Anda di halaman 1dari 48

PROPOSAL SKRIPSI

ANALISIS PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH (PP)


NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR
AKUNTANSI PEMERINTAH (SAP) PADA
LAPORAN OPERASIONAL KANTOR
CAMAT TINAMBUNG

ALFIRA
C 02 19 305

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
MAJENE
2023
HALAMAN SAMPUL

ANALISIS PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH (PP)


NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR
AKUNTANSI PEMERINTAH (SAP) PADA
LAPORAN OPERASIONAL KANTOR
CAMAT TINAMBUNG

ALFIRA
C 02 19 305

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
MAJENE
2023

ii
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH (PP)


NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG STANDAR
AKUNTANSI PEMERINTAH (SAP) PADA
LAPORAN OPERASIONAL KANTOR
CAMAT TINAMBUNG

ALFIRA
C 02 19 305
Telah Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Sitti Hadijah, S.Pd. M.Ak Sufyan Amirullah, S.E., M.Ak


NIP: 198801 15 201903 2 006 NIDN: 00220229304

Menyetujui,
Koordinator Program Studi

Nuraeni M, S.Pd., M.Ak


NIP: 19831203 201903 2 006

iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya kepada
kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan proposal skripsi dengan judul
“ANALISIS PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH (PP) NOMOR 71
TAHUN 2010 TENTANG STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH (SAP)
PADA LAPORAN OPERASIOANL KANTOR CAMAT TINAMBUNG”.

Laporan proposal skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mengerjakan
skripsi pada program Strata-1 di Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas
Sulawesi Barat.

Penyusunan proposal skripsi ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai
Pihak, maka pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima
Kasih kepada :

1. Kedua orang tua saya, Muh. Ramli dan Almh. Harisa yang telah memberikan
doa, dukungan, motivasi serta selalu memberikan saya semangat dalam
penulisan proposal penelitian ini.
2. Bapak Prof. Muhammad Abdy., M.Si., PhD Selaku Rektor Universitas
Sulawesi Barat.
3. Ibu Dr. Dra. Enny Radjab, M.AB selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sulawesi Barat yang telah memberikan bimbingan dan arahan hingga
tersusunnya proposal skripsi ini.
4. Bapak Dr. Wahyu Maulid Adha, SE., M.M selaku wakil Dekan I Fakultas
Ekonomi Universitas Sulawesi Barat.

5. Ibu Dr. Nur Fitriayu Mandasari, SE., M.Si selaku wakil Dekan II Fakultas
Ekonomi Universitas Sulawesi Barat.
6. Ibu Nuraeni M, S.Pd., M.Ak selaku Pembimbing Akademik sekaligus
Koordinator Program Studi Akuntansi di Fakultas Ekonomi Universitas
Sulawesi Barat.

iv
7. Ibu Sitti Hadijah S.Pd., M.Ak dan Bapak Sufyan Amirullah S.E., M.Ak selaku
dosen pembimbing I dan II yang telah memberikan bimbingan dan arahan
hingga tersusunnya proposal skripsi ini.
8. Ibu Nurhidayah S.Pd. M.Ak yang telah memberikan banyak bantuan selama
semester akhir ini.
9. Sahabat dan teman-teman tercinta yang telah memberikan bantuan dan
dukungan baik secara moril maupun materil.
10. Seluruh dosen dan staff pegawai di lingkup Fakultas Ekonomi dan
Universitas Sulawesi Barat.

Pada akhirnya, peneliti berharap kegiatan penelitian ini dapat menambah


ilmu dan meningkatkan keterampilan pribadi serta bisa bermanfaat bagi para
pembaca semuanya. Aamiin

Kandemeng, 13 Maret 2023

ALFIRA
C02 19 305

v
Daftar Isi

HALAMAN SAMPUL…………………………………………………………...i

HALAMAN JUDUL………………………………………………………….…..ii

LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………iii

KATA PENGANTAR …………………………………………………...……....iv

DAFTAR ISI……………………………………………………………………..vi

BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………....1

1.1 Latar Belakang……………………………………………...…………….1

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 5

1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 5

1.4.1 Manfaat Teoritis ................................................................................ 5

1.4.2 Manfaat Praktis ................................................................................. 6

BAB II LANDASAN TEORI ................................................................................. 7

2.1 Tinjauan Teori .......................................................................................... 7

2.1.1 Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) ............................................. 7

2.1.2 Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keuangan ..................................... 11

2.1.3 Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 Tentang SAP ................. 11

2.1.4 Penyusunan SAP Akrual ................................................................... 12

2.1.5 Manfaat Standar Akuntansi Keuangan ............................................. 13

2.1.6 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ............................................. 13

2.1.7 Komponen Laporan Keuangan Pemerintah Daerah .......................... 16

vi
2.1.8 Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah No 12 .............................. 23

2.1.9 Struktur dan Isi Laporan Operasional ................................................. 25

2.2 Penelitian Terdahulu/Tinajuan Empirik ................................................... 27

2.3 Kerangka Berfikir ..................................................................................... 30

BAB III METODE PENELITIAN ........................................................................ 30

3.1 Jenis Penelitian ......................................................................................... 32

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................... 33

3.3 Metode dan Pendekatan Penelitian ............................................................ 33

3.4 Jenis dan Sumber Data .............................................................................. 33

3.5 Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 34

3.6 Teknik Analisis Data ................................................................................ 35

3.7 Prosedur Penelitian ................................................................................... 37

Daftar Pustaka ....................................................................................................... 38

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Globalisasi menuntut terwujudnya pemerintahan yang baik guna

terciptanya transparansi dan akuntabilitas, serta efektifitas dan efesiensi dalam

pengelolaan keuangan baik di negara maupun di daerah yang lebih dikenal dengan

good governance (tata kelola yang baik). Keberhasilan dalam melaksanakan tugas

membangun negara sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan merupakan salah

satu ciri good governance. Tata pemerintahan yang baik mensyaratkan bahwa

pemerintahan dijalankan dengan mengikuti prinsip-prinsip pengelolaan yang diatur

dalam undang-undang.

Standar Akuntansi Pemerintah merupakan salah satu aspek penting yang

diperlukan untuk meningkatkan kualitas tata kelola keuangan negara dan pelaporan

keuangan pemerintah. Auditor, masyarakat, pengguna laporan keuangan,

organisasi profesi akuntan, akademisi dan pemerintah merupakan pihak yang

memiliki kepentingan terhadap Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Mia et al

(2016), mengungkapkan bahwa Standar Akuntansi Pemerintahan merupakan

pedoman akuntansi yang diterapkan dalam penyusunan dan penyajian laporan

keuangan dengan menerapkan PP Nomor 71 Tahun 2010.

Standar Akuntansi Pemerintahan perlu dikembangkan untuk meningkatkan

praktik akuntansi keuangan di organisasi pemerintah. SAP menjadi dasar bagi

entitas pemerintah dalam menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas yang

sebagai bentuk pertanggungjawaban pemerintah kepada publik. Laporan keuangan

1
2

yang baik menurut SAP adalah laporan keuangan yang memenuhi Pkarakteristik

relevan, dapat dipahami, andal, dan dapat dibandingkan. SAP mengatur 3 (tiga)

dalam hal laporan keuangan, yaitu (1) mengatur waktu pengakuan dan pencatatan

suatu transaksi, (2) mengatur pengukuran nilai uang dan (3) mengatur penggunaan

dasar akuntansi.

