlengkapan harus disimpan ditempat yang bebas dari
factor-faktor perusak, seperti panas, lembab, dan serangga.

7. Penghapusan Sarana dan Prasarana Pendidikan


Penghapusan merupakan kegiatan meniadakan barang-barang milik lembaga
dari daftar inventaris dengan cara yang berdasarkan pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Pelaksanaan kebijakan sarana pendidikan di suatu negara atau wilayah dapat


melibatkan beberapa tahapan yang harus dilakukan dengan baik agar program
tersebut berhasil. Beberapa tahapan yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan
kebijakan sarana pendidikan adalah sebagai berikut:

14
1. Perencanaan: Pada tahap ini, pemerintah dan stakeholder terkait melakukan
perencanaan kebijakan dan program yang akan dilakukan. Hal ini meliputi
menentukan target, sasaran, dan tujuan yang ingin dicapai.
2. Implementasi: Tahap ini meliputi pelaksanaan program dan kebijakan yang
telah direncanakan pada tahap sebelumnya. Dalam tahap ini, perlu dilakukan
pengorganisasian, pengalokasian sumber daya, dan pengawasan terhadap
pelaksanaan program.
3. Monitoring dan Evaluasi: Pada tahap ini, pemerintah dan stakeholder terkait
melakukan pemantauan terhadap program dan kebijakan yang telah
dilaksanakan. Evaluasi dilakukan untuk mengevaluasi sejauh mana program
telah berhasil mencapai target dan tujuan yang telah ditetapkan.
4. Peningkatan: Jika program dan kebijakan yang dilakukan tidak berhasil
mencapai target dan tujuan yang ditetapkan, maka pemerintah dan stakeholder
terkait perlu melakukan perbaikan atau perubahan untuk meningkatkan
kualitas program dan kebijakan.

B. Permasalahan Pelaksanaan Kebijakan Sarana Pendidikan


Pelaksanaan kebijakan sarana pendidikan di suatu negara atau wilayah tidaklah
mudah dan seringkali dihadapkan pada berbagai permasalahan. Beberapa
permasalahan yang sering dihadapi dalam pelaksanaan kebijakan sarana pendidikan
antara lain:

1. Kurangnya anggaran: Dalam pelaksanaan kebijakan sarana pendidikan,


pemerintah memerlukan anggaran yang cukup besar untuk membangun dan
memperbaiki sarana dan prasarana sekolah. Namun, seringkali anggaran yang
disediakan tidak cukup memadai, sehingga program dan kebijakan sulit untuk
dilaksanakan secara maksimal.
2. Kurangnya koordinasi antara instansi terkait: Dalam pelaksanaan kebijakan
sarana pendidikan, seringkali terjadi kurangnya koordinasi antara instansi
terkait seperti pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan pihak-pihak yang
terkait. Hal ini menyebabkan program dan kebijakan tidak terlaksana dengan
baik dan terjadi tumpang tindih kegiatan.

15
3. Masalah kualitas guru dan tenaga pendidik: Kualitas guru dan tenaga pendidik
merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan kualitas pendidikan.
Namun, seringkali kurangnya kualitas guru dan tenaga pendidik, baik dari segi
pendidikan dan kompetensi, menyebabkan pelaksanaan kebijakan sarana
pendidikan sulit untuk berjalan dengan maksimal.
4. Ketidakmerataan distribusi sarana pendidikan: Seringkali terjadi
ketidakmerataan distribusi sarana pendidikan di beberapa wilayah atau daerah.
Hal ini menyebabkan akses pendidikan terhambat dan menyulitkan bagi siswa
yang berada di wilayah tersebut.
5. Kurangnya partisipasi masyarakat: Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
kebijakan sarana pendidikan juga penting untuk menjamin keberhasilan
program dan kebijakan tersebut. Namun, seringkali masyarakat kurang aktif
dalam memberikan masukan dan dukungan, sehingga program dan kebijakan
tidak berjalan dengan baik.
6. Perubahan kebijakan yang sering terjadi: Seringkali kebijakan yang diambil
berubah-ubah, baik dari sisi regulasi dan aturan yang diterapkan, sehingga
pelaksanaan program dan kebijakan sulit untuk terlaksana secara konsisten.
7. Untuk mengatasi permasalahan dalam pelaksanaan kebijakan sarana
pendidikan, pemerintah perlu bekerja sama dengan stakeholder terkait dan
masyarakat dalam mencari solusi yang tepat. Diperlukan juga transparansi dan
akuntabilitas dalam pelaksanaan program dan kebijakan serta perencanaan
yang matang dan terukur.

