FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
OLEH:
NAMA
MOHD.RANGGA DIZA
NIM
040503010
DEPARTEMEN
S1-AKUNTANSI
Mohd. Rangga Diza : Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di
Propinsi Sumatera Utara, 2010.
PERNYATAAN
Mohd. Rangga Diza : Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di Propinsi
Sumatera Utara, 2010.
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
menyadari
adanya
keterbatasan,
kekurangan
dan
ketidaksempurnaan dalam penyusunan skripsi ini, baik dari segi isi maupun
penyajiannya. Oleh karena itu penulis selalu berusaha untuk memperbaiki diri
menuju kesempurnaan di masa yang akan datang
Penulis mendapat banyak bantuan dan bimbingan moril maupun materiil
dari berbagai pihak dalam penyelesaiian skripsi ini.Maka dari itu, pada
kesempatan ini,penulis menyampaikan rasa terimakasih dan penghargaan kepada
semua pihak yang telah membantu penulis, terutama kepada :
Sumatera Utara
Mohd. Rangga Diza : Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di
Propinsi Sumatera Utara, 2010.
dan Eric
yang
telah sangat
membantu
penulis
hingga
040503010
Mohd. Rangga Diza : Kontribusi Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di
Propinsi Sumatera Utara, 2010.
ABSTRAK
iv
ABSTRACT
The objective of this research is to examine the impact of local tax and the
local retribution to own local revenue. This is a replica research
This research was done in north sumatera with 17 regency/ city as the
sample, the data analyzed in this research wee collected through the realization of
region budget of revenue (APBD). The data were taken from the website financial
departemen of the republic Indonesia (www.djpkpd.go.id).
THE RESULT Shows that the local tax and the local retribution has a
positive significant contribution toward the local own revenue
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ..................................................................................................i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ii
ABSTRAK ........................................................................................................iv
ABSTRACT ...................................................................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B.Perumusan Masalah ............................................................................ 5
C.Batasan Masalah .................................................................................. 6
D.Tujuan Dan Manfaat Penelitian ........................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis ................................................................................. 8
1. APBD
a. pengertian dan unsur unsur APBD .................................. 8
b. Klasifikasi APBD ............................ ................................ 10
2. PAD
a. Pengertian PAD
.................................................................. 10
b.Klasifikasi PAD
.................................................................. 13
vi
3. PAJAK DAERAH
a. Pengertian dan Kriteria Pajak Daerah
17
23
34
4. RETRIBUSI DAERAH
a. Terminologi Retribusi Daerah
34
35
.................................................... 36
.................................................... 37
41
vii
2. Pajak Daerah68
3. Pendapatan Asli Daerah ......................................................... 69
C. Analisis Hasil Penelitian
1. Uji Asumsi Klasik .................................................................. 73
2) Pengujian Hipotesis .............................................................. 80
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan. 87
B. Keterbatasan ...................................................................................................... 88
C. Saran .................................................................................................................. 88
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 90
viii
Daftar Tabel
Halaman
Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Tabel 4.10
Tabel 4.11
Tabel 4.12
Tabel 4.13
Uji F ........................................................................................................... 84
ix
Daftar Gambar
Halaman
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 4.3
Scaterplot ................................................................................................... 79
BAB I
PENDAHULUAN
pemerintah.
Penyelengaraan
pemerintah
yang
menjadi
Tanah Karo, yang banyak memiliki sektor industri dan pariwisata yang dapat
dikenakan tarif retribusi. Dari retribusi inilah yang akan menyumbang ke
Pendapatan Asli Daerah Sumatera Utara.
Melihat pentingnya kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap
pendapatan asli daerah di propinsi Sumatera Utara yang pada akhirnya akan
mempengaruhi total pendapatan daerah masing-masing pemerintah kabupaten
/pemerintah kota dimasa yang akan datang maka dilakukanlah penelitian untuk
melihat seberapa besar kontribusi dari penerimaan pajak daerah dan retribusi
daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan judul: KONTRIBUSI
PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN
ASLI DAERAH DI PROPINSI SUMATERA UTARA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah (APBD)
a. Pengertian Dan Unsur-unsurAPBD
APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintah yang dibahas dan
disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan DPRD, dan ditetapkan dengan
peraturan daerah. APBD merupakan suatu aggaran daerah. Untuk memberikan
informasi mengenai perkembangan pelaksanan APBD, pemerintah daerah perlu
menyampaikan laporan realisasi semester pertama kepada DPRD pada akhir juli
tahun anggaran yang bersangkutan. Informasi tersebutakan menjadi bahan
evaluasi pelaksanaan APBD smeste pertama dan penyesuaian/ perubahan APBD
pada semester berikutnya.
Menurut Mamesah (1995:20), APBD dapat didefenisikan sebagai:
Rencana operasional keuangan Pemerintah Daerah, dimana di
satu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggitingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyekproyek daerah dalam satu tahun angaran tertentu, dan di
pihak lain menggambarkan perkiraan penerimaan dan
sumber-sumber penerimaan daerah
guna
menutupi
pengeluaran-pengeluaran dimaksud.
Anggaran Pendapatan da Belanja Daerah adalah dasar dari pengelolaan
keuangan daerah dalam tahun anggaran tertentu, umumnya satu tahun.
Berdasarkan ketentuan dalam UU No. 25 Tahun 1999 yang
kemudian direvisi menjadi UU No. 33 Tahun 2004, pencatatan
atau pembukuan serta pengelolaan keuangan daerah dalam
kerangka
desentralisasi
dilakukan
terpisah
dengan
pengelolaan keuangan daerah dalam kerangka tugas
perbantuan dan dekonsentrasi. Semua bentuk atau jenis
10
b. Klasifikasi APBD
Oleh karena penelitian ini menggunakan laporan realisasi APBD yang
memakai format keputusan menteri dalam negeri No. 29 tahun 2002, maka APBD
yang berdasarkan format tersebut terdiri atas 3 bagian, yaitu: pendapatan,belanja,
dan pembiayaan.
