ARIADY ZULKARNAIN
NIM H1091141021
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat yang telah
dilimpahkan, sehingga dapat melaksanakan kerja praktik di kantor Badan Pusat
Statistik (BPS) Kabupaten Sanggau Provinsi Kalimantan Barat selama satu bulan.
Laporan Kerja Praktik ini disusun dalam rangka memenuhi prasyarat kelengkapan
penilaian dari kerja praktik. Laporan ini berjudul “Analisis Ketimpangan
Infrastruktur Antar Kecamatan Di Kabupaten Sanggau Dengan Metode
Multidimensional Scaling”. Laporan ini disusun dalam rangka menyelesaikan
seminar kerja praktik yang telah dilakukan di Badan Pusat Statistik Kabupaten
Sanggau Provinsi Kalimantan Barat.
Laporan Kerja Praktik ini dapat terselesaikan berkat bantuan dari berbagai
pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. Helmi, M.Si selaku pembimbing kerja praktik serta Ketua Jurusan
Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Tanjungpura.
2. Bapak Ignatius Dimas Priambodo, SST selaku pembimbing lapangan kerja
praktik.
3. Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan laporan ini yang tidak dapat
disebutkan satu persatu.
Dengan demikian, penulis berharap laporan kerja praktik ini dapat memberikan
kontribusi bagi mahasiswa statistik pada umumnya dan khususnya bagi mahasiswa
program studi statistik FMIPA Untan. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat diharapkan untuk kesempurnaan laporan ini.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB III LANDASAN TEORI .................................................................................. 11
3.1 Multidimensional Scaling (MDS) ................................................................ 11
3.2 Jenis-jenis Penskalaan Berdimensi Ganda ................................................... 12
BAB IV PEMBAHASAN.......................................................................................... 20
4.1 Penyusunan Data .......................................................................................... 20
4.2 Analisis Deskriptif ........................................................................................ 21
4.3 Analisis Multidimensional Scaling (MDS) .................................................. 22
LAMPIRAN ............................................................................................................... 27
iii
DAFTAR LAMPIRAN
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
kepada instansi tempat pelaksanaan KP maupun kepada pengelola Jurusan
Matematika. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ketimpangan infrastruktur
antar kecamatan yang terdapat di Kabupaten Sanggau pada tahun 2016.
Sejak diberlakukannya otonomi daerah maka setiap daerah otonom memiliki
wewenang untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan rumah tangganya. Otonomi
daerah juga memberikan wewenang kepada daerah otonom untuk mengatur dan
memaksimalkan semua potensi yang ada di daerah tersebut dengan tujuan utama
untuk menyejahterakan masyarakat. Ramdhani (2007) berpendapat bahwa salah satu
indikasi kesejahteraan masyarakat adalah jika pembangunan di suatu daerah mampu
memberikan dampak positif terhadap perekonomian masyarakat.
Ketersediaan infrastruktur, seperti jalan, pelabuhan, bandara, sistem penyediaan
tenaga listrik, irigasi, sistem penyediaan air bersih, sanitasi, dan sebagainya
merupakan social overhead capital. Ketersediaan infrastruktur memiliki keterkaitan
yang sangat kuat dengan tingkat perkembangan wilayah, yang antara lain dicirikan
oleh laju pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut dapat dilihat dari kenyataan bahwa
daerah yang mempunyai kelengkapan infrastruktur yang lebih baik, mempunyai
tingkat laju pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Kelengkapan infrastruktur
merupakan faktor kunci dalam mendukung pembangunan nasional (Bappenas, 2003).
World Bank membagi infrastruktur menjadi tiga bagian, bagian yang pertama
yaitu infrastruktur ekonomi, merupakan infrastruktur fisik yang diperlukan untuk
menunjang aktivitas ekonomi, meliputi public utilities (tenaga listrik, telekomunikasi,
air, sanitasi, gas), public work (bendungan, kanal, irigasi dan drainase) dan sektor
transportasi (jalan raya, rel kereta api, pelabuhan, lapangan terbang), kedua yaitu
infrastruktur sosial, meliputi pendidikan, kesehatan, perumahan dan rekreasi, dan
bagian yang ketiga yaitu infrastruktur administrasi, meliputi penegakan hukum,
kontrol administrasi dan koordinasi. (World Bank, 2004).
