KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................ iii
BAB I : PENDAHULUAN....................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................................... 3
C. Manfaat dan Tujuan................................................................................................................. 3
BAB II : LANDASAN TEORI................................................................................................................. 4
A. Pengertian Kebijakan............................................................................................................. 4
B. Dasar Hukum Kebijakan Pendidikan................................................................................7
BAB III : PERMASALAHAN KEBIJAKAN SARANA PENDIDIKAN............................................12
A. Gambaran Pelaksanaan Kebijakan Sarana Pendidikan di Indonesia..................12
B. Permasalahan Pelaksanaan Kebijakan Sarana Pendidikan....................................15
BAB IV : SOLUSI DALAM KEBIJAKAN SARANA PENDIDIKAN................................................18
A. Solusi Dalam Kebijakan Sarana Pendidikan.................................................................18
BAB V : PENUTUP............................................................................................................................... 20
A. Kesimpulan.............................................................................................................................. 20
B. Saran.......................................................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................................. 22
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses yang mencakup tiga dimensi, individu,
masyarakat atau komunitas nasional dari individu tersebut, dan seluruh kandungan
realitas, baik material maupun spiritual yang memainkan peranan dalam
menentukan sifat, nasib, bentuk manusia maupun masyarakat. Pendidikan lebih
dari sekedar pengajaran, yang dapat dikatakan sebagai suatu proses transfer ilmu,
transformasi nilai, dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang
dicakupnya. Dengan demikian pengajaran lebih berorientasi pada pembentukan
spesialis atau bidangbidang tertentu, oleh karena itu perhatian dan minatnya lebih
bersifat teknis (Nurkholis, 2013)
Pendidikan merupakan suatu proses yang diperlukan untuk mendapatkan
keseimbangan dan kesempurnaan dalam perkembangan individu maupun
masyarakat. Penekanan pendidikan dibanding dengan pengajaran terletak pada
pembentukan kesadaran dan kepribadian individu atau masyarakat di samping
transfer ilmu dan keahlian. Dengan proses semacam ini suatu bangsa atau negara
dapat mewariskan nilai-nilai keagamaan, kebudayaan, pemikiran dan keahlian
kepada generasi berikutnya, sehingga mereka betul-betul siap menyongsong masa
depan kehidupan bangsa dan negara yang lebih cerah. Pendidikan juga merupakan
sebuah aktifitas yang memiliki maksud atau tujuan tertentu yang diarahkan untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki manusia baik sebagai manusia ataupun
sebagai masyarakat dengan sepenuhnya. (Sudjiarto, 2008)
Pendidikan merupakan hal yang terpenting terutama untuk manusia apabila
manusia tidak mengenyam pendidikan manusia akan buta akan pengetahuan dan
sulit untuk mengembangkan hal-hal yang ada. Namun dalam pelaksanaan
1
pendidikan tentu memicu banyak permasalahan salah satunya yaitu ketersedian
dan kecukupan sarana pendidikan.
Menurut Mulyasa (2003), sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan
yang secara langsung dipergunakan dan menunjang proses pendidikan, khususnya
proses belajar mengajar, seperti gedung, ruangan kelas, meja, kursi, serta alat-alat
dan media pengajaran. Dengan demikian sarana pendidikan akan berperan baik
ketika penggunaan sarana tersebut dilakukan oleh tenaga pendidik yang
bersangkutan secara optimal. Barnawi (2012), berpendapat bahwa prasarana
pendidikan adalah semua perangkat kelengkapan dasar yang secara tidak langsung
menunjang pelaksanaan proses pendidikan di sekolah. Oleh karena itu sarana dan
prasarana pendidikan adalah satu kesatuan pendukung terlaksanakannya proses
belajar dan mengajar dengan baik dan optimal.
