Anda di halaman 1dari 20

Luas Wilayah, Jumlah Penduduk, dan Kepadatan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota, 2012

Kabupaten/Kota

Luas Wilayah

Jumlah Penduduk

Kepadatan Penduduk

(km2)

(jiwa)

(jiwa/km2)

Kabupaten
01. N i a s

980,32

132 860

136

02. Mandailing Natal

6 620,70

410 931

62

03. Tapanuli Selatan

4 352,86

268 095

62

04. Tapanuli Tengah

2158

318 908

148

05. Tapanuli Utara

3 764,65

283 871

75

06. Toba Samosir

2 352,35

174 865

74

07. Labuhanbatu

2 561,38

424 644

166

08. A s a h a n

3 675,79

677 876

184

09. Simalungun

4 368,60

830 986

190

10. D a i r i

1 927,80

273 394

142

11. K a r o

2 127,25

358 823

169

12. Deli Serdang

2 486,14

1 845 615

742

13. L a n g k a t

6 263,29

976 885

156

14. Nias Selatan

1 625,91

294 069

181

15. Humbang Hasundutan

2 297,20

174 765

76

16. Pakpak Bharat

1 218,30

41 492

34

17. Samosir

2 433,50

121 594

50

18. Serdang Bedagai

1 913,33

604 026

316

19. Batu Bara

904,96

381 023

421

20. Padang Lawas Utara

3 918,05

229 064

58

21. Padang Lawas

3 892,74

232 166

60

22. Labuhanbatu Selatan

3 116,00

284 809

91

23. Labuhanbatu Utara

3 545,80

335 459

95

24. Nias Utara

1 501,63

128 533

86

25. Nias Barat

544,09

82 701

152

71. S i b o l g a

10,77

85 852

7 971

72. Tanjungbalai

61,52

157 175

2 555

73. Pematangsiantar

79,97

236 947

2 963

74. Tebing Tinggi

38,44

147 771

3 844

75. M e d a n

265,1

2 122 804

8 008

76. B i n j a i

90,24

250 252

2 773

77. Padangsidimpuan

114,65

198 809

1 734

78. Gunungsitoli

469,36

128 337

273

Kota

Demografi

Published on Monday, 13 August 2012 16:03

Written by Admin

Hits: 8279

a. Jumlah Penduduk

Provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi keenam berpenduduk terbanyak di Indonesia dan
provinsi berpenduduk terbesar di luar Pulau Jawa. Berdasarkan hasil proyeksi terhadap hasil
Sensus Penduduk Tahun 2010, dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 1,11% jumlah penduduk
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011 diperkirakan mencapai 13.103.596 orang, yang terdiri atas
6.544.092 laki-laki dan 6.559.504 perempuan.

Tabel

Sumber

Jumlah

Penduduk

Sumatera

menurut

Kabupaten/Kota

Utara

Dalam

dan

Jenis

Angka,

Kelamin

2011

Kota Medan, Kabupaten Deli Serdang, dan Kabupaten Langkat adalah tiga kabupaten/kota dengan

urutan teratas yang memiliki jumlah penduduk terbanyak yang masing-masing berjumlah 2.117.224
orang (16,16%), 1.807.173 orang (13,79%), dan 976.582 orang (7,45%). Sedangkan Kabupaten
Pakpak Bharat merupakan kabupaten dengan jumlah penduduk pali4ng sedikit yang berjumlah
40.884 orang (0,31 persen). Dengan luas wilayah Provinsi Sumatera Utara sekitar 71.680,68
kilometer persegi yang didiami oleh 13.103.596 orang maka rata-rata tingkat kepadatan penduduk
Provinsi Sumatera Utara adalah sebanyak 183 orang per kilo meter persegi. Kabupaten/kota yang
paling tinggi tingkat kepadatan penduduknya adalah Kota Medan yakni sebanyak 7.987 orang per
kilo meter persegi sedangkan yang paling rendah adalah Kabupaten Pakpak Bharat yakni sebanyak
34

orang

per

kilo

meter

persegi.

Rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk Provinsi Sumatera Utara adalah sebesar 99,77, yang
artinya jumlah penduduk laki-laki lebih sedikit dibandingkan jumlah penduduk perempuan. Sex ratio
terbesar terdapat di Kabupaten Labuhanbatu Selatan yakni sebesar 104,32 dan yang terkecil
terdapat

b.

di

Kabupaten

Nias

Barat

Laju

yakni

sebesar

Pertumbuhan

91,86.

Penduduk

Dari data hasil Sensus Penduduk 2010, laju pertumbuhan penduduk Sumatera Utara tahun 20002010 telah mengalami penurunan menjadi sebesar 1,11%, merupakan laju pertumbuhan penduduk
terendah di Sumatera, atau posisi ke-5 laju pertumbuhan penduduk terendah secara nasional
(dibawah laju pertumbuhan penduduk Provinsi Jawa Tengah (0,37%), Jawa Timur (0,76%),
Kalimantan

c.

Barat

(0,91%),

dan

Sebaran

D.I

Jogyakarta

(1,02%)

Penduduk

Secara geografis, penyebaran penduduk terbesar masih terkonsentrasi pada wilayah Pantai Timur,
yaitu dimana pada wilayah tersebut terdapat sejumlah kabupaten yang berpenghuni terbesar (di
atas 5 % dari seluruh penduduk provinsi) dan berkepadatan tertinggi (di atas 200 jiwa/km2), seperti :
Labuhan Batu, Asahan, Deli Serdang, Langkat dan Serdang Bedagai. Pada wilayah timur ini juga
terdapat sejumlah besar kota besar dengan distribusi dan kepadatan penduduk terbesar yaitu Kota

Medan, Sibolga, Tanjung Balai, Pematang Siantar, Tebing Tinggi, Medan, Binjai dan Padang
Sidempuan.

Dari hasil Sensus Penduduk 2010 terlihat bahwa penyebaran penduduk Sumatera Utara menurut
kabupaten/kota rata-rata dibawah 5 persen, dan hanya lima kabupaten/kota yang persebarannya
diatas

persen.

Secara umum kepadatan bruto di Provinsi Sumatera Utara masih rendah karena sebagian besar
wilayahnya merupakan kawasan yang tidak terbangun, yaitu kawasan hutan dan perkebunan.
Kecuali pada kota-kota yang ada di Sumatera Utara, kepadatannya relatif sedang sebagai kawasan
perkotaan. Distribusi penduduk terbesar tahun 2010 tercatat pada Kota Medan (16,16%) dan Deli
Serdang

(13,79%)

atau

29,95%

dari

total

penduduk

Sumatera

Utara.

Menurut sensus penduduk terakhir tahun 2011, Kota Medan merupakan kota terpadat dengan
kepadatan sebesar 7.987 jiwa/Km, dan Kota Sibolga sebagai kota kedua terpadat dengan
kepadatan sebesar 7.917 jiwa/Km.

Pemprovsu Harus Bangun Rumah Susun

Rabu, 02 Maret 2016 10:23

Kirim Komentar!

Terkait Rencana Mengaktifkan Kembali Rel KA Lama

Medan-andalas Pemerintah

pusat

berencana

mengaktifkan kembali rel kereta api (KA) lama yang tidak berfungsi. Agar rencana itu berjalan lancar,
Komisi D DPRD Sumut minta agar Pemprovsu ikut membangun rumah susun (rusun) di Kota Medan
dengan memanfaatkan aset-aset yang disinyalir dikuasai oknum-oknum tertentu.
Pemprovsu harus membantu perkembangan kota, khususnya Kota Medan dengan menyiapkan rusun.
Hal ini harus dilakukan karena banyak dana dari pusat untuk pembangunan rusun, tetapi tidak 'terjemput'
Pemprovsu atau Pemko Medan. Apalagi, ada program Presiden RI terkait pembangunan satu juta rumah
untuk di Indonesia.
"Kenyataannya di Sumut dengan target realisasi 50.000 rumah, tapi baru 18.000 rumah yang terbangun
di kabupaten/kota se-Sumut, kata Sekretaris Komisi D DPRD Sumut HM Nezar Djoeli ST didampingi
anggota Leonard S Samosir dan Baskami Ginting kepada wartawan, Selasa (1/3).
Nezar menjelaskan, target 50.000 di Sumut belum terealisasi dan hanya 18.000 rumah di seluruh
kabupaten/kota baru tersalurkan. Padahal Pemprovsu banyak memiliki aset luar biasa. Sayangnya
banyak aset Pemprovsu disinyalir telah dikuasai oknum-oknum tertentu.
Dia menambahkan, DPRD Sumut sebenarnya sudah membentuk Pansus Aset. Melalui Pansus ini nanti
seluruh aset yang ada di Sumut bisa terdata dengan baik. Tujuannya agar jika ada relokasi untuk
masyarakat kelas menengah ke bawah di bantaran sungai atau pinggiran rel dapat dipindahkan ke rusun-

rusun yang dibangun Dinas Tata Ruang dan Permukiman Sumut dengan menggunakan dana dari
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Mari kita contoh salah satu daerah yang telah berhasil melaksanakan relokasi dengan baik. Melakukan
penggusuran tetapi memberikan fasilitas relokasi rusunawa layak huni beserta standar nasional dan
menggunakan mekanisme pendanaan yang baik, kata Nezar.
Dijelaskan politisi NasDem ini, ada aset Pemprovsu di kawasan Jalan Bromo masuk ke Jalan Menteng
Raya II bekas pembakaran batubata atau Perusahaan Daerah Aneka Industri dan Jasa (AIJ). Luasnya
sekitar 1 hektare. Tetapi, aset milik Pemprovsu itu kini disinyalir sudah diambilalih' pihak-pihak tertentu.
Saya minta agar dibangun rusunawa di sana. Jemput dana dari Kementerian PUPR. Bawa legislatif
berperan sehingga nantinya orang-orang yang digusur di pinggiran rel maupun bantaran sungai bisa
direlokasi ke tempat layak, katanya.
Selain di kawasan Bromo, ada juga aset di Jalan Belawan yang kini disinyalir juga dikuasai oknum-oknum
tertentu. Kita minta (Dinas) Tarukim bisa menempatkan pembangunan di sana. Soal dana banyak sekali
di pusat. Kita percayakan kepada Pansus Aset. Apakah benar memang aset Pemprovsu di Bromo
maupun di Jalan Belawan sudah dialihkan. Jangan asyik menggusur rakyat yang kurang mampu di
bantaran rel atau Sungai Deli tetapi tidak memikirkan bagaimana kehidupan mereka, kata Nezar dan
Baskami.
Khusus kepada Wali Kota dan Wakil Wali Kota Medan Dzulmi Eldin-Akhyar Nasution agar memerhatikan
rakyat kecil, mengajak peran DPRDSU dan Pemprovsu serta pusat untuk memenuhi fasilitas perumahan
rakyat.
Program pengaktifan kembali rel kereta api harus disikapi secara cermat. Sediakan dulu perumahan
sebelum menggusur khususnya mereka yang memiliki alas hak jelas dan punya bukti-bukti kuat,"
sarannya.
Sementara, Leonard Samosir menegaskan dirinya tidak anti terhadap pembangunan di Sumut yang
dilakukan pemerintah pusat. Tetapi, harus memikirkan pembangunan di Medan berbasis kepada rakyat.
Dia berharap Pansus Aset nanti tidak mengeluarkan rekomendasi menjual aset Pemprovsu. Tetapi,
bagaimana rekomendasi tersebut agar aset Pemprovsu dimanfaatkan untuk kepentingan umum. (UJ)

PEMPROVSU DIMINTA BANGUN RUSUN DI MEDAN


02/03/2016 11:15 WIB OLEH ANALISA DAILY
Pemerintah pusat reneana akan mengaktifkan kembali rel kereta api (KA) yang lama atau tidak
berfungsi. Agar reneana itu beijalan lancar DPRD Sumut melalui Komisi D meminta agar Pemprovsu
ikut membangun rumah susun (rusun) di Kota Medan dengan memanfaatkan aset-aset yang
disinyalir diambil alih oknum-oknum tertentu.
Pemprovsu harus membantu perkembangan kota khususnya Kota Medan dengan menyiapkan
rusun di kota Medan. Hal ini harus dilakukan karena banyak dana-dana dari pusat untuk
pembangunan rusun tetapi tidak terjemput oleh Pemprovsu atau Pemko Medan. Apalagi ada
program Presiden RI terkait pembangunan satu juta rumah untuk di Indonesia. Kenyataannya di
Sumut dengan target realisasi 50.000 rumah tetapi baru 18.000 rumah yang terbangun di
kabupaten kota se Sumut, kata Sekretaris Komisi D DPRD Sumut, HM Nezar Djocli, ST didampingi
sejumlah anggota Komisi D, Lconard S Samosir, Baskami Ginting, dan anggota Komisi C Astrayuda
Bangun kepada wartawan, Selasa (1/3).
Nezar menjelaskan, target 50.000 di Sumut belum terealisasi dan hanya 18.000 rumah di seluruh
kabupaten-1 kota yang baru tersalurkan. Padahal, Pemprovsu banyak memiliki aset luar biasa.
Sayangnya banyak aset Pemprovsu yang disinyalir telah dikuasai oknum-oknum dari pihak tertentu.
Dia menambahkan, DPRD Sumut sebenarnya sudah membentuk pansus aset melalui pansus ini
nantinya seluruh aset yang ada di Sumut bisa terdata dengan baik. Tujuannya agar nantinya jika ada
relokasi untuk masyarakat kelas menengah ke bawah di bantaran sungai atau pinggiran rel dapat
dipindahkan ke rusun-rusun yang bangun Dinas Tata Ruang dan Pemukiman Sumut dengan
menggunakan dana dari Kcmenterian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
Mari kita mencontoh salah satu daerah yang telah berhasil melaksanakan relokasi dengan baik.
Melakukan penggusuran tetapi memberikan fasilitas relokasi rusunawa yang layak huni beserta
standar nasional dan menggunakan mekanisme pendanaan yang baik, katanya.
Dijelaskan politisi NasDcm ini, ada aset Pemprovsu di kawasan Jalan Bromo masuk ke Jalan
Menteng Raya II bekas pembakaran batubata atau perusahaan Aneka Industri dan Jasa (AIJ).
Luasnya sekitar 1 hektare. Tetapi, kini disinyalir sudah diambil alih pihak-pihak tertentu. Saya

minta agar dibangun rusunawa di sana. Jemput dana dari Kcmen-terian PUPR. Bawa legislatif
berperan sehingga nantinya orang-orang yang digusur di pinggiran rel maupun bantaran sungai bisa
ditempatkan kc tempat yang layak, katanya.
Jalan Belawan
Selain di kawasan Bromo, ada juga aset di Jalan Bclawan yang kini disinyalir juga dikuasai oknumoknum tertentu. Kita minta segera Tarukim bisa menempatkan pembangunan di sana. Soal dana
banyak sekali di pusat. Kita percayakan kepada pansus aset. Apakah benar memang aset Pemprovsu
di Bromo maupun di Jalan Bclawan sudah dialihkan. Jangan asyik menggusur rakyat yang kurang
mampu di bantaran rel atau sungai Deli tetapi tidak memikirkan bagaimana kehidupan mereka,
kata Nezar.
Khususnya kepada Walikota Medan dan Wakil Walikota. D/ulmi Eldin dan Akyar agar
memperhatikan rakyat keeil, mengajak peran DPRD Sumut dan Pemprovsu serta pemerintah pusat
untuk memenuhi fasilitas perumahan rakyat. Program pengaktifan kembali rel keretapi api harus
disikapi secara ccrmat. Sediakan dulu perumahan sebelum menggusur khususnya mereka yang
memiliki alas hak jelas dan punya bukti-bukti yang kuat. Jika memang rel kereta api Medan-Deli
Tua diaktifkan kembali sudah tentu masyarakat sepanjang Jalan Mahkamah agar digusur. Mereka
tentunya harus dipikirkan nasibnya, ucapnya.
Sementara Leonard S Samosir menegaskan, dirinya tidak anti terhadap pembangunan di Sumut
yang dilakukan pemerintah pusat. Tetapi, harus memikirkan pembangunan di Medan yang berbasis
kepada rakyat.
Dia berharap nantinya pansus aset tidak mengeluarkan rekomendasi menjual aset Pemprovsu.
Tetapi, bagaimana rekomendasi tersebut agar aset Pemprovsu dimanfaatkan untuk kepentingan
umum.
Sementara anggota Komisi C DPRD Sumut, Astrayuda Bangun mengatakan, saat ini pansus aset
sedang bekeija menginventarisir aset-aet Pemprovsu. Salah satu yang direkomenbdasikan kepada
Pemprovsu. Apabila ada aset-aset pemerintah yang tidak produksi ada opsinya. Apakah akan jual
dan digunakan untuk dipakai untuk kepentingan masyarakat umum, katanya.
Pantauan A nalisa di lapangan di Jalan Menteng II melalui Gang Jermal, ada salah satu lokasi yang
dulu tempat pembakaran bekas batubata dan menurut informasi milik perusahaan Aneka Industri

Jasa (AIJ) Pemprovsu. Cerobong asapnya masih berdiri kokoh. Tetapi, sangat disayangkan, lokasi
tersebut terlantar.
Cerobong asap yang tingginya hampir mencapai 50 meter tersebut sudah retak dan tanah di
sekitarnya kosong karena masyarakat takut mendirikan bangunan. Disinyalir kawasan di sekitar
lahan tersebut seluas 1 hektare milik Pemprovsu. Tetapi sebagian sudah diambil alih oknum-oknum
masyarakat.
Sumber : Analisa Daily Edisi 02 Maret 2016 Halaman 6

Rumah tangga dibedakan menjadi

Rumah tangga biasa adalah seseorang atau sekelompok orang yang mendiami sebagian
atau seluruh bangunan fisik atau sensus, dan biasanya tinggal bersama serta makan dari
satu dapur. Rumah tangga biasanya terdiri dari ibu, bapak dan anak, selain itu yang
termasuk/dianggap sebagai rt biasa antara lain :

Seseorang yang menyewa kamar atau sebagian bangunan sensus tetapi makannya
diurus sendiri.

Keluarga yang tinggal terpisah di dua bangunan sensus tetapi makannya dari satu
dapur, asal kedua bangunan sensus tersebut dalam blok sensus yang sama.

Pondokan dengan makan (indekost) yang pemondoknya kurang dari 10 orang.


Pemondok dianggap sebagai anggota rumah tangga induk semangnya.

Beberapa orang yang bersama-sama mendiami satu kamar dalam bangunan sensus
walaupun mengurus makannya sendiri-sendiri dianggap satu rumah tangga biasa

Rumah Tangga Khusus, yang termasuk/dianggap sebagai rumah tangga khusus antara
lain : O rang-orang yang tinggal di asrama, yaitu tempat tinggal yang pengurusan
kebutuhan sehari-harinya diatur oleh suatu yayasan atau badan, misalnya, asrama perawat,
asrama TNI dan POLRI (tangsi). Anggota TNI dan POLRI yang tinggal bersama keluarganya
dan mengurus sendiri kebutuhan sehari-harinya bukan rt khusus.

Orang-orang yang tinggal di lembaga permasyarakatan, panti asuhan, rumah


tahanan.

Sekelompok orang yang mondok dengan makan (indekost) yang berjumlah lebih
besar atau sama dengan 10 orang.

Kepala rumah tangga (KRT)


adalah seorang dari sekelompok anggota rumah tangga yang bertanggung jawab atas
kebutuhan sehari-hari, atau yang dianggap/ditunjuk sebagai krt.

Anggota rumah tangga (ART)


adalah semua orang yang biasanya bertempat tinggal, di suatu rt, baik yang berada di rt
pada waktu pencacahan maupun sementara tidak ada. ART yang telah bepergian selama 6
bulan atau lebih, dan art yang bepergian kurang dari 6 bulan tetapi dengan tujuan
pindah/akan meninggalkan rumah selama 6 bulan atau lebih tidak dianggap art. Orang yang
tinggal di rt selama 6 bulan atau lebih atau yang telah tinggal di rt kurang dari 6 bulan
tetapi berniat pindah/bertempat tinggal di rt tersebut selama 6 bulan atau lebih dianggap
sebagai art.

Bangunan fisik
adalah tempat berlindung yang mempunyai dinding, lantai, dan atap baik tetap maupun
sementara, baik digunakan untuk tempat tinggal maupun bukan tempat tinggal. Bangunan
yang luas lantainya kurang dari 10 m2 dan tidak digunakan untuk tempat tinggal dianggap
bukan bangunan fisik.

Status Penguasaan Tempat Tinggal

Milik sendiri, jika tempat tinggal tersebut pada waktu pencacahan betul-betul
sudah milik krt atau salah satu seorang art. Rumah yang dibeli secara angsuran
melalui kredit bank atau rumah dengan statussewa beli dianggap sebagai rumah
milik sendiri.

Kontrak, jika tempat tinggal tersebut disewa oleh krt/art dalam jangka waktu
tertentu berdasarkan perjanjian kontrak antara pemilik dan pemakai, misalnya 1 atau
2 tahun. Cara pembayarannya biasanya sekaligus di muka atau dapat diangsur
menurut persetujuan kedua belah pihak.

Sewa, jika tempat tinggal tersebut disewa oleh krt atau salah seorang art dengan
pembayaran sewanya secara teratur dan terus menerus tanpa batasan waktu
tertentu.

Bebas sewa milik orang lain, jika tempat tinggal tersebut diperoleh dari pihak lain
(bukan famili/orang tua)dan ditempati/didiami oleh rt tanpa mengeluarkan suatu
pembayaran apapun.

Rumah milik orang tua/sanak/saudara, jika tempat tinggal tersebut bukan milik
sendiri melainkan milik orang tua/sanak/saudara, dan tidak mengeluarkan suatu
pembayaran apapun untuk mendiami tempat tinggal tersebut.

Rumah dinas, jika tempat tinggal tersebut diperoleh dari pihak lain (bukan
famili/orang tua) dan ditempati/didiami oleh rt tanpa mengeluarkan suatu
pembayaran apapun.

Lainnya, jika tempat tinggal tersebut tidak dapat digolongkan ke dalam salah satu
kategori di atas, misalnya tempat tinggal milik bersama, rumah adat.

Atap
adalah penutup bagian atas suatu bangunan sehingga krt/art yang mendiami di bawahnya
terlindung dari terik matahari, hujan dan sebagainya. Untuk bangunan bertingkat, atap yang
dimaksud adalah bagian teratas dari bangunan tersebut.

Beton adalah atap yang terbuat dari campuran semen, kerikil, dan pasir yang
dicampur dengan air.

Genteng adalah tanah liat yang dicetak dan dibakar. Termasuk pula genteng beton
(genteng yang terbuat dari campuran semen dan pasir), genteng fiber cement, dan
genteng keramik.

Sirap adalah atap yang terbuat dari kepingan kayu yang tipis dan biasanya terbuat
dari kayu ulin atau kayu besi.

Seng adalah atap yang terbuat dari bahan seng. Atap seng berbentuk seng rata,
seng gelombang, termasuk genteng seng yang lazim disebut decrabond (seng yang
dilapisi epoxy dan acrylic).

Asbes adalah atap yang terbuat dari campuran serat asbes dan semen. Pada
umumnya atap asbes berbentuk gelombang.

Ijuk/rumbia adalah atap yang terbuat dari serat pohon aren/enau atau sejenisnya
yang umumnya berwarna hitam.

Lainnya adalah atap selain jenis atap di atas, misalnya papan, bambu, dan daundaunan.

Dinding adalah sisi luar/batas dari suatu bangunan atau penyekat dengan bangunan fisik
lain.

Tembok adalah dinding yang terbuat dari susunan bata merah atau batako biasanya
dilapisi plesteran semen. Termasuk dalam kategori ini adalah Dinding yang terbuat
dari pasangan batu merah dan diplester namun dengan tiang kolom berupa kayu
balok, yang biasanya berjarak 1 - 1,5 m;

Kayu adalah dinding yang terbuat dari kayu;

Bambu/rumbia adalah dinding yang terbuat dari bambu atau rumbia. Termasuk
dalam kategori ini adalah dinding yang terbuat dari anyaman bambu dengan luas
kurang lebih 1 m x 1 m yang dibingkai dengan balok, kemudian diplester dengan
campuran semen dan pasir.

Lainnya adalah selain kategori 1-3.

Lantai adalah bagian bawah/dasar/alas suatu ruangan, baik terbuat dari marmer, keramik,
granit, tegel/teraso, semen, kayu, tanah dan lainnya seperti bambu.

Air Minum Layak adalah air leding eceran/meteran, air hujan, dan pompa/sumur
terlindung/mata air terlindung dengan jarak ke tempat penampungan kotoran/tinja >= 10 m

Kriteria Sanitasi Layak adalah

Fasilitas tempat buang air besar adalah sendiri atau bersama

Jenis kloset adalah leher angsa

Tempat pembuangan akhir tinja adalah menggunakan tangki/SPAL

Sumber Penerangan terbagi menjadi:

Listrik PLN adalah sumber penerangan listrik yang dikelola oleh PLN.

Listrik non-PLN adalah sumber penerangan listrik yang dikelola oleh instansi/pihak
lain selain PLN termasuk yang menggunakan sumber penerangan dari accu (aki),
generator, dan pembangkit listrik tenaga surya (yang tidak dikelola oleh PLN).

Petromak/aladin adalah sumber penerangan dari minyak tanah seperti


petromak/lampu tekan, dan aladin (termasuk lampu gas).

Pelita/sentir/obor adalah lampu minyak tanah lainnya (lampu teplok, sentir, pelita,
dan sejenisnya)

Lainnya seperti Lampu karbit, lilin, biji jarak, dan kemiri.

Pengumpulan data dari rumah tangga terpilih dilakukan melalui wawancara tatap muka
antara pencacah dengan responden. Untuk pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner
Susenas yang ditujukan kepada individu diusahakan agar individu yang bersangkutan yang
menjadi responden. Sedangkan pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner yang ditujukan
kepada rumah tangga dikumpulkan melalui wawancara dengan kepala rumah tangga,
suami/isteri kepala rumah tangga atau anggota rumah tangga lain yang mengetahui
tentang karakteristik yang ditanyakan.

Susenas 2009
Kerangka sampel yang digunakan dalam Susenas 2009 terdiri dari 3 jenis, yaitu: kerangka
sampel untuk pemilihan blok sensus, kerangka sampel untuk pemilihan subblok sensus
(khusus untuk blok sensus yang bermuatan rumah tangga lebih dari 150 rumah tangga),
dan kerangka sampel untuk pemilihan rumah tangga dalam blok sensus/subblok sensus
terpilih.
Kerangka sampel blok sensus adalah daftar blok sensus biasa hasil Sensus Ekonomi 2006
(Frame BS SE06) yang dilengkapi dengan jumlah rumah tangga hasil pencacahan
Pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan (P4B). Kerangka sampel blok
sensus ini mencakup blok sensus di 471 kabupaten/kota dan dibedakan menurut daerah
perkotaan dan perdesaan. Pelaksanaan Susenas Juli 2009 mencakup sebanyak 18.243 blok
sensus atau sebanyak 291.888 rumah tangga sampel yang tersebar di seluruh wilayah
geografis Indonesia.
Kerangka sampel rumah tangga adalah daftar rumah tangga hasil pendaftaran rumah
tangga yang menggunakan Daftar VSEN2009.L. Kerangka sampel rumah tangga ini
dibedakan menurut tiga kelompok golongan pengeluaran rumah tangga sebulan.
Susenas 2008
Kerangka sampel yang digunakan dalam Susenas Juli 2008 terdiri dari 3 jenis, yaitu:
kerangka sampel untuk pemilihan blok sensus, kerangka sampel untuk pemilihan subblok

sensus (khusus untuk blok sensus yang bermuatan rumah tangga lebih besar dari 150
rumah tangga), dan kerangka sampel untuk pemilihan rumah tangga dalam blok
sensus/subblok sensus terpilih.
Kerangka sampel blok sensus adalah daftar blok sensus biasa hasil Sensus Ekonomi 2006
(Frame BS SE06) yang dilengkapi dengan jumlah rumah tangga hasil pencacahan
Pendaftaran Pemilih dan Pendataan Penduduk Berkelanjutan (P4B). Kerangka sampel blok
sensus ini mencakup blok sensus di 457 kabupaten/kota dan dibedakan menurut daerah
perkotaan dan perdesaan.
Susenas 2008 mencakup sebanyak 17.869 blok sensus yang menyebar di seluruh
kabupaten/kota. Sebanyak 4.300 blok sensus di antaranya merupakan blok sensus sampel
pada pelaksanaan Susenas Panel Maret 2008. Pada setiap blok sensus akan dicacah
sebanyak 16 rumah tangga, sehingga secara nasional pencacahan Susenas Juli 2008 akan
mencacah sebanyak 285.904 rumah tangga sampel.
Susenas 2007
Susenas Juli 2007 mencakup sebanyak 285.904 rumah tangga sampel yang menyebar di
seluruh kabupaten/kota di Indonesia, dengan rincian 68.800 rumah tangga sampel KorModul dan 217.104 rumah tangga sampel Kor tanpa Modul.
Susenas 2006
Kerangka sampel blok sensus 2006 adalah daftar blok sensus biasa hasil pencacahan P4B
(keadaan April 2003) yang dilengkapi dengan jumlah rumah tangga hasil pencacahan.
Kerangka sampel blok sensus ini mencakup blok sensus di 440 kabupaten/kota dan
dibedakan menurut daerah perkotaan dan perdesaan.
Susenas 2006 mencakup sebanyak 278.352 rumah tangga sampel yang menyebar di
seluruh kabupaten/kota di Indonesia, dengan rincian 68.800 rumah tangga sampel KorModul dan 209.552 rumah tangga sampel Kor tanpa Modul.
Susenas 2005
Kerangka sampel blok sensus 2005 adalah daftar blok sensus biasa hasil pencacahan P4B
(keadaan April 2003) yang dilengkapi dengan jumlah rumah tangga hasil pencacahan.
Kerangka sampel blok sensus ini mencakup blok sensus di 440 kabupaten/kota dan
dibedakan menurut daerah perkotaan dan perdesaan.
Susenas 2005 mencakup sebanyak 278.352 rumah tangga sampel yang menyebar di
seluruh kabupaten/kota di Indonesia, dengan rincian 68.288 rumah tangga sampel KorModul dan 210.064 rumah tangga sampel Kor tanpa Modul.
Susenas 2004
Susenas 2004 dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia dengan ukuran sampel sebanyak
249.376 rumah tangga tersebar baik di daerah perkotaan maupun perdesaan, dengan
rincian untuk sampel Kor-Modul sebanyak 67.072 rumah tangga dan untuk sampel Kor
(tanpa modul) sebanyak 182.304 rumah tangga.

