Anda di halaman 1dari 6

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, diperoleh hasil percobaan
sebagai berikut:
4.1.1 Pengaruh Rute
Tabel 4.1 Hasil Pengaruh Rute yang Diperoleh
No Berat Rute Sleeping Time Total
Dosis
Mencit Badan Pemberian Onset Durasi Waktu
8 menit 39 menit 5 47 menit 52
1 15 gram 2 mg i.m
47 detik detik detik
19 menit 17 menit 36 menit 48
2 30 gram 2 mg i.p
39 detik 19 detik detik
5 menit 48 menit 54 menit 16
3 17 gram 2 mg i.v
36 detik 40 detik detik
34 menit 20 menit 54 menit 48
4 26 gram 2 mg s.c
23 detik 25 detik detik
Sumber data: Data Primer yang diolah, 2023
4.1.2 Pengaruh Dosis
Tabel 4.2 Hasil Pengaruh Dosis yang Diperoleh
No Berat Rute Sleeping Time Total
Dosis
Menci Badan Pemberian Onset Durasi Waktu
t
15 menit 46 menit 5 56 menit 7
1 30 gram 0,25 mg Oral
18 detik detik detik
10 menit 46 menit 5 56 menit 7
2 17 gram 0,75 mg Oral
2 detik detik detik
14 menit 46 menit 5 56 menit 7
3 26 gram 1,25 mg Oral
9 detik detik detik
30 menit 10 menit 40 menit 26
4 15 gram 1,75 mg Oral
6 detik 20 detik detik
Sumber data: Data Primer yang diolah, 2023
4.2 Pembahasan
Dalam pemberian obat terdapat faktor yang dapat mempengaruhi efek
farmakologi dari sediaan yang diberikan. Dimana Pada praktikum kali ini, kami
melakukan percobaan mengenai pengaruh rute dan dosis terhadap efek farmakologi
obat dalam tubuh. Dalam hal ini, alat uji yang digunakan adalah tubuh hewan (uji in
vivo). Hewan uji yang digunakan untuk percobaan kali ini yaitu mencit (Mus
musculus). Dimana mencit (Mus musculus) adalah hewan uji yang memiliki kesamaan
struktur tubuh dengan manusia. Menurut Annisa (2020), mencit adalah hewan coba
yang sering digunakan dalam penelitian dan memiliki kesamaan dari segi DNA, gen,
system reproduksi, system syaraf, bahkan penyakit. Sehingga hal ini menjadi alasan
digunakannya mencit (Mus musculus) sebagai hewan coba pada percobaan.
Adapun tujuan praktikum kali ini, untuk mengetahui pengaruh cara pemberian
obat baik dari segi pemberian rute dan dosis. Percobaan yang dilakukan ini
menggunakan beberapa alat dan bahan. Dimana alat yang digunakan yaitu batang
pengaduk, dispo, gelas beaker, gelas ukur, kandang mencit, lumping alu, pot salep,
stopwatch, timbangan, danwadah pengamatan. Bahan yang digunakan yaitu alkohol
70%, Diazepam, Na-cmc, NaCl, dan tisu serta 2 ekor mencit sebagai hewan uji coba.
Percobaan pertama, dimana pengaruh pemberian dosis dilakukan secara oral
dengan menggunakan obat diazepam. Menurut Rahman (2022), Diazepam termasuk
obat kimia yang berfungsi sebagai antidepresant atau obat penenang. Kelarutan dalam
lipid memegang peran penting dalam menentukan kecepatan diazepam memasuki
sistem saraf pusat. Dalam pemberian zat atau obat pada hewan, harus diperhatikan 1
hal yakni sebelum diberikan zat atau obat pada hewan coba, hewan coba harus
dipuasakan terlebih dahulu dimana hal ini Menurut Rahmatia et al, (2022) untuk
mengurangi interaksi atau variasi biologis dengan makanan yang nantinya akan
menghambat dan memperlambat efek dari zat atau obat yang diberikan.
