Anda di halaman 1dari 38

PENGARUH PENERAPAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK DAN

PENGAWASAN TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI


PEMERINTAH DALAM MENCEGAH FRAUD

SKRIPSI

OLEH :
FIFI WALIDATUL HASANAH

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2023
PENGARUH PENERAPAN AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK DAN
PENGAWASAN TERHADAP AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI
PEMERINTAH DALAM MENCEGAH FRAUD

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pada
Prodi Akuntansi

OLEH :
FIFI WALIDATUL HASANAH

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya
sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul
“Pengaruh Penerapan Akuntansi Sektor Publik Dan Pengawasan
Terhadap Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Dalam Mencegah
Fraud” sebagai upaya penyelesaian tugas akhir bagi seluruh mahasiswa
Universitas Muhammadiyah Metro. Dalam upaya menyelesaikan proposal ini
peneliti mendapat banyak bantuan dan bimbngan dari banyak pihak, oleh
karena itu peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. ……..selaku Rektor IAIN Metro.


2. ……………..Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Metro.
3. ………, selaku ketua Program Studi Manajemen.
4. …………………….., selaku Dosen Pembimbing yang memberi arahan dalam
penulisan Proposal.
5. Seluru Dosen dan Staff Karyawan Universitas Muhammadiyah Metro yang
telah menyediakan waktu dan fasilitas dalam mengumpulkan data.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini.
Peneliti menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan
skripsi ini, karena keterbatasan yang penulis miliki. Untuk itu, kritik dan saran
demi perbaikan proposal ini sangat diharapkan dan akan diterima sebagai
bagian untuk menghasilkan penelitian yang lebih baik.

Metro, Juni 2023


Peneliti

FIFI WALIDATUL HASANAH


NPM.
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER............................................................................................. i
HALAMAN LOGO............................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL.............................................................................................
KATA PENGANTAR...........................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
DAFTAR TABEL.................................................................................................
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................
B. Rumusan Masalah.............................................................................
C. Tujuan Penelitian................................................................................
D. Kegunaan Penelitian..........................................................................
E. Ruang Lingkup Penelitian...................................................................
F. Sistematika Penulisan........................................................................
BAB II KAJIAN LITERATUR
A. Deskripsi Teori...................................................................................
1. Akuntansi Sektor Publik................................................................
a. Pengertian Akuntansi Sektor Publik........................................
b. Jenis-Jenis Akuntansi Sektor Publik.......................................
c. Elemen-Elemen Akuntansi Sektor Publik................................
d. Indikator Akuntansi Sektor Publik...........................................
2. Pengawasan Internal....................................................................
a. Pengertian Pengawasan Internal............................................
b. Tujuan Pengawasan Internal..................................................
c. Indikator Pengawasan Internal................................................
3. Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah....................................
a. Pengertian Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.............
b. Jenis-Jenis Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah............
c. Indikator Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah................
4. Pencegahan Fraud.......................................................................
B. Penelitian Relevan.............................................................................
C. Kerangka Pemikiran...........................................................................
D. Hipotesis............................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian...............................................................................
B. Populasi dan Sampel.........................................................................
1. Populasi.........................................................................................
2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel.....................................
C. Definisi Operasional Sampel..............................................................
1. Variabel Independen......................................................................
2. Variabel Dependen........................................................................
3. Variabel Interverning......................................................................
D. Teknik Pengumpulan Data.................................................................
E. Instrumen Penelitian...........................................................................
1. Uji Validitas....................................................................................
2. Uji Reliabilitas................................................................................
F. Teknik Analisis Data...........................................................................
1. Uji Asumsi Klasik...........................................................................
2. Uji Hipotesis...................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penelitian Relevan.......................................................................


Tabel 3. Skor Alternatif Jawaban Skala Likert...........................................
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. Kerangka Pemikiran....................................................................


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang Masalah


Pembentukan pemerintahan indonesia erat kaitannya dengan misi alinea
keempat pembukaan UUD 1945 yang menjadi dasar kewenangan pemerintahan
untuk menyelenggarakan penyelenggaraan pemerintahan baik di pusat maupun
di daerah. Badan pelaksana yang dibentuk oleh pemerintah untuk menangani
pekerjaan pemerintah penting bagi keberhasilan pelaksanaan misi mewujudkan
cita-cita negara indonesia melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh
tumpah darah indonesia, salah satu unsurnya. Memajukan peran serta aktif
indonesia dalam kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan
mewujudkan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan
sosial.
Di era otonomi masyarakat, paradigma akuntabilitas bagi masyarakat
lokal. Perubahan ini merupakan mekanisme akuntabilitas dari pemerintah kota
kepada masyarakat lokal sebagai prinsipal (mardiasmo, 2002). Dalam pengertian
Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 diubah dengan Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 Tahun
1999 tentang Perimbangan Keuangan Daerah Tengah. Salah satu masalah
anggaran yang unik adalah keuangan daerah (wawan sukmawan, 2009).
Akuntabilitas kinerja pemerintah sangat penting karna akuntabilitas
kinerja merupakan perwujudan dari pemerintah. Dalam tugas pembangunan dan
kemasyarakatan, semua pemerintah wajib menyusun rencana kinerja nasional
(LAKIP) jika ingin meningkatkan kualitas kinerja pemerintah dalam melaksanakan
rencana kinerja setiap akhir tahun. Penyusunan laporan kinerja instansi
pemerintah ( LAKIP) merupakan bentuk pertanggungjawaban pelaksanaan tugas
pemerintahan dan pembangunan yang menjelaskan berhasil tidaknya upaya
pencapaian visi dan misi yang tertuang dalam dokumen perencanaan daerah.
Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah merupakan salah satu isu politik
strategis di Indonesia saat ini. Peningkatan akuntabilitaskinerja instansi
pemerintah berdampak pada upaya membangun tata pemerintahan yang baik,
peningkatan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah memiliki implikasi ekonomi
dan politik yang luas (Agus Dwiyanto 2002). Di bidang ekonomi, peningkatan
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dapat membantu memeperbaiki iklim
investasi, dan di bidang politik, peningkatan akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah dapat nemingkatkan kepercayaan publik terhadap pemerintah.
Saat ini, berdasarkan data yang ada, akuntabilitas Indonesia dan
perkembangan sistem akuntansi keuangan daerah belum sesuai harapan.
Rendahnya tingkat akuntabilitas instansi kinerja pemerintah pndonesia
disebabkan oleh banyaknya faktor, antara lain fraud atau kecurangan yang
merajalela. fraud di berbagai instansi pemerintah terjadi, menurut Theft Act of
1968, korupsi suatu bentuk penipuan. (Jones 1990) praktik pemerintah yang
korup telah menjadikan indonesia sebagai salah satu negara terkorup di asia
tenggara dan dunia.
PERPRES 2014 no.29 pasal 1 ayat 14 tentang sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) menyatakan: Akuntabilitas Kinerja
merupakan perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintahan untuk
mempertanggungjawabkan keberhasialn atau kegagalan pelaksanaan program
dan kegiatan yang telah diamanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka
mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran/target kinerja tang
ditetapkan melalui laporan kinerja instansi pemerintahyang disusun secara
periodik”. Saat ini juga telah disahkan undang-undang nomor 17 tahun 2003
tentang Keuangan Negara dan Undang-undang nomor 1 tahun 2004
perbendaharaan negara , serta Undang-undang nomor 15 tahun 2004 tentang
pengawasan dan penanggungjawaban keuangan negara yang memanyungi
pengelola keuangan negara maupun keuanga daerah.
Sebagaimana diketahui, di bidang ketatanegaraan juga telah disahkan
peraturan perundang-undangan dikeluarkan dalam bentuk keputusan Presiden
Nomor 7 Tahun 1999 pada tanggal 15 Juni 1999 tentang Akuntabilitas kinerja
institusi pemerintahan, yang merupakan salah satu upaya pemerintah untuk
meningkatkan pemerintahan yang lebih efisien, efektif, bersih dan akuntabel.
Tanggung jawab negara atas kinerja sangat diperlukan, karna tanggung jawab
kinerja merupakan perwujudan pemerintah dalam mewujudkan rencana kinerja
yang miningkatkan kualitas pelaksanaan tugas pemerintah, pembangunan dan
kemasyarakatan, semua pemerintahan perlu membuat laporan kinerja instansi
pemerintah (LAKIP) setiap akhir tahun. Laporan Kinerja Pemerintah (LAKIP)
merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pemerintah
dan pembangunan yang menggambarkan berhasil tidaknya upaya pencapaian
visi dan misi yang tertuang dalam dokumen perencanaan daerah. Salah satu
rangkayan kegiatan dilakukan selama 1 tahun anggaran yang bertujuan sebagai
bahan pijakan pemerintah dalam menyusun langkah langkah pada tahun
berikutnya. Kewajiban pembuat Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP)
merupakan aktualisasi dari peraturan persiden RI Nomor 29 Tahun 2014.
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) ini berisi ikhtisar yang menjelaskan
secara ringkas tentang capaian kinerja yang disusun berdasarkan rencana yang
di tetapkan dalam rangka pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja
Daerah (APBD).
Hasil kinerja instansi pemerintah yang telah tercapai, hal ini dapat dilihat
memlalui infirmasi mengenai pertanggungjawaban kinerja masing-masing
instansi tersebut dalam kaitannya dengan pelaksannaan oprasional pemerintah
di wilayah pemerintahan yang membidangi. Berdasarkan informasi tersebut,
pemerintah memiliki dasar dalam pengambilan keputusan untuk lebih
meningkatkan penggelolaan perbaikan dalam penyelenggaraan
penyelenggaraan pemerintah,sehingga informasi akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah yang dibutuhkan oleh pemerintah meningkat.
Berdasarkan peraturan pemerintah Nomor 71 tahun 2010, pemerintah
menerbitka Standar Akuntansi Pemerintahan. Standar AkuntansiPemerintah
(SAP) adalah prinsip akuntansi yang digunakan untuk menyusun dan menyajikan
laporan keuangan pemerintah. Oleh karna itu, Sistem Akuntansi Pemerintah
adalah seperangkat prosedur, operasi, peralatan, dan elemen lain yang
sistematis untuk memungkinkan fungsi akuntansi dari analisis transaksi hingga
laporan keuangan dalam organisasi pemerintah.