Pendapatan dibagi menjadi 3 kategori yaitu Pendapatan Asli
Daerah (PAD), dana perimbangan, dan lain-lain pendapatan
daerah yang sah. Belanja digolongkan menjadi 4 yakni belanja
apratur daerah, belanja pelayanan publik, belanja bagi hasil
dan bantuan keuangan dan belanja tak tersangka. Belanja
apratur daerah diklasifikasikan menjadi 3 kategori yaitu
belanja umum, belanja operasi dan pemeliharaan, dan belanja
modal/pembangunan. Belanja pelayanan publik dikelompokan
menjadi 3 yaitu belanja admistrasi umum , belanja operasi dan
pemeliharaan, dan belanja modal. Pembiayaan dikelompokkan
menurut sumber-sumber pembiayaan yaitu : sumber
penerimaan daerah dan sumber pengeluaran daerah. Sumber
pembiayaan berupa penerimaan adalah : sisa lebih anggaran
tahun lalu, penerimaan pinjamaan dan obligasi, hasil
penjualan asset daerah yang dipisahkan dan transfer dari dana
cadangan. Sumber pembiayan berupa pengeluaraan daerah
terdiri atas: pembayaraan utang pokok yang telah jatuh
tempo, penyertaan modal, transfer ke dana cadangan, dan sisa
lebih anggaran tahun sekarang (Halim, 2004:18)
11
12
pembangunan
dan
usaha-usaha
daerah
untuk
memperkecil
13
a.
Menetapkan
Peraturan
Daerah
tentang
pendapatan
yang
14
a. Pajak Daerah
Pajak daerah yaitu pajak negara yang diserahkan kepada daerah untuk
dipungut berdasarkan peraturan perundang-undangan yang dipergunakan guna
membiayai pengeluaran daerah sebagai badan hukum publik.
Ciri-ciri yang menyertai pajak daerah dapat diikhtisarkan seperti berikut:
a
Pajak daerah berasal dari pajak negara yang diserahkan kepada daerah
sebagai pajak daerah
Pajak daerah dipungut oleh daerah berdasarkan kekuatan undangundang dan/atau peraturan hukum lainnya
15
b. Retribusi Daerah
Retribusi Daerah yaitu pungutan daerah sebagai pembayaran atas
pemakaian jasa atau karena mendapatkan jasa pekerjaan, usaha atau milik daerah
bagi yang berkepentingan atau karena jasa yang diberikan oleh daerah.
16
yang
memberikan
sumbangan bagi pendapatan daerah, bukanlah dua pilihan yang saling bertolak
belakang. Artinya bahwa pemenuhan fungsi sosial perusahaan daerah dapat
berjalan seiring dengan pemenuhan fungsi ekonominya sebagai badan ekonomi
yang bertujuan untuk mendapatkan laba/keuntungan. Hal ini dapat berjalan
apabila profesionalisme dalam pengelolaannya dapat diwujudkan.
17
c. pendapatan bunga
d. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing
e. komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.
3. Pajak Daerah
a. Pengertian dan Kriteria Pajak Daerah
Menurut Marihot P. Siahaan (2005:7), Pajak Daerah adalah Iuran wajib
yang dilakukan oleh daerah kepada orang pribadi atau badan tanpa imbalan
langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarka peraturan perundangundangan yang berlaku yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
Menurut Halim (2004:67), Pajak Daerah merupakan pendapatan daerah
yang berasal dari pajak.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang perubahan
atas UU nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, yang
dimaksud dengan Pajak Daerah adalah Iuran wajib yang dilakukan oleh orang
pribadi dan badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang
dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang
digunakan
untuk
membiayai
penyelanggaraan
pemerintah
daerah
dan
pembangunan daerah.
Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa Pajak Aderah
adalah penerimaan daerah yang berasal dari orang pribadi atau badan yang
18
19
4. Objek pajak bukan merupakan objek pajak provinsi dan atau objek
pajak pusat.
5. Potensinya memadai. Maksudnya adalah bahwa hasil pajak cukup
besar sebagai salah satu sumber pendapatan daerah dan laju
pertumbuhannya, diperkirakan sejalan dengan laju pertumbuhan
ekonomi.
6. Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif. Maksudnya adalah
bahwa pajak tersebut tidak mengganggu alokasi sumber-sumber
ekonomi efisien dan tidak merintangi arus sumber daya ekonomi antar
daerah maupun kegiatan eksport import.
7. Memerhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat. Kriteria
aspek keadilan antara lain objek dan subjek harus jelas sehingga dapat
diawasi pemungutannya, jumlah pembayran pajak dapat diperkirakan
oelh wajib pajak yang bersangkutan, dan tarif pajak ditetapkan dengan
emerhatikan keadaan wajib pajak. Selanjutnya kriteria kemampuan
masyarakat adalah kemampuan subjek pajak untuk memikul tambahan
beban pajak.
8. Menjaga kelestarian lingkungan. Maksudnya adalah bahwa pajak harus
bersifat netral terhadap lingkungan, yang berarti bahwa pengenaan
pajak tidak memberikan peluang kepada pemerintah daerah dan
masyarakat untuk merusak lingkungan yang akan menjdai beban bagi
pemerintah daerah dan masyarakat.
20
Adil dan merata secara vertikal artinya sesuai dengan tingkatan kelompok
masyarakat dan horizontal artinya berlaku sama bagi setiap anggota
kelompok masyarakat sehingga tidak ada yang kebal pajak.
21
22
digunakan
untuk
membiayai
kegiatan
pemerintahan
dan
pembangunan.
