Anda di halaman 1dari 30

ANALISIS RASIO BELANJA DALAM PENGELOLAAN BELANJA

LANGSUNG PADA DINAS KETAHANAN PANGAN KABUPATEN

LOMBOK TIMUR

Dosen Pengampu : Ridwan S.E, M.Si

KELOMPOK II

1. ABDUL WAHID NIM : PA.20.002


2. AGUS PURNAWAN NIM : PA.20.045
3. SAPARWADI NIM : PA.20.094
4. WARO’AHMAD RIFAI NIM : PA.20.
5. RIZKA SURYA MUSTIKA NIM : PA.20.089
6. KURNIA LESTARI SAPITRI NIM : PA.20.044

PROGRAM STUDI ADMINISTRASI PUBLIK


INSTITUT TEKNOLOGI SOSIAL DAN KESEHATAN (ITSKes)
MUHAMMADIYAH SELONG
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan Rahmat,
Inayah, Taufik dan Hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Analisis Rasio Belanja Dalam Pengelolaan Belanja
Langsung pada Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Lombok Timur”.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dari Bapak Ridwan S.E, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah Akutansi
Keuangan II. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang bagi penulis maupun pembaca.

Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan
demi kesempurnaan makalah ini.

Selong, 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………...i

DAFTAR ISI………………………………………………………………..ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah………………………………………......1
B. Rumusan Masalah………………………………………………...2
C. Tujuan Penelitian…………………………………………………2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Terdahulu……………………………………..…6


B. Landasan Teori…………………………………………………...7

BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian…………………………………………….……16
B. Lokasi Penelitian……………………………………………..…16
C. Teknik Pengumpulan Data………………………………………16
D. Teknik Analisis Data………………………………………….…17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian Data…………………………………………………..18
B. Pembahasan…………………………………………………..…19

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan…………………………………………….………..25
B. Saran – Saran……………………………………………………26
DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah merupakan rangkaian sistematik dari


prosedur penyelenggara, peralatan dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi
akuntansi sejak analisis transaksi sampai dengan pelaporan keuangan dilingkungan
organisasi Pemerintah Daerah. Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(APBD) merupakan gambaran tentang penerimaan dan pengeluaran daerah selama
satu tahun anggaran sehingga pada akhir tahun anggaran pemerintah daerah
diwajibkan menyusun laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban
pengelolaan keuangan daerah selama satu tahun periode.

Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah merupakan rangkaian sistematik dari


prosedur penyelenggara, peralatan dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi
akuntansi sejak analisis transaksi sampai dengan pelaporan keuangan dilingkungan
organisasi Pemerintah Daerah. Penyusunan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
(APBD) merupakan gambaran tentang penerimaan dan pengeluaran daerah selama
satu tahun anggaran sehingga pada akhir tahun anggaran pemerintah daerah
diwajibkan menyusun laporan keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban
pengelolaan keuangan daerah selama satu tahun periode.

Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan bagian dari pemerintah


daerah yang melaksanakan tugas pemerintah dan pelayanan publik, baik secara
langsung maupun tidak langsung. SKPD juga adalah pelaksana fungsi eksekutif
yang harus berkoordinasi agar penyelenggaraan pemerintahan berjalan dengan
baik. Dasar hukum yang berlaku UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah.

Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan (BPPKP) sebagai


pengguna anggaran harus membuat pertanggungjawaban atas kewenangan yang
dilaksanakan sesuai Permendagri No.59 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah dan PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan.

Dalam penggunaan APBD tidak menutup kemungkinan terjadi penyalahgunaan


dana daerah untuk kepentingan pribadi. Hal ini dilakukan lewat pencatatan dan
pelaporan belanja (belanja langsung) yang tidak valid.

B. Rumusan Masalah

Pada latar belakang di atas, maka bisa dijelaskan dalam rumusan masalah sebagai
berikut. “Mengapa kinerja anggaran belanja langsung terutama belanja modal
mengalami anggaran yang tidak terealisasikan pada dinas ketahanan pangan
kabupaten lombok timur tahun 2021-2022 ?”

C. Tujuan Penelitian

Pada rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor
apa saja penyebab Anggaran belanja langsung terutama belanja modal pada dinas
Ketahanan pangan kabupaten lombok timur Tahun 2021-2022 tidak dapat
terealisasikan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Hasil Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu digunakan untuk memperkuat hasil dari penelitian yang


dilakukan. Pada penelitian ini peneliti menggunakan beberapa penelitian terdahulu
untuk mendukung penelitian yang di lakukan. Dimana penelitian terdahu peneliti
sajikan dalam bentuk deskripsi sebagai berikut:

Lomboan (2014) dengan judul Analisis Belanja Langung pada Dinas Kesehatan
Provinsi Sulwesi Utara. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui tingkat
varians (selisih), tingkat pertumbuhan dan efisiensi Belanja Langsung pada Dinas
Kesehatan Provinsi Sulawesi Utara Tahun 2010-2013. Metode yang digunakan
adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menujukkan Dinas
Provinsi Sulawesi Utara telah memaksimalkan kenaikan maupun penurunan
realisasi anggaran belanja pada tahun 2010 -2013 hasil rata-rata di bawah 100%
dengan kategori efisien.