2
3
Oleh sebab itu perlunya pengkajian yang lebih lanjut guna melihat ketersediaan
infrastruktur di daerah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah
harus menyetarakan pembangunan di setiap daerah, di mulai dengan melihat daerah
mana saja yang perlu ditambah atau diperbaiki sarana dan prasarana insfrastruktur
yang ada. Sehingga masyarakat di setiap daerah bisa merasakan fasilitas yang sama
disetiap daerahnya.
Dalam menyampaikan suatu data atau informasi, seringkali akan lebih mudah
dan menarik untuk menampilkannya dalam bentuk gambar. Termasuk dalam
menampilkan data-data (atribut) suatu objek. Posisi relatif objek-objek berdasarkan
data-data yang dimilikinya, dapat ditampilkan dalam sebuah grafik sehingga lebih
mudah dibaca oleh pengguna informasi tersebut. Multidimensional Scaling adalah
salah satu tehnik statistika yang dapat diterapkan dalam masalah ini.
Materi yang merupakan muatan baru dalam UU Nomor 16 Tahun 1997, antara lain :
1) Jenis statistik berdasarkan tujuan pemanfaatannya terdiri atas statistik dasar yang
sepenuhnya diselenggarakan oleh BPS, statistik sektoral yang dilaksanakan oleh
instansi Pemerintah secara mandiri atau bersama dengan BPS, serta statistik
khusus yang diselenggarakan oleh lembaga, organisasi, perorangan, dan atau
unsur masyarakat lainnya secara mandiri atau bersama dengan BPS.
2) Hasil statistik yang diselenggarakan oleh BPS diumumkan dalam Berita Resmi
Statistik (BRS) secara teratur dan transparan agar masyarakat dengan mudah
mengetahui dan atau mendapatkan data yang diperlukan.
3) Sistem Statistik Nasional yang andal, efektif, dan efisien.
4) Dibentuknya Forum Masyarakat Statistik sebagai wadah untuk menampung
aspirasi masyarakat statistik, yang bertugas memberikan saran dan pertimbangan
kepada BPS.
5
6
2.2.1 Visi
Visi dari Badan Pusat Statistik adalah “Pelopor data statistik terpercaya untuk
semua”.
2.2.2 Misi
Untuk mencapai visi tersebut, ditetapkan misi Badan Pusat Statistik yang
menggambarkan hal yang harus dilaksanakan. Misi dari Badan Pusat Statistik dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1. Memperkuat landasan konstitusional dan operasional lembaga statistik untuk
penyelenggaraan statistik yang efektif dan efisien.
2. Menciptakan insan statistik yang kompeten dan profesional, didukung pemanfaatan
teknologi informasi mutakhir untuk kemajuan perstatistikan Indonesia.
3. Meningkatkan penerapan standar klasifikasi, konsep dan definisi, pengukuran, dan kode
etik statistik yang bersifat universal dalam setiap penyelenggaraan statistik.
4. Meningkatkan kualitas pelayanan informasi statistik bagi semua pihak.
7
2.3.1 Tugas
Badan Pusat Statistik mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan
dibidang statistik sesuai peraturan perundang-undangan.
2.3.2 Fungsi
Dalam melaksanakan tugas tersebut, Badan Pusat Statistik menyelenggarakan
fungsi :
1. Pengkajian, penyusunan, dan perumusan kebijakan dibidang statistik
2. Pengkoordinasian kegiatan statistik nasional dan regional
3. Penetapan dan penyelenggaraan statistik dasar
4. Penetapan sistem statistik nasional
5. Pembinaan dan fasilitasi terhadap kegiatan instansi pemerintah dibidang kegiatan
statistik
6. Penyelenggaraan pembinaan dan pelayanan administrasi umum dibidang
perencanaan umum, ketatausahaan, organisasi, tata laksana, kepegawaian,
keuangan, kearsipan, kehumasan, hukum, perlengkapan, dan rumah tangga.
