Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN KERJA PRAKTIK

ANALISIS KETIMPANGAN INFRASTRUKTUR ANTAR


KECAMATAN DI KABUPATEN SANGGAU DENGAN
METODE MULTIDIMENSIONAL SCALING

ARIADY ZULKARNAIN
NIM H1091141021

PROGRAM STUDI STATISTIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang telah
dilimpahkan, sehingga dapat melaksanakan kerja praktik di kantor Badan Pusat
Statistik (BPS) Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat selama satu bulan.
Laporan Kerja Praktik ini disusun dalam rangka memenuhi prasyarat kelengkapan
penilaian dari kerja praktik. Laporan ini berjudul “Analisis Ketimpangan
Infrastruktur Antar Kecamatan Di Kabupaten Sanggau Dengan Metode
Multidimensional Scaling”. Laporan ini disusun dalam rangka menyelesaikan
seminar kerja praktik yang telah dilakukan di Badan Pusat Statistik Kabupaten
Sanggau Provinsi Kalimantan Barat.
Laporan Kerja Praktik ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. Helmi, M.Si selaku pembimbing kerja praktik serta Ketua Jurusan
Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Tanjungpura.
2. Bapak Ignatius Dimas Priambodo, SST selaku pembimbing lapangan kerja
praktik.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan laporan ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Dengan demikian, penulis berharap laporan kerja praktik ini dapat memberikan
kontribusi bagi mahasiswa statistik pada umumnya dan khususnya bagi mahasiswa
program studi statistik FMIPA Untan. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan laporan ini.

Pontianak, Desember 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. iv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .......................................................................................... 3
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 3
1.4 Batasan Masalah ............................................................................................. 3
1.5 Metodologi Penelitian .................................................................................... 3

BAB II PROFIL INSTANSI ...................................................................................... 5


2.1 Informasi Umum ............................................................................................ 5
2.2 Visi dan Misi .................................................................................................. 6
2.2.1 Visi .......................................................................................................... 6
2.2.2 Misi ......................................................................................................... 6
2.3 Tugas, Fungsi, dan Kewenangan .................................................................... 7
2.3.1 Tugas ....................................................................................................... 7
2.3.2 Fungsi ...................................................................................................... 7
2.3.3 Kewenangan ............................................................................................ 8
2.4 Susunan Organisasi ........................................................................................ 8
2.5 Landasan Hukum ............................................................................................ 9
2.6 Kegiatan Selama Kerja Praktik .................................................................... 10

ii
BAB III LANDASAN TEORI .................................................................................. 11
3.1 Multidimensional Scaling (MDS) ................................................................ 11
3.2 Jenis-jenis Penskalaan Berdimensi Ganda ................................................... 12

BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................................... 20
4.1 Penyusunan Data .......................................................................................... 20
4.2 Analisis Deskriptif ........................................................................................ 21
4.3 Analisis Multidimensional Scaling (MDS) .................................................. 22

BAB V PENUTUP ..................................................................................................... 25


5.1 Kesimpulan ................................................................................................... 25
5.2 Saran ............................................................................................................. 25

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 26

LAMPIRAN ............................................................................................................... 27

iii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I: Data Sarana Infrastruktur Disetiap Kecamatan …………...……..……28

Lampiran II: Struktur Organisasi BPS Sanggau ……………...…………………… 29

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Universitas Tanjungpura atau disingkat sebagai Untan adalah salah satu
perguruan tinggi negeri di kota Pontianak, Kalimantan Barat. Universitas
Tanjungpura memiliki sembilan fakultas, salah satunya adalah Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Universitas Tanjungpura memiliki tujuan
untuk menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki
kemampuan akademik atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan
menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kemampuan tersebut banyak
dibutuhkan oleh dunia usaha, dunia kerja khususnya antisipasi terhadap era
globalisasi yang sedang berlangsung.
Oleh karena itu, dibutuhkan adanya Kerja Praktik (KP) ke dunia kerja dengan
tujuan untuk melatih mahasiswa mengintegrasikan diri pada instansi dengan harapan
mahasiswa dapat meningkatkan keterampilan dan mampu menyesuaikan diri ke
dalam lingkungan kebutuhan dunia kerja yang berkembang saat ini terutama yang
berkaitan dengan ilmu statistika. KP yang telah dilaksanakan oleh penulis di Badan
Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Sanggau diharapkan mampu mengembangkan
potensi dan menambah wawasan terhadap dunia kerja. Adapun bagian-bagian divisi
di BPS Provinsi Kalimantan Barat yaitu bagian Tata Usaha, Statistik Sosial, Statistik
Produksi, Statistik Distribusi, Neraca Wilayah dan Analisis Statistik, serta Integrasi
Pengolahan dan Diseminasi Statistik. Pada KP ini pihak instansi menempatkan
penulis di bagian divisi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik.

Laporan KP merupakan salah satu dari rangkaian mekanisme dari KP itu


sendiri. Setelah melakukan kegiatan KP sesuai dengan waktu yang telah ditentukan,
maka peserta KP harus menyampaikan hasil dari KP yang telah dilakukan, baik