B. Rumusan masalah
1. Bangaimana pengaruh Penerapan Akuntansi Sektor Publik terhadap
Akuntabilitas Kinerja Intansi pemerintah DPRD Kabupaten Lampung
Barat dalam mencegah fraud?
2. Bagaimana pengaruh Pengawasan terhadap Kinerja Intansi pemerintah
DPRD Kabupaten Lampung Barat dalam mencegah fraud?
3. Bangaimana pengaruh Penerapan Akuntansi Sektor Publik dan
Pengawasan terhadap Akuntabilitas Kinerja Intansi pemerintah DPRD
Kabupaten Lampung Barat dalam mencegah fraud?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengaruh penerapan Akuntansi Sektor Publik terhadap
Akuntabilitas Kinerja Intansi pemerintah DPRD Kabupaten Lampung
Barat dalam mencegah fraud.
2. Untuk mengetahui pengaruh pengawasan terhadap Akuntabilitas Kinerja
Intansi pemerintah DPRD Kabupaten Lampung Barat dalam mencegah
fraud.
3. Untuk mengetahui pengaruh penerapan Akuntansi Sektor Publik dan
pengawasan terhadap Akuntabilitas Kinerja Intansi pemerintah DPRD
Kabupaten Lampung Barat dalam mencegah fraud.

D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi peneliti, diharapkan dapat menambah pengetahuan penelitian terkait
penerapan akuntansi sektor publik dan pengawasan akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah serta permasalahan atas fakta yang muncul selama
penelitian, khususnya akuntabilitas kinerja. Wawasan untuk
menyelesaikan permasalahan terkait instansi pemerintahan DPR-D
Lampung Barat.
2. Bagi instansi pemerintah, penelitian ini memberikan informasi yang
berguna untuk memecahkan masalah yang dihadapi instansi pemerintah
dan menghilangkan hambatan yang ada untuk mencapai kinerja sehingga
dapat mencapai tujuannya dengan sebaik-baiknya.
3. Bagi pembaca dan peneliti selanjutnya, Penelitian ini diharapkan dapat
menjadi salah satu bahan referensi sebagai bahan penelitian,
perbandingan bagi peneliti lain yang mempelajari masalah yang sama.

E. Ruang Lingkup Penelitian


1. Ruang Lingkup Objek
Objek penelitian ialah pusat dari permasalahan dalam penelitian,
dimana objek ini menjadi fokus utama dalam penelitian (Arianto,
2011:29). Dalam penelitian ini yang menjadi objek adalah penerapan
akuntansi publik, pengawasan, serta akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah dalam mencegah fraud.
2. Ruang Lingkup Subjek
Subjek dalam penelitian ini meliputi pegawai yang bekerja di instansi
pemerintahan di kecamatan
3. Ruang Lingkup Lokasi
Penelitian ini dilaksanakan di

F. Sistematika Penulisan
Berikut ini sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan Latar belakang penelitian, rumusan permasalahan,
tujuan penelitian, kegunaan penelitian, ruang lingkup penelitian serta
sistematika penulisan.
BAB II KAJIAN LITERATUR
Uraian teori, kerangka pemikiran, penelitian relevan serta hipotesis
dijelaskan pada bab ini.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini menjelaskan jenis, objek dan lokasi penelitian, metode yang
digunakan dalam penelitian meliputi operasional variabel, populasi juga
sampel. Selain itu juga terdapat teknik pengumpulan data serta analisis data.
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Penjelasan tentang deskripsi lokasi penelitian, analisis data serta
pembahasan diuraikan dalam bab ini.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab terakhir dari penelitian yang berisi kesimpulan dan
saran.
DAFTAR LITERATUR
BAB II
KAJIAN LITERATUR