Guru membutuhkan sarana pembelajaran dalam menunjang kegiatan
pembelajaran. Selain kemampuan guru dalam menyelenggarakan kegiatan
pembelajaran, dukungan dari sarana pembelajaran sangat penting dalam membantu
guru. Semakin lengkap dan memadai sarana pembelajaran yang dimiliki sebuah
sekolah akan memudahkan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai tenaga
pendidikan. Begitu pula dengan suasana selama kegiatan pembelajaran. Sarana
pembelajaran harus dikembangkan agar dapat menunjang proses belajar mengajar.
Beberapa hal yang perlu dikembangkan dalam menunjang proses belajar mengajar:
1) perpustakaan, 2) sarana penunjang kegiatan kurikulum, dan 3) prasarana dan
sarana kegiatan ekstrakurikuler dan mulok (Soetjipto, 2004).
Sarana dan prasarana merupakan faktor pendukung yang sangat penting dalam
dunia pendidikan selain tenaga pendidik. Pendidikan tidak akan pernah bisa
berjalan dengan baik tanpa adanya sarana dan prasarana yang memadai. Sarana dan
prasarana tidak akan dapat terpenuhi tanpa adanya manajemen yang dijalankan
dalam lembaga pendidikan yang terkait dan dengan adanya manajemen sarana dan
prasarana pendidikan akan berdaya untuk proses pembelajaran. Karena sarana
pendidikan begitu penting maka penulis tertarik membahas mengenai Kebijakan
Sarana Pendidikan
2
B. Rumusan Masalah
1) Apa pengertian kebijakan pendidikan ?
2) Apa dasar hukum kebijakan pendidikan di Indonesia ?
3) Peraturan apa yang menjadi pedoman kebijakan sarana pendidikan ?
4) Bagaimana gambaran pelaksanaan kebijakan sarana pendidikan di Indonesia ?
5) Apa saja masalah kebijakan sarana pendidikan?
6) Apa solusi terhadap masalah sarana pendidikan
3
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengertian Kebijakan
A) Pengertian Kebijakan
Secara etimologis, kebijakan merupakan terjemahan dari kata policy yang
artinya kebijakan. Menurut Poerwadarminta (1984) kebijakan berasal dari kata
bijak yang artinya pandai, mahir, selalu menggunakan akal budi. Kebijakan juga
dapat diartikan sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis dasar dan
dasar rencana dalam pelaksanaan pekerjaan, kepemimpinan dan cara bertindak
oleh pemerintah, organisasi dan sebagainya sebagai sebuah cita-cita, tujuan,
prinsip atau pedoman untuk mencapai sasaran. (Rusdiana, 2015)
Menurut David (2006) dalam Yusuf (2012), Kebijakan mengacu pada panduan
spesifik, metode, prosedur, aturan, formulir, dan praktek administrasi yang dibuat
untuk mendukung dan mendorong pekerjaan melalui tujuan yang telah ditetapkan.
Membuat kebijakan bukanlah pekerjaan yang mudah, karena untuk menghasilkan
kebijakan yang tepat dan baik dibutuhkan kerangka analisis kebijakan.
Menurut E. Suradinata (1993) dalam Rusdiana (2015) ciri-ciri kebijakan
meliputi :
a. Mengandung hubungan dengan tujuan organisasi
b. Dikomunikasikan dan dijelaskan kepada semua pihak
c. Dinyatakan dengan bahasa yang mudah dipahami
d. Mengandung ketentuan tentang batasannya dan ukurannya
e. Memungknkan diadadakan pembahasan jika diperlukan
f. Masuk akal dan dapat dilaksanakan
4
Kebijakan pada umumnya bersifat problem solving dan proaktif. Kebijakan
memiliki sifat yang adaptif dan interpratatif. Kebijakan juga diharapkan dapat
bersifat umum tetapi tanpa menghilangkan ciri lokal yang spesifik. Kebijakan
harus memberi peluang diinterpretasikan sesuai kondisi spesifik yang ada.
Padahal Menurut Pongtuluran (1995) kebijakan dipandang sebagai: (1) pedoman
untuk bertindak, (2) pembatas prilaku, dan (3) bantuan bagi pengambil keputusan.