1
kepada instansi tempat pelaksanaan KP maupun kepada pengelola Jurusan
Matematika. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ketimpangan infrastruktur
antar kecamatan yang terdapat di Kabupaten Sanggau pada tahun 2016.
Sejak diberlakukannya otonomi daerah maka setiap daerah otonom memiliki
wewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan rumah tangganya. Otonomi
daerah juga memberikan wewenang kepada daerah otonom untuk mengatur dan
memaksimalkan semua potensi yang ada di daerah tersebut dengan tujuan utama
untuk menyejahterakan masyarakat. Ramdhani (2007) berpendapat bahwa salah satu
indikasi kesejahteraan masyarakat adalah jika pembangunan di suatu daerah mampu
memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat.
Ketersediaan infrastruktur, seperti jalan, pelabuhan, bandara, sistem penyediaan
tenaga listrik, irigasi, sistem penyediaan air bersih, sanitasi, dan sebagainya
merupakan social overhead capital. Ketersediaan infrastruktur memiliki keterkaitan
yang sangat kuat dengan tingkat perkembangan wilayah, yang antara lain dicirikan
oleh laju pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut dapat dilihat dari kenyataan bahwa
daerah yang mempunyai kelengkapan infrastruktur yang lebih baik, mempunyai
tingkat laju pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Kelengkapan infrastruktur
merupakan faktor kunci dalam mendukung pembangunan nasional (Bappenas, 2003).
World Bank membagi infrastruktur menjadi tiga bagian, bagian yang pertama
yaitu infrastruktur ekonomi, merupakan infrastruktur fisik yang diperlukan untuk
menunjang aktivitas ekonomi, meliputi public utilities (tenaga listrik, telekomunikasi,
air, sanitasi, gas), public work (bendungan, kanal, irigasi dan drainase) dan sektor
transportasi (jalan raya, rel kereta api, pelabuhan, lapangan terbang), kedua yaitu
infrastruktur sosial, meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan dan rekreasi, dan
bagian yang ketiga yaitu infrastruktur administrasi, meliputi penegakan hukum,
kontrol administrasi dan koordinasi. (World Bank, 2004).

2
3

Oleh sebab itu perlunya pengkajian yang lebih lanjut guna melihat ketersediaan
infrastruktur di daerah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah
harus menyetarakan pembangunan di setiap daerah, di mulai dengan melihat daerah
mana saja yang perlu ditambah atau diperbaiki sarana dan prasarana insfrastruktur
yang ada. Sehingga masyarakat di setiap daerah bisa merasakan fasilitas yang sama
disetiap daerahnya.
Dalam menyampaikan suatu data atau informasi, seringkali akan lebih mudah
dan menarik untuk menampilkannya dalam bentuk gambar. Termasuk dalam
menampilkan data-data (atribut) suatu objek. Posisi relatif objek-objek berdasarkan
data-data yang dimilikinya, dapat ditampilkan dalam sebuah grafik sehingga lebih
mudah dibaca oleh pengguna informasi tersebut. Multidimensional Scaling adalah
salah satu tehnik statistika yang dapat diterapkan dalam masalah ini.

1.2 Rumusan Masalah


Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah bagaimana menentukan
ketimpangan infrastruktur antar Kecamatan di Kabupaten Sanggau menggunakan
metode Multidimensional Scaling.

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini yaitu menentukan ketimpangan infrastruktur antar
Kecamatan di Kabupaten Sanggau menggunakan metode Multidimensional Scaling.

1.4 Batasan Masalah


Batasan masalah pada penelitian ini adalah analisis jumlah sekolah, jumlah
sarana kesehatan, air bersih yang disalurkan, dan badan usaha setiap Kecamatan di
Kabupaten Sanggau.

1.5 Metodologi Penelitian


Berdasarkan tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk melihat
perbandingan fasilitas infrastruktur yang ada di setiap Kecamatan di Kabupaten
4

Sangggau, maka metode yang tepat digunakan yaitu metode Multidimensional


Scaling.
Adapun metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pengumpulan data
Data yang digunakan untuk mencapai tujuan dalam penelitian ini adalah data
primer. Data yang diperoleh kemudian disusun dan diolah sesuai dengan kepentingan
dan tujuan penelitian. Untuk tujuan penelitian ini data yang dibutuhkan adalah data
seluruh Kecamatan di Kabupaten Sanggau yang diperoleh dari BPS Kabupaten
Sanggau.
2. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan mencari teori-teori pendukung tentang metode
Multidimensional Scaling dalam analisis multivariat.
3. Analisis Data
Secara ringkas, metodologi penelitian dalam penulisan dapat disajikan seperti
pada flowchart berikut:
Mulai

Menginput Data Ketersediaan


Infrastruktur Setiap Kecamatan di
Kabupaten Sanggau pada Tahun 2016

Hitung disparities yang merupakan


jarak Euclidean dari koordinat terbentuk

Hitung Nilai Stress

Titik Koordinat Akhir

Gambar 1.1 Langkah-Langkah Pengerjaan Yang Dilakukan Dalam Penelitian


BAB II
PROFIL INSTANSI

2.1 Informasi Umum


Badan Pusat Statistik adalah Lembaga Pemerintah Non-Departemen yang
bertanggung jawab langsung kepada Presiden. Sebelumnya, BPS merupakan Biro
Pusat Statistik, yang dibentuk berdasarkan UU Nomor 6 Tahun 1960 tentang Sensus
dan UU Nomer 7 Tahun 1960 tentang Statistik. Sebagai pengganti kedua UU tersebut
ditetapkan UU Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik. Berdasarkan UU ini yang
ditindaklanjuti dengan peraturan perundangan dibawahnya, secara formal nama Biro
Pusat Statistik diganti menjadi Badan Pusat Statistik.

Materi yang merupakan muatan baru dalam UU Nomor 16 Tahun 1997, antara lain :

1) Jenis statistik berdasarkan tujuan pemanfaatannya terdiri atas statistik dasar yang
sepenuhnya diselenggarakan oleh BPS, statistik sektoral yang dilaksanakan oleh
instansi Pemerintah secara mandiri atau bersama dengan BPS, serta statistik
khusus yang diselenggarakan oleh lembaga, organisasi, perorangan, dan atau
unsur masyarakat lainnya secara mandiri atau bersama dengan BPS.

2) Hasil statistik yang diselenggarakan oleh BPS diumumkan dalam Berita Resmi
Statistik (BRS) secara teratur dan transparan agar masyarakat dengan mudah
mengetahui dan atau mendapatkan data yang diperlukan.
3) Sistem Statistik Nasional yang andal, efektif, dan efisien.
4) Dibentuknya Forum Masyarakat Statistik sebagai wadah untuk menampung
aspirasi masyarakat statistik, yang bertugas memberikan saran dan pertimbangan
kepada BPS.

