Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN KUNJUNGAN STUDI

PERENCANAAN STRATEGI SISTEM INFORMASI

DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

Disusun Oleh :

Safa Anisa (102023053)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS MANDIRI

2023
LEMBAR PERSETUJUAN

PERENCANAAN STRATEGI SISTEM INFORMASI BEA DAN CUKAI

Diajukan untuk melengkapi persyaratan Mata Kuliah Kunjungan Studidan telah


diujikan pada tanggal 5 Desember 2023

Subang, Desember 2023

Telah Disetujui dan disahkan oleh

Dosen Pembimbing

Marina Puspita. S.IP.,MA

NIDN : 0429078802
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Puji syukur tim penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, karunia, dan pertolongan-Nya, sehingga tim penyusun dapat menyelesaikan
Laporan Kunjungan Studi ini dengan judul “Perencanaan Strategi Sistem Informasi
Bea dan Cukai” sebagai syarat untuk memperoleh nilai untuk Mata Kuliah Pengantar
bisnis pada Fakultas Ekonomi Universitas Mandiri.

Tim penyusun menyadari bahwa penulisan laporan ini masih terdapat kekurangan
dan kelemahan, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun akan penulis
terima, demi kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata, semoga laporan Kunjungan Studi ini dapat bermanfaat bagi pembaca
pada umumnya dan penyusun pada khususnya.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Subang,16 Desember 2023

Penyusun

Safa Anisa
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN.......................................................................................ii

KATA PENGANTAR................................................................................................iii

DAFTAR ISI...............................................................................................................iv

DAFTAR GAMBAR...................................................................................................v

DAFTAR LAMPIRAN..............................................................................................vi

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah.................................................................................1


B. Gambaran umum Bea Cukai...........................................................................2
C. Permasalahan objek........................................................................................6
D. Tujuan Observasi............................................................................................7
E. Manfaat Observasi..........................................................................................7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................8

A. Pengertian perencanaan..................................................................................8
B. Pengertian Strategi..........................................................................................9
C. Pengertian Sistem..........................................................................................14
D. Pengertian Informasi.....................................................................................14
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN...................................................................15

A. ANALISIS DATA........................................................................................15
B. PEMBAHASAN...........................................................................................18
BAB IV PENUTUP....................................................................................................26

A. Kesimpulan...................................................................................................26
B. Saran.............................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................28

LAMPIRAN LAMPIRAN........................................................................................29
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Stuktur Bea dan Cukai...............................................................................5
Gambar 3.1 Komponen penerimaan DJBC.................................................................20
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.1 Memasuki Gedung DJBC.....................................................................28
Lampiran 1.2 Penyampaian Materi.............................................................................28
Lampiran 1.3 Penyerahan cendera mata......................................................................29
Lampiran 1.4 Foto Bersama dengan anggota DJBC...................................................30
Lampiran 1.5Foto bersama di depan gedung DJBC....................................................30
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perencanaan strategis sistem informasi saat ini sudah banyak dibuat dan
digunakan sebagai pedoman untuk pembuatan sistem yang tepat bagi perusahaan.
Menurut (Hadiati, 2009), untuk membangun sebuah sistem informasi agar
mendukung keberjalanan sebuah organisasi dengan baik perlu dibuat sebuah
rencana pembangunan sistem informasi. Perencanaan tersebut dapat
memanfaatkan teknologi Enterprise Architecture Planning (Perencanaan
Arsitektur Enterprise) yang menghasilkan tiga arsitektur, yaitu arsitektur data,
aplikasi dan teknologi serta rencana implementasi arsitektur tersebut bagi
enterprise. Arsitektur-arsitektur tersebut dibuat berdasarkan model bisnis
fungsional enterprise dan diimplementasikan berdasarkan kebergantungan data
antar fungsi bisnis.
Rencana Strategis (Renstra) Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan. Tahun
2020-2024 merupakan dokumen perencanaan, sekaligus berfungsi sebagai
guidance dalam pengambilan kebijakan jangka menengah di lingkungan
Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan. Selain hal tersebut, dokumen
Renstra juga menunjukkan peran aktif Sekretariat Jenderal Kementerian
Keuangan dalam menopang upaya pencapaian visi dan misi Kementerian
Keuangan periode tahun 2020 sampai dengan 2024. Secara umum, Renstra
Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan Tahun 2020-2024 disusun dengan
berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
Tahun 2020-2024 yang telah ditetapkan melalui Peraturan Presiden Nomor 18
Tahun 2020 dan Renstra Kementerian Keuangan Tahun 2020-2024 yang telah
ditetapkan melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 77/PMK.01/2020 tentang
Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2020-2024. Sekretariat Jenderal
Kementerian Keuangan yang merupakan penggambaran atas pencapaian tujuan-
tujuan yang ditetapkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Sekretariat Jenderal
Kementerian Keuangan periode sebelumnya (2015-2019). Dalam Renstra periode
tersebut, terdapat 6 (enam) tujuan yaitu:
1) Kualitas pengelolaan keuangan yang terus meningkat sehingga mampu
mendukung pelaksanaan program Kementerian Keuangan;
2) Kesinambungan reformasi birokrasi, perbaikan governance, dan pengutan
kelembagaan;
3) Sistem teknologi dan informasi di lingkungan Kementerian Keuangan
yang terintegrasi;
4) Kualitas sumber daya manusia Kementerian Keuangan yang meningkat
sehingga menjadi yang terbaik di kelasnya;
5) Kualitas layanan korporasi yang tinggi sehingga mampu memberikan
kepuasan yang tinggi bagi pemangku kepentingan internal dan eksternal
Kementerian Keuangan; dan
6) Kinerja tugas-tugas khusus yang tinggi. Selain hal tersebut, dalam upaya
mencapai visi dan misi Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan
terdapat aspirasi stakeholders baik Unit Eselon I lain di lingkungan
Kementerian Keuangan maupun masyarakat yang semakin dinamis.
Aspirasi tersebut diperoleh melalui berbagai survei kepada stakeholders
atas layanan yang diberikan oleh Sekretariat Jenderal Kementerian
Keuangan. Aspirasi-aspirasitersebut kemudian dijabarkan dan dijadikan
masukan dalam penyusunan Renstra Sekretariat Jenderal Kementerian
Keuangan tahun 2020-2024.