Masih banyak kesalahan pemahaman maupun kesalahan konsepsi tentang
kebijakan. Beberapa orang menyebut policy dalam sebutan kebijaksanaan, yang
maknanya sangat berbeda dengan kebijakan. Padahal menurut Rusidana (2015)
perbedaan antara kebijaksanaan dan kebijakan yaitu kebijaksanaan adalah aturan-
aturan yang semestinya dan harus diikuti tanpa pandang bulu, sifatnya mengikat
kepada siapapun yang dimaskud untuk diikat oleh kebijaksanaan tersebut.
Sedangkan kebijakan adalah ketentuan dari pemimpin yang berbeda dengan
aturan yang ada, yang dikenakan kepada seseorang karena alasan tertentu.
B) Pengertian Kebijakan Pendidikan
5
distribusi sumber pelaksanaan pendidikan maupun pengelolaan perilaku
pendidikan (Bakry, 2010).
6
pendidikan bagi anak-anak dari keluarga miskin dan daerah terpencil.
Inisiatif ini meliputi pembangunan sekolah di daerah pedesaan, pemberian
beasiswa bagi siswa berprestasi, dan program-program bantuan keuangan
untuk keluarga miskin.
3. Memperkuat keterampilan siswa: Kebijakan pendidikan di Indonesia
bertujuan untuk mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan masa
depan dengan memperkuat keterampilan mereka dalam berbagai bidang,
termasuk teknologi, sains, dan matematika. Hal ini diharapkan dapat
mempersiapkan siswa untuk terlibat dalam ekonomi global yang semakin
terintegrasi.
4. Meningkatkan partisipasi masyarakat: Kebijakan pendidikan di Indonesia
juga bertujuan untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam
pengambilan keputusan pendidikan dan meningkatkan keterlibatan orang
tua dalam pendidikan anak-anak mereka. Tujuan ini diharapkan dapat
meningkatkan kualitas pendidikan dan mengurangi kesenjangan pendidikan
antara wilayah dan kelompok sosial.
7
3. Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan Dasar dan Menengah: Peraturan
ini mengatur penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah di
Indonesia, termasuk struktur, kurikulum, evaluasi, dan akreditasi sekolah.
4. Keputusan Presiden tentang Pendidikan Tinggi: Keputusan ini mengatur
penyelenggaraan pendidikan tinggi di Indonesia, termasuk kurikulum,
akreditasi, dan pengawasan.
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan: Peraturan ini mengatur
berbagai aspek pendidikan, seperti kurikulum, evaluasi, dan pelatihan guru.
6. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional: UU ini menjadi dasar hukum utama bagi kebijakan pendidikan di
Indonesia. Di dalamnya diatur mengenai tujuan pendidikan, jenis-jenis
pendidikan, kurikulum, pengelolaan pendidikan, serta peran pemerintah
dan masyarakat dalam pendidikan.
7. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen: UU ini
mengatur mengenai hak dan kewajiban guru dan dosen, pengembangan
karir, dan tata kelola pendidikan tinggi.
8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi: UU ini
mengatur mengenai pengelolaan dan pengembangan pendidikan tinggi di
Indonesia.
9. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan: PP ini mengatur mengenai standar nasional pendidikan,
termasuk standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, dan
standar sarana dan prasarana.
10. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2021
tentang Standar Nasional Pendidikan: Permendikbud ini merupakan revisi
dari Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Nasional
Pendidikan, yang mengatur mengenai standar nasional pendidikan yang
harus dipenuhi oleh satuan pendidikan di Indonesia.
11. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara: UU ini
mengatur mengenai tata kelola dan pengembangan aparatur sipil negara,
termasuk guru dan tenaga kependidikan.
8
12. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan: PP ini mengatur mengenai pengelolaan dan
penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, termasuk tata kelola pendidikan,
pendanaan pendidikan, dan sanksi bagi pelanggar.
