Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

TUJUAN DAN FUNGSI HUKUM

Makalah ini disusun guna melengkapi tugas Pengantar Ilmu Hukum

yang diampu oleh:

Ubaidillah Kamal, S. Pd., M. H.

Disusun oleh:

1. Annisa Restu Fauziah (8111421011)

2. Arifana Ismir Afianti (8111421015)

3. Tisa Raihani Tanjung (8111421036)

4. Ammar Ibnu Sina (8111421051)

FAKULTAS ILMU HUKUM

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2021
Kata pengantar
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "Tujuan dan Fungsi Hukum” tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengantar Ilmu Hukum. Selain itu,
makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang tujuan dan fungsi hukum bagi para
pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ubaidillah Kamal, S. Pd., M. H.


selaku Dosen pengampu. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang
telah membantu diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik
yang membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 16 September 2021

Penulis

i
Daftar Isi

Kata Pengantar .............................................................................................................................i

Daftar Isi ........................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ............................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................................2
1.3. Tujuan ..........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Tujuan Hukum ..............................................................................................................4
2.2 Fungsi Hukum ...............................................................................................................7
2.3 Korelasi Tujuan dan Fungsi Hukum dengan Masyarakat .............................................9

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan ......................................................................................................................12
3.2 Saran ..............................................................................................................................12

Daftar Pustaka ...............................................................................................................................13

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengertian hukum belum ditemukan secara pasti oleh para ahli, karena
cakupan hukum sangat luas dari segi macam, aspek, dan ruang lingkup. Pendapat
tersebut sepemikiran dengan apa yang dikemukakan oleh Van Apel Doom bahwa
hukum itu banyak sekali seginya sehingga tidak mungkin menyatukannya dalam satu
rumusan yang memuaskan (Apeldoorn, 982: 13). Pada akhirnya dikemukakannya
pengertian dari hukum oleh Purnadi Purbacaraka agar tidak terjadi kesimpangsiuran
dalam menjalannkan hukum tersebut, yang antara lain :
1. Sebagai ilmu pengetahuan
2. Sebagai disiplin
3. Sebagai kaidah
4. Sebagai tata hukum
5. Sebagai petugas (hukum)
6. Sebagai keputusan penguasa
7. Sebagai proses pemerintahan
8. Sebagai perilaku yang teratur
9. Sebagai jalinan nilai-nilai (Purbacaraka, 1982: 12)

Fungsi hukum sendiri adalah sebagai pengatur masyarakat dalam


berkehidupan bermasyarakat. Pengatur tersebut berisi tentang apa yang boleh dan
tidak boleh dilakukan demi menghindari pertikaian yang tidak diinginkan agar
masyarakat dapat menikmati kehidupan bermasyarakat dengan aman dan nyaman.
Hukum juga berfungsi guna menagtur masyarakat ke arah yang lebih maju dan
berpikir secara kritis.

Seiring berjalannya waktu, telah terjadi pergeseran dan tatanan nilai,


pengabaiann atas kejujuran, berkembangnya hedonism, pengabaian HAM, dan lain-
lain. Saking derasnya pergeseran nilai dan norma saat ini membuat fungsi hukum
tidak cukup hanya sebatas mengatur ketertiban di kehidupan bermasyarkat saja.
Perubahan kehidupan social yang terus menerus menyebabkan hukum harus

1
diperbarui lagi agar maksimal dalam pengaplikasian ke masyarakat guna mewujudkan
kedamaian serta keadilan-keadilan yang dapat dirasakan.1