5
6

Berdasarkan undang-undang yang telah disebutkan di atas, peranan yang harus


dijalankan oleh BPS adalah sebagai berikut :

1) Menyediakan kebutuhan data bagi pemerintah dan masyarakat. Data ini


didapatkan dari sensus atau survey yang dilakukan sendiri dan juga dari
departemen atau lembaga pemerintahan lainnya sebagai data sekunder
2) Membantu kegiatan statistik di departemen, lembaga pemerintah atau institusi
lainnya, dalam membangun sistem perstatistikan nasional.
3) Mengembangkan dan mempromosikan standar teknik dan metodologi statistik,
dan menyediakan pelayanan pada bidang pendidikan dan pelatihan statistik.
4) Membangun kerjasama dengan institusi internasional dan negara lain untuk
kepentingan perkembangan statistik Indonesia.

2.2 Visi dan Misi

2.2.1 Visi
Visi dari Badan Pusat Statistik adalah “Pelopor data statistik terpercaya untuk
semua”.

2.2.2 Misi
Untuk mencapai visi tersebut, ditetapkan misi Badan Pusat Statistik yang
menggambarkan hal yang harus dilaksanakan. Misi dari Badan Pusat Statistik dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Memperkuat landasan konstitusional dan operasional lembaga statistik untuk
penyelenggaraan statistik yang efektif dan efisien.
2. Menciptakan insan statistik yang kompeten dan profesional, didukung pemanfaatan
teknologi informasi mutakhir untuk kemajuan perstatistikan Indonesia.
3. Meningkatkan penerapan standar klasifikasi, konsep dan definisi, pengukuran, dan kode
etik statistik yang bersifat universal dalam setiap penyelenggaraan statistik.
4. Meningkatkan kualitas pelayanan informasi statistik bagi semua pihak.
7

5. Meningkatkan koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi kegiatan statistik yang


diselenggarakan pemerintah dan swasta, dalam kerangka Sistem Statistik Nasional
(SSN) yang efektif dan efisien.

2.3 Tugas, Fungsi, dan Kewenangan


Tugas, fungsi, dan susunan organisasi Badan Pusat Statistik berdasarkan
Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2007 tentang Badan Pusat Statistik dan
Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 7 Tahun 2008, Tentang Organisasi
dan Tata Kerja Badan Pusat Statistik sebagaimana telah diubah terkahir dengan
Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 57 Tahun 2013 (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1272), sebagai berikut:

2.3.1 Tugas
Badan Pusat Statistik mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan
dibidang statistik sesuai peraturan perundang-undangan.

2.3.2 Fungsi
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Badan Pusat Statistik menyelenggarakan
fungsi :
1. Pengkajian, penyusunan, dan perumusan kebijakan dibidang statistik
2. Pengkoordinasian kegiatan statistik nasional dan regional
3. Penetapan dan penyelenggaraan statistik dasar
4. Penetapan sistem statistik nasional
5. Pembinaan dan fasilitasi terhadap kegiatan instansi pemerintah dibidang kegiatan
statistik
6. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum dibidang
perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi, tata laksana, kepegawaian,
keuangan, kearsipan, kehumasan, hukum, perlengkapan, dan rumah tangga.
8

2.3.3 Kewenangan
Adapun kewenangan dari BPS yaitu :
1. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya
2. Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara
makro
3. Penetapan sistem informasi di bidangnya
4. Penetapan dan penyelenggaraan statistik nasional
5. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yaitu;
a. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang kegiatan statistik
b. Penyusun pedoman penyelenggaraan survei statistik sektoral.

2.4 Susunan Organisasi


Dalam melaksanakan tugas dan fungsi tersebut, sesuai Peraturan Presiden
Nomor 86 Tahun 2007 dan Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 7 Tahun
2008 sebagaimana telah diubah terkahir dengan Peraturan Kepala Badan Pusat
Statistik Nomor 57 Tahun 2013 (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 1272, maka Badan Pusat Statistik Kabupaten/Kota memiliki susunan
organisasi yang terdiri dari :
1. Kepala
Kepala Badan Pusat Statistik Kabupaten Jayapura mempunyai tugas
memimpin BPS Kabupaten Jayapura dalam menjalankan tugas dan fungsi Badan
Pusat Statistik serta membina aparatur BPS Kabupaten agar berdaya guna dan
berhasil guna.
2. Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Kepala Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas mengkoordinasikan
perencanaan, pembinaan dan melakukan penyusunan rencana dan program,
administrasi, urusan kepegawaian dan hukum keuangan, perlengkapan, serta
urusan dalam di lingkungan Badan Pusat Statistik Kabupaten Jayapura.
9

3. Seksi Statistik Sosial


Seksi Statistik Sosial mempunyai tugas melaksanakan pengumpulan,
pengolahan, analisis, evaluasi dan pelaporan statistik sosial.
4. Seksi Statistik Produksi
Seksi Statistik Produksi mempunyai tugas melaksanakan pengumpulan,
pengolahan, analisis, evaluasi dan pelaporan statistik produksi.
5. Seksi Statistik Distribusi
Seksi Statistik Distribusi mempunyai tugas melaksanakan pengumpulan,
pengolahan, analisis, evaluasi dan pelaporan statistik distribusi dan jasa.
6. Seksi Neraca dan Analisis Statistik
Seksi Neraca dan Analisis Statistik mempunyai tugas melaksanakan
pengumpulan, pengolahan, analisis, evaluasi dan pelaporan neraca wilayah dan
analisis statistik lintas sektor.
7. Seksi Integrasi Pengolahan dan Desiminasi Statistik
Seksi Integrasi Pengolahan dan Desiminasi Statistik mempunyai tugas
melaksanakan pengintegrasian pengolahan data, pengelolaan jaringan dan rujukan
statistik, serta desiminasi dan layanan statistik.
8. Kelompok Jabatan Fungsional
Jabatan fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan
jabatan fungsional masing-masing.

Susunan organisasi BPS Kabupaten Sanggau dapat dilihat pada Lampiran II.