Selain itu, ada juga berbagai kebijakan pendidikan lainnya yang dikeluarkan
oleh pemerintah, seperti Program Pendidikan Nasional, Gerakan Literasi Nasional,
dan Program Indonesia Pintar. Semua kebijakan pendidikan ini didasarkan pada
dasar hukum yang telah ditetapkan dan bertujuan untuk memperbaiki sistem
pendidikan di Indonesia dan meningkatkan kualitas pendidikan bagi seluruh
warga negara.
9
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 15 Tahun 2021
tentang Pemberlakuan Kembali Pembelajaran Tatap Muka pada
Sekolah/Madrasah dalam Masa Pandemi Covid-19: Peraturan ini mengatur
tentang persyaratan dan tata cara pelaksanaan pembelajaran tatap muka di
sekolah/madrasah selama pandemi Covid-19, termasuk persyaratan sarana
dan prasarana yang harus dipenuhi agar kegiatan belajar mengajar dapat
berjalan dengan aman.
5. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 229/P/2021
tentang Petunjuk Pelaksanaan Program Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
Tahun 2021: Keputusan ini mengatur tentang penggunaan dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS) yang mencakup pengadaan sarana dan prasarana
pendidikan yang dibutuhkan oleh sekolah/madrasah.
10
proyektor, serta pelatihan guru dalam penggunaan teknologi
pembelajaran.
4. Program Sekolah Hijau: Program ini bertujuan untuk menciptakan
lingkungan sekolah yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Program
ini meliputi penanaman pohon, pengurangan penggunaan bahan kimia
berbahaya, penggunaan energi terbarukan, dan pengelolaan sampah yang
baik.
5. Program Peningkatan Aksesibilitas Sekolah Bagi Anak Berkebutuhan
Khusus: Program ini bertujuan untuk memastikan bahwa anak-anak
berkebutuhan khusus memiliki akses yang sama terhadap pendidikan.
Program ini meliputi peningkatan kualitas fasilitas pendukung seperti
toilet dan aksesibilitas bangunan, serta pelatihan guru dalam pengajaran
anak-anak berkebutuhan khusus.
11
BAB III
Terdapat beberapa prinsip yang perlu diperhatikan dalam mengelola sarana dan
prasarana pendidikan di sekolah, antara lain:
Pada dasarnya manajemen sarana dan prasarana sekolah dilakukan dengan maksud
agar semua fasilitas sekolah dalam keadaan kondisi siap pakai. Oleh sebab itu,
manajemen perlengkapan sekolah dapat dikatakan berhasil bilamana fasilitas sekolah
itu selalu siap pakai setiap saat, pada setiap ada seorang personel sekolah akan
menggunakannya.
2. Prinsip Efisiensi
Dengan prinsip efisiensi berarti bahwa pemakaian semua fasilitas sekolah
hendaknya dilakukan dengan sebaik-baiknya, sehingga dapat mengurangi
pemborosan.
3. Prinsip Administratif
Dengan prinsip administratif berarti semua perilaku pengelolaan sarana dan
prasarana pendidikan di sekolah hendaknya selalu memperhatikan undang-undang,
peraturan, instruksi, dan pedoman yang telah diberlakukan oleh pemerintah.
12
4. Prinsip Kejelasan Tanggung Jawab
Di Indonesia tidak sedikit adanya lembaga pendidikan yang sangat besar dan maju.
Oleh karena besar, sarana dan prasarananya sangat banyak sehingga
manajemennya melibatkan banyak orang. Jika hal itu terjadi maka perlu adanya
pengorganisasian kerja pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan.
5. Prinsip Kekohesifan
Dengan prinsip kekohesifan berarti manajemen perlengkapan pendidikan di
sekolah hendaknya terealisasikan dalam bentuk proses kerja sekolah yang sangat
kompak.
