AS 163608
APLIKASI KOMPUTER AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
Oleh:
JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2018
HALAMAN PENGESAHAN
BAHAN AJAR APLIKASI KOMPUTER AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
Dr. Evada Dewata, SE, M.Si, Ak, CA Maulan Irwadi, S.E.,M.Si., Ak.CA
NIP. 197806222003122001 NPH. 0408101002
Mengetahui, Menyetujui,
Direktur Kepala P3AI
Politeknik Negeri Sriwijaya
Di era globalisasi seperti sekarang ini laporan keuangan sangat berperan penting
dalam proses pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
laporan keuangan, diantaranya: investor, pengusaha, investor, manajemen, bank,
pemerintah maupun para pelaku pasar modal. Begitupula dengan laporan keuangan sektor
publik. Laporan keuangan dapat diproses melalui sebuah aplikasi komputer akuntansi
keuangan karena dengan menggunakan aplikasi tersebut laporan keuangan dapat diproses
secara akurat, efisien dan cepat.
Bahan ajar ini merupakan media untuk menyediakan sumber referensi bagi
mahasiswa yang mengambil mata kuliah aplikasi komputer akuntansi sektor publik. Bahan
ajar ini disusun sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk perkuliahan selama satu
semester dengan lama tatap muka 5 jam/minggu. Bahan ajar ini menyajikan teori serta
praktek dilengkapi dengan beberapa contoh kasus dan perhitungan sehingga akan
memberikan gambaran secara komprehensip terhadap satu topik yang disajikan.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada bapak Direktur Politeknik Negeri
Sriwijaya, Pembantu Direktur I dan P3AI Politeknik Negeri Sriwijaya yang telah
memberikan hibah penulisan bahan ajar ini. Semoga bahan ajar ini dapat memberikan
manfaat yang seluas-luasnya bagi kualitas proses belajar mengajar. Tak ada gading yang
tak retak, tentunya bahan ajar ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, kritik dan saran
yang konstruktif penulis terima dengan tangan terbuka untuk perbaikan bahan ajar ini.
Penulis
DAFTAR ISI
A. PENDAHULUAN
Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai
posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama
satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan
realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang telah
ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas
pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-
undangan. Untuk memudahkan penyusunan Laporan Keuangan diperlukan aplikasi
akuntansi yang dirancang untuk memudahkan aktivitas dan pencatatan akuntansi.
C. RANGKUMAN
Semakin besarnya tuntutan terhadap akuntabilitas publik, maka lembaga sektor
publik dituntut untuk memberikan informasi kepada publik menganai pengelolaan
keuangan yang diwujudkan dalam bentuk laporan keuangan yang cepat, akurat dan efisien.
Aplikasi Akuntansi merupakan solusi tepat untuk mendukung akuntabilitas sektor publik.
D. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan pengertian aplikasi akuntansi!
2. Berikan contoh aplikasi akuntansi!
3. Jelaskan manfaat aplikasi akuntansi!
BAB 2
LAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK
A. PENDAHULUAN
Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai
posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama
satu periode pelaporan. Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan
realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang telah
ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas
pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan perundang-
undangan.
a. Dapat Dipahami
b. Relevan
c. Materialitas
d. Keandalan
e. Penyajian Jujur
f. Substansi mengungguli Bentuk
g. Netralitas
h. Pertimbangan Sehat
i. Kelengkapan
j. Dapat Dibandingan
h. Kontrak-kontrak kontruksi
i. Investasi property
n. Penyisihan
r. Akuntansi inflasi
s. Hibah pemerintah.
C. RANGKUMAN
Semakin besarnya tuntutan terhadap akuntabilitas publik, maka lembaga sektor
publik dituntut untuk memberikan informasi kepada publik menganai pengelolaan
keuangan yang diwujudkan dalam bentuk laporan keuangan. Ada beberapa jenis laporan
keuangan sektor publik diantaranya: Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Lapran Arus kas
dan Catatan Atas Laporan Keuangan.
D. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan tujuan laporan keuangan sektor publik!
2. Berikan contoh pihak-pihak pengguna laporan keuangan sektor publik!
3. Jelaskan jenis-jenis laporan keuangan sektor publik!
BAB 3
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
A. PENDAHULUAN
Akuntansi keuangan daerah mempunyai dua pengertian, pengertian yang pertama
mengacu pada kegiatan administrasi atau pengurusan keuangan daerah, sehingga akuntansi
keuangan daerah lebih diartikan sebagai tata usaha keuangan atau tata buku. Pengertian
yang kedua mengacu pada kegiatan penyediaan informasi dalam bentuk laporan keuangan
bagi pihak eksternal dari Pemerintah Daerah. Pengertian kedua laporan keuangan inilah
yang lebih mencerminkan definisi akuntansi karena ia tidak membatasi akuntansi hanya
sebagai kegiatan administratif, namun menuntut adanya sistem yang yang bertujuan untuk
menghasilkan informasi berupa laporan keuangan bagi pihak eksternal pemerintah daerah
yang memerlukan dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonominya.
b. Double Entry
Sistem pencatatan double entry sering disebut juga dengan sistem tata buku
berpasangan. Menurut sistem ini, pada dasarnya suatu transaksi ekonomi akan dicatat
dua kali (double = berpasangan/ganda, entry = pencatatan). Pencatatan dengan sistem
ini disebut dengan istilah menjurnal. Dalam pencatatan tersebut ada sisi Debit dan
Kredit. Sisi Debit ada disebelah Kiri sedangkan sisi Kredit ada di sebelah Kanan. Dalam
melakukan pencatatan tersebut, setiap pencatatan harus menjaga keseimbangan
persamaan dasar akuntansi.
