Anda di halaman 1dari 55

BAHAN AJAR

AS 163608
APLIKASI KOMPUTER AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Oleh:

MAULAN IRWADI, S.E., M.Si., Ak. CA NIDN. 0213057201


YEVI DWITAYANTI, S.E., M.Sc NIDN 0223058201
M. HUSNI MUBAROK, S.E., M.Si., Ak. CA NIDN 0016037903

JURUSAN AKUNTANSI
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2018
HALAMAN PENGESAHAN
BAHAN AJAR APLIKASI KOMPUTER AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

NAMA MATA KULIAH : APLIKASI KOMPUTER AKUNTANSI


SEKTOR PUBLIK
KODE MATA KULIAH : AS163608
NAMA KETUA : MAULAN IRWADI, S.E., M.Si., Ak.CA
NPH/ NIDN. : 0408101002/ 0213057201
JURUSAN/ PROGRAM STUDI : AKUNTANSI/ D4 AKUNTANSI SEKTOR
PUBLIK

Palembang, Nopember 2018


Mengetahui, Penulis,
Ketua Jurusan

Dr. Evada Dewata, SE, M.Si, Ak, CA Maulan Irwadi, S.E.,M.Si., Ak.CA
NIP. 197806222003122001 NPH. 0408101002

Mengetahui, Menyetujui,
Direktur Kepala P3AI
Politeknik Negeri Sriwijaya

Dr. Dipl. Ing. Ahmad Taqwa, M.T. Muhammad Rasid, ST, MT


NIP.196812041997031001 NIP. 196302051989031001
PRAKATA

Di era globalisasi seperti sekarang ini laporan keuangan sangat berperan penting
dalam proses pengambilan keputusan oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
laporan keuangan, diantaranya: investor, pengusaha, investor, manajemen, bank,
pemerintah maupun para pelaku pasar modal. Begitupula dengan laporan keuangan sektor
publik. Laporan keuangan dapat diproses melalui sebuah aplikasi komputer akuntansi
keuangan karena dengan menggunakan aplikasi tersebut laporan keuangan dapat diproses
secara akurat, efisien dan cepat.

Bahan ajar ini merupakan media untuk menyediakan sumber referensi bagi
mahasiswa yang mengambil mata kuliah aplikasi komputer akuntansi sektor publik. Bahan
ajar ini disusun sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk perkuliahan selama satu
semester dengan lama tatap muka 5 jam/minggu. Bahan ajar ini menyajikan teori serta
praktek dilengkapi dengan beberapa contoh kasus dan perhitungan sehingga akan
memberikan gambaran secara komprehensip terhadap satu topik yang disajikan.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada bapak Direktur Politeknik Negeri
Sriwijaya, Pembantu Direktur I dan P3AI Politeknik Negeri Sriwijaya yang telah
memberikan hibah penulisan bahan ajar ini. Semoga bahan ajar ini dapat memberikan
manfaat yang seluas-luasnya bagi kualitas proses belajar mengajar. Tak ada gading yang
tak retak, tentunya bahan ajar ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, kritik dan saran
yang konstruktif penulis terima dengan tangan terbuka untuk perbaikan bahan ajar ini.

Palembang, Nopember 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman Judul ................................................................................................................... i


Halaman Pengesahan .........................................................................................................ii
Prakata.................................................................................................................................iii
Daftar Isi ............................................................................................................................iv
Daftar Tabel .......................................................................................................................vi
Bab 1 Gambaran Umum Aplikasi Komputer................................................................1
1.1 Pengertian Aplikasi Komputer .........................................................................1
1.2 Manfaat Aplikasi Komputer.............................................................................2
Bab 2 Laporan Keuangan Sektor Publik.......................................................................4
2.1 Tujuan dan Fungsi Laporan Keuangan Sektor Publik .....................................4
2.2 Tujuan dan Fungsi Laporan Keuangan.............................................................5
2.3 Pemakai Laporan Keuangan Sektor Publik .....................................................7
2.4 Jenis Laporan Keuangan Sektor Publik ..........................................................7
Bab 3 Akuntansi Keuangan Daerah .............................................................................11
3.1 Pengertian Akuntansi Keuangan Daerah..........................................................11
3.2 Sistem Pencatatan Akuntansi Keuangan Daerah..............................................12
3.3 Dasar Akuntansi Keuangan Daerah..................................................................13
3.4 Teknik Akuntansi Keuangan daerah.................................................................14
Bab 4 Aplikasi Akuntansi Keuangan Sektor Publik......................................................25
4. 1 Aplikasi Akuntansi Keuangan SIMDA............................................................25
4. 2 Aplikasi Akuntansi Keuangan SISKEUDES...................................................33
4. 3 Sekilas Tentang Keuangan Desa......................................................................34
4. 4 Pengawalan Keuangan Desa............................................................................36
4.5 Ruang Lingkup SISKEUDES..........................................................................37
4.6 Peran APIP dalam Pengawalan Akuntabilitas Keuangan Desa.......................38
4.7 Peran BKP dalam Pengawalan Akuntabilitas Keuangan Desa........................39
Bab 5 Aplikasi Akuntansi SIMDA.................................................................................44
5.1 Program Aplikasi SIMDA................................................................................44
5.2 Tahapan Penyusunan Laporan Keuangan Menggunakan SIMDA...................45
6. 3 Jenis-Jenis Analisis Perbandingan....................................................................47
Daftar Pustaka ....................................................................................................................48
Biodata Penulis ..................................................................................................................49
Lampiran ............................................................................................................................50
Kasus Penyusunan Laporan Keuangan Menggunakan SIMDA
DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Implemnetasi Program SIMDA di Indonesia ....................................................28


BAB 1

GAMBARAN UMUM APLIKASI AKUNTANSI

Kode Sub Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (Sub-CPMK)


L1 Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian aplikasi akuntansi.
L2 Mahasiswa mampu menjelaskan fitur-fitur aplikasi akuntansi
L3 Mahasiswa mampu menjelaskan manfaat aplikasi akuntansi

A. PENDAHULUAN
Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai
posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama
satu periode pelaporan.  Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan
realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang telah
ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas
pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan  perundang-
undangan. Untuk memudahkan penyusunan Laporan Keuangan diperlukan aplikasi
akuntansi yang dirancang untuk memudahkan aktivitas dan pencatatan akuntansi.

B. POKOK – POKOK ISI


1.1 Pengertian Aplikasi Akuntansi
Pengertian Aplikasi Akuntansi adalah perangkat lunak (software) yang dibuat untuk
memudahkan aktivitas dan pencatatan akuntansi dengan memanfaatkan konsep
modularitas atas serangkaian aktivitas yang serupa ke dalam modul-modul spesifik seperti
pembelian (Account payable), penjualan (Account receivable), penggajian, buku besar, dan
lain-lain. Aplikasi ini bisa merupakan perangkat lunak yang dikembangkan sendiri oleh
perusahaan, atau dibeli dari pihak ketiga yang menyediakannya, atau dapat pula
merupakan kombinasi dari keduanya. Karena hal tersebut, kompleksitas dan
kapabilitas aplikasi akuntansi menjadi sangat beragam bergantung pada kondisi lingkungan
perusahaan yang akan menggunakannya. Ada banyak perangkat lunak atau aplikasi
akuntansi baik buatan lokal maupun luar negeri dengan fitur-fitur seperti:
a. Multi User
b. Multi Company
c. Berbagai Bahasa
d. Database
e. Multi Cabang
f. Multi Currency
g. Modul AR, AP, GL, Stock, Payroll, dll
Pada prinsipnya program akuntansi (keuangan) ditujukan untuk
menghasilkanakuntansi laporan keuangan, yaitu Neraca (Balance Sheet) – Rugi laba
(Profit Lost Statement) – Laporan Perubahan Posisi Keuangan (Cash Flow). Untuk dapat
menghasilkan laporan tersebut, langkah mendasar adalah menyusun perkiraan atau account
atau ledger atau Buku Besar. Dimana setiap ledger memiliki kode dan nama (yang lazim
digunakan) serta memiliki pos-pos yang jelas dalam posisi laporan keuangan, sepert ledger
untuk Neraca, Ledger untuk rugi Laba, Ledger untuk Biaya Pabrikasi dan Ledger untuk
Manufaktur (pabrik).
Ada banyak sekali aplikasi akuntansi vendor aplikasi akuntansi yang beredar di Indonesia.
Aplikasi Akuntansi dibedakan menjadi 2 jenis yaitu:
1. Jenis Aplikasi Paket. Aplikasi Akuntansi paket adalah aplikasi akuntingyang memiliki
modul-modul umum yang sudah tidak dapat dikembangan sesuai dengan keinginan
perusahaan. Jadi pengguna diharuskan untuk mengikuti struktur aplikasi
akunting tersebut. Umum nya perusahaan yang baru berkembang masih menggunakan
aplikasi akunting yang memiliki alur umum.
2. Jenis Aplikasi custom. Aplikasi akunting custom merupakan aplikasi akunting yang
modul-modulnya di pilih atau dibuat sesuah dengan keinginan perusahaan, sehingga
apapun yang perusahaan inginkan, sebisa mungkin akan diusahakan bisa bekerja dengan
baik di aplikasi akunting tersebut. SAP dan Oracle adalah contoh aplikasi
akunting custom yang sudah familiar bagi orang Indonesia.

1.2 Manfaat aplikasi akuntansi


Tentunya dengan adanya bantuan aplikasi ini, kita akan mendapatkan beberapa
manfaat yang akan langsung dapat kita rasakan diantaranya :
1. Memudahkan pengerjaan laporan keuangan dalam waktu singkat
2. Terhindar dari kesalahan perhitungan
3. Jika terjadi kesalahan input data kita hanya perlu memperbaikinya tanpa harus
memulai dari awal
4. Meningkatkan efisiensi pekerjaan
5. Seluruh proses akan berjalan secara otomatis, kita hanya perlu menginput data atau
transaksi
6. Membantu dalam pengambilan keputusan bisnis dengan tepat karena data yang
disajikan akurat
7. Mengetahui kondisi keuangan bisnis setiap saat secara real time.

C. RANGKUMAN
Semakin besarnya tuntutan terhadap akuntabilitas publik, maka lembaga sektor
publik dituntut untuk memberikan informasi kepada publik menganai pengelolaan
keuangan yang diwujudkan dalam bentuk laporan keuangan yang cepat, akurat dan efisien.
Aplikasi Akuntansi merupakan solusi tepat untuk mendukung akuntabilitas sektor publik.

D. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan pengertian aplikasi akuntansi!
2. Berikan contoh aplikasi akuntansi!
3. Jelaskan manfaat aplikasi akuntansi!

BAB 2
LAPORAN KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

Kode Sub Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (Sub-CPMK)


L1 Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan dan fungsi laporan keuangan
sektor publik.
L2 Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan laporan keuangan menurut SFAC
L3 Mahasiswa mampu menjelaskan pemakai laporan keuangan sektor publik
L4 Mahasiswa mampu menjelaskan hak dan kebutuhan pemakai laporan
keuangan
L5 Mahasiswa mampu menjelaskan perbedaan laporan keuangan sektor
publik dengan sektor swasta

A. PENDAHULUAN
Laporan keuangan disusun untuk menyediakan informasi yang relevan mengenai
posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas pelaporan selama
satu periode pelaporan.  Laporan keuangan terutama digunakan untuk membandingkan
realisasi pendapatan, belanja, transfer, dan pembiayaan dengan anggaran yang telah
ditetapkan, menilai kondisi keuangan, mengevaluasi efektivitas dan efisiensi suatu entitas
pelaporan, dan membantu menentukan ketaatannya terhadap peraturan  perundang-
undangan.

B. POKOK – POKOK ISI


2.1 Tujuan Laporan Keuangan Sektor Publik
Menurut Bastian (2010) laporan keuangan sektor publik merupakan representasi
posisi keuangan dari transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas sektor publik.
Tujuan umum pelaporan keuangan adalah untk memberikan informasi mengenai posisi
keuangan, kinerja, dan arus kas dari suatu entitas yang berguna bagi sejmlah besar pemakai
(wide range users) dalam membuat dan mengevaluasi keputusan mengenai alokasi sumber
daya yang dibutuhkan oleh suatu entitas dalam aktivitasnya untuk mencapai tujuan.
Secara spesifik, tujuan khusus pelaporan keuangan sektor publik menurut Bastian
(2010) adalah menyediakan informasi yang relevan dalam pengambilan keputusan, dan
menunjukkan akuntabilitas entitas atas sumber daya yang dipercayakan, dengan cara :
a. Menyediakan informasi mengenai sumber-sumber alokasi, dan penggunaan sumber
daya keuangan atau financial.
b. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas mandanai aktivitasnya dan
memenuhi kebutuhan kasnya
c. Menyediakan informasi yang berguna untuk mengevaluasi kemampuan entitas dalam
pendanaan aktivitasnya dan memenuhi kewajiban serta komitmennya
d. Menyediakan informasi mengenai kondisi finansial suatu entitas dan perubahan
didalamnya
e. Menyediakan informasi agregat yang berguna untuk mengevaluasi kinerja entitas
dalam hal bidang jasa, efisiensi, dan pencapaian tujuan.