Di Indonesia, pelaksanaan kebijakan sarana pendidikan juga menghadapi berbagai


permasalahan, di antaranya:

1. Kurangnya anggaran: Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, masalah


anggaran merupakan salah satu kendala utama dalam pelaksanaan kebijakan
sarana pendidikan di Indonesia. Keterbatasan anggaran ini mempengaruhi
kualitas sarana pendidikan yang tidak dapat ditingkatkan secara optimal.
2. Kondisi geografis: Indonesia memiliki kondisi geografis yang sangat luas,
sehingga tidak semua daerah dapat dijangkau dengan mudah. Hal ini

16
menyebabkan sulitnya distribusi sarana pendidikan ke seluruh wilayah
Indonesia, terutama daerah yang terpencil dan terisolasi.
3. Kurangnya kualitas tenaga pendidik: Kualitas tenaga pendidik di Indonesia
masih perlu ditingkatkan, terutama di daerah-daerah terpencil dan terisolasi.
Kekurangan tenaga pendidik yang berkualitas juga mempengaruhi kualitas
pendidikan dan pelaksanaan kebijakan sarana pendidikan.
4. Tumpang tindih kebijakan: Seringkali terjadi tumpang tindih kebijakan dalam
pelaksanaan kebijakan sarana pendidikan, antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah, sehingga pelaksanaan program tidak berjalan dengan baik.
5. Kurangnya koordinasi antara instansi terkait: Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, kurangnya koordinasi antara instansi terkait juga terjadi di
Indonesia. Hal ini membuat pelaksanaan program dan kebijakan sulit
dilaksanakan secara efektif dan efisien.
6. Permasalahan teknis: Beberapa masalah teknis dalam pelaksanaan kebijakan
sarana pendidikan juga sering muncul, seperti kurangnya ketersediaan bahan
dan material, kurangnya pengawasan, dan kurangnya pemeliharaan sarana dan
prasarana.

17
BAB IV

SOLUSI DALAM KEBIJAKAN SARANA PENDIDIKAN

A. Solusi Dalam Kebijakan Sarana Pendidikan


Beberapa solusi untuk mengatasi permasalahan pelaksanaan kebijakan sarana
pendidikan di Indonesia antara lain:

1. Peningkatan anggaran: Pemerintah perlu meningkatkan anggaran untuk sektor


pendidikan, terutama dalam memperbaiki dan membangun sarana pendidikan
yang memadai. Hal ini akan membantu meningkatkan kualitas sarana
pendidikan di seluruh wilayah Indonesia.
2. Peningkatan kualitas tenaga pendidik: Peningkatan kualitas tenaga pendidik
sangat penting untuk meningkatkan mutu pendidikan. Pemerintah perlu
memberikan dukungan dan pelatihan kepada tenaga pendidik untuk
meningkatkan kualitas dan profesionalisme mereka dalam mengajar.
3. Pembangunan sarana dan prasarana yang tepat sasaran: Pemerintah harus
memastikan bahwa pembangunan sarana dan prasarana pendidikan dilakukan
dengan tepat sasaran, yaitu daerah-daerah yang membutuhkan dengan skala
prioritas tinggi, sehingga kebijakan sarana pendidikan dapat dijalankan dengan
efektif.
4. Peningkatan koordinasi antar instansi: Pemerintah perlu meningkatkan
koordinasi antar instansi terkait, baik itu antara pemerintah pusat dan
pemerintah daerah, maupun antar lembaga terkait, agar kebijakan sarana
pendidikan dapat diimplementasikan dengan baik.
5. Peningkatan partisipasi masyarakat: Peningkatan partisipasi masyarakat sangat
penting untuk memperkuat pelaksanaan kebijakan sarana pendidikan.

18
Pemerintah perlu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam merencanakan,
melaksanakan, dan memantau program pendidikan, sehingga pelaksanaan
kebijakan dapat lebih efektif dan efisien.
6. Peningkatan pengawasan dan pemeliharaan: Pemerintah perlu meningkatkan
pengawasan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan secara
berkala, agar dapat memastikan bahwa sarana pendidikan dapat digunakan
secara optimal dan aman untuk kegiatan pembelajaran.

Dengan mengimplementasikan solusi-solusi di atas, diharapkan pelaksanaan


kebijakan sarana pendidikan di Indonesia dapat berjalan lebih efektif dan efisien,
serta dapat meningkatkan mutu pendidikan dan kesejahteraan masyarakat.