13
Penyaluran merupakan kegiatan yang menyangkut pemindahan sarana,
prasarana dan tanggungjawab pengelolaannya dari instansi yang satu kepada
instansi yang lain. Dalam batasan ini ada dua pihak yang terlibat, yaitu: (1) pihak
sumber yakni darimana sarana dna prasarana berasala disalurkan, (2) pihak
penerima yaitu kepada siapa pengiriman sarana dan prasarana ditujukan.
4. Inventarisasi sarana dan Prasarana Pendidikan
Salah satu aktivitas dalam pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan di
sekolah adalah mencatat semua sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah.
Inventarisasi adalah pencatatan dan penyusunan daftar barang milik Negara secara
sistematis
5. Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Pemeliharaan merupakan suatu kegiatan dengan pengadaan biaya yang
termasuk dalam keseluruhan anggaran persekolahan dan diperuntukkan bagi
kelangsungan bangunan (building) dan perlengkapan (equipment) serta perabot
sekolah (furniture), termasuk penyediaan biaya bagi kepentingan perbaikan dan
pemugaran, serta penggantian.
6. Penyimpanan Sarana dan Prasarana Pendidikan
Semua alat-alat dan perlengkapan harus disimpan ditempat yang bebas dari
factor-faktor perusak, seperti panas, lembab, dan serangga.
14
1. Perencanaan: Pada tahap ini, pemerintah dan stakeholder terkait melakukan
perencanaan kebijakan dan program yang akan dilakukan. Hal ini meliputi
menentukan target, sasaran, dan tujuan yang ingin dicapai.
2. Implementasi: Tahap ini meliputi pelaksanaan program dan kebijakan yang
telah direncanakan pada tahap sebelumnya. Dalam tahap ini, perlu dilakukan
pengorganisasian, pengalokasian sumber daya, dan pengawasan terhadap
pelaksanaan program.
3. Monitoring dan Evaluasi: Pada tahap ini, pemerintah dan stakeholder terkait
melakukan pemantauan terhadap program dan kebijakan yang telah
dilaksanakan. Evaluasi dilakukan untuk mengevaluasi sejauh mana program
telah berhasil mencapai target dan tujuan yang telah ditetapkan.
4. Peningkatan: Jika program dan kebijakan yang dilakukan tidak berhasil
mencapai target dan tujuan yang ditetapkan, maka pemerintah dan stakeholder
terkait perlu melakukan perbaikan atau perubahan untuk meningkatkan
kualitas program dan kebijakan.
15
3. Masalah kualitas guru dan tenaga pendidik: Kualitas guru dan tenaga pendidik
merupakan salah satu faktor penting dalam peningkatan kualitas pendidikan.
Namun, seringkali kurangnya kualitas guru dan tenaga pendidik, baik dari segi
pendidikan dan kompetensi, menyebabkan pelaksanaan kebijakan sarana
pendidikan sulit untuk berjalan dengan maksimal.
4. Ketidakmerataan distribusi sarana pendidikan: Seringkali terjadi
ketidakmerataan distribusi sarana pendidikan di beberapa wilayah atau daerah.
Hal ini menyebabkan akses pendidikan terhambat dan menyulitkan bagi siswa
yang berada di wilayah tersebut.
5. Kurangnya partisipasi masyarakat: Partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan
kebijakan sarana pendidikan juga penting untuk menjamin keberhasilan
program dan kebijakan tersebut. Namun, seringkali masyarakat kurang aktif
dalam memberikan masukan dan dukungan, sehingga program dan kebijakan
tidak berjalan dengan baik.
6. Perubahan kebijakan yang sering terjadi: Seringkali kebijakan yang diambil
berubah-ubah, baik dari sisi regulasi dan aturan yang diterapkan, sehingga
pelaksanaan program dan kebijakan sulit untuk terlaksana secara konsisten.