Fungsi Hukum yang telah banyak diketahui oleh umum ini adalah fungsi
Hukum sebagai suatu mekanisme pengendalian sosial. Mekanisme pengendalian
sosial ini berupaa suatu proses yang telah direncanakan lebih dahulu dan bertujuan
untuk menganjurkan mengajak, menyuruh, atau bahkan memaksa anggota-anggota
masyarakat agar supaya mematuhi norma-norma hukum atau tata tertib hukum yang
sedang berlaku (Soerjono Soekanto 1975 : 75). Pengendalian sosial dapat dibedakan
menjadi pengendalian sosial yang bersifat preventif dan pengendalian sosial bersifat
represif, bahkan ada pengendalian sosial yang bersifat preventiv – represif.
Pengendalian sosial yang bersifat preventiv berupa pencegahan terhadap gangguan
pada keseimbangan anatara stabilitas dan fleksibilitas masyarakat. Pengendalian sosial
yang bersifat represif bertujuan untuk mengembalikan keseimbangan yang mengalami
gangguan.2

Untuk dapat memahami bekerjanya hukum di dalam masyarakat perlu


dilakukan suatu cara pendekata yang fungsionil terhadap hukum. Dengan cara
pendekatan dari segi-segi fungsi-fungsi yang dikerjakan oleh hukum di dalam
masyarakat itu dapat diketahui vbahwa hukum selalu mendapatkan fungsi-fungsi yang
sesuai dalam masyrakat terlebih dahulu diperlukan suatu pengertian berupa suatu
definisi mengenai hukum yaang bersifat operasional. Fungsi-fungsi dasar dari hukum
dalam bekerjanya didalam masyarakat adalah fungsi sebagai sarana pengendalian
sosial, fungsi sebagai sarana untuk melakukan social engineering dan fungsi integratif
hukum.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, tulisan ini akan membahas lebih lanjut tentang
Tujuan dan Fungsi Hukum itu sendiri. Dengan demikian permasalahan yang
dirumuskan sebagai berikut :
1. Apa saja tujuan dibentuknya hukum?
2. Fungsi apa sajakah yang terbentuk dari adanya hukum?
3. Bagaimana mewujudkan fungsi dan tujuan hukum di masyarakat?
1
Soemitro, Ronny Hanitjo. 1980. Hukum dan fungsi-fungsi dasar dari hukum di dalam masyarakat. Vol.10,
N0.4, hal 377.
2
Soemitro, Ronny Hanitjo. 1980. Hukum dan fungsi-fungsi dasar dari hukum di dalam masyarakat. Vol.10,
N0.4, hal 383.

2
1.3 Tujuan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, pada akhirnya terciptalah
tujuan kami dalam membuat makalah ini. Diantaranya adalah sebagai berikut :

a) Mengetahui tujuan dibentuknya hukum


b) Memahami fungsi-fungsi hukum
c) Dapat mewujudkan fungsi dan tujuan dibentuknya hukum dalam masyarakat

BAB II

3
PEMBAHASAN

2.1 Tujuan Hukum


Tujuan hukum secara umum adalah untuk menciptakan ketertiban, ketentraman,
kebahagiaan dan kemakmuran. Adanya hukum berarti setiap masalah dapat
diselesaikan secara adil oleh pengadilan dengan menjalankan ketentuan hukum yang
berlaku.
Adapun pendapat para ahli mengenai tujuan dari adanya hukum ialah sebagai
berikut :

1. Prof. Subekti, S.H.


Dalam buku yang berjudul “Dasar-Dasar Hukum dan Pengadilan”, Prof.
Subekti, SH. Mengatakan bahwa hukum berfungsi untuk tujuan negara yang pada
hakekatnya membawa kemakmuran dan kebahagiaan bagi rakyatnya.
Prof. Subekti, SH. Mengatakan, bahwa hukum itu mengabdi pada tujuan
Negara yang dalam pokoknya ialah : mendatangkan kemakmuran kebahagiaan
pada rakyatnya.
Hukum, menurut Prof. Subekti, SH, melayani tujuan Negara tersebut dengan
menyelenggarakan keadilan dan ketertiban, syarat-syarat yang pokok untuk
mendatangkan kemakmuran dan kebahagiaan. Ditegaskan selanjutnya, bahwa
keadilan itu kiranya dapat digambarkan sebagai suatu keadaan keseimbangan
yang membawa ketentraman di dalam hati orang, dan jika diusik atau dilanggar
akan menimbulkan kegelisahan dan kegoncangan.
Keadilan selalu mengandung unsur penghargaan, penilaian, pertimbangan dan
karena itu ia lazim dilambangkan dengan satu neraca keadilan. Dikatakan bahwa
keadilan mensyaratkan bahwa, dalam keadaan yang sama, semua menerima
bagian yang sama.
Menurut prof. Subekti, S.H., kebenaran berasal dari Tuhan Yang Maha Esa,
tetapi manusia memiliki kemampuan atau kemampuan untuk merasakan atau
merasakan keadaan yang disebut kebenaran. Dengan demikian, kita melihat
bahwa hukum tidak hanya harus menemukan keseimbangan antara berbagai
kepentingan yang saling bertentangan, untuk memperoleh keadilan, tetapi hukum