2.2 Tujuan Laporan Keuangan

2.2.1 Tujuan Laporan Keuangan Menurut SFAC No.4


Tujuan Laporan keuangan organisasi nirlaba menurut Statement of Financial
Accounting Concepts No. 4 (SFAC 4) adalah :
a. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber
daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam pembuatan keputusan yang
rasional mengenai alokasi sumber daya organisasi.
b. Memberikan informasi untuk membantu para penyedia dan calon penyedia sumber
daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai pelayanan serta
kemampuan untuk melanjutkan memberi pelayanan tersebut.
c. Memberikan informasi yang bermanfaat bagi penyedia dan calon penyedia sumber
daya, serta pemakai dan calon pemakai lainnya dalam menilai kinerja manajer
organisasi nonbisnis atas pelaksanaan tanggung jawab pengelolaan serta aspek kinerja
lainnya.
d. Memberikan informasi mengenai sumber daya ekonomi, kewajiban, dan kekayaan
bersih organisasi, serta pengaruh dari transaksi, peristiwa dan kejadian ekonomi yang
mengubah sumber daya dan kepentingan sumber daya tersebut.
e. Memberikan informasi mengenai kinerja organisasi selama satu periode
f. Memberikan penjelasan dan intrepetasi untuk membantu pemakai dalam memahami
informasi keuangan yang diberikan.

2.2.2 Tujuan Laporan Keuangan Menurut APB No. 4


a. Tujuan Khusus Laporan Keuangan:
Menyajikan Laporan Posisi Keuangan, Hasil Usaha dan Perubahan Posisi keuangan
secara wajar.
b. Tujuan Umum Laporan Keuangan:
Memberikan informasi mengenai sumber ekonomi, kewajiban, kekayaan bersih,
proyeksi laba, perubahan harta dan kewajiban dan informasi yang relevan.
c. Tujuan Kualitatif Laporan Keuangan:
Laporan keuangan memiliki tujuan kualitatif berupa, relevan, mudah difahami, dapat
diuji kebenarannya, netral, tepat waktu, dapat dibandingkan dan lengkap.

2.2.3 Tujuan Laporan Keuangan Menurut PSAK

a. Dapat Dipahami
b. Relevan
c. Materialitas
d. Keandalan
e. Penyajian Jujur
f. Substansi mengungguli Bentuk
g. Netralitas
h. Pertimbangan Sehat
i. Kelengkapan
j. Dapat Dibandingan

2.2.4 Tujuan Laporan Keuangan Menurut Benstein


Tujuan laporan keuangan menurut Benstein (1983) adalah sebagai berikut :
a. Screening
b. Understanding
c. Forcasting
d. Diagnosis
e. Evalution
2.3 Pemakai Laporan Keuangan Sektor Publik
Drebin et al. (1981) dalam Jones dan Pendlebury (2000) mengemukakan beberapa
pengguna laporan keuangan sektor publik diantaranya:
a. Pembayar pajak
b. Pemberi dana bantuan
c. Investor
d. Pengguna jasa
e. Karyawan/pegawai
f. Pemasok
g. Dewan legislatif
h. Manajemen
i. Pemilih
j. Badan pengawas

Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar


Akuntansi Pemerintahan, dinyatakan bahwa terdapat beberapa kelompok utama pengguna
laporan keuangan pemerintah, namun tidak terbatas pada:
a. Masyarakat;
b. Para wakil rakyat, lembaga pengawas, dan lembaga pemeriksa;
c. Pihak yang memberi atau berperan dalam proses donasi, investasi, dan pinjaman;
d. Pemerintah.

2.4 Jenis Laporan Keuangan Sektor Publik


Bastian (2010) mengemukakakn jenis laporan keuangan sektor publik yang
minimal dan terintegrasi, meliputi:
1. Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
Laporan posisi keuangan, atau disebut juga dengan neraca ataupun laporan aktiva dan
kewajiban adalah laporan keuangan yang menyajikan posisi aktiva, hutang dan modal
pemilik pada satu saat tertentu. Sevara minimum, laporan posisi keuangan harus
memasukkan pos-pos yang menyajikan jumlah berikut :
a. Properti, pabrik dan peralatan
b. Aktiva-aktiva tak berwujud
c. Aktiva-aktiva financial
d. Investasi yang diperlukan dengan metode ekuitas
e. Persediaan
f. Pemulihan transaksi non pertukaran, termasuk pajak dan transfer
g. Piutang dari transaksi pertukaran
h. Kas dan setara kas
i. Hutrang pajak dan transfer
j. Hutang karana transaksi pertukaran
k. Cadangan (provision)
l. Kewajiban tidak lancer
m. Pertisipasi minoritas, dan
n. Aktiva/ekuitas neto

2. Laporan Kinerja Keuangan (Laporan Surplus/Devisit)


Laporan kinerja keuangan atau disebut dengan laporan pendapatan dan biaya, laporan
rugi laba, laporan operasi, adalah laporan keuangan yang menyajikan pendapatan dan
biaya selama satu periode tertentu. Laporan kinerja keuangan minimal harus mencakup
pos-pos lini berikut :
a. Pendapatan dari aktivitas operasi
b. Surplus atau devisit dari aktivitas operasi
c. Biaya keuangan (biaya pinjaman)
d. Surplus atau devisit neto saham asosiasi dan joint venture yang menggunakan
metode ekuitas
e. Surplus atau devisit dari aktivitas biasa
f. Pos-pos luar biasa
g. Saham partisipasi minoritas dari surplus atau devisit neto, dan
h. Surplus atau devisit neto untuk suatu periode.

3. Laporan Perubahan Dalam Aktiva/Ekuitas Neto


Laporan perubahan aktiva/ekuitas neto dari suatu entitas daiantara dua tanggal
pelaporan menggambarakan peningkatan atau penurunan kekayaan, bedasarkan prinsip
pengukuran tertentu yang diadopsi dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan.
Perubahan keseluruhan dalam aktiva atau ekuitas neto menyajikan total surplus/devisit
neto untuk suatu periode, pendapatan dan biaya lainnya yang diakui secara langsung
sebagai perubahan dalam aktiva/ekuitas neto dan setiap kontribusi oleh, dan kontribusi
kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik. Laporan perubahan dalam
aktiva/ekuitas neto ini paling tidak meliputi :
a. Kontribusi oleh pemilik dan distribusi kepada pemili dalam kapasitanya sebagai
pemilik
b. Saldo untuk surplus dan devisit akumulasian pada awal periode dan pada tanggal
pelaporan dan pergerakan selama periode
c. Pengungkapan komponen aktiva/ekuitas neto secara terpisah, dan rekonsiliasi
antara nilai tercatat dari setiap komponen aktova atau ekuitas neto pada awal dan
akhir periode yang mengungkapkan setiap perubahan.

4. Laporan Arus Kas


Laporan arus kas menyajikan informasi tentang penerimaan dan pengeluaran dari kas
selama satu periode tertentu. Penerimaan dan pengeluaran kas diklasifikasikan
menurut kegiatan operasi, kegiatan pendanaan, dan kegiatan investasi. Informasi arus
kas bermanfaat bagi pemakai laporan keuangan karena menyediakan dasar taksiran
kemampuan entitas untuk menghasilkan kas dan setara kas, dan kebutuhan entitas
untuk menggunakan arus kas tersebut.

5. Kebijakan Akuntansi dan Catatan Atas Laporan Keuangan


Catatan laporan keuangan dari entitas harus:
a. Menyediakan informasi mengenai dasar penyusunan laporan keuangan, dan
kebijakan akuntansi spesifik yang dipilih serta menetapkan terhadap transaksi-
transaksi dan peristiwa-peristiwa penting lainnya
b. Mengungkapkan informasi yang diwajibkan oleh standar akuntansi keuangan sector
public, yang tidak disajikan dalam laporan posisi keuangan, laporan kinerja
keuangan, laporan arus kas, dan laporan perubahan aktiva/ekuitas neto, dan:

c. Menyediakan informasi yang tidak disajikan pada laporan keuangan, namun


persyaratan penyajian wajar tetap ditetapkan.

Kebiajakan akuntansi yang dapat dipertimbangkan oleh suatu entitas untuk


disajikan meliputi, namun tidak terbatas pada hal-hal sebagai berikut:
a. Pengakuan pendapatan
b. Prinsip-prinsip konsolidasi, termasuk entitas pengendalian
c. Investasi-investasi

d. Pengakuan depresiasi/amortisasi aktiva berwujud dan tak berwujud

e. Kapitalisasi biaya dan pengeluaran lain


f. Persediaan yang dimiliki untuk dijual

g. Aktiva bersyarat lain

h. Kontrak-kontrak kontruksi

i. Investasi property

j. Instrument financial dan investasi

k. Sewa guna usaha/lease

l. Biaya penelitian dan pengembangan

m. Persediaan untuk dikonsumsi

n. Penyisihan

o. Biaya manfaat pensun

p. Penjabaran mata uang asing dan lindung nilai (hedging)

q. Devinisi segmen-segmen dan dasar alokasi biaya antar segmen

r. Akuntansi inflasi

s. Hibah pemerintah.

C. RANGKUMAN
Semakin besarnya tuntutan terhadap akuntabilitas publik, maka lembaga sektor
publik dituntut untuk memberikan informasi kepada publik menganai pengelolaan
keuangan yang diwujudkan dalam bentuk laporan keuangan. Ada beberapa jenis laporan
keuangan sektor publik diantaranya: Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Lapran Arus kas
dan Catatan Atas Laporan Keuangan.

D. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan tujuan laporan keuangan sektor publik!
2. Berikan contoh pihak-pihak pengguna laporan keuangan sektor publik!
3. Jelaskan jenis-jenis laporan keuangan sektor publik!
BAB 3
AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

Kode Sub Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (Sub-CPMK)


L1 Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian akuntansi keuangan daerah.
L2 Mahasiswa mampu menjelaskan sistem pencatatan akuntansi keuangan
daerah
L3 Mahasiswa mampu menjelaskan dasar akuntansi keuangan daerah
L4 Mahasiswa mampu menjelaskan siklus akuntansi keuangan daerah

A. PENDAHULUAN
Akuntansi keuangan daerah mempunyai dua pengertian, pengertian yang pertama
mengacu pada kegiatan administrasi atau pengurusan keuangan daerah, sehingga akuntansi
keuangan daerah lebih diartikan sebagai tata usaha keuangan atau tata buku. Pengertian
yang kedua mengacu pada kegiatan penyediaan informasi dalam bentuk laporan keuangan
bagi pihak eksternal dari Pemerintah Daerah. Pengertian kedua laporan keuangan inilah
yang lebih mencerminkan definisi akuntansi karena ia tidak membatasi akuntansi hanya
sebagai kegiatan administratif, namun menuntut adanya sistem yang yang bertujuan untuk
menghasilkan informasi berupa laporan keuangan bagi pihak eksternal pemerintah daerah
yang memerlukan dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonominya.

B. POKOK – POKOK ISI


3.1 Pengertian Akuntansi Keuangan Daerah
Pengertian akuntansi keuangan daerah menurut Halim (2012) adalah :
”Akuntansi Keuangan Daerah adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan,
dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas pemerintah daerah (kabupaten,
kota atau provinsi) yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka pengambilan keputusan
ekonomi oleh pihak-pihak ekstern entitas pemerintah daerah (kabupaten, kota atau
provinsi) yang memerlukan”.
3.2 Sistem Pencatatan Akuntansi Keuangan Daerah
Halim (2012) mengemukakan beberapa macam sistem pencatatan yang
digunakan, yaitu: Single Entry, Double Entry dan Triple Entry dengan penjelasan sebagai
berikut:
a. Single Entry
Sistem pencatatan single entry sering disebut juga dengan sistem tata buku tunggal atau
tata buku saja. Dalam sistem ini, pencatatan transaksi ekonomi dilakukan dengan
mencatatnya satu kali. Transaksi yang berakibat bertambahnya kas akan dicatat pada
sisi Penerimaan dan transaksi yang berakibat berkurangnya kas akan dicatat pada sisi
Pengeluaran.

b. Double Entry
Sistem pencatatan double entry sering disebut juga dengan sistem tata buku
berpasangan. Menurut sistem ini, pada dasarnya suatu transaksi ekonomi akan dicatat
dua kali (double = berpasangan/ganda, entry = pencatatan). Pencatatan dengan sistem
ini disebut dengan istilah menjurnal. Dalam pencatatan tersebut ada sisi Debit dan
Kredit. Sisi Debit ada disebelah Kiri sedangkan sisi Kredit ada di sebelah Kanan. Dalam
melakukan pencatatan tersebut, setiap pencatatan harus menjaga keseimbangan
persamaan dasar akuntansi.

