MAKALAH
Disusun untuk Memenuhi Salah Satu
Tugas Mata Kuliah Sistem Pengendalian Manajemen
oleh,
Arin Siti Kurnia 203403086
Fitri Rahmawati 203403170
Siska Melaeni 203403164
Syfa Rohadatul Aisy 203403194
ii
membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah
ini
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima
kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik
materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca. Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun
menambah isimakalah agar menjadi lebih baik lagi.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................1
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................1
1.4 Kegunaan Makalah......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................3
2.1 Sistem Pengendalian Kerja.....................................................................................................3
2.2 Keterbatasan Sistem Pengendalian Keuangan.......................................................................3
2.3 Balance Scorecard..................................................................................................................5
2.4 Sistem Penilaian Kinerja : Pertimbangan Tambahan............................................................11
2.5 Faktor Kunci Keberhasilan...................................................................................................12
2.6 Pelaksanaan Sistem Penilaian Kinerja..................................................................................14
2.7 Praktik Penilaian.................................................................................................................15
2.8 Pengendalian Interaktif........................................................................................................15
BAB III PENUTUP..................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................19
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam era globalisasi saat ini perkembangan industri dan perekonomian harus
diimbangi oleh kinerja karyawan yang baik sehingga dapat tercipta dan tercapainya tujuan-
tujuan yang ingin dicapai. Salah satu persoalan penting dalam pengelolaan sumber daya
manusia (pegawai) dalam organisasi adalah mengukur kinerja pegawai. Pengukuran kinerja
dikatakan penting mengingat melalui pengukuran kinerja dapat diketahui seberapa tepat
pegawai telah menjalankan fungsinya. Ketepatan pegawai dalam menjalankan fungsinya akan
sangat berpengaruh terhadap pencapaian kinerja organisasi secara keseluruhan. Selain itu,
hasil pengukuran kinerja pegawai akan memberikan informasi penting dalam proses
pengembangan pegawai.
Menurut Mathis dan Jacson (2006), penilaian kinerja adalah proses mengevaluasi
seberapa baik karyawan melakukan pekerjaan mereka jika dibandingkan dengan seperangkat
standar, dan kemudian mengomunikasikan informasi tersebut kepada karyawan.
Cita-cita dari sistem ukuran kinerja adalah untuk mengimplementasikan strategi.
Dalam menetapkan sistem semacam itu, manajemen senior memilih ukuran-ukuran yang
paling mewakili strategi perusahaan. Ukuran-ukuran ini dapat dilihat sebagai faktor
keberhasilan penting (critical success factors) masa kini dan masa depan: jika ukuran-ukuran
ini membaik, berarti perusahaan telah mengimplementasikan strateginya. Keberhasilan
strategi bergantung pada kekuatannya. Sistem ukuran kinerja hanyalah merupakan suatu
mekanisme yang memperbaiki kemungkinan bahwa organisasi tersebut akan
mengimplementasikan strateginya dengan berhasil.
Setiap organisasi memiliki cita-cita. Suatu peranan penting dari sistem pengendalian
manajemen adalah untuk memotivasi para anggota organisasi untuk mencapai cita-cita
tersebut. Untuk itu para manajer hendaknya mencari keselarasan cita-cita, beberapa caranya
adalah dengan fokus pada mekanisme insentif dan sistem kompensasi serta fungsinya dalam
mempengaruhi perilaku karyawan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa tujuan darim system ukuran kinerja?
2. Bagaimana pelaksanaan system penilaian kinerja?
3. Apa yang dimaksud dengan balance scorecard?
4. Ap aitu pengendalian interaktif dalam ukuran kinerja
1.3 Tujuan
1. Mengetahui maksud dari system ukuran kinerja
2. Mengetahui pelaksanaan system penilaian kinerja
3. Mengetahui maksud dari balance scorecard
4. Mengetahui pengendalian interatif dalam ukuran kinerja.
1
2
diukur
Diberi imbalan
3
4
laba masa depan. Pada saat yang sama, kebutuhan akan umpan balik dan pengendalian
manajemen yang terus menerus mengharuskan perusahaan untuk mengukur dan
mengevaluasi kinerja unit bisnis paling tidak sekali setahun. Pertimbangan-pertimbangan
manajemen yang terlibat dalam membebankan tanggung jawab keuangan (biaya, pendapatan,
laba, dan EVA) dari submit-submit dalam organisasi. Tetapi, hanya mengandalkan
disfungsional karena beberapa alasan,:
1. Hal itu mungkin dapat mendorong kegiatan jangka pendek yang tidak termasuk
dalam kepentingan jangka panjang perusahaan. Semakin besar tekanan untuk
mencapai tingkat laba tertentu, semakin besar kemungkinan manajer unit bisnis
mengambil tindakan jangka pendek yang mungkin salah dalam jangka panjang.