Langkah pertama ditimbang kedua mencit yang digunakan agar diketahui
indeks masa tubuh dari hewan uji yang digunakan. Dimana hal ini Menurut
Rondonuwu (2021), penimbangan berat badan hewan uji bertujuan untuk mengetahui
kesehatan hewan uji serta memantau perubahan berat badan pada hasil rata-rata
penimbangan berat badan. Kemudian letakkan mencit (Mus musculus) di dalam
kandang yang terbuat dari kawat. Penggunaan wadah ini dimana bertujuan agar
mencit tidak dapat terlepas dan melindungi hewan uji dari serangan hewan lain. Serta
Menurut Putri (2018), hal ini dapat mempengaruhi kenyamanan mencit dan
cenderung menyebabkan stres bagi mencit yang rentan terhadap lingkungan .
Kemudian digerus diazepam hingga menjadi serbuk. Penggerusan ini dilakukan
agar dapat memperoleh ukuran partikel obat sesuai dengan yang diinginkan. Selain
itu, Menurut Cou (2018), penggerusan dilakukan untuk memperkecil ukuran zat padat
dan menjadi dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Setelah itu,
ditimbang serbuk diazepam sebanyak 0,022698 gram dan dilarutkan dengan 10 mL
NaCl. Kemudian di campurkan dengan larutan Na-cmc sebagai bahan pembawa.
Penggunaan Na-cmc ini menurut Gunawan (2023), dimana sebagai pembawa untuk
mensuspensikan zat uji agar konsentrasi zat uji yang diberikan tetap homogen
Kemudian diambil larutan menggunakan dispo sebanyak 1 ml. Jumlah ini
sesuai dengan volume pemberian berdasarkan berat badan terhadap hewan uji mencit
(Mus musculus). Dimana Menurut Rusdi (2018), pemberian dilakukan peroral dengan
volume pemberian1 ml/30 g BB. Disonde larutan secara oral melalui mulut mencit
dan dihiitung onset dan durasi.
Selanjutnya untuk pengaruh rute, pada percobaan ini digunakan beberapa rute
pemberian yaitu rute intra vena, intra muscular, intra peritonial, dan sub kutan.
Menurut Zhang et al. (2020), pemberian diazepam pada hewan uji seperti mencit
dapat dilakukan melalui beberapa rute yang berbeda termasuk rute oral, intra vena,
intra muskular, intra peritonial, dan sub kutan. Pemilihan rute dapat mempengaruhi
efek farmakokinetik obat, efek terapeutik dan keamanan obat yang diberikan.
Langkah pertama yang dilakukan yaitu ditimbang diazepam yang telah digerus
sebanyak 0,04 5396 gr. Dimasukan diazepam kedalam larutan NaCl 10 ml. Diaduk
larutan menggunakan batang pengaduk. Diambil larutan menggunakan dispo
berdasarkan rute pemberian dimana kami mendapatkan rute intra muskular dengan
volume pemberian yaitu 0,05 ml. selanjutnya disuntikan larutan kebagian paha
mencit. Dihitung onset dan durasi.
Berdasarkan percobaan yang dilakukan, hasil yang didapatkan pada pengaruh
dosis oral dengan berat badan mencit (Mus musculus)15 gr yaitu onset 30 menit 6
detik dan durasi 10 menit 20 detik. Kemudian hasil yang didapatkan pada pengaruh
pemberian rute intra muskular dengan berat badan mencit (Mus musculus) 15 gr
yaitu onset 8 menit 47 detik dan durasi 39 menit 5 detik. Dimana dengan indeks
massa mencit (Mus musculus) sebesar 15 gr memperlihatkan obat dapat berefek
dengan onset dan durasi yang berbeda.
Menurut Dhiu (2021), onset merupakan waktu yang diukur dari awal
penyuntikan agen anestesi sampai hewan tidak menunjukan adanya refleks rasa sakit,
sedangkan durasi sedangkan durasi adalah waktu lamanya efek sampai efek obat
tersebut hilang. Hasil dari kedua pemberian obat yang berbeda, menunjukan adanya
pengaruh dosis terhadap efek farmakologi obat yang diberikan. Selain itu, jumlah
obat yang dapat mencapai lokasi kerjanya dalam waktu tersebut akan berbeda
tergantung dari rute pemberian obat.
Menurut Anief (2007) dalam Juwita (2019), rute pemberian mempengaruhi
proses absorpsi, distribusi, metabolism, dan ekskresi (ADME). Selain itu, pemilihan
bentuk sediaan obat mempengaruhi proses ADME untuk menimbulkan efek terapi.