Untuk memenuhi kewajiban tersebut, pada tahun 2010 pemerintah

mengeluarkan peraturan baru tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Peraturan

Pemerintah Indonesia untuk semua instansi pemerintah pusat maupun daerah harus

sudah menerapkan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) berbasis akrual. Dasar

hukum penerapan SAP berbasis akrual adalah PP No. 71 Tahun 2010 tentang SAP

sebagaimana diamanatkan UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan

UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara. PP No. 71 Tahun 2010

yang mengatur tentang penggunaan basis akrual dalam penegelolaan dan pelaporan

keuangan pemerintah, menggantikan PP No. 24 Tahun 2005 tentang SAP berbasis

kas menuju akrual (cas to accrual). PP No. 71 Tahun 2010 menyebutkan bahwa

SAP berbasis akrual dilaksanakan pada tahun 2015.

Akuntansi basis akrual merupakan suatu basis akuntansi dimana transaksi

ekonomi dan transaksi lainnya diakui, dicatat dan disajikan dalam laporan

keuangan pada saat terjadinya transaksi tersebut, tanpa melihat waktu kas atau

setara kas diterima atau dibayarkan. Dalam akuntansi basis akrual, informasi yang

yang dihasilkan jauh lebih signifikan dan menyediakan informasi yang lengkap

mengenai aktiva dan kewajiban.


3

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah prinsip-prinsip akuntansi

yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.

Standar akuntansi pemerintahan disusun oleh Komite Standar Akuntansi

Pemerintahan yang independen dan ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah

setelah terlebih dahulu mendapat pertimbangan dari Badan Pemeriksa Keuangan.

Agar setiap orang mengetahuinya Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun

2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan ditempatkan dalam Lambaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123. Penjelasan Atas Peraturan

Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

ditempatkan pada Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5165

Pertimbangan Penetapan PP 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi ketentuan

Pasal 32 ayat (2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara Pasal 184 ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah sebagaimana telah beberapakali diubah terakhir denga

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pemerintahan Daerah, perlu

menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.

Laporan keuangan berkembang sangat pesat khususnya di era globalisasi

dalam menyajikan informasi. Laporan keuangan diharapkan menyediakan

informasi yang jelas tentang kegiatan suatu entitas ekonomi dalam suatu periode

akuntansi. Laporan keuangan yang menyajikan berbagai informasi yang sangat

dibutuhkan pihak seperti instansi pemerintah sebagai pejabat yang dipercaya oleh

masyarakat dalam mengelola keuangan negara dan orang-orang yang menjadi

pemegang kekuasaan yang paling tinggi dalam memberikan kepercayaan kepada


4

pemerintah dalam mengelola keuangan dengan sebaik-baiknya dalam rangka

mewujudkan Good Government Governance, yang tercemin dari adanya

akuntabilitas dan transparansi pelaporan keuangan.

Laporan keuangan sangat bermanfaat terutama dalam kaitannya dengan

nilai sumber daya keuangan yang digunakan untuk menjalankan berbagai kegiatan

operasional negara, misalnya untuk menilai kondisi perekonomian, mengevaluasi

efektivitas dan fesiensi satuan pelaporan serta menentukan pemenuhan intruksi

peraturan pemerintah yaitu peraturan perundang-undangan.

Adapun hukum yang mengatur dalam pelaporan keuangan pemerintah

sebagaimana tercantum dalam PP Nomor 71 Tahun 2010 salah satunya yaitu

laporan operasional. Laporan operasional adalah laporan yang menyajikan

gambaran sumber daya keuangan yang meningkatkan ekuitas dan akses terhadap

kegiatan yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah selama satu periode

pelaporan. Laporan yang siap secara operasional digunakan untuk menyelesaikan

akuntansi siklus biaya, sehingga persiapan laporan kegiatan, perhitungan

perubahan ekuitas dan ada rasio dalam neraca yang bisa dipertimbangkan.

Fenomena yang terdapat dalam penelitian ini yaitu dimana kita ketahui

bahwa penyusunan laporan operasional menjadi suatu hal yang sangat penting

dalam kelancaran suatu kegiatan entitas pemerintahan. Perlu diketahui untuk dapat

menghasilkan laporan operasional yang bermanfaat bagi para pengguna sesuai

dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dibutuhkan sumber daya

manusia atau seseorang yang memiliki kemampuan di bidang tersebut.

Kemampuan seseorang atau individu merupakan kunci keunggulan kompetitif atau


5

salah satu elemen yang sangat penting bagi entitas tersendiri untuk mencapai

kapasitas yang baik dalam menjalankan tugas dan tanggungjawab yang telah di

amanahkan. Dengan adanya kapasitas sumber daya yang berkualitas maka akan

mempermudah dalam pelaksanaan fungsi akuntansi terutama dalam penyusunan

laporan operasional. Berdasarkan hasil observasi dengan salah satu pegawai di

Kantor Camat Tinambung diketahui telah menerapkan Peraturan Pemerintah

Nomor 71 Tahun 2010. Berhubung dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah

Nomor 71 Tahun 2010 berbasis akrual yang memudahkan dalam proses pelaporan

operasional menjadi lebih baik. Namun dari hasil wawancara peneliti menemukan

bahwa di Kantor Camat Tinambung memiliki kendala dalam proses penyusunan

laporan operasional, yaitu dimana kurangnya pengetahuan pegawai dalam Sistem

Informasi Akuntansi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah:

1. Apakah penerapan laporan operasional di Kantor Camat Tinambung telah

sesuai dengan PSAP No. 12 yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah (PP)

Nomor. 71 Tahun 2010 ?

2. Kendala apa saja yang terjadi dalam penyusunan laporan operasional

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 ?


6

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan laporan operasional di Kantor Camat

Tinambung berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor. 71 Tahun 2010.

2. Mengetahui kendala apa saja yang terjadi dalam mengimplementasikan PP

No. 71 Tahun 2010 dalam proses penyusunan laporan operasional.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah

1.4.1 Manfaat Teoritis

1. Hasil peneliti ini secara teori mendapatkan tambahan ilmu pengetahuan

mengenai akuntansi berbasis akrual berdasarkan PP No. 71 Tahun 2010.

2. Dapat memberikan informasi bagaimana menyusun laporan operasional

berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.

1.4.2 Manfaat Praktis

Bagi instansi hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi

yang digunakan dalam penyusunan laporan operasional berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.


BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Teori

2.1.1 Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 pasal 1 ayat 3

tentang Standar Akuntansi Pemerintah yang disingkat dengan SAP merupakan

prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam tindak penyusunan dan

penyajian Laporan Keuangan Pemerintah (Pemerintah, 2014). Menurut Nurillah

(2014). Standar Akuntansi Pemerintah adalah prinsip-prinsip akuntansi yang

diterapkan dalam menyusun dan menyajikan Laporan Keungan Pemerintah bisa

berupa Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP) dan Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah (LKPD). Standar tersebut dibutuhkan untuk mendapatkan

transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan akuntansi pemerintahan

sekaligus untuk memberikan peningkatan kualitas dari LKPP dan LKPD

(KSAP,2015).

Secara umum, SAP berbentuk pernyataan yang memiliki judul, nomor,

dan tanggal efektif berlaku standar tersebut. Selain itu, SAP memiliki Kerangka

Konseptual Akuntansi Pemerintahan yang menjadi rangka penyusunan.

2.1.2 Prinsip Akuntansi dan Pelaporan Keuangan

Prinsip-prinsip dari Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) sebagaimana

tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dalam (Mentu &

Sondakh, 2016), mengemukakan delapan prinsip yang digunakan dalam

akuntansi dan pelaporan keuangan. Prinsip-prinsip tersebut meliputi:

7
8

1. Basis Akuntansi

Pada prinsip Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), basis akuntansi

digunakan dalam laporan keuangan pemerintah dalam bentuk basis laporan

operasional, akrual, untuk pengakuan pendapatan, beban, aset, kewajiban, dan

ekuitas.

