Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN AKHIR

PENELITIAN UNGGULAN

KOMPARASI KOMPETENSI GURU BERBASIS PRAKTIKUM


AKUNTANSI UNTUK MENYIAPKAN TENAGA OPERATOR
AKUNTANSI DI PEMERINTAHAN
(SMK NEGERI DAN SWASTA DI KOTA PEKANBARU)

Tim Peneliti

Ketua : Dr.Gusnardi,SE.,MSi.,Ak.,CA
Anggota : Fenny Trsinawati,SE.,MSi.,Ak.,CA
Anggota (Mhs) : Zuhriyah

Program Studi Pendidikan Ekonomi-Akuntansi


Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Sumber Dana : PNBP FKIP UNRI Tahun 2018


Nomor Kontrak : 2396/UN.19.5.1.1.5/TU/2018

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
NOVEMBER 2018
23 November 2018
Daftar Anggota
Kegiatan Penelitian

1. Ketua Pelaksana

Nama Lengkap dan Gelar : Dr. Gusnardi, SE,M.Si.,Ak.,CA


NIP & NIDN : 196712071999031001 dan 0007126704
Jabatan Akademik : Lektor Kepala
Jabatan Struktural :-
Pangkat dan Golongan : Pembina Tingkat 1/ IV-b
Fakultas / Jurusan : FKIP/ Pendidikan Ekonomi Akuntansi

2. Anggota
Nama Lengkap : Fenny Trisnawati,SE.,MSi.,Ak.,CA
NIP & NIDN : 1405117992
Jabatan Akademik : Lektor
Jabatan Struktural :-
Pangkat dan Golongan : III-b
Fakultas / Jurusan : FKIP/ Pendidikan Ekonomi Akuntansi

3. Anggota (Mahasiswa S1)


Nama Lengkap : Zuhriyah
NIM : 1505110196

i
Ringkasan Penelitian
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai salah satu pemegang peranan yang
penting dalam penyiapan tenaga kerja dituntut untuk selalu dapat mengikuti kebutuhan
pasar yang terus berkembang. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 29 Tahun
1990 tentang pendidikan menengah pasal 3 ayat 2 juga menyebutkan bahwa SMK
mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan
sikap professional khususnya dalam bidang pengajaran, salah satu mata pelajaran yang
diberikan di SMK adalah mata pelajaran akuntansi keuangan dan lembaga.
Mata pelajaran akuntansi dan lembaga di SMK masih baru diberlakukan yakni
sejak dikeluarkannya Kepdirjendikdasmen No.4678/D/KEP/MK/2016 pada tanggal 2
September 2016 tentang Spektrum Keahlian SMK maka dikeluarkan pula
Kepdirjendikdasmen No 130/D/KR/2017 pada tanggal 10 Februari 2017 tentang Struktur
Kurikulum SMK pada tahun ajaran 2017/2018. Salah satu materi ajar yang baru khusus
untuk bidang keahlian : bisnis dan manajemen, program keahlian : akuntansi dan
keuangan kompetensi keahliannya adalah akuntansi dan keuangan lembaga.
Kompetensi guru-guru sebagai tenaga pengajar berbeda antara satu sekolah dengan
sekolah lainnya, begitu pula antara SMK Negeri dan SMK Swasta, dari 47 SMK di
Pekanbaru yang memiliki program keahlian akuntansi hanya 28 SMK yang terdiri dari 8
SMK negeri dan sisanya swasta. Dari 8 SMK Negeri hanya ada 5 yang mempunyai
program keakhlian Keuangan dan Akuntansi.
Penyiapan lulusan SMK yang profesional selayaknya juga dibarengi dengan
persiapan kompetensi guru-guru SMK itu sendiri supaya guru-guru dapat memahami
materi akuntansi keuangan lembaga yang akan diajarkan kepada siswa-siswanya di
sekolah, sehingga dapat menghasilkan lulusan yang profesional dibidang akuntansi
keuangan dan lembaga. Mata ajaran akuntansi keuangan lembaga merupakan mata ajaran
baru yang diajarkan di SMK, untuk itu perlu guru-guru harus mempunyai kompetensi
yang baik dalam memberikan materi tersebut ke pada siswanya, sehingga dapat
menghasilkan lulusan yang siap menjadi tenaga akuntansi di sektor pemerintahan.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penguasaan materi akuntansi keuangan lembaga para tenaga pengajar di SMK Negeri dan
SMK Swasta dalam rentang sedang. Melalui hasil pengujian diperoleh p-value sebesar
0,930 dan lebih besar dari 0,05. Artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam
penguasaan materi akuntansi keuangan lembaga antara para tenaga pengajar di SMK
Negeri dengan para tenaga pengajar di SMK Swasta. Berdasarkan hasil penelitian ini
kesiapan guru SMK Negeri dan Swasta dalam menyiapkan tenaga operator di bidang
akuntansi keuangan lembaga dalam kategori sedang, untuk itu diperlukan usaha untuk
meningkatkan komptensi khususnya kompetensi profesional melalui pelatihan-pelatihan
maupun belajar madiri dari guru-guru bidang keuangan dan akuntansi di SMK Kota
Pekanbaru.
Hasil test pendahuluan yang tercakup dalam kompetensi profesional dengan skor
rata-rata sedang. Ketidak berbedaan ini disebabkan beberapa hal; 1) para guru di SMK
Negeri dan Swasta sebahagian besar sudah memahami keterampilan dasar mengajar
akuntansi konvesional sehingga untuk memahami akuntansi keuangan lembaga tidak
mengalami kendala yang berarti, 2) para guru di SMK Negeri dan Swasta sudah
tergabung dalam MGMP Akuntansi Kota Pekanbaru setiap bualnya selalu mengadakan
pertemuan dan membahas hal-hal terkini tentang pembelajaran termasuk mata pelajaran
baru ini yakni akuntansi keuangan lembaga, 3) berkaitan dengan skor rata-rata sedang
dalam komptensi profesional dapat dipahami para guru sebagian besar mengerjakannya
tidak dalam kondisi dan waktu yang tepat, sehingga ada beberapa item mendapatkan skor
rendah.

ii
PRAKATA

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, atas Rahmat dan HidayahNya
penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian tentang komparasi kompetensi guru
berbasis praktikum akuntansi untuk menyiapkan tenaga operator akuntansi pemerintahan
ini masih banyak terdapat kekurangan-kekurangan. Kekurangan tersebut tentunya dapat
dijadikan peluang untuk peningkatan penelitian selanjutnya. Akhirnya penulis tetap
berharap semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Terselesaikannya penelitian ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih dan penghargaan kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Almasdi Syahza, SE.,MP, ketua LPPM Universitas Riau
2. Bapak Prof. Dr. H.M. Nur Mustafa, Dekan FKIP Universitas Riau.
3. Bapak ketua Jurusan P.IPS FKIP Universitas Riau.
4. Rekan – rekan Dosen Pendidikan Ekonomi Universitas Riau atas masukan dan
kritikan yang membangun yang telah diberikan kepada penulis untuk
kesempurnaaan hasil penelitian ini.

Pekanbaru, November 2018

Peneliti

iii
DAFTAR ISI
Ringkasan .................................................................................................................. ii
Kata Pengantar .......................................................................................................... iii
Daftar Isi ................................................................................................................... iv
Daftar Tabel .............................................................................................................. v
Daftar Lampiran ........................................................................................................ vi

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah ................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Keuangan Daerah ..................................................................................... 6
2.1.1 Prinsip- Prinsip Pengelolaan Keuangan Daerah............................. 6
2.1.2 Asas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah ................................ 6
2.1.3 Akuntansi Keuangan Daerah ......................................................... 7
2.1.4 Siklus Akuntansi Keuangan Daerah ............................................. 8
2.1.5 Laporan Kuangan Daerah ............................................................ 8
2.2 Kompetensi Kurikulum SMK tentang Praktik Akuntansi
8
Keuangan Lembaga .................................................................................
2.2.1 Indikator Kompetensi Profesional Guru ....................................... 10
2.2.2 Kurikulum Akuntansi dan Keuangan Lembaga ............................ 12
2.2.3 Akuntansi dan Keuangan Lembaga................................................ 13
2.2.3.1 Akuntansi Dana Desa ...................................................... 13
2.2.3.2 Persamaan Akuntansi dan Kode Akun ............................. 14
2.2.3.3 Siklus Akuntansi ............................................................... 14
2.2.3.4 Penulisan Bukti-Bukti Akuntansi ...................................... 15
2.2.3.5 Penulisan Buku Besar ........................................................ 16
2.2.3.6 Penyusunan Laporan Keuangan Desa ............................... 17
2.3 Kerangka Pemikiran ................................................................................ 17
BAB III METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian ................................................................................... 18
4.2 Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 18
4.3 Metode Pengumpulan Data .................................................................... 18
4.4 Metode Analisis Data .............................................................................. 18
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian ...................................................................................... 19
4.2 Pembahasan Penelitian ........................................................................... 20
BAB V P E N U T U P
5.1 Kesimpulan .............................................................................................. 26
5.2 Saran ........................................................................................................ 26
DAFTAR PUSTAKA 27
LAMPIRAN 31

iv
DAFTAR TABEL

T Tabel 1.1 Roadmap Alokasi Dana Desa TA 2015 s.d 2019 ................................................. 2
Tabel 2.1 Kompetensi Dasar Akuntansi dan Lembaga Keuangan ....................................... 11

Tabel 4.1 Karakteristik Umum Responden ....................................................................... 19


Tabel 4.2 Karakteristik Khusus Responden ........................................................................ 20
Tabel 4.3 Hasil Uji Komparasi Kompetensi Pedagogik Tenaga Pengajar .......................... 21
Tabel 4.4 Hasil Uji Komparasi Kompetensi Kepribadian Tenaga Pengajar ....................... 22
Tabel 4.5 Hasil Uji Komparasi Kompetensi Profesional Tenaga Pengajar ......................... 23
Tabel 4.6 Hasil Uji Komparasi Kompetensi Sosial Tenaga ................................................. 23
Tabel 4.7 Hasil Uji Komparasi Kompetensi Profesional Tenaga Pengajar
dalam Penguasaan Materi Praktikum Akuntansi Keuangan Lembaga .................. 24

v
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data Olahan ......................................................................................... 31

vi
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang Penelitian


Sistem pengelolaan keuangan dari masa kemasa di Republik Indonesia terus berubah,
hal ini dimaksudkan untuk menuju ke arah yang lebih baik dengan pengelolaan yang baik,
masa puncak perubahan sistem berawal dari peristiwa reformasi awal tahun 1998 ditandai
dengan terjadinya perubahan besar di lingkungan birokrasi pemerintah. Masa reformasi ini
telah mengubah sistem kehidupan bernegara dengan tuntutan untuk menciptakan good
governance yang terbebas dari perilaku korupsi, kolusi dan nepotisme. Menurut Arie
Soelendro (2000), unsur-unsur pokok upaya perwujudan good governance diantaranya adalah
transparency, fairness, responsibility dan accountability. Sedangkan menurut Hadori Yunus
(2000) unsur-unsur good governance adalah tuntutan keterbukaan (transparency),
peningkatan efisiensi di segala bidang (efficiency), tanggung jawab yang lebih jelas
(responsibility) dan kewajaran (fairness).
Masa berikutnya setelah 1998, munculnya UU Nomor 22 Tahun 1999 dan UU Nomor
25 Tahun 1999, yang lebih dikenal dengan masa otonomi daerah. Dalam hal ini terdapat tiga
jenis pertanggungjawaban keuangan daerah yaitu; 1) pertanggung jawaban pembiayaan
pelaksanaan dekonsentrasi, 2) pertanggung jawaban pembiayaan pelaksanaan pembantuan,
dan 3) pertanggung jawaban anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Penyusunan
APBD merupakan langkah awal yang menjadi dasar untuk pelaksanaan dan pertanggung
jawaban yang dilakukan oleh pemerintahan.
Tujuan penyusunan APBD adalah untuk mengatur pembelanjaan daerah dan
penerimaan daerah agar tercapai kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi daerah secara
merata. Pemerataan pertumbuhan ekonomi inilah yang didambakan oleh seluruh rakyat
Indonesia.
Harapan masyarakat akan pemerataan pembangunan disambut baik oleh pemerintah
dengan diterbitkan UU Otomni Daerah. Otonomi Daerah adalah buah dari reformasi yang
bergulir sejak runtuhnya Orde Baru pada 1998. Otonomi daerah pula yang membuat
kebijakan pengelolaan keuangan negara yang semula sentralistik menjadi
terdesentralisasi.(Mangasa AS;2013).
Lahirnya kewenangan daerah dalam pengelolaan keuangan daerah melalui
desentralisasi fiskal merupakan kemerdekaan atau kebebasan menentukan aturan sendiri.
Menurut Oates dalam Sasana (2009) desentralisasi fiskal akan mampu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat, karena pemerintah sub
nasional/pemerintah daerah akan lebih efisien dalam produksi dan penyediaan barang-barang
publik memenuhi kebutuhan daerah sesuai dengan potensi dan kemampuan yang dimiliki
oleh daerah.
Fase berikutnya pelaksanaan otonomi daerah semakin berkembang ke arah yang lebih
baik dengan lahirnya UU tentang Dana Desa. Lahirnya Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014
tentang Desa memberikan pengakuan dan kekuasaan baru kepada desa yang selama ini
diabaikan dalam pembangunan. Di antara berbagai hal yang tercakup di dalamnya, dana desa
merupakan isu yang paling hangat dibicarakan. Desa akan menerima uang dalam jumlah
besar yang harus dikelola dengan baik dan dipertanggungjawabkan oleh pemerintah desa.
Masalah anggaran masih dianggap sebagian besar masyarakat merupakan masalah
utama dalam penyelengaraan pemerintahan. Namun demikian, pemerintah tetap peduli
dengan persoalan ini, dibuktikan dengan mulai dialokasikannya anggaran Dana Desa mulai
tahun 2015. Pengalokasian Dana Desa tersebut merupakan amanat Undang-undang (UU)
Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa serta Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 66 Tahun 2014
tentang Dana Desa yang Bersumber Dari APBN.