B. Gambaran umum Bea Cukai


1. Sejarah

CUSTOMS (Instansi Kepabeanan) di mana pun di dunia ini adalah suatu


organisasi yang keberadaannya sangat essensial bagi suatu negara, demikian pula
dengan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (Instansi Kepabeanan Indonesia)
adalah suatu instansi yang memiliki peran yang cukup penting pada suatu negara.
Bea dan Cukai (selanjutnya kita sebut Bea Cukai) merupakan institusi global
yang hampir semua negara di dunia memilikinya. Bea Cukai merupakan
perangkat negara “konvensional” seperti halnya kepolisian, kejaksaan,
pengadilan, ataupun angkatan bersenjata, yang eksistensinya telah ada sepanjang
masa sejarah negara itu sendiri. Fungsi Bea Cukai di Indonesia diyakini sudah ada
sejak zaman kerajaan dahulu, namun belum ditemukan bukti-bukti tertulis yang
kuat. Kelembagaannya pada waktu itu masih bersifat “lokal” sesuai wilayah
kerajaannya. Sejak VOC masuk, barulah Bea Cukai mulai terlembagakan secara
“nasional”. Pada masa Hindia Belanda tersebut, masuk pula istilah douane untuk
menyebut petugas Bea Cukai (istilah ini acapkali masih melekat sampai saat ini).
Nama resmi Bea Cukai pada masa Hindia Belanda tersebut adalah De Dienst der
Invoer en Uitvoerrechten en Accijnzen (I. U & A) atau dalam terjemah bebasnya
berarti “Dinas Bea Impor dan Bea Ekspor serta Cukai”. Tugasnya adalah
memungut invoer-rechten (bea impor/masuk), uitvoer-rechten (bea
ekspor/keluar), dan accijnzen (excise/ cukai). Tugas memungut bea (“bea” berasal
dari bahasa Sansekerta), baik impor maupun ekspor, serta cukai (berasal dari
bahasa India) inilah yang kemudian memunculkan istilah Bea dan Cukai di
Indonesia. Peraturan yang melandasi saat itu di antaranya Gouvernment Besluit
Nomor 33 tanggal 22 Desember 1928 yang kemudian diubah dengan keputusan
pemerintah tertanggal 1 Juni 1934. Pada masa pendudukan Jepang, berdasarkan
Undang-undang Nomor 13 tentang Pembukaan Kantor-kantor Pemerintahan di
Jawa dan Sumatera tanggal 29 April 1942, tugas pengurusan bea impor dan bea
ekspor ditiadakan, Bea Cukai sementara hanya mengurusi cukai saja. Lembaga
Bea Cukai setelah Indonesia merdeka, dibentuk pada tanggal 01 Oktober 1946
dengan nama Pejabatan Bea dan Cukai. Saat itu Menteri Muda Keuangan,
Sjafrudin Prawiranegara, menunjuk R.A Kartadjoemena sebagai Kepala Pejabatan
Bea dan Cukai yang pertama. Jika ditanya kapan hari lahir Bea Cukai Indonesia,
maka 1 Oktober 1946 dapat dipandang sebagai tanggal yang tepat.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 51 tahun 1948, istilah Pejabatan Bea
Cukai berubah menjadi nama menjadi Jawatan Bea dan Cukai, yang bertahan
sampai tahun 1965. Setelah tahun 1965 hingga sekarang, namanya menjadi
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC).

2. Struktur organisasi Bea Cukai


Dalam menjalankan semua tugas dan fungsinya, maka dibentuklah
struktur kepengurusan dari Direktorat Jenderal Bea Cukai (DJBC), yaitu
terdiri dari:
 Sekretariat Direktorat Jenderal
 Direktorat Teknis Kapabean
 Direktorat Fasilitas Kapabean
 Direktorat Cukai
 Direktorat Penindakan dan Penyidikan
 Direktorat Audit
 Direktorat Kapabean Internasional
 Direktorat Penerimaan dan Peraturan Kapabean dan Cukai
 Direktorat Informasi Kapabean dan Cukai
Gambar 1.1 Stuktur Bea dan Cukai

3. Tujuan Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai


 Menjamin terpenuhinya kebutuhan dalam negeri
 Melindungi kelestarian sumber daya alam
 Menjaga stabilitas harga komoditi tertentu didalam negeri
 Mengantisipasi kenaikan harga yang cukup dratis dari komoditi ekspor
tertentu di pasaran internasional
 Sebagai jaminan kerugian konsumen apabila suatu saat barang yang
dikonsumsinya membawa dampak

4. Modal Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai

Bea Cukai menggunakan modal perusahaan untuk menjalankan berbagai


kegiatan dan fungsi yang terkait dengan tugas dan tanggung jawab mereka. Berikut
adalah beberapa contoh penggunaan modal perusahaan oleh Bea Cukai:

1. Investasi dalam infrastruktur: Modal perusahaan dapat digunakan untuk


membangun dan memelihara fasilitas dan infrastruktur yang diperlukan untuk
operasional Bea Cukai, seperti pelabuhan, bandara, dan pos pemeriksaan.
2. Pengadaan peralatan dan teknologi: Modal perusahaan dapat digunakan untuk
membeli dan memperbarui peralatan dan teknologi yang diperlukan untuk
mendukung kegiatan Bea Cukai, seperti scanner kargo, sistem pemantauan,
dan perangkat lunak khusus.
3. Pelatihan dan pengembangan sumber daya manusia: Modal perusahaan dapat
dialokasikan untuk melatih dan mengembangkan karyawan Bea Cukai agar
memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan dalam melaksanakan
tugas mereka, seperti pelatihan dalam penegakan hukum, pemeriksaan barang,
dan manajemen risiko.
4. Operasional sehari-hari: Modal perusahaan digunakan untuk membiayai
kegiatan operasional sehari-hari Bea Cukai, termasuk pembayaran gaji
karyawan, pemeliharaan kendaraan dinas, dan biaya administrasi lainnya.
5. Penegakan hukum dan pencegahan penyelundupan: Modal perusahaan dapat
digunakan untuk mendukung kegiatan penegakan hukum dan pencegahan
penyelundupan, seperti operasi penindakan, pengembangan sistem keamanan,
dan kerjasama internasional.
Penggunaan modal perusahaan oleh Bea Cukai dapat bervariasi
tergantung pada kebijakan dan prioritas organisasi. Penting untuk dicatat
bahwa informasi lebih lanjut tentang penggunaan modal perusahaan Bea
Cukai dapat ditemukan melalui laporan keuangan dan dokumen resmi lainnya
yang diterbitkan oleh instansi tersebut.

C. Permasalahan objek
Dalam Renstra DJBC Tahun 2015-2019, Arah Kebijakan dan Strategis DJBC
dikelompokkan dalam tiga tema yaitu tema penerimaan, pelayanan
kepabeanan dan cukai, serta pengawasan kepabeanan dan cukai. Untuk
menunjang pencapaian Sasaran Strategis dan Program yang dibagi
dalam tiga tema tersebut, DJBC telah menyusun Sasaran Strategis dan
Program DJBC lainnya yang pada hakekatnya merupakan pilar-pilar
Reformasi Birokrasi DJBC yang menyangkut penataan
organisasi, penyempurnaan proses bisnis, peningkatan disiplin dan
manajemen SDM, pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi
(TIK) serta good governance.1.1.1. Bidang Penerimaan, Pelayanan.

1. Jelaskan yang di maksud dengan penerimaan.


2. Jelaskan yang di maksud dengan pelayanan.
3. Jelaskan yang di maksud dengan pengawasan.

D. Tujuan Observasi
1. Untuk mengetahui apa itu penerimaan.
2. Untuk mengetahui apa itu pelayanan.
3. Untuk mengetahui apa itu pengawasan.