2. Manajer unit bisnis mungkin tidak melakukan tindakan yang berguna untuk jangka
panjang, untuk memperoleh laba jangka pendek. Singkatnya, manajer mungkin tidak
melakukan investasi yang menjanjikan laba jangka panjang karena akan menurunkan
hasil finansial jangka pendek.
3. Menggunakan profit jangka pendek sebagai satu-satunya tujuan dapat mengganggu
komunikasi antara manajer unit bisnis dengan manajer senior. Jika manajer unit
bisnis dievaluasi berdasarkan anggaran profit mereka, mereka mungkin mencoba
menyusun target agar mudah dilampaui, membuat data perencanaan untuk seluruh
perusahaan karena laba anggaran bisa saja lebih rendah dari yang seharusnya bisa
dicapai. Selain itu, manajer mungkin segan mengakui seandainya mereka gagal
mencapai laba anggaran. Hal ini menunda tindakan korektif.
4. Pengendalian finansial yang ketat bisa memotivasi manajer untuk memanipulasi data.
Ini dapat dilakukan dalam berbagai bentuk. Pada saat tingkat manajer bisa saja
memilih metode akuntansi yang meminjam dari laba masa depan untuk memenuhi
target periode sekarang (misalnya, dengan membuat provisi yang tidak mencukupi
untuk piutang tak tertagih, penyusutan persediaan, dan klaim garansi). Pada tingkat
laba, manajer mungkin mengubah data-yaitu, dengan sengaja menyediakan informasi
yang tidak akurat.
Pertimbangan Umum
Membandingkan sistem penilaian kinerja dengan panel instrumen pada dashboard
memberikan pandangan penting mengenai campuran yang diperlukan penilaian finansial dan
nonfinansial dalam sistem pengendalian manajemen. Satu pengukur tidak dapat
mengendalikan suatu sistem yang kompleks, dan terlalu banyak ukuran kritis membuat sistem
tidak dapat dikendalikan secara kompleks.
Agar kinerja lebih efektif dan efisien, dibutuhkan sebuah informasi akurat yang
mewakili sistem kerja yang dilakukan. Balanced Scorecard memberi perusahaan elemen yang
dibutuhkan untuk berpindah dari paradigma 'selalu tentang finansial' menuju model baru yang
mana hasil balanced scorecard menjadi titik awal untuk review, mempertanyakan, dan belajar
tentang strategi yang dimiliki. Balanced scorecard akan menerjemahkan visi dan strategi ke
dalam serangkaian ukuran koheren dalam empat perspektif yang berimbang.
Sebagai alat ukur perusahaan apakah visi dan misi yang dianut telah tercapai.
Sebagai alat ukur keunggulan kompetitif yang dimiliki perusahaan Anda.
Sebagai panduan strategis untuk menjalankan bisnis Anda.
Alat analisis efektivitas strategi yang telah digunakan.
Memberikan gambaran kepada perusahaan terkait SWOT yang dimiliki.
6
Balanced scorecard (BSC) bisa dikatakan sebagai alat ukur yang paling sederhana
dalam perusahaan sehingga banyak kelemahan-kelemahannya. Salah satu kelemahannya
adalah informasi yang disajikan terbatas dan kurang akurasi, sehingga tidak bisa melihat
faktor-faktor lain yang bisa mempengaruhi performa perusahaan. Misalnya saja saat terjadi
krisis, kebijakan pemerintah atau kejadian di momen-momen tertentu. Namun begitu,
perusahaan tetap harus memiliki acuan pengukuran seperti balanced scorecard, karena
didalamnya terdapat empat perspektif utama yang memang menjadi poin penting dalam
bisnis.