Persamaan dasar akuntansi merupakan alat bantu untuk memahami sistem pencatatan
ini. Persamaan dasar akuntansi tersebut berbentuk sebagai berikut:
AKTIVA + BELANJA = UTANG + EKUITAS DANA + PENDAPATAN
Suatu transaksi yang berakibat bertambahnya aktiva akan dicatat pada sisi Debit
sedangkan yang berakibat berkurangnya aktiva akan dicatat pada sisi Kredit. Hal yang
sama dilakukan untuk belanja.
Hal yang sebaliknya dilakukan untuk utang, ekuitas dana, dan pendapatan. Apabila
suatu transaksi mengakibatkan bertambahnya utang, maka pencatatan akan dilakukan
pada sisi Kredit, sedangkan jika mengakibatkan berkurangnya utang, maka pencatatan
dilakukan pada sisi Debit. Hal serupa ini dilakukan untuk ekuitas dana dan pendapatan.
c. Triple Entry
Sistem pencatatan triple entry adalah pelaksanaan pencatatan dengan menggunakan
sistem pencatatan double entry, ditambah dengan pencatatan pada buku anggaran. Jadi,
sementara sistem pencatatan double entry dijalankan, satuan pemegang kas pada satuan
kerja maupun pada bagian keuangan atau badan/biro pengelola kekayaan daerah juga
mencatat transaksi tersebut pada buku anggaran, sehingga pencatatan tersebut akan
berefek pada sisa anggaran.
b. Akuntansi Komitmen
Akuntansi komitmen ( commitment accounting ) dapat digunakan bersama, baik dengan
basis akuntansi kas maupun akrual. Karena tidak masuk akal untuk menggunakan
akuntansi komitmen tersebut untuk beban karyawan, maka akuntansi komitmen hanya
mencakup salah satu bagian kecil dalam anggaran organsisasi. Sebagai konsekuensinya,
akuntansi komitmen ini hanya merupakan subsistem dalam sistem akuntansi utama
organisasi. Meskipun demikian, akuntansi komitmen ini dapat menjadi sangat penting,
terutama bagi pemegang anggaran.
Akuntansi komitmen mengakui transaksi ketika organisasi telah memiliki komitmen
untuk melaksanakan transaksi tersebut. Ini berarti bahwa transaksi tidak diakui ketika
ada penerimaan atau pengeluaran kas, juga bukan pada saat faktur diterima atau
dikirimkan, namun pada saat yang lebih awal, yaitu pada saat pesanan dibuat atau
diterima.
Sebagai contoh, misalnya manajer memesan 100 kotak kapur tulis. Manajer ini telah
menentukan pemasok mana yang akan dipilih dan harga sekarang dari kapur ini,
misalnya adalah Rp. 5000 per kotak. Ketika pesanan dibuat dan dikirimkan kepada
pemasok untuk 100 kotak kapur dengan harga Rp. 5000 per kotaknya, manejer
mendebit beban. Ada bermacam-macam faktor yang mempengaruhi jumlah dari faktur
yang kemudian akan diterima, seperti mislanya pemasok tidak memilki 100 kotak
kapur, harga yang kemudian berubah atau asumsi harga yang salah dari manager. Maka
kreditnya tidak menuju pada pemasok ( bukan utang atau kas yang diberikan kepada
pemasok) namun pada akun pemesanan sebagai berikut :
Kapur 500.000
Pesanan kepada pemasok 500.000
Ketika faktur atas kapur tersebut sudah diterima, maka jurnalnya menjadi :
Pesanan kepada pemasok 500.000
Utang kepada pemasok 500.000
Kalau barang yang dikirimkan atau jumlah fakturnya lebih atau kurang dari jumlah
yang dicatat dalam suatu pesanan, jurnal koreksi harus dibuat, misalnya ternyata harga
kapur tersebut bukan Rpp.5000, tetapi Rp 5.500, maka jurnlanya sebagai berikut :
Pesanan kepada pemasok 500.000
Kapur 50.000
Utang kepada pemasok 550.000
Dengan menggunakan sistem ini, organisasi mengakui pesanan sebagai komitmen untuk
menimbulkan pengeluaran dan akun ini mencatat komimen secara berkesinambungan.