2.5 Landasan Hukum


Dalam menyelenggarakan pelaksanaan tugas dan fungsinya, Badan Pusat
Statistik dilindungi oleh perangkat hukum, yaitu :
1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik menjamin kepastian
hukum bagi penyelenggara dan pengguna statistik baik pemerintah maupun
masyarakat. Dengan adanya Undang-Undang ini maka kepentingan masyarakat
pengguna statistik akan terjamin terutama atas nilai informasi yang diperolehnya.
10

2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 1999 tentang


Penyelenggaraan Statistik yang mengamanatkan bahwa BPS berkewajiban
menyelenggarakan kegiatan statistik dasar.
3. Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2007 tentang Badan Pusat Statistik.
4. Peraturan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 7 Tahun 2008, Tentang Organisasi
dan Tata Kerja Badan Pusat Statistik.

2.6 Kegiatan Selama Kerja Praktik

Selama menjalani kegiatan kerja praktik di BPS Kabupaten Sanggau, penulis


ditempatkan dalam Seksi Integrasi Pengolahan dan Diseminasi Statistik (IPDS) yang
di koordinatori oleh Bapak Arif Fajar Kurniawan. IPDS merupakan seksi yang
bertanggungjawab dalam tiga hal yaitu mempersiapkan perangkat/metodologi
pelaksanaan sensus/survei, melakukan kegiatan pengolahan data, dan memberikan
layanan diseminasi statistik. Sebagaimana fungsinya sehingga tugas-tugas yang
diberikan berupa pengolahan data yang dalam hal ini tugas yang penulis laksanakan
yaitu memasukan/mengentri data yang sudah didapat kedalam perangkat lunak
Microsoft Word untuk menyusun buku Kabupaten Sanggau Dalam Angka 2017.
Dalam menjalankan kerja praktik tentu waktu 25 hari yang diberikan belum
bisa banyak membantu dalam jalannya aktifitas di BPS Kabupaten Sanggau, sehingga
penulis belum mampu banyak membantu BPS Kabupaten Sanggau dalam
menjalankan fungsinya.
BAB III
LANDASAN TEORI

Multidimensional Scaling (MDS) merupakan suatu tehnik eksplorasi yang


digunakan untuk memvisualisasikan proximities (kemiripan/ketakmiripan) dalam
ruang dimensi yang rendah. Dari sudut pandang nonteknis, tujuan MDS adalah untuk
menyajikan secara visual hubungan beberapa objek dalam sebuah grafik. Interpretasi
dari keluaran (output) yang dihasilkan MDS dapat mengarah pada pemahaman yang
mendasari kedekatan antar objek (entitas). Lebih jauh lagi, dapat dimungkinkan untuk
menggabungkan objek-objek yang mirip ke dalam satu kelompok yang sama. MDS
merupakan bagian dari analisis multivariat, karena suatu objek seringkali melibatkan
banyak variabel atau peubah yang menjadi atribut-atribut objek tersebut.

3.1 Multidimensional Scaling (MDS)


Definisi sederhana dari Multidimensional Scaling adalah pencarian ruang
dimensi yang kecil (pada umumnya menggunakan euklid) yang dapat menyajikan
objek-objek sedemikan sehingga jarak antar objek pada ruang dimensi tersebut sesuai
dengan jarak asli antar objek yang diamati. Jarak antar objek bukan hanya berarti
jarak secara harfiah tetapi dapat pula berarti kemiripan atau ketakmiripan antar objek.
Dari definisi tersebut, kegunaan Multidimensional Scaling adalah untuk menyajikan
objek-objek secara visual berdasarkan kemiripan yang dimiliki. Selain itu kegunaan
lain dari teknik ini adalah mengelompokkan objek-objek yang memiliki kemiripan
dilihat dari beberapa peubah yang dianggap mampu menggelompokkan objek-objek
tersebut.
Ukuran yang digunakan untuk mengukur hubungan antar objek adalah
proximity yang berarti “kedekatan” objek yang satu dengan objek lainnya. Proximity
dapat berupa “kemiripan” {Srt } ataupun “ketakmiripan” { rt } antar objek, dengan
Indeks r dan t melambangkan objek ke r dan objek ke t yang dibandingkan.

11
12

Misalkan suatu himpunan n objek yang memiliki ketakmiripan { rt } dengan r,t = 1, 2,


…, n. Suatu konfigurasi dari n titik dalam ruang dimensi p mewakili objek-objek
yang diamati, denga jarak antar titik dilambangkan dengan {d rt } . Masing-masing titik
mewakili satu objek dengan titik ke r mewakili objek ke r. Tujuan dari
Multidimensional Scaling adalah menemukan suatu konfigurasi sedemikian sehingga
jarak antar titik sesuai dengan ketakmiripan antar objek.

3.2 Jenis-jenis Penskalaan Berdimensi Ganda


Tipe data berdasarkan skala pengukuran dibagi menjadi 4 (empat) tipe, yaitu
skala nominal, ordinal, interval dan rasio. Berdasarkan tipe data tersebut, Penskalaan
Berdimensi Ganda dibagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu Penskalaan Berdimensi Ganda
metrik dan Penskalaan Berdimensi Ganda non-metrik
a. Penskalaan Berdimensi Ganda Metrik
Data jarak yang digunakan dalam Penskalaan Berdimensi Ganda metrik adalah
data rasio. Penskalaan Berdimensi Ganda metrik digunakan untuk menemukan
himpunan titik dalam ruang dimensi n dimana masing-masing titik mewakili satu
objek sehingga jarak antar titik adalah drt  f ( rt ) , dimana f adalah fungsi monotonic

parametric kontinu. Fungsi ini dapat berupa fungsi identitas maupun fungsi
transformasi ketakmiripan menjadi bentuk jarak.
Jenis Penskalaan Berdimensi Ganda metrik yang sering digunakan adalah
yang diperkenalkan oleh Young dan Householder pada Tahun 1938. Dalam
penskalaan klasik ketakmiripan { rt } diperlakukan sebagai jarak euklid. Misalkan

koordinat n titik dalam ruang euklid dimensi p adalah xr (r  1,..., n) , dimana

xr ( xr1 ,..., xrp )T . Jarak euklid antara titik ke r dan t adalah :

drt2  ( xr  xt )T ( xr  xt ) …………….. (1)