Rusita Untari (2011) dengan judul Analisis efisiensi dan efektifitas Pelaksana
Realisasi Anggaran Belanja Langsung Dinas Pendidikan Kota Semarang. Tujuan
dari penelitian ini untuk menganalisis tingkat Efektifitas dan Efisiensi pada
pelaksanaan realisasi anggaran belanja langsung periode 2011- 2014 di SKPD
Dinas Pendidikan Kota Semarang. Metode yang digunakan adalah metode
kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan Dinas Pendidikan Kota semarang sudah
melaksanakan belanja langsung dengan jumlah biaya yang dikeluarkan sedikit
tetapi manfaat yang didapat sangat besar.
Wellyani (2014), dengan judul Analisis Pencatatan dan Pelaporan Keuangan
Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah pencatatan akuntansi dan
pelaporan keuangan berjalan dengan baik dan sesuai undang-undang yang berlaku.
Metode yang digunakan adalah metode Kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan
pencatatan akuntansi dan pelaporan keuangan berjalan dengan baik dan sesuai
undang-undang yang berlaku.

B. Landasan Teori

o Konsep Akuntansi

Pengertian akuntansi adalah suatu proses pengidentifikasian, pengukuran,


pencatatan dan pelaporan atas transaksi keuangan suatu organisasi/entitas yang
digunakan sebagai informasi pengambilan keputusan ekonomi baik untuk pihak
internal maupun eksternal (Untari, 2015). Mahmudi (2011:92) dalam Accounting
Principle Board Statement No. 4 akuntansi adalah suatu kegiatan jasa yang
berfungsi untuk memberikan informasi kuantitatif, umumnya dalam ukuran uang,
mengenai suatu badan ekonomi yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
pengambilan keputusan ekonomi, yang digunakan dalam memilih di antara
beberapa alternatif.

Pontoh (2013:2) menyatakan akuntansi pada dasarnya menghasilkan


informasi dari sebuah sistem akuntansi yang ada di dalam sebuah entitas atau
organisasi bisnis yang disebut dengan informasi akuntansi yang akan dimanfaatkan
oleh pengguna seperti masyarakat umum, masyarakat intelektual (termasuk di
dalamnya mahasiswa atau peneliti) dan para pengambil keputusan bisnis dalam
organisasi. Menurut Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan pasal 1 ayat 2 akuntansi adalah proses identifikasi,
pencatatan, pengukuran, pengklasifikasian, pengikhtisaran transaksi dan kejadian
keuangan, penyajian laporan serta penginterprestasian atas hasilnya. Akuntansi
pada dasarnya menghasilkan informasi dari sebuah sistem akuntansi yang ada di
dalam sebuah entitas atau organisasi bisnis yang disebut dengan informasi
akuntansi yang akan dimanfaatkan oleh pengguna seperti masyarakat umum,
masyarakat intelektual (termasuk di dalamnya mahasiswa atau peneliti) dan para
pengambil keputusan bisnis dalam organisasi.
o Akuntansi Sektor Publik

Akuntansi sektor publik merupakan alat informasi bagi pemerintah untuk alat
informasi kepada publik. Bagi pemerintah informasi akuntansi digunakan dalam
proses pengendalian manajemen mulai dari perencanaan strategi, pembuatan
program, penganggaran, evaluasi kinerja dan pelaporan kinerja (Wati, 2015).
Bastian (2010:3) akuntansi sektor publik dapat didefinisikan sebagai mekanisme
teknis dan analisis akuntansi yang diterapkan pengelolaan dana masyarakat di
lembaga-lembaga tinggi negara dan departemen-departemen di bawahnya,
pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM dan yayasan sosial, maupun pada
proyek-proyek kerjasama sektor publik dan swasta.

Istilah akuntansi sektor publik memiliki pengertian yang bermacam-macam.


Hal ini merupakan konsekuensi dari luasnya wilayah publik, sehingga setiap ilmu
(ekonomi, sosial, politik dan hukum) memiliki cara pandang yang berbeda dari
sudut pandang yang berbeda. Dari sudut pandang ekonomi cara pandang dan
disiplin akuntansi sektor publik dipandang sebagai suatu entitas yang aktivitasnya
berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang dan pelayanan publik
dalam rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik.
Akuntansi sektor publik ini merupakan bidang akuntansi yang mempunyai
ruang lingkup lembaga tinggi negara dan departemen-departemen di bawahnya,
Pemerintah Daerah, yayasan, partai politik, perguruan tinggi, dan organisasi-
organisasi non profit lainnya.
o Standar Akuntansi Pemerintah Daerah