7. Untuk mengatasi permasalahan dalam pelaksanaan kebijakan sarana
pendidikan, pemerintah perlu bekerja sama dengan stakeholder terkait dan
masyarakat dalam mencari solusi yang tepat. Diperlukan juga transparansi dan
akuntabilitas dalam pelaksanaan program dan kebijakan serta perencanaan
yang matang dan terukur.
16
menyebabkan sulitnya distribusi sarana pendidikan ke seluruh wilayah
Indonesia, terutama daerah yang terpencil dan terisolasi.
3. Kurangnya kualitas tenaga pendidik: Kualitas tenaga pendidik di Indonesia
masih perlu ditingkatkan, terutama di daerah-daerah terpencil dan terisolasi.
Kekurangan tenaga pendidik yang berkualitas juga mempengaruhi kualitas
pendidikan dan pelaksanaan kebijakan sarana pendidikan.
4. Tumpang tindih kebijakan: Seringkali terjadi tumpang tindih kebijakan dalam
pelaksanaan kebijakan sarana pendidikan, antara pemerintah pusat dengan
pemerintah daerah, sehingga pelaksanaan program tidak berjalan dengan baik.
5. Kurangnya koordinasi antara instansi terkait: Seperti yang telah disebutkan
sebelumnya, kurangnya koordinasi antara instansi terkait juga terjadi di
Indonesia. Hal ini membuat pelaksanaan program dan kebijakan sulit
dilaksanakan secara efektif dan efisien.
6. Permasalahan teknis: Beberapa masalah teknis dalam pelaksanaan kebijakan
sarana pendidikan juga sering muncul, seperti kurangnya ketersediaan bahan
dan material, kurangnya pengawasan, dan kurangnya pemeliharaan sarana dan
prasarana.
17
BAB IV
18
Pemerintah perlu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam merencanakan,
melaksanakan, dan memantau program pendidikan, sehingga pelaksanaan
kebijakan dapat lebih efektif dan efisien.
6. Peningkatan pengawasan dan pemeliharaan: Pemerintah perlu meningkatkan
pengawasan dan pemeliharaan sarana dan prasarana pendidikan secara
berkala, agar dapat memastikan bahwa sarana pendidikan dapat digunakan
secara optimal dan aman untuk kegiatan pembelajaran.
19
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kebijakan adalah serangkaian langkah atau tindakan yang dirancang dan diambil
oleh pemerintah, organisasi, atau individu untuk mencapai tujuan tertentu. Kebijakan
dapat berupa aturan, prosedur, atau tindakan konkret yang ditujukan untuk mengatasi
permasalahan atau mempromosikan perubahan dalam suatu bidang tertentu.
Kebijakan pendidikan adalah serangkaian rencana dan tindakan yang diambil oleh
pemerintah, organisasi, atau individu untuk mengatur, mengembangkan, dan
meningkatkan sistem pendidikan di suatu negara atau wilayah tertentu. Kebijakan
pendidikan bertujuan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dalam bidang
pendidikan, seperti peningkatan akses dan kualitas pendidikan, pengembangan
kurikulum dan metode pengajaran yang lebih baik, meningkatkan kualitas sumber
daya manusia, dan mengurangi kesenjangan sosial dalam bidang pendidikan.
Dasar hukum kebijakan pendidikan di Indonesia tercantum dalam berbagai undang-
undang dan peraturan pemerintah dari tingkat pusat maupun daerah sedangkan
peraturan Peraturan sarana pendidikan di Indonesia mengatur tentang standar,
persyaratan, dan tata cara pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan. Beberapa
peraturan terkait sarana pendidikan di Indonesia antara lain Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 44 Tahun 2019 tentang Standar Sarana dan
Prasarana Pendidikan, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 29
Tahun 2014 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Pengembangan Infrastruktur
Sekolah, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2016
tentang Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif, Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 24 Tahun 2016 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Pedagogik Pendidik dan Tenaga Kependidikan, dan Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sarana
Prasarana Pendidikan pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.