Menurut para pendukung pendekatan ini, unit bisnis harus diberikan cita-cita dan diukur dari
empat perspektif berikut:
1. Perspektif Keuangan
Dalam Balance Scorecard perspektif keuangan merupakan perspektif yang tidak bisa
diabaikan. Pengukuran kinerja keuangan menunjukan apakah perencanaan, implementasi dan
pelaksanaan serta strategi memberikan perbaikan mendasar. Perbaikan tersebut dapat berupa
gross operating income, return on investment atau economic value-added. BSC dapat
menjelaskan lebih lanjut tentang pencapaian visi yang berperan di dalam mewujudkan
pertambahan kekayaan sebagai berikut
Misalnya dengan menganalisis tren keuangan, common size value antara perusahaan
dan pesaing, dan rasio keuangan seperti; rasio liabilitas, rasio aktivitas, rasio hutang, rasio
keuntungan, dan rasio solvabilitas. Perspektif keuangan juga berguna seberapa perusahaan
atau bisnis yang memiliki daya tarik kepada para investor.
2. Perspektif Pelanggan
Tolak ukur pelanggan dibedakan dalam dua kelompok yaitu core measurement group
(kelompok inti) dan customer value proposition (kelompok penunjang).
Perspektif proses bisnis internal menampilkan proses kritis yang memungkinkan unit
bisnis untuk memberi value proposition yang mampu menarik dan mempertahankan
pelanggannya di segmen pasar yang diinginkan dan memuaskan para pemegang saham.
Tiap perusahaan mempunyai proses dan nilai yang unik bagi pelanggannya. Secara
umum, hal tersebut terbagi menjadi 3 prinsip dasar perspektif proses bisnis internal yaitu:
Proses Inovasi
Proses inovasi adalah bagian terpenting dalam keseluruhan proses produksi Tapi ada
juga perusahaan yang menempatkan inovasi di luar proses produksi. Dalam proses inovasi itu
sendiri terdiri atas dua komponen, yaitu identifikasi keinginan pelanggan dan melakukan
proses perancangan produk yang sesuai dengan keinginan pelanggan. Bila hasil inovasi dari
perusahaan tidak sesuai dengan keinginan pelanggan, maka produk tidak akan mendapat
tanggapan positif dari pelanggan. Hal tersebut tidak memberi tambahan pendapatan bagi
perusahaan.
Proses Operasi
Proses operasi adalah aktivitas yang dilakukan perusahaan. Proses operasi dilihat dari
perencanaan, pembentukan bahan mentah hingga menjadi produk jadi proses marketing,
hingga proses transaksi antara perusahaan dan pembeli. Proses operasi menekankan kepada
penyampaian produk kepada pelanggan secara efisien, dan tepat waktu. Proses ini
berdasarkan fakta menjadi fokus utama dari sistem pengukuran kinerja sebagian besar
organisasi.
Layanan purna jual merupakan layanan yang diberikan oleh perusahaan atau bisnis
kepada konsumen sebagai jaminan mutu produk yang telah dibeli oleh konsumen. Banyak
bentuk layanan purna jual misalnya layanan konsultasi, perbaikan, perawatan, hingga garansi
bagi suatu badan usaha saat melakukan investasi tidak hanya pada peralatan untuk
menghasilkan produk atau jasa, tetapi juga melakukan investasi pada infrastruktur, yaitu:
sumber daya manusia, sistem dan prosedur.
Tolak ukur kinerja keuangan, pelanggan, dan proses bisnis internal bisa menjadi
pemicu kesenjangan yang besar antara kemampuan yang ada dari manusia, sistem, dan
prosedur. Untuk memperkecil kesenjangan itu maka suatu perusahaan harus melakukan
investasi dalam bentuk reskilling karyawan, yaitu: meningkatkan kemampuan sistem dan
teknologi informasi, serta menata ulang prosedur yang ada.
yang menjadi tolak ukur hal tersebut di atas adalah jumlah saran yang diberikan
pekerja. Intinya dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, balanced scorecard
lebih menekankan pada aspek organisasi. Bagaimana perusahaan bisa memanfaatkan
sumber daya manusia yang ada menjadi faktor keunggulan kompetitif.
Balance scorecard membantu keseimbangan antara penilaian stratejik yang berbeda dalam
usaha mencapai tujuan yang sesuai, kemudian mendorong karyawan agar bertindak untuk
kepentingan terbaik organisasi.
Tiap pengukur dalam balance scorecard menunjukkan suatu bagian dari strategi
perusahaan. Dalam menciptakan balance scorecard, pihak eksekutif harus memilih campuran
dari penilaian yang:
1) Mencerminkan dengan tepat faktor kritis yang akan menentukan keberhasilan strategi
perusahaan.