4
juga harus menemukan keseimbangan lain antara persyaratan keadilan dan
persyaratan ketertiban atau kepastian hukum.

2. Prof. Mr. Dr. LJ. Van Apeldoorn


Prof Van Alpedorn dalam bukunya “Inleiding tot de studie van t Nederlandse
recht” menyatakan bahwa tujuan hukum adalah mengatur secara damai pergaulan
hidup manusia. Perdamaian antar manusia dipelihara oleh hukum dengan
melindungi kepentingan kelompok manusia.
Pertentangan kepentingan ini dapat menjelma menjadi peperangan, seandainya
hukum tidak bertindak sebagai perantara untuk mempertahankan perdamaian.
Adapun hukum mempertahankan perdamaian dengan menimbang kepentingan
yang bertentangan itu secara teliti dan mengadakan keseimbangan diantaranya,
karena hukum hanya dapat mencapai tujuan, jika ia menuju peraturan yang adil;
artinya peraturan dimana ada keseimbangan antara kepentingan anak didik, dalam
setiap ia mendapat sebanyak mungkin darinya. Keadilan tidak dipandang sama
arti dengan persamarataan. Keadilan tidak berarti bahwa setiap orang menerima
bagian yang sama.
Dalam tulisannya Rhetorica, Aristoteles membedakan dua macam keadilan,
yaitu keadilan distributif, keadilan, dan komutatif. Keadilan distributif adalah
keadilan yang memberi setiap orang bagian sesuai dengan jasanya (pembagian
menurut haknya masing-masing), tidak mengharuskan setiap orang menerima
bagian yang sama; bukan persamaan, tapi perbandingan.
Dalam hal ini Prof. Van Alpedoorn memberi contoh yang berikut: “Bila dalam
pasal 5 Undang-Undang Dasar Belanda mengatakan bahwa tiap-tiap orang
Belanda dapat diangkat untuk tiap-tiap jabatan maka ini belum berarti bahwa tiap-
tiap Belanda memiliki hak yang sama untuk diangkat menjadi menteri, tetapi ini
berarti bahwa tempat itu harus diberikan kepada mereka yang mengandalkan
jasanya dan pantas mendapatkannya”. (Bandingkan dengan UUD-1945 pasal 27
ayat 2: “Tiap-tiap warganegara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
bagi kemanusiaan”).
Keadilan komutatif adalah keadilan yang memberi setiap orang sebanyak yang
tidak mempertimbangkan jasa individu, memainkan peran pertukaran; dalam
pertukaran barang dan jasa, di mana, sejauh mungkin, harus ada kesamaan antara
apa yang dipertukarkan.

5
Keadilan komutatif lebih-lebih menguasai hubungan antara perseorangan
khusus, sedangkan keadilan distributif terutama menguasai hubungan antara
masyarakat (khususnya negara) dengan perseorangan khusus.