Gambaran pelaksanaan kebijakan sarana dan prasarana pendidikan di Indonesia
mempunyai beberapa tahapan mulai dari proses pengadaan barang hingga
penghapusan barag. Pelaksanaan sarana dan prasarana di Indonesia dalam bidang
pendidikan masih menghadapi berbagai tantangan dan permasalahan meliputi
kurangnya anggaran, kualitas sarana dan prasarana pendidikan, pengelolaan sarana
20
dan prasarana pendidikan dan terbatasnya akses dan ketersediaan sarana dan
Prasana.
Solusi yang dapat diambil dalam melaksanakan permasalahan tersebut yaitu
meningkatkan alokasi anggaran untuk pembangunan dan perawatan sarana dan
prasarana pendidikan, Meningkatkan kualitas dan ketersediaan tenaga teknisi dan
perawat yang berkualitas untuk merawat dan memperbaiki sarana dan prasarana
pendidikan, Memperhatikan kualitas bangunan dan fasilitas pendukung pendidikan,
seperti toilet, air bersih, listrik, dan sanitasi, Memperkuat pengawasan dan
pengendalian terhadap pengelolaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana
pendidikan, serta memberikan sanksi tegas bagi sekolah-sekolah yang tidak memenuhi
standar yang telah ditetapkan, dan Melibatkan masyarakat dan pihak terkait dalam
perencanaan dan pengelolaan sarana dan prasarana pendidikan.
B. Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan penulis sehingga
diperlukan kritik dan saran yang membangun.
21
DAFTAR PUSTAKA
Mohd Khalid Hj Nordin,Dr Wan Hassan Wan ahmad. 2007. Mendidik anak Dari Jiwa
Yang Tenang. Seremban: Tripple Power Consultant
Hussin Bin Sarju, Rohana Binti Hamzah, Amirmudin Bin Udin. 2007. Pendidikan:
Matlamat Dan Fungsinya. Universiti Teknologi Malaysia
Riza Yonisa Kurniawan. 2016. Identifikasi Permasalahan Pendidikan Di Indonesia
Untuk Meningkatkan Mutu Dan Profesionalisme Guru. Universitas Negeri Surabaya
Yusuf Hadijaya. 2012. Administrasi Pendidikan. Perdana Publishing : Medan
Syafaruddin. 2008. Efektivitas Kebijakan Pendidikan. Jakarta. Rineka Cipta
Ali Imron. 1995. Analis Kebijakan Pendidikan Indonesia. Jakarta : Bumi Aksara
Riant, N. (2008). Kebijakan Pendidikan yang Unggul, Kasus Pembangunan Pendidikan
di Kabupaten Jembrana, 2000—2006. Yogyakarta: Pustka Pelajar
Suyahman, S.(2016). Analisis Kebijakan Pendidikan Gratis Di Sekolah Menengah Atas
Dalam Kaitannya Dengan Kualitas Pendidikan Menengah Atas. Jurnal Pendidikan
Kewarganegaraan, 6(2), 1047-1054
Bakry, A. (2010). Kebijakan Pendidikan Sebagai Kebijakan Publik. Jurnal Medtek,
2(1), 1-13.
22
Fatkuroji, F. (2017). Implementasi Kebijakan Pembelajaran Terpadu dan Minat
Pelanggan Pendidikan. Tarbawi: Jurnal Keilmuan Manajemen Pendidikan, 2(02), 28-
40
Sudjiarto, 2008.Landasan dan Arah Pendidikan Nasional Kita.Jakarta: PT Kompas
Media Nusantara.
Nurkholis. 2013. Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Teknologi. Jurnal
Kependdikan, Vol. 1 No. 1
Arifin, M. & Barnawi. 2012. Manajemen Sarana dan Prasarana Sekolah. Jogjakarta.
Ar-Ruzz.
Soetjipto. 2004. Profesi Keguruan. Rineka Cipta. Jakarta
Rusdiana. 2015. Kebijakan Pendidikan dari Filosofi Ke Implementasi. Penerbit
Pustaka SETIA Bandung.
23