Persamaan dasar akuntansi merupakan alat bantu untuk memahami sistem pencatatan
ini. Persamaan dasar akuntansi tersebut berbentuk sebagai berikut:
AKTIVA + BELANJA = UTANG + EKUITAS DANA + PENDAPATAN

Suatu transaksi yang berakibat bertambahnya aktiva akan dicatat pada sisi Debit
sedangkan yang berakibat berkurangnya aktiva akan dicatat pada sisi Kredit. Hal yang
sama dilakukan untuk belanja.

Hal yang sebaliknya dilakukan untuk utang, ekuitas dana, dan pendapatan. Apabila
suatu transaksi mengakibatkan bertambahnya utang, maka pencatatan akan dilakukan
pada sisi Kredit, sedangkan jika mengakibatkan berkurangnya utang, maka pencatatan
dilakukan pada sisi Debit. Hal serupa ini dilakukan untuk ekuitas dana dan pendapatan.
c. Triple Entry
Sistem pencatatan triple entry adalah pelaksanaan pencatatan dengan menggunakan
sistem pencatatan double entry, ditambah dengan pencatatan pada buku anggaran. Jadi,
sementara sistem pencatatan double entry dijalankan, satuan pemegang kas pada satuan
kerja maupun pada bagian keuangan atau badan/biro pengelola kekayaan daerah juga
mencatat transaksi tersebut pada buku anggaran, sehingga pencatatan tersebut akan
berefek pada sisa anggaran.

3.3 Dasar Akuntansi Keuangan Daerah


Menurut Halim (2012) ada beberapa macam dasar akuntansi yaitu: Basis Kas
(Cash Basis, Basis Akrual (Accrual Basis), Basis Kas Modifikasian (Modified Cash Basis),
Basis Akrual Modifikasian (Modified Accual Basis).
a. Basis Kas (Cash Basis)
Merupakan basis akuntansi yang paling sederhana. Menurut basis ini transaksi
diakui/dicatat apabila menimbulkan perubahan atau berakibat pada kas, yaitu
menaikkan atau menurunkan kas. Menetapkan bahwa pengakuan/pencatatan transaksi
ekonomi hanya dilakukan apabila transaksi belum menimbulkan perubahan pada kas.
Apabila suatu transaksi belum menimbulkan perubahan pada kas, maka transaksi
tersebut tidak dicatat.
b. Basis Akrual (Accrual Basis)
Basis akrual adalah dasar akuntansi yang mengakui transaksi dan peristiwa lainnya pada
saat transaksi dan peristiwa itu terjadi (dan bukan hanya pada saat kas atau setara kas
diterima atau dibayar). Oleh karena itu, transaksi-transaksi dan peristiwa-peristiwa
dicatat dalam catatan akuntansi dan diakui dalam laporan keuangan pada periode
terjadinya.
c. Basis Kas Modifikasian (Modified Cash Basis)
Menurut butir (12) dan (13) lampiran XXIX (tentang kebijakan akuntansi)
Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 disebutkan bahwa:
(12) basis/dasar kas modifikasian merupakan kombinasi dasar akrual (13) Transaksi
penerimaan kas atau pengeluaran kas dibukukan (dicatat atau dijurnal) pada saat uang
diterima atau dibayar (dasar kas). Pada akhir periode dilakukan penyesuaian untuk
mengakui transaksi dan kejadian dalam periode berjalan meskipun penerimaan atau
pengeluaran kas dari transaksi dan kejadian dimaksud belum terealisir. Jadi, penerapan
basis akuntansi ini menuntut Satuan Pemegang Kas mencatat transaksi dengan basis kas
selama tahun anggaran dan melakukan penyesuaian pada akhir tahun anggaran
berdasarkan basis akrual.
d. Basis Akrual Modifikasian (Modified Accual Basis)
Basis akrual modifikasian mencatat transaksi dengan menggunakan basis kas untuk
transaksi-transaksi tertentu dan menggunakan basis akrual untuk sebagian besar
transaksi.

3.4 Teknik Akuntansi Keuangan Sektor Publik


Menurut Mardiasmo (2009) terdapat beberapa teknik akuntansi keuangan yang dapat
diadopsi sektor publik, yaitu : Akuntansi Anggaran, Akuntansi Komitmen, Akuntansi
Dana, Akuntansi Kas dan Akuntansi Akrual.
a. Akuntansi Anggaran
Akuntansi anggaran ( budgetary accounting ) mengacu pada praktik yang dilakuakan
oleh banyak organisasi sektor publik, khususnya pemerintah dalam upaya menyajikan
akun-akun operasinya dengan menggunakan format yang sama dengan anggarannya.
Tujuan praktik ini adalah untuk menekankan peranan anggaran dalam siklus
perencanaan-pengendalian-pertanggungjawaban.
Ide dibalik akuntansi anggaran ini adalah untuk kemudahan. Kesulitan biasanya muncul
karena organisasi yang berbeda biasanya mengadopsi format pelaporan yang berbeda
pula. Hal ini disebabkan oleh suatu fakta bahwa perbedaan intrinstik antara jasa yang
diberikan dalam organisasi yang berbeda telah tercermin dalam anggaran mereka.
Hasil yang lebih bermakna dapat diperoleh dengan membuat akun-akun anggaran yang
diklasifikasikan dengan cara tertentu yang spesifik terhadap jasa tertentu namun hal ini
menyebabkan ketidakseragaman dalam format akuntansi anggaran. Ada masalah
signifikan bahwa organisasi yang berjenis sama dan memberikan jasa yang sama
mungkin memiliki perlakuan yang berbeda walaupun akuntansi anggaran telah diadopsi
oleh mereka. Hal ini timbul karena ada dua masalah, yaitu :
1. Level agregasi
Contoh yang baik di mana level agregasi yang diadopsi oleh akun-akun anggaran
mempengaruhi daya bandingnya ada di pemerintah daerah. Satu otoritas mungkin
menerbitkan akun-akun anggarannya untuk jasa pendidikan secara keseluruhan.
Kekurangan lain dari akuntansi anggaran terletak pada seberapa sering. atau seberapa
intensifkah laporan keuangan membandingkan antara anggaran dengan yang aktual
terjadi dan menjelaskan perbedaannya. Banyak organisasi yang membuat akun-akun
anggaran seiring dengan anggaran namun hanya membandingakan dua diantaranya
secara global. Contoh, akun-akun dan anggaran mungkin saja dibuat secara detail
tetapi hanya total pembelanjaan bersih untuk setiap divisi yang memberikan jasa
tersebut saja yang dibandingkan dengan anggaran, menunjukan apakah ada
pembelanjaan yang kurang atau berlebih untuk semua akun, namun hanya untuk
menjelaskan perbedaan yang signifikan. Perbedaan yang jumlahnya melebihi
presentase atas anggaran yang telah ditetapkan sebelumnya namun tidak dapat
dijelaskan oleh perubahan tingkat harga umum.
2. Logika dari akuntansi anggaran
Logika dari akuntansi anggaran adalah bahwa anggaran dan akun-akun harus
dibandingkan secara berkesinambungan sehingga tindakan dapat diambil untuk
memperbaiki perbedaan tersebut. Hal ini berlaku bagi pengguna eksternal dan
internal dari informasi. Dengan melaporkan hanya dua kolom ( anggaran dan aktual
saja), tidak hanya tujuan utama dari akuntansi anggaran ini saja yang tidak dapat
tercapai, melainkan akan memerlukan banyak waktu untuk menjawab pertanyaana
pengguna yang spesifik atas perbedaan yang dapat di hindarkan apabila akun-akun
itu sendiri telah menyediakan analisis yang releven. Kesimpulan yang dapat ditarik
adalah bahwa akuntansi anggaran lebih berfokus pada bentuk akunnya dari pada
isinya.

b. Akuntansi Komitmen
Akuntansi komitmen ( commitment accounting ) dapat digunakan bersama, baik dengan
basis akuntansi kas maupun akrual. Karena tidak masuk akal untuk menggunakan
akuntansi komitmen tersebut untuk beban karyawan, maka akuntansi komitmen hanya
mencakup salah satu bagian kecil dalam anggaran organsisasi. Sebagai konsekuensinya,
akuntansi komitmen ini hanya merupakan subsistem dalam sistem akuntansi utama
organisasi. Meskipun demikian, akuntansi komitmen ini dapat menjadi sangat penting,
terutama bagi pemegang anggaran.
Akuntansi komitmen mengakui transaksi ketika organisasi telah memiliki komitmen
untuk melaksanakan transaksi tersebut. Ini berarti bahwa transaksi tidak diakui ketika
ada penerimaan atau pengeluaran kas, juga bukan pada saat faktur diterima atau
dikirimkan, namun pada saat yang lebih awal, yaitu pada saat pesanan dibuat atau
diterima.
Sebagai contoh, misalnya manajer memesan 100 kotak kapur tulis. Manajer ini telah
menentukan pemasok mana yang akan dipilih dan harga sekarang dari kapur ini,
misalnya  adalah Rp. 5000 per kotak. Ketika pesanan dibuat dan dikirimkan kepada
pemasok untuk 100 kotak kapur dengan harga Rp. 5000 per kotaknya, manejer
mendebit beban. Ada bermacam-macam faktor yang mempengaruhi jumlah dari faktur
yang kemudian akan diterima, seperti mislanya pemasok tidak memilki 100 kotak
kapur, harga yang kemudian berubah atau asumsi harga yang salah dari manager. Maka
kreditnya tidak menuju pada pemasok ( bukan utang atau kas yang diberikan kepada
pemasok) namun pada akun pemesanan sebagai berikut :
Kapur                                               500.000
                        Pesanan kepada pemasok             500.000

Ketika faktur atas kapur tersebut sudah diterima, maka jurnalnya menjadi :
Pesanan kepada pemasok               500.000
                        Utang kepada pemasok                   500.000

Kalau barang yang dikirimkan atau jumlah fakturnya lebih atau kurang dari jumlah
yang dicatat dalam suatu pesanan, jurnal koreksi harus dibuat, misalnya ternyata harga
kapur tersebut bukan Rpp.5000, tetapi Rp 5.500, maka jurnlanya sebagai berikut :
Pesanan kepada pemasok              500.000
Kapur                                              50.000
Utang kepada pemasok                   550.000

Dengan menggunakan sistem ini, organisasi mengakui pesanan sebagai komitmen untuk
menimbulkan pengeluaran dan akun ini mencatat komimen secara berkesinambungan.
Kritik atas akuntansi komitmen
Fungsi utama dari akuntansi komitmen adalah dalam kontrol anggaran. Gagasannya
adalah bahwa akun-akun bulanan yang mencatat hanya faktur yang diterima atau
dibayar memberikan hanya sedikit nilai terhadap proses pengambilan keputusan. Agar
manajer dapat mengendalikan anggraan mereka, mereka perlu mengetahui seberapa
besar anggaran yang telah menjadi komitmen dalam hubungan dengan pesanan yang
dibuat. Kalau manajer hanya menerima akun-akun yang mencakup penerimaan dan
pembuatan faktur saja, maanjemen dapat dengan mudah menjadi terlalu terpaku atau
terlalu berkomitmen ( over commited ) kepada anggarannya. Tentu saja manajer yang
berhati-hati akan mengetahui bahwa akun-akun tersebut tidak memasukan pesanan yang
telah dibuat namun fakturnya belum diterima, dan akan membuat catatan meraka sendiri
mengenai hal ini sehingga mereka tidak membuat anggaran mereka over committed.
Karena berkaitan dengan fungsi utamanya, akuntansi komitmen berfokus pada pesanan
yang telah dibuat. Pesanan yang diterima yang berhubungan dengan pendapatan, tidak
akan di catat sampai faktur dikirimkan. Masalah pengendalian anggaran tidak
mempengaruhi pendapatan dengan cara yang sama seperti halnya pengendalian
anggaran memenuhi beban.
Walaupun ada kasus yang menyatakan bahwa akuntansi komitmen meningkatkan
pengendalian anggaran adalah baik, ada masalah yang turut terlibat dalam mengadopsi
akuntansi komitmen ini dalam akun-akun. Masalah ini adalah bahawa pos tertentu yang
telah di dukung oleh pengiriman pesanan akan dicatat sebagai beban. Secara umum,
tidak ada kewajiban hukum yang ditimbulkan dan pesanan tersebut dapat di batalkan
dengan mudah. Maka sulit untuk menerima bahwa pesanan ini adalah beban untuk
pariode akuntansi di mana pesanan tersebut baru dibuat.
Terdapat banyak masalah yang timbul dalam akuntansi berbasis akrual yang lebih
berbahaya ketika organisasi menerapkan sistem akuntansi komitmen ini. Misalnya, ada
manajer yang anggarannya masih di bawah batas maksimal sebulan sebelum akhir tahun
anggraan. Manajer mengetahui bahwa level normal dari pembelanjaan akan membuat
pengeluaran anggaran terlalu rendah ( under-spent) dan hal ini dapat menyebabkan
anggaran tahun berikutnya menjadi berkurang. Dalam akuntansi akrual, untuk
memastikan bahwa seluruh anggaran di belanjakan, maka pesanan tambahan akan
diajukan dan faktur yang diterima  akan dicatat. Hal ini menjadi masalah, namun
setidaknya dibatasi oleh waktu mulai dari pesanan diajukan sampai dengan faktur
tersebut  diterima.
Jika menggunakan akuntansi komitmen, manajer dapat dengan mudah mengeluarkan
pesanan saat mendekati akhir tahun anggaran untuk menghabiskan anggaran tersebut.
Sementara, kecil kemungkinannya untuk mencegah pesanan dibatalkan setelah tahun
anggaran dalam akun-akun tertentu.
Jika akuntansi komitmen diadopsi selama tahun anggaran, konveksi dari akuntansi
komitmen menjaid akrual biasa pada akhir tahun adalah sebagai berikut :
Pesanan yang dibuat           xxx
Belanja ABC                          xxx
Belanja XYZ                          xxx