1
Dengan adanya dana desa, maka setiap desa yang saat ini jumlahnya mencapai 72 ribu
di seluruh Indonesia, akan memperoleh anggaran berkisar Rp 800 juta hingga Rp 1,4 miliar
per desa. Melihat besarnya dana yang akan dan telah diperoleh oleh setiap desa, maka perlu
adanya tata kelola yang baik dalam pengelolaan keuangan desa. Good Governance diajukan
demi tercapainya pengelolaan manajemen yang lebih transparan bagi semua penggunaan
laporan keuangan.
Keseriusan pemerintah dalam memajukan desa, dibuktikan dengan semakin
meningkatnya alokasi dana desa setiap tahunnya. Jumlah dana desa dalam Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2017 meningkat menjadi Rp 60 triliun atau Rp 800
juta per desa. Tahun sebelumnya, anggaran dana desa Rp mencapai 46,9 triliun atau Rp 644
juta per desa.(APBN 2017). Besarnya alokasi APBN untuk setiap desa, diharapkan dapat
meningkatkan perekonomian masyarakat desa.

Tabel 1
Roadmap Alokasi Dana Desa TA 2015 s.d 2019
Uraian 2015 2016 2017 2018 2019
APBN APBNP APBN APBN APBN APBN
Transfer ke Daerah 637.975,1 643.355,7 733.610,9 811.843,7 1.037.911,6 1.118.401,7
% Dana Desa 1,42% 3,23% 6,50% 10,00% 10,00% 10,00%
Dana Desa (miliar) 9.066,2 20.766,2 47.684.7 81.184,3 103.791,1 111.840,2
Rata-rata per desa (juta) 122,4 280,3 643,6 1.095,7 1.400,8 1.509,5
Alokasi Dana Desa (miliar) 33.430,8 32.666,4 37.564,4 42.285,9 55.939,8 60.278,0
Bagi Hasil PDRD (miliar) 2.091,1 2.091,0 2.412,4 2.733,8 3.055,3 3.376,7
Total (DD+ADD+BH PDRD) 44.589,0 55.523,6 87.661.5 126.204,2 162.786,3 175.494,9
Rata-rata per desa (juta) 601,8 749,4 1.183.1 1.703,3 2.197,1 2.368,6
Sumber: Kemendagri (2015).

Berdasarkan Roadmap kemendagri di atas, alokasi dana desa yang di anggarkan dalam
APBN semakin besar setiap tahunnya, hal ini menjadi perhatian serius dan rawan
penyalahgunaan oleh pihak-pihak terkait.
Dari kajian yang dilakukan sejak Januari 2015, KPK menemukan 14 temuan pada
empat aspek, yakni aspek regulasi dan kelembagaan; aspek tata laksana; aspek pengawasan;
dan aspek sumber daya manusia.
Pada aspek regulasi dan kelembagaan, KPK menemukan sejumlah persoalan, antara
lain; 1) belum lengkapnya regulasi dan petunjuk teknis pelaksanaan yang diperlukan dalam
pengelolaan keuangan desa; 2) potensi tumpang tindih kewenangan antara Kementerian Desa
dan Ditjen Bina Pemerintahan Desa Kementerian Dalam Negeri; 3) formula pembagian dana
desa dalam PP No. 22 tahun 2015 tidak cukup transparan dan hanya didasarkan atas dasar
pemerataan; 4) pengaturan pembagian penghasilan tetap bagi perangkat desa dari ADD yang
diatur dalam PP No. 43 tahun 2014 kurang berkeadilan; 5) serta kewajiban penyusunan
laporan pertanggungjawaban oleh desa tidak efisien akibat ketentuan regulasi yang tumpang
tindih. (www.kpk.go.id, 2015).
Berdasarkan data kajian yang dikemukakan oleh KPK, ini akan menjadi modal bagi
pengelola dana desa untuk menjalankan amanah pengelolaan dana desa sesuai dengan aturan
dan perundangan yang berlaku.
Besarnya kucuran dana yang akan diterima oleh masing-masing desa mengundang
kekhawatiran banyak pihak. Alih-alih menyelesaikan problem kemiskinan diperdesaan, dana
desa dikhawatirkan justru hanya akan menyeret para elit desa pada tindak pidana korupsi.
Kita semua tahu bagaimana mentalitas korupsi telah merasuk diseluruh level aparatur
pemerintah tanpa terkecuali aparat-aparat yang ada di desa. Persoalannya bukan semata
lemahnya SDM, melainkan juga ketidaksiapan mental aparat desa (org2015).
Ironisnya kekhawatiran terhadap kualitas pengelolaan dana desa itu, oleh pemerintah
dan pihak-pihak terkait belum dijawab secara sistemik melalui program kerja kementerian

2
terkait. Menghadapi kegamangan pengelolaan dana desa itu, Kementerian Dalam Negeri
yang membidangi ranah pemberdayaan masyarakat dan desa, sebagaimana tertuang dalam
Nota Kuangan dan RAPBN 2015 ternyata hanya menjawab dengan program pelatihan bagi
aparatur desa/ kelurahan. Pemerintahan khususnya departemen terkait tidak pernah
menyampaikan bagaimana sistem yang akan dibangun dalam mengawal pengelolaan dana
desa agar tetap sasaran, transparan dan akuntabel.
Untuk menjawab kekhawatiran tersebut peran Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
dalam mencetak tenaga siap pakai khususnya SMK Keuangan sangat terbuka lebar
menyambut peluang tersebut, yakni dengan mempersiapkan para lulusan SMK sebagai
tenaga operator bagian akuntansi di desa-desa.
SMK sebagai salah satu pemegang peranan yang penting dalam penyiapan tenaga kerja
dituntut untuk selalu dapat mengikuti kebutuhan pasar yang terus berkembang. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No. 29 Tahun 1990 tentang pendidikan menengah pasal 3
ayat 2 juga menyebutkan bahwa SMK mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki
lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional.
SMK memiliki beberapa program keahlian yang salah satunya adalah program keahlian
akuntansi yang mempunyai tujuan untuk menyiapkan peserta didiknya menjadi calon teknisi
akuntansi junior yang berkarakter dan beretika sehingga ketika mereka bekerja tidak terjerat
korupsi atau bentuk kecurangan lainnya.
Model perencanaan dan pengembangan kurikulum pembelajaran pendidikan kejuruan
harus sesuai dengan tujuan penyelenggaraan pendidikan kejuruan yang dimuat dalam
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 yaitu untuk mempersiapkan
peserta didik/lulusan memasuki dunia kerja dengan dibekali kompetensi yang sesuai dengan
bidangnya masing-masing.
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 Tahun 2003
pasal 15 menyatakan bahwa pendidikan kejuruan adalah pendidikan yang menghubungkan,
menjodohkan, melatih manusia agar memiliki kebiasaan bekerja untuk dapat memasuki dan
berkembang pada dunia kerja (industri) sehingga dapat dipergunakan untuk memperbaiki
kehidupannya. Proses pendidikan kejuruan perlu ditanamkan pada siswa pentingnya
penguasaan pengetahuan, tehnologi, ketrampilan bekerja, sikap mandiri, efektif dan efisien.
Dalam menyiapkan tenaga kerja yang berkompeten sesuai harapan industri, SMK dapat
melaksanakan program-program kegiatan yaitu: 1) program teaching factory; 2) Jalinan
kerjasama dengan industri yang berbentuk: pengelolaan prakerin yang baik, magang (on the
job training), pengelolaan kunjungan industri, rekruitmen tenaga kerja, penyelenggaraan
kelas industri; dan 3) Penyuluhan dan pembinaan dari stake holder terkait dengan
ketenagakerjaan. (Nugroho Wibowo, 20160. Upaya Memperkecil Kesenjangan Kompetensi
Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan Dengan Tuntutan Dunia Industri.
Mata pelajaran akuntansi dan lembaga di SMK masih baru diberlakukan yakni sejak
dikeluarkannya Kepdirjendikdasmen No.4678/D/KEP/MK/2016 pada tanggal 2 September
2016 tentang Spektrum Keahlian SMK, maka dikeluarkan pula Kepdirjendikdasmen No
130/D/KR/2017 pada tanggal 10 Februari 2017 tentang Struktur Kurikulum SMK pada tahun
ajaran 2017/2018. Salah satu materi ajar yang baru khusus untuk bidang keakhlian : bisnis
dan manajemen, program keahlian : akuntansi dan keuangan kompetensi keahliannya adalah
akuntansi dan keuangan lembaga.
Materi yang dibahas dalam mata ajar ini merupakan materi akuntansi untuk sektor
publik, sektor yang orientasinya bukan semata-mata untuk memperoleh profit. Lembaga
lembaga dimaksud seperti lembaga pemerintahan, pendidikan yang dikelola pemerintah,
rumah sakit. Untuk mewujutkan lulusan yang baik, maka kompetensi guru-guru dibidang ini
harus dibekali dengan baik, karena ini adalah mata ajaran baru di SMK.

3
Kompetensi guru-guru SMK dalam riset ini difokuskan kepada akuntansi di sektor
lembaga pemerintah, seperti dijelaskan sebelumnya bahwa dengan diberlakukannya
desentralisasi keuangan khususnya penyaluran anggaran dana desa, maka setiap desa akan
mendapatkan dana yang sangat besar. Dengan anggaran dana tersebut pihak yang terkait
dengan anggaran dana desa diwajibkan untuk mengelola dan mempertanggungjawabkan dana
tersebut dengan baik.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa para pengelola anggaran dana desa masih
mengandalkan perangkat yang ada di desa-desa dengan tingkat pengetahuan terbatas baik
dari tingkat pendidikan maupun keterampilannya, seperti persyaratan untuk perangkat desa
dalam UU No. 6 tahun 2014 disebutkan bahwa perangkat desa diangkat dari warga desa yang
memenuhi persyaratan; 1) berpendidikan paling rendah sekolah menengah umum atau yang
sederajat; 2) berusia 20 (dua puluh) tahun sampai dengan 42 (empat puluh dua) tahun; 3)
terdaftar sebagai penduduk desa dan bertempat tinggal di desa paling kurang 1 (satu) tahun
sebelum pendaftaran; dan 4) syarat lain yang ditentukan dalam Peraturan Daerah
Kabupaten/Kota.
Berdasarkan persyaratan tersebut dapat dilihat bahwa kompetensi perangkat desa masih
rendah, apalagi dalam pengelolaan keuangan anggaran dana desa, peluang ini harus cepat
direspon oleh pihak terkait, khusus untuk daerah, SMK yang besar peluangnya, khususnya
kelompok keahlian bisnis dan manajemen dapat berperan aktif dalam menghasilkan tenaga
operator akuntansi untuk memenuhi kebutuhan tenaga administrasi desa. Peran aktif SMK
berupa penambahan penyampaian materi kompetensi akuntansi pemerintahan. Sehingga
lulusannya dapat terserap di pemerintahan desa.
Permasalahnya apakah guru-guru yang mengajarkan materi akuntansi lembaga
keuangan sudah memiliki kompetensi yang baik, sehingga mampu mengajarkan materi
tersebut ke siswa, sehingga dapat menghasilkan lulusan yang siap pakai. Untuk itu perlu di
identifikasi apakah guru-guru yang mengajar di SMK baik SMK negeri maupun swasta
mempunyai kompetensi yang sama dalam mengajarkan materi akuntansi keuangan dan
lembaga tersebut.