Menurut Hariadi et.al (2010:115),Standar akuntansi adalah acuan dalam


penyajian laporan keuangan yang ditujukan kepada pihak-pihak di luar organisasi
yang mempunyai otoritas tertinggi dalam kerangka akuntansi berlaku umum.
Standar akuntansi berguna bagi penyusunan laporan keuangan dalam menentukan
informasi yang harus disajikan kepada pihak-pihak yang di luar organisasi. Dalam
akuntansi sektor publik sendiri dikenal akuntansi pemerintahan, dalam akuntansi
pemerintahan ini data akuntansi digunakan untuk memberikan informasi mengenai
transaksi ekonomi dan keuangan pemerintah kepada pihak eksekutif, legislatif, dan
masyarakat. Sistem akuntansi pemerintahan direncanakan, diorganisasikan, serta
dijalankan atas dasar dana. Akuntansi pemerintahan sendiri memiliki standar
tersendiri yaitu Standar Akuntansi Pemerintahan. Menurut Permendagri No. 64
tahun 2013 pasal 1 ayat 3 menyatakan Standar Akuntansi Pemerintahan yang
selanjutnya disingkat SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam
menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.

o Pengelolaan Keuangan Daerah

Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi


perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan pelaporan, pertanggungjawaban dan
pengawasan keuangan daerah (Rantung, 2013).Unsur yang paling penting dalam
penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah adalah cara
pengelolaan keuangan daerah secara berdaya guna dan berhasil guna (Julia, 2016).
Sistem pengelolaaan akuntansi daerah merupakan instrument kebijakan yang utama
dalam bidang keuangan bagi pemerintah, karena akuntansi keuangan daerah dapat
digunakan sebagai alat untuk menentukan besarnya pendapatan dan pengeluaran,
membantu mengambil keputusan dan perencanaan pembangunan, sehingga
pemerintah terus melakukan perbaikan-perbaikan kebijakan (Dewi, 2009).

Pengelolaan Keuangan Daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi


perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan
pengawasan keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah yang diatur dalam
peraturan menteri ini meliputi kekuasaan pengelolaan keuangan daerah, azas umum
dan struktur APBD, penyusunan rancangan APBD, penetapan APBD, penyusunan
dan penetapan APBD bagi daerah yang belum memiliki DPRD, pelaksanaan
APBD, perubahan APBD, pengelolaan kas, penatausahaan keuangan daerah,
akuntansi keuangan daerah, pertanggungjawaban pelaksanaan APBD, pembinaan
dan pengawasan pengelolaan keuangan daerah, kerugian daerah, dan pengelolaan
keuangan BLUD.
o Proses Penyusunan APBD

Menurut Darise (2009:2), Penyusunan APBD adalah perencanaan jangka


pendek yang merupakan penjabaran perencanaan jangka menengah sebagai bagian
dari perencanaan jangka panjang. Proses penyusunan APBD merupakan proses
penganggaran daerah dimana secara konseptual terdiri atas formulasi kebijakan
anggaran dan perencanaan opersional.

Adapun landasan hukum penyusunan APBD adalah UU No. 23 Tahun 2014


tentang pemerintahan daerah, UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan
keuangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan Keputusan Menteri dalam
negeri No.29 Tahun 2002 tentang pedoman pengurusan, pertanggungjawaban
keuangan daerah serta tata cara pengawasan, penyusunan dan penghitungan APBD.
Tujuan APBD disusun ialah untuk dijadikan pedoman oleh pemerintah daerah
dalam mengatur penerimaan dan belanja untuk pelaksanaan pembangunan daerah
sehingga kesalahan, pemborosan dan penyelewengan yang merugikan dapat
dihindari.
o Akuntansi Keuangan Pada Satuan Kerja Perangkat Daerah

Dalam struktur Pemerintah Daerah, Satuan Kerja Perangkat Daerah merupakan


entitas akuntansi yang mempunyai kewajiaban melakukan pencatatan atas
transaksi-transaksi yang terjadi dilingkungan satuan kerja Akuntansi keuangan
daerah merupakan proses identifikasi, pengukuran, pencatatan dan pelaporan setiap
transaksi ekonomi (keuangan) dari suatu daerah (propinsi, kabupaten atau kota)
yang dijadikan dasar pengambilan keputusan dan kebijakan ekonomi oleh pihak
yang terkait dengan menggunakan sistem pencatatan dan standar akuntansi yang
berlaku (Pratiwi, 2014). Menurut Permendagri No. 59 Tahun 2007 tentang
Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dalam kontribusi keuangan daerah,
terdapat dua jenis Satuan Kerja, yaitu sebagai berikut:

o Daerah selaku pengguna anggaran/pengguna barang


o Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) adalah perangkat
daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna anggaran/pengguna
barang, yang juga melaksanakan pengolah
 Penyusunan Rencana Kerja Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah

Menurut Undang-Undang No. 17 Tahun 2010 tentang Keuangan Negara,


Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan wujud pengelolaan
keuangan daerah yang ditetapkan setiap tahun dengan peraturan daerah. APBD
terdiri dari anggaran pendapatan, anggaran belanja dan pembiayaan.