Dalam hal peraturan perundang-undangan mewajibkan agar basis akuntansi

disajikan berasama laporan keuangan dengan basis kas. Basis akrual untuk

laporan operasional sebagai etunjuk bagi pendapatan yang diakui ketika hak

untuk memperoleh pendapatan telah terpenuhi meskipun kas belum diterima

pada Rekening Kas Umum Negara/Daerah atau entitas pelapor.

2. Nilai Historis (Historical Cost)

Nilai historis dapat berupa aset yang dicatat sebesar pengeluaran kas setara

dengan kas yang dibayar. Aset yang dicatat juga bisa sebesar nilai wajar dari

imbalan (consideration) untuk memperolah aset tersebut pada saat perolehan.

Nilai historis lebih dapat diandalkan daripada penilaian yang lain karena lebih

objektif dan dapat diverifikasi dengan mudah.

3. Realisasi (Realization)

Pendapatan basis kas tersedia yang telah diotorisasikan melalui anggaran

pemerintah pada suatu periode akuntansi dapat digunakan untuk berbagai

kepentingan. Biasanya digunakan untuk membayar utang dan melakukan belanja

dalam periode tersebut. Mengingat Laporan Realisasi Anggaran (LRA) adalah

laporan yang wajib disusun, maka pendapatan basis kas harus diakui setelah

diotorisasi melalui anggaran dan telah menambah maupun mengurangi kas.


9

4. Substansi Mengungguli Bentuk Formal (Substance over Form)

Prinsip ini sebagai Informasi yang dimaksudkan untuk menyajikan dengan

wajar transaksi serta peristiwa lain yang seharusnya disajikan. Maka dari itu,

segala bentuk harus dicatat dan disajikan sesuai dengan substansi dan realitas

ekonomi, dan bukan hanya aspek formalitasnya saja. Jika substansi transaksi

tidak konsisten/berbeda dengan aspek formalitasnya, maka harus diungkapkan

dengan jelas dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

5. Periodisitas (Periodicity)

Agar kinerja entitas dapat diukur dan posisi sumber daya yang dimiliki

dapat ditentukan, maka kegiatan akuntansi dan pelaporan keuangan entitas

pelaporan harus dibagi menjadi beberapa periode pelaporan. Periode utama yang

digunakan adalah tahunan, meskipun dikehendaki pula periode bulanan,

triwulan, dan semester.

6. Konsistensi (Consistency)

Konsistensi bisa berupa perlakuan akuntansi yang sama diterapkan pada

kejadian yang serupa dari periode ke periode oleh suatu entitas pelaporan.

Keadaan tersebut bukan berarti tidak boleh terjadi perubahan dari satu metode

akuntansi ke metode akuntansi yang lain, namun metode akuntansi yang dipakai

dapat diganti dengan syarat. Adapun syarat tersebut adalah metode yang baru

diterapkan harus mampu memberikan informasi yang lebih baik daripada metode

lama. Pengaruh atas perubahan penerapan metode tersebut diungkapkan dalam

Catatan atas Laporan Keuangan.


10

7. Pengungkapan Lengkap (Full Disclosure)

Laporan keuangan harus menyajikan secara lengkap segala informasi yang

dibutuhkan oleh pengguna. Selain itu pengungkapan informasi harus dapat

ditempatkan pada lembar muka laporan keuangan atau Catatan atas Laporan

Keuangan.

8. Penyajian Wajar (Fair Presentation)

Dalam rangka penyajian wajar, faktor pertimbangan sehat sangat

diperlukan bagi penyusun laporan keuangan dan manajemen keuangan ketika

menghadapi ketidakpastian pada peristiwa dan keadaan tertentu.

Ketidakpastian tersebut diakui dengan mengungkapkan hakikat dengan

menggunakan pertimbangan sehat dalam penyusunan laporan keuangan.

Pertimbangan sehat tersebut dapat mengandung unsur kehati-hatian sehingga

dalam laporan keuangan aset tidak dinyatakan terlalu tinggi dan kewajiban tidak

dinyatakan terlalu rendah.

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) merupakan standar yang

digunakan oleh pemerintah dalam menyusun laporan keuangan yang disusun

oleh Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP) (Simanjuntak, 2005).

Sampai dengan tahun 2003, SAP menggunakan cash basis, sedangkan dari

tahun 2004 sampai 2014, SAP menggunakan cash toward accrual basis (basis

kas menuju akrual). SAP berbasis kas menuju akrual ini adalah SAP yang

mengakui pendapatan, belanja, dan pembiayaan berbasis kas, serta mengakui

aset, utang, dan ekuitas dana berbasis akrual. Sejak tahun 2015, Indonesia sudah

mengimplementasikan SAP berbasis akrual (accrual basis).


11

Implementasi PP 71/2010 secara bertahap di pemerintah daerah diatur

dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri dan strategi penerapan SAP Berbasis

Akrual tahun 2011 meliputi: 1) Penyusunan aturan pelaksanaan dan kebijakan

akuntansi; 2) Pengembangan Sistem Akuntansi dan Teknologi Informasi; dan 3)

pengembangan kapasitas SDM dengan mengacu pada peraturan

perundangundangan sebelumnya yaitu UU 17/2003 dan pengelolaan keuangan

daerah dilakukan sesuai dengan PP 58/2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah dan Permendagri 13/2006, jo Permendagri 59/2007, jo Permendagri

21/2011 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dan Permendagri

No.64/2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis

Akrual Pada Pemerintah Daerah.

2.1.3 Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 Tentang SAP

Pada tahun 2010, pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah nomor

71 Tahun 2010tentang StandarAkuntansi Pemerintahan (SAP) untuk

meningkatkan kualitas akuntabilitas kinerja pemerintah. Mengubah yang sangat

nyata dari SAP sebelumnya yang diatur dengan Peraturan Peraturan Pemerintah

nomor 24 tahun 2005 ini wajib digunakan akuntansi berbasis akrual oleh

pemerintah, termasuk pemerintah daerah, dari yang sebelumnya menggunakan

akuntansi berbasis kas menuju akrual (cash menuju akrual). Perubahan dasar

akuntansi ini tidak segera muncul karena memang diharuskan oleh undang-

undang sebelumnya yaitu dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003

menjelaskan bahwa:
12

a. Pendapatan negara/daerah merupakan hak pemerintah pusat/daerah diakui

sebagai penambah kekayaan bersih.

b. Belanja negara/daerah menjadi tanggung jawab pemerintah pusat/daerah

diakui sebagai pengurang kekayaan bersih.

2.1.4 Penyusunan SAP Akrual

SAP Akrual berdasarkan PP No. 71 Tahun 2010 dikembangkan dari SAP

yang diatur dalam PP No. 24 tahun 2005 dengan mengacu pada International

Public Sector Accounting Standar (IPSAS) dan memperhatikan hukum dan

peraturan juga kondisi Indonesia. Karena akuntansi basis akrual (accrual basis)

bersifat kompleks sehingga kurang mendapat perhatian dalam penelaahan

sehingga akuntabilitas laporan keuangan berkurang oleh karena itu, perlu

melakukan strategi penerapan akuntansi basis akrual agar implementasi basis

akrual berhasil (Mua’am,2016). Pemilihan strategi tersebut antara lain

a. Komitmen politik yang merupakan kunci dari penerapan basis akrual.

b. Selalu mengkomunikasikan tujuan yang ingi dicapai.

c. Penerapan akuntansi basis akrual membutuhkan seseorang yang andal serta

memahami sistem informasi akuntansi.

2.1.4.1 Lingkup Peraturan PP No. 71 Tahun 2010

PP No. 71 Tahun 2010 meliputi SAP Berbasis Akrual dan SAP Cash

Based Toward Accruals, yang terdiri dari tiga lampiran itu adalah:

a. SAP berbasis akrual tercantum dalam Lampiran I dan berlaku sejak saat itu
tanggal ditetapkan dan dapat diterapkan langsung oleh setiap entitas.

b. Proses penyusunan SAP berbasis akrual.