A. Deskripsi Teori
1. Akuntansi Sektor Publik
a. Pengertian Akuntansi Sektor Publik
Dari segi ekonomi, sektor publik dipandang sebagai sebuah
organisasi yang kegiatannya terkait dengan upaya untuk menciptakan
barang dan jasa publik guna melengkapi kebutuhan dan hak publik.
Akuntansi sektor publik menurut Bastian (2006: 15) ialah mekanisme
teknis dan analisis akuntansi pada instansi tertinggi negara dan
departemen di bawahnya, pemerintah kota, BUMN, BUMD, LSM dan
yayasan sosial, serta proyek kerjasama bidang publik maupun
swasta.
Akuntansi sektor publik dan penggunaan serta penanganan
akuntansi di ruang publik saling berkaitan. Instansi pemerintah
termasuk yang berada di ranah publik juga yayasan untuk kelompok
massa dan politik, LSM, lembaga pendidikan, dan lembaga nirlaba
lainnya.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010
tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, Laporan keuangan
terutama digunakan untuk mengetahui nilai sumber daya ekonomi
yang dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan operasional
pemerintahan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas
dan efisiensi suatu entitas pelaporan, dan membantu menentukan
ketaatannya terhadap peraturan perundang-undangan. Proses
pendokumentasian, identifikasi, analisis, dan pelaporan transaksi
keuangan organisasi publik untuk memberikan informasi keuangan
kepada pengguna laporan keuangan yang berguna untuk membuat
keputusan dapat diringkas sebagai akuntansi sektor publik
berdasarkan pendapat tersebut di atas.
b. Jenis-Jenis Akuntansi Sektor Publik
Menurut Aniek Yuesti, dkk (2020: 34) Domain akuntansi
manajemen sektor publik antara lain meliputi badan-badan
pemerintahan (pemerintah pusat dan pemerintah daerah serta unit
kerja pemerintah), perusahaan milik Negara dan daerah (BUMN dan
BUMD), yayasan, universitas, organisasi politik dan organisasi massa,
serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan organisasi nirlaba
lainnya.Jenis-jenis organisasi sektor publik dapat dibagi menjadi tiga
kategori jika dilihat dalam bentuk garis besarnya, yaitu sebagai
berikut:
1) Instansi Pemerintah
Instansi pemerintah berikut adalah contoh entitas yang
termasuk dalam ruang publik.
a) Pemerintahan pusat yang meliputi Kementerian seperti
Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Sosial, Departemen
Keuangan, dan lain-lain. Selanjutnya ada Organisasi dan
lembaga negara seperti KPU, KPK, dan lainnya.
b) Pemerintah Daerah, termasuk Satuan Kerja Kecamatan
seperti Dinas Catatan Sipil, Dinas Pendapatan, Dinas
Kesehatan, Dinas Perhubungan, dan lain-lain.
2) Organisasi Nirlaba Milik Pemerintah
Organisasi ini merupakan bagian dari organisasi sektor publik
bukan berupa instansi pemerintah namun dimiliki oleh pemerintah,
diantaranya:
a) Perguruan Tinggi;
b) Rumah sakit milik pemerintah; dan
c) Yayasan milik pemerintah.
3) Organisasi Nirlaba Milik Swasta
Organisasi ini sebagai bagaian dari organisasi sektor publik
namun kepemilikan dan pengelolaannya dilakukan oleh swasta.
Adapun organisasi nirlaba milik swasta terdiri dari:
a) Yayasan yang mencakup Sampoerna Foundation, Dompet
dhuafa republika dan lainnya;
b) Sekolah dan universitas swasta; serta
c) Rumah sakit milik swasta.

c. Elemen-Elemen Akuntansi Sektor Publik


Menurut Jamaluddin Majid (2019: 283) Contoh masalah publik
tentang akuntansi sektor public. Elemen-elemen yang ada pada
akuntansi sektor publik meliputi:
1) Perencanaan Publik
Pada bagian ini, hal utama yang harus diketahui adalah
perencanaan. Perencanaan adalah suatu proses untuk
menentukan tindakan masa depan yang tepat, yaitu melalui urutan
pilihan, dengan dengan mempertimbangkan sumber daya yang
tersedia seperti yang dinyatakan dalam UU RI Nomor 25 Tahun
2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional Pasal
1 Butir 1. Lebih dari itu, proses Perencanaan yang dilakukan akan
menentukan kegiatan dan fokus strategis organisasi sektor publik.
Dalam prosesnya, memang perencanaan membutuhkan
partisipasi publik yang akan sangat besar menentukan kualitas
dan penerimaan arah dan tujuan organisasi. Secara implisit, inti
dari perencanaan adalah mengantisipasi masa depan merujuk
pada tujuan yang sudah ditentukan.
2) Penganggaran Publik
Anggaran berfungsi sebagai alat pengelolaan, kebijakan
fiskal, dan pertanggungjawaban, sesuai dengan penjelasan
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003. Anggaran berfungsi
sebagai instrumen kebijakan ekonomi, bekerja untuk mencapai
pertumbuhan ekonomi, stabilitas, dan pemerataan uang di rangka
mencapai tujuan negara. Lebih dari itu, anggaran menawarkan
rencana menyeluruh untuk pendapatan dan pengeluaran
organisasi sehingga publik dapat dimintai pertanggungjawaban
atas pengeluaran tersebut. Tanpa anggaran, perusahaan tidak
dapat mengelola pengeluarannya. Bahkan tidak berlebihan jika
dikatakan bahwa anggaran dapat mempengaruhi pengelola
anggaran, pengguna anggaran, dan pengelola publik lainnya.
3) Realisasi Anggaran Publik
Secara teoritis, pelaksanaan anggaran publik yang telah
direncanakan dan diputuskan berbentuk program dan kegiatan
nyata. Hal ini menunjukkan bahwa operasionalisasi program atau
kegiatan yang terencana dan terpilih menjadi penekanan utama
dalam pelaksanaan anggaran. Selain itu, arah atau kontrol
sistematis dari proses yang mengubah input menjadi produk dan
layanan disebut sebagai realisasi anggaran. Dalam hal ini, proses
dan kualitas output terkait erat.
4) Pengadaan Barang dan Jasa Publik
Barang dan jasa publik diperoleh melalui proses, teknik,
dan tindakan pengadaan publik. Untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dan memajukan kesejahteraan umum, barang dan
jasa adalah salah satu bentuk layanan.
5) Pelaporan Keuangan Sektor Publik
Secara universal, prosedur akuntansi diakhiri dengan
laporan keuangan. Oleh karena itu, laporan keuangan harus
menyediakan data yang relevan yang dapat digunakan oleh
semua pihak yang terlibat untuk mengambil keputusan. Laporan
keuangan memberikan informasi tentang keberhasilan program
dan kegiatan, kemajuan yang dicapai dalam mencapai tujuan
pendapatan, pengeluaran aktual yang dikeluarkan, dan
pendanaan aktual.
6) Audit Sektor Publik
Pemeriksaan dan audit pada umumnya merupakan
investigasi independen terhadap tindakan tertentu. Mekanismenya
adalah memposisikan dan menggeser arti manajemen
akuntabilitas internal di sektor publik, Badan Usaha Milik Negara
(BUMN), lembaga pengelola kekayaan negara lainnya, atau
organisasi di tempat ibadah. Berkenaan dengan situasi keuangan,
hasil operasi, kinerja, dan arus kas, pemeriksaan ini berupaya
memberikan penilaian yang jujur sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum. Akibatnya, laporan auditor merupakan
sarana untuk menyatakan pendapat auditor atau, dalam keadaan
tertentu, untuk mempersengketakan suatu pendapat.
7) Pertanggungjawaban Publik
Dalam organisasi sektor publik, tanggung jawab atau
akuntabilitas mengacu pada kewajiban para pemimpin atau
manajer untuk bertanggung jawab kepada pemangku kepentingan
dan masyarakat umum atas tindakan dan keputusan yang mereka
buat sesuai dengan kerangka pemerintahan yang relevan.
d. Indikator Akuntansi Sektor Publik
1) Transaksi, yakni persetujuan jual beli antara kedua belah pihak
yang dalam hal ni mencakup perusahaan sektor publik dan pihak
lain. Transaksi inilah yang selanjutnya dicatat pada laporan
keuangan.
2) Analisis bukti transaksi, setiap transaksi pasti diikuti dengan bukti
tambahan yang isinya informasi terkait aktivitas transaksi tersebut.
Bukti inilah yang selanjutnya dianalisis juga digunakan sebagai
dasar pencatatan.
3) Pencatatan dan transaksi, pencatatan ini dikerjakan oleh
bendahara di jurnal terkait dengan bukti transaksi yang sudah
dilaksanakan.
4) Pengikhtisaran, pada buku besar diketahui daftar nama kelompo
akun yang terdapat di sebuah perusahaan. merujuk nama akun
yang sudah ada, catatan dari transaksi ini diklasifikasikan
berdasarkan nama masing-masing dan inilah yang dinamakan
posting.
5) Pelaporan, transaksi ditulis dan diklasifikasikan dalam buku besar
dalm kurun satu periode akuntansi. Selanjutnya, merujuk pada
catatan itu lalu dibentuk laporan keuangan yang dilaporkan
kepada para stakeholder. Laporan keuangan sektor public yang
sudah dibuat tersebut selanjutnya dianalisis guna mengevaluasi
kebenaran serta reabilitasnya. (Ilmi Rafani Gea, 2021: 87)