Jurnal ini dibuat untuk pesanan yang telah dibuat namun fakturnya beluum diterima
pada akhir tahun. Jurnal ini akan dibalik dalam tahun anggaran yang baru sehingga akun
yang di catat kembali menjadi komitmen yang di catat.

c.  Akuntansi  Dana
Sumber daya keuangan berupa dana yang disediakan untuk digunakan oleh organisasi
nirlaba atau institusi pemerintah biasanya mempunyai keterbatasan penggunaan dalam
arti dana-dana tersebut dibatasi penggunaannya untuk tujuan atau aktivitas tertentu yang
terkadang merupakan syarat dari pihak eksternal yang merupakan penyedia dana
Tidak seperti perusahaan swasta yang mencari laba, organisasi sektor publik
mempunyai tujuan-tujuan yang spesifik. Dengan latar belakang seperti itu perusahaan
swasta dapat mengyunakan sumber daya yang dimiliki untuk keperluan apapaun yang
penting bagi meraka adalah adanya laba yang berbeda dengan organisasi sektor publik
dimana sumber daya yang ada harus digunakan dengan tujuan tertentu.
Contohnya pemerintah meneriman pinjaman dari world bank ( bank dunia ) sebesar
RP.10 miliar untuk pembangunan jalan dan jembatan. Maka, tidak ada pilihan lain bagi
pemerintah selain menggunakan dana  RP. 10  miliar tersebut untuk pembangunan
jembatan dan jalan.
Secara umum, sangat lazim jika dari keseluruhan dana yang dipunyai organisasi sektor
publik, masing-masing mempunyai tujuan tersendiri dalam penggunaannya, baik karena
faktor eksternal ( pembatansan eksternal ) faktor internal ( perencanaan manajeman ),
merupakan karena peraturan.
Untuk mengakomodasi keadaan itu, organisasi sektor publik membuat dana-dana
(funds) dalam sistem akuntansinya. Pemasukan yang dimiliki organisasi sektor publik
kemudian diklasifikasikan ke dalam dana-dana tersebut sesuai dengan tujuan dan
maksud tertentu. Sistem dana ini dimaksudkan sebagai alat kontrol apakah suatu dana
tertentu telah digunakan sesuai dengan tujuannya.
Adanya keterbatasan penggunaan dana memberikan implikasi akan suatu kewajiban
untuk memberikan pertanggungjawaban kepada pihak penyedia dana ( donatur). Oleh
karena itu organisasi-organisasi nirlaba dan institusi pemerintah menggunakan
akuntansi dana ( funds accounting ) untuk mengontrol dana yang terikat atau dibatasi
penggunaannya (restriced funds) tersebut sekaligus untuk menjamin adanya ketaatan
atas persyaratan yanga ada.
Dana adalah sebuah kesatuan akuntansi tersendiri yang terpisah berdasarkan tujuan
tertentu. Dalam satu dana itu, terdapat kesatuan akun sendiri yang terdiri atas aset
( aktiva). Kewajiban dan ekuitas dana. Dengan demikian, sumber daya suatu organisasi
sektor publik  yang terdiri atas dana-dana tersebut dapat di gambarkan dalam gambar
berikut :
Penggunaan istilah dana bagi organisasi nirlaba dan institusi pemerintah berbeda
dengan istilah dana yang sering digunakan oleh entitas swasta. Bagi perusahaan
komerisal, dana adalah bagian dari aktivanya yang dicadangkan karena akan di gunakan
atau dialokasikan untuk tujuan tertentu. Sedangkan bagi organisasi nirlaba dan kalangan
instansi pemerintah, dana adalah suatu entitas akuntansi tersendiri.

Dari kesatuan dana-dana yang dimiliki organisasi sektor publik dapat digolongkan
menjadi dua yaitu:
1. Dana yang bisa dibelanjakan ( expendable funds)
Dana yang disediakan untuk membiayai aktivitas-aktivitas yang bersifat non-
business yang menjadi bagian dari tujuan organisasi sektor publik.
2. Dana yang tidak bisa dibelanjakan (nonexpendable funds)
Dana yang dipisahkan untuk aktivitas-aktivitas yang bersifat bisni. Digunakan
sebagai pendukung dari expendable funds.

Persamaan Akuntansi Dana


Dalam akuntansi dana dikenal dnegan persamaan akuntansi sebagai berikut :

 
Persamaan tersebut tentu saja berbeda dengan persamaan akuntansi yang kita kenal
pada akuntansi keuangan yang digunakan dalam perusahaan komersial yang berupa

Disini terdapat perbedaan yang mendasar antar ekuitas dana dan ekuitas. Di
perusahaan selisih antara aktiva dan utang adalah ekuitas yang menunjukan adanya
kepemilikan pada perusahaan tersebut oleh pemegang sahamnya. Sementara itu, di
organisasi sektor publik, ekuitas dana tidak menunjukan adanya kepemilikan
siapapun karena memang tidak ada  kepemilikan individu dalam suatu organisasi
sektor publik.

d. Basis Akuntansi dan Fokus Pengukuran


Dalam akuntansi dana dikenal istilah basis akuntansi dan fokus pengukuran . basisi
akuntansi menentukan kapan transaksi dan peristiwa yang terjadi diakui. Contoh, bila
organisasi mengadopsi basis akrual penuh, transaksi diakui ketika transaksi tersebut
memiliki dampak ekonomi yang subtantif. Kalau yang diadopsi adalah basis kas,
transaksi diakui kalau kas yang berhubungan dengan transaksi tersebut diterima atau
dibayarkan.

Fokus pengukukurana dari suatu entitas akuntansi menentukan apa yang akan
dilaporkan , dengan kata lain jenis aktiva dan kewajiban apa saja yang diakui secara
akuntansi dan di laporkan dalam neraca. Konsep basis akuntansi dan fokus
pengukuran ini berhubungan erat dan pemilihan salah satu akan mengimplikasikan
pemilihan yang lain. Contoh kalau basis kas yang dipilih, maka fokus pengukurannya
juga atas kas saja, sehingga implikasinya hanya aktiva lancar kas yang di laporkan
dalam neraca. Perubahan dalam aktiva tetap dan kewajiban jangka panjang tidak
diakui. Misalnya sebuah organisasi membeli kendaraan seharga Rp.200 juta, jurnal
yang terjadi kalau menggunakan basis kas dengan fokus pengukuran kas jangka
pendek adalah.
Belanja kendaraan    200.000.000
Kas                              200.000.000
Dengan cara tersebut pemerintah tidak akan melaporkan kendaraan sebagai aktiva di
neracanya. Pemerintah akan mencatat baik kenaikan maupun penurunan kas di laporan
Pendapatan dan Belanja ( fund’s statement of revenues and expenditure ) atau laporan
yang sebanding yang menjelaskan perubahan dlaam saldo dana. Dampaknya,
kendaraan akan dibebankan seluruhnya pada waktu dibeli. Yang nantinya akan ditutup
ke ekuitas dana ( fund balance).

Jika suatu entitas mengadopsi basis akrual penuh seperti diharuskan untuk perusahaan,
maka fokus pengukurannya biasanya meliputi smeua sumber daya ekonomi dan
neracanya akan melaporkan semua aktiva dan kewajiban, baik lancar maupun tidak
lancar.perubahan dalam aktiva tetap bersih dan kewajiban jangka panjang diakui
sebagai pendapatan atau beban. Misalnya, sebuah organisasi membeli kendaraan
seharga Rp 200 juta, jurnal yang terjadi kalau menggunakan basis akrual penuh
adalah:

Kendaraan     200.000.000
Kas                  200.000.000

Di banyak lingkungan pemerintahan, basis ekuntansi dan fokus pengukuran menjadi


permasalah tersendiri yang sering kali menjadi perdebatan. Hal tersebut muncul
karena banyak entitas pemerintahan yang menggunakan anggaran dengan berbasis kas
sehingga dibutuhkan data realisasi anggaran yang berbasis kas pula.

Dalam konteks tersebut, dikembangkanlah basis akuntansi berupa basis kas yang akan
menghasilkan informasi  yang bersifat jangka pendek. Permaslahan muncul karena
entitas tersebut juga dituntut untuk menyusun neraca yang juga menyajikan informsi
yang bersifat jangka panjang ( aktiva tetap dan utang jangka panjang). Dengan kata
lain. Dalam lingkungan pemerintahan seperti itu, ada tuntutan untuk menggunakan
basis kas dengan fokus pengukuran jangka panjang. Dari sinilah berkembang basis
akuntansi yang disebut dengan basis kas yang dimodifikasi ( cash modified basis).
Dengan basis kas yang dimodifikasi tersebut, transaksi pembelian kendaraan senilai
Rp. 200 juta akan dicatat dalam dua kali penjurnalan, yaitu :
(1)    Belanja kendaraan           200.000.000
   Kas                                     200.000.000
(2)    Kendaraan                        200.000.000
          Kas                                    200.000.000

Jurnal kedua dilakukan untuk memenuhi tuntunan fokus pengukuran jangka panjang.

Terlepas dari apakah suatu entitas melaporkan aktiva dan kewajiban jangka panjang di
neraca dananya, entitas tersebut harus melakukan kontrol akuntansi atas aktiva dan
kewajiban tersebut. Manajemen dan konstituen lain mungkin ingin tahu dengan semua
sumber daya dan kewajiban entitas tersebut dan tidak hanya ingin tahu atas aktiva
dan .

Kewajiban yang ada di neraca saja, oleh karena itu, entitas wajib membuat catatan
akuntansi atas aktiva dan kewajiban serta memasukan dalam laporan keuangan suatu
skedul yang tidak hanya menyatakan mengenai aktiva dan kewajiban tersebut namun
juga menunjukan perubahannya dalam tahun tersebut.

e. Akuntansi Kas
Penerapan akuntansi kas, pendapatan dicatat pada saat kas diterima dan pengeluaran
dicatat pada saat kas dikeluarkan. Kelebihan cash basis adalah mencerminkan
pengeluaran yang riil, actual, dan objektif. Namun, GAAP tidak membenarkan
pencatatan dengan dasar kas karena tidak dapat mencerminkan kinerja yang
sesungguhnya. Dengan cash basis tingkat efisiensi dan efektifitas suatu kegiatan,
program, aktivitas tidak dapat diukut dengan baik.

Sebagai contoh, penerimaan kas dari pinjaman akan dicatat sebagai pendapatan
(revenue) bukan utang. Untuk mengoreksi hal tersebut kebanyakan sistem akuntansi
kas tidak hanya mengakui kas saja tapi juga mengakui aktiva dan utang yang timbul
sebelum terjadi transaksi kas. Namun, koreksi semacam ini tidak dapat mengubah
kenyataan setiap waktu,obligasi yang beredar dalam bentuk kontrak atau order
pembelian yang dikeluarkan tidak tampak pada catatan akuntansi. Konsekuensinya
adalah saldo yang tercatat akan dicatat overstated. Hal tersebut dapat mengakibtkan
pemborosan anggaran.

f. Akuntansi Akrual
Akuntansi akrual dianggap lebih baik daripada akuntansi kas. Teknik akuntansi akrual
diyakini dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih dapat dipercaya, akurat,
komprehensif, dan relevan untuk pengambilan keputusan ekonomi, social, politik.

Basis akrual diterapkan agak berbeda antara properiority fund (full accrual)
dan governments fund (modified accrual) karena biaya (expense) diukur
dalam properiority fund, sedangkan expendituredifokuskan pada general fund.

Expense adalah jumlah sumber daya yang dikonsumsi selama periode


akuntansi. Expenditure adalah jumlah kas yang dikeluarkan dan atau dialokasikan
selama periode akuntansi. Karena governments fundtidak memiliki catatan modal dan
utang (dicatat dan dikategorikan dalam aktiva tetap dan utang jangka panjang),
expenditure yang diukur, bukan expense.

Berbeda dengan governments fund, yang menjadi kepenting-an properiority fund dan


juga organisasi bisnis adalah net income. Full accrual accounting digunakan untuk
mencatat revenue ketika diperoleh (earned) dan biaya (expense) pada saat terjadi
(incurred). Dengan kata lain, biaya dicatat ketika utang terjadi tanpa memandang
kapan pembayaran dilakukan.