3. Teori Etis
Ada teori yang mengajarkan bahwa hukuman hanya mencari keadilan. Teori
yang mengajarkan hal ini disebut teori etika, karena menurut teori ini isi hukum
seharusnya hanya ditentukan oleh kesadaran etis kita tentang apa yang benar dan
apa yang tidak adil.
Teori ini menurut Prof. Van Alpedoorn berat sebelah, karena ia melebih-
lebihkan kadar keadilan hukum sebab ia tak cukup memperhatikan keadaan yang
sebenarnya. Hukum menetapkan aturan-aturan umum yang menjadi pedoman
bagi orang-orang dalam interaksi sosial. Jika hukum semata-mata menghendaki
keadilan, jadi semata-mata mempunyai tujuan memberi tiap-tiap orang apa yang
patut diterimanya, maka ia tak dapat membentuk peraturan-peraturan umum.
Tertib hukum yang tak mempunyai peraturan hukum, tertulis atau tidak
tertulis, tak mungkin, kata Prof. van Alpedoorn. Tak adanya peraturan umum,
berarti ketidak tentuan yang sungguh-sungguh mengenai apa yang disebut adil
atau tidak adil. Dan ketidakpastian inilah yang akan selalu mengarah pada
ketidakteraturan. Oleh karena itu hukum harus menentukan aturan umum, itu
harus digeneralisasikan. Tetapi keadilan melarang generalisasi keadilan
mengharuskan setiap pertanyaan ditimbang secara terpisah.
Oleh karena itu kadang-kadang pembentuk undang-undang sebanyak mungkin
memenuhi tuntutan tersebut dengan merumuskan peraturan-peraturannya
sedemikian rupa, sehingga hakim diberikan pelanggaran yang besar dalam
melakukan peraturan-peraturan tersebut tas hal-hal yang khusus.

4. Geny
Dalam “Science et technique en droit prive positif”, Geny mengajarkan bahwa
hukum bertujuan semata-mata untuk mencapai keadilan. Dan sebagai unsur
daripada keadilan disebutkannya kepentingan daya dan kemanfaatan.

5. Bentham (Teori Utilitis)

6
Jeremy Bentham dalam bukunya “Introduction to the morals and iegislation”
, berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk mewujudkan semata-mata apa yang
berfaedah bagi orang.
Karena apa yang menguntungkan bagi seseorang, dapat berbahaya bagi orang
lain, jadi menurut teori utilitas, tujuan hukum adalah untuk memastikan bahwa
ada banyak kebahagiaan pada banyak orang. Kepastian mealui hukum bagi
perseorangan merupakan tujuan utama daripada hukum.
Dalam hal ini, pendapat Bentham dititik beratkan pada hal-hal yang berfaedah
dan bersifat umum, namun tidak memperhatikan unsur keadilan. Sebaliknya Mr.
J.H.P. Bellefroid dalam bukunya “Inleiding tot de Recbiswetenschap in
Nederland” mengatakan, “De inhoud van het recht dient te worden bepaald
onder leiding van twee grondbeginselen, t.w. de rechtvaerdigheid en de
doelmatigheid”, yang artinya isi hukum harus ditentukan menurut dua azas, yaitu
asas keadilan dan faedah.

6. Prof. Mr J, van Kan


Dalam buku “Inleiding tot de Rechtswetenschap” Prof. van Kan menulis,
antara lain, terdapat kaidah-kaidah agama, kaidah-kaidah kesusilaan, kaidah-
kaidah kesopanan, yang semuanya bersama-sama ikut berusaha dalam
peyelenggaraan dan perlindungan kepentingan-kepentingan orang dalam
masyarakat. Apakah itu telah cukup? Tentu tidak, dan tidaknya karena dua sebab
yaitu :
1. Terdapat kepentingan-kepentingan yang tidak teratur baik oleh kaedah-
kaedah agama, kesusilaan maupun kesopanan, tetapi ternyata memerlukan
perundungan juga
2. Kepentingan-kepentingan yang telah diatur oleh kaidah-kaidah tersebut
belum cukup terlindungi.

Oleh karena itu, diperlukan perlindungan hukum untuk menaungi


kepentingan-kepentingan tersebut.