E. Manfaat Observasi
1. Memberikan informasi penting untuk mengetahui penerimaan bea dan cukai
dalam melihat seksi pembelian setiap kali terdapat kesalahan.
2. Memberikan informasi penting dalam pelayanan penyelesaian barang impor
untuk di pakai jalur merah,kuning,hijau.
3. Memberikan informasi tentang peraturan mengenai tatalaksana pengawasan
oleh direktorat jenderal bea dan cukai.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian perencanaan
Perencanaan adalah menyusun langkah-langkah yang akan dilaksanakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Newman menerangkan bahwa
perencanaan adalah menentukan apa yang akan dilakukan. Perencanaan
mengandung rangkaianrangkaian putusan yang luas dan penjelasan-penjelasan
dari tujujan, penentuan kebijakan, penentuan program, penentuan metode, dan
prosedur tertentu dan penentuan kegiatan berdasarkan jadwal sehari-hari.
Sementera itu, Terry memberikan pengertian perencanaan, yang didengar
Majid, mengungkapkan, bahwa perencanaan adalah menetapkan pekerjaan
yang harus dilaksanakan oleh kelompok untuk mencapai tujuan yang
digarikan. Perencanaan mencakup kegiatan pengambilan keputusan. Untuk itu
diperlukan kemampuan untuk mengadakan visualisasi dan melihat ke depan
guna merumuskan suatu pola tindakan untuk masa mendatang. Untuk
sementara biarkan pengertian perencanaan berlalu dari benak kita. Marin kita
tengok dan tatap sepntas tentang pengertian pembelajaran. Walu pada
lembaran terdahulu telah tertulis lengkap.
Hal ini dilakukan untuk memadukan antar perencanaan dan pembelajaran,
yang mungkin mengdung pengertian dan makna yang lain, namun secara
kodrati tentunya tak begitu jauh dari nafas perbedaan. Yang dimaksud dengan
pembelajaran, Sumantri berceloteh yang kemudian ditanggapi Majid (2011;
80) bahwa pembelajaran adalah sebagai suatu proses yang dilakukan oleh paa
guru dalam membimbing, membantu, dan mengarahkan peserta didik untuk
memiliki pengalaman belajar.
A. Konsep Perencanaan
Nampakanya dalam pengertian perencanaan pembelajaran tersebut, tidak
dapat diartikan secara pasti, karena mengandungbanyak faktor ditubuhnya
pembelajaran. Untuk itu, sekedar membantu dan tidak lari dari kenyataan,
gaya fikiran Majid (2011; 85), konsep perencanaan pembelajaran dapat
dilihat dari beberapa sudut pandang yaitu :
1. Perencanaan pengajaran/pembelajaran sebagai teknologi; adalah suatu
perencanaan yang mendorong penggunaan teknik-teknik yang
mengembangkan tingkah laku kognitif dan teori-teori konstruktif
terhadap solusi dan problem dalam pembelajaran.
2. Perencanaan pengajaran sebagai suatu sistem; adalah sebuah susunan
dari sumber-sumber dan prosedur-prosedur untuk menggerakan
pembelajaran. Pengembangan sistem pembelajaran melalui proses
yang sistemik, selanjutnya diimplementasikan dengan mengacu pada
sistem perencanaan itu sendiri.
3. Perencanaan Pengajaran/Pelebelajaran sebagai sebuah disiplin; adalah
cabang dari pengetahuan yang senantiasa memperhatikan hasil-hasil
penelitian dan teori tentang strategi pembelajaran dan
implementaswiya terhadap strategi tersebut.
4. Perencanaan Pembelajaran sebagai sains (secience), adalah;
mengkreasi secara detail spesifik dari pengembanghan, implementasi,
ecakuasi dan pemeliharaan unit-unit yang luas maupun yang lebih
sempit dari materi pelajaran dengan segala tingkatan kompleksitannya.
5. Perencanaan pembelajaran sebagai proses; adalah pengembangan
pembelajaran secara sistimatik yang digunakan secara khusus atas
dasar teori-teori pembelajaran dan npengajaran untuk menjamin
kualitas pembelajaran. Dalam perencanaan ini, dilakukan analisis
kebutuhan dari proses belajar dengan alur yang sistimatik
untukmencapai tujuan pembelajaran. Termasuk melakukan evluasi
terhadap materi pelajaran dan aktifitas-aktifitas pengajaran.
6. Perencanaan pembelajran sebagai realitas; adalah ide pengajaran
dikembangkan dengan memberikan hubungan pembelajaran dari
waktu ke waktu dalam suatu proses yang dikerjakan perencana dengan
mengecek secara cermat, bahwa semua kegiatan telah sesuai dengan
tuntutan sains dan dilaksanakan secara sistimatik.