13

c. SAP berbasis kas ke akrual dalam Lampiran II berlaku selama masa transisi
entitas yang belum siap untuk diimplementasikan SAP Berbasis Akrual.

2.1.5 Manfaat Standar Akuntansi Keuangan

Indra, Lintje dan Treesje (2015), menyatakan bahwa manfaat yang dapat

diperoleh dari adanya Standar Akuntansi Pemerintahan adalah laporan keuangan

yang dihasilkan dapat memberikan informasi keuangan yang terbuka, jujur dan

komprehensif kepada pemangku kepentingan.

Selain itu, dalam lingkup manajemen dapat memfasilitasi fungsi

perencanaan, pengelolaan dan pengendalian aset, kewajiban dan ekuitas dana

pemerintah. Manfaat selanjutnya adalah perimbangan antar generasi yang dapat

memberikan informasi tentang kecukupan pendapatan pemerintah untuk

membiayai seluruh pengeluaran dan apakah generasi yang akan datang ikut

menanggung beban pengeluaran tersebut.

Laporan keuangan yang dihasilkan juga dapat mempertanggungjawabkan

pengelolaan dan pelaksanaan kebijakan sumber daya dalam mencapai tujuan.

2.1.6 Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

2.1.6.1 Definisi Laporan Keuangan

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 laporan keuangan

adalah laporan terstruktur mengenai posisi keuangan dan transaksi yang

dilakukan oleh suatu entitas pelapor. Menurut PSAK No. 1 (2015;1) “Laporan

keuangan adalah suatu penyajian terstrukturdari posisi keuangan akun

tersturuktur dari posisi keuangan dan kinerja keungan suatu entitas”. Laporan ini

menampilkan riwayat entitas yang diukur dalam nilai moneter.


14

Menurut Kasmir (2013;7) secara sederhana laporan adalah laporan yang

menunjukkan kondisi keuangan perusahaan saat ini atau dalam periode tertentu.

Laporan keuangan menggambarkan pos-pos keuangan perusahaan yang

diperoleh dalam satu periode.

Birgham dan Houston, (2013:78) Laporan keuangan adalah beberapa

lembaran kertas dengan angka tertulis di atasnya tetapi itu juga penting untuk

memikirkan aset nyata yang ada di balik angka itu. Di samping itu, informasi

yang menggambarkan kinerja suatu perusahaan. Berdasarkan pengertian di atas,

dapat disimpulkan bahwa Laporan keuangan umumnya meliputi neraca, laporan

laba/rugi, laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas dan Catatan atas

Laporan Keuangan. Laporan keuangan merupakan salah satu bentuk laporan

menggambarkan kondisi keuangan perusahaan, perkembangan perusahaan dan

hasil usaha suatu perusahaan dalam jangka waktu tertentu.

Menurut Erlina (2015:19) laporan keuangan SKPD adalah hasil dari

proses mengidentifikasi, mengukur, mencatat transaksi ekonomi (keuangan)

entitas akuntansi yang ada di pemerintah daerah yang digunakan sebagai

informasi dalam rangka pertanggungjawaban pengelolaan keuangan entitas

akuntansi dan pengambilan keputusan ekonomi oleh pihak yang berkepentingan

membutuhkannya.

Menurut Munawir (2014;2) Laporan Keuangan pada dasarnya

merupakan hal dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagi alat untuk

berkomunikasi antara data keunagan atau aktivitas suatu perusahaan dengan

pihak-pihakyang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut


15

Devas et al. (1987:279) pengelolaan keuangan daerah berarti mengatur dan

mengurus sendiri keuangan daerah dengan prinsip-prinsip pengelolaan keuangan

daerah sebagai berikut: 1) Tanggung jawab (accountability), 2) Mampu

memenuhi kewajiban keuangan, 3) Jujur, 4) Efektivitas) dan efisiensi , dan 5)

Kontrol.

Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan

dan hasil operasi suatu organisasi, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku

umum, jika memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1. Prinsip akuntansi yang berlaku umum digunakan untuk menyusun laporan

keuangan;

2. Perubahan penerapan prinsip akuntansi yang berlaku umum dari periode ke

periode telah cukup dijelaskan;

3. Informasi dalam catatan pendukung telah diuraikan dan dijelaskan secara

memadai dalam laporan keuangan, sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berlaku umum.

2.1.6.2 Tujuan Laporan Keuangan

Tujuan penyusunan laporan keuangan adalah untuk memberikan

informasi yang berkaitan dengan kondisi keuangan entitas pelapor pada waktu

tertentu. Laporan keuangan, transfer, dan, pembiayaan dengan anggaran tertentu

(Niu et al., 2014). Untuk mengevaluasi situasi keuangan, membantu menentukan

ketentuan peraturan perundang-undangan, dan mengevaluasi efisiensi dan

efektivitas entitas pelapor.


16

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang

Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), laporan keuangan pemerintah harus

menyajikan informasi tersebut bermanfaat bagi pengguna dalam menilai

akuntabilitas dan membuat keputusan ekonomi, sosial dan politik dengan:

a. Memberikan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumber

keuangan.

b. Memberikan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan

untuk membiayai semua biaya.

c. Memberikan informasi tentang jumlah sumber daya ekonomi digunakan

dalam aktivitas dan hasil entitas pelapor yang telah dicapai.

d. Memberikan informasi tentang bagaimana entitas melaporkan membiayai

semua aktivitasnya dan memenuhi kebutuhan kasnya.

e. Memberikan informasi mengenai posisi dan kondisi keuangan entitas

pelapor sehubungan dengan sumber penerimaan, baik jangka pendek

maupun jangka panjang, termasuk dari pajak dan pinjaman.

f. Memberikan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas

pelapor, apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat dari

kegiatan yang dilakukan selama periode tersebut.

2.1.7 Komponen Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

Komponen Laporan Keuangan berdasarkan PP 71 Tahun 2010 yaitu:

Laporan Realisasi Anggaran (LRA). Laporan Perubahan Neraca Kelebihan

Anggaran (SAL). Sedangkan menurut Kasmir (2013:28), menyatakan secara

lengkap bahwa ada 5 unsur atau komponen laporan keuangan yaitu: 1. Neraca
17

2. Laporan Laba Rugi 3. Laporan Perubahan Modal 4. Laporan Arus Kas 5.

Catatan atas Laporan Keuangan.

Halim (2013;44) menyatakan bahwa setelah berlakunya Peraturan

Pemerintah RI No 71 Tahun 2010 tentang SAP laporan keuangan harus disajikan

oleh pemerintah daerah selambat-lambatnya tahun anggaran 2015.

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

Elemen yang langsung tercakup dalam laporan pelaksanaan anggaran

terdiri dari pendapatan – pendapatan daerah, belanja daerah, transfer dan

pembiayaan. Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Penerimaan LRA adalah penerimaan kas negara/ Bendahara daerah atau

badan pemerintah lainnya yang menambahkan surplus posisi anggaran

dalam periode keuangan ini yang merupakan hak pemerintah dan tidak boleh

dibayar kembali pemerintah.

b. Biaya adalah semua biaya yang dikeluarkan oleh Bendahara Umum

Negara/Wilayah memantau saldo anggaran selama tahun anggaran yang

tidak diganti pemerintah.

c. Transfer adalah penerimaan/pengeluaran dana entitas pelaporan ke entitas

pelapor lainnya termasuk saldo dan bagi hasil.

d. Pembiayaan adalah setiap pendapatan/pembayaran yang tidak ada

mempengaruhi kekayaan bersih entitas yang membayar baik dalam tahun

anggaran yang bersangkutan maupun dalam tahun anggaran yang sebagian

besar termasuk dalam anggaran negara menutupi defisit atau menggunakan

surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan dapat berasal antara lain dari