Perumusan Masalah
Kompetensi guru-guru sebagai tenaga pengajar berbeda antara satu sekolah dengan
sekolah lainnya, begitu pula antara SMK Negeri dan SMK Swasta, dari 47 SMK di
Pekanbaru yang memiliki program keahlian akuntansi hanya 28 SMK yang terdiri dari 8
SMK negeri dan sisanya swasta. Dari 8 SMK Negeri hanya ada 5 yang mempunyai program
keakhlian Keuangan dan Akuntansi.
Penyiapan lulusan SMK yang profesional selayaknya juga dibarengi dengan persiapan
kompetensi guru-guru SMK itu sendiri supaya guru-guru dapat memahami materi akuntansi
keuangan lembaga yang akan diajarkan kepada siswa-siswanya di sekolah, sehingga dapat
menghasilkan lulusan yang profesional dibidang akuntansi keuangan dan lembaga. Mata
ajaran akuntansi keuangan lembaga merupakan mata ajaran baru yang diajarkan di SMK,
untuk itu perlu guru-guru harus mempunyai kompetensi yang baik dalam memberikan materi
tersebut ke pada siswanya, sehingga dapat menghasilkan lulusan yang siap menjadi tenaga
akuntansi di sektor pemerintahan.
Berdasarkan temuan KPK dan BPK, peneglolaan keuangan dana desa, mengalami
kendala baik dalam pelaksanaan maupun dalam pengawasannya, hal ini disebabkan
sebagaian besar pengelola dana desa dilakukan oleh perangkat desa yang pengetahuan dan
keterampilannya terbatas. Keterbatasan ini perlu dijadikan peluang bagi SMK yang
mempunyai bidang keakhlian; bisnis dan manajemen, program keahlian; akuntansi dan
keuangan untuk menyiapkan lulusannya sebagai tenaga akuntansi dipemerintahan khususnya
sebagai tenaga akuntansi di kantor-kantor desa.

4
Berdasarkan latarbelakang di atas, dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu
apakah kompetensi guru di SMK Negeri dan Swasta di Kota Pekanbaru berbasis praktikum
akuntansi berbeda dalam menyiapkan tenaga operator akuntansi pemerintahan di desa.

Maksud dan Tujuan Penelitian


Berdasarkan latarbelakang dan permasalahan yang diuraikan di atas, maka maksud
melakukan penelitian ini adalah untuk menganalisis komparasi kompetensi guru berbasis
praktikum akuntansi dalam menyiapkan tenaga operator akuntansi pemerintahan di desa
(Studi pada SMK di Kota Pekanbaru).
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk menganalisis komparasi kompetensi guru
di SMK Negeri dan Swasta di Kota Pekanbaru berbasis praktikum akuntansi dalam
menyiapkan tenaga operator akuntansi pemerintahan di desa (Studi pada SMK di Kota
Pekanbaru).

Luaran/ Manfaat Penelitian


Luaran dari penelitian ini diantaranya; Laporan hasil penelitian, Artikel yang siap
dipublikasikan ke dalam Jurnal Ilmiah Nasional Terakreditasi/Internasional , Prosiding
seminar nasional/Internasional yang dilaksanakan oleh FKIP Universitas Riau.
Hasil penelitian ini bermanfaat bagi pihak dinas pendidikan dalam membuat kebijakan
sehingga dapat meningkatkan kompetensi guru-guru dan dapat meningkatkan kualitas lulusan
terutama yang langsung ke dunia kerja serta lulusannya dapat terserap di pemerintahan desa
sebagai tenaga operator akuntansi dana desa.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keuangan Daerah


Beberapa lilteratur yang dikemukan oleh akhli tentang keuangan daerah atau anggaran
menyebutkan bahwa keuangan daerah merupakan rencana kerja pemerintah daerah dalam
bentuk uang (rupiah) dalam satu periode tertentu. Sedangkan anggaran daerah atau Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah adalah instrumen kebijakan yang utama bagi pemerintah
daerah (Mardiasmo, 2009:9). Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005,
Keuangan Daerah merupakan semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang termasuk didalamnya
segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban daerah tersebut.
Lebih rinci pengaturan mengenai pengelolaan keuangan daerah yang diatur didalam
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 yang menggantikan Peraturan Pemerintah
Nomor 105 Tahun 2000 merupakan aturan yang bersifat umum dan lebih menekankan
kepada hal yang bersifat prinsip, norma, asas dan landasan umum dalam pengelolaan
keuangan daerah. Sementara itu, sistem dan prosedur pengelolaan keuangan daerah secara
rinci ditetapkan oleh masih-masing daerah.

2.1.1 Prinsip- Prinsip Pengelolaan Keuangan Daerah


Keuangan daerah perlu dikelola dengan baik sesuai prisnsip-prinsip pengelolan keuangan
yang baik, Menurut Mardiasmo (2009) Pengelolaan Keuangan Daerah mengandung arti
bahwa setiap daerah otonom dapat mengurus dan mengatur keuangannya sendiri dengan
menggunakan prinsiprinsip pengelolaan keuangan daerah antara lain.

a) Transparansi
Masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk menegtahui proses anggaran, karena
menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakat terutama dalam pemenuhan kebutuhan
hidup masyarakat.
b) Akuntabilitas
Prinsip pertanggungjawaban publik yang berarti proses pengganggaran mulai dari
perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan harus dilaporkan dan dipertanggungjawabkan
kepada masyarakat.
c) Value of Money
Prinsip ini sesungguhnya merupakan penerapan tiga aspek yaitu ekonomi, efisiensi, dan
efektifitas. Ekonomi, berkaitan dengan pemilikan dan penggunaan sumber daya dalam
jumlah dan kualitas tertentu ada harga yang lebih murah. Efisiensi, penggunaan dana
masyarakat harus dapat menghasilkan output maksimal atau berdataguna. Sedangkan
efektif merupakan penggunaan anggaran harus mencapai target-target atau tujuan
kepentingan publik.

2.1.2 Asas Umum Pengelolaan Keuangan Daerah


Dalam melakukan pengelolaan keuangan daerah, terdapat beberapa asas umum yang
menjadi norma dan prinsip dasar yang harus menjadi pedoman agar pengelolaan keuangan
daerah dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Menurut Ahmad Yani (2002:359) asas-asas
pengelolaan keuangan daerah meliputi keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada
peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung
jawab dengan memerhatikan asas keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.
Efisien merupakan pencapaian keluaran yang maksimum dengan masukan tertentu atau
penggunaan masukan terendah untuk mencapai keluaran tertentu. Ekonomis merupakan

6
pemerolehan pemasukan dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada tingkat harga yang
terendah.

2.1.3 Akuntansi Keuangan Daerah


Akuntansi keuangan daerah merupakan proses pengindentifikasian, pengukuran,
pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari suatu daerah (Provinsi,
kabupaten,, atau kota) yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka pengambilan
keputusan ekonomi oleh pihak-pihak eksternal entitas pemerintah daerah (Halim, 2007: 42).
Menurut Mardiasmo (2009) tujuan Akuntansi Keuangan Daerah sebagai berikut :
a. Memberikan informasi yang diperlukan untuk mengelola secara tepat, efisien, dan
ekonomis atas suatu operasi dan alokasi sumber daya yang dipercayakan kepada
organisasi;
b. Memberikan informasi atas kecukupan penerimaan periode pembiayaan seluruh
pengeluaran, sumber daya ekonomi dan kebutuhan kas sedniri;
c. Menyediakan informasi untuk pelaporan pelaksanaan tanggungjawab mengelola
keuangan secara efektif dan efisien yang kemudian hasilnya akan dilaporkan kepada
publik.

2.1.4 Siklus Akuntansi Keuangan Daerah


Sama seperti siklus akuntansi keuangan, siklus akuntansi keuangan daerah merupakan
sistematika pencatatan transaksi keuangan, peringkasannya dan pelaopran keuangan yang
dimulai dari analisis transaksi bukti-bukti yang ada hingga pelaporan keuangan daerah.
Dalam proses siklus akuntansi terdapat beberapa catatan seperti jurnal umum, buku besar,
neraca saldo, jurnal penyesuaian, neraca saldo setelah penyesuaian, jurnal penutup dan neraca
saldo setelah penutupan. Suatu laporan keuangan yang baik jika hasilnya dan aktivitas
organisasi selalu dicatat.

2.1.5 Laporan Kuangan Daerah


Sesuai dengan PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang SAP, laporan keuangan akan terdiri
atas:
a. Laporan Realisasi Anggaran
Laporan Realisasi Anggaran menyediakan informasi mengenai anggaran dan realisasi
pendapatan-LRA, belanja, transfer, syrplus/defisit-LRA, dan pembiayaan dari suatu entitas
pelaporan. Informasi tersebut berguna bagi para pengguna laporan dalam mengevaluasi
keputusan mengenai alokasi sumber daya ekonomi, akuntabilitas, dan ketaan entitas
pelaporan terhadap anggaran.
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih
Laporan perubahan saldo anggaran lebih (LP-SAL) menyajikan pos-pos berikut, yaitu:
saldo anggaran lebih awal (saldo tahun sebelumnya), penggunaan saldo anggaran lebih,
sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SILPA/SIKPA) tahun berjalan, koreksi kesalahan
pembukuan tahun sebelumnya, lain-lain dan dalo anggaran lebih akhir untuk periode
berjalan. Pos tersebut disajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya.
c. Laporan Operasional
Laporan operasional menyediakan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional
keuangan entitas pelaporan yang tercermin dalam pendapata-LO, beban dan surplus/defisit
oprasional dari suatu entitas pelaporan yang penyajiannya disandingkan dengan periode
sebelumnya. Penggunaan laporan membutuhkan Laporan Operasional dalam
mengevaluasi pendapatan dan beban untuk menjalankan suatu unit atau seluruh entitas
pemerintahan. Laporan operasional disusun untuk melengkapi pelaporan dari siklus

7
akuntansi berbasis akrual sehingga penyusunan laporan operasional, lapoan perubahan
ekuitas dan neraca mempunyai keterkaitan yang bertanggungjawab.
d. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas mengenai aset, kewajiban, dan
ekuitas pada tanggal tertentu. Setiap entitas mengklasifikasikan asetnya dalam aset lancar
dan nonlancar serta mengklasifikasikan kewajibannya menjadi kewajiban jangka pendek
dan jangka panjang. Apabila suatu entitas memiliki aset/barang yang akan digunakan
dalam menjalankan kegiatan pemerintahan, dengan adanya klasifikasi terpisah antara aset
lancar dan nonlancar dalam neraca maka akan memberikan informasi mengenai
aset/barang yang akan digunakan dalam periode akuntansi berikutnya dan akan digunakan
untuk keperluan jangka panjang. Informasi tanggal jatuh tempo aset dan kewajiban
keuangan bermanfaat untuk menilai likuiditas dan solvabilitas suatu entitas pelaporan.
Struktur neraca pemerintah pusat berbeda dengan neraca pemerintah daerah. Perbedaan
tersebut diakibatkan karena kepemilikan aset negara dengan aset daerah, dimana aset
negara lebih kompleks dibandingkan dengan aset daerah.
e. Laporan Arus Kas
Pemerintah pusat dan daerah menyusun dan menyajikan laporan keuangan dengan basis
akrual wajib menyusun laporan keuangan pokok. Entitas pelaporan yang wajib menyusun
dan menyajikan laporan arus kas adalah unit organisasi yang mempunyai fungsi
perbendaharaan umum atau unit yang ditetapkan sebagai bendaharawan umum/negara.
Tujuan dari pelaporan tersebut adalah memberikan informasi mengenai sumber,
penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama satu periode pada saat pelaporan.
Informasi ini berguna sebagai indikator jumlah arus kas di masa yang akan datang, serta
untuk menilai kecermatan penggunaan yang telah dibuat. Karena arus kas mmpunyai
tanggungjawab atas arus kas masuk dan keluar selama satu periode.
f. Laporan Perubahan Ekuitas
Laporan perubahan ekuitas menyajikan sekurang-kurangnya pos ekuitas awal atau ekuitas
tahun sebelumnya, suplus/defisit-LO pada periode bersangkutan dan koreksi yang
langsung menambah atau mengurangi ekuitas, yang antara lain berasal dari dampak
kumulatif yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan
mendasar. Struktur laporan perubahan ekuitas baik pada pemerintahan pusat dan
pemerintahan daerah tidak memiliki perbedaan.
g. Catatan Atas Laporan Keuangan
Agar sebuah laporan keuangan pemerintah dapat dipahami dan digunakan oleh pengguna
dalam melakukan evaluasi dan menilai pertanggungjawaban keuangan negara diperlukan
Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK). CaLK memberikan informasi kualitatif dan
menggunakan kebijakan serta menjelaskan kinerja pemerintahan dalam tahapan
pengelolaan keuangan negra. Selain itu, dalam CaLK memberikan penjelasan atas
informasi dalam laporan keuangan karena penyajian dalam CaLK harus disajikan secara
sistematis. Dalam setiap po-pos laporan harus mempunyai referensi silang dengan
informasi terkait dalam CaLK.