2. Fungsi regulator yaitu bila pajak dipergunakan sebagai alat mengatur
untuk mencapai tujuan, misalnya : pajak minuman keras dimaksudkan
agar rakyat menghindari atau mengurangi konsumsi minuman keras, pajak
ekspor dimaksudkan untuk mengekang pertumbuhan ekspor komoditi
tertentu dalam rangka menghindari kelangkaan produk tersebut di dalam
negeri.
23
d. Pajak Reklame;
e. Pajak Penerangan Jalan;
f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C;
g. Pajak Parkir.
Jenis
pajak
Kabupaten/Kota
untuk
tidak
bersifat
limitatif,
artinya
masyarakat
di
wilayah
Daerah
Kabupaten/Kota
yang
bersangkutan;
c. Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan
umum;
d. Objek pajak bukan merupakan objek pajak Propinsi dan/atau objek pajak
Pusat;
e. Potensinya memadai;
f. Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif;
g. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat; dan
h. Menjaga kelestarian lingkungan.
24
25
Pajak Hotel
Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan hotel. Pengertian hotel disini
termasuk penginapan yang memungut bayaran. Pengenaan pajak hotel tidak
mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten/kota yang ada di Indonesia. Hal ini
berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah kabupaten/kota
untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupaten/kota.
Pada pajak hotel yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi atau
badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan hotel. Secara sederhana yang
menjadi subjek pajak adalah konsumen yang menikmati dan membayar pelayanan
yang diberikan oleh pengusaha hotel. Sementara yang menjadi wajib pajak adalah
pengusaha hotel, yaitu orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang di
dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya melakukan usaha di bidang
penginapan.
Objek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel dengan
pembayaran, termasuk pelayanan seperti fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal
jangka pendek, pelayanan penunjang sebagai kelengkapan fasilitas penginapan
atau tempat tinggal yang sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan,
fasilitas olahraga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu hotel, jasa
penyewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel.
Dasar pengenaan pajak hotel adalah jumlah pembayaran yang dilakukan
kepada hotel. Besarnya tarif pajak hotel ditetapkan paling tinggi sebesar sepuluh
persen
dan
bersangkutan.
ditetapkan
dengan
peraturan
daerah
kabupaten/kota
yang
26
Pajak Terutang
Pajak Restoran
Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan restoran. Pengenaan pajak
restoran tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten/kota yang ada di
Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada
pemerintah kabupaten/kota untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis
pajak kabupaten/kota.
Pada pajak restoran yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi atau
badan yang melakukan pembayaran atas pelayanan restoran. Secara sederhana
yang menjadi subjek pajak adalah konsumen yang menikmati dan membayar
pelayanan yang diberikan oleh pengusaha restoran. Sementara yang menjadi wajib
pajak adalah pengusaha restoran, yaitu orang pribadi atau badan dalam bentuk
apapun yang di dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya melakukan usaha
di bidang rumah makan.
Objek pajak restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran
dengan pembayaran, termasuk dalam objek pajak adalah rumah makan, cafe, bar
dan sejenisnya. Pelayanan di restoran/rumah makan meliputi penjualan makanan
dan atau minuman di restoran/rumah makan, termasuk penyediaan penjualan
makanan/minuman yang dianar atau dibawa pulang.
Dasar pengenaan pajak restoran adalah jumlah pembayaran yang
dilakukan kepada restoran. Besarnya tarif pajak restoran ditetapkan paling tinggi
27
28
Pajak Hiburan
Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan atau pungutan
daerah atas penyelenggaraan hiburan. Pengenaan pajak hiburan tidak mutlak ada
pada seluruh daerah kabupaten/kota yang ada di Indonesia. Hal ini berkaitan
dengan kewenangan yang diberikan kepada pemerintah kabupaten/kota untuk
mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis pajak kabupaten/kota.
Pada pajak hiburan yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi atau
badan yang menonton atau menikmati hiburan. Secara sederhana yang menjadi
subjek pajak adalah konsumen yang menikmati hiburan. Sementara yang menjadi
wajib pajak adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan.
Objek pajak hiburan adalah penyelenggara hiburan denga dipungut
bayaran. Yang dimaksud dengan hiburan antara lain berupa tontonan film,
kesenian, pagelaran musik dan tari, dikotik, karaoke, klab malam, permainan
biliar, permainan ketangkasan, panti pijat, mandi uap dan pertandingan olahraga.
Dasar pengenaan pajak hiburan adalah jumlah pembayaran yang dilakukan
kepada hiburan. Besarnya tarif pajak hiburan ditetapkan paling tinggi sebesar
sepuluh persen dan ditetapkan dengan peraturan daerah kabupaten/kota yang
bersangkutan.
Pajak Terutang
29
Pajak Reklame
Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Pengenaan
pajak reklame tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten/kota yang ada di
Indonesia. Hal ini berkaitan dengan kewenangan yang diberikan kepada
pemerintah kabupaten/kota untuk mengenakan atau tidak mengenakan suatu jenis
pajak kabupaten/kota.
Pada pajak reklame yang menjadi subjek pajak adalah orang pribadi atau
badan yang menyelenggarakan atau melakukan pemesanan reklame. Sementara
yang menjadi wajib pajak adalah pengusaha reklame, yaitu orang pribadi atau
badan yang menyelengarakan reklame.
Objek
pajak
reklame
adalah
semua
penyelenggaraan
reklame.
30
dan
ditetapkan
dengan
peraturan
daerah
kabupaten/kota
bersangkutan.
Pajak Terutang
yang
31
32
jalan ditetapkan paling tinggi sebesar sepuluh persen dan ditetapkan dengan
peraturan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.