B. Pengertian Strategi
Istilah strategi berasal dari kata Yunani strategeia (stratus = militer dan
ag = memimpin), yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi jenderal.
Sementara definisi strategi menurut beberapa ahli seperti yang diungkapkan
oleh Chandler menyatakan bahwa “strategi merupakan alat untuk mencapai
tujuan perusahaan dalam kaitanya dengan tujuan jangka panjang, program
tindak lanjut serta prioritas alokasi sumber daya”.
Menurut Porter yang menyatakan bahwa “strategi adalah alat yang
sangat penting untuk mencapai keunggulan bersaing.
Menurut Stephanie K. Marrus yang menyatakan bahwa “strategi
adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada
tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya
bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai”.
Menurut Hamel dan Prahalad yang menyatakan bahwa “strategi
merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkat) dan
terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang
diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi
selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang
terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola
konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies).Perusahaan perlu
mencari kompetensi inti didalam bisnis yang dilakukan”.
Menurut Martin (1990:14-15), strategi dibagi sebagai berikut.
1. Analisis Target (Goal) dan Masalah (Problem)
Target adalah sasaran spesifik yang ingin dicapai dalam jangka waktu
tertentu. Cara pandang target dapat dikategorikan menjadi dua.
a. Taktis, berkaitan dengan perencanaan jangka panjang 5 tahun.
b. Jangka panjang berdasarkan perencanaan jangka panjang 5 tahun.
Masalah dapat menyebabkan perusahaan lebih sulit dalam mencapai target
yang telah ditentukan. Seringkali, target berhubungan dengan pemecahan
masalah tertentu. Apabila perhatian tertuju pada masalah masalah tersebut
lebih mudah dipecahkan. Analisis Target (Goal) dan Masalah (Problem)
membentuk representasi yang terstruktur dari target dan masalah dalam
organisasi yang dihubungkan dengan departemen atau unit organisasi dan
didukung Management by Objective pada individual manajer. Target dan
masalah berkaitan dengan kebutuhan informasi dan sistem.
2. Perencanaan Strategis, Analisis SWOT
Menurut McLeod (1995:90), Critical Success Factor adalah bentuk
aktivitas perusahaan yang memiliki pengaruh kuat terhadap kemampuan
perusahaan itu sendiri untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
Menurut James Martin (1990:89), Critical Success Factor dapat diartikan
sejumlah area yang terbatas dan hasil yang memuaskan akan menjamin
persaingan kinerja bagi individual, departemen, atau organisasi.
Berdasarkan defenisi di atas dapat disimpulkan Critical Success Factor
adalah faktor yang sangat menentukan terhadap kemampuan perusahaan
untuk mencapai sasarannya (apa yang harus dilakukan untuk mencapai
sasaran). Critical Success Factor juga dapat diartikan kombinasi segala
sesuatu harus berjalan dengan benar perkembangan bisnis dan pencapaian
tujuan manajemen.
a. Manfaat Critical Success Factor sebagai berikut.
 Membantu eksekutif agar fokus pada kegiatan yang paling penting.
 Membantu eksekutif untuk memikirkan informasi yang
dibutuhkan.
b. Analisis Dampak Teknologi (Technology Impact Analysis) Perubahan
teknologi yang cepat mempengaruhi peluang serta ancaman yang
timbul. Analisis tersebut mengidentifikasi dan memprioritaskan
peluang, ancaman, serta memberikan terhadap eksekutif agar
mengambil tindakan tepat.
c. Visi Sistem Strategi (Strategy System Vision)
Berhubungan dengan kesempatan menghasilkan sistem baru agar
perusahaan dapat lebih kompetitif. Sistem strategi tersebut
memerlukan pengarahan kembali dari perusahaan. Cara bisnis yang
digunakan tidak hanya sekedar restrukturisasi otomatis perusahaan dan
manajemen.
d. Model Umum Fungsi Perusahaan/Bisnis (The Overview Model of The
Function In The Enterprise)
Menggambarkan area fungsi, fungsi bisnis, proses dan subjek data
perusahaan secara hierarki, menghubungkan fungsi bisnis dan subjek
data, unit organisasi dan subjek data, serta fungsi bisnis dan eksekutif.
Fungsi bisnis adalah sekelompok aktivitas yang secara bersama-sama
mendukung salah satu aspek misi perusahaan. Terkadang, fungsi
bisnis dikelompokan ke dalam area fungsi. Area fungsi merupakan
area utama aktivitas perusahaan. Proses adalah aktivitas perusahaan
yang dilakukan secara berulang-ulang.
e. Pemodelan Relasi Entitas (Entity Rekationship Modeling)
Membentuk diagram dari entiti dan hubungannya, memperlihatkan
data yang harus disimpan dalam database perusahaan.
3. Tahapan Perencanaan Strategi Sistem Informasi
Tahapan perencanaan strategi sistem informasi menurut Earl (1998:69)
terbagi dalam tiga tingkatan.
a. Top Down Clarification
Menggambarkan urutan secara bertahap dari penganalisaan strategi
bisnis dan merupakan tujuan yang akan dicapai strategi tersebut.
Metodologi dan rencana kerja yang berasumsikan tujuan akhir
perusahaan akan menjadi pedoman dalam pemecahan masalah yang
akan timbul sebagai akibat perencanaan sistem strategis dengan
menitikberatkan pada Critical Success Factor (CSF). Isi yang
dibutuhkan metodologi sebagai berikut.
 Mudah dipahami dan digunakan manajer lini dan manajer umum;
 dapat menangani berbagai ragam strategi bisnis;
 tidak banyak menghabiskan waktu dan sumber daya;
 dapat diulangi jika keadaan akhirnya berubah;
 mengarah pada kebutuhan sisten informasi dan bukah spesifikasi
detail.
b. Bottom–Up Evaluation
Analisis yang harus dilakukan perusahaan untuk memahami dan
mengevaluasi sistem yang sedang berjalan dalam perusahaan tersebut
sebelum memulai atau memperbaharui sistem informasi. Analisis
tersebut akhirnya akan menilai sistem yang ada lebih baik dihilangkan,
diperbaharui kembali, ditingkatkan atau dipertahankan.
c. Inside–Out Innovation
Analisis untuk mengidentifikasi peluang yang dapat diberikan
teknologi informasi. Peluang tersebut harus memberikan keuntungan
yang kompetitif atau membuat startegi baru bagi perusahaan.
4. Alat Bantu Perencanaan Strategi Informasi
a. Matriks
Target dan masalah berhubungan dengan sistem dan entitas. Matriks
dapat menunjukkan hubungan antara target dan masalah dengan sistem
dan entitas yang terkait. Analisis matriks menunjukkan berbagai
macam informasi, yaitu laporan untuk para manajer, sistem
pengambilan keputusan, dan sistem informasi eksekutif.
b. Diagram Relasi Entitas (Entity Relationship Diagram ERD)
Dibentuk dari entitas organisasi. Diagram relasi entitasi biasanya
dibuat berdasarkan wawancara dari pihak yang terkait dalam
pelaksanaan prosedur kerja yang mendasar pada perusahaan.
c. Diagram Aksi (Action Diagram)
Diagram menggunakan tanda kurung bertingkat untuk menunjukkan
hierarki, struktur program, atau pembuatan spesifikasi. Objek dapat
berupa tujuan, Critical Success Factor, proses unit organisasi, ancaman
kompetitif atau entiti yang lain pada meta data perencanaan strategis.
5. Konsep Analisis Bidang Usaha
a. Analisis Area Bisnis (Business Area Analysis AAB)
Analisis bidang usaha menggunakan diagram dan matriks untuk
merancang, menyimpan data, dan aktivitas perusahaan, serta
memberikan penjelasan terperinci mengenai hubungan yang berkaitan
antara informasi di dalam perusahaan yang menghasilkan framework
secara detail untuk membangun dasar informasi perusahaan. Diagram
dan matriks tersebut dirancang agar dimengerti oleh manajemen,
pengguna data, dan bagian pemrosesan yang profesinal juga untuk
meningkatkan komunikasi antara ketiga bagian tersebut. Analisis
untuk mengidentifikasi kekuatan (Strength), kelemahan (weakness),
kesempatan/peluang (Opportunity), dan ancaman (Threat) berkaitan
dengan sistem yang ada di perusahaan.
6. Data warehouse
Menurut Inmon dan Hackathorn (1994:1), data warehouse adalah nilai
penting bagi arsitektur dari proses informasi untuk sistem komputer
modern. Data warehouse mendukung pemrosesan informasi dengan cara
menyediakan data terintegrasi dan data historis untuk melakukan analisis
manajemen. Data warehouse mengorganisir dan menyimpan data yang
diperlukan dalam proses informasi dan analisis untuk waktu yang cukup
lama. Menurut Poe (1996:6), data warehouse adalah database analisis
yang digunakan sebagai dasar sistem pengambilan keputusan. Analisis
yang digunakan bersifat dibaca saja sehingga tidak dapat diadakan
perubahan data yang digunakan. Menurut Williams (1998:531), data
warehouse adalah sekumpulan data historis yang digunakan untuk
mengambil keputusan. Data warehouseyang efektif memungkinkan user
memperoleh keseluruhan data dengan cepat dan mudah. Jadi, secara
singkat dapat dikatakan data warehouse adalah proses bukan produk yang
terdiri atas beberapa sebagai berikut.
a. Poses menggabungkan data;
b. proses menstransformasikan data;
c. proses mendistribusikan data;
d. proses menggunakan data;
Menurut Williams (1998:533), data warehouse biasanya digunakan dalam
4 tugas yang berbeda.
a. Pembuatan laporan
Pembuatan laporan merupakan kegunaan data warehouse yang paling
umum. Penggunaan query sederhana dalam data warehouse dapat
menghasilkan informasi per tahun, per kuartal, per bulan, bahkan per
minggu. Query-query umum diterapkan dalam data warehouse dengan
tujuan memperoleh jawaban terhadap pertanyaan khusus, seperti
pertanyaan siapa, apa, kapan, di mana, dan berapa banyak.
b. Online Analytical Processing (OLAP)
Data warehouse digunakan dalam melakukan analisis bisnis untuk
menyelidiki kecenderungan pasar dan faktor penyebabnya. Oleh karena
itu, data warehouse merupakan total yang andal untuk analisis data yang
kompleks.
c. Data Mining
Penggunaan data warehouse dalam pencarian pola dan hubungan data
dengan tujuan membuat keputusan bisnis. Software dirancang untuk pola
statistik dalam data serta mengetahui kecenderungan yang ada.
d. Proses Informasi Eksekutif
Data warehouse digunakan untuk mencari informasi summary, kunci yang
penting dengan tujuan membuat keputusan bisnis tanpa harus menjelajahi
keseluruhan data yang ada.