Misalkan matriks hasil kali dalam B, dimana


13

[ B] rt  brt  xrT xt

dengan

x r 1
ri 0 (i  1,..., p)

Untuk mencari B dari persamaan (1) diperoleh :

drt2  xrT xr  xrT xr  2 xrT xr …………….. (2)

1 n 2 1 n T

n r 1
d rt   xr xr  xtT xt ,
n r 1

1 n 2 1 n T
 rt r r n 
n t 1
d  x T
x 
t 1
xt xt ,

n n
1 2 n T
n2
 drt2 
r 1 t 1
 xr xr …………….. (3)
n r 1

disubtitusikan ke dalam persamaan (2) menjadi

d rt2  xrT xr

1 1 n 1 n 1 n n
  (d rt2   d rt2   d rt2  2  d 2
rt
2 n r 1 n s 1 n r 1 t 1

 art  ar '  a't  a'' ……………………… (4)

1
dimana art   d rt2 , dan
2

ar '  n 1  art , a't  n 1  art , a''  n 2  art


t r r t
14

Matriks A didefinisikan sebagai [ A]rt  art , dank arena hasil kali dalam matriks B
adalah

B  HAH ………………………….. (5)

dimana H  I  n111T dengan 1  (1,1,...,1)T adalah vektor 1 berukuran n.

Matriks hasil kali dalam B dapat juga diekspresikan sebagai B  XX T , dimana


X  [ x1 ,..., xn ]T adalah matriks koordinat berukuran n  p . PAngkat dari matriks B,
r(B) adalah

r ( B)  r ( XX T )  r ( X )  p

Sekarang B adalah matriks yang simetrik, semi definit positif dan berpangkat p,
sehingga memiliki p akar ciri nonnegative dan n-p akar ciri 0.
Matriks B kemudian ditulis dalam bentuk dekomposisi spectral, B  V V T , dimana
  diag (1 , 2 ,..., n ) , yaitu matriks diagonal dari akar ciri {i } matriks B, dan

V  [v1 , v2 ,..., vn ] , yaitu matriks vektor akar ciri yang dinormalkan menjadi viT vi  1 .

Akar ciri yang diperoleh kemudian disusun menjadi 1  2 ...  n  0 . Karena

memiliki n  p akar ciri 0, maka matriks B dapat ditulis kembali sebagai B  V11V1T

, dimana 1  diag (1 ,..., p ) , V1  [v1 ,..., v p ] .


1
Karena B  XX , T
maka koordinat matriks X adalah X  V1V1 ,
2
dimana
1 1 1
V12  diag (12 ,...,  p2 ) .

Penggunaan classical scaling biasanya lebih banyak mengenai ketakmiripan { rt }

dibandingkan dengan jarak euklid sebenarnya antar titik {d rt } .


15

Menurut Mardia et al, jika B adalah semi definit positif berpangkat p, maka
1
B  V V T  XX T , dimana X  [ xr ]T , xr   2 vr . Jarak antara titik ke r dan ke t dari

konfigurasi adalah ( xr  xs )T ( xr  xt ) , diperoleh

( xr  xs )T ( xr  xt )  xrT xr  xtT xt  2xrT xt

 brr  btt  2brt

 arr  att  2art  2ars   rt2

dengan  rt2 sama dengan jarak antara titik r ke t dalam ruang euklid.

Jika koefisien ketakmiripan menyebabkan matriks B tidak semi definit positif, suatu
konstanta dapat ditambahkan pada semua koefisien ketakmiripan (kecuali { rr } )
sehingga matriks B menjadi matriks semi definit positif. Bentuk koefisien
ketakmiripan yang baru menjadi  rt   rt  c(1   rt ) , dimana c adalah suatu konstanta

dan  rt adalah kronecker delta (  rt  1 jika r  1 dan 0 untuk lainnya, tidak ada
hubungan dengan  rt ).
Permasalahan berikutnya adalah menentukan jumlah dimensi yang diperlukan untuk
menampilkan koefisien ketakmiripan { rt } . Jika B adalah matriks semi definit positif
maka jumlah akar ciri yang tak nol menujukkan jumlah dimensi yang diperlukan. Jika
B bukan matriks semi definit positif maka jumlah akar cirri yang positif menunjukkan
jumlah dimensi yang tepat. Jumlah dimensi tersebut merupakan jumlah dimensi
maksimal yang diperlukan, sedangkan untuk lebih praktisnya lebih baik memilih
dimensi yang lebih kecil.

Dari persamaan (3), jumlah kuadrat jarak antar titik dalam ruang adalah
16

n 1
1 n n 2 n

 rt 
2 r 1 s 1
d  n
r 1
x T
r rx  ntrB  n 
r 1
i

Suatu ukuran proporsi variasi yang dijelaskan dengan menggunakan hanya dimensi p
adalah


i 1
i

n 1


i 1
i

Jika B bukan matriks semi definit positif, ukuran tersebut dimodifikasi menjadi


i 1
i

  akar ciri positif 

Ukuran tersebut dapat digunakan untuk memilih jumlah dimensi (p) yang digunakan.

Secara singkat algoritma classical scaling sebagai berikut :

1. Menentukan koefisien ketakmiripan { rt }

1
2. Mencari matriks A  [  rt2 ]
2
3. Mencari matriks B  [art  ar '  a' s  a'' ]

4. Mencari akar ciri 1 ,..., n1 dan vektor ciri v1 ,..., vn1 yang kemudian

dinormalkan sehingga viT vi  i . Jika B tidak semi definit positif (beberapa


akar ciri bernilai negatif), maka terdapat 2 pilihan, pilihan 1 adalah membuang
akar ciri yang bernilai negatif dan melanjutkan proses. Pilihan ke 2 adalah
menambahkan suatu konstanta c pada koefisien ketakmiripan sebagai berikut
 rt   rt  c(1   rt ) dan kembali ke langkah 2.
17

5. Memilih jumlah dimensi yang tepat. Dapat menggunakan


p

  /  (akar
i
i ciri positif ) .