APBD disusun melalui beberapa tahap kegiatan, antara lain:

 Pendapatan daerah
 Belanja daerah
 Pembiayaan daerah

Penyusunan kebijakan umum APBD termasuk kategori formulasi kebijakan


anggaran yang menjadi acuan dalam perencanaan operasional anggaran.
Penyusunan Rancangan Kerja Anggaran (RKA) SKPD merupakan bentuk
pengalokasian sumber daya keuangan pemerintah daerah berdasarkan struktur
APBD dan Kode Rekening.
 Pelaksanaan Anggaran Belanja

Setiap pengeluaran belanja atas beban APBD harus didukung dengan bukti
yang lengkap dan sah dan harus mendapat pengesahan oleh pejabat yang
berwenang yang bertanggung jawab atas kebenaran material yang timbul dari
penggunaan bukti dimaksud.

Menurut Darise (2008:131), dalam pelaksanaan belanja daerah, harus


didasarkan pada prinsip hemat, tidak mewah, efektif, efisien, dan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Belanja pada setiap SKPD diklasifikasikam berdasarkan kelompok belanja


yaitu, sebagai berikut.

 Belanja Langsung
 Belanja Tidak Langsung

SKPD dilarang melakukan pengeluaran atas beban anggaran belanja daerah


dengan tuujuan yang tidak tersedia anggarannya, dan/atau yang tidak cukup
tersedia anggarannya dalam APBD. Setiap pengeluaran belanja atas beban APBD
harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah dan harus mendapat
pengesahan oleh pejabat yang berwenang yang bertanggung jawab atas kebenaran
material yang timbul dari penggunaan bukti dimaksud.
 Analisis Belanja Langsung

Belanja Langsung adalah jenis belanja yang dilakukan oleh satuan kerja yang
dananya mengalir langsung dari rekening kas daerah/negara kepada pihak ketiga
atau pihak lain yang telah ditetapkan (Singkoh, 2014). Mahmudi (2010:165),
menjelaskan bahwa belanja langsung adalah belanja yang terkait secara langsung
dengan kegiatan (Aktivitas).

Kelompok belanja langsung dibagi menurut jenis belanja yang terdiri dari :
1. Belanja pegawai (honorarium dan upah), digunakan untuk pengeluaran
honorarium/upah dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintah
daerah.
2. Belanja barang dan jasa, digunakan untuk menganggarkan pengadaan barang
dan jasa yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (duabelas) bulan dalam
melaksanakan program dan kegiatan Pemerintah Daerah.
3. Belanja modal, digunakan untuk pengeluaran dalam rangka pengadaan aset
tetap berwujud yang mempunyai nilai manfaat lebih dari 12 (duabelas) bulan
untuk digunakan dalam kegiatan-kegiatan pemerintahan.

Menurut Darise (2009:43), Karakteristik belanja langsung, yaitu :


a. Dianggarkan untuk setiap program atau kegiatan yang diusulkan oleh SKPD;
b.Jumlah anggaran belanja langsung suatu program atau kegiatan dapat
diukuratau dibandingkan secara langsung dengan output program atau kegiatan
yang bersangkutan;

 Prosedur Pengeluaran Belanja

Mekanisme belanja pada pemerintah daerah tak berbeda dengan pemerintah


pusat. Dari kegiatan pengeluaran uang dari Kas Umum Daerah atas beban APBD
dilakukan berdasarkan Surat Penyediaan Dana (SPD) atas dokumen lain yang
dipersamakan dengan SPD. Untuk mendapatkan SPD, pengguna/kuasa pengguna
anggaran mengajukan permohonan penyediaan dana kepada BUD. Karena fungsi
dari SPD sebagai informasi ketersediaan dana pada BUD maka frekuensi dan nilai
setiap SPD tergantung dari ketersediaan dana dan kebijakan dari masing-masing
pemerintah daerah.

Prosedur pembayaran dengan mekanisme Uang Persediaan dilakukan dengan


mengacu pada Surat Penyediaan Dana. Surat Penyediaan Dana yang diterima oleh
Pengguna Anggaran dari PPKD diserahkan kepada Bendahara Pengeluaran dan
PPK- SKPD. Berdasarkan SPD, Bendahara pengeluaran membuat dokumen SPP
UP/GU/TU. Selanjutnya Bendahara pengeluaran mengajukan dokumen SPP
beserta kelengkapannya kepada PPK-SKPD untuk diverifikasi berdasarkan DPA
dan SPD yang telah diterima dari Pengguna Anggaran. Berdasarkan hasil
penelitian SPP, apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dokumen maka PPK-
SKPD menerbitkan surat penolakan penerbitan SPM untuk dilengkapi dan diajukan
kembali kepada PPK-SKPD.
 Penatausahaan dan Pertanggungjawaban Belanja