C. Pengertian Sistem
Menurut Romney, et al (2015:1) dalam jurnal Acounting Information
System, menyatakan bahwa sistem adalah serangkaian dua atau lebih
komponen yang saling terkait dan berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.
Menurut Mulyadi (2016:1) dalam jurnal Sistem Akuntansi, menyatakan
bahwa sistem adalah sekelompok unsur yang erat berhubungan satu dengan
lainnya, yang berfungsi bersamasama untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut Sutabri (2016) dalam jurnal Sistem Informasi Manajemen,
menyatakan bahwa sistem adalah suatu kumpulan atau himpunan dari unsur,
komponen, atau variabel yang terorganisasi, saling berinteraksi, saling
tergantung satu sama lain, dan terpadu.Berdasarkan pendapat ahli diatas,
dapat disimpulkan sistem adalah serangkaian komponen yang saling
berinteraksi dan bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan tertentu.

D. Pengertian Informasi
Menurut Prabowo (2017) dalam jurnal Ekonomi dan Bisnis, menyatakan
bahwa informasi merupakan hasil pengolahan data dari satu atau berbagai
sumber yang kemudian diolah, sehingga memberikan nilai, arti, dan manfaat.
Menurut Mulyani (2016) dalam jurnal Metode Analisis dan Perancangan
Sistem, menyatakan bahwa informasi merupakan data yang sudah diolah yang
ditujukan untuk seseorang, organisasi ataupun siapa saja yang membutuhkan.
Menurut Anggraeni dan Irviani (2017:13) dalam jurnal pengantar sistem
informasi, menyatakan bahwa informasi adalah sekumpulan data atau fakta
yang diorganisasi atau diolah dengan cara tertentu sehingga mempunyai arti
bagi penerima. Berdasarkan pendapat ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa
Informasi adalah data yang diolah dari satu atau berbagai sumber yang
memberikan nilai dan manfaat bagi penerima.
Mcleod (1995:16) menyatakan informasi adalah data yang telah
diproses atau data yang mempunyai arti sedangkan data itu sendiri dikatakan
terdiri atas kenyataan dan gambaran yang biasanya belum memiliki arti bagi
pemakainya. Davis berpendapat (1993:28) informasi adalah data yang telah
diolah menjadi bentuk yang berarti bagi penerima informasi dan bermanfaat
dalam pengambilan keputusan pada saat sekarang atau akan datang.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. ANALISIS DATA
Bea Cukai Sebuah lembaga dari pelaku bisnis perdagangan sampai
masyarakat umum tentunya mengenal jika dalam perdagangan internasional
atau perdagangan ekspor atau impor barang pasti akan ada yang namanya bea
cukai atau lembaga yang mengaturnya disebut dengan kepabeanan.
Bea cukai ini memiliki dua istilah yang berbeda dan memiliki pengertian
yang terpisah. Bea adalah pungutan yang dikenakan oleh pemerintah kepada
barang yang diekspor maupun diimpor. Lalu, cukai merupakan pungutan yang
dilakukan oleh pemerintah kepada barang yang memiliki karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan.
Menurut KBBI, bea cukai diartikan terpisah. Hal ini karena bea adalah
pajak, biaya dan ongkos, sedangkan cukai adalah sesuatu yang berhubungan
dengan pajak. Dari penjelasan itu, dapat disimpulkan bahwa bea cukai
merupakan biaya atau ongkos yang berhubungan dengan pajak.
Bea Cukai merupakan istilah yang cukup familiar untuk sebuah lembaga
yang berurusan dengan ekspor impor, bahkan bagi masyarakat umum istilah
bea cukai ini sangatlah sering muncul dalam pemberitaan media. Meski
begitu, bea cukai bisa diartikan sebagai pungutan-pungutan yang dilakukan
oleh pihak pemerintah kepada barang yang diekspor maupun diimpor serta
barang yang memiliki karakteristik yang khusus. Sementara itu, lembaga yang
mengatur bea cukai disebut dengan kepabeanan. Kepabeanan ini memiliki
fungsi untuk mengawasi lalu lintas barang yang masuk ataupun keluar dari
daerah pabean serta melakukan pungutan bea. Lembaga bea cukai ini
merupakan salah satu lembaga yang pasti ada dalam setiap negara termasuk
negara Indonesia. Selain itu, bea cukai bisa dikatakan sebagai suatu institusi
konvensional seperti pengadilan, kepolisian dan militer. Institusi inilah yang
sudah pasti ada sejak negara berdiri.
VISI “Menjadi administrasi kepabeanan dan cukai dengan standar
internasional”
1. Mengamankan hak keuangan negara;
2. Melindungi Masyarakat dari penyelundupan dan perdagangan ilegal;
3. Memfasilitasi Perdagangan;
4. Mendukung Industri

MISI “Menjadi institusi kepabeanan dan cukai terkemuka di dunia”

1. Kami memfasilitasi perdagangan dan industri;


2. Kami melindungi perbatasan dan masyarakat Indonesia dari
penyelundupan dan perdagangan ilegal;
3. Kami mengoptimalkan penerimaaan negara.

Fungsi Bea Dan Cukai

1. Revenue Collector
Mengoptimalkan penerimaan negara yang diperoleh melalui
penerimaan Bea Masuk, PDRI, dan Cukai.
2. Community Protector
Memberikan perlindungan kepada masyarakat dari barang-barang
yang dilarang maupun dibatasi yang dapat mengakibatkan gangguan
terhadap kesehatan dan keamanan juga moralitas.
3. Trade Facilitator
Memberikan fasilitas perdagangan dengan tujuan untuk menekan
biaya yang tinggi, sehingga akan tercipta iklim perdagangan yang lebih
kondusif.
4. Industrial Assistance
Memberikan dukungan kepada industri dalam negeri, dengan tujuan
mencapai keunggulan kompetitif atau dapat bersaing dalam pasar
internasional.