Karena keterbatasan anggaran, jumlah kabupaten/kota yang tercakup dalam Susenas 2004
sebanyak 377 kabupaten/kota, belum mencakup jumlah seluruh kabupaten/kota yaitu
sebanyak 416 kabupaten/kota.

Persentase Rumah Tangga Menurut Dinding Terluas dan Kabupaten/Kota (%), 2014

Kabupaten/Kota

Tembok

Kayu

Bambu

Lainnya

Jumlah

01. N i a s

23.31

75.93

0.47

0.29

100.00

02. Mandailing Natal

30.46

64.79

4.35

0.40

100.00

03. Tapanuli Selatan

29.35

70.07

0.58

0.00

100.00

04. Tapanuli Tengah

36.47

62.36

0.70

0.46

100.00

05. Tapanuli Utara

23.15

75.80

0.92

0.13

100.00

06. Toba Samosir

32.22

66.65

0.99

0.14

100.00

07. Labuhanbatu

52.64

45.51

1.85

0.00

100.00

08. A s a h a n

58.72

38.50

1.56

1.21

100.00

09. Simalungun

54.16

40.08

5.31

0.44

100.00

10. D a i r i

24.66

73.15

1.48

0.71

100.00

11. K a r o

45.60

50.81

2.86

0.73

100.00

12. Deli Serdang

82.40

11.92

5.38

0.29

100.00

13. L a n g k a t

52.40

37.12

10.07

0.41

100.00

14. Nias Selatan

33.83

57.54

7.92

0.71

100.00

15. Humbang Hasundutan

27.88

71.98

0.00

0.14

100.00

16. Pakpak Bharat

16.14

81.85

1.64

0.37

100.00

17. Samosir

32.48

67.06

0.32

0.14

100.00

18. Serdang Bedagai

66.84

21.31

10.42

1.43

100.00

19. Batu Bara

63.83

24.07

10.47

1.63

100.00

20. Padang Lawas Utara

30.93

65.23

2.77

1.07

100.00

21. Padang Lawas

42.44

55.95

0.69

0.92

100.00

22. Labuhanbatu Selatan

40.44

57.49

1.06

1.01

100.00

23. Labuhanbatu Utara

48.48

48.69

2.61

0.22

100.00

24. Nias Utara

28.13

69.99

0.63

1.24

100.00

25. Nias Barat

20.19

79.43

0.38

0.00

100.00

71. S i b o l g a

46.89

52.77

0.00

0.34

100.00

72. Tanjungbalai

39.78

59.35

0.48

0.39

100.00

73. Pematangsiantar

69.61

28.85

1.44

0.10

100.00

74. Tebing Tinggi

79.00

18.03

2.76

0.21

100.00

75. M e d a n

83.48

14.80

0.98

0.74

100.00

76. B i n j a i

78.57

14.99

6.18

0.26

100.00

Kabupaten

Kota

77. Padangsidimpuan

59.85

38.78

0.00

1.38

100.00

78. Gunungsitoli

43.01

56.67

0.00

0.32

100.00

Sumatera Utara

58.17

37.46

3.78

0.59

100.00

Sumber: BPS-Survey Sosial Ekonomi Nasional, 2014

Anda mungkin juga menyukai