8
2.3.3 Kewenangan
Adapun kewenangan dari BPS yaitu :
1. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya
2. Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara
makro
3. Penetapan sistem informasi di bidangnya
4. Penetapan dan penyelenggaraan statistik nasional
5. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yaitu;
a. Perumusan dan pelaksanaan kebijakan tertentu di bidang kegiatan statistik
b. Penyusun pedoman penyelenggaraan survei statistik sektoral.
Susunan organisasi BPS Kabupaten Sanggau dapat dilihat pada Lampiran II.
11
12
parametric kontinu. Fungsi ini dapat berupa fungsi identitas maupun fungsi
transformasi ketakmiripan menjadi bentuk jarak.
Jenis Penskalaan Berdimensi Ganda metrik yang sering digunakan adalah
yang diperkenalkan oleh Young dan Householder pada Tahun 1938. Dalam
penskalaan klasik ketakmiripan { rt } diperlakukan sebagai jarak euklid. Misalkan
[ B] rt brt xrT xt
dengan
x r 1
ri 0 (i 1,..., p)
1 n 2 1 n T
n r 1
d rt xr xr xtT xt ,
n r 1
1 n 2 1 n T
rt r r n
n t 1
d x T
x
t 1
xt xt ,
n n
1 2 n T
n2
drt2
r 1 t 1
xr xr …………….. (3)
n r 1
d rt2 xrT xr
1 1 n 1 n 1 n n
(d rt2 d rt2 d rt2 2 d 2
rt
2 n r 1 n s 1 n r 1 t 1
1
dimana art d rt2 , dan
2
Matriks A didefinisikan sebagai [ A]rt art , dank arena hasil kali dalam matriks B
adalah
r ( B) r ( XX T ) r ( X ) p
Sekarang B adalah matriks yang simetrik, semi definit positif dan berpangkat p,
sehingga memiliki p akar ciri nonnegative dan n-p akar ciri 0.
Matriks B kemudian ditulis dalam bentuk dekomposisi spectral, B V V T , dimana
diag (1 , 2 ,..., n ) , yaitu matriks diagonal dari akar ciri {i } matriks B, dan
V [v1 , v2 ,..., vn ] , yaitu matriks vektor akar ciri yang dinormalkan menjadi viT vi 1 .
memiliki n p akar ciri 0, maka matriks B dapat ditulis kembali sebagai B V11V1T
Menurut Mardia et al, jika B adalah semi definit positif berpangkat p, maka
1
B V V T XX T , dimana X [ xr ]T , xr 2 vr . Jarak antara titik ke r dan ke t dari
dengan rt2 sama dengan jarak antara titik r ke t dalam ruang euklid.
Jika koefisien ketakmiripan menyebabkan matriks B tidak semi definit positif, suatu
konstanta dapat ditambahkan pada semua koefisien ketakmiripan (kecuali { rr } )
sehingga matriks B menjadi matriks semi definit positif. Bentuk koefisien
ketakmiripan yang baru menjadi rt rt c(1 rt ) , dimana c adalah suatu konstanta
dan rt adalah kronecker delta ( rt 1 jika r 1 dan 0 untuk lainnya, tidak ada
hubungan dengan rt ).
Permasalahan berikutnya adalah menentukan jumlah dimensi yang diperlukan untuk
menampilkan koefisien ketakmiripan { rt } . Jika B adalah matriks semi definit positif
maka jumlah akar ciri yang tak nol menujukkan jumlah dimensi yang diperlukan. Jika
B bukan matriks semi definit positif maka jumlah akar cirri yang positif menunjukkan
jumlah dimensi yang tepat. Jumlah dimensi tersebut merupakan jumlah dimensi
maksimal yang diperlukan, sedangkan untuk lebih praktisnya lebih baik memilih
dimensi yang lebih kecil.