Pajak Terutang
Pajak Parkir
Pajak parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan
jalan oleh orang pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok
usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat
penitipan kendaraan bermotor yang memungut bayaran. Pengenaan pajak parkir
tidak mutlak ada pada seluruh daerah kabupaten/kota yang ada di Indonesia. Hal
ini
berkaitan
dengan
kewenangan
yang
diberikan
kepada
pemerintah
33
di luar badan jalan yang dikenakan pajak parkir adalah, gedung parkir, pelataran
parkir, garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran, dan tempat penitipan
kendaraan bermotor.
Dasar pengenaan pajak parkir adalah jumlah pembayaran atau yang
seharusnya dibayar untuk pemakaian tempat parkir. Besarnya tarif pajak
penerangan jalan ditetapkan paling tinggi sebesar sepuluh persen dan ditetapkan
dengan peraturan daerah kabupaten/kota yang bersangkutan.
Pajak Terutang
4. Retribusi Daerah
34
35
36
RI
(2004:60),
Kontribusi
retribusi
terhadap
penerimaan
pemda
37
38
b. Retribusi Jasa Usaha, adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau diberikan
oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada
dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta
39
2) Jasa yang bersangkutan adalah jasa yang bersifat komersial yang seyogyanya
disediakan oleh sektor swasta, tetapi belum memadai atau terdapatnya harta
yang dimiliki/dikuasai oleh pemerintah daerah
40
41
42
hal
43
retribusi
daerah
ditetapkan
oleh
pemerintah
daerah
dengan
biaya
penyediaan
jasa
yang
bersangkutan,
yang
44
45
46
bersama-sama Dana Alokasi Umum (DAU), Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan
pendapatan lain-lain yang dianggap sah berpengaruh siginifikan positif terhadap
belanja daerah.
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis
A. Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis, dan tinjauan
penelitian terdahulu, maka peneliti membuat kerangka konseptual penelitian
sebagai berikut:
Gambar 2.1
Variabel Independen
Variabel Dependen
Pajak Daerah
(X1)
H1
Retribusi Daerah
(X2)
H2
Pendapatan
Asli
Daerah
(PAD)
H3
Sumber, Penulis 2009
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis menurut Erlina dan Sri Mulyani (2007:41), menyatakan
hubungan yang diduga secara logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan
preposisi yang dapat diuji secara empiris. Hipotesis pada penelitian ini adalah
47
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Peneliti menggunakan penelitian assosiatif, merupakan peneliltian
yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih
(Sugiyono, 2006: 11). Hubungan yang diteliti pada penelitian ini adalah hubungan
sebab akibat (kausal) antara variabel independen dengan variabel dependen.
Hubungan ini bertujuan untuk melihat berapa besar kontribusi yang
diberikan retribusi daerah dan pajak daerah sebagai variable independent terhadap
pendapatan asli daerah sebagai variable dependen serta mengukur besarnya
pengaruh retribusi daerah dan pajak daerah terhadap pendapatan asli daerah.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2006 : 55).
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah kabupaten/kota di provinsi
Sumatera Utara, dalam hal ini kabupaten/kota yang telah membuat dan
mempublikasikan laporan APBDnya.
Menurut
Erlina
dan
Mulyani
(2007:73-74)
populasi
adalah
56
57
Direktorat
Jenderal
Perimbangan
Keuangan
(www.djpk.depkeu.go.id)
2. Kabupaten/kota di provinsi sumatera utara yang mempublikasikan
laporan realisasi APBDnya selama periode 2004-2007
Berdasarkan
pemerintah kota
kriteria
tersebut,
maka
pemerintahan
kabupaten/
58
Kota Binjai
Kota Medan
Kota Sibolga
10
Kab Asahan
11
12
13
Kab Langkat
14
Kab Simalungun
15
16
17
kab. Dairi
Kota Pematang siantar
Kota Padang Sidempuan
59
C. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.
Menurut Umar (2003: 60) Data sekunder merupakan data primer yang telah
diolah lebih lanjut, misalnya dalam bentuk tabel, grafik, diagram, gambar dan
sebagainya, sehingga lebih informatif jika digunakan oleh pihak lain.
Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data time series dan
cross section. Data time series atau disebut juga data deret waktu merupakan
sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang didapat dalam beberapa
interval waktu tertentu, misalnya dalam waktu mingguan, bulanan, atau tahunan.
Sedangkan data cross section atau sering disebut data satu waktu merupakan
sekumpulan data suatu fenomena tertentu dalam satu kurun waktu saja. (Umar,
2003 61).
60
61
0,05. Selain itu, uji normalitas dapat juga dilihat melaui grafik histogram dan
grafik normal plot.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independent). Model yang baik
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Ghozali,
2005:91). Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas dapat dilihat dari
(1) nilai tolerance dan lawannya (2) variance inflation factor (VIF).
Kedua
ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh
variabel independen lainnya.
independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya,
jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF=
1/Tolerance).
multikolonieritas adalah nilai Tolerance <0.10 atau sama dengan nilai VIF >10.
c. Uji Heteroskedastisitas
Regresi linear dapat terjadi bila terjadi homokedastisitas bukan
heterokedastisitas. Menguji apakah dalam sebuah model regresi telah terjadi
ketidaksamaan varian dari residual atas suatu pengamatan lainnya adalah penting.
Jika yang terjadi bahwa variansnya tetap, maka ia disebut berada dalam kondisi
homokedastisitas (Umar, 2003:137). Pada penelitian ini diuji dengan melihat
grafik Scatterplot.
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
62
pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas. Model yang baik adalah homokedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2005:105).
Cara yang dipakai dalam penelitian ini untuk mendeteksi ada atau
tidaknya heteroskedastisitas adalah dengan melihat grafik Plot antara nilai
prediksi variabel terikat (dependen) yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID.
Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada atau
tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana
sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi
Y sesungguhnya) yang telah di-studentized. Dasar analisis yang dapat
digunakan untuk menentukan heteroskedastisitas, antara lain:
a) jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang
teratur
(bergelombang,
melebar
kemudian
menyempit),
63
64
X1
Pajak Daerah
X2
Retribusi daerah
konstanta
1, 2
variabel
dependen
berdasarkan
pada
independen
error
F. Jadwal Penelitian
Penelitian ini dijadwalkan sebagai berikut:
Tahapan Penelitian
Tabel 3.2
Jan
Feb
Pengajuan Judul
Penyelesaian Proposal
Pengumpulan Data
Seminar Proposal
Penulisan Laporan
Penyelesaian Laporan
Mar
Apr
Mei
variabel
65
BAB IV
HASIL PENELITIAN
I. Data Penelitian
A. Gambaran Umum Sumatera Utara
1. Kondisi Geografis
Sumatera Utara adalah sebuah provinsi yang terletak di Pulau Sumatera,
dengan ibukota Medan, berbatasan dengan Aceh di sebelah utara dan dengan
Sumatera Barat serta Riau di sebelah sebelah selatan. Provinsi Sumatera Utara
terletak pada 1o-4o Lintang Utara dan 98o-100o Bujur Timur merupakan bagian
dari wilayah pada posisi silang di kawasan Palung Pasifik Barat, yang saat ini
memiliki 22 Kabupaten dan 7 Kota dan terdiri dari 328 Kecamatan. Secara
keseluruhan Provinsi Sumatera Utara mempunyai 5.086 desa dan 382 kelurahan.
Luas daratan Provinsi Sumatera Utara adalah 71.680 km2.
Sumatera Utara tersohor karena luas perkebunannya, hingga kini
perkebunan tetap menjadi primadona provinsi ini. Perkebunan tersebut dikelola
oleh
perusahaan
swasta
maupun
negara.
Perkebunan
Sumatera
Utara
menghasilkan karet, coklat, teh, kelapa sawit, kopi, cengkeh, kelapa, kayu manis
dan tembakau. Perkebunan tersebut tersebar di Deli Serdang, Langkat,
Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, dan Tapanuli Selatan. Komoditas tersebut
telah diekspor ke berbagai negara dan memberikan sumbangan devisa yang sangat
besar bagi Indonesia.
66
67
migrasi dari wilayah pantai barat dan dataran tinggi. Namun demikian banjir
sering melanda wilayah tersebut akibat berkurangnya pelestarian hutan, erosi dan
pendangkalan sungai. Sedangkan pada musim kemarau terjadi pula kekurangan
persediaan air dengan kondisi hutan yang kritis. Pesisir timur merupakan wilayah
di dalam provinsi yang paling cepat perkembangannya karena persyaratan
infrastrukturnya yang relatif lebih lengkap dearipada daerah lainnya. Wilayah
pesisir timur
konsentrasi
68
Sumatera Utara: Imanna, Pasu, Bawa, Hamutaia, Batumakalele, Lego, Masa, Bau,
Simaleh, Maloke, jake, Sigata dan Wunga.
Di sisi lain, wilayah dataran tinggi dan pantai barat yang memiliki luas
45.320 km2 atau 63,2% dari wilayah Sumatera Utara merupakan daerah
pegunungan, dan memiliki variasi dalam tingkat kesuburan tanah, iklim, topografi
dan kontur serta struktur tanahnya yang labil. Beberapa danau, sungai, air terjun
dan gunung berapi dijumpai di wilayah ini serta sebagian lainnya tercatat sebagai
daerah gempa tektonik dan vulkanik.
69
3. Kondisi Demografi
Sumatera Utara merupakan provinsi keempat yang terbesar jumlah
penduduknya di Indonesia setelah Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Menurut hasil pencacahan lengkap Sensus Penduduk (SP) 1990, penduduk
Sumatera Utara pada tanggal 31 Oktober 1990 (hari sensus) berjumlah 10,81 juta
jiwa, dan pada tahun 2002 jumlah penduduk Sumatera Utara diperkirakan sebesar
11,85 juta jiwa per km2, pada bulan April tahun 2003 dilakukan Pendaftaran
Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan (P4B). Dari hasil pendaftaran
tersebut diperoleh jumlah penduduk sebesar 11.890.399 jiwa. Selanjutnya dari
hasil estimasi jumlah penduduk keadaan Juni 2005 diperkirakan sebesar
12.326.678 jiwa. Kepadatan penduduk Sumatera Utara tahun 1990 adalah 143
jiwa per km2 dan tahun 2005 meningkat menjadi 172 jiwa per km2. sedangkan laju
pertumbuhan penduduk Sumatera Utara selama kurun waktu tahu 1990-2000
adalah 1,20% per tahun.
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk tahun 2000, jumlah penduduk
Sumatera Utara yang menganut agama Islam adalah sebesar 65,45%, Kristen
Katolik sebesar 4,78%, Kristen Protestan sebesar 26,62%, Hindu sebesar 0.19%,
Budha sebesar 2,82% dan agama lainnya sebesar 0,14%. Sedangkan jika ditinjau
dari sehi ethnik, penduduk Sumatera Utara sangat heterogen yang terdiri atas:
Suku Jawa (33,40%), disusul Suku Batak Tapanuli dan Toba (25,62%), dan
penduduk Suku Mandailing dan Angkola (11,27%). Suku-suku lain yang
persentasenya relatif sama adalah Suku Nias, Melayu dan Karo dengan persentase
masing-masing sekitar 5-6%. Suku Cina, Minang dan Simalungun masing-masing
70
sekitar 2%. Dilihat dari persentase penduduk beragama maupun bersuku, jelas ini
menggambarkan bahwa keragaman menjadi ciri masyarakat Sumatera Utara.