6. Menentukan koordinat n titik pada ruang euklid dimensi p dengan xri  vir

(r  1,..., n; i  1,..., p) .

b. Penskalaan Berdimensi Ganda Non Metrik


Data jarak yang digunakan dalam Penskalaan Berdimensi Ganda non metriks
adalah data yang dianggap bertipe ordinal. Untuk Penskalaan Berdimensi Ganda non
metriks, fungsi transformasi hanya mempunyai batasan  rt   r 't '  f ( rt )  f ( r 't ' )

untuk semua 1  r , t , r ', t '  n . Suatu fungsi stress sebagai berikut :

 (d  dˆrt rt )2
Stress  r ,t

d r ,t
2
rt

Fungsi ini mengambil 1 = r < s = n, karena  st   ts untuk semua r, t.

Meminimumkan Fungsi stress dengan memperhatikan {d rt } dan {dˆrt } menggunakan


regresi isotonic. Dalam berbagai literatur regresi isotonic mempunyai arti regresi
kuadrat terkecil monoton utama dari pada {d rt } pada { rt } .
Ide untuk menemukan tampilan dari objek-objek dalam titik pada ruang dimensi q
sedemikian sehingga nilai stress sekecil mungkin. Kruskal menyarankan bahwa
dengan nilai stress dapat kebaikan sesuai dari hubungan monotonic antara kemiripan
dan jarak akhir, dengan kriteria kesesuaian nilai stress yang dapat pada Tabel 3.1.
18

Tabel 3.1 Tingkat Kesesuaian Nilai Stress


STRESS (%) KESESUAIAN
20 Buruk
10 Cukup
5 Bagus
2.5 Sangat Bagus
0 Sempurna

Langkah pertama meminimumkan Stress adalah menempatkan semua koordinat titik


dalam X dalam suatu vektor x  ( x11 ,..., x1 p ,...., xnp )T sehingga stress sebagai fungsi

dari x yang diminimumkan dengan cara iteratif. Metode penurunan tajam digunakan,
sehingga jika xm adalah vector koordinat setelah iterasi ke m

s
xsl
xm 1  xm  x
s
x
 1
S d rt  dˆrt drt xri  xti
 S  (   )[
ru tu
 * ]x
xui r ,t S* T d rt 1

signum( xri  xti )


Berikut adalah teknik iteratif Kruskal yang digunakan untuk menemukan konfigurasi
dengan nilai stress minimum :
1. Memilih suatu konfigurasi awal.
2. Menormalisasi konfigurasi untuk mendapatkan centroid pada data aslinya dan
jarak kuadrat tengah unit dari data aslinya  rt . Hal ini dilakukan karena stress
invariant terhadap translasi, dilatasi seragam.
3. Tentukan  rt dari konfigurasi yang telah dinormalkan.
19

4. Menyesuaikan ˆrt . Regresi kuadrat terkecil monotonic dari d rt pada  rt

membagi  rt menjadi blok-blok dimana dˆrt konstan, dan sama dengan nilai

tengah dari d rt . Untuk menemukan partisi  rt yang tepat, partisi terbaik


digunakan adalah yang memiliki N blok dengan masing-masing berisi suatu
 i menggunakan notasi alternatif. Jika partisi ini memiliki d1  d2  ...  d N ,

dan dˆi  di maka partisi ini merupakan partisi yang tepat. Jika tidak demikian

maka blok yang berurutan digabung dimana  i   i 1 dan

dˆi  dˆi 1  (di  di 1 ) / 2 . Blok terus-menerus digabung dan dˆi baru selalu
diperoleh hingga partisi yang dibutuhkan tercapai.
S S
5. Temukan gradient . Jika  , dimana  adalah nilai yang sangat kecil.
x x
Jika suatu konfigurasi dengan stress minimum diperoleh maka proses iteratif
berhenti.
6. Temukan panjang sl.
S
7. Temukan konfigurasi yang baru, yaitu xn 1  xn  sl x
S
x
8. Kembali ke langkah 2.
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Penyusunan Data


Pada penelitian data yang digunakan yaitu data empat saranan infrastruktur
setiap Kecamatan di Kabupaten Sanggau. Keempat variabel tersebut yaitu Jumlah
Sekolah (X1), Jumlah Sarana Kesehatan (X2), kapasitas Air Bersih yang Disalurkan
(X3), dan banyaknya Badan Usaha (X4). Data dapat dilihat pada Lampiran I.

Data jumlah sekolah merupakan penjumlahan dari berbagai tingkat pendidikan


seperti Sekolah Dasar (SD/MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP/MTs), Sekolah
Menengah Atas (SMA/MA) yang berada di bawah Kemendikbud maupun
Kementrian Agama yang terdapat di Kabupaten Sanggau. Sedangkan data jumlah
sarana kesehatan di ambil dari penjumlahan beberapa sarana kesehatan seperti Rumah
Sakit (RS), Puskesmas, Pustu, dan Polindes yang terdapat di Kabupaten Sanggau.

Pada data air bersih yang di salurkan merupakan data banyaknya kapasitas air
yang telah di salurkan PDAM di berbagai Kecamatan di Kabupaten Sanggau, tetapi
tidak semua Kecamatan tersalur air PDAM. Ada dua Kecamatan yang tidak
menggunakan sumber air dari PDAM yaitu Kecamatan Toba dan Kecamatan Noyan.
Dan data banyaknya badan usaha di ambil dari penjumlahan usaha industri dan
perdagangan yang terdapat di Kabupaten Sanggau.

20
21

4.2 Analisis Deskriptif


Berikut merupakan hasil deskriptif dari data yang dicari menggunakan SPSS.