2.2 Fungsi Hukum

1. Fungsi Perlindungan

7
Hukum berfungsi untuk mengayomi masyarakat, keberadaan negara hukum
melindungi masyarakat dari segala ancaman pelanggaran hukum yang mungkin
timbul, sehingga tidak seorang pun dapat sewenang-wenang melanggar hukum,
hukum dan hak asasi manusia.

2. Fungsi Keadilan
Fungsi hukum juga penting untuk menjamin penghormatan terhadap keadilan:
pada hakekatnya hukum dibuat untuk memperoleh keadilan bagi setiap orang.
Dengan hukum, setiap orang dapat mencari keadilan, di pengadilan, dengan
prinsip bahwa setiap orang mempunyai kedudukan yang sama di hadapan hukum.

3. Fungsi pembangunan
Hukum juga memiliki fungsi di bidang pembangunan dalam proses pembangunan,
hukum berfungsi sebagai acuan untuk tujuan Negara.

4. Fungsi pengendalian
Fungsi hukum selanjutnya adalah fungsi pengawasan dan pengendalian. Artinya
hukum mengatur dan mengendalikan perilaku manusia dalam kehidupan sehari-
hari, agar tidak menyimpang dan melanggar hukum, serta sesuai dengan norma
dan kaidah hukum yang telah ditetapkan.

5. Fungsi Kritik
Undang-undang berfungsi sebagai instrumen kritik sosial, yang bertujuan untuk
melakukan pembenahan terhadap lembaga-lembaga pemerintah, termasuk
lembaga peradilan dan peradilan, dalam rangka meningkatkan pelayanan hukum
dan hak asasi manusia.

Menurut Podgorecki, fungsi hukum dalam masyarakat adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Integrasi
Artinya, bagaimana hukum saling mengharapkan (mutual hope) masyarakat
diwujudkan.
2. Fungsi Petrifikasi
Beginilah cara hukum memilih pola perilaku manusia untuk mencapai tujuan
sosial.

8
3. Fungsi reduksi
Beginilah cara hukum menyeleksi berbagai sikap manusia dalam masyarakat yang
kompleks untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini, hukum
berusaha mengurangi kerumitan pengambilan keputusan tertentu.
4. Fungsi motivasi
Artinya bahwa hukum mengatur agar manusia dapat memilih perilaku yang sesuai
dengan nilai-nilai perusahaan.
5. Fungsi Pendidikan
Artinya, hukum tidak hanya menghukum dan memotivasi orang, tetapi mendidik
dan mensosialisasikan.

Selain itu, menurut Podgorecki, fungsi sebenarnya dari UU harus dianalisis melalui berbagai
hipotesis sebagai berikut:

1. Hukum tertulis dapat ditafsirkan dengan cara yang berbeda, tergantung pada sistem
sosial dan ekonomi masyarakat.
2. Hukum tertulis ditafsirkan secara berbeda oleh berbagai sub-budaya masyarakat.
Misalnya, hukum akan ditafsirkan berbeda oleh siswa, guru, pengacara, polisi, hakim,
seniman, tentara, pengusaha, birokrat, dll.
3. Hukum tertulis dapat ditafsirkan berbeda oleh berbagai tokoh dalam masyarakat
karena perbedaan kekuatan/kepentingan ekonomi, politik dan psikososial, misalnya
golongan yang lebih tua lebih sesuai dengan Undang-undang daripada golongan yang
lebih muda.Masyarakat tahun 1960-an akan lebih peka terhadap hak dan kebebasan
pekerja.
4. Faktor kerangka prosedural dan semantik formal lebih menentukan keputusan
pengadilan daripada faktor hukum substantive.
5. Sekalipun sistem sosial berkembang secara seimbang dan harmonis, ini tidak berarti
bahwa hukum hanya membagikan penghargaan atau hukuman.

2.3 Korelasi Tujuan dan Fungsi Hukum dengan Masyarakat

Pemahaman tentang konsep fungsi hukum dan perkembangannya diperlukan agar


benar-benar efektif dalam mengelola perubahan sosial masyarakat yang semakin pesat.