18

pinjaman dan pendapatan investasi. Antara lain, biaya keuangan digunakan

untuk melakukan pembayaran, pengembalian modal pinjaman ke entitas lain

dan bagian modal pemerintah

2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran

Laporan perubahan saldo anggaran memberikan informasi tambahan

kenaikan atau penurunan saldo anggaran pada tahun-tahun referensi dengan

tahun lalu. Laporkan perubahan saldo anggaran tambahan disajikan dalam

perbandingan dengan catatan periode ekonomi sebelumnya mengikuti :

a. Saldo anggaran awal

b. Meningkatkan saldo anggaran.

c. Lebih/kurang sisa dana dari anggaran tahun berjalan

d. Tahun lalu gagal koneksi

e. Saldo anggaran akhir

3. Neraca

Neraca menggambarkan posisi keuangan entitas pelapor aset, kewajiban,

dan ekuitas pada tanggal tertentu. Unsur-unsur yang aset, kewajiban, dan ekuitas

yang tercakup dalam neraca.

a. Aset adalah sumber daya keuangan yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh

pemerintah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu, yang darinya pemerintah

dan masyarakat akan menerima manfaat keuangan dan/atau sosial di masa

mendatang, dan yang dapat diukur dalam satuan moneter. termasuk sumber

daya non-moneter yang diperlukan untuk memberikan layanan kepada

publik dan sumber daya yang dilestarikan karena alasan sejarah dan budaya.
19

b. Utang adalah utang yang timbul karena peristiwa masa lalu

yang pembayarannya menyebabkan keluarnya uang negara.

c. Ekuitas adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan selisih antara

kekayaan dan kewajiban pemerintah pada tanggal pelaporan. Saldo ekuitas

dalam neraca diperoleh dari saldo akhir ekuitas dalam laporan perubahan

ekuitas.

Setiap akuntan/reporter mengklasifikasikan asetnya menjadi aset

lancar dan tidak lancar serta mengklasifikasikan kewajibannya menjadi

kewajiban lancar dan jangka panjang di neraca. Neraca berisi informasi tentang

aset/barang yang akan digunakan pada tahun buku berikutnya (aset jangka

pendek) dan yang akan digunakan dalam jangka panjang (aset jangka panjang).

Penggunaan dasar akrual dalam penyusunan neraca mensyaratkan bahwa setiap

entitas pelapor menyajikan pada setiap laporan keuangan aktiva dan kewajiban

yang mencakup jumlah yang diharapkan akan diterima atau dibayar dalam waktu

12 (dua) tahun. dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan dan jumlah yang

diharapkan akan diterima atau dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan.

Informasi tentang periode pembayaran aset dan liabilitas keuangan

berguna untuk menilai solvabilitas dan solvabilitas entitas pelapor. Meskipun

informasi tentang tanggal penghentian aset dan liabilitas non-keuangan seperti

persediaan dan dana Penting untuk mengetahui apakah aset diklasifikasikan

sebagai aset lancar dan jangka panjang dan liabilitas sebagai liabilitas jangka

pendek dan jangka panjang. Setidaknya pos-pos berikut ditampilkan dalam

neraca
20

yaitu:

a. Kas dan setara kas

b. Investasi jangka pendek

c. Promosi pajak dan non-pajak

d. Persediaan

e. Investasi jangka panjang

f. Aset Tetap

g. Obligasi jangka pendek

h. Komitmen jangka panjang

i. Ekuitas

4. Laporan Operasional

Laporan operasional merupakan bagian dari laporan yang tertuang dalam

Laporan Keuangan Daerah (LKPD) yang memuat daftar kegiatan akuntansi dan

pelaporan entitas serta status keuangan entitas tersebut. Menurut Mulyana

(2014,16), Laporan Operasional (LO) adalah komponen laporan keuangan yang

memberikan informasi tentang semua/sebagian kegiatan operasional keuangan

entitas pelapor yang telah tercermin dalam LO-Revenue, Expenses,

Surplus/Operational Deficits yang penyajiannya dibandingkan dengan periode

sebelumnya.

Laporan kegiatan (LO) memiliki beberapa pos informasi yang membentuk

struktur dan isi dari laporan kegiatan itu sendiri yaitu;


21

a. LO-pendapatan dari kegiatan operasional. Pendapat LO adalah hak

pemerintah yang dicatat sebagai kenaikan kekayaan bersih dalam periode

buku tersebut dan tidak perlu dibayar kembali.

b. Beban dari kegiatan operasional. Biaya adalah pengurangan manfaat

ekonomi atau dalam periode akuntansi ekuitas menurunkan potensi layanan

yang bisa mewakili pengeluaran atau konsumsi uang atau kewajiban

kewajiban.

c. Transfer adalah hak atau kewajiban untuk menerima uang dari entitas

pelapor atau kewajiban untuk membayar uang dari atau kepada entitas

pelapor lain, termasuk dana perimbangan dan bagi hasil.

d. Biaya tak terduga adalah pendapatan tak terduga yang dihasilkan dari

peristiwa atau transaksi yang tidak dalam kegiatan bisnis normal, tidak

diharapkan secara rutin atau rutin, dan berada di bawah kendali atau

pengaruh entitas (ekonomi) yang bersangkutan.

e. Surplus/defisit-LO berkaitan dengan laporan kinerja dan kegiatan unit

pelaporan fungsional harus dianalisis untuk mencapai tujuan yang

ditetapkan oleh pengklasifikasi keuangan atau pengklasifikasi aktivitas

program. Penambahan judul laporan kinerja dan uraian yang berlaku serta

organisasi jabatan dapat diubah untuk memperjelas kinerja jika diperlukan.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan adalah kepentingan dan sifat serta

pengoperasian komponen pendapatan dan pengeluaran LO.


22

Mengenai kelengkapan presentasi LO, Hamzah dan Kustiani (2014,

86) menambahkan beberapa poin yang harus disampaikan dalam LO yaitu

sebagai berikut:

a. Nama entitas pelapor;

b. Ruang lingkup laporan keuangan, yaitu. Apakah itu entitas ekonomi

terkonsolidasi atau individual;

c. Tanggal pelaporan atau periode pelaporan;

d. Jenis mata uang yang digunakan dalam pelaporan;

e. Ketepatan penyajian unit akuntansi dalam laporan keuangan

f. Tujuan kejelasan dalam paragraf di atas adalah untuk menghindari salah

tafsir laporan keuangan oleh pengguna laporan keuangan.

5. Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan perubahan ekuitas menunjukkan setidaknya entri pengikut:

a. Modal awal

b. Surplus/defisit LO selama periode ini

c. Koleksi yang secara langsung menambah/mengurangi kesetaraan karena

misalnya tentang efek kumulatif yang disebabkan oleh perubahan prinsip

akuntansi dan koreksi kesalahan mendasar.

d. Modal akhir.

6. Laporan Arus Kas

Laporan arus kas menyajikan informasi keuangan yang berkaitan dengan

kegiatan operasi, investasi, pembiayaan, dan transaksional yang


23

menggambarkan saldo awal, pendapatan, pembayaran, dan saldo akhir sumber

keuangan negara/provinsi selama periode tertentu. penerimaan dan pembayaran.

Laporan arus kas berisi informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas

untuk suatu periode, dikategorikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi,

pembiayaan, dan di luar anggaran/transisi. Klasifikasi arus kas menurut aktivitas

utama, investasi, keuangan, dan transisi memberikan informasi yang

memungkinkan pengguna laporan menilai dampak aktivitas tersebut terhadap

sumber daya keuangan pemerintah. Informasi ini juga dapat digunakan untuk

menilai keterkaitan antara operasi, investasi, pembiayaan dan off-

budget/transfer.