Sebagaimana tercantum dalam PP No. 59 Tahun 2005 pasal 86 dan


PermendagriNo. 59 tahun 2007 pasal 184 menyatakan penggunda anggaran/kuasa
pengguna anggaran, bendahara penerimaan/bendahara pengeluaran dan orang atau
badan yang menerima atau menguasai uang/barang/kekayaan daerah wajib
menyelenggarakan penatausahaan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Bendahara pengeluaran secara administratif wajib mempertanggung jawabkan


penggunaan uang persediaan/ganti uang persediaan/tambah uang persediaan kepada
kepala SKPD melalui PPK-SKPD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. Hal ini
dilaksanakan dengan menutup Buku Kas Umum setiap bulan dengan sepengetahuan
dan persetujuan pengguna anggaran/kuasa pengguna anggaran. Selanjutnya
Bendahara Pengeluaran menyusun laporan pertanggungjawaban penggunaan uang
persediaan. Disamping pertanggungjawaban secara administratif, Bendahara
Pengeluaran pada SKPD juga wajib mempertanggungjawabkan secara fungsional atas
pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya dengan menyampaikan laporan
pertanggungjawaban pengeluaran kepada PPKD selaku BUD paling lambat tanggal
10 bulan berikutnya. Penyampaian pertanggungjawaban tersebut dilaksanakan setelah
diterbitkan surat pengesahan pertanggungjawaban pengeluaran oleh pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian yang deskriptif kualitatif, deskriptif


adalah penelitian yang tujuannya untuk mendeskripsikan fakta sesuai dengan
keadaan yang ada adalah suatu metode dalam pencarian fakta status sekelompok
manusia, suatu obyek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu
peristiwa pada masa sekarang dengan interpretasi yang tepat, Tahir (2011;5).

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini bertempat di wilayah Kabupaten Lombok Timu


khususnya di lingkup Kantor Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Lombok Timur,
Jl. Prof.M.Yamin No. 54 Selong Blok G Komplek Kantor Bupati.

C. Teknik Pengambilan data

Menurut Sugiyono (2014:62), teknik pengumpulan data merupakan langkah


yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian
adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka tidak
mungkin akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
Teknik pengumpulan data yang ditempuh dalam penelitian ini adalah melalui studi
dokumentasi (documentation). Penelusuran data dari dokumen-dokumen instansi
yang relevan dengan masalah pokok dan materi penelitian sebagai pendukung data
penelitian yang tidak diperoleh dalam observasi dan wawancara. Data yang
diperlukan dalam penelitian ini ada berupa; gambaran umum Kabupaten Lombok
Timur dan Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Dinas Ketahanan Pangan Tahun
Anggaran 2021 – 2022 serta data lain yang diperlukan terkait dengan metode
analisis yang digunakan.

D. Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan Analisis Rasio Keuangan terhadap APBD


Kabupaten Lombok Timur Tahun Anggaran 2021–2022. Tahap-tahap yang
dilakukan dalam menganalisis data ini antara lain:
a. Menghitung rasio keuangan berdasarkan data yang diperoleh dengan
membuat tabel.
b. Membuat grafik dari hasil perhitungan rasio keuangan dari setiap periode.
c. Mendeskripsikan data dari hasil perhitungan rasio keuangan
atau dengan melihat grafiknya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian Data

Kabupaten Lombok Timur adalah salah satu Daerah Tingkat II atau kabupaten
yang berada di sebelah Timur pulau Lombok, provinsi Nusa Tenggara Barat,
Indonesia. Ibu kota Lombok Timur berada di kecamatan Selong. Kabupaten ini
memiliki luas wilayah 1.230,76 km2 dengan populasi pada tahun 2020 sebanyak
1.319.537 jiwa.

Kabupaten Lombok Timur merupakan kabupaten yang terletak di ujung timur


Pulau Lombok. Secara geografis kabupaten ini terletak diantara 8°–9° Lintang
Selatan dan 116°–117° Bujur Timur dengan luas wilayah mencapai 2.679,88 km²
yang terdiri dari 1.605,55 km² daratan dan 1.074,33 km² lautan.

Secara umum wilayah Kabupaten Lombok Timur terletak pada ketinggian 0-


3.726 mdpl. Kemiringan lahan bervariasi mulai dari 0 sampai dengan >40%.
Kemiringan lahan 0-2% sebagian besar terletak di daerah-daerah sepanjang pantai
dari utara ke arah timur hingga ke bagian selatan. Sementara kemiringan lahan >40%
mencakup wilayah Pegunungan Rinjani di bagian utara. Wilayah kemiringan lahan
terluas adalah tingkat kemiringan 2– 15% seluas 967,6 km³, kemudian disusul
tingkat kemiringan lahan 0–2% seluas 257,6 km², lalu diikuti oleh tingkat
kemiringan lahan 15–40% seluas 242,2 km², dan terakhir adalah wilayah dengan
tingkat kemiringan lahan >40% seluas 138,1 km².
Wilayah Kabupaten Lombok Timur dilalui banyak aliran sungai besar
maupun kecil, tetapi tidak semua sungai tersebut berair sepanjang tahun. Sementara
danau yang terdapat di wilayah ini hanya 1 (satu) danau, yakni Danau Segara Anak.
Danau tersebut terletak di antara Kabupaten Lombok Barat dan Timur. Luas
danau tersebut sekitar 30 km² dengan kedalaman maksimal 200 m.