2.2 Kompetensi Kurikulum SMK tentang Praktik Akuntansi Keuangan Lembaga


Kompetensi adalah kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui
pendidikan dan latihan (Sahertian dan Sahertian, 2000) Dengan kompetensi ini guru-guru
dapat mengembangkan profesinya sebagai pendidik yang baik, mereka dapat mengendalikan
serta dapat mengatasi berbagai kesulitan dalam melaksanakan kewajibannya.
Cooper (2010) menyatakan bahwa secara umum ada empat kompetensi guru yaitu; (1)
mengetahui pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia, (2) mempunyai
pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya, (3) mempunyai sikap yang tepat

8
tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat, dan bidang studi yang dibinanya, (4) mempunyai
keterampilan dalam teknik mengajar (Wijaya dan Tabrany, 2009). Kompetensi itu bersifat
kognitif, afektif maupun performance.
Menurut UU No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, "kompetensi adalah
seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan
dikuasai oleh guru dan dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya".
Sesuai PP No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 28 (3) menyatakan
bahwa kompetensi yang harus dimiliki oeh sebagai guru sebagai seorang agen pembelajaran
adalah sebagai berikut :
a. Kompetensi pedagogik. Dalam Standar Nasional Pendidikan, menjelaskan pasal 28 (3)
dibutir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola
pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.
b. Kompetensi kepribadian. Dalam Standar Nasional Pendidikan, menjelaskan pasal 28 (3)
butir b, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi. kepribadian adalah
kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi
teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
c. Kompetensi profesional. Dalam Standar Nasional Pendidikan, menjelaskan pasal 28 (3)
butir c, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah
kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang
ditetapkan standar nasional pendidikan.
d. Kompetensi sosial. Dalam Standar Nasional Pendidikan, menjelaskan pasal 28 (3) butir
d, dikemukakan bahwa yang dimaksud kompetensi sosial adalah kemampuan guru dari
sebagian masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik,sesame pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar.
Kompetensi bersifat kognitif maksudnya adalah seorang guru harus mempunyai
pengertian serta pengetahuan tentang apa yang sedang diajarkan. Kompetensi bersifat afektif
maksudnya adalah seorang guru harus memiliki sikap dan nilai-nilai yang terkandung dalam
apa yang sedang diajarkan. Yang dimaksud kompetensi bersifat performance adalah bahwa
seorang guru hendaknya mempunyai sikap dan perilaku yang dapat mencerminkan
pemahaman dan keterampilan profesinya (Sahertian dan Sahertian, 2000).
Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan keterampilan dan nilai-nilai dasar yang
direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi yang dimiliki oleh setiap
guru akan menunjukkan kualitas guru yang sebenarnya. Standar kompetensi guru adalah
suatu ukuran yang ditetapkan atau dipersyaratkan dalam bentuk penguasaan pengetahuan dan
perilaku perbuatan bagi seseorang guru agar berkelayakan untuk menduduki jabatan
fungsional sesuai bidang tugas, kualifikasi dan jenjang pendidikan.
Kompetensi berkaitan dengan kemampuan, pengetahuan/wawasan, dan sikap yang
dijadikan suatu pedoman dalam melakukan tanggung jawab pekerjaan yang dikerjakan oleh
pegawai. Berikut pengertian kompetensi menurut beberapa ahli. Spencer dan Spencer dalam
Hamzah B. Uno (2007) Mengemukakan bahwa "Kompetensi merupakan karakteristik yang
menonjol bagi seseorang dan menjadi cara-cara berperilaku dan berfikir dalam segala situasi,
dan berlangsung dalam periode waktu yang lama". Kemudian Mulyasa (2008)
mengemukakan bahwa "kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan, dan
kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia
dapat melakukan perilaku-perilaku kognitif, afektif dan psikomotorik dengan sebaik baiknya.

9
2.2.1 Indikator Kompetensi Profesional Guru
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru
menjelaskan kompetensi profesional guru terdiri dari :
1. Kemampuan penguasaan materi
a. Mampu menguasai substansi pembelajaran
Hal ini berarti guru harus memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah
dan memahami struktur, konsep dan metode keilmuan yang menaungi dan konheran
dengan materi ajar
b. Mampu mengorganisasikan materi pembelajaran
Dalam hal ini berarti guru harus memahami hubungan antar mata pelajaran terkait dan
menyampaikan materi pelajaran secara berurutan
c. Mampu menyesuaikan materi pelajaran dengan kebutuhan siswa
Dalam hal ini guru harus mampu menerapkan konsep-konsep keilmuan dalam proses
belajar mengajar dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan kebutuhan siswa
2. Pemahaman terhadap perkembangan profesi
a. Mampu mengikuti perkembangan kurikulum
b. Mampu mengikuti perkembangan IPTEK
c. Mampu menyesuaikan permasalahan umum dalam proses belajar dan hasil belajar
d. Mampu mengembangkan dan menggunakan berbagai alat, metode dan sumber belajar
yang relevan (sesuia)
e. Mampu mengembangkan bidang studi
f. Mampu memahami fungsi sekolah

Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun


2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru (Permendiknas No 12,
13, Dan 16), dijelaskan bahwa “Guru yang profesional khususnya pada jenjang pendidikan
menengah harus memiliki indikator:
a) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata
pelajaran yang diampu.
b) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu.
c) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
d) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan
reflektif.
e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk mengembangkan diri.
Indikator di atas mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan
substansi keilmuan yang menaungi materinya, penguasaan terhadap struktur dan metodologi
keilmuannya, pemanfaatan teknologi untuk dalam pembelajaran serta upaya pengembangan
keprofesionalan melalui pengembangan individu guru itu sendiri.
Kompetensi pertama yaitu menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan
yang mendukung mata pelajaran yang diampu menurut Standar Kompetensi Guru Mata
Pelajaran. Kompetensi dalam hal ini adalah kompetensi guru yang memberikan materi
tentang akuntansi dan lembaga keuangan di SMK.
Kurikulum merupakan pedoman bagi guru yang berisi perangkat mata pelajaran dan
program pendidikan yang diberikan oleh suatu lembaga penyelenggara pendidikan yang
berisi rancangan pelajaran yang akan diberikan kepada peserta pelajaran dalam satu periode
jenjang pendidikan.
Tujuan kurikulum mencakup empat aspek kompetensi, yaitu (1) aspek kompetensi
sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Aspek-aspek
kompetensi tersebut dicapai melalui proses pembelajaran intrakurikuler, kokurikuler, dan
ekstrakurikuler.

10
Rumusan kompetensi sikap spiritual yaitu, “Menghayati dan mengamalkan ajaran
agama yang dianutnya”. Sedangkan rumusan kompetensi sikap sosial yaitu, “Menghayati dan
mengamalkan perilaku jujur, disiplin, santun, peduli (gotong royong, kerja sama, toleran,
damai), bertanggung-jawab, responsif, dan proaktif melalui keteladanan, pemberian nasihat,
penguatan, pembiasaan, dan pengkondisian secara berkesinambungan serta menunjukkan
sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa
dalam pergaulan dunia”. Kedua kompetensi tersebut dicapai melalui pembelajaran tidak
langsung (indirect teaching) yaitu keteladanan, pembiasaan, dan budaya sekolah, dengan
memperhatikan karakteristik mata pelajaran serta kebutuhan dan kondisi peserta didik.
Penumbuhan dan pengembangan kompetensi sikap dilakukan sepanjang proses
pembelajaran berlangsung, dan dapat digunakan sebagai pertimbangan guru dalam
mengembangkan karakter peserta didik lebih lanjut.

Kompetensi Inti 3 (Pengetahuan)


3. Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang pengetahuan faktual,
konseptual, operasional dasar, dan metakognitif sesuai dengan bidang dan lingkup kerja
Akuntansi dan Keuangan Lembaga pada tingkat teknis, spesifik, detil, dan kompleks,
berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam
konteks pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja,
warga masyarakat nasional, regional, dan internasional.

Kompetensi Inti 4 (Keterampilan)


4. Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur kerja
yang lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai dengan bidang Akuntansi dan
Keuangan Lembaga. Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan
kuantitas yang terukur sesuai dengan standar kompetensi kerja. Menunjukkan
keterampilan menalar, mengolah, dan menyaji secara efektif, kreatif, produktif, kritis,
mandiri, kolaboratif, komunikatif, dan solutif dalam ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas
spesifik di bawah pengawasan langsung. Menunjukkan keterampilan mempersepsi,
kesiapan, meniru, membiasakan, gerak mahir, menjadikan gerak alami dalam ranah
konkret terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu
melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.

2.2.2 Kurikulum Akuntansi dan Keuangan Lembaga


Untuk materi akuntansi dan keuangan lembaga berikut ditampilkan Komptensi dasar
dalam pembelajaran yang dilakukan oleh di guru disekolah.

Tabel 2
Kompetensi Dasar Akuntansi dan Lembaga Keuangan
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
3.1 Memahami pembukuan tunggal, dan 4.1 Mengidentifikasi pembukuan tunggal, dan
pembukuan berpasangan untuk akuntansi pembukuan berpasangan untuk akuntansi
keuangan pemerintah daerah keuangan pemerintah daerah
3.2 Menerapkan persamaan akuntansi, 4.2 Melakukan pencatatan persamaan akuntansi,
konsep debet dan kredit, penjurnalan, konsep debet dan kredit, penjurnalan, buku
buku besar, saldo normal dan laporan besar, saldo normal dan laporan keuangan
keuangan untuk akuntansi keuangan untuk akuntansi keuangan pemerintah daerah
pemerintah daerah
3.3 Menganalisis transaksi pendapatan 4.3 Melakukan pencatatan transaksi pendapatan
daerah, belanja derah, pembiayaan daerah, belanja derah, pembiayaan daerah,
daerah, asset daerah, kewajiban daerah, asset daerah, kewajiban daerah, dan equitas

11
Kompetensi Dasar Kompetensi Dasar
dan equitas dana daerah dana daerah
3.4 Menerapkan system akuntansi keuangan, 4.4 Melakukan pencatatan system akuntansi
dan struktur akuntansi keuangan keuangan, dan struktur akuntansi keuangan
desa/kelurahan desa/kelurahan
3.5 Menerapkan standar pengakuan, 4.5 Melakukan pencatatan pengakuan,
pengukuran, dan pengungkapan/disclosur pengukuran, dan pengungkapan/disclosur
akuntansi pemerintah daerah akuntansi pemerintah daerah
3.6 Menganalisis elemen basis akuntansi, 4.6 Melakukan pencatatan elemen basis akuntansi,
pelaksana akuntansi, struktur lengkap struktur lengkap kode rekening untuk
kode rekening untuk kelompok akun kelompok akun asset, kewajiban, ekuitas dana,
asset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja, dan pembiayaan di
pendapatan, belanja, dan pembiayaan di desa/kelurahan
desa /kelurahan
3.7 Menganalisis transaksi akuntansi 4.7 Melakukan pencatatan akuntansi pendapatan
pendapatan satker, dan akuntansi satker, dan akuntansi pendapatan
pendapatan desa/kelurahan) desa/kelurahan
3.8 Menganalisis transaksi akuntansi belanja 4.8 Melakukan pencatatan akuntansi belanja
satker, dan akuntansi belanja satker, dan akuntansi belanja desa/kelurahan)
desa/kelurahan)
3.9 Menganalisis transaksi Akuntansi 4.9 Melakukan pencatatan Akuntansi penerimaan
penerimaan pembiayaan, dan akuntansi pembiayaan, dan akuntansi pengeluaran
pengeluaran pembiayaan di pembiayaan di desa/kelurahan
desa/kelurahan
3.10 Menganalisis transaksi akuntansi asset 4.10 Melakukan pencatatan akuntansi asset satker,
satker, dan akuntansi asset dan akuntansi asset desa/kelurahan
desa/kelurahan
3.11 Menganalisis transaksi akuntansi 4.11 Melakukan pencatatan akuntansi kewajiban
kewajiban satker, dan akuntansi satker, dan akuntansi kewajiban
kewajiban desa/kelurahan) desa/kelurahan
3.12 Menganalisis transaksi dokumen sumber 4.12 Melakukan pencatatan dokumen sumber
akuntansi ekuitas dana satker, dan akuntansi ekuitas dana satker, dan dokumen
dokumen sumber akuntansi ekuitas dana sumber akuntansi ekuitas dana desa/kelurahan
desa/kelurahan
3.13 Menganalisis transaksi akuntansi koreksi 4.13 Melakukan pencatatan akuntansi koreksi
kesalahan, peristiwa luar biasa, dokumen kesalahan, peristiwa luar biasa, dokumen
sumber yang digunakan di satker, dan di sumber yang digunakan di satker, dan di
desa/kelurahan desa/kelurahan
3.14 Mengevaluasi laporan keuangan 4.14 Menyusun laporan keuangan desa /kelurahan
desa/kelurahan yang meliputi tujuan yang meliputi penyusunan neraca saldo,
laporan keuangan, komponen laporan pencatatan jurnal penyesuaian, laporan
keuangan, neraca saldo, jurnal realisasi anggaran sebelum konversi, jurnal
penyesuaian, laporan realisasi anggaran penutup, penyusunan neraca, catatan atas
sebelum konversi, jurnal penutup, laporan keuangan, konversi laporan keuangan,
penyusunan neraca, catatan atas laporan dan laporan keuangan setelah konversi
keuangan, konversi laporan keuangan,
dan penyusunan laporan keuangan
setelah konversi
3.15 Menerapkan komputerisasi data 4.15 Membuat file data akuntansi desa/kelurahan
akuntansi desa/kelurahan
3.16 Menganalisis daftar akun untuk 4.16 Menyusun daftar akun untuk desa/kelurahan.
desa/kelurahan.
3.17 Menganalisis transaksi yang terkait 4.17 Melakukan entry transaksi yang terkait dengan
dengan akuntansi desa/kelurahan akuntansi desa/kelurahan
3.18 Mengevaluasi laporan keuangan 4.18 Mencetak laporan keuangan desa/kelurahan
desa/kelurahan

12
Upaya meningkatkan kompetensi guru yang harus dilakukan dalam proses
pembelajaran tergantung pada beberapa hal seperti guru, sarana prasarana pembelajaran,
peserta didik, lingkungan kelas, serta iklim pembelajaran.
Guru yang kompeten merupakan guru yang profesional dalam kegiatan belajar
mengajar dan dapat menghasilkan pembelajaran yang efektif dan pendidikan yang
berkualitas sehingga menghasilkan out put yang berkulitas juga.
Salah satu kompetensi yang wajib dikuasai oleh guru adalah kompetensi profesional
sesuai dengan bidang keilmuannya. Kompetensi profesional guru merupakan hasil yang
diperoleh antara lain dari pendidikan LPTK, pengalaman mengajar, dan pelatihan pra jabatan
selama menjadi guru.
Tinggi rendahnya mutu pembelajaran di LPTK serta diklat, pelatihan, seminar,
workshop, maupun lokakarya yang diikuti oleh guru akan mempengaruhi tingkat kompetensi
profesional guru. Kegiatan pengabdian ini merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk
meningkatkan kompetensi guru, khusunya guru akuntansi dan keuangan yang tergabung
dalam MGMP Akuntansi di Kabupaten rokan Hulu, semoga dengan pelatihan ini kompetensi
guru di MGMP Akuntansi Kabupaten Rokan Hulu dapat meningkat.