Hukum dalam masyarakat dibuat untuk menyelesaikan konflik-konflik yang muncul,


tetapi hukum tidak selalu menyelesaikan konflik atau masalah, terkadang hukum

9
menimbulkan masalah walaupun hukum dibuat tanpa melihat nilai-nilai yang hidup dalam
masyarakat, karena dengan sendirinya aturan akan berbenturan dengan masyarakat Hukum
bersifat elastis dalam arti hukum selalu mengikuti perkembangan zaman.

Hukum yang bertentangan dengan nilai dan budaya masyarakat, oleh karena itu
hukum dianggap tidak relevan dan tidak sesuai diterapkan dalam masyarakat, oleh karena itu
perlu dilakukan perubahan terhadap aturan-aturan tersebut, agar tujuan dari hukum tersebut
dapat tercapai. Tujuan hukum adalah untuk memberikan kemanfaatan, keadilan dan kepastian
hukum.

Masyarakat merupakan pergaulan hidup manusia, sehimpunan orang yang hidup


bersama dalam suatu tempat dengan ikatan-ikatan antara aturan yang tertentu. Atau dengan
kata lain masyarakat adalah sekelompok manusia yang telahcukup lama hidup dan bekerja
sama, sehingga mereka dapat mengorganisasikan dirinya dan berpikir tentang dirinya sebagai
satu kesatuan sosial dengan batas-batas tertentu. Yang termasuk unsur-unsur masyarakat:

1. Harus ada kelompok manusia dan harus banyak jumlahnya dan bukan
mengumpulkan binatang.

2. Telah berjalan dalam waktu yang lama dan bertempat tinggal dalam daerah
tertentu.

3. Adanya aturan (undang-undang) yang mengatur mereka bersama untuk maju


kepada satu cita-cita yang sama.

Suatu wilayah (teritorial) atau negara yang mendapatkan pengakuan dari


wilayah/negara lain yang didalamnya terdapat masyarakat atau penduduk adalah sesuatu yang
tidak lepas dari tatanan dan aturan yang berfungsi sebagai penertib wilayah atau negara
tersebut beserta isinya. Manusia selaku pengelola didalam wilayah dan masyarakatnya
membuat aturan-aturan guna menjadikan ketertiban, keadilan dan kesejahteraan sebagai
orientasinya . Hukum yang merupakan himpunan peraturan mengikat yang didalamnya
terdapat sanksi tegas, yang diciptakan oleh manusia untuk mengatur ketertiban dalam wilayah
dan system sosial (interaksi masyarakat) sehingga tercipta keadilan dan kesejahteraan dalam
lingkungan masyarakat yang diharapkan mampu berperan sebagaimana mestinya.

Pada hakekatnya hukum tumbuh dan digunakan sebagai akibat dari peristiwa-
peristiwa yang terjadi di masyarakat, dimana pada saat itu masih terdapat keraguan dan
kebimbangan dalam memecahkan masalah, sehingga hukum masuk dan menyatu dalam

10
kehidupan setiap manusia. diatur olehnya (hukum adat/hukum adat). Bahkan ada seorang ahli
Yunani yang mengatakan Ubi societas ibi justicia “di mana ada masyarakat dan kehidupan, di
situ ada hukum (keadilan). Jika tidak ada hukum, sebaliknya; tidak akan ada hukum tanpa
masyarakat

Setiap peristiwa hukum yang terjadi di lingkungan sosial seringkali menjadi masalah
dalam kehidupan mereka sehingga menimbulkan kekacauan (chaos) yang merugikan sistem
sosial.) Tidak efektif dalam memberikan dan menjamin hak dan kewajiban masyarakat.
masyarakat, sehingga diperlukan hukum tertulis untuk menjamin kepastian hukum dan
memberikan sanksi yang berat bagi yang melanggarnya.