19
BAB V

PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebijakan adalah serangkaian langkah atau tindakan yang dirancang dan diambil
oleh pemerintah, organisasi, atau individu untuk mencapai tujuan tertentu. Kebijakan
dapat berupa aturan, prosedur, atau tindakan konkret yang ditujukan untuk mengatasi
permasalahan atau mempromosikan perubahan dalam suatu bidang tertentu.
Kebijakan pendidikan adalah serangkaian rencana dan tindakan yang diambil oleh
pemerintah, organisasi, atau individu untuk mengatur, mengembangkan, dan
meningkatkan sistem pendidikan di suatu negara atau wilayah tertentu. Kebijakan
pendidikan bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dalam bidang
pendidikan, seperti peningkatan akses dan kualitas pendidikan, pengembangan
kurikulum dan metode pengajaran yang lebih baik, meningkatkan kualitas sumber
daya manusia, dan mengurangi kesenjangan sosial dalam bidang pendidikan.
Dasar hukum kebijakan pendidikan di Indonesia tercantum dalam berbagai undang-
undang dan peraturan pemerintah dari tingkat pusat maupun daerah sedangkan
peraturan Peraturan sarana pendidikan di Indonesia mengatur tentang standar,
persyaratan, dan tata cara pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan. Beberapa
peraturan terkait sarana pendidikan di Indonesia antara lain Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 44 Tahun 2019 tentang Standar Sarana dan
Prasarana Pendidikan, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 29
Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Pengembangan Infrastruktur
Sekolah, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016
tentang Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif, Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Pedagogik Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sarana
Prasarana Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Gambaran pelaksanaan kebijakan sarana dan prasarana pendidikan di Indonesia
mempunyai beberapa tahapan mulai dari proses pengadaan barang hingga
penghapusan barag. Pelaksanaan sarana dan prasarana di Indonesia dalam bidang
pendidikan masih menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan meliputi
kurangnya anggaran, kualitas sarana dan prasarana pendidikan, pengelolaan sarana

20
dan prasarana pendidikan dan terbatasnya akses dan ketersediaan sarana dan
Prasana.
Solusi yang dapat diambil dalam melaksanakan permasalahan tersebut yaitu
meningkatkan alokasi anggaran untuk pembangunan dan perawatan sarana dan
prasarana pendidikan, Meningkatkan kualitas dan ketersediaan tenaga teknisi dan
perawat yang berkualitas untuk merawat dan memperbaiki sarana dan prasarana
pendidikan, Memperhatikan kualitas bangunan dan fasilitas pendukung pendidikan,
seperti toilet, air bersih, listrik, dan sanitasi, Memperkuat pengawasan dan
pengendalian terhadap pengelolaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
pendidikan, serta memberikan sanksi tegas bagi sekolah-sekolah yang tidak memenuhi
standar yang telah ditetapkan, dan Melibatkan masyarakat dan pihak terkait dalam
perencanaan dan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan.
B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan penulis sehingga
diperlukan kritik dan saran yang membangun.

21
DAFTAR PUSTAKA

Mohd Khalid Hj Nordin,Dr Wan Hassan Wan ahmad. 2007. Mendidik anak Dari Jiwa
Yang Tenang. Seremban: Tripple Power Consultant
Hussin Bin Sarju, Rohana Binti Hamzah, Amirmudin Bin Udin. 2007. Pendidikan:
Matlamat Dan Fungsinya. Universiti Teknologi Malaysia
Riza Yonisa Kurniawan. 2016. Identifikasi Permasalahan Pendidikan Di Indonesia
Untuk Meningkatkan Mutu Dan Profesionalisme Guru. Universitas Negeri Surabaya
Yusuf Hadijaya. 2012. Administrasi Pendidikan. Perdana Publishing : Medan
Syafaruddin. 2008. Efektivitas Kebijakan Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta
Ali Imron. 1995. Analis Kebijakan Pendidikan Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara
Riant, N. (2008). Kebijakan Pendidikan yang Unggul, Kasus Pembangunan Pendidikan
di Kabupaten Jembrana, 2000—2006. Yogyakarta: Pustka Pelajar
Suyahman, S.(2016). Analisis Kebijakan Pendidikan Gratis Di Sekolah Menengah Atas
Dalam Kaitannya Dengan Kualitas Pendidikan Menengah Atas. Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan, 6(2), 1047-1054
Bakry, A. (2010). Kebijakan Pendidikan Sebagai Kebijakan Publik. Jurnal Medtek,
2(1), 1-13.

22
Fatkuroji, F. (2017). Implementasi Kebijakan Pembelajaran Terpadu dan Minat
Pelanggan Pendidikan. Tarbawi: Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan, 2(02), 28-
40
Sudjiarto, 2008.Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita.Jakarta: PT Kompas
Media Nusantara.
Nurkholis. 2013. Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Teknologi. Jurnal
Kependdikan, Vol. 1 No. 1
Arifin, M. & Barnawi. 2012. Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah. Jogjakarta.
Ar-Ruzz.
Soetjipto. 2004. Profesi Keguruan. Rineka Cipta. Jakarta
Rusdiana. 2015. Kebijakan Pendidikan dari Filosofi Ke Implementasi. Penerbit
Pustaka SETIA Bandung.

23

Anda mungkin juga menyukai