Dari persamaan (3), jumlah kuadrat jarak antar titik dalam ruang adalah
16
n 1
1 n n 2 n
rt
2 r 1 s 1
d n
r 1
x T
r rx ntrB n
r 1
i
Suatu ukuran proporsi variasi yang dijelaskan dengan menggunakan hanya dimensi p
adalah
i 1
i
n 1
i 1
i
Jika B bukan matriks semi definit positif, ukuran tersebut dimodifikasi menjadi
i 1
i
Ukuran tersebut dapat digunakan untuk memilih jumlah dimensi (p) yang digunakan.
1
2. Mencari matriks A [ rt2 ]
2
3. Mencari matriks B [art ar ' a' s a'' ]
4. Mencari akar ciri 1 ,..., n1 dan vektor ciri v1 ,..., vn1 yang kemudian
/ (akar
i
i ciri positif ) .
6. Menentukan koordinat n titik pada ruang euklid dimensi p dengan xri vir
(r 1,..., n; i 1,..., p) .
(d dˆrt rt )2
Stress r ,t
d r ,t
2
rt
dari x yang diminimumkan dengan cara iteratif. Metode penurunan tajam digunakan,
sehingga jika xm adalah vector koordinat setelah iterasi ke m
s
xsl
xm 1 xm x
s
x
1
S d rt dˆrt drt xri xti
S ( )[
ru tu
* ]x
xui r ,t S* T d rt 1
membagi rt menjadi blok-blok dimana dˆrt konstan, dan sama dengan nilai
dan dˆi di maka partisi ini merupakan partisi yang tepat. Jika tidak demikian
dˆi dˆi 1 (di di 1 ) / 2 . Blok terus-menerus digabung dan dˆi baru selalu
diperoleh hingga partisi yang dibutuhkan tercapai.
S S
5. Temukan gradient . Jika , dimana adalah nilai yang sangat kecil.
x x
Jika suatu konfigurasi dengan stress minimum diperoleh maka proses iteratif
berhenti.
6. Temukan panjang sl.
S
7. Temukan konfigurasi yang baru, yaitu xn 1 xn sl x
S
x
8. Kembali ke langkah 2.
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada data air bersih yang di salurkan merupakan data banyaknya kapasitas air
yang telah di salurkan PDAM di berbagai Kecamatan di Kabupaten Sanggau, tetapi
tidak semua Kecamatan tersalur air PDAM. Ada dua Kecamatan yang tidak
menggunakan sumber air dari PDAM yaitu Kecamatan Toba dan Kecamatan Noyan.
Dan data banyaknya badan usaha di ambil dari penjumlahan usaha industri dan
perdagangan yang terdapat di Kabupaten Sanggau.
20
21
Dari Tabel 4.1, diketahui bahwa jumlah seluruh sekolah yang terdapat di
Kabupaten Sanggau sebanyak 661 sekolah dan rata-rata disetiap Kecamatan memiliki
44 sekolah. Dengan jumlah sekolah terbanyak yaitu 111 sekolah atau 16,79% dari
jumlah sekolah keseluruhan, dimana 111 sekolah tersebut terdapat di Kecamatan
Kapuas, dan yang paling sedikit 19 sekolah atau sebesar 2,87% dari jumlah sekolah
keseluruhan, terdapat di Kecamatan Beduai. Sedangkan untuk sarana kesehatan,
jumlah seluruh sarana kesehatan yang terdapat di Kabupaten Sanggau sebanyak 269
sarana kesehatan dengan rata-rata tiap Kecamatan memiliki 17 sarana kesehatan.
Kecamatan yang memiliki sarana kesehatan terbanyak yaitu sebanyak 38 sarana
kesehatan atau 14,12% dari sarana kesehatan keseluruhan dimana terdapat di
Kecamatan Kapuas, sedangkan yang paling sedikit dengan hanya 7 sarana kesehatan
atau sebesar 2,60% dari keseluruhan, terdapat di Kecamatan Entikong.