2) Menunjukkan hubungan antar pengukur dalam hubungan sebab akibat,
memperkirakan bagaimana penilaian non finansial mempengaruhi hasil finansial
dalam jangka panjang.
3) Memberikan pandangan luas dari kondisi perusahaan saat ini.
Langkah-langkah Balanced Scorecard meliputi empat proses manajemen baru. Pendekatan ini
mengkombinasikan antara tujuan strategi jangka panjang dengan peristiwa jangka pendek.
Kempat proses tersebut menurut (Kaplan dan Norton, 1996) antara lain:
Untuk menentukan ukuran kinerja, visi organisasi dijabarkan dalam tujuan dan
sasaran. Visi adalah gambaran kondisi yang akan diwujudkan oleh perusahaan di masa
datang. Tujuan juga menjadi salah satu landasan bagi perumusan strategi untuk
mewujudkannya. Dalam proses perencanaan strategik, tujuan ini kemudian dijabarkan dalam
sasaran strategik dengan ukuran pencapaiannya.
Dapat dilakukan dengan cara memperlihatkan kepada setiap karyawan apa yang
dilakukan perusahaan untuk mencapai apa yang menjadi keinginan para pemegang saham
dan konsumen. Hal ini bertujuan untuk mencapai kinerja karyawan yang baik.
Proses keempat ini akan memberikan strategis learning kepada perusahaan. Dengan
balanced scorecard sebagai pusat sistem perusahaan, maka perusahaan melakukan monitoring
terhadap apa yang telah dihasilkan perusahaan dalam jangka pendek.
Ukuran hasil dan pembangkit sangat terkait. Jika ukuran hasil menunjukkan adanya
masalah namun ukuran pembangkit menunjukkan strategi tersebut telah dilaksanakan dengan
baik, kemungkinan besar perlu ada perubahan strategi.
Pentingnya ukuran non finansial telah banyak diketahui, tetapi banyak organisasi
yang gagal menyatukannya dengan tinjauan kinerja tingkat eksekutif karena ukuran ini
dianggap kurang memuaskan dibanding ukuran finansial dan para manajer senior kurang ahli
memanfaatkannya.
12
Aspek yang paling penting dari sistem penilaian kinerja adalah kemampuannya
untuk mengukur hasil dan pembangkit sekaligus yang menyebabkan organisasi bertindak
sesuai dengan strateginya.
Penilaian scorecard harus dikaitkan dari atas ke bawah dan mengikat target tertentu
bagi keseluruhan organisasi. Tujuan dapat menjelaskan strategi lebih jauh sehingga
organisasi tahu apa yang harus dilakukan dan berapa banyak yang diselesaikan.
Pangsa pasar. Kecuali jika pangsa pasar diamati secara ketat, penurunan dalam
posisi kompetitif suatu unit bisnis dapat dikaburkan oleh peningkatan yang dilaporkan
dalam volume penjualan yang disebabkan oleh pertumbuhan industri secara
keseluruhan.
13
Pesanan dari pelanggan kunci. Dalam unit bisnis yang menjual produknya pada
peritel, pesanan yang diterima dari pelanggan-pelanggan penting tertentu (department
store besar, rantai toko diskon, supermarket, pesanan lewat pos) dapat
mengindikasikan diawal mengenai keberhasilan seluruh strategi pemasaran.
Kepuasan pelanggan. Hal ini dapat diukur melalui survei pelanggan, pendekatan
“pembeli misterius,” dan jumlah surat keluhan.
Retensi pelanggan. Hal ini dapat diukur melalui lamanya hubungan dengan
pelanggan.
Loyalitas pelanggan. Hal ini dapat diukur dalam pembelian berulang, referensi yang
diberikan oleh pelanggan, dan penjualan ke pelanggan tersebut sebagai persentase
dari total kebutuhan pelanggan itu untuk produk atau jasa yang sama.
Variabel kunci yang berhubungan dengan proses internal bisnis sebagai berikut:
Utilisasi kapasitas. Tingkat utilisasi kapasitas adalah sangat penting dalam bisnis
dimana biaya tetap adalah tinggi (misalnya: produsen kertas, baja, alumunium).
Pengiriman tepat waktu
Perputaran persediaan
Kualitas. Indikator dari kualitas mencakup jumlah unit cacat yang dikirimkan oleh
tiap pemasok, jumlah dan frekuensi dari pengiriman yang terlambat, jumlah
komponen dalam suatu produk, persentase komponen yang umum vs komponen yang
unik dalam suatu produk, persentase hasil, first-pass yields (yaitu: persentase unit
yang selesai tanpa pengerjaan kembali).