Pada governmental fund, hendaknya digunakan modified accrual basis. Expenditure di


– accrued tetapirevenue dicatat berdasarkan cash basis yaitu pada saat diterima bukan
pada saat diperoleh. Pendapatan seperti PPN, PPh, dan fee retribusi dihitung pada saat
kasnya. Salah satu pengecualian adalah property tax (PBB) yang diaccrued karena
jumlahnya dapat diestimasi secara lebih pasti.
Pengaplikasian accrual basis dalam akuntansi sektor publik pada dasarnya adalah
untuk menentukancost of service dan charging of service yaitu untuk mengetahui
besarnya biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan pelayanan public serta penentuan
harga pelayanan yang dibebankan ke publik. Hal ini berbeda dengan tujuan
pengaplikasian accrual basis dalam sektor swasta yang dapat digunakan untuk
mengetahui dan membandingkan besarnya biaya terhadap pendapatan (proper
matching cost against revenue). Perbedaan ini disebabkan karenan pada sektor swasta
orientasi lebih difokuskan pada usaha untuk memaksimumkan laba (profit oriented)
sedangkan pada sektor publik orientasi difokuskan pada optimalisasi pelayanan publik
(public service oriented).

C. RANGKUMAN
Akuntansi keuangan daerah yang berlaku di indonesia menggunakan sistem
pencatatan berpasangan (double entry) yang artinya setiap transaksi ekonomi dicatat
dua kali yang disebut dengan istilah menjurnal. Dalam menjurnal pencatat harus
menjaga persamaan dasar akuntansi, agar kedua sisi persamaan tersebut menjadi
seimbang.
Dalam akuntansi juga dikenal istilah pengakuan, yaitu penentuan saat dicatatnya
suatu transaksi. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 tahun 2010 selambat-
lambatnya pada tahun anggaran 2014 pemerintah daerah sudah harus menerapkan SAP
berbasis akrual.

D. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Jelaskan sistem pencatatan akuntansi keuangan daerah yang berlaku di negara kita!
2. Jelaskan teknik-teknik akuntansi keuangan sektor publik!
3. Kapan pemerintah daerah diwajibkan menerapkan SAP berbasis akrual?
BAB 4

APLIKASI AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

Kode Sub Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (Sub-CPMK)


L1 Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian aplikasi akuntansi keuangan
sektor publik.
L2 Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dan sejarah SIMDA
L3 Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan dan produk program SIMDA
L4 Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian dan manfaat aplikasi
akuntansi SISKEUDES
L5 Mahasiswa mampu menjelaskan ruang lingkup dan laporan SISKEUDES

A. PENDAHULUAN
Aplikasi akuntansi merupakan sebuah perangkat lunak atau program yang dibuat
untuk memudahkan membuat laporan keuangan. Aplikasi ini akan membuat laporan
keuangan menjadi lebih detail dan teliti meskipun memang masih dibutuhkan sumber daya
untuk menginput data. Dengan teknologi yang semakin dikembangkan, kini aplikasi
akuntansi pun dapat digunakan kapan saja dan dimana saja untuk kemudahan pembuatan
laporan keuangan. Pada pembahasan kali ini aplikasiakuntansi sektor publik akan
difokuskan pada Akuntansi Keuangan Pemerintahan khususnya Akuntansi Keuangan
Daerah.

B. POKOK – POKOK ISI


4.1 Aplikasi Akuntansi Keuangan Sistem Informasi Manajemen Daerah  (SIMDA)
4.1.1 Pengertian SIMDA
Sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemerintah daerah wajib menyusun
laporan keuangan untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan daerahnya.
Untuk menghasilkan laporan keuangan tersebut diperlukan suatu sistem yang dapat
diandalkan (reliable), yaitu sistem yang mampu mengolah data-data (input) dan
menghasilkan informasi (output) yang dapat digunakan oleh manajemen dalam
pengambilan keputusan.
Departemen Dalam Negeri telah mengeluarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri
(Permendagri) Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Permendagri tersebut menjelaskan siklus keuangan daerah mulai dari tahapan perencanaan,
penganggaran, penatausahaan, serta akuntansi dan pertanggungjawaban keuangan daerah.
Selain itu juga disajikan sistem dan prosedur keuangan daerah beserta contoh-contoh
formulir yang bisa digunakan oleh pemda baik secara manual maupun
terkomputerisasi (computerized). Penyajian laporan keuangan dalam permendagri ini telah
sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP).
BPKP dalam hal ini Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Keuangan
Daerah memberikan respon positif atas terbitnya permendagri ini, dengan menyusun suatu
program aplikasi yang dapat digunakan oleh pemda dalam rangka pengelolaan keuangan
daerahnya. Program aplikasi dimaksud adalah Program Aplikasi Komputer SIMDA Versi
2.1 yang merupakan pengembangan lebih lanjut dari program aplikasi sebelumnya yaitu
Program Aplikasi Komputer SIMDA Versi 2.0. Program aplikasi ini telah diperkenalkan
pada tanggal 29 Agustus 2006 oleh Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan
Keuangan Daerah bertepatan dengan pelaksanaan kegiatan Forum SAKD di Pusdiklatwas
BPKP, Ciawi Bogor.
Program aplikasi Komputer SIMDA Ver 2.1 ini dimaksudkan untuk membantu
pengelolaan keuangan daerah baik di tingkat SKPKD (sebagai entitas pelaporan ) maupun
di tingkat SKPD (entitas akuntansi). Adanya program aplikasi ini diharapkan bisa
memberikan manfaat lebih kepada pemda terutama dalam penyusunan APBD.

4.1.2 Sejarah Simda


Sesuai dengan visi BPKP sebagai Auditor Presiden yang responsif, interaktif dan
terpercaya untuk mewujudkan akuntabilitas keuangan negara yang berkualitas dalam
mentransformasikan manajemen pemerintahan menuju pemerintahan yang baik dan bersih
serta sesuai amanat PP 60 tahun 2008 pasal 59 ayat (2) dan Inpres Nomor 4 Tahun 2011,
BPKP, dalam hal ini Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah,
memandang perlu untuk memfasilitasi Pemerintah Daerah dalam mempersiapkan
aparatnya menghadapi perubahan, mendorong pelaksanaan tata kelola keuangan daerah
sesuai dengan peraturan yang berlaku, efisien, efektif, transparan, akuntabel, dan auditabel.
Hal ini penting guna  meningkatkan kualitas Laporan Keuangan pemerintah daerah menuju
terwujudnya good governance.
Sejalan dengan RPJM Tahun 2010-2014, dalam Renstra Tahun 2010-2014,Deputi
Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah telah menetapkan Pengembangan
Sistem Informasi Manajemen Daerah sebagai kegiatan untuk mendukung capaian indikator
kinerja” Meningkatnya Tingkat Opini BPK terhadap LKPD”.
 
Untuk mendukung tujuan tersebut, sejak tahun 2003, Deputi Pengawasan Bidang
Penyelenggaraan Keuangan Daerah membentuk Satuan Tugas Pengembangan Sistem
Informasi Manajemen Daerah  (SIMDA), dengan tugas:
1. Mengembangkan/membuat dan melakukan pemutakhiran  Program Aplikasi
Komputer SIMDA yang berkaitan dengan pembangunan / peningkatan kapasitas
pemerintah daerah yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
atau dalam rangka pemenuhan kebutuhan manajemen daerah, mengarah ke grand
design Data Base Management System (DBMS).
2. Memberikan bimbingan teknik / pelatihan kepada Satgas SIMDA Perwakilan BPKP
yang akan ditugaskan dalam asistensi/implementasi Program Aplikasi Komputer
SIMDA.
3. Membantu Satgas SIMDA Perwakilan BPKP melakukan asistensi implementasi
Program Aplikasi Komputer SIMDA pada pemerintah daerah.

4.1.3 Tujuan pengembangan Program Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Daerah


(SIMDA)
Tujuan pengembangan Program Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Daerah
(SIMDA) ini adalah:
1. Menyediakan Data base mengenai kondisi di daerah yang terpadu baik dari aspek
keuangan, aset daerah, kepegawaian/aparatur daerah maupun pelayanan publik yang
dapat digunakan untuk penilaian kinerja instansi pemerintah daerah.
2. Menghasilkan informasi yang komprehensif, tepat dan akurat kepada manajemen
pemerintah daerah. Informasi ini dapat digunakan sebagai bahan untuk mengambil
keputusan.
3. Mempersiapkan aparat daerah untuk mencapai tingkat penguasaan dan
pendayagunaan teknologi informasi yang lebih baik.
4. Memperkuat basis pemerintah daerah dalam melaksanakan otonomi daerah.
 
Sampai dengan bulan September  2015,  Program Aplikasi SIMDA telah
diimplementasikan pada  425 Pemda  dari 542 pemerintah daerah yang ada atau sebanyak
78,41%, terdiri dari:  
Tabel. 4.1
Implementasi Program SIMDA di Indonesia

Penambahan/
No. Jenis implementasi Januari 2016 Desember 2015
(pengurangan
1. Pengguna simda 425 pemda 425 pemda   0 pemda
2. Simda keuangan 365 pemda 365 pemda 0 pemda
3. Simda bmd 347 pemda 347 pemda 0 pemda
4. Simda gaji  69 pemda   69 pemda 0 pemda
5. Simda pendapatan  55 pemda 55 pemda 0 pemda
 
4.1.4 Produk Program Aplikasi SIMDA
Hasil pengembangan program aplikasi SIMDA adalah sebagai berikut:
1. Program Aplikasi SIMDA Keuangan
2. Program Aplikasi SIMDA Barang Milik Daerah (BMD)
3. Program Aplikasi SIMDA Gaji
4. Program Aplikasi SIMDA Pendapatan
5. Sub Aplikasi Display SPP s.d SP2D
6. Sub Aplikasi Gabungan per Provinsi
7. Sub Aplikasi Rekonsiliasi Bank
 
Adapun penjelasan dariprogram aplikasi SIMDA tersebut adalah:
1.  Program Aplikasi  SIMDA Keuangan Versi 2.7.0.6
Program aplikasi ini  digunakan untuk  pengelolaan keuangan daerah secara
terintegrasi, meliputi penganggaran, penatausahaan, akuntansi dan pelaporannya.
Output aplikasi ini antara lain:

1)   Penganggaran  
Rencana Kerja Anggaran (RKA), RAPBDdan Rancangan Penjabaran APBD, APBD
dan Penjabaran APBD beserta perubahannya, Dokumen Pelaksanaan Anggaran
(DPA).
2)    Penatausahaan  
Surat Penyediaan Dana (SPD), Surat Permintaan Pembayaran (SPP), Surat Perintah
Membayar (SPM), SPJ, Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D), Surat Tanda Setoran
(STS), beserta register-register, dan formulir-formulir pengendalian anggaran lainya.
3)   Akuntansi dan Pelaporan 
Jurnal, Buku Besar, Buku Pembantu, Laporan Keuangan (Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Arus Kas dan Neraca), Perda Pertanggungjawaban dan
Penjabarannya.
 
2.   Program Aplikasi SIMDA BMD Versi 2.69 dan Versi 2.0.69
Program aplikasi ini digunakan untuk  pengelolaan barang daerah meliputi
perencanaan, pengadaan, penatausahaan, penghapusan dan akuntansi barang daerah.
Output aplikasi ini  antara lain :
1)    Perencanaan  
Daftar Kebutuhan Barang dan Pemeliharaan, Daftar Rencana Pengadaan Barang
Daerah dan Daftar Rencana Pemeliharaan Barang Daerah.
2)    Pengadaan  
Daftar Hasil Pengadaan,  Daftar Hasil Pemeliharan Barang, dan Daftar Kontrak
Pengadaan. 
3)    Penatausahaan 
Kartu Inventaris Barang (KIB), Kartu (sejarah) Barang, Kartu Inventaris ruangan
(KIR), Buku Inventaris (BI), Daftar Mutasi Barang Daerah, dan Rekap Hasil Sensus,
serta Label Barang.
4)   Penghapusan 
SK Penghapusan, Lampiran SK Penghapusan dan Daftar Barang yang Dihapuskan
5)   Akuntansi
Daftar Barang yang masuk Neraca (Intracomptable), Daftar Barang Extra Comptable,
Lampiran Neraca, Daftar Penyusutan Aset Tetap, dan Daftar Aset Lainnya (Barang
Rusak Berat), serta Rekapitulasi Barang Per SKPD.
Aplikasi SIMDA BMD dikembangkan dalam dua basis, yaitu berbasis dekstop dan
berbasis Web serta serta dapat dikoneksikan dengan GIS.
 
3. Program Aplikasi Komputer SIMDA Gaji
 Aplikasi Komputer SIMDA Gaji dikembangkan berdasarkan kebutuhan
pemerintah daerah dalam pengelolaan penggajian pegawainya.  Aplikasi ini akan
membantu pemda untuk memproses penggajian secara lebih cepat, akurat serta
menghasilkan dokumen penggajian yang dapat diandalkan.
Ouput dari aplikasi adalah sebagai berikut:
1) Daftar Gaji, Rapel, Gaji Terusan, Perhitungan Pajak.
2) Daftar Pegawai.
3) Register- register.
 