Untuk air bersih, jumlah kapasitas yang di alirkan PDAM yaitu sebesar
2.142.481 m3 dengan rata-rata sebesar 142.832 m3 per Kecamatan, dimana pengaliran
air bersih terbesar yaitu sebesar 1.272.159 m3 atau sebesar 59,37% dimana terdapat
di Kecamatan Kapuas, dan yang terkecil sebesar 0 atau 0%, hal tersebut dikarena
masih terdapat Kecamatan yang belum teraliri air bersih oleh PDAM yaitu di
Kecamatan Noyan. Dan untuk badan usaha, jumlah seluruh badan usaha yang
terdapat di Kabupaten Sanggau yaitu sebanyak 5.555 badan usaha dengan rata-rata
tiap Kecamatannya memiliki 370 badan usaha. Jumlah badan usaha terbanyak yaitu
22
sebanyak 987 badan usaha atau 17,76% dari jumlah badan usaha keseluruhan dimana
terdapat di Kecamatan Kapuas, dan yang terkecil yaitu sebanyak 118 badan usaha
atau 2,12%, terdapat di Kecamatan Beduai.
Dilihat dari Gambar 4.1, terdapat tiga kelompok Kecamatan yang memiliki
kemiripan antar anggotanya tetapi berbeda dengan anggota kelompok lainnya.
Ketiga kelompok itu adalah:
1) Kecamatan Kapuas
2) Kecamatan Parindu, Kecamatan Tayan Hulu, dan Kecamatan Kembayan
3) Kecamatan Tayan Hilir, Kecamatan Entikong, Kecamatan Meliau, Kecamatan
Balai, Kecamatan Sekayam, Kecamatan Jangkang, Kecamatan Mukok, Kecamatan
Bonti, Kecamatan Noyan, Kecamatan Toba, dan Kecamatan Beduai
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari analisis yang telah dilakukan bahwa terjadi
ketimpangan sarana infrastruktur antar Kecamatan di Kabupaten Sanggau.
Untuk Kecamatan yang memiliki sarana infrastruktur terbaik yaitu di
Kecamatan Kapuas, dengan persentase rata-rata sebesar 27,02% dari kelima sarana
infrastruktur. Sedangkan Kecamatan Beduai, Kecamatan Noyan, dan Kecamatan
Toba memiliki saran infrastruktur yang paling sedikit, dimana ketiga Kecamatan
tersebut memiliki persentase rata-rata dibawah 3% dari kelima sarana infrastruktur.
Untuk Kecamatan Beduai hanya sebesar 2,38%, Kecamatan Noyan sebesar 2,66%,
dan Kecamatan Toba sebesar 2,91%.
5.2 Saran
Dengan adanya ketidakmerataan infrastruktur yang ada, diharapkan pemerintah
dapat memperbaiki atau membangun infrastruktur untuk Kecamatan yang belum
memiliki sarana infrastruktur yang baik agar masyarakat dapat menikmati sarana
infrastruktur secara merata di setiap Kecamatan di Kabupaten Sanggau.
25
DAFTAR PUSTAKA
26
LAMPIRAN
27
28
1 Toba 27 12 0 173
2 Meliau 69 36 114.473 354
3 Kapuas 111 38 1.272.159 987
4 Mukok 29 14 74.089 285
5 Jangkang 49 19 15.044 235
6 Bonti 33 14 36.235 230
7 Parindu 47 23 75.685 613
8 Tayan Hilir 58 19 74.271 344
9 Balai 39 16 59.895 303
10 Tayan Hulu 43 19 85.679 511
11 Kembayan 43 17 84.624 513
12 Beduai 19 9 24.904 118
13 Noyan 23 10 0 192
14 Sekayam 46 16 141.059 346
15 Entikong 25 7 84.364 351
Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Sanggau
29
Kasi Statistik Sosial Kasi Statistik Produksi Kasi Statistik Distribusi Kasi NWAS Kasi SIPDS
NUGRA LIANTIN - BUDI HARTANTO ARIF FAJAR K. -
NIP. 19870113 200912 2 005 NIP. 19830911 200902 1 005 NIP. 19830911 200902 1 005