Suhu udara di wilayah Lombok Timur bervariasi antara 20°–33 °C dengan tingkat
kelembapan nisbi berkisar antara 70%–82%. Wilayah Kabupaten Lombok Timur sebagian
besarnya beriklim tropis basah dan kering (Aw) dengan dua musim, yaitu musim kemarau
dan musim penghujan. Musim kemarau di wilayah Lombok Timur biasanya berlangsung
pada periode Mei–Oktober. Sementara itu, musim penghujan berlangsung pada periode
bulan-bulan basah November–April dengan bulan terbasah adalah Januari yang curah hujan
bulanannya lebih dari 200 mm per bulan. Curah hujan tahunan di wilayah Lombok Timur
berkisar antara 900–1800 mm per tahun dengan jumlah hari hujan berkisar antara 70–150
hari hujan per tahun.

B. Pembahasan
a) PENJELASAN AKUN-AKUN LAPORAN REALISASI ANGGARAN

Laporan Realisasi Anggaran (LRA) adalah laporan yang menyajikan ikhtisar


sumber, alokasi, dan pemakaian sumber daya keuangan yang dikelola oleh
pemerintah daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan
realisasinya dalam satu periode pelaporan. Informasi yang disajikan di dalam LRA
SKPD mencakup pendapatan-LRA dan belanja.

Belanja

Belanja daerah meliputi belanja operasi, belanja modal. Realisasi belanja


tahun 2022 sebesar Rp8.031.204.601,00 atau mencapai 98,25% dari anggaran sebesar
Rp8.174.112.280,00. Dibandingkan dengan tahun 2021, realisasi belanja tahun 2022
mengalami peningkatan sebesar 1,78%.
1. Belanja Operasi

Belanja operasi pada OPD terdiri dari belanja pegawai dan belanja
barang dan jasa. Belanja operasi Tahun Anggaran 2022 dianggarkan senilai
Rp8.161.377.280,00 dan terealisasi senilai Rp8.018.729.601,00 atau 98,25% dengan
rincian sebagai berikut.

Tabel 1. Belanja Operasi


(dalam rupiah)

Tahun 2022

No Uraian Anggaran Realisasi % Realisasi 2021

1 Belanja Pegawai 2.779.833.440,00 2.762.524.565,00 99,38 2.953.532.069,00

2 Belanja Barang 4.967.340.140,00 4.901.011.958,00 98,66 1.231.557.030,00

3 Belanja Hibah 40.000.000,00 40.000.000,00 100,00 0,00

4 Belanja Bantuan Sosial

374.203.700,00 315.193.078,00 84,23 699.800.000,00

Jumlah 8.161.377.280,00 8.018.729.601,00 98,25 4.884.889.099,00

2. Belanja Pegawai

Belanja pegawai meliputi belanja tidak langsung dan belanja langsung.


Belanja pegawai tidak langsung merupakan pengeluaran untuk belanja gaji dan
tunjangan pegawai, sedangkan belanja pegawai – belanja langsung merupakan
pengeluaran belanja,00 atau 99,93% dengan rincian sebagai berikut. pegawai yang
terkait dengan pelaksanaan program dan kegiatan OPD. Belanja pegawai pada belanja
operasi untuk Tahun Anggaran 2022 dianggarkan senilai Rp2.779.833.440,00 dan
terealisasi senilai Rp2.762.524.565.
Tabel 2. Belanja Pegawai dan Tunjangan

(dalam rupiah)

Uraian Tahun 2022


Bertambah /
No
Berkurang
Anggaran Realisasi %

1 Belanja Gaji dan Tunjangan 1.865.390.440,00 1.861.641.565,00 99,79 3.748.875,00

2 Belanja Tambahan Penghasilan


PNS 810.303.000,00 798.303.000,00 98,51 12.000.000,00

3 Tambahan Penghasilan
berdasarkan Pertimbangan 104.140.000,00 102.580.000,00 98,50 1.560.000,00
Objektif Lainnya ASN
Jumlah 2.779.833.440,00 2.762.524.565,00 99,93 17.308.875,00

3. Belanja Barang dan Jasa

Belanja barang dan jasa adalah pengeluaran untuk pembelian/pengadaan


barang yang nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan dan/atau pemakaian
jasa dalam melaksanakan program dan kegiatan pemerintah daerah, meliputi belanja
barang, belanja jasa,belanja pemeliharaan, belanja perjalanan dinas dan belanja
lainnya. Dalam APBD Tahun Anggaran 2022 belanja barang dianggarkan senilai
Rp4.967.340.140,00 dan terealisasi senilai Rp4.901.011.958,00 atau 98,66%. Rincian
belanja barang pada tabel sebagai berikut.
Tabel 3. Belanja Barang dan Jasa

(dalam rupiah)