Kritik atas akuntansi komitmen
Fungsi utama dari akuntansi komitmen adalah dalam kontrol anggaran. Gagasannya
adalah bahwa akun-akun bulanan yang mencatat hanya faktur yang diterima atau
dibayar memberikan hanya sedikit nilai terhadap proses pengambilan keputusan. Agar
manajer dapat mengendalikan anggraan mereka, mereka perlu mengetahui seberapa
besar anggaran yang telah menjadi komitmen dalam hubungan dengan pesanan yang
dibuat. Kalau manajer hanya menerima akun-akun yang mencakup penerimaan dan
pembuatan faktur saja, maanjemen dapat dengan mudah menjadi terlalu terpaku atau
terlalu berkomitmen ( over commited ) kepada anggarannya. Tentu saja manajer yang
berhati-hati akan mengetahui bahwa akun-akun tersebut tidak memasukan pesanan yang
telah dibuat namun fakturnya belum diterima, dan akan membuat catatan meraka sendiri
mengenai hal ini sehingga mereka tidak membuat anggaran mereka over committed.
Karena berkaitan dengan fungsi utamanya, akuntansi komitmen berfokus pada pesanan
yang telah dibuat. Pesanan yang diterima yang berhubungan dengan pendapatan, tidak
akan di catat sampai faktur dikirimkan. Masalah pengendalian anggaran tidak
mempengaruhi pendapatan dengan cara yang sama seperti halnya pengendalian
anggaran memenuhi beban.
Walaupun ada kasus yang menyatakan bahwa akuntansi komitmen meningkatkan
pengendalian anggaran adalah baik, ada masalah yang turut terlibat dalam mengadopsi
akuntansi komitmen ini dalam akun-akun. Masalah ini adalah bahawa pos tertentu yang
telah di dukung oleh pengiriman pesanan akan dicatat sebagai beban. Secara umum,
tidak ada kewajiban hukum yang ditimbulkan dan pesanan tersebut dapat di batalkan
dengan mudah. Maka sulit untuk menerima bahwa pesanan ini adalah beban untuk
pariode akuntansi di mana pesanan tersebut baru dibuat.
Terdapat banyak masalah yang timbul dalam akuntansi berbasis akrual yang lebih
berbahaya ketika organisasi menerapkan sistem akuntansi komitmen ini. Misalnya, ada
manajer yang anggarannya masih di bawah batas maksimal sebulan sebelum akhir tahun
anggraan. Manajer mengetahui bahwa level normal dari pembelanjaan akan membuat
pengeluaran anggaran terlalu rendah ( under-spent) dan hal ini dapat menyebabkan
anggaran tahun berikutnya menjadi berkurang. Dalam akuntansi akrual, untuk
memastikan bahwa seluruh anggaran di belanjakan, maka pesanan tambahan akan
diajukan dan faktur yang diterima akan dicatat. Hal ini menjadi masalah, namun
setidaknya dibatasi oleh waktu mulai dari pesanan diajukan sampai dengan faktur
tersebut diterima.
Jika menggunakan akuntansi komitmen, manajer dapat dengan mudah mengeluarkan
pesanan saat mendekati akhir tahun anggaran untuk menghabiskan anggaran tersebut.
Sementara, kecil kemungkinannya untuk mencegah pesanan dibatalkan setelah tahun
anggaran dalam akun-akun tertentu.
Jika akuntansi komitmen diadopsi selama tahun anggaran, konveksi dari akuntansi
komitmen menjaid akrual biasa pada akhir tahun adalah sebagai berikut :
Pesanan yang dibuat xxx
Belanja ABC xxx
Belanja XYZ xxx
Jurnal ini dibuat untuk pesanan yang telah dibuat namun fakturnya beluum diterima
pada akhir tahun. Jurnal ini akan dibalik dalam tahun anggaran yang baru sehingga akun
yang di catat kembali menjadi komitmen yang di catat.
c. Akuntansi Dana
Sumber daya keuangan berupa dana yang disediakan untuk digunakan oleh organisasi
nirlaba atau institusi pemerintah biasanya mempunyai keterbatasan penggunaan dalam
arti dana-dana tersebut dibatasi penggunaannya untuk tujuan atau aktivitas tertentu yang
terkadang merupakan syarat dari pihak eksternal yang merupakan penyedia dana
Tidak seperti perusahaan swasta yang mencari laba, organisasi sektor publik
mempunyai tujuan-tujuan yang spesifik. Dengan latar belakang seperti itu perusahaan
swasta dapat mengyunakan sumber daya yang dimiliki untuk keperluan apapaun yang
penting bagi meraka adalah adanya laba yang berbeda dengan organisasi sektor publik
dimana sumber daya yang ada harus digunakan dengan tujuan tertentu.
Contohnya pemerintah meneriman pinjaman dari world bank ( bank dunia ) sebesar
RP.10 miliar untuk pembangunan jalan dan jembatan. Maka, tidak ada pilihan lain bagi
pemerintah selain menggunakan dana RP. 10 miliar tersebut untuk pembangunan
jembatan dan jalan.
Secara umum, sangat lazim jika dari keseluruhan dana yang dipunyai organisasi sektor
publik, masing-masing mempunyai tujuan tersendiri dalam penggunaannya, baik karena
faktor eksternal ( pembatansan eksternal ) faktor internal ( perencanaan manajeman ),
merupakan karena peraturan.
Untuk mengakomodasi keadaan itu, organisasi sektor publik membuat dana-dana
(funds) dalam sistem akuntansinya. Pemasukan yang dimiliki organisasi sektor publik
kemudian diklasifikasikan ke dalam dana-dana tersebut sesuai dengan tujuan dan
maksud tertentu. Sistem dana ini dimaksudkan sebagai alat kontrol apakah suatu dana
tertentu telah digunakan sesuai dengan tujuannya.
Adanya keterbatasan penggunaan dana memberikan implikasi akan suatu kewajiban
untuk memberikan pertanggungjawaban kepada pihak penyedia dana ( donatur). Oleh
karena itu organisasi-organisasi nirlaba dan institusi pemerintah menggunakan
akuntansi dana ( funds accounting ) untuk mengontrol dana yang terikat atau dibatasi
penggunaannya (restriced funds) tersebut sekaligus untuk menjamin adanya ketaatan
atas persyaratan yanga ada.
Dana adalah sebuah kesatuan akuntansi tersendiri yang terpisah berdasarkan tujuan
tertentu. Dalam satu dana itu, terdapat kesatuan akun sendiri yang terdiri atas aset
( aktiva). Kewajiban dan ekuitas dana. Dengan demikian, sumber daya suatu organisasi
sektor publik yang terdiri atas dana-dana tersebut dapat di gambarkan dalam gambar
berikut :
Penggunaan istilah dana bagi organisasi nirlaba dan institusi pemerintah berbeda
dengan istilah dana yang sering digunakan oleh entitas swasta. Bagi perusahaan
komerisal, dana adalah bagian dari aktivanya yang dicadangkan karena akan di gunakan
atau dialokasikan untuk tujuan tertentu. Sedangkan bagi organisasi nirlaba dan kalangan
instansi pemerintah, dana adalah suatu entitas akuntansi tersendiri.
Dari kesatuan dana-dana yang dimiliki organisasi sektor publik dapat digolongkan
menjadi dua yaitu:
1. Dana yang bisa dibelanjakan ( expendable funds)
Dana yang disediakan untuk membiayai aktivitas-aktivitas yang bersifat non-
business yang menjadi bagian dari tujuan organisasi sektor publik.
2. Dana yang tidak bisa dibelanjakan (nonexpendable funds)
Dana yang dipisahkan untuk aktivitas-aktivitas yang bersifat bisni. Digunakan
sebagai pendukung dari expendable funds.
Persamaan tersebut tentu saja berbeda dengan persamaan akuntansi yang kita kenal
pada akuntansi keuangan yang digunakan dalam perusahaan komersial yang berupa
:
Disini terdapat perbedaan yang mendasar antar ekuitas dana dan ekuitas. Di
perusahaan selisih antara aktiva dan utang adalah ekuitas yang menunjukan adanya
kepemilikan pada perusahaan tersebut oleh pemegang sahamnya. Sementara itu, di
organisasi sektor publik, ekuitas dana tidak menunjukan adanya kepemilikan
siapapun karena memang tidak ada kepemilikan individu dalam suatu organisasi
sektor publik.
Fokus pengukukurana dari suatu entitas akuntansi menentukan apa yang akan
dilaporkan , dengan kata lain jenis aktiva dan kewajiban apa saja yang diakui secara
akuntansi dan di laporkan dalam neraca. Konsep basis akuntansi dan fokus
pengukuran ini berhubungan erat dan pemilihan salah satu akan mengimplikasikan
pemilihan yang lain. Contoh kalau basis kas yang dipilih, maka fokus pengukurannya
juga atas kas saja, sehingga implikasinya hanya aktiva lancar kas yang di laporkan
dalam neraca. Perubahan dalam aktiva tetap dan kewajiban jangka panjang tidak
diakui. Misalnya sebuah organisasi membeli kendaraan seharga Rp.200 juta, jurnal
yang terjadi kalau menggunakan basis kas dengan fokus pengukuran kas jangka
pendek adalah.
Belanja kendaraan 200.000.000
Kas 200.000.000
Dengan cara tersebut pemerintah tidak akan melaporkan kendaraan sebagai aktiva di
neracanya. Pemerintah akan mencatat baik kenaikan maupun penurunan kas di laporan
Pendapatan dan Belanja ( fund’s statement of revenues and expenditure ) atau laporan
yang sebanding yang menjelaskan perubahan dlaam saldo dana. Dampaknya,
kendaraan akan dibebankan seluruhnya pada waktu dibeli. Yang nantinya akan ditutup
ke ekuitas dana ( fund balance).