LANDASAN HUKUM UU no. 10 thn 1995 jo.UU No. 17 thn 2006

KEPABEANAN
Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu
lintas barang yg masuk atau keluar daerah pabean serta pemungutan bea masuk dan
bea keluar.

UU no. 16thn 1995 jo.UU No. 39 thn 2006

CUKAI

Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barangbarang tertentu


yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam undangundang
ini.Direktorat Jenderal Bea Dan Cukai.

Perbedaan kapabeanan dan cukai, Kepabeanan adalah segala sesuatu yang


berhubungan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yg masuk atau keluar daerah
pabean serta pemungutan bea masuk dan bea keluar. Sedangkan Cukai adalah
pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai
sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam undang-undang ini.

Tujuan utama adanya bea cukai adalah untuk menghalangi atau mengurangi
penggunaan objek cukai dengan bebas. Tujuan ini sudah diterapkan sejak dulu, yaitu
ketika masa penjajahan Belanda. Mereka menggunakan cukai untuk mengontrol
kebutuhan gula pada masyarakat demi kepentingan pribadi.

Bea cukai pada beberapa negara maju difungsikan untuk membatasi barang-
barang yang memiliki dampak negatif. Dampak negatif ini antara lain secara sosial
bisa berupa pronografi serta hal yang serupa, dan secara kesehatan berupa konsumsi
minuman keras, rokok, dan sebagainya.

Bea Cukai berasal dari dua suku kata, Bea dan Cukai. Bea adalah pungutan
yang dikenakan atas keluar masuknya barang/komoditas di daerah pabean. Pungutan
bea ini bersifat wajib serta dikenakan pada produk hasil ekspor dan impor. Bea
yang dikenakan atas barang impor disebut bea masuk, sedangkan bea yang
dikenakan atas barang keluar disebut bea keluar. Bea berasal dari bahasa Sansekerta
yang berarti ongkos. Cukai adalah pungutan negara terhadap barang-barang tertentu
dengan sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam Undang-Undang Cukai. Sifat-
sifat tersebut antara lain:
 Konsumsinya perlu dikendalikan.
 Peredarannya perlu diawasi.
 Pemakaiannya dapat menimbulkan efek negatif bagi masyarakat atau
lingkungan hidup.
B. PEMBAHASAN
A. Penerimaan Bea dan Cukai
1) Pengertian Penerimaan

Penerimaan merupakan awal dari arus barang yang ada digudang.


Menurut kamus Bahasa Indonesia kontemporer (1991 : 1601) penerimaan
merupakan suatu proses, cara atau perbuatan menerima sedangkan menerima
adalah mendapatkan sesuatu yang diberikan atau dikirimkan. Sehingga
penerimaan yang dimaksudkan disini merupakan suatu proses atau cara dalam
mendapatkan sesuatu (berupa barang) yang diberikan atau dikirimkan oleh
para supplier. Barang dan material biasanya tiba di gudang dalam jumlah
muatan truk atau mobil box. Menurut John Warman (1981 : 92-93), pada
seksi penerimaan perlu diadakan suatu sistem untuk memisah-misahkan
barang guna pemeriksaan sebelum diijinkan masuk ke dalam gudang.
Sehingga dapat diketahui bahwa barang tersebut memenuhi syarat mutu yang
diminta atau mengetahui apakah barang yang dikirim sesuai dengan contoh
yang diberikan atau tidak. Pada seksi penerimaan perlu dilakukan suatu sistem
untuk memisah misahkan barang guna pemeriksaan sebelum diijinkan masuk
ke dalam gudang.

Hal ini sangat penting untuk melihat seksi pembelian setiap kali terdapat
kesalahan pembelian. Menurut John Warman (1981 : 93) kesalahan-
kesalahan tersebut adalah

 Kerusakan di tempat penerimaan sementara.


 Kekurangan barang, baik sejak waktu pemuatan, maupun karena
 hilang selama dalam perjalanan.
 Ketidak cocokan dalam berat dan ukuran
 Ketidakcocokan dalam spesifikasi menurut hasil pengujian dari ahli
kimia, ahli ilmu logam atau ahli-ahli lainnya yang telah diminta untuk
menganalisis barang kiriman.

Penerimaan bea cukai merujuk pada pendapatan yang diterima oleh


pemerintah dari kebijakan bea dan cukai. Ini mencakup pembayaran yang
dibuat oleh individu atau perusahaan sebagai hasil dari impor barang, ekspor
barang, serta pajak dan tarif bea yang dikenakan.

Penerimaan bea dan cukai memiliki peran penting dalam keuangan


negara, menyumbang kepada pendapatan pemerintah yang digunakan untuk
membiayai berbagai program dan layanan publik. Penerimaan ini mencakup
berbagai jenis pajak dan bea, seperti bea masuk, pajak pertambahan nilai
(PPN), serta cukai atas barang tertentu.

Pengelolaan penerimaan bea cukai melibatkan kebijakan perpajakan dan


regulasi yang dirancang untuk mengoptimalkan pendapatan negara sambil
memastikan keadilan dan keberlanjutan ekonomi. Observasi dan analisis
terhadap penerimaan bea cukai menjadi penting untuk mengidentifikasi tren
ekonomi, mengawasi kepatuhan, dan memastikan efektivitas
sistem perpajakan.

Penerimaan bea cukai dapat mencakup berbagai jenis, termasuk:

1. Bea Masuk: Pajak yang dikenakan pada barang yang masuk ke suatu
negara.
2. Bea Keluar: Pajak yang dikenakan pada barang yang keluar dari suatu
negara.
3. Bea Cukai Khusus: Penerimaan dari layanan khusus yang disediakan oleh
lembaga bea cukai, seperti izin impor dan ekspor.
4. Pajak Ekspor: Pajak yang dikenakan pada barang yang diekspor dari suatu
negara.
5. Penerimaan dari Pelanggaran Bea Cukai: Denda dan sanksi atas
pelanggaran terhadap peraturan bea cukai.
2) Komponen Penerimaan Kepabeanan dan Cukai

Gambar 3.1 Komponen penerimaan DJBC

B. Pelayanan Kepabeanan dan Cukai


1. Pengertian Pelayanan

Pelayanan adalah usaha melayani kebutuhan orang lain dengan


memperoleh imbalan (uang) atau jasa. Menurut AS. Moenir, Pelayanan adalah
proses pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung
(Moenir 2005:16). Kebutuhan-kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan phisik,
kebutuhan sosial, dan kebutuhan psikologis (Agus Sulastiyono, 2002:41).
Endar Sugiarto menyatakan pelayanan adalah suatu tindakan yang dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan orang lain (konsumen, pelanggan, tamu, klien,
pasien, penumpang dan lain-lain) yang tingkat pemuasannya hanya dapat
dirasakan oleh orang yang melayani maupun yang dilayani. Perilaku
pelayanan karyawan adalah tindakan individu (karyawan) untuk memenuhi
kebutuhan orang lain (tamu atau konsumen). Pelayanan optimal akan
memberikan kepuasan kepada orang lain tersebut. Tolak ukur pelayanan yang
baik melalui pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan tamu.
Penilaian kualitas pelayanan ditentukan oleh tamu sebagai pemaksa jasa
pelayanan tersebut.