Uraian Bertambah /
No Anggaran Belanja %
Berkurang

1 Belanja Barang 2.299.544.300,00 2.280.949.704,00 99,19 18.594.596,00

2 Belanja Jasa 495.667.840,00 488.115.665,00 98,47 7.552.175,00

3 Belanja Pemeliharaan 24.970.000,00 11.795.000,00 47,23 13.175.000,00

4 Belanja Perjalanan
Dinas 167.158.000,00 140.151.589,00 83,84 27.006.411,00

5 Belanja Uang dan/atau Jasa


untuk Diberikan kepada
Pihak Ketiga/Pihak
Lain/Masyarakat
1.980.000.000,00 1.980.000.000,00 100,00 0,00

Jumlah 4.967.340.140,00 4.901.011.958,00 98,66 66.328.182,00

4. Belanja Modal

Belanja modal meliputi belanja modal tanah, belanja modal peralatan dan
mesin, belanja modal gedung dan bangunan, belanja modal jalan, irigasi dan jaringan,
belanja modal aset tetap lainnya dan belanja modal aset lainnya. Realisasi belanja
modal tahun 2022 sebagai berikut.
Tabel 4. Belanja Modal

(dalam rupiah)

Bertambah
No Uraian Anggaran Realisasi %
/
Berkurang
1 Belanja Modal Peralatan
dan Mesin 12.735.000,00 12.475.000,00 97,96 260.000,00
Jumlah 12.735.000,00 12.475.000,00 97,96 260.000,00

Surplus/Defisit - LRA - Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Berjalan

Sesuai realisasi pendapatan dan belanja yang telah diuraikan di atas maka di
dalam pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2022 terdapat Sisa Lebih Pembiayaan
Anggaran (SiLPA) tahun berjalan senilai (Rp8.031.204.601,00).

Laporan Belanja Langsung

Laporan belanja tahun anggaran 2021 dan 2022 dalam hal ini belanja
langsung dapat dilihat pada Laporan Bendahara Pengeluaran tahun anggaran pada
Dinas Ketahanan Panagan Kabupaten Lombok Timur, dapat dilihat selengkapnya
pada lampiran.

Pada tahun anggaran 2021, total realisasi belanja langsung adalah


Rp.4.562.051.137,00 dari total anggaran Rp.4.969.850.366,00 jumlah yang
dianggarkan terdiri dari:
1. Belanja Pegawai Rp. 2.563.033.204,00
2. Belanja Barang dan Jasa Rp. 1.999.088.433,00
3. Belanja Modal Rp. 75.929.500,00
Pada tahun anggaran 2022, total realisasi belanja langsung adalah
Rp.7.676.011.523,00 dari total anggaran Rp.7.759.908.580,00 jumlah yang
dianggarkan terdiri dari:

1. Belanja Pegawai Rp. 2.762.524.565,00

2. Belanja Barang dan Jasa Rp. 4.901.011.958,00

3. Belanja Modal Rp. 12.475.000,00

Realisasi anggaran tahun 2021 dan 2022 yang dapat dilihat pada tabel 5.

Tabel 5

Realisasi Anggaran Tahun 2021 dan 2022


Jumlah (Rp)
Thun Uraian Selisih (Rp)
Anggaran Realisasi

Belanja Langsung 4.969.850.366 4.562.051.137 407.799.229

Belanja Pegawai 2.617.900.621 2.563.033.204 54.867.417

2021 Belanja Barang dan


2.274.994.745 1.999.088.433 275.906.312
Jasa

Belanja Modal 76.955.000 0,00 0,00

Belanja Langsung 7.759.908.580 7.676.011.523 83.897.057

Belanja Pegawai 2.779.833.440 2.762.524.565 17.308.875

2022 Belanja Barang dan


4.967.340.140 4.901.011.958 66.328.182
Jasa

Belanja Modal 12.735.000 12.475.000 260.000


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Beberapa kesimpulan penting yang dapat diuraikan terkait dengan laporan


keuangan Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Lombok Timur tahun angaran 2022
sebagai berikut.

1. Laporan Keuangan Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Lombok Timur tahun


2022 disusun untuk memenuhi beberapa peranan antara lain akuntabilitas, manajerial,
transparasi dan keseimbangan antar generasi (Intergenerational Equity).

2. Disamping sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBD, secara umum


tujuan dari penyusunan laporan keuangan tahun 2022 adalah untuk menyediakan
informasi tentang :