71
dengan
mendirikan
berbagai
properti
untuk
perdagangan,
perkantoran, hotel dan lain-lain. Tentu saja sektor lain seperti koperasi,
pertambangan dan energi, industri, penerbangan, pariwisata, perikanan, pos dan
telekomunikasi, transmigrasi, dan sektor sosial kemasyarakatan juga ikut
dikembangkan. Untuk memudahkan koordinasi pembangunan, maka Sumatera
Utara dibagi ke dalam empat wilayah pembangunan.
72
6. Kondisi Perekonomian
Dari tahun ke tahun, Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
Sumatera Utara terus meningkat.
2004 Rp. 1.440.238.069.000
2005 Rp. 1.645.876.354.000
2006 Rp. 2.204.084.729.000
2007 Rp. 2.462.184.000.000
APBD 2006 memberi alokasi belanja publik sebesar Rp. 1.577.946.416.580
(71,59%), sedangkan untuk belanja aparatur Rp. 626.138.312.420 (28,41%). Pos
anggarannya antara lain:
Bidang pertanian
Rp.
54.544.588.580
Bidang kesehatan
Rp. 131.338.927.000
73
B. Daftar Kabupaten/Kota
Kabupaten/Kota yang dapat dijadikan sampel penelitian berdasarkan
pertimbangan yang telah ditentukan dalam kriteria pengambilan sampel, maka ada
sebanyak 17 kabupaten/kota yang dijadikan sampel dalam penelitian ini.
Kabupaten/Kota yang dimaksud adalah sebagai berikut:
No
Tabel 4.1
Daftar Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara
Nama Kabupaten/Kota
Sampel
Kota Medan
Kota Binjai
Kota Sibolga
Kabupaten Samosir
Kabupaten Simalungun
10
Kabupaten Karo
11
12
13
14
15
74
16
17
18
Kabupaten Langkat
19
20
Kabupaten Nias
21
22
23
24
Kabupaten Asahan
25
Kabupaten Dairi
Sumber: www.djpkpd.go.id
2. Retribusi Daerah
Pada tahun 2004 kota Medan merupakan penyumbang terbesar retribusi
daerah yaitu sebesar 103.285,29, untuk daerah penyumbang terkecil yaitu
Kabupaten Tapanuli Utara yaitu sebesar 987,02. Tahun 2005 retribusi Kota
Medan mengalami kenaikan dan tetap menjadi penyumbang terbesar yaitu sebesar
112.271,80, demikian uga untuk tahun 2006, Pemerintah Kota Medan tetap
menjadi penghasil retribusi daerah terbesar. Hal ini terkait dengan potensi yang
dimiliki oleh Kota Medan yang dapat dikenakan tarif retribusi.
Data
realisasi
retribusi
daerah
pada
masing-masing
pemerintah
75
TABEL 4.2
REALISASI RETRIBUSI DAERAH DI PEMERINTAH
KABUPATEN/PEMERINTAH KOTA
SUMATERA UTARA TAHUN 2004-2007
2004
2005
2006
Pemerintah
Kabupaten/
Pemerintah Kota
Kota Binjai
3.404,06
3.907,70
3.912,90
Kota Medan
Kota Sibolga
2.951,02
3.214,13
3.539,52
2.421,43
2.639,53
2.214,36
2.128,74
2.548,99
3.314,97
1.191,46
730,19
1.206,53
3.280,30
1.045,31
911,63
987,02
1.031,50
1.487,58
No
Retribusi Daerah
2007
4.248
128.796
3.505
3.494
3.619
2.218
2.059
Kab. Humbang
Hasundutan
Kab. Tapanuli Utara
Kab. Asahan
4.594,65
5.248,16
5.711,82
10
7.485,69
10.184,55
10.565,22
11
Kab. Karo
4.317,85
4.755,73
6.209,66
12
9.141,72
9.866,30
9.768,69
13
Kab. Langkat
4.339,50
4.284,08
4.344,63
14
Kab. Simalungun
3.219,36
2.871,46
3.502,04
kab. Dairi
1.889.91
2,365.16
3,904.00
3.556
Kota Padang
Sidempuan
2243,19
2852,22
3061,19
4.697
6250,38
5752,88
6861,22
8.764
15
16
17
0,0007.358
15.006
7.611
11.316
5.462
5.011
76
3. Pajak Daerah
Data
realisasi
pajak
daerah
pada
masing-masing
pemerintah
Pemerintah
Kabupaten/
Pemerintah Kota
Pajak Daerah
2004
2005
2006
4.995,64
2007
Kota Binjai
5.350,65
4.512,09
5.841
Kota Medan
145.585,45
Kota Sibolga
4.212,05
1.586,27
1.298,68
1.698
3.389,71
3.753,31
3.449,31
3.932
3.810,05
4.016,12
4.521,79
4.588
1.730,66
1.352,78
1.661,77
3.635
Kab. Humbang
Hasundutan
546,97
2.131,63
981,66
1.091
1.843,17
1.573,49
4.132,70
Kab. Asahan
13.514,98
12.355,31
12.173,77
10
37.024,81
37.463,92
45.650,90
11
Kab. Karo
4.388,35
4.853,39
5.809,64
12
8.968,83
10.082,23
10.014,82
13
Kab. Langkat
9.431,13
10.192,65
9.640,26
14
Kab. Simalungun
7.969,88
9.292,43
9.616,76
0
9.567
55.151
6.432
11.075
11.743
10.825
77
15
16
17
kab. Dairi
1.889.91
2,365.16
3,904.00
3.556
Kota Padang
Sidempuan
Kota Pematang
siantar
2243,19
2852,22
3061,19