2. Pengawasan Internal
a. Pengertian Pengawasan Internal
Pengawasan internal adalah keseluruhan proses kegiatan,
pengkajian, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya
terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi guna memberikan
keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai
dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien
untuk kepentingan perusahaan. Hal ini tertuang dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian
Intern Pemerintah.
Pengawasan dilakukan untuk memastikan bahwa strategi telah
dilaksanakan seperti yang diantisipasi. Di sini yang dimaksud dengan
“pengawasan” adalah penilaian terhadap subjek pengawasan untuk
memastikan pelaksanaan tanggung jawab dan fungsinya secara tepat
dan efisien. Tujuan pengawasan adalah untuk menghindari
penyimpangan, pemborosan, hambatan, dan kegagalan dalam
menyelesaikan tugas-tugas organisasi sedini mungkin.
Merujuk pada penjelasan sebelumnya, ditarik kesimpulan
bahwa pengawasan internal yakni kegiatan yang bertujuan untuk
mengawasi kegiatan pemerintah, mulai dari program yang
diberlakukan hingga pengelolaan keuangan daerah agar sesuai
dengan prosedur yang berlaku.
b. Tujuan Pengawasan Internal
Menurut Rahmat Murwanto, dkk (2005: 153) Sampai saat ini
pemerintah Indonesia belum memiliki peraturan resmi tentang sistem
pengendalian intern baku yang berlaku secara nasional. Peraturan
setingkat Peraturan Pemerintah sedang disusun. Untuk memahami
konsep pengendalian intern, kita perlu mengacu pada kerangka yang
dikembangkan oleh Committee of Sponsoring Organizations of the
Treadway Commission (COSO). Dalam kerangka ini, tujuan
pengendalian intern adalah efektivitas dan efisiensi kegiatan
organisasi, keandalam pelaporan keuangan, dan ketaatan atas
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pengendalian intern
juga memiliki tujuan tambahan berkenaan dengan pengelolaan aset.
Unsur-unsur pengendalian intern terdiri dari: lingkungan
pengendalian, penilaian risiko, aktivitas-aktivitas pengendalian,
informasi dan komunikasi, serta pemantauan. Aktivitas-aktivitas
pengendalian sektor publik pada umumnya dirancang pada kegiatan-
kegiatan perencanaan, penganggaran, operasionalisasi dan
pengukuran, serta pelaporan dan evaluasi.
Adapun tujuan perusahaan membuat sistem pengendalian
intern menurut Efa Wahyu (2019: 28) adalah:
1) Mengamankan aset–mencegah atau mendeteksi perolehan,
penggunaan penempatan yang tidak sah.
2) Mengelola catatan dengan detail yang baik untuk melaporkan aset
perusahaan secara akurat dan wajar.
3) Memberikan informasi yang akurat dan reliabel.
4) Mendorong dan memperbaiki efisiensi operasional.
5) Mendorong ketaatan terhadap kebijakan manajerial yang telah
ditentukan.
6) Mematuhi hukum dan ketentuan yang berlaku
Pengawasan internal adalah fungsi staf yang melakukan
penilaian yang tidak memihak atau independen dalam suatu
organisasi untuk melihat dan menilai semua kegiatan, melaporkan
temuan kepada manajemen sebagai layanan, dan sepenuhnya
bertanggung jawab kepada manajemen.
c. Indikator Pengawasan Internal
Terdapat beberapa sarana yang bisa diterapkan manager
dalam melakukan pengawasan yang meliputi:
1) Organisasi
Organisasi ialah struktur peran yang dituju oleh orang-
orang di perusahaan agar dapat mewujudkan harapannya dengan
lebih efisien juga ekonomis.
2) Kebijakan
Kebijakan ialah pernyataan prinsip yang diperlukan
sebagai pedoman dalam mengambil keputusan
3) Prosedur
Yaitu instrumen yang dimanfaatkan dalam menjalankan
kegiatan selaras terhadap kebijakan yang sudah ditentukan.
4) Personalia
Orang-orang yang ditugaskan ialah mereka yang
berkompeten dalam menjalankan tugas. Bentuk kontrol yang baik
selain kinerja individu adalah supervise. Oleh karena itu
standarnya harus ditetapkan.
5) Akuntansi
Ialah instrumen utama dalam mengatur keuangan dalam
aktivitas dan sumber daya.
6) Penganggaran
Suatu pernyataan hasil-hasil yang diinginkan dinyatakan
dengan bentuk numerik. Sebagai suatu kontrol, anggaran
menentukan standar masukan sumber daya serta hal-hal yang
harus dicapai sebagai keluaran.
7) Pelaporan
Mayoritas manajemen dalam organisasi fungsinya
menetapkan kebijakan yang didasarkan pada laporan yang
diperoleh. Dengan demikian laporan harus tepat waktu, akurat,
bermakna juga ekonomis.

3. Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah


a. Pengertian Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
Menurut Badan Tata Usaha Negara, akuntabilitas mempunyai
tugas untuk mempertanggungjawabkan dan menjelaskan kinerja dan
perbuatan seseorang, pimpinan, atau badan hukum suatu organisasi
kepada pihak yang mempunyai hak atau kewenangan untuk meminta
penjelasan atau penjelasan tentang pertanggungjawaban. Menurut
Mardiasmo, akuntabilitas mencakup pelaporan dan pengungkapan
semua tindakan siswa kepada kepala sekolah, yang memiliki
kekuasaan dan tanggung jawab untuk mempertanggungjawabkannya.
Sesuai dengan pembahasan mengenai pengertian
akuntabilitas di atas, maka akuntabilitas kinerja instansi pemerintah
diperlukan untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan program
dan kegiatan yang telah disampaikan kepada pemangku kepentingan
guna mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran atau
target kinerja yang ditetapkan melalui laporan kinerja instansi
pemerintah secara berkala baik prestasi maupun kegagalan.
(Mardiasmo, 2009: 21)

b. Jenis-jenis Akuntabilitas
Definisi akuntabilitas yang telah diatur dalam peraturan
perundang-undangan di Indonesia. Merujuk pada bagian Penjelasan
Pasal 3 angka 7 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi,
dan Nepotisme, Asas Akuntabilitas adalah asas yang menentukan
bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir dari kegiatan Penyelenggara
Negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat atau
rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan
ketentuan pertauran perundang-undangan yang berlaku. Dalam
makna yang luas, pemahaman mengenai akuntabilitas didasarkan
pada anggapan bahwa akuntabilitas adalah produk dari hubungan
yang bersifat principal-agency yang didalamnya terdapat delegasi
kekuasaan oleh warga masyarakat kepada berbagai pejabat yang
mereka pilih melalui pemilihan umum. Pada makna yang demikian,
kemudian dirumuskan adanya 3 (tiga) dimensi akuntabilitas, yaitu
vertikal, horizontal, dan diagonal.
1) Akuntabilitas Vertikal (Vertical Accountability)
Akuntabilitas vertikal adalah tanggung jawab pengelolaan
uang kepada otoritas yang lebih tinggi, seperti unit operasional
pemerintah daerah, pemerintah daerah kepada pemerintah pusat,
dan pemerintah pusat di majelis permusyawaratan rakyat.
2) Akuntabilitas Horizontal (Horizontal Accountability)
Akuntabilitas jenis ini pertanggungjawabannya kepada publik.
3) Akuntabilitas Diagonal (Diagonal Accountability)
Akuntabilitas penyelenggara negara kepada institusi-institusi
bukan negara, seperti organisasi masyarakat sipil atau media
masa yang independen.
c. Indikator Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan
Akuntabilitas kinerja instansi pemeintah mendukung fokus dalam
mencapai tujuan yang ditetapkan. Usaha dalam mencapai sasaran
diperlukan instrumen untuk mengukurnya yang dikenal dengan
indikator kerja. Tercantum di Peraturan Menteri Pendidikan Dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2020 Tentang
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Di Kementerian
Pendidikan Dan Kebudayaan. Adapun indikator kinerja meliputi:
1) Perencanaan Strategi
Proses yang mengutamakan hasil yang perlu dijalankan
dengan sistematis juga berkesinambungan dalam kurun waktu
satu hingga lima tahun melalui pertimbangan asumsi, kesempatan
serta keterbatasan yang muncul.
2) Perencanaan Kinerja
Indikator ini didasarkan pada proses penetapan kegiatan
tahunan, kebijakan serta tujuan yang telah ditentukan dalam
strategi. Output dari kegiatan ini meliputi rencana kinerja tahunan.
3) Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja adalah proses yang sistematis dan
berkesinambungan untuk mengevaluasi keberhasilan dan
kegagalan terlaksannya kegiatan sesuai dengan program,
kebijakan, tujuan dan target yang ditetapkan oleh instansi untuk
mencapai visi, misi dan strategiya. Proses ini dirancang untuk
menilai pencapaian setiap metrik untuk memberikan gambaran
tentang keberhasilan dan kegagalan dalam mencapai tujuan.
4) Pelaporan Kinerja
Pelaporan kinerja merupakan bentuk pertanggungjawaban
pelaksanaan tugas dan fungsi yang dibebankan setiap instansi
pemerintah atas nama pengguna anggaran. (Rosalia Eka: 2022)

4. Pencegahan Fraud
Fraud adalah penyajian laporan keuangan palsu secara sengaja
dengan menghilangkan atau menambahkan jumlah tertentu untuk menipu
pemilik hak dari laporan keunangan tersebut. Fraud sendiri dapat
dilakukan oleh satu individu kelompok maupun perusahaan secara utuh.
Sehingga dapat disimpulkan pengertian dari fraud adalah serangkaian
ketidak beresan (irregularities) dan perbuatan melawan hukum yang
dilakukan oleh suatu pihak guna mendapatkan keuntungan pribadi. Fraud
terjadi dimana seseorang memperoleh kekayaan atau keuntungan
keuangan melalui kecurangan atau penipuan. Kecurangan semacam ini
menunjukan adanya keinginan yang disengaja untuk menggelapkan
keuangan, tidak termaksuk ketidaktahuan. Sedangkan menurut
(jones,1993), fraud sendiri merupakankesalahan disengaja yang
dikelompokan menjadi dua tipe, yaitu;
a. Fraudulent financial reporting, yang meliputi; manipulasi, pemalsuan,
atau pengubahan catatan akuntansi atau dokumen pendukung dan
laporan keuangan yang disusun tidak menyajikan dalam atau sengaja
menghilangkan kejadian, transkip, dan informasi penting dan laporan
keuangan serta sengaja menerapkan prinsip akuntansi yang salah.
Salah saji yan;g dilakukan secara sengaja yang bertujuan untuk
mengecoh para pengguna laporan keuangan serta para pemangku
kepentingan perusahaan.
b. Missapropriation of asset, yang meliputi penggelapan penerimaan
kas, pencurian aktiva, dan hal-hal yang menyebabkan suatu entitas
membayar untuk barang dan jasa yang tidak diterima
Tujuan utama mencegah kecurangan adalah dengan
menghilangkan sebab-sebab munculnya kecurangan. Adapun hal
tersebut tercantum pada Peraturan Bupati Kuningan Nomor 325 Tahun
2022 Tentang Pedoman Rencana Pengendalian Kecurangan Dalam
Pengelolaan Keuangan Daerah. Penyebab kecurangan (fraud) yang
sering terjadi apabila:
a. Pengedalin intren tidak ada atau lemah atau dilakukan dengan
longgar atau tidak efektif
b. Pegawai dipekerjakan tanpa memiliki kejujuran dan intregritas
mereka.
c. Karyawan diatur dieksploitasi secara tidak semestinya,
disalahgunakan, atau ditempatkan dengan tekanan luar biasa untuk
memenuhi tujuan dan sasaran
d. Model manajemen yang menipu, tidak efesien dan atau tidak efektif
kegagalan untuk mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku.
e. Pegawai yang dipercaya memiliki masalah pribadi yang harus
dipecahkan biasanya masalah keuangan, masalah kesehatan
keluarga, gaya hidup yang berlebihan.
f. Industri dimana perusahaan menjadi bagaian nya memiliki sejarah
atau tradisi kecurangan.
Pencegahan kecurangan pada umumnya berupa aktivitas yang
dilaksanakan oleh pihak manajemen dalam hal penerapan kebijakan,
sistem dan prosedur yang membantu menyakinkan bahwa tindakan yang
diperlukan sudah dilakukan dewan komisaris, manajernen dan personil
lain perusahaan untuk dapat memberikan kenyakinan tercantum pada
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.09/2019
Tentang Pedoman Penerapan, Penilaian, Dan Reviu Pengendalian Intern
Atas Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat Pasal 2 Prinsip-prinsin
penerapan PIPK meliputi:
a. Mendukung pencapaian tujuan organisasi;
b. Merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses organisasi dan
pengambilan keputusan khususnya dalam perencanaan strategis;
c. Sistematis, terstruktur, dan tepat waktu;
d. Mempertimbangkan keseimbangan aspek biaya dan manfaat; dan
e. Menjaga kepatuhan terhadap hukum dan peraturan perundang-
undangan.
Kecurangan yang terjadi harus dicegah antara lain dengan cara-
cara seperti membangun struktur pengendalian intern yang baik,
mengefektifkan aktivitas pengendalian, meningkatnya kultur organisasi,
mengefektifkan fungsi internal audit, dan tindakan-tindakan lainnya. (Urip
Santoso, 2008)