Oleh karena itu hukum tidak tertulis/hukum adat yang berkembang di lingkungan
masyarakat tidak memberikan kepuasan atau keadilan bagi yang bersangkutan, karena dalam
hukum adat aturan dan sanksinya tidak jelas sehingga menimbulkan kerancuan dalam
masyarakat dalam penegakan hukum.Dengan demikian, jika ada perbuatan pelaku atau
“dader” yang dijabarkan atau diikuti oleh hukum adat, maka hukum itu dapat dipaksakan atas
dasar kehendak subjektif masyarakat, sehingga tidak ada kepastian hukum. landasan utama
bagi masyarakat hukum adat, guna mewujudkan keadilan yang benar-benar objektif.

Hukum tertulis dalam bentuk amandemen dibuat atas dasar persetujuan masyarakat
sehingga hukum muncul atas dasar kesepakatan. Selama abad ini, undang-undang yang
tertulis dalam bentuk undang-undang dibuat oleh eksekutif dan disetujui oleh legislatif yang
kemudian segera diumumkan dan diumumkan dalam Lembaran Negara oleh Wakil Sekretaris
Negara, oleh karena itu diterapkan prinsip fiktif yang menurutnya " setiap orang dianggap
mengetahui adanya undang-undang” dan/atau aturan yang dilanggarnya.

11
BAB III

PENUTUP

3.1. Simpulan

Tujuan Hukum dibuat untuk membuat kerukunan dalam bermasyarakat serta


memberikan kepastian hukum bagi masyarakat, memberikan keadilan bagi masyrakat,
mengatur pergaulan hidup manusia untuk menyeimbangkan kepentingan golongan, hukum
jug dibuat untuk mencapai keadilan.

Fungsi hukum terbagi menjadi 4, semua fungsi hukum saling berkaitan satu sama lain.
Fungsi hukum juga dibuat untuk merelasikan tujuan hukum. Fungsi hukum memberikan
masyarakat perlindungan, keadilan, pembangunan, pengendalian dan kritik.

3.2 Saran

Masyarakat perlu diberikan keadilan serta kepastian dalam hukum. Hukum


berkeadilan yang sekarang sedang marak diperbincangkan karena kurangnya keadilan yang
mereka dapat. Tujuan hukum harusnya direlasikan secara maksimal dan memerlukan
komitmen dari berbagai perangkat hukum.

Fungsi-fungsi dari hukum juga saling berkaitan dengan tujuan hukum, karena fungsi
hukumlah yang dapat merelasikan tujuan hukum itu sendiri.

12
Daftar Pustaka

Mawardi, Didiek R. 2016. “Fungsi Hukum dalam Kehidupan Masyarakat”,


https://media.neliti.com/media/publications/149965-ID-fungsi-hukum-dalam-kehidupan-
masyarakat.pdf, diakses pada 9 September 2021 pukul 16.50.

Soemitro, Ronny Hanitjo. 1980. Hukum dan fungsi-fungsi dasar dari hukum di dalam
masyarakat. Vol.10, N0.4, hal 377.

Soemitro, Ronny Hanitjo. 1980. Hukum dan fungsi-fungsi dasar dari hukum di dalam
masyarakat. Vol.10, N0.4, hal 383.

Sukowati, P. 2020. “Arti, Tujuan, Fungsi Hukum dalam Masyarakat”,


http://eprints.unmer.ac.id/276/2/CHAPTER%201.pdf , diakses pada, 9 September 2021 pukul
17.55

Mawardi, Didiek R. 2016. “Fungsi Hukum dalam Kehidupan Masyarakat”,


https://media.neliti.com/media/publications/149965-ID-fungsi-hukum-dalam-kehidupan-
masyarakat.pdf , diakses pada 9 September 2021 pukul 17.45

Haryanti, Tuti. 2014. “Hukum dan Masyarakat”, file:///C:/Users/DELL/Downloads/57-228-


1-PB.pdf , diakses pada tanggal 9 September 2021 pukul 18.50

Kansil, Christine S. T. 1986. “Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia” (Cet. 7;
hlm 40-45). Jakarta: PT. Balai Pustaka (Persero).

13

Anda mungkin juga menyukai