1. Pelayanan Informasi, Konsultasi dan Bimbingan Kepatuhan Di Bidang


Kepabean dan Cukai.
2. Pemberitahuan Pelayanan Rencana Kedatangan Sarana Pengangkut
(RKSP).
3. Pelayanan Manifest (Inward/Outward Manifest).
4. Pelayanan Penerimaan Hard Copy Pemberitahuan Impor Barang (PIB).
5. Pelayanan Penyelesaian Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)/BC 3.0.
6. Pelayanan Penyelesaian Barang Impor Untuk Dipakai Jalur Merah.
7. Pelayanan Penyelesaian Barang Impor Untuk Dipakai Jalur Kuning.
8. Pelayanan Penyelesaian Barang Impor Untuk Dipakai Jalur Hijau.
9. Pelayanan Pemeriksaan Fisik Ekspor.
10. Pelayanan Pemeriksaan Fisik Impor.
11. Pelayanan Fasilitas KITE.
12. Pelayanan Pembetulan PEB.
13. Pelayanan Pengembalian Bea Masuk, Bea Keluar, PDRI, dan Cukai.
14. Pelayananan Impor Sementara dan Reekspor Kapal Wisata Asing (Yacht).
15. Pelayanan Bongkar Timbun diluar Kawasan Pabean.
16. Pelayanan Pemeriksaan Lokasi Pabrik /Bangunan.
17. Pelayanan Perijinan Nomor Pokok Pengusaha Barang Kena Cukai
(NPPBKC).
18. Pelayanan Permohonan Penyediaan pita Cukai (P3C).
19. Pelayanan Pemesanan Pita Cukai (CK-1).
20. Pelayanan Pemberitahuan BKC selesai dibuat (CK-4C).

Pelayanan yang disediakan oleh lembaga bea cukai dapat melibatkan


beberapa aspek, termasuk:
1. Pemrosesan Impor dan Ekspor: Penanganan dokumen dan proses terkait
untuk barang yang masuk dan keluar dari suatu negara.
2. Pengawasan dan Pemeriksaan Barang: Memastikan kepatuhan terhadap
peraturan dan standar keamanan dalam proses impor dan ekspor.
3. Pemberian Izin dan Lisensi: Memberikan izin atau lisensi untuk kegiatan
impor dan ekspor tertentu.
4. Penerimaan Bea Cukai: Penerimaan pajak dan bea terkait impor dan
ekspor barang.
5. Penindakan Hukum: Menanggapi pelanggaran hukum terkait bea cukai,
termasuk penyelidikan dan penegakan hukum.
6. Pengembangan Kebijakan: Mengembangkan kebijakan terkait
perdagangan internasional dan pengelolaan bea cukai.
7. Pemberian Informasi: Memberikan informasi kepada pelaku usaha dan
masyarakat umum terkait regulasi dan prosedur bea cukai.
8. Pelatihan dan Konsultasi: Menyediakan pelatihan dan konsultasi kepada
pelaku usaha terkait kepatuhan terhadap regulasi bea cukai.

C. Pengawasan Bea dan Cukai


Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan
pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang
diharapkan sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut.
Menurut Winardi “Pengawasan adalah semua aktivitas yang
dilaksanakan oleh pihak manajer dalam upaya memastikan bahwa hasil
aktual sesuai dengan hasil yang direncanakan”. Sedangkan menurut Basu
Swasta “Pengawasan merupakan fungsi yang menjamin bahwa kegiatan-
kegiatan dapat memberikan hasil seperti yang diinginkan”. Sedangkan
menurut Komaruddin “Pengawasan adalah berhubungan dengan
perbandingan antara pelaksana aktual rencana, dan awal Unk langkah
perbaikan terhadap penyimpangan dan rencana yang berarti”.
Sasaran pengawasan adalah temuan yang menyatakan terjadinya
penyimpangan atas rencana atau target. Sementara itu, tindakan yang
dapat dilakukan adalah:
a. mengarahkan atau merekomendasikan perbaikan.
b. menyarankan agar ditekan adanya pemborosan.
c. mengoptimalkan pekerjaan untuk mencapai sasaran rencana.

Pada dasarnya ada beberapa jenis pengawasan yang dapat dilakukan,


yaitu:

1. Pengawasan Intern dan Ekstern


Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh
orang atau badan yang ada di dalam lingkungan unit organisasi yang
bersangkutan.” Pengawasan dalam bentuk ini dapat dilakukan dengan
cara pengawasan atasan langsung atau pengawasan melekat (built in
control) atau pengawasan yang dilakukan secara rutin oleh inspektorat
jenderal pada setiap kementerian dan inspektorat wilayah untuk setiap
daerah yang ada di Indonesia, dengan menempatkannya di bawah
pengawasan Kementerian Dalam Negeri.
Pengawasan ekstern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh
unit pengawasan yang berada di luar unit organisasi yang diawasi.
2. Pengawasan Preventif dan Represif
Pengawasan preventif lebih dimaksudkan sebagai,
“pengawasan yang dilakukan terhadap suatu kegiatan sebelum
kegiatan itu dilaksanakan, sehingga dapat mencegah
terjadinya penyimpangan.”
pengawasan represif adalah “pengawasan yang dilakukan
terhadap suatu kegiatan setelah kegiatan itu dilakukan.”
3. Pengawasan Aktif dan Pasif
Pengawasan dekat (aktif) dilakukan sebagai bentuk
“pengawasan yang dilaksanakan di tempat kegiatan
yang bersangkutan.”
Hal ini berbeda dengan pengawasan jauh (pasif) yang
melakukan pengawasan melalui “penelitian dan pengujian terhadap
surat-surat pertanggung jawaban yang disertai dengan bukti-bukti
penerimaan dan pengeluaran.”
4. Pengawasan kebenaran formil menurut hak (rechtimatigheid) dan
pemeriksaan kebenaran materiil mengenai maksud tujuan pengeluaran
(doelmatigheid).