Tabel 4.1 Hasil Deskriptif Statistik Dari Data

Dari Tabel 4.1, diketahui bahwa jumlah seluruh sekolah yang terdapat di
Kabupaten Sanggau sebanyak 661 sekolah dan rata-rata disetiap Kecamatan memiliki
44 sekolah. Dengan jumlah sekolah terbanyak yaitu 111 sekolah atau 16,79% dari
jumlah sekolah keseluruhan, dimana 111 sekolah tersebut terdapat di Kecamatan
Kapuas, dan yang paling sedikit 19 sekolah atau sebesar 2,87% dari jumlah sekolah
keseluruhan, terdapat di Kecamatan Beduai. Sedangkan untuk sarana kesehatan,
jumlah seluruh sarana kesehatan yang terdapat di Kabupaten Sanggau sebanyak 269
sarana kesehatan dengan rata-rata tiap Kecamatan memiliki 17 sarana kesehatan.
Kecamatan yang memiliki sarana kesehatan terbanyak yaitu sebanyak 38 sarana
kesehatan atau 14,12% dari sarana kesehatan keseluruhan dimana terdapat di
Kecamatan Kapuas, sedangkan yang paling sedikit dengan hanya 7 sarana kesehatan
atau sebesar 2,60% dari keseluruhan, terdapat di Kecamatan Entikong.
Untuk air bersih, jumlah kapasitas yang di alirkan PDAM yaitu sebesar
2.142.481 m3 dengan rata-rata sebesar 142.832 m3 per Kecamatan, dimana pengaliran
air bersih terbesar yaitu sebesar 1.272.159 m3 atau sebesar 59,37% dimana terdapat
di Kecamatan Kapuas, dan yang terkecil sebesar 0 atau 0%, hal tersebut dikarena
masih terdapat Kecamatan yang belum teraliri air bersih oleh PDAM yaitu di
Kecamatan Noyan. Dan untuk badan usaha, jumlah seluruh badan usaha yang
terdapat di Kabupaten Sanggau yaitu sebanyak 5.555 badan usaha dengan rata-rata
tiap Kecamatannya memiliki 370 badan usaha. Jumlah badan usaha terbanyak yaitu
22

sebanyak 987 badan usaha atau 17,76% dari jumlah badan usaha keseluruhan dimana
terdapat di Kecamatan Kapuas, dan yang terkecil yaitu sebanyak 118 badan usaha
atau 2,12%, terdapat di Kecamatan Beduai.

4.3 Analisis Multidimensional Scaling (MDS)


Untuk menganalisis data digunakan software SPSS sehinggal di dapat beberapa
output yaitu:
1. Nilai Stress
Nilai stress merupakan nilai kesalahan yang dapat terjadi pada analisis,
sehingga semakin kecil nilai stress maka semakin baik data yang dimiliki. Dari hasil
yang telah diperoleh menggunakan software SPSS, nilai stress yang diproleh sebesar
0,00000 atau 0%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang dimiliki memenuhi
kriteria berdasarkan batas ketentuan nilai stress yang telah dibahas dalam Bab II dan
dapat dilanjutkan untuk analisis yang lebih lanjut.
2. Prceptual Map
Prceptual Map yaitu hasil analisis dengan Metode Multidimensional Scaling
yang berupa gambar atau plot kedekatan tiap kecamatan. Untuk mendapatkan
perceptual map yang di inginkan terlebih dahulu kita harus mencari titik koordinat
tiap variabel. Untuk titik koordinat tiap variabel yang diperoleh dari analisis
Multidimensional Scaling menggunakan Software SPSS, dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Titik Koordinat Tiap Variabel

Configuration derived in 2 dimensions


Stimulus Coordinates
Dimension
Stimulus Stimulus 1 2
Number Name

1 Toba .6637 -.0005


2 Meliau .1318 .0000
3 Kapuas -5.2475 -.0001
23

4 Mukok .3194 -.0002


5 Jangkang .5938 -.0003
6 Bonti .4953 -.0004
7 Parindu .3120 .0013
8 Tayan_Hi .3186 .0001
9 Balai .3854 -.0001
10 Tayan_Hu .2656 .0008
11 Kembayan .2705 .0008
12 Beduai .5480 -.0009
13 Noyan .6637 -.0005
14 Sekayam .0082 -.0001
15 Entikong .2717 .0001

Tabel 4.2 memperlihatkan titik koordinat masing-masing Kecamatan sehingga


terbentuk prceptual map seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Perceptual Map Yang Diperoleh


24

Dilihat dari Gambar 4.1, terdapat tiga kelompok Kecamatan yang memiliki
kemiripan antar anggotanya tetapi berbeda dengan anggota kelompok lainnya.
Ketiga kelompok itu adalah:
1) Kecamatan Kapuas
2) Kecamatan Parindu, Kecamatan Tayan Hulu, dan Kecamatan Kembayan
3) Kecamatan Tayan Hilir, Kecamatan Entikong, Kecamatan Meliau, Kecamatan
Balai, Kecamatan Sekayam, Kecamatan Jangkang, Kecamatan Mukok, Kecamatan
Bonti, Kecamatan Noyan, Kecamatan Toba, dan Kecamatan Beduai

Pada kelompok pertama dengan anggotanya Kecamatan Kapuas memiliki jarak


yang jauh dari Kecamatan lainnya. Jika dilihat dari data yang dimiliki, Kecamatan
Kapuas memang memiliki infrastruktur yang jauh lebih baik di antara Kecamatan
yang lain, hal tersebut mungkin disebabkan karena Kecamatan Kapuan merupakan
ibu kota kabupaten dari Kabupaten Sanggau.

Kelompok kedua dengan beranggotakan Kecamatan Parindu, Kecamatan Tayan


Hulu, dan Kecamatan Kembayan memiliki kesamaan sarana infrastruktur. Dimana
jika melihat dari data, sarana infrastruktur di tiap Kecamatannya sudah merata untuk
kelima sarana infrastruktur yang menjadi variabel.