4. Program Aplikasi Komputer SIMDA Pendapatan Versi 1.2.0.9
Tujuan pengembanganaplikasi ini adalah sebagai sarana optimalisasi pajak/retribusi
daerah serta agar pemerintah daerah dapat menghasilkan laporan-laporan pengelolaan
pendapatan dan piutang sebagai dokumen pendukung laporan keuangan pemerintah daerah
yang dapat diandalkan.
Ouput dari aplikasi antara lain sebagai berikut:
1)   Pendataan 
Formulir Pendaftaran,Tanda Terima Pendaftaran, Kartu NPWP/RD,Daftar Wajib
Pajak/Retribusi, Daftar SPTP/RD, dan Kartu Data.
2) Penetapan
Nota Perhitungan Pajak/Retribusi Daerah,SKP/RD (Surat Ketetapan Pajak/Retribusi
Daerah), Daftar SPKP/RD,SKP/RDTambahan,SKPD/R Kurang Bayar, SKP/RD Nihil,
Daftar Surat Ketetapan Pajak/Retribusi Daerah dan Daftar Tunggakan Pajak/Retribusi
Daerah
3)   Penatausahaan
Laporan Penerimaan Harian, Laporan Realisasi Penerimaan, Kartu Piutang, Buku
Pembantu Rincian Penerimaan per Obyek,STS (Surat Tanda Setoran) dan Buku Kas
Umum.
 

Seluruh program aplikasi SIMDA didukung dengan :


1. Buku Manual Sistem dan Prosedur sesuai dengan jenis aplikasi
2. Buku Pedoman Pengoperasian Aplikasi
3. Panduan-panduan Pembantu lainnya, misalnya Pedoman Penyusunan Laporan
Keuangan, ModulPengelolaan Barang Milik Daerah, Modul Substansi Pengelolaan Gaji
PNS Daerah, Panduan Administrator, Modul Pelatihan, dan lain-lain.
 
4.1.5 Keunggulan  Dan Manfaat Penggunaan SIMDA
Keunggulan  Dan Manfaat Penggunaan SIMDA adalah:
1. Sesuai peraturan perundang-undangan
Aplikasi SIMDA Keuangan  di disain berdasarkan sistem informasi pengelolaan
keuangan daerah sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti :
1. Undang-undang nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara,
2. Undang undang nomor 1 tahun 2004 tentang perbendaharaan Negara,
3. UU No. 25 tahun 2004 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,
4. UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah,
5. UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintahan Daerah,
6. Peraturan Pemerintah RI nomor 20 tahun 2004 tetang Rencana Kerja Pemerintah
7. PP No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
8. PP No. 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah
9. PP No. 8 tahun 2006tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah,
10. PP Nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah,
11. PP Nomor 71 tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan,
12. Permendagri 13 tahun 2006tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah,
13. Permendagri Nomor 17 tahun 2007 tentang Pengelolaan barang Milik Daerah,
14. Permendagri Nomor 59 tahun  2007 tentang Perubahan atas Permendagri Nomor 13
tahun 2006,
15. Permendagri 20 tahun 2009 tentang  Pedoman Pengelolaan Keuangan Dana
Alokasi Khusus,
16. Permendagri 21 Tahun 2011,
17. Permendagri 32 Tahun 2011
 

2. Terintegrasi
Aplikasi SIMDA dapat dimplemetasikan untuk pengelolaan keuangan daerah
secara terintegrasi, menggunakan teknologi multi user dan teknologi client/server,  dari
penyusunan anggaran, pelaksanaan anggaran, dan pertanggungjawaban keuangan  baik
dilaksanakan di SKPKD maupun di SKPD, sehingga mempunyai keuntungan :
1. Pengendalian transaksi terjamin
2. Efisien dalam melakukan penatausahaan, hanya membutuhkan satu kali input data
transaksi sehingga menghemat waktu, tenaga dan biaya.
3. Cepat,  akurat dan efisien  dalam menghasilkan informasi keuangan
 
3. Transfer of Knowledge
Dengan memiliki sumber daya manusia  yang kompeten dalam hal:
1. Penguasaan disiplin ilmu akuntansi dan audit,
2. Penguasaan business process pengelolaan keuangan daerah, dan
3. Pengalaman praktis pengelolaan keuangan daerah, serta didukung dengan kantor
Perwakilan BPKP yang dapat menjangkau seluruh pemerintah daerah, maka BPKP
dapat membimbing dan mengasistensi pengelola keuangan daerah untuk
mengimplementasi sistem pengelolaan keuangan daerah sesuai ketentuan dan kebutuhan
manajemen dengan menggunakan aplikasi SIMDA.  Bimbingan dan asistensi tersebut
merupakan proses transfer of knowledge dalam rangka meningkatkan kompetensi dan
kapasitas SDM pemerintah daerah .
 
4. Kesinambungan Pemeliharaan
Dengan  komitmen dan dukungan dari pimpinan dan eksistensi  BPKP maka
pengembangan dan perbaikan Aplikasi SIMDA masih terus dilakukan meliputi :
1. Penyempurnaan dan Perbaikan Aplikasi SIMDA  mengikuti praktik pengelolaan
keuangan terbaik
2. Penyesuaian dengan peraturan yang terbit kemudian
3. Pemeliharaan dan asistensi kepada pemerintah daerah yang menimplementasikan
 

5. Mudah Digunakan
Fitur-fitur sederhana, mudah dimengerti dan dipelajari. Dengan melakukan
transaksi keuangan pemerintah daerah  sehari-hari menggunakan aplikasi ini (output
dokumen transaksi seperti SPD, SPP, SPM, dan SP2D), secara otomatis catatan dan
laporan keuangan dapat dihasilkan (output catatan akuntansi seperti  buku jurnal, buku
besar, dan laporan.

4.2 Aplikasi Akuntansi Keuangan Aplikasi Sistem Keuangan Desa (SISKEUDES)


4.2.1 Sejarah  Siskeudes
Pengembangan Aplikasi Sistem  Desa telah dipersiapkan sejak awal dalam rangka
mengantisipasi penerapan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Persiapan ini selaras
dengan adanya perhatian yang lebih dari Komisi XI Dewan Perwakilan Rakyat RI maupun
Komisi Pemberantasan Korupsi. Launching aplikasi yang telah dilaksanakan pada tanggal
13 Juli 2015 merupakan jawaban atas pertanyaan pada Rapat Dengar Pendapat (RDP)
Komisi XI tanggal 30 Maret 2015, yang menanyakan kepastian waktu penyelesaian
aplikasi yang dibangun oleh BPKP, serta memenuhi rekomendasi KPK-RI untuk
menyusun sistem keuangan desa bersama dengan Kementerian Dalam Negeri.
Aplikasi tata kelola keuangan desa ini pada awalnya dikembangkan Perwakilan
BPKP Provinsi Sulawesi Barat sebagai proyek percontohan di lingkungan BPKP  pada
bulan Mei 2015.   Aplikasi ini telah diimplementasikan secara perdana di Pemerintah
Kabupaten Mamasa pada bulan Juni 2015. 
Keberhasilan atas pengembangan aplikasi ini selanjutnya diserahkan kepada Deputi
Kepala BPKP Bidang Pengawasan Penyelenggaran Keuangan Daerah setelah melewati
tahapan Quality Assurance (QA) oleh Tim yang telah ditunjuk.
Terhitung mulai tanggal 13 Juli 2015 pengembangan aplikasi keuangan desa ini telah
diambil alih penanganan sepenuhnya oleh Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan
Keuangan Daerah BPKP Pusat di Jakarta.
 Aplikasi Sistem Keuangan Desa (SISKEUDES) merupakan aplikasi yang
dikembangkan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dalam rangka
meningkatkan kualitas tata kelola keuangan desa. Fitur-fitur yang ada dalam Aplikasi
Pengelolaan Keuangan Desa dibuat sederhana dan user friendly sehingga memudahkan
pengguna dalam mengoperasikan aplikasi SISKEUDES.
 
Dengan proses penginputan sekali sesuai dengan transaksi yang ada, dapat
menghasilkan output berupa dokumen penatausahaan dan laporan-laporan yang sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan, antara lain:
1. Dokumen Penatausahaan:
2. Bukti Penerimaan;
3. Surat Permintaan Pembayaran (SPP);
4. Surat Setoran Pajak (SSP);
5. Dan dokumen-dokumen lainnya
6. Laporan-laporan:
7. Laporan Penganggaran (Perdes APB Desa, RAB, APB Desa per sumber dana);
8. Laporan Penatausahaan (Buku Kas Umum, Buku Bank, Buku Pajak, Buku Pembantu,
dan Register
 
4.2.2 Kelebihan Aplikasi Siskeudes
1. Sesuai Peraturan
2. Memudahkan Tatakelola Keuangan Desa
3. Kemudahan Penggunaan Aplikasi
4. Dilengkapi dengan Sistem Pengendalian Intern (Built-in Internal Control)
5. Didukung dengan Petunjuk Pelaksanaan Implementasi dan Manual Aplikasi
 
4.2.3 Rencana Pengembangan
Rencana pengembangan adalah kompilasi Laporan Keuangan Desa sebagai
lampiran Laporan Keuangan Pemerintah Daerah yaitu:
1. Cash Management System
2. Fasilitasi Pengadaan Barang dan Jasa
3. Fasilitasi Perhitungan Pajak
4. Penambahan Fitur Standar Harga
 
4.3 Sekilas Tentang Keuangan Desa
Dengan telah disahkannya UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, desa diberikan
kesempatan yang besar untuk mengurus tata pemerintahannya sendiri, termasuk
pengelolaan keuangannya, serta melaksanakan pembangunan untuk meningkatkan
kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat desa.
Implementasi UU Nomor 6 tentang Desa ini selaras dengan Program Pembangunan
Nasional yang tertuang dalam RPJM Nasional 2015-2019 yaitu “Membangun Indonesia
dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan DESA dalam kerangka NKRI”.
Sebagai tindak lanjutnya, dalam APBN-P 2015 telah dialokasikan Dana Desa sebesar ± Rp
20,776 triliun untuk 74.093 desa yang tersebar di Indonesia, dan pada tahun-tahun
berikutnya akan terus bertambah bahkan akan mencapai lebih dari 1 milyar untuk tiap
desa. Selain Dana Desa tersebut, sesuai UU Nomor 6 tentang Desa pasal 72, desa juga
mengelola keuangan yang berasal dari Pendapatan Asli Desa dan Pendapatan Transfer
lainnya berupa Alokasi Dana Desa (ADD); Bagian dari Hasil Pajak dan Retribusi
Kabupaten/Kota; dan Bantuan Keuangan dari APBD Provinsi/Kabupaten/Kota. Selain itu
pemerintah desa diharapkan untuk lebih mandiri dalam mengelola pemerintahan dan
berbagai sumber daya alam yang dimiliki, termasuk di dalamnya pengelolaan keuangan
dan kekayaan milik desa.
Begitu besar peran yang diterima oleh desa, tentunya disertai dengan tanggung
jawab yang besar pula. Oleh karena itu pemerintah desa harus bisa menerapkan prinsip
transparansi dan akuntabilitas mengingat dalam pengelolaan keuangan desa tersebut,
pemerintah desa dituntut membuat beberapa laporan, yaitu:
1.  Laporan ke Bupati/Walikota terdiri dari:
a. Laporan Realisasi Pelaksanaan APB Desa (Semesteran)
b. Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Realisasi Pelaksanaan APB Desa (Tahunan)
c. Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan (LPP) Desa Tahunan dan LPP Desa akhir
Masa Jabatan
d. Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa (APBN) per Semester untuk dikompilasi
dan dilaporkan ke Menteri Keuangan
e. Laporan Kekayaan Milik Desa (Tahunan)
 
2.  Laporan ke Badan Permusyawaratan Desa (BPD):
Laporan Keterangan Penyelenggaran Pemerintahan Desa terdiri dari Laporan Realisasi
Pelaksanaan APB Desa dan Laporan Kekayaan Milik Desa (Tahunan). 
 