B. Penelitian Relevan
Tabel 1. Penelitian Relevan

NO JUDUL NAMA HASIL PENELITIAN


1 Pengaruh Sartika (2019) Penelitian ini memperoleh hasil
Penerapan bahwasanya akuntanasi sektor
Akuntansi Sektor publik mempengaruhi kinerja
Publik dan instansi pemerintah. Sedangkan
Pengawasan pengawasan internal tidak
Internal terhadap mempengaruhi kinerja instansi
Kinerja Instansi pemerintah daerah. Penerapan
Pemerintah akuntansi sektor publik dan
Daerah pengawasan internal secara
Kabupaten Muara simultan mempengaruhi kinerja
Enim. instansi pemerintah daerah
Kabupaten Muara Enim yang
ditunjukkan dari hasil uji hipotesis
dengan sinifikansi 0,00 < 0,05
dan pengaruhnya sebesar
45,80% dan selebihnya
dipengaruhi faktor lainnya.
2 Pengaruh Rosalia Eka Secara parsial variabel kualitas
Akuntansi Sektor Hikmawati laporan keuangan berpengaruh
Publik dan (2022) signifikan atau positif terhadap
Kualitas Laporan akuntabilitas kinerja instansi
Keuangan pemerintah. Berbeda dengan
Terhadap variabel akuntansi sektor publik
Akuntabilitas yang berpengaruh tetapi tidak
Kinerja Instansi signifikan terhadap akuntabilitas
Pemerintah (Studi kinerja instansi pemerintah.
Kasus Pada Sedangkan secara simultan
Badan variabel akuntansi sektor publik
Pengelolaan dan kualitas laporan keuangan
Keuangan dan berpengaruh signifikan atau
Aset Daerah positif terhadap akuntabilitas
Kabupaten kinerja instansi pemerintah
Jember)
3 Pengaruh Oktaviani Aulia Hasil penelitian memperlihatkan
Penerapan (2021) jika pada OPD Kota Pekanabaru
Akuntansi Sektor penerapan akuntansi sektor
Publik dan publik berpengaruh signifikan
Pengawasan terhadap akuntabilitas kinerja
Kualitas Laporan instansi pemerintah secara
Keuangan parsial ataupun simultan.
Terhadap Sedangkan pengawasan kualitas
Akuntabilitas laporan keuangan tidak
Kinerja Instansi berpengaruh jika secara parsial,
Pemerintah pada tetapi berpengaruh secara
Organisasi signifikan apabila secara
Perangkat Daerah simultan.
(OPD) Kota
Pekanbaru

4 Pengaruh Nurfasila (2022) Hasil penelitian menunjukkan


Akuntansi Sektor bahwasanya akuntansi sektor
Publik Terhadap publik berpengaruh dan
Akuntabilitias signifikan terhadap akuntabilitas
Kinerja Instansi kinerja instansi pemerintah
Pemerintah dengan nilai t hitung sebesar
Daerah Dalam 2,545 dan nilai signifikan sebesar
Mencegah Fraud 0,017. akuntansi sektor publik
(Studi Kasus dan akuntabilitas instansi
BKUD Kab. pemerintah secara bersama-
Pinrang) sama berpengaruh tetapi tidak
signifikan terhadap pencegahan
fraud dengan nilai signifikan
sebesar 0,081 dan 0,443. Dan
akuntansi sektor publik lebih
berpengaruh secara langsung
terhadap pencegahan fraud
dimana besar pengaruh langsung
yaitu 0,349 sedangkan pengaruh
tidak langsung sebesar 0,064

C. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran sesuai pendapat Sugiyono (2017: 60) ialah model
konseptual terkait hubungan teori dengan beragam faktor yang sudah
teridentifikasi sebagai suatu permasalahan. Dalam penelitian ini, Penerapan
akuntansi sektor publik (X1) dan Pengawasan (X2) merupakan variabel
bebas, sedangkan akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dalam mencegah
fraud (Y) sebagai variabel terikat. Berikut ini ialah gambaran kerangkan
berfikir dari penelitian ini:
1. Pengaruh Penerapan akuntansi sektor publik (X1) terhadap
akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (Y)
Akuntansi sektor publik menurut Bastian (2014:2) ialah
mekanisme teknis dan analisis akuntansi pada instansi tertinggi negara
dan departemen di bawahnya, pemerintah kota, BUMN, BUMD, LSM dan
yayasan sosial, serta proyek kerjasama bidang publik maupun swasta.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Oktaviani Aulia (2021)
memperlihatkan jika pada OPD Kota Pekanabaru penerapan akuntansi
sektor publik berpengaruh signifikan terhadap akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah secara parsial ataupun simultan.
2. Pengaruh Pengawasan (X2) terhadap akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah (Y)
Pengawasan adalah penilaian terhadap subjek pengawasan untuk
memastikan pelaksanaan tanggung jawab dan fungsinya secara tepat
dan efisien. Tujuan pengawasan adalah untuk menghindari
penyimpangan, pemborosan, hambatan, dan kegagalan dalam
menyelesaikan tugas-tugas organisasi sedini mungkin. Merujuk pada
hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Fildzah Ikrami (2021) diketahui
jika pengawasan internal berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja
instansi Kecamatan Siantar Timur.
3. Pengaruh penerapan akuntansi sektor publik (X1) dalam Mencegah
Fraud (Z)
Pencegahan fraud ialah tindakan yang dilakukan manajemen
untuk menetapkan kebijakan, sistem dan prosedur yang membantu
meyakinkan bahwasanya tindakan yang diperlukan telah dilaksanakan
dalam mencapai tiga tujuan utama yakni keandalan laporan keuangan,
efektivitas dan efisiensi operasi serta kepatuhan terhadap hukum dan
kebijakan yang berlaku.
4. Pengaruh penerapan pengawasan (X2) dalam Mencegah Fraud (Z)
pengawasan internal yakni kegiatan yang bertujuan untuk
mengawasi kegiatan pemerintah, mulai dari program yang diberlakukan
hingga pengelolaan keuangan daerah agar sesuai dengan prosedur yang
berlaku. Oleh karena itu, pengawasan dibutuhkan untuk mencegah
adanya kecurangan khususnya mengenai laporan keuangan.
5. Pengaruh Penerapan akuntansi sektor publik (X1) dan Pengawasan
(X2) terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dalam
mencegah fraud (Y)
Kebijakan yang dilakukan pemerintah memiliki pengaruh terhadap
kinerja yang dihasilkan. Hal tersebut karena instansi pemerintah sudah
melakukan proses pendokumentasian, identifikasi, analisis, dan
pelaporan transaksi keuangan sektor publik untuk memberikan informasi
keuangan kepada pengguna laporan keuangan yang berguna untuk
membuat keputusan. sedangkan fraud adalah penyajian laporan
keuangan palsu secara sengaja dengan menghilangkan atau
menambahkan jumlah tertentu untuk menipu pemilik hak dari laporan
keunangan tersebut. Karena hal tersebut maka diduga peranan akuntansi
sektor publik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah dalam mencegah fraud.
Tujuan pengawasan adalah untuk menghindari penyimpangan,
pemborosan, hambatan, dan kegagalan dalam menyelesaikan tugas-
tugas organisasi sedini mungkin. pengawasan internal dapat mengawasi
kegiatan pemerintah, mulai dari program yang diberlakukan hingga
pengelolaan keuangan daerah agar sesuai dengan prosedur yang
berlaku. Dengan adanya pengawasan juga dapat mencegah adanya
tindak kecurangan.
Berdasarkan hal tersebut maka kerangka berfikir dari penelitian ini
digambarkan sebagai berikut:

Penerapan
Akuntansi Kinerja Instansi
Pencegahan Fraud
Sektor Publik Pemerintah (Y)
(Z)
(X1) (X2)
Pengawasan

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

D. Hipotesis
Hipotesis ialah respon sementara terkait permasalahan yang ada untuk
dilihat kebenarannya secara empiris. Merujuk pada teori yang sudah
diuraikan sebelumnya dimana keseluruhannya berpengaruh sehingga
diperoleh hipotesis dibawah ini:
1. Penerapan akuntansi sektor publik berpengaruh terhadap akuntabilitas
kinerja instansi pemerintah.
2. Pengawasan berpengaruh terhadap akuntabilitas kinerja instansi
pemerintah.
3. Penerapan akuntansi sektor publik berpengaruh dalam mencegah fraud.
4. Pengawasan berpengaruh dalam mencegah fraud.
5. Penerapan akuntansi sektor publik dan pengawasan berpengaruh
terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dalam mencegah fraud.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dan merupakan penelitian
asosiatif kausal. Tujuan dari penelitian asosiatif kausal adalah untuk
memastikan apakah variabel independen memiliki pengaruh atau hubungan
dengan variabel dependen, dan jika ya, seberapa dekat hubungan tersebut
dengan variabel dependen, dan apakah hubungan tersebut signifikan
(Sugiyono, 2016). Studi ini menjelaskan hubungan antara faktor-faktor yang
mempengaruhi dan dipengaruhi oleh mereka. Penelitian kuantitatif adalah
suatu metode untuk menguji suatu permasalahan dengan menggunakan
perhitungan angka, yang diperoleh dari pengumpulan data yang selanjutnya
dianalisis kemudian didapatkan kesimpulan berupa pengolahan data dengan
perhitungan statistik seperti table, gambar, grafik ataupun bentuk lainnya.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh antar variabel
yang telah ditentukan yaitu pengaruh penerapan akuntansi sektor publik dan
pengawasan terhadap akuntabilitas kinerja instansi pemerintah dalam
mencegah fraud.

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Populasi merupakan jumlah keseluruhan dari suatu objek yang
berupa fenomena, peristiwa, benda, tumbuhan, hewan dan manusia yang
nantinya objek tersebut dijadikan sumber data dalam sebuah penelitian
(Hardani, 2020:361). Populasi pada penelitian ini meliputi seluruh
pegawai di kecamatan Sekincau Kabupaten Lampung Barat yang
berjumlah 10 orang.
2. Sampel dan Teknik pengambilan Sampel
Sampel merupakan komponen dari sebuah populasi yang
diperoleh melalui teknik pengambilan sampel. Teknik pengambilan
sampel adalah sebuah metode yang digunakan untuk menentukan
keseluruhan sampel yang sesuai dengan skala ukuran sampel yang
menjadi sumber data dari penelitian (Hardani, 2020:362-364). Teknik
pengambilan sampel apabila subjek penelitian dibawah 100 lebih baik
subjeknya digunakan semua. Akan tetapi, jika subjek penelitian lebih dari
100 maka dapat diperoleh antara 10%-15% dapat pula menggunakan
20%-25% dari populasi (Suharsimi Arikunto, 2013:13). Berdasarkan
jumlah populasi yang bekerja di kecamatan Sekincau Kabupaten
Lampung Barat yang dibawah 100 orang, maka peneliti menggunakan
seluruh populasi yang ada. Dengan demikian penelitian ini menjadi
penelitian populasi.

C. Definisi Operasional Variabel


Definisi operasional variabel (Sugiyono, 2015) ialah instrumen ataupin
nilai dari objek yang mempunyai variasi tertentu yang sudah ditetapkan
peneliti untuk dipelajari dan selanjutnya diambil kesimpulan.
1. Variabel Independen
Variabel independen ialah variabel yang memberikan pengaruh
kepada variabel terikat baik pengaruh positif ataupun negatif. Adapun
variabel independen dalam penelitian ini meliputi:
a. Penerapan Akuntansi Sektor Publik (X1)
Proses pendokumentasian, identifikasi, analisis, dan pelaporan
transaksi keuangan organisasi publik untuk memberikan informasi
keuangan kepada pengguna laporan keuangan yang berguna untuk
membuat keputusan ialah definisi dari akuntansi sektor publik.
b. Pengawasan (X2)
Pengawasan adalah keseluruhan proses kegiatan, pengkajian,
evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya terhadap
pelaksanaan tugas dan fungsi organisasi guna memberikan
keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai
dengan tolok ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien
untuk kepentingan perusahaan.
2. Variabel Dependen
Variabel dependen atau yang dikenal dengan variabel terikat ialah
variabel yang dipengaruhi variabel lain. Variabel dependen dalam
penelitian ini ialah kinerja instansi pemerintah. Akuntabilitas kinerja
instansi pemerintah diperlukan untuk mempertanggungjawabkan
pelaksanaan program dan kegiatan yang telah disampaikan kepada
pemangku kepentingan guna mencapai misi organisasi secara terukur
dengan sasaran atau target kinerja yang ditetapkan melalui laporan
kinerja instansi pemerintah secara berkala baik prestasi maupun
kegagalan.
3. Variabel Interverning
Variabel interverning ialah variabel yang secara teoretis
mempengaruhi ikatan dari variabel bebas dan terikat menjadi ikatan tidak
langsung. Variabel interverning dalam penelitian ini ialah pencegahan
fraud. Pencegahan fraud ialah tindakan yang dilakukan manajemen untuk
menetapkan kebijakan, sistem dan prosedur yang membantu meyakinkan
bahwasanya tindakan yang diperlukan telah dilaksanakan dalam
mencapai tiga tujuan utama yakni keandalan laporan keuangan,
efektivitas dan efisiensi operasi serta kepatuhan terhadap hukum dan
kebijakan yang berlaku.

D. Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah sebuah cara yang pprosedur utama
dalam sebuah penelitian, ini dikarenakan penelitian bertujuan untuk
memperoleh data. Jika tidak mengetahui teknik dalam pengumpulan data,
maka data yang nantinya diperoleh peneliti tidak memenuhi kriteria dari data
yang sudah ditentukan (Amri Amir, 2009:172). Dalam penelitian ini, teknik
pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah melalui angket atau
kuesioner.
Angket atau kuesioner adalah metode pengumpulan data yang
dilakukan melalui pembagian daftar pertanyaan kepada responden yang
sudah ditentukan sebagai sampel dalam penelitian ini sebanyak 80
responden. Dengan adanya agket ini maka peneliti akan lebih mudah
memperoleh informasi yang lebih sesuai dengan penelitian yang dilakukan
dan juga lebih akurat datanya. Jenis angket yang digunakan oleh peneliti
yaitu kuesioner tertutup yaitu kuesioner yang jawaban dari pertanyaan
penelitian dibatasi dengan jawaban alternatif yang sudah disiapkan peneliti.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan skala
likert. Penggunaan skala ini adalah untuk mengukur pendapat dari individu
atau kelompok tantang suatu kejadian dan juga untuk mengukur sikap dari
individu atau kelompok (Tegor, 2020:58). Berikut ini skor alternatif jawaban
dalam skala likert :
Tabel 3.2

Skor Alternatif Jawaban Skala Liker

No. Kriteria Skor

1. Sangat Setuju 5

2. Setuju 4

3. Kurang Setuju 3

4. Tidak Setuju 2

5. Sangat Tidak Setuju 1

E. Uji Instrumen Penelitian


1. Uji Validitas
Tujuan tes ini adalah untuk menentukan apakah kuesioner sah
atau efektif. Sebuah penelitian dianggap valid jika pertanyaan yang
diajukannya dapat menjelaskan fenomena yang sedang diamati. Jika
temuan menunjukkan bahwa r hitung lebih besar dibandingkan dengan r
tabel, di mana df = n-2 dengan 5% hasilnya signifikan, maka hal ini
dinamakan valid dan ini berlaku sebaliknya.
Berikut ini adalah rumus dari uji Korelasi Pearson Product
Moment:

Keterangan:

r hitung : Koefisien validasi item yang dicari

∑X : Jumlah skor dalam distribusi X

∑Y : Jumlah dalam distribusi Y

N Jumlah
: responden
2. Uji Reliabilitas
Angket yang berfungsi sebagai indikator komposisi dihitung
dengan menggunakan uji reliabilitas. Dengan menguji reliabilitas sekali
saja dan membandingkan hasilnya dengan jawaban soal lain
menggunakan uji cronbach alpha (α), reliabilitas dapat diperiksa. Suatu
variabel dapat diukur secara statistik untuk tujuan keandalan jika memiliki
nilai konstanta lebih besar dari 0,6. Jika nilai cronbach alpha (α) lebih dari
0,6, maka suatu variabel dikatakan reliable. Untuk mencari reliabilitas
penelitian maka digunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan

rII : Reliabilitas instrumen

K : Banyak butir pertanyaan

𝞂2t : Varian total

𝞂2b : Jumlah varian butir

F. Teknik Analisis Data


Data yang sudah dikumpulkan melalui pembagian angket atau
kuesioner selanjutnya dianalisis menggunakan penelitian kuantitatif. Untuk
mengetahui hubungan antar variabel dalam penelitian ini maka peneliti
menggunakan aplikasi SPSS.
Tujuan analisis data adalah untuk menyusun dan memahami data
kuantitatif yang dikumpulkan. Analisis data ini dilakukan dalam beberapa
langkah untuk memberikan gambaran yang lengkap tentang bagaimana
hubungan antara variabel independen dan variabel dependen satu sama lain:
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik merupakan syarat untuk menentukan metode
regresi sehingga mendapatkan hasil yang sesuai dengan perhitungan. Uji
asumsi klasik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi:

a. Uji Normalitas
Pengujian ini bertujuan untuk melihat bagaimana distribusi dari
kedua variabel apakah normal, mendekati normal ataupun tidak sama
sekali (Umar, 2008:77). Model regresi yang baik ialah yang
berdistribusi normal atau mendekati normal. Pada penelitian ini
menggunakan uji kolmogorov-smirnov untuk menguji normalitas
variabelnya. Apabila nilai Signifikansi diatas 0,05 maka variabelnya
dikatakan normal.
b. Uji Linieritas
Uji ini bertujuan dalam melihat ada atau tidaknya korelasi
linear dari data yang diujikan (Priyanto, 2010: 73). Untuk melihat
linieritas bisa menggunakan uji test of linierity dengan taraf signifikansi
5% sehingga apabila nilai Sig nya diatas 0,05 maka data dikatakan
linear, begitupun sebaliknya apabila dibawah 0,05 datanya tidak
linear.
2. Uji Hipotesis
a. Analisis Regresi Berganda (Uji Persamaan)
Analisis regresi berganda dilakukan untuk mengetahui arah
dan sejauh mana pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat
(Sofyan Siregar, 2014: 75). Analisis ini melibatkan lebih dari satu
variabel bebas. adapun persamaan regresinya yaitu:

Y=α+β1X1+β2X2 +e

Keterangan:
Y = Kinerja Instansi Pemerintah
α = Konstanta
β1-β2 = Koefisien regresi
X1 = Akuntansi Sektor Publik
X2 = Pengawasan
e = error
b. Uji Parsial (T-test)
Uji parsial (t-test) digunakan dalam menguji hipotesis
penelitian apakah variabel independen memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen atau tidak. Uji t dilakukan
dengan ketentuan jika probabilitas <0,05 berarti ada pengaruh dari
variabel independen terhadap variabel dependen. Sedangkan, jika
probabilitass >0,50 dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh dari
variabel independen terhadap variabel dependen. Adapun rumus Uji
parsial (t-test) sebagai berikut :

Keterangan:
t = nilai t
r = koefisienantara variable x dan y
n= jumlahresponden
r² = kuadratkoefisienantaravariabel x dan y

c. Uji F
Uji ini digunakan untuk melihat adanya perbedaan yang
signifikan dari rata-rata hitung beberapa kelompok data. Tingkat
signifikansi yang digunakan adalah 0,05. Kriterianya, jika Fhitung >
Ftabel maka seluruh variabel bebas secara simultan dan signifikan
mempengaruhi variabel terikat. Adapun persamaannya ialah:

Keterangan:
R² = Koefisien determinasi
k = Jumlah Variabel independen
n = Jumlah anggota data atau kasus

d. Koefisien Determinasi (R2)


Pengujian ini dilakukan untuk menguji bagaimana pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat. Apabila R2 = 0, maka variabel
terikat tidak dipengaruhi variabel bebas, namun apabila R2 = 1 maka
terdapat pengaruh dari variabel bebas dengan variabel terikat.
Adapun persamaan dari koefisien determinasi menurut (Sigit, 2016 :
140) yaitu:

Dimana:
R2 : koefisien determinan
r : koefisien korelasi

Anda mungkin juga menyukai