Waktu siklus. Persamaan untuk waktu siklus adalah alat untuk menganalisis
kebutuhan persediaan:
Waktu siklus = lama proses + lama penyimpanan + lama pemindahan + lama
pemeriksaan
Hanya elemen pertama, lama proses, yang menambah nilai pada produk. Tiga
elemen lainnya tidak menambah nilai apapun pada produk. Jadi analisis dilakukan untuk
14
mengidentifikasi setiap aktivitas yang tidak langsung menambah nilai produk dan
menghapus, atau mengurangi biaya dari aktivitas ini.
Sistem JIT memusatkan perhatian manajemen pada waktu selain pada fokus
tradisional yaitu biaya. Mengurangi waktu siklus dapat mengurangi biaya.
Salah satu cara efektif untuk memantau kemajuan JIT adalah dengan menghitung
rasio berikut:
1. Mendefinisikan strategi
Organisasi harus fokus pada sedikit ukuran kritis pada titik ini atau manajemen
akan tertalu peruh oleh pengukur. Juga penting bahwa masing-masing pengukur dapat
dihubungkan satu sama lain secara sebab akibat.
Ketika scorecard dijalankan, tinjauan haruslah dilakukan secara konsisten dan terus
menerus oleh manajemen senior.
Inovasi/perubahan 52 16 13 23 12
Dalam lingkungan yang cepat berubah dan dinamis, menciptakan suatu organisasi
pembelajaran adalah penting bagi kelangsungan hidup perusahaan. Organisasi pembelajaran
mengacu kepada kemampuan dari karyawan suatu organisasi untuk belajar menyesuaikan diri
terhadap perubahan lingkungan secara berkelanjutan. Tujuan utama dari pengendalian
interaktif adalah untuk memfasilitasi terciptanya organisasi pembelajaran.
1. Pertumbuhan internet dan e-commerce memiliki implikasi yang potensial bagi banyak
perusahaan. Beberapa poin tertentu yang dipantau antara lain:
17
Sebuah sub sistem seharusnya memenuhi kondisi berikut sebelum dapat digunakan sebagai
sistem pengendalian interaktif:
1. Data dalam subsistem harus tidak ambigu dan mudah dimengerti dan diterjemahkan.
2. Subsistem harus memuat data mengenai ketidakpastian stratejik.
3. Data dalam subsistem harus membantu perusahaan mengembangkan strategi baru.
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Suatu sistem pengukuran kinerja menyediakan suatu mekanisme untuk mengaitkan
strategi dengan tindakan. Sistem tersebut beroperasi berdasarkan asumsi bahwa ukuran-
ukuran keuangan saja tidak cukup untuk mengoperasikan suatu organisasi dan bahwa perlu
diberikan perhatian khusus pada pengembangan ukuran-ukuran non keuangan yang canggih.
Scorecard menggunakan beragam jenis ukuran, yang berbeda, termasuk hasil dan pemicu,
keuangan dan non keuangan, serta internal dan eksternal.
Keyakinan kunci dibalik scorecard ini adalah bahwa pengukuran akan memicu
perubahan ketika organisasi tersebut bertindak sesuai dengan apa yang diukur, Banyak
kesulitan yang mungkin dihadapi oleh suatu perusahaan ketika mencoba untuk menerapkan
suatu scorecard: korelasi yang buruk antara ukuran hasil dan pemicu, terpaku pada hasil
keuangan, tidak adanya mekanisme untuk melakukan perbaikan, kegagalan untuk
memperbarui ukuran, terlalu banyak ukuran, serta kesulitan dalam membuat pertukaran.
Pengendalian interaktif bukanlah sistem yang terpisah tetapi merupakan bagian yang
integral dengan sistem pengendalian manajemen, informasi pengendalian interaktif
cenderung bersifat non keuangan.
19
DAFTAR PUSTAKA
Dr. Rismawati, S.E.,M.M dan Prof. Dr. Mattalata, S.E., M.Si
https://books.google.co.id/books?
hl=en&lr=&id=ni9tDwAAQBAJ&oi=fnd&pg=PR1&dq=penilaian+kinerja&ots=dQ2w3idiH
z&sig=6rtW_58D_wy4WBj4Vt5idPYXLY4&redir_esc=y#v=onepage&q=penilaian
%20kinerja&f=false
20