4.697
6250,38
5752,88
6861,22
8.764
Kabupaten/
2004
2005
2006
8.965,29
8.890,59
10.308,30
2007
Pemerintah Kota
1
Kota Binjai
Kota Medan
257.989,89
303.383,07
312.862,35
Kota Sibolga
7.972,80
5.467,17
7.831,43
8.840,19
9.530,90
10.362,78
9.701,88
9.457,10
8.765,95
12.006,30
13.596,92
13.596,24
13.021
316.22
7.637
11.568
10.207
8.841
78
4.578
Kab. Humbang
7
1.768,12
4.653,01
6.332,87
8.381,59
6.375,90
14.100,31
Hasundutan
8
Kab. Asahan
22.876,08
22.624,38
29.143,50
10
46.169,04
52.540,86
66.750,15
11
Kab. Karo
9.151,94
11.379,87
17.007,16
12
27.500,45
25.178,21
32.162,85
13
Kab. Langkat
15.751,20
15.884,49
18.640,50
14
Kab. Simalungun
14.204,12
16.899,37
26.803,26
kab. Dairi
4.489.02
4,512.20
7,996.45
16
Kota Padang
Sidempuan
5.236,21
5.485,30
7.262,13
17
Kota Pematang
siantar
13.603,65
13.517,78
17.394,79
15
24.565
77.651
17.491
38.671
21.72
33.953
6.564
10.081
19.859
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa total realisasi yang diterima oleh
masing-masing pemerintah kabupaten/pemerintah kota setiap tahunnya tidak
selamanya mengalami kenaikan. Ada beberapa pemerintah kabupaten dan
pemerintah kota yang mengalami fluktuasi, dan bahkan ada yang mengalami
79
penurunan terus menerus selama periode tiga tahun yaitu Kabupaten Tebing
Tinggi. Pemerintah kabupaten/pemerintah kota yang mengalami kenaikan terus
menerus dan signifikan yaitu pemerintah Kota Medan. Tahun 2005 persentase
peningkatannya sebesar 14,96% dan untuk tahun 2006 sebesar 3%. Kabupaten
Deli Serdang juga mengalami peningkatan sebesar 12,2% di tahun 2005 dan
21,3% untuk tahun 2006.
80
1. Statistik Deskriptif
Tabel 4.5 berikut menyajikan statistik deskriptif data penelitian.
Tabel 4.5
Statistik Deskriptif Data Penelitian
Descriptive Statistics
N
PAJAK_DAERAH
RETRIBUSI_DAERAH
PENDAPATAN_ASLI_DAER
AH
Valid N (listwise)
Minimum Maximum
72
.00
1.81E5
72
.00
1.29E5
72
.00
3.16E5
Mean
1.7228
E4
1.0456
E4
3.1721
E4
Std. Deviation
Variance
39457.99295
1.557E9
26216.21622
6.873E8
66722.66882
4.452E9
72
81
82
Gambar 4.8
2) Kolmogorov-Smirnov
Dari hasil uji normalitas di atas, dapat dilihat bahwa variabel (Retribusi
daerah, Pajak daerah, PAD) memiliki data yang tidak terdistribusi dengan normal
karena nilai signifikannya < 0,05. Oleh karena itu dilakukan transformasi data
terhadap data yang tidak terdistribusi dengan normal tersebut untuk menormalkan.
Caranya adalah dengan melakukan LN terhadap semua variabel yang tidak
terdistribusi dengan normal tersebut.
Hasil uji normalitas setelah dilakukan transformasi data yang tidak normal
tersebut dapat dilihat pada grafik histo
83
gram, normal probability plot dan tabel Kolmogorov-Smirnov tes berikut ini:
Tabel 4.10
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N
Normal Parameters
69
Mean
.0000000
Std. Deviation
.41388079
Absolute
.112
Positive
.098
Negative
-.112
Kolmogorov-Smirnov Z
.930
.353
Dari grafik histogram dan Normal Probability Plot pada gambar di atas
terlihat bahwa setelah dilakukan transformasi data menggunakan LN, grafik
histogram menggambarkan pola distribusi yang normal dan grafik PP-Plot
memperlihatkan titik-titik menyebar di sekitar/mengikuti arah garis diagonal yang
menunjukkan pola distribusi normal.
Dari tabel Kolmogorov-Smirnov di atas dapat dilihat bahwa setelah
dilakukan transformasi data dengan LN, semua data variabel yang diuji menjadi
normal, sebagaimana yang dapat dilihat pada tabel Kolmogorov-Smirnov tersebut
nilai signifikan untuk semua tabel > 0,05.
b. Uji Multikolonieritas
84
Tabel 4.11
Coefficient Correlationsa
LNRETRIBUSI_ LNPAJAK_DAE
Model
1
DAERAH
Correlations
Covariances
RAH
LNRETRIBUSI_DAERAH
1.000
-.859
LNPAJAK_DAERAH
-.859
1.000
.009
-.006
-.006
.006
LNRETRIBUSI_DAERAH
LNPAJAK_DAERAH
Tabel 4.12
a
Coefficients
Standardize
Unstandardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
Std.
Model
2.341
(Constant)
Error
.399
Beta
t
5.870
Sig.