2.2.3 Akuntansi Keuangan Lembaga


Akuntansi keuangan lembaga merupakan mata pelajaran baru yang di ajarkan di SMK
kekhususnan Akuntansi dan keuangan. Materi yang diajarkan merupakan materi untuk
akuntansi pemerintahan atau akuntansi sektor publik atau akuntansi untuk organisasi yang
bukan untuk mengejar profit.
Hal terbaru yang menjadi pokus dalam akuntansi pemerintahan adalah akuntansi
tentang dana desa Menurut Permendagri No 113 tahun 2014 Pengelolaan Keuangan Desa
adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan, dan pertanggungjawaban keuangan desa.
Menurut permendagri No. 113 tahun 2014 akuntansi desa adalah pencatatan dari proses
transaksi yang terjadi di desa, dibuktikan dengan nota-nota kemudian dilakukan pencatatan
dan pelaporan keuangan sehingga akan menghasilkan informasi dalam bentuk laporan
keuangan yang digunakan pihak-pihak yang berhubungan dengan desa.

2.2.3.1 Akuntansi Dana Desa


Dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, maka kita coba
jabarkan apa yang sebelumnya diatur pada UU Nomor 6 Tahun 2014, di antaranya : Pasal 93
ayat (1) menyatakan bahwa pengelolaan keuangan Desa meliputi : perencanaan, pelaksanaan,
penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban. Berdasarkan pasal 105 dinyatakan
ketentuan mengenai pengelolaan keuangan Desa akan diatur dalam Peraturan Menteri
(maksudnya Menteri Dalam Negeri).
Selanjutnya pasal 94 menyatakan bahwa pengelolaan keuangan Desa dilaksanakan
dalam masa 1 (satu) tahun anggaran terhitung mulai tanggal 1 Januari sampai dengan 31
Desember. Pasal 103 menyatakan bahwa Kepala Desa menyampaikan laporan realisasi
pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota setiap semester tahun berjalan.
Laporan semester pertama disampaikan paling lambat pada akhir bulan Juli tahun
berjalan. Sedangkan laporan semester kedua disampaikan paling lambat pada akhir Januari
tahun berikutnya.
Berikut tahapan dalam akuntansi dana desa yang dikutip dari modul pedoman asistensi
akuntansi keuangan desa diterbitkan oleh IAI KASP tahun 2015.

13
2.2.3.2 Persamaan Akuntansi dan Kode Akun
Persamaan dalam akuntansi merupakan gambaran antara elemen-elemen dalam
sebuah laporan keuangan yang saling berhubungan. Terdapat 5 (lima) elemen pokok dalam
laporan keuangan Desa, yaitu Aset, Kewajiban, Pendapatan, Belanja, dan Kekayaan Bersih.
Persamaan akuntansi dasar ini sangat sederhana dengan mengambil 3 (tiga)
elemen pokok dalam laporan keuangan, yaitu aset, kewajiban, dan kekayaan bersih, maka
didapat rumusan persamaan akuntansinya sebagai berikut :

Aset = Kewajiban + Kekayaan Bersih


Persamaan akuntansi yang diperluas dari persamaan akuntansi dasar ini memiliki 2
(dua) rumus yaitu :

Aset + Belanja = Kewajiban + Kekayaan Bersih + Pendapatan +/- Pembiayaan Netto


Atau
Aset = Kewajiban + Kekayaan Bersih + (Pendapatan – Belanja) +/- Pembiayaan Netto

Kode akun adalah suatu penamaan/penomoran yang dipergunakan untuk


mengklasifikasikan pos atau rekening transaksi. Setiap jenis pos dalam satu sistem
akuntansi harus memiliki kode atau nomor yang dapat dibedakan sesuai dengan
kelompoknya. Kode akun mempunyai karakteristik sebagai berikut :
- Luwes, mudah disisipkan jika terdapat penambahan akun baru.
- Sederhana, sesuai dengan tujuan akun, namun mudah dimengerti
- Unik, setiap akun mempunyai kode masing-masing dan unik
- Sistematik, penempatan atau urutan akun sesuai dengan akun utama (BPKP,2016).
Kode akun yang akan digunakan dalam pencatatan keuangan pemerintahan desa
sebaiknya ditetapkan seragam, sehingga laporan keuangan Desa bisa saling diperbandingkan.
Bahkan seandainya diperlukan, akan memudahkan dalam melakukan kompilasi laporan
keuangan seluruh Desa yang ada pada suatu Kabupaten/Desa.

2.2.3.3 Siklus Akuntansi


Siklus akuntansi merupakan gambaran tahapan kegiatan akuntansi yang meliputi
pencatatan, penggolongan, pengikhtisaran, dan pelaporan yang dimulai saat terjadi sebuah
transaksi. (BPKP,2016).
Tahapan Siklus Akuntansi
1. Tahap Pencatatan
Tahap ini merupakan langkah awal dari siklus akuntansi. Berawal dari bukti- bukti
transaksi selanjutnya dilakukan pencatatan ke dalam buku yang sesuai.

2. Tahap Penggolongan
Tahap selanjutnya setelah dilakukan pencatatan berdasarkan bukti transaksi adalah tahap
penggolongan. Tahap penggolongan merupakan tahap mengelompokkan catatan bukti
transaksi ke dalam kelompok buku besar sesuai dengan nama akun dan saldo-saldo yang
telah dicatat dan dinilai ke dalam kelompok debit dan kredit.

3. Tahap Pengikhtisaran
Pada tahap ini dilakukan pembuatan neraca saldo dan kertas kerja. Laporan Kekayaan
Milik Desa berisi saldo akhir akun-akun yang telah dicatat di buku besar utama dan buku
besar pembantu. Laporan Kekayaan Milik Desa dapat berfungsi untuk mengecek
keakuratan dalam memposting akun ke dalam debit dan kredit. Di dalam Laporan
Kekayaan Milik Desa jumlah kolom debit dan kredit harus sama atau seimbang.

14
Sehingga perlunya pemeriksaan saldo debit dan kredit di dalam Laporan Kekayaan
Milik Desa dari waktu ke waktu untuk menghindari salah pencatatan. Dengan demikian,
pembuktian ini bukan merupakan salah satu indikasi bahwa pencatatan telah dilakukan
dengan benar.

4. Tahap Pelaporan
Tahap ini merupakan tahap akhir dari siklus akuntansi. Kegiatan yang dilakukan pada
tahap ini:
a. Membuat Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa.
Laporan ini berisi jumlah anggaran dan realisasi dari pendapatan, belanja, dan
pembiayaan dari pemerintah desa yang bersangkutan untuk tahun anggaran terten
a. Laporan Kekayaan Milik Desa. Laporan yang berisi posisi aset lancar, aset tidak lancar,
dan kewajiban pemerintah desa per 31 Desember tahun tertentu.

2.2.3.4 Penulisan Bukti-Bukti Akuntansi


- Proses pembuatan informasi keuangan berasal dari pencatatan bukti-bukti transaksi.
Pencatatan bukti transaksi merupakan proses yang sangat penting dan berpengaruh pada
proses penyusunan laporan keuangan. Jika terjadi kesalahan pada penulisan bukti-bukti
transaksi, maka laporan keuangan yang dihasilkan akan tidak valid dan relevan.
Selain itu tentunya akan menyesatkan pengguna informasi keuangan tersebut.
(BPKP,2016).
A. Jenis-Jenis Bukti Transaksi
Berdasarkan sumbernya bukti transaksi dapat dibedakan dalam 2 (dua)
kelompok, yaitu :
1. Bukti Transaksi Internal
Bukti transaksi internal adalah bukti yang berasal atau dikeluarkan oleh
pemerintah desa sebagai bukti telah terjadinya transaksi.
a. Bukti kas masuk
Merupakan bukti transaksi yang mencatat bahwa pemerintah desa menerima
sejumlah uang, misalkan tanda terima uang yang dibuat karena pemerintah
desa menerima sumbangan dalam bentuk uang dari masyarakat.
b. Bukti kas keluar
Merupakan bukti transaksi yang mencatat pengeluaran sejumlah uang oleh
pemerintah desa, misalkan bukti pengeluaran kas untuk membayar tagihan yang
disampaikan ke pemerintah desa atas pembelian yang dilakukan.
2. Bukti Transaksi Eksternal
Bukti transaksi eksternal adalah bukti yang berasal dan dibuat oleh pihak luar
akibat transaksi yang terjadi. Contoh bukti eksternal adalah surat tagihan,
kuitansi, bon/nota, faktur, cek, bilyet giro, dan rekening koran bank. Bukti-bukti
ini diperoleh pemerintah Desa karena adanya transaksi dengan pihak ketiga yang
dilakukan dengan menggunakan uang milik Desa.
Dalam akuntansi, bukti transaksi mempunyai fungsi :
1. Sebagai catatan sah yang dapat dipertanggungjawabkan dikemudian hari.
2. Sebagai dasar untuk melakukan analisis akun-akun mana saja yang
berpengaruh pada kejadian transaksi tersebut.

B. Pemberian Kode pada Bukti Transaksi


Bukti transaksi perlu diberi nomor pengarsipan yang tujuannya memudahkan dalam
melakukan pencatatan dan dalam pencarian bukti transaksi setelah dilakukan
pengarsipan. Pemberian nomor pengarsipan juga akan memudahkan

15
Dalam pengecekan terhadap pencatatan yang telah dilakukan. Bilamana
memungkinkan bukti transaksi yang berasal dari internal dapat diberikan penomoran
yang tercetak sebelumnya (pre-numbered) ataupun bisa dengan memberikan cap
nomor yang akan tercetak berurutan apabila digunakan.

2.2.3.5 Penulisan Buku Besar


A. Pencatatan Bukti Transaksi ke Buku Besar
Setiap transaksi yang terjadi baik yang terkait dengan penerimaan pendapatan
pengeluaran belanja, dan penerimaan/pengeluaran pembiayaan dicatat pada Buku
Kas Umum (BKU). Selanjutnya atas transaksi-transaksi yang telah dilakukan
pencatatannya dibukukan ke dalam buku besar dan buku besar pembantu yang sesuai.
Untuk mempermudah pemahaman terkait dengan berbagai buku yang digunakan, di
bawah ini diberikan beberapa contoh transaksi yang berdampak pada pencatatan yang
harus dilakukan.

B. Pengikhtisaran Buku Besar ke Laporan Pertanggungjawaban Realisasi APBDesa dan


Laporan Kekayaan Milik Desa
Setelah seluruh transaksi dicatat pada BKU dan Buku Besar, tahap berikutnya adalah
tahap pengikhtisarannya dari buku besar ke neraca saldo. Pencatatan ke neraca saldo
dilakukan untuk meyakinkan bahwa proses yang dilakukan telah dilakukan
pencatatannya dengan benar (pengecekan debit dan kreditnya sudah seimbang).
Dengan dibuatnya neraca saldo maka akan memudahkan dalam penyusunan Laporan
Pertanggungjawaban Realisasi APBDesa dan Laporan Kekayaan Milik Daerah.

C. Membuat Kertas Kerja dan Neraca Lajur


Kertas kerja atau neraca lajur dibuat untuk memudahkan dalam pembuatan laporan
Laporan Pertanggungjawaban Realisasi APBDesa dan Laporan Kekayaan Milik
Daerah. Angka yang disajikan pada Neraca Lajur diambil dari Neraca Saldo seluruh
Buku Besar dengan memperhatikan koreksi yang kemungkinan dilakukan atas
penyajian angka-angka tersebut.