7. Catatan Atas Laporan Keungan

Catatan atas laporan keuangan memuat penjelasan atau rincian mengenai

angka-angka dalam laporan pelaksanaan anggaran, saldo kelebihan anggaran,

laporan kegiatan, neraca, dan arus kas. Lampiran laporan keuangan berisi

informasi tentang prinsip akuntansi yang diterapkan oleh entitas pelapor dan

informasi lain yang harus digunakan dalam SAP, serta pernyataan yang

diperlukan untuk penyusunan pelaporan keuangan yang benar. Hal-hal berikut

disajikan/disampaikan/diusulkan dalam catatan atas laporan keuangan.

a. Penerimaan kas adalah arus kas yang sampai ke bendahara umum

negara/wilayah.

b. Pembayaran tunai adalah semua arus kas yang berasal dari kas

negara/daerah.

c. Informasi umum tentang entitas pelapor dan entitas akuntansi;


24

d. informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro

e. Ringkasan pencapaian tujuan keuangan tahun pelaporan, serta batasan dan

hambatan yang dihadapi dalam pencapaian tujuan.

f. Informasi berdasarkan dasar dan prinsip pelaporan keuangan yang berlaku

untuk transaksi dan peristiwa penting lainnya.

g. Uraian dan penjelasan setiap pos yang disajikan dalam laporan keuangan

lainnya, seperti perubahan laporan pelaksanaan anggaran, laporan surplus

anggaran, laporan operasi, laporan modal dan neraca.

h. Informasi yang diperlukan untuk menyusun laporan yang tidak tersedia

dalam laporan keuangan lainnya.

i. Informasi lain yang diperlukan untuk penyajian wajar yang tidak disajikan

dalam laporan keuangan tahunan.

2.1.8 Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah No 12

Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintah Nomor 12 atau PSAP adalah

pernyataan standar akuntansi pemerintah (PSAP) tentang laporan operasional.

1. Tujuan PSAP Nomor 12

Tujuan PSAP 12 dalam laporan operasional adalah memberikan informasi

dasar pelaporan kegiatan kepada direksi untuk memenuhi tujuan akuntabilitas

entitas pelapor berdasarkan peraturan perundang-undangan.

2. Ruang Lingkup PSAP 12

PSAP 12 berlaku untuk pelaporan kinerja untuk setiap entitas pelapor dan

entitas akuntansi, baik untuk penyusunan laporan kegiatan pemerintah pusat


25

maupun daerah, yang menggambarkan pendapatan, belanja dan surplus/defisit

operasi untuk periode pelaporan tertentu, tidak termasuk perusahaan

nasional/daerah.

3. Manfaat Informasi dalam Laporan Operasional

Laporan operasional memberikan informasi tentang seluruh kegiatan

operasi keuangan unit pelapor yang tercermin dari pendapatan, beban, dan

surplus/defisit operasi unit pelapor LO yang penyajiannya sejajar dengan laporan

kegiatan sebelumnya satu periode. Laporan kegiatan untuk penilaian pendapatan

dan pengeluaran LO dari kegiatan unit atau seluruh badan publik sedemikian

rupa sehingga laporan kegiatan memuat informasi:

Beban yang harus ditanggung negara dalam penyediaan pelayanan;

1. Ukuran keuangan umum yang bergunauntuk mengevaluasi kinerja

pemerintah dalam hal efisiensi dan efektivitas.

2. Akuisisi ekonomi dan penggunaan sumber daya keuangan;

3. yang berguna untuk meramalkan pendapatan LO yang akan diterima di masa

mendatang untuk membiayai kegiatan negara bagian dan kota dengan

bantuan pelaporan komparatif;

4. Pengurangan modal saham (dalam hal operasi defisit) dan peningkatan

modal saham (dalam hal operasi surplus).

Laporan kegiatan disusun untuk melengkapi pelaporan siklus akuntansi

jatuh tempo (full due accounting cycle) sedemikian rupa sehingga tercipta

hubungan yang dapat diperhitungkan dalam penyusunan laporan kegiatan,

laporan perubahan ekuitas dan neraca.


26

2.1.9 Struktur dan Isi Laporan Operasional

Laporan operasional menyajikan berbagai elemen pendapatan: LO,

pengeluaran, surplus/defisit operasi ,surplus/defisit non-operasional,

surplus/defisit sebelum pos luar biasa, pos luar biasa, dan surplus/defisit- LO,

yang adalah untuk kinerja yang relatif dapat diterima. Laporan kegiatan

dijelaskan lebih rinci dalam lampiran laporan keuangan tahunan, yang memuat

hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan ekonomi satu tahun, seperti kebijakan

keuangan dan moneter, serta daftar yang menampilkan angka-angka yang

dianggap lebih jelas.

Mengenai kelengkapan presentasi LO, Hamzah dan Kustiani (2014, 86)

menambahkan beberapa poin yang harus disampaikan dalam LO yaitu;

1. nama atau identitas pelapor lainnya;

2. ruang lingkup entitas pelapor;

3. jangka waktu yang dicakup;

4. mata uang pelaporan; dan

5. Satuan numerik yang digunakan

Struktur laporan kegiatan meliputi bagian-bagian sebagai berikut:

1. Pendapatan LO

2. Beban

3. Kelebihan/Defisit Kegiatan

4. Kegiatan Non Aktif

5. Kelebihan/Kekurangan Sebelum Item Acak

6. Pos Luarbiasa
27

7. Surplus/Defisit-LO

Judul-judul dan subtotal lainnya dimasukkan dalam Laporan Kegiatan

jika disyaratkan oleh PSAP atau jika presentasi tersebut diperlukan untuk

penyajian Laporan Kegiatan yang wajar.

Laporan Operasional disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.

Dalam situasi tertentu, apabila tanggal laporan suatu entitas berubah dan Laporan

Operasional tahunan disajikan dengan suatu periode yang lebih pendek dari satu

tahun.

2.2 Penelitian Terdahulu/Tinajuan Empirik

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu


Nama Hasil
No Judul Persamaan Perbedaan
Penelitian Penelitian
1. Dodi Analisis Hasil Persamaan Perbedaan
Irawan, Penerapan penelitian kedua kedua
Mariyani(J Standar menunjukk penelitian penelitian ini
urnal Studi Akuntansi an bahwa ini yaitu yaitu dari segi
Ilmu Pemerintah dalam untuk metode
Akuntansi Penyusuna mengetahui penelitian,
Dalam
dan n Laporan bagaimana yang dimana
Penyusunan
keuangan Operasiona penarapan penelitian
Laporan
Vol.01 l telah peraturan pertama
Operasional
No.02/202 sesuai PP No. 71 menggunakan
Pada Dinas
2) dengan Tentang kedua metode
Kependudu pendekatan
Peraturan Standar
kan dan yaitu
Pemerintah Akuntansi
Pencatatan pendekatan
No. 71 Pemerintah
Sipil kualitatif dan
Tahun Pada
Kabupaten pendekatan
2010 Laporan
Langkat. Tentang kuantitatif,
Operasional
Standar sedangkan
Akuntansi penelitian
Pemerintah kedua hanya
menggunak an
metode
kualitatif.
28

2. Tuti Evaluasi Dalam Persamaan Perbedaan


Dhamawat Penerapan penyajian kedua penelitian ini
i, Peraturan laporan penelitian dapat dilihat
Intihanah, Pemerintah keuangan ini yaitu jelas, yaitu
Putri No. 71 BPKAD untuk lokasi
Kabupaten mengetahui penelitian
Harum Tahun 2010
Konawe bagaimana yang dimana
Sari Tentang
sudah penarapan penelitian
Trisila Standar peraturan
disajikan pertama berada
(Jurnal Akuntansi PP No. 71 di Kabupaten
Akuntansi Pemerintah telah
sesuai Tentang Konawe
dan Bebasis Standar sedangkan
Keuangan dengan
Akrual Pada Akuntansi penelitian
Vol.lll/1/2 Peraturan
Laporan Pemerintah yang kedua
018) Pemerintah
Operasional Pada terdapat di
No.
BPKAD Laporan Kantor
71 Tahun
Kabupaten Camat
2010.f Operasional
Konawe Tinambung.