a) Kemampuan Pemerintah Kabupaten Lombok Timur dalam merealisir


pendapatan dari yang dianggarkan.
b) Realisasi pelaksanaan program dan kegiatan Pemerintah Kabupaten
Lombok Timur berdasarkan anggaran belanja yang telah ditetapkan.
c) Sumber-sumber pembiayaan dalam rangka menutup defisit/pemanfatan
surplus anggaran.
d) Semua aset/sumber daya ekonomis yang dikuasai dan atau dimiliki oleh
Pemerintah Kabupaten Lombok Timur
e) Kewajiban Pemerintah Kabupaten Lombok Timur kepada pihak ketiga yang
belum dibayar/diselesaikan sampai dengan tanggal neraca.
f) Kekayaan bersih (Ekuitas Dana) yang dimiliki oleh Pemerintah Kabupaten
Lombok Timur pada tanggal neraca.
g) Sumber-sumber penerimaan kas dan setara kas selama Satu periode
akuntansi.
h) Penggunaan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi.
i) Saldo kas dan setara kas pada awal dan akhir periode akuntansi.
j) Laporan keuangan pokok Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Lombok Timur
tahun 2022 terdiri :
 Laporan Realisasi Anggaran yang menginformasikan tentang
perbandingan antara anggaran dan realisasi APBD.
 Neraca daerah yang menginformasikan tentang posisi aset, kewajiban dan
ekuitas dana pemerintah daerah pada tanggal 31 Desember 2022.
 Laporan Operasional yang menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang
menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah
daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode
pelaporan.
 Laporan Perubahan Ekuitas yang menyajikan informasi kenaikan atau
penurunan ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
 Serta Catatan atas Laporan Keuangan yang berisi tentang informasi atau
penjelasan secara kualitatif atas enam laporan keuangan
B. Saran

Saran penulis Untuk tahun anggaran berikutnya hendaknya Dinas


Ketahanan Pangan Kabupaten Lombok Timur dalam pengelolahan keuangan
daerah khususnya belanja dapat berpedoman sepenuhnya kepada peraturan
pemerintah nomo 71 tahun 2010, agar pengelolaan keuangan yang disajikan
benar-benar efektif dapat terwujud dan berguna bagi para pengguna laporan
keuangan tersebut. Perlu adanya tambahan sumber daya manusia yang handal
dan memiliki spesialisasi dalam rangka pengelolaan pencatatan dan
pelaporan pada SKPD. Sumber daya manusia ini dapat diperoleh melalui
perekrutan pegawai dengan kualifikasi dibidang akuntansi yang memadai
serta melakukan pelatihan-pelatihan dan bimbingan teknis terhadap SDM
yang sudah ada. Pada tahun anggaran berikutnya hendaknya Dinas
Ketahanan Pangan Kabupaten Lombok Timur dapat lebih baik lagi dalam
melakukan pencatatan dan pelaporan belanja langsung.
DAFTAR PUSTAKA

Bastian, Indra (2010). Akuntansi Sektor publik : Suatu pengantar, Jakarta : Erlangga

Chude, N. P., and Chude, D. I. 2013.Impact of Government Expenditure


onEconomic Growth in Nigeria.International Journal of Business
andManagement Review.

Darise, Nurlan. 2009. Pengelolaan Keuangan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) dan BLU.Indeks.

Jakarta.

Dewi, 2009. Analisis Sistem Akuntansi Keuangan Daerah pada Dinas


Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Pekanbaru.
http://digilib.uir.ac.id/dmdocuments/s1%20akt,sari%20kumala%20dewi.pdf.
Diakses: Desember 2015

Julia.2016. Analisis Pencatatan Dan Pelaporan Belanja Langsung pada SKPD di


Kabupaten Bolaang Mongondow Provinsi Sulawesi Utara. Jurnal EMBA
817 Vol.4 No.1, Hal. 817-825, ISSN 2303- 1174. Diakses: Desember 2015

Mardiasmo, (2009), Akuntansi Sektor Publik, Penerbit Andi, Yogyakarta.

Mahmudi, 2010. Analisis Laporan Keuangan Pemerintah Daerah. Edisi Kedua. UPP
STIM YKPN, Yogyakarta Mahmudi, 2011.Akuntansi Sektor Publik. Cetakan
Kedua UII Press. Yogyakarta

Pratiwi, 2014. Implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan Pada Pelaporan


Keuangan Daerah (Studi pada Dinas Bina Marga Kabupaten Malang). Jurnal
Manajemen dan Akuntansi Volume 3, Nomor 2. Diakses: Maret 2016
Rusita Untari.2011. Analisis efisiensi dan efektifitas Pelaksana Realisasi Anggaran
Belanja Langsung Dinas Pendidikan Kota Semarang.
http://eprints.dinus.ac.id/17224/2/abstrak_16081.pdf. Diakses: Maret 2016

Syurtika Mira Lomboan .2014. Analisis Belanja Langung pada Dinas Kesehatan
Provinsi Sulwesi Utara. urnal EMBA Vol.2 No.3, Hal. 952-961, ISSN 2303-
1174. Diakses: Desember 2015

Peraturan Pemerintah No.59 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2010.Standar Akuntansi


Pemerintahan. Salemba Empat. Jakarta.

Profil Badan Pelaksana Penyuluhan dan Ketahanan Pangan Kota Manado Tahun
2013.

Wati, 2015. Analisis Sistem Pelaporan Belanja Langsung Tahun 2013 Pada Badan
Pengelolah Keuangan Dan Barang Milik Daerah Provinsi Sulawesi Utara.
Jurnal EMBA Vol.3 No.1, Hal. 408-417, ISSN 2303- 1174. Diakses: Maret
2016

Anda mungkin juga menyukai