D. Tatalaksana Pengawasan Direktur Jenderal Bea Dan Cukai


Mengoptimalkan fungsi pengawasan pada Direktorat Jenderal Bea dan
Cukai agar terlaksana dengan sistematis, sinergis, dan komprehensif
berdasarkan tugas pokok dan fungsinya dalam rangka menunjang proses
reformasi sistem dan prosedur pada DJBC, perlu dibuat peraturan
mengenai tatalaksana pengawasan oleh Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 75 Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3612) sebagaimana telah
diubah dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 93, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4661);
2. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 76 Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3613) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 105, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4755) ;
3. Undang-undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 143),
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5062;
4. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10),
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3671;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1996 tentang Penindakan Di
Bidang Kepabeanan (Lembaran Negara Tahun 1996 Nomor 36, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3626);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 1996 tentang Penyidikan
Tindak Pidana Di Bidang Kepabeanan dan Cukai (Lembaran Negara
Tahun 1996 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3651);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 49 Tahun 2009 tentang Tata Cara
Penindakan di Bidang Cukai (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5040);
8. Peraturan Presiden Nomor 80 tahun 2003 tanggal 3 Nopember 2003
tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2003 nomor 120),
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4330;
9. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
30/KMK.05/1997 tanggal 16 Januari 1997 Tentang Tatalaksana
Penindakan Di Bidang Kepabeanan;
10. Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor:
92/KMK.05/1997 tentang Pelaksanaan Penyidikan Tindak Pidana di
Bidang Kepabeanan dan Cukai;
11. Peraturan Menteri Keuangan nomor 238/PMK.04/2009 tanggal 30
Desember 2009 tentang Tata Cara Penghentian, Pemeriksaan, Penegahan,
Penyegelan,Tindakan Berupa Tidak Melayani Pemesanan Pita Cukai atau
Tanda Pelunasan Cukai Lainnya, dan Bentuk Surat Perintah Penindakan;
12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 13/PMK.04/2006 tanggal 20 Pebruari
2006 tentang Penyelesaian Terhadap Barang yang Dinyatakan Tidak
Dikuasai, Barang yang Dikuasai Negara, dan Barang yang Menjadi Milik
Negara;
13. Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai nomor 08/BC/1997 tentang
Penghentian, Pemeriksaan, dan Penegahan Sarana Pengangkut dan Barang
diatasnya serta Penghentian Pembongkaran dan Penegahan Barang;
14. Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai nomor 37/BC/1997
tentang Pemeriksaan barang, Bangunan, atau Tempat lain dan Surat atau
Dokumen yang Berkaitan dengan Barang;
15. Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai nomor 38/BC/1997 tentang
Pemeriksaan Badan;
16. Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai nomor 57/BC/1997 tentang
Petunjuk Pelaksana Proses Penyidikan Tindak Pidana di Bidang
Kepabeanan dan Cukai;
17. Keputusan Direktur Jenderal Bea dan Cukai nomor 101/BC/2001
tentang Petunjuk Pelaksanaan Penindakan dan Penyidikan di Bidang
Kepabeanan dan Cukai pada Direktorat Penindakan dan Penyidikan
18. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.01/2009 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 100/PMK.01/2008
Tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Keuangan;
19. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.01/2009 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;
20. Keputusan Menteri Keuangan nomor 448/KMK.01/2001 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Pangkalan Sarana Operasi Bea dan Cukai.

E. Sasaran Strategi Bea dan Cukai


Dalam rangka mendukung tercapainya tujuan, DJBC menetapkan sasaran
strategis yang mencerminkan tujuan Kementerian Keuangan dan fungsi
utama DJBC dalam satu kesatuan yang utuh dalam rangka mendukung
pencapaian tujuan dan kinerja Organisasi. Dengan demikian DJBC
menetapkan beberapa sasaran strategis sebagai berikut:
1. Kebijakan fiskal dan sektor keuangan yang berkualitas.
2. Perlindungan dan dukungan terhadap ekonomi dan Masyarakat.
3. Penerimaan negara yang optimal.
4. Birokrasi pelayanan publik dan pengawasan yang agile, efektif,dan efisien
5. Formulasi kebijakan fiskal dan Kerjasama ekonomi dan keuangan
internasional yang berdaya asing.
6. Transformasi proses bisnis dan penggalian potensi penerimaan yang
optimal.
7. Pelayanan, edukasi, dan kehumasan yang efektif.
8. Sinergi pengawasan dan penegakan hukum yang efektif.
9. Pengendalian mutu yang berkelanjutan.
10. Organisasi dan SDM yang optimal.
11. Komunikasi publik yang efektif dan Sistem informasi yang andal.
12. Pengelolaan keuangan yang optimal.
BAB IV

PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Secara keseluruhan, penerimaan di bea dan cukai memainkan peran vital
dalam mengamankan pendapatan negara. Melalui penarikan bea dan
cukai, pemerintah dapat memastikan sumber dana yang diperlukan untuk
mendukung berbagai program dan kebijakan. Pentingnya menjaga
keseimbangan antara tarif yang wajar dan kebijakan pelayanan yang
efisien untuk mendorong kepatuhan wajib pajak, sambil tetap menjalankan
fungsi pengawasan yang kuat untuk mencegah penyimpangan dan
perdagangan ilegal. Keseluruhan, penerimaan di bea dan cukai menjadi
fondasi bagi stabilitas fiskal dan pertumbuhan ekonomi
yang berkelanjutan.
2. Secara keseluruhan, pelayanan kepabeanan dan cukai memiliki peran
krusial dalam mendukung kelancaran arus barang internasional dan
mengoptimalkan penerimaan negara. Fokus pada efisiensi prosedur,
transparansi, dan pemberian layanan yang responsif terhadap kebutuhan
para pelaku usaha adalah kunci untuk menciptakan lingkungan
perdagangan yang sehat. Dengan memastikan pelayanan yang baik,
pemerintah dapat merangsang pertumbuhan ekonomi, memotivasi
kepatuhan, dan membangun hubungan yang positif dengan para pemangku
kepentingan di sektor kepabeanan dan cukai.
3. Secara garis besar, pengawasan kepabeanan dan cukai memegang peranan
vital dalam menjaga integritas sistem perdagangan internasional dan
melindungi kepentingan negara. Melalui pengawasan yang cermat,
pemerintah dapat mencegah penyimpangan, mengurangi risiko
perdagangan ilegal, dan menegakkan kepatuhan terhadap regulasi.
Keseluruhan, pengawasan yang efektif adalah fondasi untuk menciptakan
lingkungan perdagangan yang adil, aman, dan teratur, sehingga
mendukung pertumbuhan ekonomi dan menjaga stabilitas
penerimaan fiskal.
B. Saran
1. Saran untuk Bea dan Cukai
1) Peningkatan Efisiensi:
Mendorong adopsi teknologi dan sistem informasi untuk mempercepat
proses pemeriksaan dan pengumpulan data bea dan cukai guna
mengurangi waktu tunggu dan biaya administratif.
2) Transparansi:
Memperkuat transparansi dalam kebijakan bea dan cukai, menyediakan
informasi yang mudah diakses oleh masyarakat untuk membangun
kepercayaan dan meminimalkan peluang praktek korupsi.
2. Saran untuk Keilmuan
1) Saran untuk Fakultas Ekonomi Fokus pada Kualitas Pengajaran:
Prioritaskan kualitas pengajaran dengan mendengarkan umpan balik
mahasiswa, mengadopsi metode pengajaran terkini, dan menyediakan
sumber daya untuk pengembangan kurikulum.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN LAMPIRAN

Lampiran 1.1 Memasuki Gedung DJBC


Lampiran 1.2 Penyampaian Materi

Lampiran 1.3 Penyerahan cendera mata


Lampiran 1.4 Foto Bersama dengan anggota DJBC
Lampiran 1.5Foto bersama di depan gedung DJBC

Anda mungkin juga menyukai