3. Amelia Analisis Hasil Persamaan Perbedaan dari


Fahira, Penerapan penelitian kedua kedua
Rini PSAP menunjukk penelitian penelitian ini
Indahwati( No.12 an bahwa ini yaitu dapat dilihat
Jurnal Tentang Laporan untuk dari segi
Operasiona mengetahui waktu
Ilmiah Laporan
l telah bagaimana penelitian
Akuntansi Operasional
sesuai penarapan yang dimana
Budgeting Pada peraturan
dengan penelitian
Vol.1 Inspektorat Peraturan PP No. 71 pertama
No1/2020) Kabupaten Pemerintah Tentang menguunak an
Jayapura No. Standar metode
71 Tahun Akuntansi Komparatif
2010 Pemerintah sedangkan
Pada penelitian
Laporan yang kedua
Operasional menggunak an
. metode
Asosiatif
Kasual.
29

4. Musdalifa Analisis Analisis Persamaan Perbedaan dari


hDj.Uma Penyajian penelitian kedua kedua
r(Jurnal Laporan menunjuk penelitian penelitian ini
23 Operasional kan bahwa ini yaitu dapat dilihat
Katalogis Berbsis Penyajian untuk dari segi
, Vol,6 Laporan mengetahui
Akrual Pada referensi yang
Nomor 6 Operasiona bagaimana
satuan digunakan oleh
2018) l telah penarapan
Kerja setiap peneliti.
sesuai peraturan
Perangkat
dengan PP No. 71
Daerah
Peraturan Tentang
(SKPD)
Pemerintah Standar
Provinsi
No. Akuntansi
Sulawesi
7 Tahun Pemerintah
Tengah
2010 Pada
Laporan
Operasiona.

5. Sri Ratna Analisis Hasil Persamaan .Perbedaan


Dwi Penyusunan penelitian kedua dari kedua
Lestari, Laporan menunjukk penelitian penelitian ini
Arik Operasional an bahwa ini yaitu yaitu dari segi
Susbiyani, pada Badan Penyusuna untuk teknik
Pengelolaan n Laporan mengetahui pengumpula n
Ach
Keuangan Operasion bagaimana data yang
Syahfudri
Aset Daerah al pada penarapan dimana
n(Internati
Kabupaten Badan peraturan hasil penelitian
onal
Lumajang Pengelolaa PP No. 71 pertama
Journal of
Social and n Tentang menganalis
Keuangan Standar perbandinga n
Business,
Aset Akuntansi pencatatan,
Vol.2,No
Daerah Pemerintah pengakuan dan
4, 2018) pelaporan
Kabupaten Pada
Lumajang Laporan oprasional
telah pada Badan
Operasiona.
sesuai Pengelola
dengan Keuangan dan
Peraturan Aset Daerah
Pemerintah Kabupaten
Lumajang
No.
dengan
71 Tahun
PSAP
2010.
30

No.12,
sedangkan
penelitian
kedua yaitu
dengan
merangkum ,
meyajikan data
dan menarik
kesimpulan
dari hasil
penelitian.

2.3 Kerangka Berfikir

Akuntansi sektor publik dengan penerapan Peraturan Pemerintah No. 71

Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual merupakan

pedoman pemerintah dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan.

Akuntansi berbasis akrual merupakan dasar transaksi peristiwa ekonomi dan

lainnya diakui, dicatat dan disajikan dalam laporan keuangan pada saat transaksi.

Pencatatan transaksi dirangkum menjadi Laporan Operasional.

Kerangka berfikir dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui sejauh mana

Kantor Camat Tinambung telah menerapkan PSAP No. 12 pada laporan

operasional berdasarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun 2010 tentang


31

Standar Akuntansi Pemerintah. Oleh karena itu diperlukan analisis mengenai

permasalahan penerapan Standar Akuntansi Pemerintah dalam menyusun laporan

operasional. Sejak dikeluarkannya PP No. 24 Tahun 2005 yang kemudian direvisi

dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor. 71 Tahun 2010 tentang SAP Berbasis

Akrual. Implementasi berbasis SAP Akrual dilakukan secara bertahap sebelum

diterapkan secara penuh pada tahun 2015. Oleh karena itu, untuk melaksanakan

peraturan ini, setiap instansi pemerintah harus menyajikan laporan operasional

sesuai dengan standar akuntansi pemerintah berbasis akrual. Dari hasil observasi

yang diperoleh peneliti bahwa Kantor Camat Tinambung telah menerapkan

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 71 Tahun 2010 dalam menyajikan atau

menyusun laporan operasional.

Dengan kerangka berfikir ini akan memberikan kemudahan kepada peneliti

dalam memecahkan masalah penelitian dan menjawab pertanyaan tentang objek

masalah penelitian. Berikut ini kerangka berfikir yang telah dibuat peneliti dalam

memecahkan masalah dalam penelitian.


32

Analisis Penerapan Peraturan


Pemerintah (PP) No. 71 Tahun 2010
Laporan Operasional Kantor Camat
Tinambung

PSAP No.12 tentang Kendala Dalam


Laporan Operasional Menerapkan Peraturan
Peraturan Pemerintah Pemerintah (PP) No.71
(PP) Nomor 71 Tahun Tahun 2010
2010

Analisis

Hasil Penelitian

Gambar 2.1 Kerangka Berfikir


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Menurut

Sugiyono (2019:25), jenis penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang

digunakan untuk mempelajari kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti

sebagai instrumen kuncinya.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi penelitian

Tempat ini diadakan di Kantor Camat Tinambung yang terletak di Desa

Batulaya, Kecamatan Tinambung, Kabupaten Polewali Mandar.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kantor Camat Tinambung pada estimasi

bulan Juni sampai selesai. Adapun jadwal penelitian dilaksanakan pada :

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian


Waktu
No Jenis Kegiatan
Maret Mei Juli Agustus September Oktober
1 Penetapan
Judul
2 Permintaan
Izin Penelitian
3 Pengumpulan
Data
4 Pengolahan
Data
5 Analisis dan
Intretasi
6 Penyusunan
Hasil Penelitian

33
34

3.3 Metode dan Pendekatan Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Menurut

Sugiyono (2015) jenis data kualitatif adalah data yang berbentuk kata, skema dan

gambar, yanga dilakukan dengan wawancara secara langsung kepada nasumber

yang bersangkutan dalam laporan operasional Kantor Camat Tinambung.

3.4 Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif.

Data kualitatif adalah jenis data berupa informasi yang diperoleh melalui

wawancara berupa uraian wawancara maupun dalam proses mencatat.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

sekunder. Menurut Kurniawan A.W dan Puspitaniatyas Z (2016:78) sumber data

juga terbagi atas 2 yaitu primer dan sekunder.

a. Data primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan oleh peneliti secara langsung

dari sumber pertama, artinya data yang diperoleh berasal dari sumber asli (tidak

melalui perantara) yaitu wawancara langsung kepada Pegawai Kantor Camat

Tinambung, Bendahara Camat Tinambung dan yang terlibat dalam penyusunan

laporan operasional.

b. Data Sekunder
35

Data sekunder adalah data yang peroleh peneliti atau pengumpulan data

secara tidak langsung. Artinya data diperoleh berasal dari dokumen, penelitian

terdahulu dan buku yang dijadikan sebagai referensi. Data sekunder dalam

penelitian ini digunakan sebagai pengumpulan data untuk mendukung informasi

yang diperoleh dari data primer.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode

kualitatif yang dimana metode ini digunakan untuk mengumpulkan dan

menganalisis data secara spesifik, transparan dan komprehensif. Adapun metode

pengumpulan data dari penelitian ini yaitu;

1. Observasi

Observasi menurut Sugiyono (2018) adalah teknik pengumpulan data yang

memiliki karakteristik yang spesifik dibandingkan dengan teknik lain. Observasi

dilakukan dengan turun langsung memeriksa atau memastikan keadaan yang ada

Dilapangan Kantor Camat Tinambung.