4.4 Pengawalan Keuangan Desa
Pengawalan Keuangan Desa bertujuan :
1. Memastikan seluruh Ketentuan dan Kebijakan dalam implementasi UU Desa khususnya
keuangan dan pembangunan desa dapat dilaksanakan dengan baik  untuk seluruh
Tingkatan Pemerintah
2. Pemerintah desa dapat melaksanakan siklus pengelolaan keuangan desa secara
akuntabelmulai dari perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,
pertanggungjawaban dan pengawasan
 
4.5 Ruang Lingkup SISKEUDES
4.5.1 Kebijakan keuangan dan pembangunan desa beserta implementasinya
Tahap pertama yang dilakukan sebelum melakukan pengawalan pengelolaan
keuangan desa,  dapat dapat diidentifikasi titik-titik kritis di tingkat pemerintahan maupun
dalam proses pengelolaan keuangannya, sebagai berikut:
1.  Tingkat Pemerintahan:
a.    Pemerintah Pusat:
1) Koordinasi antara Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, dan Kementerian Keuangan.
2) Sinkronisasi Peraturan Pelaksanaan antar Kementerian
3) Peraturan Pelaksanaan yang belum mendukung, misal Perpajakan dan PBJ.
 b.  Pemerintah Provinsi:
1)  Pembinaan dan Pengawasan
2) Fasilitasi pendampingan
 c. Pemerintah Kabupaten/Kota:
1) Kebijakan penghitungan alokasi: Dana Desa (APBN), Alokasi Dana Desa (APBD
Kabupaten/Kota) dan Bagi Hasil Retribusi/Pajak Daerah
2) SDM (Kecamatan, Inspektorat, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan
Pemerintahan Desa (BPMPD), Dinas Pengelolaan Pendapatan Keuangan dan Aset
Daerah (DPPKAD))
3)    Kebijakan PBJ Desa  dan Pengelolaan Keuangan Desa
 d. Pemerintah Desa:
1) SDM Kepala Desa, perangkat Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
2) Sarana dan Prasarana Desa
3) Kebijakan  tingkat Desa
2.  Proses Pengelolaan Keuangan Desa
a.   Perencaanaan:
1)  Keselarasan Perencanaan dalam RPJM dan RKP Desa dengan program
Pemerintah Pusat (Kementerian/Lembaga),  Pemerintah Provinsi dan                
Pemerintah Kabupaten/Kota
2)  Tingkat Partisipasi BPD, Lembaga Kemasyarakatan Desa, RW dan RT.
3)   Kualitas RKP Desa
b.  Penganggaran:
1)  Penyusunan APB Desa
2)  Harmonisasi Kepala Desa & BPD
3)  Evaluasi APB Desa oleh Kecamatan
c.  Pelaksanaan:
1)  Pengadaan Barang/Jasa
2)  Kewajiban Perpajakan
3)  Kewenangan Kepala Desa yang besar
d.  Penatausahaan:
1)   Administrasi pembukuan
2)   Cara peng-SPJ-an
3)   Pencatatan kekayaan desa
4)  Konsep Belanja Modal dan Belanja Barang yang masih rancu
e.  Pelaporan dan Pertanggungjawaban:
1) Jumlah Laporan yang harus dibuat
2) Standar Pelaporan
f.  Pengawasan:
1)  Efektifitas pengawasan
2)  Kesiapan aparat pengawasan, khususnya APIP Kabupaten/Kota
 
4.5.2 Pemberian dana ke desa
Pemberian dana ke desa yang begitu besar, jumlah pelaporan yang beragam serta
adanya titik-titik kritis dalam pengelolaan keuangan desa  tentunya menuntut tanggung
jawab yang besar pula oleh Aparat Pemerintah Desa. Oleh karena itu Pemerintah Desa
harus bisa menerapkan prinsip akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan desa, dimana
semua akhir kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa harus dapat
dipertanggungjawabkan kepada masyarakat desa sesuai dengan ketentuan sehingga
terwujud tata kelola pemerintahan desa yang baik (Good Village Governance).
Untuk dapat menerapkan prinsip akuntabilitas tersebut, diperlukan berbagai sumber
daya dan sarana pendukung, diantaranya sumber daya manusia yang kompeten serta
dukungan sarana teknologi informasi yang memadai dan dapat diandalkan. Namun
demikan, dilihat dari kondisi SDM Desa yang belum memadai, banyak pihak
mengkhawatirkan dalam pelaksanaan UU Desa ini. Terdapat risiko-risiko yang yang harus
diantisipasi agar tidak terjadi apa yang dikhawatirkan tersebut. Kendala lainnya yaitu desa
belum memiliki prosedur serta dukungan sarana dan prasarana dalam pengelolaan
keuangannya, serta belum kritisnya masyarakat atas pengelolaan anggaran pendapatan dan
belanja desa. Besarnya dana yang harus dikelola jangan sampai menjadi bencana
khususnya bagi aparatur pemerintah desa. Fenomena pejabat daerah yang tersangkut kasus
hukum jangan sampai terulang kembali dalam skala pemerintahan desa. Aparatur
Pemerintah Desa dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) harus memiliki pemahaman
atas peraturan perundang-undangan dan ketentuan lainnya, serta memiliki kemampuan
untuk melaksanakan akuntansi dan atau pembukuan. Oleh karena itu, sebagaimana
diamanatkan dalam UU Nomor 6 tentang Desa, Pemerintah dalam hal ini Kementerian
Dalam Negeri, Kementerian Keuangan, Kementerian Desa Pembangunan Daerah
Tertinggal dan Transmigrasi, Pemerintah Provinsi,  Pemerintah Kabupaten/Kota dan
Kecamatan  diharapkan dapat lebih mengefektifkan perannya masing-masing dalam
melakukan pengawasan dan pembinaan dalam pengelolaan keuangan desa ini.

4.6 Peran APIP Dalam Pengawalan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa


Dari hal-hal tersebut diatas dalam implementasi UU No.6 tahun 2014 tentang Desa,
APIP memiliki peran penting dalam pengawalan akuntabilitas pengelolaan keuangan desa,
baik dari sisi Assurance maupun Konsultansi. Hal tersebut sejalan dengan amanat dalam
PP 60 tahun 2008, yang menyatakan bahwa aparat pengawasan intern
pemerintahmelakukan pengawasan intern atas penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi
Pemerintah termasuk akuntabilitas keuangan negara dan pembinaan penyelenggaraanSPIP.
Dari identifikasi titik-titik kritis tersebut dapat dilakukan beberapa langkah pengawalan
sesuai peran masing-masing APIP ditingkat Kementerian/Lembaga, Pemerintah Provinsi
dan Pemerintah kabupaten/Kota, sebagai berikut:
1.  Kementerian/Lembaga:
a. Memberikan atensi perlunya adanya koordinasi antar Kementerian/Lembaga yang
berkepentingan dalam implementasi UU No. 6 tahun 2014, khususnya sinkronisasi
peraturan dan petunjuk pelaksanaannya.
b. Memberikan atensi perlunya penyusunan peraturan atau petunjuk pelaksanaan atas
implementasi UU No. 6 tahun 2014, misal Perpajakan dan Pengadaan Barang/Jasa.
c. Memberikan atensi perbaikan atas peraturan atau petunjuk pelaksanaan atas
implementasi UU No. 6 tahun 2014.
2.  Pemerintah Provinsi :
a.    Melakukan pengawasan dan pembinaan dalam hal:
1)  Penyusunan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota  yang mengatur Desa
2) Penetapan RAPBD Kabupaten/Kota dalam pembiayaan Desa
3) Pemberian dan Penyaluran Dana Desa, ADD, dan Dana bagi hasil Pajak dan
Rertibusi Daerah dari Kabupaten/Kota kepada Desa
4) Peningkatan kapasitasKepala Desa dan perangkat Desa,  BPD, dan lembaga
kemasyarakatan
b. Melakukan pengawasan atas penyaluran bantuan keuangan provinsi
3.  Pemerintah Kabupaten/Kota
a. Melakukan pengawasan dan pembinaan dalam hal:
1) Sosialisasi Peraturan-peraturan terkait Pengelolaan Keuangan Desa
2) Penyusunan Perkada Tatacara Penyaluran Dana Desa
3) Penyusunan Perkada Pengadaan Barang/Jasa Desa
4) Penyusunan Perkada Pengelolaan Keuangan Desa
5) Penyusunan Perkada Pengelolaan Kekayaan Milik Desa
6) Inventarisasi Bersama Aset Desa antara Pemkab/kota dengan Pemerintah Desa
(Paling lama 2 Thn sejak UU 6/2014 berlaku)
7) Peningkatan Kapasitas SDM SKPD, Kecamatan, dan Aparatur Desa
b. Melakukan pengawasan dan pembinaan pengelolaan Keuangan Desa  dan
pendayagunaan Aset Desa
 
4.7 Peran BPKP Dalam Pengawalan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, sesuai dengan Peraturan Presiden
Nomor 192 Tahun 2014 telah diberi mandat untuk melakukan pengawalan terhadap
akuntabilitas keuangan dan pembangunan nasional. Pengawalan terhadap akuntabilitas
pengelolaan keuangan desa merupakan implementasi pengawalan prioritas pembangunan
nasional. BPKP turut berpartisipasi dan mendukung penuh upaya seluruh Pemerintah Desa
untuk dapat menyelenggarakan akuntabilitas keuangan. Karenanya, BPKP telah membuat
suatu grand strategy berupa kebijakan dan langkah-langkah konkret dalam mengawal
keuangan desa.
Pengawalan Keuangan Desa yang dilakukan oleh BPKP sendiri bertujuan untuk
memastikan seluruh ketentuan dan kebijakan dalam mengimplementasikan UU Desa
khususnya keuangan desa dapat dilaksanakan dengan baik untuk seluruh tingkatan
pemerintahan baik tingkat Pemerintah Pusat (Kementerian/Lembaga), Pemerintah
Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, Pemerintah Kecamatan dan Pemerintah Desa sesuai
dengan perannya masing-masing. Khusus untuk tingkat desa, pemerintah desa dapat
melaksanakan siklus pengelolaan keuangan desa dengan baik mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan. Jika
berhasil dilaksanakan dengan baik maka pengawalan desa akan mencapai tujuan yang
diharapkan yaitu Good Village Governance dengan indikator, diantaranya sebagai berikut:
a. Tata kelola keuangan desa yang baik;
b. Perencanaan Desa yang partisipatif, terintegrasi dan selaras dengan perencanaan daerah
dan nasional;
c. Berkurangnya penyalahgunaan kekuasaan/kewenangan yang mengakibatkan
permasalahan hukum;
d. Mutu pelayanan kepada masyarakat meningkat
 
Langkah-langkah operasional BPKP dalam pengawalan akuntabilitas pengelolaan
keuangan desa yang sudah dilakukan, sebagai berikut:
a. Mengkaji dan menganalisis peraturan terkait pengelolaan keuangan desa
Peraturan yang dikaji dan dianalis berupa Undang-Undang, Peraturan Pemerintah,
Permendagri, Permendes PDTT, Peraturan Menteri Keuangan serta peraturan lainnya
yang berkaitan seperti Peraturan Kepala LKPP tentang Pengadaan Barang dan Jasa bagi
Desa. Hasil kajian berupa identifikasi risiko dan titik-titik kritis dalam pengelolaan
keuangan desa.
b. Melakukan Survei Desa
Survei desa dilakukan untuk:
1) Memperoleh gambaran mengenai praktik pengelolaan keuangan desa yang selama ini
telah berjalan;
2) Mengidentifikasi permasalahan yang mungkin menghambat pengelolaan keuangan
desa mulai dari tahapan perencanaan sampai dengan pelaporan/pertanggungjawaban;
dan
3) Memotret kesiapan desa dalam rangka implementasi UU Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa. Survei desa dilakukan oleh BPKP sekitar bulan November-Desember
Tahun 2014 sebanyak 13 desa di 4 Provinsi yaitu Provinsi Sumatera Barat, Provinsi
Jawa Tengah, Provinsi Kalimantan Selatan dan Provinsi Papua.
Selain itu dilakukan juga analisis dokumen/laporan atas pelaksanaan keuangan desa
yang selama ini dilakukan desa, misalnya peraturan daerah dan peraturan
bupati/walikota tentang Alokasi Dana Desa dan lain sebagainya.
c. Menyusun Juklak Bimkon Pengelolaan Keuangan Desa
Berdasarkan kajian serta analisis yang telah dilakukan maka BPKP telah menyusun
Juklak Bimbingan dan Konsultasi Pengelolaan Keuangan Desa. Juklak Bimkon ini
menjadi panduan khususnya bagi Perwakilan BPKP untuk melakukan bimbingan dan
konsultasi pengelolaan keuangan terhadap pemerintah daerah/desa di daerah wilayahnya
masing-masing. Juklak Bimkon Pengelolaan Keuangan Desa berisi flowchart
pengelolaan keuangan desa; sistem dan prosedur pengelolaan keuangan desa; Desain
format dokumen dan formulir yang diperlukan dalam pengelolaan keuangan desa; serta
bagan akun/kode rekening yang digunakan desa. Dengan Juklak ini diharapkan
Perwakilan BPKP dan Pemerintah Daerah dapat memberikan bimbingan dan konsultasi
dalam hal:
1) Pemberian dan atau peningkatkan pemahaman mengenai keuangan desa, mulai dari
tahap perencanaan, pelaksanaan dan penatausahaan, hingga pelaporan dan
pertanggungjawaban bagi aparat Pemerintah Daerah, Pemerintah Desa dan Badan
Permusyawaratan Desa;
2) Pemberian bimbingan teknis bagi pemerintah daerah dalam menyusun kebijakan-
kebijakan terkait pengelolaan keuangan desa;
3) Pemberian bimbingan teknis bagi Perangkat Desa dalam menyusun perencanaan
keuangan desa;
4) Pemberian bimbingan teknis bagi Perangkat Desa dalam melakukan penatausahaan
keuangan desa;
5) Pemberian bimbingan teknis bagi Perangkat Desa dalam menyusun pelaporan
keuangan desa;
6) Pemberian bimbingan teknis bagi Badan Permusyawaratan Desa dalam kaitannya
dengan proses penyusunan perencanaan dan pelaporan keuangan desa.

d.  Melakukan koordinasi dengan Kementerian Dalam Negeri


Koordinasi dilakukan sehubungan ditemukan adanya ketentuan-ketentuan yang belum
lengkap atau belum implementatif dalam pelaksanaannya mulai dari perencanaan
hingga pelaporan dan pertanggungjawaban dalam Permendagri 113 Tahun 2014 tentang
Pengelolaan Keuangan Desa. Berdasarkan analisis dan kajian.
e.  Melakukan koordinasi dengan Kementerian Keuangan
Koordinasi dilakukan sehubungan dengan terbitnya PMK 93/PMK.07/2015 tentang
Tata Cara Pengalokasian, Penyaluran, Penggunaan, Pemantauan dan Evaluasi Dana
Desa. Dalam kaitan perpajakan, juga telah dilakukan koordinasi dengan Direktorat
Jenderal Pajak terkait kewajiban perpajakan bagi bendahara desa.
f.   Pengembangan Aplikasi pengelolaan Keuangan Desa
Pengembangan Aplikasi Sistem Tata Kelola Keuangan Desa telah dipersiapkan sejak
awal dalam rangka mengantisipasi penerapan UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
Persiapan ini selaras dengan adanya perhatian yang lebih dari Komisi XI Dewan
Perwakilan Rakyat RI maupun Komisi Pemberantasan Korupsi. Launching aplikasi
yang telah dilaksanakan pada tanggal 13 Juli 2015 merupakan jawaban atas pertanyaan
pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi XI tanggal 30 Maret 2015, yang
menanyakan kepastian waktu penyelesaian aplikasi yang dibangun oleh BPKP, serta
memenuhi rekomendasi KPK-RI untuk menyusun sistem keuangan desa bersama
dengan Kementerian Dalam Negeri.