Jika suatu entitas mengadopsi basis akrual penuh seperti diharuskan untuk perusahaan,
maka fokus pengukurannya biasanya meliputi smeua sumber daya ekonomi dan
neracanya akan melaporkan semua aktiva dan kewajiban, baik lancar maupun tidak
lancar.perubahan dalam aktiva tetap bersih dan kewajiban jangka panjang diakui
sebagai pendapatan atau beban. Misalnya, sebuah organisasi membeli kendaraan
seharga Rp 200 juta, jurnal yang terjadi kalau menggunakan basis akrual penuh
adalah:
Kendaraan 200.000.000
Kas 200.000.000
Dalam konteks tersebut, dikembangkanlah basis akuntansi berupa basis kas yang akan
menghasilkan informasi yang bersifat jangka pendek. Permaslahan muncul karena
entitas tersebut juga dituntut untuk menyusun neraca yang juga menyajikan informsi
yang bersifat jangka panjang ( aktiva tetap dan utang jangka panjang). Dengan kata
lain. Dalam lingkungan pemerintahan seperti itu, ada tuntutan untuk menggunakan
basis kas dengan fokus pengukuran jangka panjang. Dari sinilah berkembang basis
akuntansi yang disebut dengan basis kas yang dimodifikasi ( cash modified basis).
Dengan basis kas yang dimodifikasi tersebut, transaksi pembelian kendaraan senilai
Rp. 200 juta akan dicatat dalam dua kali penjurnalan, yaitu :
(1) Belanja kendaraan 200.000.000
Kas 200.000.000
(2) Kendaraan 200.000.000
Kas 200.000.000
Jurnal kedua dilakukan untuk memenuhi tuntunan fokus pengukuran jangka panjang.
Terlepas dari apakah suatu entitas melaporkan aktiva dan kewajiban jangka panjang di
neraca dananya, entitas tersebut harus melakukan kontrol akuntansi atas aktiva dan
kewajiban tersebut. Manajemen dan konstituen lain mungkin ingin tahu dengan semua
sumber daya dan kewajiban entitas tersebut dan tidak hanya ingin tahu atas aktiva
dan .
Kewajiban yang ada di neraca saja, oleh karena itu, entitas wajib membuat catatan
akuntansi atas aktiva dan kewajiban serta memasukan dalam laporan keuangan suatu
skedul yang tidak hanya menyatakan mengenai aktiva dan kewajiban tersebut namun
juga menunjukan perubahannya dalam tahun tersebut.
e. Akuntansi Kas
Penerapan akuntansi kas, pendapatan dicatat pada saat kas diterima dan pengeluaran
dicatat pada saat kas dikeluarkan. Kelebihan cash basis adalah mencerminkan
pengeluaran yang riil, actual, dan objektif. Namun, GAAP tidak membenarkan
pencatatan dengan dasar kas karena tidak dapat mencerminkan kinerja yang
sesungguhnya. Dengan cash basis tingkat efisiensi dan efektifitas suatu kegiatan,
program, aktivitas tidak dapat diukut dengan baik.
Sebagai contoh, penerimaan kas dari pinjaman akan dicatat sebagai pendapatan
(revenue) bukan utang. Untuk mengoreksi hal tersebut kebanyakan sistem akuntansi
kas tidak hanya mengakui kas saja tapi juga mengakui aktiva dan utang yang timbul
sebelum terjadi transaksi kas. Namun, koreksi semacam ini tidak dapat mengubah
kenyataan setiap waktu,obligasi yang beredar dalam bentuk kontrak atau order
pembelian yang dikeluarkan tidak tampak pada catatan akuntansi. Konsekuensinya
adalah saldo yang tercatat akan dicatat overstated. Hal tersebut dapat mengakibtkan
pemborosan anggaran.
f. Akuntansi Akrual
Akuntansi akrual dianggap lebih baik daripada akuntansi kas. Teknik akuntansi akrual
diyakini dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih dapat dipercaya, akurat,
komprehensif, dan relevan untuk pengambilan keputusan ekonomi, social, politik.
Basis akrual diterapkan agak berbeda antara properiority fund (full accrual)
dan governments fund (modified accrual) karena biaya (expense) diukur
dalam properiority fund, sedangkan expendituredifokuskan pada general fund.
C. RANGKUMAN
Akuntansi keuangan daerah yang berlaku di indonesia menggunakan sistem
pencatatan berpasangan (double entry) yang artinya setiap transaksi ekonomi dicatat
dua kali yang disebut dengan istilah menjurnal. Dalam menjurnal pencatat harus
menjaga persamaan dasar akuntansi, agar kedua sisi persamaan tersebut menjadi
seimbang.
Dalam akuntansi juga dikenal istilah pengakuan, yaitu penentuan saat dicatatnya
suatu transaksi. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 selambat-
lambatnya pada tahun anggaran 2014 pemerintah daerah sudah harus menerapkan SAP
berbasis akrual.
D. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan sistem pencatatan akuntansi keuangan daerah yang berlaku di negara kita!