.000
Tolerance VIF
85
LNPAJAK_DAERAH
.455
.079
.547
5.774
.000
.263 3.804
LNRETRIBUSI_DAERAH
.394
.092
.405
4.270
.000
.263 3.804
a. Dependent Variable:
LNPENDAPATAN_ASLI_DAERAH
Sumber Olahan : SPSS 16, 2009
c. Uji Heterokendastisitas
Heterokendastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi
heterokedastisitas. Menurut Ghozali (2005:105), uji heterokedastisitas dilakukan
dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik Scatterplot antara SRESID
dan ZPRED dimana dasar analisisnya adalah: (1) jika titik-titik yang ada
membentuk suatu pola tertentu yang teratur, bergelombang, melebar kemudian
menyempit maka terjadi heterokedastisitas, dan (2) jika tidak ada pola yang jelas,
titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y maka tidak terjadi
heterokedastisitas. Dari grafik Scatterplot penelitian ini terlihat titik-titik
menyebar secara acak serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka 0 pada
86
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first
order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam
model regresi dan tidak ada variabel lagi diantara variabel independen. Hipotesis
yang akan diuji:
Ho : tidak ada autokorelasi (r=0)
Ha : ada autokorelasi (r0)
87
Keputusan
Tolak
No desicison
Tolak
No desicison
Tidak ditolak
Jika
0 < d < dl
dl d du
4 dl < d < 4
4 du d 4 dl
du < d < 4 du
Model
1
R
.919a
R Square
.844
Adjusted R
Square
Estimate
.839
Durbin-Watson
.42010
1.951
Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa nilai DW sebesar 1,951 Nilai ini
dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan nilai signifikan 5%, jumlah
variabel independen 2 (k=2) dan jumlah observasi sebanyak 72 (n=72) maka deri
tabel Durbin Watson akan didapatkan nilai DL sebesar 1,571 dan nilai DU sebesar
1,680 oleh karena nilai DW ) 1,951 lebih besar dari batas atas (DU) 1,680 dan
kurang dari 4 1,680 = 3,320 (4 DU), berarti DU<d<4-DU (1,680 <1,951
<3,320) maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi.
2. Pengujian Hipotesis
88
Model analisis data yang digunakan adalah model regresi berganda untuk
melihat pengaruh retribusi daerah dan pajak daerah terhadap Pendapatan Asli
Daerah.
Adapun formula regresi berganda adalah:
Y = + 1x1 + 2x2 +
Keterangan;
Y
X1
Pajak Daerah
X2
Retribusi daerah
konstanta
1, 2
variabel
dependen
berdasarkan
pada
variabel
independen
error
Model
1
R
.919a
R Square
.844
Adjusted R
Square
Estimate
.839
Durbin-Watson
.42010
1.951
89
a. Uji t
Untuk mengetahui apakah variabel Retribusi Daerah dan Pajak Daerah
berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah dilakukan uji analisis t.
Tabel 4.17
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
Std. Error
Beta
Sig. Tolerance
VIF
2.341
.399
5.870 .000
LNPAJAK_DAERAH
.455
.079
.263
3.804
LNRETRIBUSI_DAERAH
.394
.092
.263
3.804
90
Coefficientsa
Model
1
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
(Constant)
Std. Error
Beta
Sig. Tolerance
VIF
2.341
.399
5.870 .000
LNPAJAK_DAERAH
.455
.079
.263
3.804
LNRETRIBUSI_DAERAH
.394
.092
.263
3.804
a. Dependent Variable:
LNPENDAPATAN_ASLI_DAERAH
Sumber Olahan : SPSS 16, 2009
Menurut Ghozali (2005), uji t dilihat dari tingkat signifikasi. Jika nilai sig
dibawah 0,05, maka masing-masing variabel independen berpengaruh terhadap
variabel dependen. Dari tabel diatas dapat dilihat nilai sig < 0,05 (.000 < 0,05)
artinya variabel retribusi daerah dan pajak daerah berpengaruh signifikan terhadap
variabel pendapatan asli daerah.
Tabel 4.18
Coefficientsa
Model
1 (Constant)
Unstandardized
Standardized
Collinearity
Coefficients
Coefficients
Statistics
Std. Error
Beta
Sig. Tolerance
VIF
2.341
.399
5.870 .000
LNPAJAK_DAERAH
.455
.079
.547
5.774 .000
.263
3.804
LNRETRIBUSI_DAERAH
.394
.092
.405
4.270 .000
.263
3.804
a. Dependent Variable:
LNPENDAPATAN_ASLI_DAERAH
Sumber Olahan : SPSS 16, 2009
91
Y = + 1x1 + 2x2 +
Artinya, bila retribusi daerah dan pajak daerah bertambah Rp 1,-, maka
nilai PAD akan bertambah sebesar 0,547 dan apabila tidak ada retribusi dan pajak
daerah maka nilai PAD sebesar:
92
ANOVA
Model
1
Sum of Squares
Df
Mean Square
Regression
63.038
31.519
Residual
11.648
66
.176
Total
74.686
68
F
178.589
Sig.
a
.000
93
Sesuai dengan faktor penyebab langsung dan tidak langsung di atas, maka
upaya yang dapat dilakukan untuk dapat mengoptimalkan penerimaan PAD
khususnya retribusi daerah dan pajak daerah adalah:
1. Terhadap Faktor Langsung
94
95
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian yang telah
dilakukan antara lain sebagai berikut:
1. Periode tahun 2004-2007 Pemerintah Kota Medan merupakan penyumbang
retribusi
daerah
dan
PAD
terbesar
dibandingkan
pemerintah
87
88
B. Keterbatasan
Adapun yang menjadi keterbatasan dalam penelitian ini adalah:
1. Penelitian ini hanya menggunakan data jangka waktu 4 (empat) tahun yang
diperoleh dari situs penyedia
data, tidak
C. Saran
Dalam penulisan ini penulis sudah berusaha menyajikan yang terbaik
sesuai dengan kemampuan penulis, akan tetapi penulis menyadari masih banyak
kelemahan dan kekurangan. Oleh karena itu, penulis menyarankan beberapa hal
demi kesempurnaan penelitian selanjutya:
1. Penelitian selanjutnya dapat menambah periode waktu yang digunakan, agar
hasil yang diperoleh lebih valid. Selain itu dapat mengukur pengaruh dan
melihat besarnya kontribusi dari elemen-elemen PAD yang lain serta dengan
89
ini,
melakukan
intensifikasi dan
DAFTAR PUSTAKA
90