2. Wawancara

Menurut Sugiyono (2018) wawancara adalah teknik pengumpulan data

apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan

permasalahan yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-

hal yang lebih mendalam dan jumlah respondenya sedikit atau kecil. Wawancara

cara dilakukan melalui tanya jawab langsung Bapak Camat Tinambung,

Bendahara Camat Tinambung dan pegawai yang terkait dengan penyusunan

laporan operasional.
36

3. Dokumentasi

Menurut Sugiyono (2018) dokumentasi adalah suatu cara yang digunakan

untuk memperolah data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen,

tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat

mendukung penelitian. Dokumentasi ini merekam semua hasil wawancara dan

keterangan yang diberikan oleh informan.

3.6 Teknik Analisis Data

Teknik Analisis Data merupakan metode atau cara yang digunakan untuk

mengolah data menjadi suatu hasil atau informasi yang valid. Pada penelitian ini

analisis data yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sebagai berikut :

mengumpulkan data dan informasi mengenai proses penyusunan, pencatatatan,

pengakuan dan pelaporan laporan operasional terkait pendapatan dan beban pada

Kantor Camat Tinambung lalu disesuaikan dengan PSAP No 12 tentang laporan

opearasional dan memberikan kesimpulan atas hasil pembahasan.

Adapun penyusunan laporan operasional berdasarkan PSAP No 12 yaitu

a. Pendapat-LO

Pendapatan LO merupakan pendapatan daerah yang diakui sebagai

penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan

tidak perlu dibayar kembali, misalnya Pendapatan Asli Daerah (PAD),

Pendapatan Transfer dan Pendapatan Daerah Yang Sah.

b. Beban
37

Beban diakui pada saat timbulnya kewajiban yaitu dimana saat

terjadinya peralihan hak dari pihak lain ke pemerintah tanpa diikuti

keluarnya kas dari kas umum.

c. Surplus/Defisit dari Operasi

Defisit dari kegiatan operasional adalah selisih kurang antara

pendapatan dan beban dalam suatu periode pelaporan. Selisih lebih/kurang

antara pendapatan dan beban selama satu periode pelaporan dicatat dalam

pos surplus/deficit dari kegiatan operasional.

d. Surplus/Defisit dari Kegiatan Non Operasional

Surplus/defisit dari kegiatan non operasional adalah kenaikan atau

penurunan ekuitas yang berasal dari kegiatan non operasional diantaranya,

surplus/defisit penjualan asset non lancer, surplus /deficit penyelesaian

kewajiban jangka panjang dan surplus/deficit dari kegiatan non operasional

lainnya.

e. Surplus/Defisit Sebelum Pos Luar Biasa

Sifat dan jumlah rupiah kejadian luar biasa harus diungkapkan dalam

Catatan atas laporan keuangan

f. Surplus/Defisit LO

Surplus/Defisit LO merupakan jumlah Surplus/Defisit Sebelum Pos

Luar Biasa deanga Pos Luar Biasa. Jumlah Ini akan menjadi bagian yang

menambah atau mengurangi ekuitas di neraca.


38

3.7 Prosedur Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat prosedur atau langkah-langkah yang

digunakan untuk pengumpulan data yang dapat dijadikan sebagai alat bukti dari

hasil penelitian. Adapun prosedur penlitian yang digunakan yaitu;

1. Kamera

2. Alat Tulis

3. Buku

4. Handpone untuk merekam suara


Daftar Pustaka

Abdurrahim, Hidayati, D. N., & Budiarto. (2019). Implementasi Peraturan

Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi

Pemerintahan Berbasis Akrual (Studi Pada Pemerintah Kabupaten Lombok

Barat). Jurnal Ilmiah, 16(1), 99–110.

Ardianto, R., & Eforis, C. (2019). Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi

Pemerintah, Pemanfaatan Teknologi Informasi, Kompetensi Sumber Daya

Manusia, Penerapan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah, Dan Sistem

Akuntansi Keuangan Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keuangan

Pemerintah Daerah. Jurnal Bina Akuntansi, 6(1), 95–136.

https://doi.org/10.52859/jba.v6i1.44

Erlina, 2015 Akuntansi Keuangan Daerah Berbasis Akrual, Medan: Brama Ardian

Hardianti, Hardianti, Nur Hidayati, and Moh Amin. "Analisis Implementasi

Peraturan Pemerintah No. 71 Th 2010 Mengenai Standar Akutansi Basis

Akrual Pada Pemerintah Kota Mataram." e_Jurnal Ilmiah Riset

Akuntansi 8.06 (2019).

Hartati, S., Hendri, E., & Lilianti, E. (2020). Analisis Penerapan Standar Akuntansi

Pemerintah Berdasarkan PP No. 71 Tahun 2010 Pada Dinas

Pekerjaan Umum Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Sumatera

Selatan. Jurnal Media Akuntansi (Mediasi), 2(2), 167-185.

INSPEKTORAT PP 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

KSAP 2010, SAP Komite Standar Akuntansi Pemerintahan

39
40

Langelo, F., Saerang, D. P. E., & Alexander, S. W. (2015). Analisis penerapan

standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual dalam penyajian laporan

keuangan pada pemerintah kota bitung. Jurnal EMBA: Jurnal Riset

Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi, 3(1).

Mentu, E. P., & Sondakh, J. J. (2016). Penyajian Laporan Keuangan Daerah Sesuai

Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 Tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan pada Dinas Pendapatan Daerah dan Dinas Sosial

Prov. Sulut. Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis Dan

Akuntansi, 4(71), 1392–1399.

Mia, O., Raharjo, K., & Andini, R. (2016). Pengaruh Penerapan Standar

Akuntansi Pemerintahan, Kualitas Aparatur Pemerintah Daerah Dan Good

Governance Terhadap Kualitas Laporan Keuangan Di Kota Semarang.

Journal of Accounting Of Accounting, 2(2), 2–15.

Mua’am, A. (2015). Basis Akrual dalam Akuntansi Pemerintah di Indonesia.

Jurnal Lingkar
Mulyana. (2014). Penerapan pemerintah dalam laporan operasional. laporan

operasional, 1-9.

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

Pernyataan Standar Akuntansi Nomor 12

Rosana, L., & Bharata, R. W. (2023) dalam Niu et al 2014. Implementasi Standar

Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual Terhadap Kualitas Penyajian

Laporan Keuangan. Jurnalku, 3(1),23–34.

https://doi.org/10.54957/jurnalku.v3i1.366
41

Rizaldy, M. F. (2017). Analisis Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan


(SAP)

Berbasis Akrual (Accrual Basis) Menurut Pp Nomor 71 Tahun 2010 (Studi

Kasus Pada Pemerintah Kota Malang) (Doctoral dissertation, Universitas

Brawijaya).

Sugiyono, (2015). Metode Penelitian Pendidikan Kualitatif, Kuatitatif dan R&D.

Bandung: ALFABETA

Sari, Y. N. (2023). ”Analisis Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Dalam

Laporan Operasional Berbasis Akrual Pada Dinas Penanaman Modal

Pelayanan Terpadu Satu Pintu Dan Tenaga Kerja Kabupaten Kuantan

Singingi". Juhanperak, 4(1), 1444-1457.

Wikiapbn.com. 2015. Standar Akuntansi Pemerintahan. (diakses pada tanggal

1Mei 2017).

Anda mungkin juga menyukai