2.2.3.6 Penyusunan Laporan Keuangan Desa


Membuat laporan keuangan merupakan tahap akhir dari siklus akuntansi. Data laporan
keuangan diambil dari seluruh proses yang dilakukan sampai dengan dibuatnya neraca
lajur. Data yang diproses berdasarkan neraca lajur itulah digunakan sebagai dasar
penyusunan laporan keuangan.
A. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi APBDesa
Laporan ini menyajikan realisasi pendapatan, belanja, dan pembiayaan dari pemerintah
desa dibandingkan dengan anggarannya sesuai dengan APBDesa atau APBDesa
Perubahan untuk suatu tahun anggaran tertentu.
B. Laporan Kekayaan Milik Desa
Laporan ini menyajikan kekayaan milik desa yang pada dasarnya merupakan selisih
antara aset yang dimiliki desa dengan jumlah kewajiban desa sampai dengan tanggal
31 Desember suatu tahun.

2.3 Kerangka Pemikiran


Beberapa penelitian terkait dengan kompetensi guru dalam menyiapkan lulusannya
telah dilakukan oleh beberapa peneliti, di antaranya oleh Sohidin (2015) menyatakan bahwa
Pembelajaran dengan menggunakan bahan ajar yang disusun sesuai dengan desain
instruksional sangat baik dalam upaya meningkatkan kemampuan mahasiswa. Oleh karena
itu, perlu bagi para pengembang materi untuk bisa memahami dan menerapkan desain

16
pembelajaran dalam proses pengembangan paket pembelajaran khususnya praktikum
akuntansi.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Nurul Widayati (2015) hasilnya Lulusan SMK
Akuntansi tidak hanya sekedar terampil sebagai tenaga akuntan junior saja tetapi juga
harus memiliki karakter yang handal dan tangguh yang dapat bersaing dengan tenaga kerja
luar negeri. Sedangkan Indah Susilowati dkk (2013) meneliti tentang Strategi Peningkatan
Kompetensi Guru dengan Pendekatan Analysis Hierarchy Process dengan kesimpulan bahwa
ada 3 hal yang harus dilakukan unruk meningkatkan kompetensi guru yaitu; (1) memilih
moralitas calon guru 2) menyaring kualitas guru (3) mengirim guru untuk mengikuti berbagai
pelatihan untuk meningkatkan karakter mereka.
Dari beberapa penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa peningkatan kompetensi guru
sangat penting dilakukan, terutama yang berkaitan dengan pelatihan-pelatihan yang
mengsikronkan materi ajar disekolah dengan dunia kerja. Untuk rumpun akuntansi dan
keuangan di SMK sudah selayaknya guru-guru perlu meningkatkan kompetensinya terutama
untuk mata ajar praktik akuntansi keuangan lembaga yang diharapkan lulusannya dapat
berperan dalam mensukseskan pelaksanaan dan pelaporan dana desa, yang selama ini
dikerjakan oleh perangkat desa. Untuk itu SMK sebagai sekolah kejuruan harus menangkap
peluang ini sehingga lulusannya dapat mengisi posisi sebagai operator akuntansi di desa.

17
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif komparatif dengan
pendekatan kuantitatif, pendekatan kuantitatif untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan
yang signifikan antara kompetensi guru SMK Negeri dan SMK Swasta di Kota Pekanbaru
tentang akuntansi keuangan lembaga.
Deskriptif komparatif, penelitian yang bersifat membandingkan keberadaan suatu
variabel atau lebih pada dua sampel atau lebih sampel yang berbeda (Sugiyono, 2012).
Dengan demikian melalui penelitian komparatif dapat menguji kebenaran hipotesis yang
dirumuskan sebelumnya, yang akan menyatakan bahwa kompetensi guru SMK Negeri yang
dianalisis dengan metode Mann Whitney U Test lebih baik atau sama dibandingkan dengan
kompetensi guru SMK Swasta di Kota Pekanbaru tentang akuntansi keuangan lembaga.
3.2 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan adalah jenis data primer, yaitu data yang berasal langsung
dari sumber data yang dikumpulkan secara khusus dan berhubungan langsung dengan
permasalahan yang diteliti (Cooper dan Emory, 2004).
3.3 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode survei menggunakan media angket
(kuesioner), dokumentasi, dan wawancara. Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang diisi
responden. Sejumlah pernyataan diajukan kepada responden dan kemudian responden
diminta menjawab sesuai dengan pendapat mereka.
Kuisioner atau angket ini akan disebarkan kepada Guru-guru Akuntansi pada SMK di
Kota Pekanbaru sebagai responden penelitian.
Untuk mengukur pendapat responden digunakan skala Likert, yaitu dimulai dengan
angka 4 untuk pendapat sangat setuju (SS) dan angka 1 untuk sangat tidak setuju (STS).
Perinciannya adalah sebagai berikut:
Angka 1 = Sangat Tidak Setuju (STS) Angka 3 = Setuju (S)
Angka 2 = Tidak Setuju (TS) Angka 4 = Sangat Setuju (SS)
Dokumentasi yang diperlukan dalam penelitian ini merupakan data-data yang berkaitan
dengan riset ini yang ada di Kota Pekanbaru. Dokumen merupakan salah satu sumber data
yang berupa catatan, gambar, atau karya. Studi dokumen merupakan pelengkap dari
penggunaan metode wawancara dapat meningkatkan kredibilitas hasil wawancara (Sugiyono,
2012).
3.4 Metode Analisis Data
Analisis sebelum pengumpulan data di lapangan dilakukan terhadap penelitian
terdahulu atau data sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian.
Analisis deskriptif dilakukan dengan penelaahan terhadap penelitian-penelitian terdahulu
yang berhubungan paraktik akuntansi keuangan lembaga di SMK.
Metode analisis menggunakan statistik deskriptif menggunakan skor rata-rata yang
digunakan untuk memperoleh gambaran tingkat persepsi responden mengenai kompetesi
guru-guru tentang praktik akuntansi lembaga keuangan. Analisis data dengan menggunakan
metode Mann Whitney U Test.
Mann Whitney U Test adalah uji non parametris yang digunakan untuk mengetahui
perbedaan median 2 kelompok bebas apabila skala data variabel terikatnya adalah ordinal
atau interval/ratio tetapi tidak berdistribusi normal. Sumber data adalah 2 kelompok yang
berbeda.

18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

4.1 Hasil Penelitian


Hasil penelitian ini akan disajikan dalam tiga bagian, pada bagian pertama akan
disajikan identitas umum dan identitas khusus responden. Pada bagian kedua akan disajikan
hasil komparasi kompetensi guru di SMK Negeri dan Swasta di Kota Pekanbaru dalam
bentuk skala sikap. Pada bagian ketiga akan disajikan hasil komparasi kompetensi guru di
SMK Negeri dan Swasta di Kota Pekanbaru dalam penguasaan materi praktikum akuntansi
dalam menyiapkan tenaga operator akuntansi pemerintahan di desa. Responden pada
penelitian ini adalah guru, sebanyak 22 orang tenaga pengajar dari SMK Negeri dan sebanyak
18 orang tenaga pengajar dari SMK Swasta.

4.1.1 Identitas Umum dan Identitas Khusus


Identitas umum responden yang diteliti meliputi jenis kelamin, usia, pendidikan
terakhir. Kemudian identitas khusus meliputi latar belakang pendidikan, pernah belajar
akuntansi sektor publik/ pemerintahan/ keuangan daerah, sumber informasi tentang akuntansi
sektor publik/ pemerintahan/keuangan daerah, dan kesiapan mengajarkan praktikum
akuntansi lembaga keuangan/ akuntansi sektor publik untuk siswa-siswa di sekolah.

Tabel 4.1
Karakteristik Umum Responden
SMK Negeri SMK Swasta
No. Karakteristik Umum
F % F %
1 Jenis Kelamin
Pria 3 13,6% 2 11,1%
Wanita 19 86,4% 16 88,9%
2 Usia
Kurang 30 tahun 3 13,6% 7 38,9%
30 - 40 tahun 2 9,1% 6 33,3%
Diatas 40 tahun 16 72,7% 1 5,6%
Missing Value 1 4,5% 4 22,2%
3 Pendidikan Terakhir
S1 16 72,7% 14 77,8%
S2 6 27,3% 4 22,2%
Sumber ; Hasil Penelitian (2018)
Pada tabel 4.1 dapat dilihat tenaga pengajar di SMK Negeri maupun SMK Swasta
mayoritas adalah Wanita. Pada SMK Negeri mayoritas tenaga pengajar sudah berusia diatas
40 tahun, sedangkan pada SMK Swasta paling banyak tenaga pengajar masih berusia kurang
dari 30 tahun. Untuk pendidikan terakhir, baik di SMK Negeri maupun SMK Swasta
mayoritas masih berpendidikan sarjana S1.

19
Tabel 4.2
Karakteristik Khusus Responden
SMK
No. Karakteristik Umum SMK Negeri Swasta
F % F %
1 Latar Belakang Pendidikan
FKIP/ IKIP Pendidikan Ekonomi 17 77,3% 17 94,4%
FE Jurusan Akuntansi 2 9,1% 1 5,6%
Lainnya 3 13,6% 0 0,0%
2 Belajar Akuntansi Sektor Publik/ Pemerintahan/
Keuangan Daerah sewaktu Kuliah
Pernah 6 27,3% 15 83,3%
Belum Pernah 14 63,6% 3 16,7%
Belajar sendiri/ ikut pelatihan 2 9,1% 0 0,0%
3 Sumber Informasi tentang Akuntansi Sektor Publik/
Pemerintahan/ Keuangan Daerah
Waktu Kuliah 6 27,3% 15 83,3%
Waktu Pelatihan 1 4,5% 1 5,6%
Belajar Sendiri 15 68,2% 2 11,1%
4 Siap Mengajar Mata Pelajaran Praktikum Akuntansi
Lembaga Keuangan/ Akuntansi Sektor Publik
Sangat Siap 7 31,8% 1 5,6%
Siap 15 68,2% 17 94,4%
Masih Ragu 0 0,0% 0 0,0%
Sumber ; Hasil Penelitian (2018)
Pada tabel 4.2 dapat dilihat tenaga pengajar di SMK Negeri mayoritas memiliki latar
belakang pendidikan dari FKIP/IKIP Pendidikan Ekonomi, sedangkan tenaga pengajar di
SMK Swasta hampir seluruhnya memiliki latar belakang pendidikan dari FKIP/IKIP
Pendidikan Ekonomi. Pada SMK Negeri mayoritas tenaga pengajar belum pernah belajar
akuntansi sektor publik/ pemerintahan/keuangan daerah sewaktu kuliah, sedangkan pada
SMK Swasta sebagian besar tenaga pengajar sudah pernah belajar akuntansi sektor publik/
pemerintahan/keuangan daerah sewaktu kuliah.
Mengenai sumber informasi tentang akuntansi sektor publik/ pemerintahan/keuangan
daerah, mayoritas tenaga pengajar di SMK Negeri mendapatkannya dari belajar sendiri,
sedangkan sebagian besar tenaga pengajar pada SMK Swasta mendapatkanya dari bangku
kuliah. Terakhir mengenai kesiapan mengajar mata pelajaran praktikum akuntansi lembaga
keuangan/akuntansi sektor publik, mayoritas tenaga pengajar di SMK Negeri sudah siap,
disusul kemudian responden yang sangat siap. Sedangkan tenaga pengajar pada SMK Swasta
hampir semuanya siap mengajar mata pelajaran praktikum akuntansi lembaga
keuangan/akuntansi sektor publik.

4.2 Pembahasan Penelitian


4.2.1 Komparasi Kompetensi Tenaga Pengajar Dalam Skala Sikap
Kompetensi tenaga pengajar diukur menggunakan 4 aspek, yaitu kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Untuk
membandingkan kompetensi tenaga pengajar di SMK Negeri dengan SMK Swasta digunakan
uji beda 2 sampel independen, yaitu menggunakan uji nonparametrik, yaitu Mann Whitney
test. Uji Mann Whitney dipilih karena data hasil penelitian tidak berdistribusi normal,
sehingga tidak memungkinkan menggunkan uji parametrik (Cooper & Schindler, 2014;615).

20
Tabel 4.3
Hasil Uji Komparasi Kompetensi Pedagogik Tenaga Pengajar
Kompetensi SMK Negeri SMK Swasta
No. p-value
Pedagogik Mean Std.Dev. Modus Mean Std.Dev. Modus
1 Pernyataan 1 3,14 0,35 3 3,11 0,32 3 0,812
2 Pernyataan 2 3,14 0,35 3 3,22 0,43 3 0,483
3 Pernyataan 3 3,18 0,39 3 3,17 0,38 3 0,901
4 Pernyataan 4 3,14 0,35 3 3,11 0,32 3 0,812
5 Pernyataan 5 3,59 0,50 4 3,11 0,32 3 0,002
6 Pernyataan 6 3,09 0,29 3 3,11 0,32 3 0,834
7 Pernyataan 7 3,55 0,51 4 3,22 0,43 3 0,040
8 Pernyataan 8 3,23 0,43 3 3,06 0,24 3 0,135
9 Pernyataan 9 3,36 0,49 3 3,06 0,24 3 0,022
10 Pernyataan 10 3,32 0,48 3 3,11 0,32 3 0,123
Overall 3,27 0,26 3 3,13 0,18 3 0,072
Sumber ; Hasil Penelitian (2018)
Secara keseuruhan rata-rata kompetensi pedagogik tenaga pengajar pada SMK Negeri
lebih tinggi dibanding kompetensi pedagogik tenaga pengajar pada SMK Swasta. Namun dari
hasil pengujian diperoleh nilai probability sebesar 0,072 dan masih lebih besar dari 5%,
artinya secara statistik pada tingkat kekeliruan 5% dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan pada kompetensi pedagogik tenaga pengajar SMK Negeri dengan
SMK Swasta di Kota Pekanbaru.
Penguasaan karakteristik pesera didik dari aspek fisik, moral, social, kultural ,
emosional dan intelektual tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara tenaga
pengajar di SMK Negeri dengan di SMK Swasta (p-value = 0,812).
Penguasaan teori belajar dan prinsip prinsip pembelajaran yang mendidik tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan antara tenaga pengajar di SMK Negeri dengan di
SMK Swasta (p-value = 0,483). Dengan rincian sebagai berikut :
- Penguasaan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan antara tenaga pengajar di SMK Negeri dengan
di SMK Swasta (p-value = 0,901).
- Keterampilan melakukan keegiatan pengembangan yang mendidik tidak menunjukkan
perbedaan yang signifikan antara tenaga pengajar di SMK Negeri dengan di SMK
Swasta (p-value = 0,812).
- Terdapat perbedaan yang signifikan pada pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi untuk kepentingan penyelengaraan kegiatan pengembangan yang mendidik
antara SMK Negeri dengan SMK Swasta (p-value = 0,002). Pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelengaraan kegiatan pengembangan
yang mendidik di SMK Negeri lebih baik dibanding dengan di SMK Swasta.
- Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimiliki tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara tenaga
pengajar di SMK Negeri dengan di SMK Swasta (p-value = 0,834).
- Komunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik menunjukkan
perbedaan yang signifikan antara tenaga pengajar di SMK Negeri dengan di SMK
Swasta (p-value = 0,040). Komunikasi secara efektif,empatik, dan santun dengan
peserta didik di SMK Negeri lebih baik dibanding dengan di SMK Swasta.
- Keterampilan melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar tidak
menunjukkan perbedaan yang signifikan antara tenaga pengajar di SMK Negeri dengan
di SMK Swasta (p-value = 0,135).
- Pemanfaatan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran
menunjukkan perbedaan yang signifikan antara tenaga pengajar di SMK Negeri dengan

21
di SMK Swasta (p-value = 0,022). Pemanfaatan hasil penilaian dan evaluasi untuk
kepentingan pembelajaran di SMK Negeri lebih baik dibanding dengan di SMK
Swasta.
- Tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran tidak menunjukkan
perbedaan yang signifikan antara tenaga pengajar di SMK Negeri dengan di SMK
Swasta (p-value = 0,123).

Tabel 4.4
Hasil Uji Komparasi Kompetensi Kepribadian Tenaga Pengajar
Kompetensi SMK Negeri SMK Swasta
No. p-value
Kepribadian Mean Std.Dev. Modus Mean Std.Dev. Modus
1 Pernyataan 1 3,91 0,29 4 3,50 0,51 3 0,004
2 Pernyataan 2 3,95 0,21 4 3,44 0,51 3 0,000
3 Pernyataan 3 3,36 0,49 3 3,33 0,49 3 0,844
4 Pernyataan 4 3,91 0,29 4 3,44 0,51 3 0,002
5 Pernyataan 5 3,68 0,48 4 3,28 0,46 3 0,012
Overall 3,76 0,25 4 3,40 0,43 3 0,008
Sumber ; Hasil Penelitian (2018)
Hasil uji komparasi kompetensi kepribadian dengan rincian sebagai berikut:
- Secara keseluruhan rata-rata kompetensi kepribadian tenaga pengajar pada SMK Negeri
lebih tinggi dibanding kompetensi kepribadian tenaga pengajar pada SMK Swasta.
Melalui hasil pengujian diperoleh nilai probability sebesar 0,008 dan lebih kecil dari
5%, artinya secara statistik pada tingkat kekeliruan 5% dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan pada kompetensi kepribadian tenaga pengajar di
SMK Negeri dengan di SMK Swasta di Kota Pekanbaru.
- Terdapat perbedaan yang signifikan pada tindakan sesuai dengan norma agama, hukum,
social, dan kebudayaan Indonesia antara tenaga pengajar di SMK Negeri dengan di
SMK Swasta (p-value = 0,004). Tindakan tenaga pengajar di SMK Negeri lebih sesuai
dengan norma agama, hukum, social, dan kebudayaan Indonesia dibanding dengan di
SMK Swasta.
- Penampilan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan teladan bagi peserta
didik dan masyarakat juga menunjukkan perbedaan yang signifikan antara tenaga
pengajar di SMK Negeri dengan di SMK Swasta (p-value = 0,000). Penampilan diri
tenaga pengajar di SMK Negeri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan teladan
bagi peserta didik dan masyarakat lebih baik dibanding dengan di SMK Swasta.
- Dalam hal menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan
berwibawa, tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara tenaga pengajar di
SMK Negeri dengan di SMK Swasta (p-value = 0,844).
- Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi pendidik
dan rasa percaya diri tenaga pengajar di SMK Negeri lebih baik dibanding dengan di
SMK Swasta (p-value = 0,002).
- Dalam menjunjung tinggi kode etik profesi pendidik, tenaga pengajar di SMK Negeri
lebih menjunjung tinggi kode etik profesi pendidik dibanding dengan di SMK Swasta
(p-value = 0,012).

22
Tabel 4.5
Hasil Uji Komparasi Kompetensi Profesional Tenaga Pengajar

Kompetensi SMK Negeri SMK Swasta


No. p-value
Profesional Mean Std.Dev. Modus Mean Std.Dev. Modus
1 Pernyataan 1 3,14 0,35 3 3,33 0,49 3 0,143
2 Pernyataan 2 3,18 0,39 3 3,28 0,46 3 0,475
3 Pernyataan 3 3,27 0,46 3 3,22 0,43 3 0,717
4 Pernyataan 4 3,09 0,29 3 3,00 0,00 3 0,195
5 Pernyataan 5 3,59 0,50 4 3,28 0,46 3 0,051
Overall 3,25 0,29 3 3,22 0,31 3 0,450
Sumber ; Hasil Penelitian (2018)
Hasil uji komparasi kompetensi profesinak dengan rincian sebagai berikut:
- Secara keseluruhan rata-rata kompetensi profesional tenaga pengajar pada SMK Negeri
lebih tinggi dibanding kompetensi profesional tenaga pengajar pada SMK Swasta.
Namun dari hasil pengujian diperoleh nilai probability sebesar 0,450 dan masih lebih
besar dari 5%, artinya secara statistik pada tingkat kekeliruan 5% dapat disimpulkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kompetensi profesional tenaga
pengajar SMK Negeri dengan SMK Swasta di Kota Pekanbaru.
- Penguasaan materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata
pelajaran yang diampu, tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara tenaga
pengajar di SMK Negeri dengan di SMK Swasta (p-value = 0,143).
- Penguasaan standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang
pengembangan yang diampu, tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara
tenaga pengajar di SMK Negeri dengan di SMK Swasta (p-value = 0,475).
- Pengembangan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif, tidak menunjukkan
perbedaan yang signifikan antara tenaga pengajar di SMK Negeri dengan di SMK
Swasta (p-value = 0,717).
- Pengembangan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan
reklektif, tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara tenaga pengajar di SMK
Negeri dengan di SMK Swasta (p-value = 0,195).
- Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan
mengembangkan diri, tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara tenaga
pengajar di SMK Negeri dengan di SMK Swasta (p-value = 0,051).

Tabel 4.6
Hasil Uji Komparasi Kompetensi Sosial Tenaga Pengajar

Kompetensi SMK Negeri SMK Swasta p-


No.
Sosial Mean Std.Dev. Modus Mean Std.Dev. Modus value
1 Pernyataan 1 3,14 0,35 3 3,33 0,49 3 0,143
2 Pernyataan 2 3,18 0,39 3 3,28 0,46 3 0,475
3 Pernyataan 3 3,14 0,35 3 3,22 0,43 3 0,483
4 Pernyataan 4 3,10 0,30 3 3,06 0,24 3 0,647
Overall 3,14 0,32 3 3,22 0,34 3 0,334
Sumber ; Hasil Penelitian (2018)
Hasil uji komparasi kompetensi sosial dengan rincian sebagai berikut:
- Secara keseluruhan rata-rata kompetensi sosial tenaga pengajar pada SMK Negeri lebih
rendah dibanding kompetensi profesional tenaga pengajar pada SMK Swasta. Namun

23
dari hasil pengujian diperoleh nilai probability sebesar 0,334 dan masih lebih besar dari
5%, artinya secara statistik pada tingkat kekeliruan 5% dapat disimpulkan bahwa tidak
terdapat perbedaan yang signifikan pada kompetensi sosial tenaga pengajar SMK
Negeri dengan SMK Swasta di Kota Pekanbaru.
- Sikap inklusif, bertindak obyektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis
kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi,
tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara tenaga pengajar di SMK Negeri
dengan di SMK Swasta (p-value = 0,143).
- Komunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama, pendidik, tenaga
pendidik, orang tua dan masyarakat, tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan
antara tenaga pengajar di SMK Negeri dengan di SMK Swasta (p-value = 0,475).
- Adaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Indonesia yang memiliki keagaman
sosial dan budaya, tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara tenaga
pengajar di SMK Negeri dengan di SMK Swasta (p-value = 0,483).
- Komunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan
atau bentuk lain, tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan antara tenaga pengajar
di SMK Negeri dengan di SMK Swasta (p-value = 0,647).

4.2.2 Komparasi Kompetensi Tenaga Pengajar dalam Penguasaan Materi


Khusus untuk kompetensi profesional dalam penguasaan materi praktikum
dikembangkan menjadi 7 sub, yaitu akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintahan, bentuk
laporan keuangan pemda, persamaan akuntansi, siklus akuntansi, akuntansi satker, akuntansi
pejabat pengelola keuangan daerah, dan penyusunan laporan keuangan gabungan. Untuk
membandingkan kompetensi tenaga pengajar di SMK Negeri dengan SMK Swasta dalam
penguasaan materi praktikum digunakan uji beda 2 sampel independen, yaitu menggunakan
uji parametrik, yaitu independent sample t test. Independent sample t test dipilih karena data
hasil penelitian berdistribusi normal (Cooper & Schindler, 2014;447).

Tabel 4.7
Hasil Uji Komparasi Kompetensi Profesional Tenaga Pengajar
dalam Penguasaan Materi Praktikum Akuntansi Keuangan Lembaga

SMK Negeri SMK Swasta


No. Penguasaan Materi Praktikum p-value
Mean Std.Dev. Mean Std.Dev.
1 Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan 0,650 0,162 0,697 0,140 0,336
Pemerintahan
2 Bentuk Laporan Keuangan Pemda 0,576 0,205 0,537 0,122 0,464
3 Persamaan Akuntansi 0,655 0,187 0,689 0,171 0,552
4 Siklus Akuntansi 0,593 0,217 0,722 0,213 0,066
5 Akuntansi Satker 0,333 0,411 0,222 0,280 0,318
6 Akuntansi Pejabat Pengelola
Keuangan Daerah 0,611 0,180 0,569 0,128 0,421
7 Penyusunan Laporan Keuangan
Gabungan 0,328 0,194 0,286 0,065 0,348
Overall 0,535 0,145 0,532 0,078 0,930
Sumber ; Hasil Penelitian (2018)
Hasil uji komparasi kompetensi Profesional Tenaga Pengajar dalam Penguasaan Materi
Praktikum Akuntansi Keuangan Lembaga dengan rincian sebagai berikut:
- Penguasaan materi akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintahan para tenaga
pengajar di SMK Negeri rata-rata sebesar 65%, sedangkan para tenaga pengajar di
SMK Swasta rata-rata sebesar 69,7%. Namun dari hasil pengujian diperoleh p-value

24
sebesar 0,336 dan masih lebih besar dari 0,05. Artinya tidak terdapat perbedaan yang
signifikan dalam penguasaan materi akuntansi dan pelaporan keuangan pemerintahan
antara para tenaga pengajar di SMK Negeri dengan para tenaga pengajar di SMK
Swasta.
- Penguasaan materi bentuk laporan keuangan pemerintah daerah para tenaga pengajar di
SMK Negeri rata-rata sebesar 57,6%, sedangkan para tenaga pengajar di SMK Swasta
rata-rata sebesar 53,7%. Namun dari hasil pengujian diperoleh p-value sebesar 0,464
dan masih lebih besar dari 0,05. Artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan
dalam penguasaan materi bentuk laporan keuangan pemerintah daerah antara para
tenaga pengajar di SMK Negeri dengan para tenaga pengajar di SMK Swasta.
- Penguasaan materi persamaan akuntansi para tenaga pengajar di SMK Negeri rata-rata
sebesar 65,5%, sedangkan para tenaga pengajar di SMK Swasta rata-rata sebesar
68,9%. Namun dari hasil pengujian diperoleh p-value sebesar 0,552 dan masih lebih
besar dari 0,05. Artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam penguasaan
materi persamaan akuntansi antara para tenaga pengajar di SMK Negeri dengan para
tenaga pengajar di SMK Swasta.
- Penguasaan materi siklus akuntansi para tenaga pengajar di SMK Negeri rata-rata
sebesar 59,3%, sedangkan para tenaga pengajar di SMK Swasta rata-rata sebesar
72,2%. Namun dari hasil pengujian diperoleh p-value sebesar 0,066 dan masih lebih
besar dari 0,05. Artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam penguasaan
materi siklus akuntansi antara para tenaga pengajar di SMK Negeri dengan para tenaga
pengajar di SMK Swasta.
- Penguasaan materi akuntansi satuan kerja para tenaga pengajar di SMK Negeri rata-rata
sebesar 33,3%, sedangkan para tenaga pengajar di SMK Swasta rata-rata sebesar
22,2%. Namun dari hasil pengujian diperoleh p-value sebesar 0,318 dan masih lebih
besar dari 0,05. Artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam penguasaan
materi akuntansi satuan kerja antara para tenaga pengajar di SMK Negeri dengan para
tenaga pengajar di SMK Swasta.
- Penguasaan materi akuntansi pejabat pengelola keuangan daerah para tenaga pengajar
di SMK Negeri rata-rata sebesar 61,1%, sedangkan para tenaga pengajar di SMK
Swasta rata-rata sebesar 56,9%. Namun dari hasil pengujian diperoleh p-value sebesar
0,421 dan masih lebih besar dari 0,05. Artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan
dalam penguasaan materi akuntansi pejabat pengelola keuangan daerah antara para
tenaga pengajar di SMK Negeri dengan para tenaga pengajar di SMK Swasta.
- Penguasaan materi penyusunan laporan keuangan gabungan para tenaga pengajar di
SMK Negeri rata-rata sebesar 32,8%, sedangkan para tenaga pengajar di SMK Swasta
rata-rata sebesar 28,6%. Namun dari hasil pengujian diperoleh p-value sebesar 0,348
dan masih lebih besar dari 0,05. Artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan
dalam penguasaan materi penyusunan laporan keuangan gabungan antara para tenaga
pengajar di SMK Negeri dengan para tenaga pengajar di SMK Swasta.
- Secara keseluruhan penguasaan materi akuntansi keuangan lembaga para tenaga
pengajar di SMK Negeri rata-rata sebesar 53,5%, sedangkan para tenaga pengajar di
SMK Swasta rata-rata sebesar 53,2%. Melalui hasil pengujian diperoleh p-value
sebesar 0,930 dan lebih besar dari 0,05. Artinya tidak terdapat perbedaan yang
signifikan dalam penguasaan materi akuntansi keuangan lembaga antara para tenaga
pengajar di SMK Negeri dengan para tenaga pengajar di SMK Swasta.

25
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penguasaan
materi akuntansi keuangan lembaga para tenaga pengajar di SMK Negeri dan SMK Swasta
dalam rentang sedang. Melalui hasil pengujian diperoleh p-value sebesar 0,930 dan lebih
besar dari 0,05. Artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan dalam penguasaan materi
akuntansi keuangan lembaga antara para tenaga pengajar di SMK Negeri dengan para tenaga
pengajar di SMK Swasta. Berdasarkan hasil penelitian ini kesiapan guru SMK Negeri dan
Swasta dalam menyiapkan tenaga operator di bidang akuntansi keuangan lembaga dalam
kategori sedang, untuk itu diperlukan usaha untuk meningkatkan kompotensi khususnya
kompetensi profesional melalui pelatihan-pelatihan maupun belajar madiri dari guru-guru
bidang keuangan dan akuntansi di SMK Kota Pekanbaru.
Hasil test pendahuluan yang tercakup dalam kompetensi profesional dengan skor rata-
rata sedang. Ketidak berbedaan ini disebabkan beberapa hal; 1) para guru di SMK Negeri
dan Swasta sebahagian besar sudah memahami keterampilan dasar mengajar akuntansi
konvesional sehingga untuk memahami akuntansi keuangan lembaga tidak mengalami
kendala yang berarti, 2) para guru di SMK Negeri dan Swasta sudah tergabung dalam MGMP
Akuntansi Kota Pekanbaru setiap bualnya selalu mengadakan pertemuan dan membahas hal-
hal terkini tentang pembelajaran termasuk mata pelajaran baru ini yakni akuntansi keuangan
lembaga, 3) berkaitan dengan skor rata-rata sedang dalam komptensi profesional dapat
dipahami para guru sebagian besar mengerjakannya tidak dalam kondisi dan waktu yang
tepat, sehingga ada beberapa item mendapatkan skor rendah.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan khusus untuk tenaga pengajar di SMK
Negeri dan SMK Swasta berdasarkan nilai komptensi profesional dalam kategori sedang
sehingga perlu untuk ditingkatkan dengan mengikuti pelatihan atau pembahasan mendalam
sesama kolega yang tergabung dalam MGMP membahas materi akuntansi keuangan lembaga
ini sehingga pemahaman dan kompetensi guru-guru meningkat dari sebelumnya.

26
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim & Syam Kusufi, 2012. Akuntansi Sektor Publik : Teori, Konsep dan Aplikasi.
Salemba Empat : Jakarta.

Abdul Halim, 2007. Akuntansi Sektor Publik Akuntansi Keuangan Daerah, Edisi Revisi,
Jakarta, Salemba Empat.

Ahmad, Yani, 2002. Hubungan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Jakarta:
Grafindo

American Accounting Association (AAA), 1966. A Statement of Basic Accounting Theory.


Evanston III: United States of America.
Bastian, Indra dan Gatot Soepriyanto, 2003. Sistem Akuntansi Sektor Publik : Konsep untuk
Pemerintah Daerah. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Bastian, Indra, 2005. Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Penerbit Erlangga.

BPKP RI, 2016. Deputi Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah 2015.
Juklak Bimkon Pengelolaan Keuangan Desa

Carl S. Warren, dkk, 2014. Accounting Indonesia Adaptation. Jakarta. Salemba Empat

Cece Wijaya dan A.Tabrani Rusyan, 2009. Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar
Mengajar. Bandung: PT remaja Rosdakarya.

Cooper, Donald R. and Schindler, Pamela S. 2014 “Bussines Research Methods” 12th
edition. McGraw.Hill New York

Cooper, James, M, 2010. Classroom Teaching Skills, Nine Edition. Cengage Learning.
Wadsworth. United State of America.

Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Tentang


Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun


2005,tentang Standar Nasional Pendidikan, Jakarta: Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Undang-Undang Guru dan Dosen UU RI Nomor 14


Tahun 2005. Jakarta
Departemen Pendidikan Nasional, 2005. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, Tentang
Guru dan Dosen, Jakarta: Depdiknas.
Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 07
Tahun 2007, tentang Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan,
Jakarta : Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional, 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik


Indonesia, Nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru. Jakarta: Depdiknas.

27
Departemen Pendidikan Nasional, 2008, Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008
Tentang Guru, Kementerian Pendidikan Nasional Republik Indonesia.

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan, 2017. Data Pokok SMK (Sekolah
Menengah Kejuruan) Tahun Ajaran:2017, http://datapokok.ditpsmk.net/ (online
accessed December 24 th 2017)

E. Mulyasa, 2008. Menjadi Guru Profesional Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan


Menyenangkan. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Ernawati, Siswandari, Sohidin, 2016. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Adobe Flash pada
Pembelajaran Akuntansi Perusahaan Dagang untuk Meningkatkan Prestasi Belajar
Siswa SMK Negeri 1 Surakarta. Jurnal “Tata Arta” UNS, Vol. 2, No. 2 Agustus,
2016, hlm. 1-15.
Hamzah B. Uno, 2007. Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan,
Bumi Aksara, Jakarta

Harnanto, Hadori Yunus, 2000, Akuntansi Keuangan Lanjutan, Edisi pertama, Yogyakarta:
BPFE.

IAI KASP, 2015. Pedoman Asistensi Akuntansi Keuangan Desa. IAI-KASP

Indah Susilowati1, Himawan Arif Sutanto, Reni Daharti, 2013. Strategi Peningkatan
Kompetensi Guru Dengan Pendekatan Analysis Hierarchy Process. Journal of
Economics and Policy. Jejak 6 (1) (2013): 80-92. DOI: 10.15294/jejak.v6i1.37503.

Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2014 tentang Peningkatan Kualitas Sistem Pengendalian
Intern dan Keandalan Penyelenggaraaan Fungsi Pengawasan Intern dalam Rangka
Mewujudkan Kesejahteraan Rakyat;
Kementrian Keuangan Republik Indonesia. 2016. Informasi APBN 2017: APBN yang Lebih
Kredibel dan Berkualitas di Tengah Ketidakpastian Global. Direktur Jenderal
Anggaran. Jakarta.

Mardiasmo, 2009. Akuntansi Sektor Publik, Andi.Yogyakarta.

Moh Mahsun, Firma Sulistyowati, Heribertus Andre Purwanegara, 2013. Akuntansi Sektor
Publik, Edisi Ketiga. Yogyakarta: BPFE
Mulyadi, 2010. Sistem Akuntansi, Edisi ke-3, Cetakan ke-5. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Nugroho Wibowo, 2016. Upaya Memperkecil Kesenjangan Kompetensi Lulusan Sekolah


Menengah Kejuruan dengan Tuntutan Dunia Industri. Jurnal Pendidikan dan Teknologi
Kejuruan. Vol.23 No. 1 Mei 2016.

Nurul Widayati, 2015. Optimalisasi Unit Produksi Akuntansi Untuk Pembentukan Karakter
Lulusan yang Siap Menghadapi MEA. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan
Akuntansi dan Keuangan. “Pengembangan Pendidikan Akuntansi dan Keuangan yang
Berkelanjutan”

Oates, W. E. 199. Fiscal Decentralization And Economic Development. National Tax


Journal, 46(3), hal. 237-243.

28
Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2015 tentang Kementerian Desa,
Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 111 Tahun 2014 tentang Pedoman Teknis
Peraturan di Desa.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 114 Tahun 2014 tentang Pedoman
Pembangunan Desa;

Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 tentang Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan; Peraturan Presiden Nomor 11 Tahun 2015 tentang Kementerian Dalam
Negeri;

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan
Desa.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Keuangan
Desa.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan kedua Dari
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan Desa.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 74 Tahun 2011 tentang Alokasi Sementara Dana
Bagi Hasil Pajak Bumi dan Bangunan Tahun Anggaran 2011.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No 113 tahun 2014 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2014 tentang
Pemilihan Kepala Desa

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 1 Tahun
2015 tentang Penyerahan Urusan Pedoman Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul
dan Kewenangan Lokal Berskala Desa;

Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 2 Tahun
2015 tentang Pedoman Tata Tertib dan Mekanisme Pengambilan Keputusan
Musyawarah Desa;
Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Nomor 6
Tahun 2014 tentang Desa.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa yang Bersumber dari
APBN.

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.


Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005, tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Dana Desa Yang
Bersumber Dari Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara.

29
Permendagri RI No.56 Tahun 2015 Tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi
Pemerintahan.

Sahertian, Piet A. dan Ida Aleida Sahertian, 2000. Supervisi pendidikan dalam rangka
inservice Education. Jakarta : Rineka Cipta

Sipahutar, Mangasa Augustinus, 2013. “Desentralisasi Fiskal dan Perekonomian


Daerah”.(online).(http://www.investor.co.id/home/desentralisasi-fiskal-dan-
perekonomian-daerah/62052diakses tanggal 18 Pebruari 2018 pukul 19:35 WIB) .

Soelendro, Ari, 2000. Paradigma Baru Aparat Pengawasan Intern Pemerintah.Makalah,


Kongres Nasional Akuntan Indonesia IV.Jakarta.

Stice , James D, Earl K.Stice, K.Fred Skousen, 2011. Akuntansi Keuangan Intermediate
Accounting, Edisi Keenambelas. Diterjemahkan oleh Ali Akbar, Salemba Empat,
Jakarta.
Sugiyono, 2012. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung, Alphabeta.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Desa (jo.UU Nomor 2 Tahun
2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 2
Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah Menjadi Undang-Undang);

http://bappenas.go.id/id/berita-dan-siaran-pers/sektor-infrastruktur-prioritas-penggunaan-
dana-desa-2016/
http://bpkad.natunakab.go.id/index.php/2014-05-21-00-44-45/106-alokasi-dana-desa-dana-
desa-bagi-hasil-pajak-dan-retribusi-daerah-ke-desa.
http://www.antaranews.com/berita/501199/kpk--ada-14-potensi-permasalahan-dana-desa
https://id.wikipedia.org/wiki/Akuntansi_Sektor_Publik

30

Anda mungkin juga menyukai