Karena efek terapi yang ditimbulkan dapat mempengaruhi system fisiologi tubuh
hewan uji. Adapun mekanisme kerja dari diazepam dalam memeberikan
efektivitasnya yaitu diazepam sebagai derivat dari benzodiazepine bekerja secara
selektif pada reseptor asam gama – amino butirat A(GABAA) yang memerantarai
penghambatan transmisi sinaptik yang cepat melalui susunan saraf pusat (SSP),
diazepam secara spesifik terikat pada tempat ikatan alosterik dan meningkatkan
afinitas GABA pada reseptornya sehingga terjadi peningkatan frekuensi pembukaan
kanal klorida. Dari mekanisme terapi tersebut obat ini dapat memberikan efek sedatif
hipnotik pada hewan uji baik dari rute pemberian obat hingga dosis yang diberikan.
Pengaruh dosis terhadap onset dan durasi suatu obat dapat bervariasi tergantung
pada jenis obat yang digunakan. Menurut Fardin (2017), onset dan durasi yang
berbeda dapat dipengaruhi oleh beberapa hal seperti metabolism dan dosis pemberian.
Selain itu, Konsentrasi obat yang tinggi dalam tubuh dapat mempercepat waktu
mulainya efek serta memiliki durasi efek yang relatif panjang. Perbedaan kadar dalam
pengobatan, dalam hal ini hipnotik-sedativ,mempengaruhi daya kerja obat. Namun
demikian perlu diperhatikan juga tempat pemberiannya, karena berbeda tempat
pemberian obat, berbedapula onset dan durasi kerjanya.
Adapun kemungkinan kesalahan pada percobaan kali ini yaitu ketidakpastian
atau ketidaksesuaian dalam memeberikan dosis maupun cara pemberian yang kurang
tepat terhadap hewan uji sehingga mengakibatkan efek yang dihasilkan tidak
maksimal.
Rahman, M. A. A., Hazar, S., & Fitrianingsih, S. P. (2022, July). Studi Literatur Potensi
Aktivitas Antidepresan dari Tumbuhan Suku Valerianaceae. In Bandung Conference
Series: Pharmacy (Vol. 2, No. 2, pp. 365-373).
Cou, D. (2018). Perbedaan Kadar Parasetamol yang Digerus Menggunakan Mortir
dan Menggunakan Blender dengan Metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi
(KCKT). Jakarta: Medika Farma Husada.
Rusdi, M., Mukhriani, M., & Paramitha, A. T. (2018). Uji Penurunan Kolesterol Pada
Mencit (Mus musculus) Secara In-Vivo Menggunakan Ekstrak Etanol Akar
Parang Romang (Boehmeria virgata (Forst.) Guill). Jurnal Farmasi UIN
Alauddin Makassar, 6(1), 39-46.
Juwita, D. R., Faradani, N., & Wibowo, M. I. N. A. (2019). Studi Penggunaan Obat
Analgesik pada Pasien Pasca Partus Pervaginal dan Sectio Caesarea di RSU
Bunda Purwokerto. PHARMACY: Jurnal Farmasi Indonesia (Pharmaceutical
Journal of Indonesia), 16(2), 265-277.
Dhiu, D. T., Utami, T., & Ndaong, N. A. (2021). PERBANDINGAN ONSET,
DURASI ANESTESI DAN MASA PEMULIHAN DARI PEMBERIAN
KOMBINASI ANESTESI ACEPROMASIN-PROPOFOL-KETAMIN DAN
MIDAZOLAM-PROPOFOL-KETAMIN PADA ANJING LOKAL. Jurnal
Veteriner Nusantara, 4(1), 10-10.
Gunawan, M., Safriana, S., & Andilala, A. (2023). Uji Efektivitas Ekstrak Etanol
Ikan Gabus (Channa striata) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa Darah
Mencit Jantan (Mus musculus). Journal of Pharmaceutical and Sciences, 6(2),
758-765.
FARDIN, F., & SARINA, S. (2017). Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Oregano
(Origanum vulgare) Terhadap Bioavailabilitas Tablet Diazepam Pada Mencit.
Majalah Farmasi Nasional, 14(1), 52-58.

Anda mungkin juga menyukai