Sedangkan pada kelompok ketiga dengan beranggotakan Kecamatan Tayan Hilir,


Kecamatan Entikong, Kecamatan Meliau, Kecamatan Balai, Kecamatan Sekayam,
Kecamatan Jangkang, Kecamatan Mukok, Kecamatan Bonti, Kecamatan Noyan,
Kecamatan Toba, dan Kecamatan Beduai memiliki kesamaan dimana saran
infrastruktur yang ada belum merata tiap variabelnya.

Dari penjabaran ketiga kelompok tersebut mengidentifikasikan bahwa belum


meratanya sarana infrastruktur yang terdapat di Kabupaten Sanggau sehingga
terbentuklah tiga kelompok yang ada dengan tingkat sarana infrastruktur yang
berbeda-beda.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan bahwa terjadi
ketimpangan sarana infrastruktur antar Kecamatan di Kabupaten Sanggau.
Untuk Kecamatan yang memiliki sarana infrastruktur terbaik yaitu di
Kecamatan Kapuas, dengan persentase rata-rata sebesar 27,02% dari kelima sarana
infrastruktur. Sedangkan Kecamatan Beduai, Kecamatan Noyan, dan Kecamatan
Toba memiliki saran infrastruktur yang paling sedikit, dimana ketiga Kecamatan
tersebut memiliki persentase rata-rata dibawah 3% dari kelima sarana infrastruktur.
Untuk Kecamatan Beduai hanya sebesar 2,38%, Kecamatan Noyan sebesar 2,66%,
dan Kecamatan Toba sebesar 2,91%.

5.2 Saran
Dengan adanya ketidakmerataan infrastruktur yang ada, diharapkan pemerintah
dapat memperbaiki atau membangun infrastruktur untuk Kecamatan yang belum
memiliki sarana infrastruktur yang baik agar masyarakat dapat menikmati sarana
infrastruktur secara merata di setiap Kecamatan di Kabupaten Sanggau.

25
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kabupaten Sanggau. http://www.sanggaukab.bps.go.id.


Badan Pusat Statistik Kabupaten Sanggau. 2017. Kabupaten Sanggau Dalam
Angka 2017. Badan Pusat Statistik Kabupaten Sanggau.
Mattjik, A.A., 2011, Sidik Peubah Ganda Dengan Menggunakan SAS, Ed ke-1, IPB
PRESS, Bogor.
Bappenas. 2003. Infrastruktur Indonesia Sebelum, Selama, dan Pasca Krisis. Jakarta
(ID): Perum Percetakan Negara RI.
Ramdhani R. 2007. Pengaruh otonomi daerah terhadap pertumbuhan ekonomi
wilayah Kabupaten Sukabumi [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

26
LAMPIRAN

27
28

Lampiran I: Data Sarana Infrastruktur Disetiap Kecamatan

Jumlah Jumlah Sarana Air Bersih yang Badan


No. Kecamatan
Sekolah Kesehatan Disalurkan Usaha

1 Toba 27 12 0 173
2 Meliau 69 36 114.473 354
3 Kapuas 111 38 1.272.159 987
4 Mukok 29 14 74.089 285
5 Jangkang 49 19 15.044 235
6 Bonti 33 14 36.235 230
7 Parindu 47 23 75.685 613
8 Tayan Hilir 58 19 74.271 344
9 Balai 39 16 59.895 303
10 Tayan Hulu 43 19 85.679 511
11 Kembayan 43 17 84.624 513
12 Beduai 19 9 24.904 118
13 Noyan 23 10 0 192
14 Sekayam 46 16 141.059 346
15 Entikong 25 7 84.364 351
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sanggau
29

Lampiran II: Struktur Organisasi BPS Sanggau

Kepala BPS Kabupaten Sanggau


ALIFIUS
NIP. 19630306 198203 1 001
Staf:
1. ZULMAWAN
Kasubbag Tata Usaha NIP. 19730102 200901 1 003
DODY ISKANDAR 2. NURUL RAHMAWATI
NIP. 19800113 200502 1 002 NIP. 19911022 201410 2 001

Kasi Statistik Sosial Kasi Statistik Produksi Kasi Statistik Distribusi Kasi NWAS Kasi SIPDS
NUGRA LIANTIN - BUDI HARTANTO ARIF FAJAR K. -
NIP. 19870113 200912 2 005 NIP. 19830911 200902 1 005 NIP. 19830911 200902 1 005

Staf: Staf: Staf: Staf: Staf:


1. MUHAMAD ZAINURI 1. ROSINTA SMBB - 1. JHON KENEDY S. 1. I. DIMAS PRIAMBODO
NIP. 19940402 201701 2 001 NIP. 19830318 200502 2 003 NIP. 19830318 200502 2 003 NIP. 19920802 201412 1 001
2. NIARA SITI R. 2. UKY SORAYA LUBIS
NIP. 19960201 201701 2 001 NIP. 19940316 201701 2 001

TENAGA FUNGSIONAL/KOORDINATOR STATISTIK KECAMATAN


No. Nama NIP Keterangan No. Nama NIP Keterangan
1 DAYANG YARNITA 19600101 198103 2 005 Statistik Penyelia 9 - - KSK Tayan Hilir
2 ADI GUNARYO 19881012 201212 1 001 KSK Toba 10 FAHRIZAL 19860213 201101 1 012 KSK Balai
3 ZULKIFLI 19730721 199403 1 002 KSK Meliau 11 M. INDRAYADI 19720920 199401 1 001 Stat. Penyelia/KSK Tayan Hulu
4 - - KSK Kapuas 12 YANSAH 19601215 198303 1 007 KSK Kembayan
5 SYAIFUL BAHRI 19590804 198103 1 002 KSK Mukok 13 - - KSK Beduai
6 ADE RAJUNI 19780621 201406 1 002 KSK Jangkang 14 - - KSK Noyan
7 JUKAINI 19630712 198703 1 005 KSK Bonti 15 - - KSK Sekayam
8 - - KSK Parindu 16 - - KSK Entikong

Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sanggau

Anda mungkin juga menyukai