2. Jelaskan teknik-teknik akuntansi keuangan sektor publik!
3. Kapan pemerintah daerah diwajibkan menerapkan SAP berbasis akrual?
BAB 4
A. PENDAHULUAN
Aplikasi akuntansi merupakan sebuah perangkat lunak atau program yang dibuat
untuk memudahkan membuat laporan keuangan. Aplikasi ini akan membuat laporan
keuangan menjadi lebih detail dan teliti meskipun memang masih dibutuhkan sumber daya
untuk menginput data. Dengan teknologi yang semakin dikembangkan, kini aplikasi
akuntansi pun dapat digunakan kapan saja dan dimana saja untuk kemudahan pembuatan
laporan keuangan. Pada pembahasan kali ini aplikasiakuntansi sektor publik akan
difokuskan pada Akuntansi Keuangan Pemerintahan khususnya Akuntansi Keuangan
Daerah.
Penambahan/
No. Jenis implementasi Januari 2016 Desember 2015
(pengurangan
1. Pengguna simda 425 pemda 425 pemda 0 pemda
2. Simda keuangan 365 pemda 365 pemda 0 pemda
3. Simda bmd 347 pemda 347 pemda 0 pemda
4. Simda gaji 69 pemda 69 pemda 0 pemda
5. Simda pendapatan 55 pemda 55 pemda 0 pemda
4.1.4 Produk Program Aplikasi SIMDA
Hasil pengembangan program aplikasi SIMDA adalah sebagai berikut:
1. Program Aplikasi SIMDA Keuangan
2. Program Aplikasi SIMDA Barang Milik Daerah (BMD)
3. Program Aplikasi SIMDA Gaji
4. Program Aplikasi SIMDA Pendapatan
5. Sub Aplikasi Display SPP s.d SP2D
6. Sub Aplikasi Gabungan per Provinsi
7. Sub Aplikasi Rekonsiliasi Bank
Adapun penjelasan dariprogram aplikasi SIMDA tersebut adalah:
1. Program Aplikasi SIMDA Keuangan Versi 2.7.0.6
Program aplikasi ini digunakan untuk pengelolaan keuangan daerah secara
terintegrasi, meliputi penganggaran, penatausahaan, akuntansi dan pelaporannya.
Output aplikasi ini antara lain:
1) Penganggaran
Rencana Kerja Anggaran (RKA), RAPBDdan Rancangan Penjabaran APBD, APBD
dan Penjabaran APBD beserta perubahannya, Dokumen Pelaksanaan Anggaran
(DPA).
2) Penatausahaan
Surat Penyediaan Dana (SPD), Surat Permintaan Pembayaran (SPP), Surat Perintah
Membayar (SPM), SPJ, Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D), Surat Tanda Setoran
(STS), beserta register-register, dan formulir-formulir pengendalian anggaran lainya.
3) Akuntansi dan Pelaporan
Jurnal, Buku Besar, Buku Pembantu, Laporan Keuangan (Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Arus Kas dan Neraca), Perda Pertanggungjawaban dan
Penjabarannya.
2. Program Aplikasi SIMDA BMD Versi 2.69 dan Versi 2.0.69
Program aplikasi ini digunakan untuk pengelolaan barang daerah meliputi
perencanaan, pengadaan, penatausahaan, penghapusan dan akuntansi barang daerah.
Output aplikasi ini antara lain :
1) Perencanaan
Daftar Kebutuhan Barang dan Pemeliharaan, Daftar Rencana Pengadaan Barang
Daerah dan Daftar Rencana Pemeliharaan Barang Daerah.
2) Pengadaan
Daftar Hasil Pengadaan, Daftar Hasil Pemeliharan Barang, dan Daftar Kontrak
Pengadaan.
3) Penatausahaan
Kartu Inventaris Barang (KIB), Kartu (sejarah) Barang, Kartu Inventaris ruangan
(KIR), Buku Inventaris (BI), Daftar Mutasi Barang Daerah, dan Rekap Hasil Sensus,
serta Label Barang.
4) Penghapusan
SK Penghapusan, Lampiran SK Penghapusan dan Daftar Barang yang Dihapuskan
5) Akuntansi
Daftar Barang yang masuk Neraca (Intracomptable), Daftar Barang Extra Comptable,
Lampiran Neraca, Daftar Penyusutan Aset Tetap, dan Daftar Aset Lainnya (Barang
Rusak Berat), serta Rekapitulasi Barang Per SKPD.
Aplikasi SIMDA BMD dikembangkan dalam dua basis, yaitu berbasis dekstop dan
berbasis Web serta serta dapat dikoneksikan dengan GIS.
3. Program Aplikasi Komputer SIMDA Gaji
Aplikasi Komputer SIMDA Gaji dikembangkan berdasarkan kebutuhan
pemerintah daerah dalam pengelolaan penggajian pegawainya. Aplikasi ini akan
membantu pemda untuk memproses penggajian secara lebih cepat, akurat serta
menghasilkan dokumen penggajian yang dapat diandalkan.
Ouput dari aplikasi adalah sebagai berikut:
1) Daftar Gaji, Rapel, Gaji Terusan, Perhitungan Pajak.
2) Daftar Pegawai.
3) Register- register.
4. Program Aplikasi Komputer SIMDA Pendapatan Versi 1.2.0.9
Tujuan pengembanganaplikasi ini adalah sebagai sarana optimalisasi pajak/retribusi
daerah serta agar pemerintah daerah dapat menghasilkan laporan-laporan pengelolaan
pendapatan dan piutang sebagai dokumen pendukung laporan keuangan pemerintah daerah
yang dapat diandalkan.
Ouput dari aplikasi antara lain sebagai berikut:
1) Pendataan
Formulir Pendaftaran,Tanda Terima Pendaftaran, Kartu NPWP/RD,Daftar Wajib
Pajak/Retribusi, Daftar SPTP/RD, dan Kartu Data.
2) Penetapan
Nota Perhitungan Pajak/Retribusi Daerah,SKP/RD (Surat Ketetapan Pajak/Retribusi
Daerah), Daftar SPKP/RD,SKP/RDTambahan,SKPD/R Kurang Bayar, SKP/RD Nihil,
Daftar Surat Ketetapan Pajak/Retribusi Daerah dan Daftar Tunggakan Pajak/Retribusi
Daerah
3) Penatausahaan
Laporan Penerimaan Harian, Laporan Realisasi Penerimaan, Kartu Piutang, Buku
Pembantu Rincian Penerimaan per Obyek,STS (Surat Tanda Setoran) dan Buku Kas
Umum.
2. Terintegrasi
Aplikasi SIMDA dapat dimplemetasikan untuk pengelolaan keuangan daerah
secara terintegrasi, menggunakan teknologi multi user dan teknologi client/server, dari
penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran, dan pertanggungjawaban keuangan baik
dilaksanakan di SKPKD maupun di SKPD, sehingga mempunyai keuntungan :
1. Pengendalian transaksi terjamin
2. Efisien dalam melakukan penatausahaan, hanya membutuhkan satu kali input data
transaksi sehingga menghemat waktu, tenaga dan biaya.
3. Cepat, akurat dan efisien dalam menghasilkan informasi keuangan
3. Transfer of Knowledge
Dengan memiliki sumber daya manusia yang kompeten dalam hal:
1. Penguasaan disiplin ilmu akuntansi dan audit,
2. Penguasaan business process pengelolaan keuangan daerah, dan
3. Pengalaman praktis pengelolaan keuangan daerah, serta didukung dengan kantor
Perwakilan BPKP yang dapat menjangkau seluruh pemerintah daerah, maka BPKP
dapat membimbing dan mengasistensi pengelola keuangan daerah untuk
mengimplementasi sistem pengelolaan keuangan daerah sesuai ketentuan dan kebutuhan
manajemen dengan menggunakan aplikasi SIMDA. Bimbingan dan asistensi tersebut
merupakan proses transfer of knowledge dalam rangka meningkatkan kompetensi dan
kapasitas SDM pemerintah daerah .
4. Kesinambungan Pemeliharaan
Dengan komitmen dan dukungan dari pimpinan dan eksistensi BPKP maka
pengembangan dan perbaikan Aplikasi SIMDA masih terus dilakukan meliputi :
1. Penyempurnaan dan Perbaikan Aplikasi SIMDA mengikuti praktik pengelolaan
keuangan terbaik
2. Penyesuaian dengan peraturan yang terbit kemudian
3. Pemeliharaan dan asistensi kepada pemerintah daerah yang menimplementasikan
5. Mudah Digunakan
Fitur-fitur sederhana, mudah dimengerti dan dipelajari. Dengan melakukan
transaksi keuangan pemerintah daerah sehari-hari menggunakan aplikasi ini (output
dokumen transaksi seperti SPD, SPP, SPM, dan SP2D), secara otomatis catatan dan
laporan keuangan dapat dihasilkan (output catatan akuntansi seperti buku jurnal, buku
besar, dan laporan.
C. RANGKUMAN
Sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemerintah daerah wajib menyusun
laporan keuangan untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan daerahnya.
Untuk menghasilkan laporan keuangan tersebut diperlukan suatu sistem yang dapat
diandalkan (reliable), yaitu sistem yang mampu mengolah data-data (input) dan
menghasilkan informasi (output) yang dapat digunakan oleh ,manajemen dalam
pengambilan keputusan. BPKP dalam hal ini Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan
Keuangan Daerah memberikan respon positif atas terbitnya permendagri ini, dengan
menyusun suatu program aplikasi yang dapat digunakan oleh pemda dalam rangka
pengelolaan keuangan daerahnya. Program aplikasi dimaksud adalah Program Aplikasi
Komputer SIMDA Versi 2.1 yang merupakan pengembangan lebih lanjut dari program
aplikasi sebelumnya yaitu Program Aplikasi Komputer SIMDA Versi 2.0. Program
aplikasi ini telah diperkenalkan pada tanggal 29 Agustus 2006 oleh Deputi Pengawasan
Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah bertepatan dengan pelaksanaan kegiatan
Forum SAKD di Pusdiklatwas BPKP, Ciawi Bogor.
Program aplikasi Komputer SIMDA Ver 2.1 ini dimaksudkan untuk membantu
pengelolaan keuangan daerah baik di tingkat SKPKD (sebagai entitas pelaporan ) maupun
di tingkat SKPD (entitas akuntansi). Adanya program aplikasi ini diharapkan bisa
memberikan manfaat lebih kepada pemda terutama dalam penyusunan APBD.
4. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Apa yang dimaksud dengan aplikasi Akuntansi SIMDA!
2. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis aplikasi SIMDA!
3. Jelaskan latar belakang timbulnya aplikasi SISKEUDES!
BAB 5
APLIKASI AKUNTANSI SIMDA
A. PENDAHULUAN
Program Aplikasi Komputer SIMDA Versi 2.1 yang merupakan pengembangan
lebih lanjut dari program aplikasi sebelumnya yaitu Program Aplikasi Komputer SIMDA
Versi 2.0. Program aplikasi ini telah diperkenalkan pada tanggal 29 Agustus 2006 oleh
Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah bertepatan dengan
pelaksanaan kegiatan Forum SAKD di Pusdiklatwas BPKP, Ciawi Bogor. Program
aplikasi Komputer SIMDA Ver 2.1 ini dimaksudkan untuk membantu pengelolaan
keuangan daerah baik di tingkat SKPKD (sebagai entitas pelaporan ) maupun di tingkat
SKPD (entitas akuntansi). Adanya program aplikasi ini diharapkan bisa memberikan
manfaat lebih kepada pemda terutama dalam penyusunan APBD.
2. Jurnal Balik
1) Basis Kas:
Adalah jurnal untuk membalik jurnal penyesuaian tahun lalu atas persediaan,
piutang dan hutang
2) Basis Akrual:
Adalah jurnal yang dilakukan untuk pencatatan dan pengakuan persediaan awal
sebagai beban persediaan jika menggunakan metode periodik.
3. Posting Transaksi Tahun Berjalan
Posting transaksi tahun berjalan diperlukan untuk, memasukkan data transaksi ke dalam
dokumen-dokumen pembukuan/akuntansi. Sebelum melakukan posting data transaksi,
dapatkan dokumen sumber yang menjadi dasar melakukan posting. Dasar melakukan
posting untuk belanja adalah ketika pengeluaran belanja sudah diterbitkan SP2D dan
untuk pendapatan dapat dilakukan posting setelah penyetoran dari Bendahara
Penerimaan ke Kas Daerah.
Posting Jurnal dilakukan 2 (dua) kali yaitu di SKPD dan SKPKD.
1) Posting di SKPD dilakukan dengan menu : Data Entry => SKPD => Pembukuan
=>
Posting Data
2) Posting di SKPKD dilakukan dengan menu : Data Entry => SKPKD =>
Pembukuan
=> Posting Data
4. Pencatatan Koreksi
1) Penyesuaian Belanja dan Penyesuaian Pendapatan
a. Penyesuaian belanja diinput dalam menu Data Entry => SKPD =>
Pembukuan
=> Penyesuaian belanja. Digunakan untuk membukukan penyesuaian belanja
atas belanja yang telah dibebankan dalam tahun berjalan yang terdiri atas Koreksi
Belanja, Pengurangan Belanja dan Penambahan Belanja
b. Penyesuaian pendapatan diinput dalam menu Data Entry => SKPD =>
Pembukuan => Penyesuaian Pendapatan. Digunakan untuk membukukan
penyesuaian pendapatan atas pendapatan yang telah diterima dalam tahun berjalan
yang terdiri atas Koreksi pendapatan dan Pengurang pendapatan
2) Pembuatan Jurnal Koreksi dan Jurnal Penyesuaian
Pembuatan jurnal koreksi dan jurnal penyesuaian dilakukan
dengan menggunakan menu : Data Entry => SKPD atau SKPKD =>
Pembukuan => Jurnal
C. RANGKUMAN
Program aplikasi Komputer SIMDA Ver 2.1 ini dimaksudkan untuk membantu
pengelolaan keuangan daerah baik di tingkat SKPKD (sebagai entitas pelaporan ) maupun
di tingkat SKPD (entitas akuntansi). Adanya program aplikasi ini diharapkan bisa
memberikan manfaat lebih kepada pemda terutama dalam penyusunan APBD. Program
aplikasi ini digunakan untuk pengelolaan keuangan daerah secara terintegrasi, meliputi
penganggaran, penatausahaan, akuntansi dan pelaporannya.
D. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Buatlah kasus pengelolaan keuangan daerah Pemda menggunakan aplikasi akuntansi
SIMDA untuk aktivitas penganggaran, penatausahaan dan akuntansi dan laporan!
2. Buatlah kasus pengelolaan keuangan daerah Desa menggunakan aplikasi akuntansi
SISKEUDES untuk aktivitas penganggaran, penatausahaan dan akuntansi dan laporan!
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga
Halim, Abdul, 2012. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta:
Salemba Empat
Kementrian Keuangan RI, 2014. Modul Akuntasi Keuangan Pemerintah Daerah dan
SKPD. Jakarta
Mahmudi. 2015. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. UPP STIM YKPN.
Yogyakarta
Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. 2007. Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor
Sektor Publik. Jakarta.
http://www.bpkp.go.id
BIODATA PENULIS