C. RANGKUMAN
Sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemerintah daerah wajib menyusun
laporan keuangan untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan keuangan daerahnya.
Untuk menghasilkan laporan keuangan tersebut diperlukan suatu sistem yang dapat
diandalkan (reliable), yaitu sistem yang mampu mengolah data-data (input) dan
menghasilkan informasi (output) yang dapat digunakan oleh ,manajemen dalam
pengambilan keputusan. BPKP dalam hal ini Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan
Keuangan Daerah memberikan respon positif atas terbitnya permendagri ini, dengan
menyusun suatu program aplikasi yang dapat digunakan oleh pemda dalam rangka
pengelolaan keuangan daerahnya. Program aplikasi dimaksud adalah Program Aplikasi
Komputer SIMDA Versi 2.1 yang merupakan pengembangan lebih lanjut dari program
aplikasi sebelumnya yaitu Program Aplikasi Komputer SIMDA Versi 2.0. Program
aplikasi ini telah diperkenalkan pada tanggal 29 Agustus 2006 oleh Deputi Pengawasan
Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah bertepatan dengan pelaksanaan kegiatan
Forum SAKD di Pusdiklatwas BPKP, Ciawi Bogor.
Program aplikasi Komputer SIMDA Ver 2.1 ini dimaksudkan untuk membantu
pengelolaan keuangan daerah baik di tingkat SKPKD (sebagai entitas pelaporan ) maupun
di tingkat SKPD (entitas akuntansi). Adanya program aplikasi ini diharapkan bisa
memberikan manfaat lebih kepada pemda terutama dalam penyusunan APBD.

4. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Apa yang dimaksud dengan aplikasi Akuntansi SIMDA!
2. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis aplikasi SIMDA!
3. Jelaskan latar belakang timbulnya aplikasi SISKEUDES!
BAB 5
APLIKASI AKUNTANSI SIMDA

Kode Sub Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (Sub-CPMK)


L1 Mahasiswa mampu menjelaskan karakteristik apliaksi akuntansi SIMDA
L2 Mahasiswa mampu menjelaskan langkah-langkah penggunaan aplikasi
akuntansi SIMDA.

A. PENDAHULUAN
Program Aplikasi Komputer SIMDA Versi 2.1 yang merupakan pengembangan
lebih lanjut dari program aplikasi sebelumnya yaitu Program Aplikasi Komputer SIMDA
Versi 2.0. Program aplikasi ini telah diperkenalkan pada tanggal 29 Agustus 2006 oleh
Deputi Pengawasan Bidang Penyelenggaraan Keuangan Daerah bertepatan dengan
pelaksanaan kegiatan Forum SAKD di Pusdiklatwas BPKP, Ciawi Bogor. Program
aplikasi Komputer SIMDA Ver 2.1 ini dimaksudkan untuk membantu pengelolaan
keuangan daerah baik di tingkat SKPKD (sebagai entitas pelaporan ) maupun di tingkat
SKPD (entitas akuntansi). Adanya program aplikasi ini diharapkan bisa memberikan
manfaat lebih kepada pemda terutama dalam penyusunan APBD.

B. POKOK – POKOK ISI


5.1 Program Aplikasi  SIMDA Keuangan Versi 2.7.0.6
Program aplikasi ini  digunakan untuk  pengelolaan keuangan daerah secara
terintegrasi, meliputi penganggaran, penatausahaan, akuntansi dan pelaporannya.
Output aplikasi ini antara lain:
1)   Penganggaran  
Rencana Kerja Anggaran (RKA), RAPBDdan Rancangan Penjabaran APBD, APBD
dan Penjabaran APBD beserta perubahannya, Dokumen Pelaksanaan Anggaran
(DPA).
2)    Penatausahaan  
Surat Penyediaan Dana (SPD), Surat Permintaan Pembayaran (SPP), Surat Perintah
Membayar (SPM), SPJ, Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D), Surat Tanda Setoran
(STS), beserta register-register, dan formulir-formulir pengendalian anggaran lainya.
3)   Akuntansi dan Pelaporan 
Jurnal, Buku Besar, Buku Pembantu, Laporan Keuangan (Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Arus Kas dan Neraca), Perda Pertanggungjawaban dan
Penjabarannya.

5.2 Tahapan penyusunan laporan keuangan menggunakan aplikasi SIMDA


Tahapan penyusunan laporan keuangan menggunakan aplikasi SIMDA adalah:
1. Memasukkan Saldo Neraca Awal
2. Jurnal Balik
3. Posting Transaksi Tahun Berjalan
4. Pencatatan Koreksi
5. Rekonsiliasi Saldo Buku Kas Daerah
6. Reklasifikasi Akhir Tahun
7. Proses Tutup Tahun

1. Memasukkan Saldo Neraca Awal


Saldo neraca awal yang akan diinputkan dalam aplikasi Simda harus dibagi ke masing-
masing SKPD dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
1) Melakukan log in tahun sebelumnya, misalnya untuk memasukkan saldo awal
tahun 2015, maka harus log in ke tahun 2014.
2) Mengisi data umum pemerintah daerah, dengan menggunakan menu: Parameter
=> Data Umum Pemda
3) Mengisi data umum SKPD, dengan menggunakan menu: Data Entry =>
SKPD => Anggaran => Renstra SKPD. Pengisian data umum SKPD
dilakukan untuk semua SKPD yang akan diisikan saldo awalnya.

2. Jurnal Balik
1) Basis Kas:
Adalah jurnal untuk membalik jurnal penyesuaian tahun lalu atas persediaan,
piutang dan hutang
2) Basis Akrual:
Adalah jurnal yang dilakukan untuk pencatatan dan pengakuan persediaan awal
sebagai beban persediaan jika menggunakan metode periodik.
3. Posting Transaksi Tahun Berjalan
Posting transaksi tahun berjalan diperlukan untuk, memasukkan data transaksi ke dalam
dokumen-dokumen pembukuan/akuntansi. Sebelum melakukan posting data transaksi,
dapatkan dokumen sumber yang menjadi dasar melakukan posting. Dasar melakukan
posting untuk belanja adalah ketika pengeluaran belanja sudah diterbitkan SP2D dan
untuk pendapatan dapat dilakukan posting setelah penyetoran dari Bendahara
Penerimaan ke Kas Daerah.
Posting Jurnal dilakukan 2 (dua) kali yaitu di SKPD dan SKPKD.
1) Posting di SKPD dilakukan dengan menu : Data Entry => SKPD => Pembukuan
=>
Posting Data
2) Posting di SKPKD dilakukan dengan menu : Data Entry => SKPKD =>
Pembukuan
=> Posting Data

4. Pencatatan Koreksi
1) Penyesuaian Belanja dan Penyesuaian Pendapatan
a. Penyesuaian belanja diinput dalam menu Data Entry => SKPD =>
Pembukuan
=> Penyesuaian belanja. Digunakan untuk membukukan penyesuaian belanja
atas belanja yang telah dibebankan dalam tahun berjalan yang terdiri atas Koreksi
Belanja, Pengurangan Belanja dan Penambahan Belanja
b. Penyesuaian pendapatan diinput dalam menu Data Entry => SKPD =>
Pembukuan => Penyesuaian Pendapatan. Digunakan untuk membukukan
penyesuaian pendapatan atas pendapatan yang telah diterima dalam tahun berjalan
yang terdiri atas Koreksi pendapatan dan Pengurang pendapatan
2) Pembuatan Jurnal Koreksi dan Jurnal Penyesuaian
Pembuatan jurnal koreksi dan jurnal penyesuaian dilakukan
dengan menggunakan menu : Data Entry => SKPD atau SKPKD =>
Pembukuan => Jurnal

5. Rekonsiliasi Saldo Buku Kas Daerah


Kegiatan rekonsiliasi antara saldo kas daerah/buku pembantu kas daerah menurut
pembukuan aplikasi simda dengan rekening koran kas daerah dari bank pemegang kas
daerah.

6. Reklasifikasi Akhir Tahun


Jurnal yang dibuat pada akhir tahun atas pengadaan/pembangunan astet tetap yang
sampai dengan akhir tahun, pengerjaannya belum selesai dan jurnal kapitalisasi atas
biaya umum terkait pengadaan aset tetap.

7. Proses Tutup Tahun


Merupakan fasilitas baru dalam simda keuangan rev.14 berupa proses pembuatan jurnal
penutup yang secara otomatis dibuatkan oleh sistem. Proses tutup tahun menggunakan
menu : Data entry => SKPD => Pembukuan => Proses Tutup Tahun. Proses tutup
tahun menghasilkan jurnal penutup yang merupakan jurnal pada akhir tahun untuk
menihilkan saldo buku besar akun-akun nominal (akun LRA dan akun LO, termasuk
akun Perubahan SAL) agar di awal tahun berikutnya mempunyai saldo awal nol.

C. RANGKUMAN
Program aplikasi Komputer SIMDA Ver 2.1 ini dimaksudkan untuk membantu
pengelolaan keuangan daerah baik di tingkat SKPKD (sebagai entitas pelaporan ) maupun
di tingkat SKPD (entitas akuntansi). Adanya program aplikasi ini diharapkan bisa
memberikan manfaat lebih kepada pemda terutama dalam penyusunan APBD. Program
aplikasi ini  digunakan untuk  pengelolaan keuangan daerah secara terintegrasi, meliputi
penganggaran, penatausahaan, akuntansi dan pelaporannya.

D. SOAL LATIHAN/TUGAS
1. Buatlah kasus pengelolaan keuangan daerah Pemda menggunakan aplikasi akuntansi
SIMDA untuk aktivitas penganggaran, penatausahaan dan akuntansi dan laporan!
2. Buatlah kasus pengelolaan keuangan daerah Desa menggunakan aplikasi akuntansi
SISKEUDES untuk aktivitas penganggaran, penatausahaan dan akuntansi dan laporan!
DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, dkk. 2014. Modul Pelatihan SIMDA V.27. BPKP. Jakarta

Bastian, Indra. 2010. Akuntansi Sektor Publik Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga

Halim, Abdul, 2012. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta:
Salemba Empat

Harahap, Sofyan Syafri, 2011. Teori Akuntansi. Jakarta: Rajawali Pers

Kementrian Keuangan RI, 2014. Modul Akuntasi Keuangan Pemerintah Daerah dan
SKPD. Jakarta

Mahmudi. 2015. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. UPP STIM YKPN.
Yogyakarta

Mahsun, Mohamad, 2013. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: BPFE

Mardiasmo, 2009. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Andi Offset

Sekolah Tinggi Akuntansi Negara. 2007. Modul Program Pendidikan Non Gelar Auditor
Sektor Publik. Jakarta.

http://www.bpkp.go.id
BIODATA PENULIS

Nama : Maulan Irwadi, S. E., M. Si., Ak. CA


Tempat/Tanggal Lahir : Palembang / 13 Mei 1972
NPH. : 0408101002
NIDN. : 0213057201
Unit Kerja : Jurusan Akuntasi
Politeknik Negeri Sriwijaya Palembang
Golongan : III/C
Jabatan Fungsional : Tenaga Pengajar
Riwayat Pendidikan : S1 – Akuntansi
Universitas Sriwijaya
S2 – Akuntansi
Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai