Anda di halaman 1dari 21

PERCOBAAN I

PENGARUH PEMBERIAN OBAT ANTIDIARE PADA HEWAN DENGAN


KONDISI DIARE

Nama : Grace Akwila


NIM : 2013016215
Kelas : Farmasi Umum C 2020
Kelompok : 1 (satu)
Asisten : Umi Khusnul Khotimah
NIM. 1913016019

LABORATORIUM FARMAKOLOGI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2022
A. Pendahuluan

B. Tinjauan Pustaka

C. Alat dan Bahan

1. Alat
a. Batang pengaduk
b. Corong kaca
c. Gelas kimia 100 mL
d. Gelas ukur 10 mL
e. Gelas ukur  50 mL
f. General Check Up (GCU)
g. Gunting
h. Hot plate
i. Jarum sonde oral kecil
j. Keranjang
k. Labu ukur 100 mL
l. Mortir dan stamper
m. Panci
n. Pipet tetes
o. Pipet ukur 10 mL
p. Pro pipet
q. Spuit 1 mL
r. Stopwatch
s. Timbangan analitik
t. Timbangan hewan

2. Bahan
a. Alcohol swabs
b. Aquades
c. Infusa Daun Sirih Hijau (Piper betle L.)
d. Kasa
e. Mencit (Mus musculus)
f. Na CMC 0,5%
g. Simvastatin
h. Strip Easy Touch Cholesterol
i. Telur bebek
D. Prosedure Kerja

1. Pembuatan Sampel Uji


Daun Sirih Hijau ( Piper Betle L. )

Dicuci Bersi, dilap, dan dipotong kecil kecil,


kemudian di blender. Ditimbang 100 gram,
Dimasukkan ke dalam panci dan tambahkan
aquades 100ml disaring

Infusa Daun Sirih Hijau

Dilakukan Pengenceran untuk membuat seri konsentrasi 5%,10%, 15%,


20%,25%, dan 30%

Seri Konsentrasi Infusa

2. Pembuatan NaCMC 1%

NaCMC

Ditimbang sebanyak 1 gram, masukkan ke dalam


gelas kimia lalu ditambahkan 50 ml air panas,
diaduk hingga homogen.ditambahkan air panas
sedikit demi sedikitsambil diaduk sampai tanda
batas 100ml

NaCMC 1 %

3. Kontrol Positif

Loperamid
Digerus dan ditimbang loperamid hingga
didapatkan 0,53 gram ditambahkan dalam 1%
sebanyak 100 ml

Suspensi Loperamid

4. Pengujian Antidiare

Hewan Coba
Mecit
(Mus Musculus)

Dipuasakan selama 18 jam sebelum Pengujian,


kemudian diinduksikan oleum rucini oral sebanyak
1 ml. Ditunggu selama 1 jam

Kontrol Positif Kontrol Positif Kontrol Positif

Diberi suspensi Diberi aquadest Diberisam


Loperamid 0,5 ml sebanyak 0,5ml ple uji 0,5
ml
Pengamatan

Diamati Frekuensi, Konsentrasi Feses,


dan Lama Waktu Diare
Pengamatan

E. Perhitungan
1. Dosis Obat = 26/20 x 1 mL
=1,9-0,75
=0,55 mL

2. Dosis Kontrol Negatif  = 27/20  x 1 mL 


=1,35-0,75
=0,6 mL
3. Dosis Kontrol Uji
a. 5% = 25/20  X 1 mL 
=1,25-0,75
=0,5mL
b. 10% = 27/20  x 1 mL 
= 1,35-0,75
= 0,6 mL
c. 15%

1.

34/20  x 1 mL 
=1,7 -0,75
 =0,95 mL%

F. PreTest
1. Apa yang dimaksud dengan Diare ?
Jawaban :
Suatu Keadaan Pengeluaran tinja yang tidak normal atau tidak
seperti biasanya, seperti peningkatan volune, keenceran, dan frekuensi,
dengan atau tanpa lendir dan darah (Tuang,2021)

2. Sebutkan jenis jenis diare !


Jawaban :
Diare akut dan diare kronis
(Tuang,2021)

3. Jelaskan penyebab diare!


Jawaban
Diare disebabkan oleh bakteri dari makanan atau air yang
terkontaminasi, selain itu bisa juga virus seperti, norovirus, flu, atau
rotavirus.
(Tuang,2021)

4. Sebutkan obat obat antidiare!


Jawaban
Orali, Loperamid, inamid, imodium
(Vidya,2019)

5. Bagaimana cara mengkondisikan hewan menjadi diare ?


Jawaban :
Caranya adalah dengan menginduksikan oleum ricini kepada hewan
coba secara peroral. Oleum ricini atau minyak jarak merupakan
Tumbuhan yang mengandung komponen aktif rismoleal yang merupakan
bahan aktif sebagai pencahar (Tuang,2021)
G. Hasil Pengamatan

Kelompok Volume Lama Frekuen Konsisten Bobo


N Perlakuan Pemberi Terjadin si Diare si Feses t
O an ya Diare (Kali) (Berlendi Feses
Oleum (Menit) r/ (g)
Ricini tidak
berlendir)
1 Kontrol Menci 1 ml 50 menit 4 kali Berlendir 0,1g
Negatif t1
(NaCMC) Menci 1 ml 51 menit 5 kali Berlendir 0,2 g
t2
Menci 1 ml 45 menit 4 kali Berlendir 0,085
t3 g
2 Kontrol Menci 1 ml - - - -
Positif t1
(Loperami Menci 1 ml 26 menit 1 kali Berlendir 0,02
d) t2 g
Menci 1 ml 20 menit 2 kali Berlendir 0,02
t3 g
3 Kontrol Menci 1 ml 26 menit 4 kali Berlendir 0,05
Uji t1 g
(Infusa Menci 1 ml 28 menit 4 kali Berlendir 0,07
5%) t2 g
Menci 1 ml 8 menit 1 kali Tidak 0,8 g
t3 Berlendir
4 Kontrol Menci 1 ml 12 menit 3 kali Berlendir 0,07
Uji t1 g
(Infusa Menci 1 ml 15 menit 4 kali Berlendir 0,28
10%) t2 g
Menci 1 ml 8 menit 8 menit Berlendir 0,07
t3 g
5 Kontrol Menci 1 ml - - - -
Uji t1
(Infusa Menci 1 ml 35 menit 4 kali Berlendir 0,04
15%) t2 g
Menci 1 ml - - - -
t3
6 Kontrol Menci 1 ml 5 menit 1 kali Berlendir 0,02
Uji t1 g
(Infusa Menci 1 ml 14 menit 2 kali Berlendir 0,03
20%) t2 g
Menci 1 ml 20 menit 4 kali Berlendir 0,15
t3 g
H. Pembahasan
Daun sirih Merupakan tumbuhan herbal yang dapat mengobati
penyakit salah satunya diare. Daun sirih memiliki sifat
antimikroba yang dapat melindungi tubuh dari infeksi akibat
bakteri.Ekstrak daun sirih hijau yang diperoleh dengan pelarut etanol
mempunyai aktivitas antibakteri terhadap beberapa bakteri Gram positif
dan Gram negatif yang salah satunya adalah Escherichia coli, yang
hasilnya pelarut etanol dapat menghambat pertumbuhan sebesar 14 mm
dan untuk konsentrasi minimum penghambatan (Minimum Inhibitory
Concentracion) didapatkan sebesar 1%. 1 Pengaruh ekstrak daun sirih
hijau (Piper betle L.) terhadap pertumbuhan Escherichia coli dengan
metode difusi disk didapatkan pada konsentrasi 2,5%, 5% dan 10% dengan
daya hambat sebesar 10,00; 9,420; dan 10,57 mm.(Syahrinastiti dkk, 2015)
Diare didefinisikan sebagai defekasi dari tiga atau lebih tinja lembek atau
cair per hari, atau frekuensi lebih dari normal. Diare merupakan penyakit
yang disebabkan oleh mikroorganisme meliputi bakteri, virus, parasit,
serta protozoa, dan penularannya  secara  fekal- oral. Selain proses infeksi
,diare dapat pula disebabkan oleh penggunaan obat-obatan, proses alergi,
kelainan pencernaan serta mekanisme absorpsi, defisiensi vitamin,
maupun kondisi psikis. Secara  garis besar terdapat dua ekanisme dasar
terjadinya diare, yaitu akibat peningkatan intraluminal osmotic pressure
sehingga terjadi (Indriyani, 2020) lnfus adalah sediaan cair yang dibuat
dengan mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 90° selama
15 menit (Depkes RI, 1995)Pembuatan Campur simplisia dengan derajat
halus yang sesuai dalam panci dengan air secukupnya, panaskan di atas
tangas air selama 15 menit terhitung mulai suhu mencapai 90° sambil
sekali-sekali diaduk. Serkai selagi panas melalui kain flanel, tambahkan air
panas secukupnya melalui ampas hingga diperoleh volume infus yang
dikehendaki (Depkes RI, 1995). Sedangkan untuk pembuatan infusa
sampel pada pengujian ini yaitu pertama-tama dibersihkan daun sirih hijau
(Piper betle L.) dari benda asing dengan menggunakan air bersih dan
keringkan menggunakan lap/tissue. Dihaluskan daun menggunakan
blender, setelah itu kemudian ditimbang sebanyak 100 gr dan dimasukkan
ke dalam panci, tambahkan 210 ml aquades. Waktu dihitung saat suhu di
dalam panci mencapai 90⁰C (pengukuran menggunakan termometer).
Terakhir setelah 15 menit, infusa disaring dan diperas melalui kain flanel,
setelah itu dilakukan pengenceran infusa menjadi berbagai seri
konsentrasi, mulai dari 5%, 10%, 15%, 20%, 25% dan 30% (Widjaya dkk,
2018). Penggunaan oleum ricini untuk menginduksi diare pada hewan uji
karena oleum ricini mengandung trigliserida dari asam risinoleat yang
dihidrolisis dalam usus oleh enzim lipase pankreas menjadi gliserol dan
asam risinoleat sebagai surfaktan anionik yang  dapat menyebabkan hewan
uji menjadi diare (Thahir, 2019).Oleum ricini atau minyak jarak
mengandung komponen aktif asam risinoleat yang dapat menginduksi
perubahan permeabilitas pada cairan mukosa dan transport elektrolit yang
menghasilkan respons hipersekretori dan diare. Asam risinoleat dapat
meningkatkan sekresi air dan elektrolit ke dalam usus halus. Pembebasan
asam risinoleat dari minyak jarak menyebabkan iritasi dan pembengkakan
mukosa usus, yang menyebabkan pelepasan prostaglandin, sehingga dapat
meningkatkan sekresi dan motilitas intestinal (Gultom dkk,2021).
Percobaan antidiare digunakan suspensi loperamid sebagai kontrol positif.
Alasan loperamid disuspensikan dengan Na CMC untuk digunakan
sebagai perbandingan dengan kontrol negatif. Na CMC sebagai kontrol
negatif tidak memiliki pengaruh apapun terhadap hewan uji dan tidak
menimbulkan aktivitas antidiare. Hal ini disebabkan karena sifat dari Na
CMC yang mengembang dengan adanya air, sehingga larutan koloidal Na
CMC 1% yang diberikan masih dapat menyerap air. (Uthia, 2019) kontrol
positif menggunakan loperamide karena berefek sebagai zat penurun
peristaltik usus untuk menurunkan frekuensi dan durasi diare
(Bakhriansyah, dkk., 2012).Loperamide bekerja dengan cara bereaksi
langsung pada menghambat memperpanjang otot-otot peristaltis waktu
usus, dan transit, mempengaruhi perpindahan air dan elektrolit melalui
menaikan  mukosa usus, viskositas dan mencegah kehilangan air dan
elektrolit (Dharmayanti, dkk., 2020).Jawab : Kontrol negatif dibuat untuk
melihat ada atau tidaknya aktivitas pada pelarut. Kontrol negatif yang
digunakan pada percobaan ini yaitu infusa daun sirih dengan konsentrasi
5%, 10%, 15%, dan 20%. Sedangkan kontrol positif dibuat sebagai
kontrol metode yang bertujuan untuk memastikan metode yang dilakukan
sudah benar atau belum yang ditunjukkan dengan perbedaan feses yang
sebelumnya encer menjadi padat dan frekuensi diare yang berubah.
Kontrol positif yang digunakan pada percobaan ini adalah obat loperamid
yaitu obat antidiare (Rizal dkk, 2017) Mencit jantan digunakan dengan
alasan mencit jantan tidak mengalami siklus estrus sehingga sampel
menjadi homogen, mudah dikendalikan dan hasilnya diharapkan akan
lebih akurat (thahir, 2019
Apa alasan memakai parameter pengujian antidiare
a. konsistensi feses
Dilihat konsistensi feses karena semakin cepat terbentuknya
konsistensi feses yang berlendir maka efek antidiare akan
semakin lemah dan semakin cepat terjadinya perubahan
konsistensi kearah normal maka efek antidiare semakin kuat.
Mencit yang mengalami diare ditandai dengan feses yang
banyak mengandung cairan hingga lembek dan encer.
b. lama terjadi diare
Dilakukan pengamatan waktu terjadinya diare Ini untuk
mengetahui berapa lama diare terjadi setelah penginduksian
Oleum ricini dan pemberian perlakuan dan semakin lama atau
cepat efek antidiare pada mencit

c. frekuensi terjadi diare


Untuk melihat kemampuan zat uji dalam menurunkan
frekuensi defekasi yang dapat dilihat
(widyaningsih & safitri,2014)
Kondisi BAB berlendir dan cair berkaitan dengan diare sebagai tanda
IBS. Infeksi usus juga dapat menjadi penyebab BAB keluar lendir.
Beberapa contoh infeksinya termasuk infeksi bakteri Salmonella dan
Shigellosis. Penularan infeksi ini dapat terjadi dari makanan yang
terkontaminasi. Feses cair pda percobaan ini terjadi karena menggunakan
Oleum ricini sebagai penginduksi diare. Oleum ricini di usus halus akan
dihidrolisis oleh lipase menjadi gliserol dan zat aktifnya yakni asam
risinoleat, yang terutama bekerja di usus halus untuk menstimulasi sekresi
cairan dan elektrolit serta menstimulasi peristaltik usus. Feses berlendir
pada percobaan ini karna berasal dari usus, lendir ini berguna untuk
menjaga lapisan usus agar lembab serta memudahkan proses buang air
besar. (suliska dkk, 2019). BAB yang normal biasanya lunak, tidak sulit
dikeluarkan, serta berbentuk memanjang seperti sosis atau ular (karena
mengikuti bentuk saluran pencernaan). Penampilan BAB dapat dinilai
dengan Bristol Stool Chart. Diare adalah penyakit yang ditandai    dengan
perubahan bentuk dan konsistensi tinja melembek sampai mencair dan
frekuensi berak lebih dari biasanya (lazimnya  kali atau lebih) dalam
sehari  (widyaningsih&safitri, 2014)
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan bahwa pada kelompok
perlakuan aquades paling banyak mengeluarkan feses, hal ini
dikarenakan kontrol negatif tidak mengandung zat aktif yang dapat
menurunkan pengeluaran feses dan menurunkan terjadinya frekuensi
diare. Kelompok perlakuan infusandaun sirih dengan konsentrasi 20%
menunjukkan hasil yang hampir sama dengan kelompok perlakuan
loperamid. Dari keseluruhan hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa
pemberian ekstrak daun sirih pada hewan uji yang diinduksi oleum ricini
(mengalami diare) mengakibatkan penurunan berat feses dan frekuensi
diare. Hal ini menunjukan bahwa, di dalam daun sirih terkandung
senyawa yang mampu menurunkan frekuensi defekasi mencit diare, zat
yang berperan adalah tanin dan flavonoid. Tanin memiliki manfaat
sebagai anyidiare yang mengurangi peristaltik usus, dan flavonoid
sebagai antidiare dengan menghambat pelepasan asetilkolin pada saluran
cerna dan menghambat kontraksi usus. Sedangkan mekanisme kerja dari
loperamide itu sendiri adalah menghambat motilitas usus.

I. Kesimpulan

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa, infusa


daun sirih mempunyai aktivitas antidiare terhadap mencit yang diinduksi
oleum ricini karena dapat menurunkan frekuensi defekasi dan bobot feses.
Pada sediaan infusa daun sirih terdapat beberapa senyawa yang memiliki
aktivitas antidiare seperti flavonoid, tanin, minyak atsiri dan alkaloid, dimana
flavonoid khususnya kuersetin dapat menghambat pengeluaran asetilkolin dan
kontraksi usus, tanin yang memiliki efek mengurangi peristaltik usus, minyak
atsiri dan alkaloid yang merupakan inhibitor pertumbuhan dan mematikan
mikroorganisme di usus. semakin tinggi dosis yang diberikan maka akan
semakin tinggi pula efek antidiare yang dihasilkan. Dari hasil pengamatan
diketahui infusa yang diberikan sebanyak 20% menunjukkan aktivitas
antidiare paling baik karena dapat menurunkan frekuensi diare paling tinggi. 

POST TEST
1. Sebutkan dan jelaskan jenis diare!
Jawab:
Diare terbagi menjadi 2 jenis yaitu diare akut dan diare kronik , diare
akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari sedangkan diare
kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 15 hari (Kemenkes ,2012)
2. Jelaskan mekanisme terjadinya diare! (ULI)
Jawab :

Gangguan osmotik Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus. Isi
rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk
mengeluarkanya sehingga timbul diare.

a.
b.

Gangguan sekresi Akibat terangsang tertentu (misalnya toksin) pada


dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit ke dalam
rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi
rongga usus.

c.
d.

Gangguan motilitas usus Hiperperistaltik akan mengakibatkan


berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul
diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan
bakteri tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula. 

e.

(Ngastiyah, 2014)

1.

Sebutkan dan jelaskan mekanisme kerja obat antidiare! (Ruth)

2.

Jawab :

a.

Loperamide

b.
Loperamide merupakan obat antidiare yang bekerja dengan cara
bereaksi langsung pada otot-otot usus, menghambat peristaltik dan
memperpanjang waktu transit, mempengaruhi perpindahan air dan
elektrolit melalui mukosa usus, menaikan viskositas dan mencegah
kehilangan air dan elektrolit (Lucky, 2020)

a.

Attapulgit

b.

Tablet attapulgit digunakan sebagai adsorben kuman dan toksin


yang menyebabkan diare, disamping mengurangi kehilangan cairan
tubuh dan frekuensi diare, attapulgit juga memperbaiki konsistensi
feses. Attapulgit dapat mengurangi durasi dan tingkat keparahan
diare yang ditunjukkan dengan menurunnya frekuensi kontraksi
dan konsistensi feses, mencegah dehidrasi dan mengurangi jumlah
oral rehydration solution (ORS) yang dikonsumsi (Riawati, 2013)

a.

Racecadotril

b.

Mekanisme kerja racecadotril adalah dengan mengadakan interaksi


dengan sistem neurotransmitter opioid pada dinding saluran cerna.
Racecadotril bersifat sebagai inhibitor enzim neutral endopeptidase
yang akan memecah peptida opioid Met- dan Leu-enkephalin, yang
mengatur sekresi pada saluran cerna, sehingga terjadi penurunan
sekresi air dan elektrolit. Obat ini bersifat sebagai antisekretori
(Faure, 2013)

a.

Kaolin dan Pectin

b.

Mekanisme kerja dari obat ini adalah dengan merubah viskositas


feses sehingga tampak lebih kental. Selain itu obat ini juga dapat
mengikat toksin bakteri terutama enterotoksin dan dapat berikatan
dengan garam empedu (Faure, 2013)

a.
Bile Acids Sequestrants : Cholestyramine and Colestipol

b.

Mekanisme kerjanya adalah mengikat garam empedu dalam usus


sehingga terjadi peningkatan massa feses dan membuat feses lebih
kental (Faure, 2013)

1.

Jelaskan alasan penggunaan hewan coba! (Karin)

2.

Jawab :
    Penggunaan hewan coba yaitu bertujuan untuk menghindari hal hal
yang tidak diinginkan apabila dilakukan uji kepada manusia, serta hewan
coba banyak digunakan karena memiliki kelebihan seperti siklus hidup
relatif pendek ,banyaknya jumlah anak per lahiran ,mudah ditangani serta
memiliki karakteristik reproduksi yang mirip dengan hewan mamalia lain
dan struktur anatomi ,fisiologi serta genetik yang mirip dengan manusia
(Fianti L,2017)

1.

Jelaskan prosedur kerja pada percobaan ini! (lioni)

2.

Jawab: Pembuatan Simplisia Daun sirih yang telah dikumpulkan dicuci


bersih, dipotong-potong menjadi kecil, lalu dikeringkan dengan diangin
anginkan sampai kering. Setelah kering, daun tersebut dihaluskan
menggunakan blender dan diayak hingga diperoleh serbuk halus setelah
itu dibuat infusa daun sirih dengan pengenceran konsentrasi 20%
selanjutnya pembuatan Na Cmc 1% di timbang sebanyak 0,1 gram
dimasukkan kedalam gelas kimia lalu dilarutkan dengan aquades panas
diaduk hingga homogen dan ditambahkan lagi aquades sampai tanda batas
dan jadilah Na Cmc.selanjutnya Pembuatan Larutan Loperamid Suspensi
loperamid dibuat dengan menggerus didalam mortir 1 tablet Loperamid
dosis 2 mg. Kemudian serbuk Loperamid dilarutkan dalam 100 ml larutan
koloidal Na-CMC 1% lalu di gerus hingga homogen. setelah itu Uji
Aktivitas Antidiare mencit dipuasakan selama 16-18 jam sebelum
perlakuan (tidak makan tetapi tetap diberi minum), tujuannya untuk
menyamakan keadaan tikus, mencegah pengaruh dari makanan yang
dikonsumsi sehingga tidak mengganggu proses absorbsi Hewan uji dibagi
menjadi 6 kelompok. Setiap tmencit  pada masing-masing kelompok
ditempatkan dalam wadah  (toples) untuk memudahkan pengamatan
Metode pengujian aktivitas antidiare menggunakan metode proteksi yaitu
tikus diberi oleum ricini secara oral, kemudian didiamkan selama 1 jam,
dengan estimasi bahwa dalam 1 jam oleum ricini telah bekerja dalam
tubuh tikus. Selanjutnya masing-masing kelompok diberi perlakuan, yaitu
kelompok I diberi konsentrasi 5 % ,kelompok II diberi konsentrasi 10
%,kelompok III diberi konsentrasi 15 %  ,kelompok IV diberi konsentrasi
20 % kemudian kelompok V diberi suspensi Na-CMC 1 % sebagai kontrol
negatif, kelompok VI  diberikan suspensi Loperamid HCl sebagai kontrol
positif Setelah perlakuan, dilakukan pengamatan terhadap parameter uji
yaitu saat mulai terjadinya diare, konsistensi feses, frekuensi diare, dan
lama terjadinya diare.Waktu mulai terjadinya diare Waktu terjadinya diare
(onset diare) diamati dengan bantuan stopwatch setelah perlakuan, saat
tikus mengeluarkan feses dalam konsistensi cair untuk pertama kalinya
dikatakan sebagai waktu awal mulai diare. Selanjutnya onset diare tiap
kelompok peringkat dosis dibandingkan dengan kelompok kontrol. 2.
Konsistensi feses Pengamatan konsistensi feses dilakukan selang waktu 30
menit selama 5 jam setelah perlakuan. Konsistensi feses diamati secara
visual dan dinyatakan dalam bentuk skor . Selanjutnya konsistensi feses
tiap kelompok peringkat dosis dibandingkan dengan kelompok
kontrol.Frekuensi diare Frekuensi diare diamati dengan menghitung
berapa kali terjadi diare pada tikus setelah perlakuan. Frekuensi diare
diamati selang 30 menit selama 5 jam. Selanjutnya frekuensi diare tiap
kelompok peringkat dosis dibandingkan dengan kelompok kontrol. 4.
Lama terjadinya diare Lama terjadinya diare (durasi diare) dihitung dari
waktu awal terjadinya diare sampai waktu terakhir terjadinya diare pada
tikus. Selanjutnya durasi diare tiap kelompok peringkat dosis
dibandingkan dengan kelompok kontrol. (Manek,.2019).

1.

Jelaskan hasil pengamatan! (ULI)

2.

jawab : Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, sesuai data


aktivitas dengan pemberian oleum ricini sebanyak 10 ml pada setiap
mencit, pada kontrol negatif (aquades) diketahui lama terjadinya diare
dengan waktu paling lama dengan frekuensi feses yang paling banyak dan
bobot feses pada kontrol negatif memiliki bobot yang lebih besar
dibandingkan kelompok kontrol yang lain. Untuk pemberian kontrol uji
infusa 5% mengalami penurunan frekuensi pengeluaran feses selama diare
dan bobot feses yang yang menurun. Untuk kontrol uji infusa 10%
mengalami penurunan pada lama terjadinya diare. Untuk kontrol uji infusa
15% hanya 1 mencit yang mengalami diare yaitu pada mencit II dengan
frekuensi feses sama dengan kontrol uji 10%. Untuk uji infusa 20%
mengalami penurunan lama terjadinya diare dan juga menurunnya
frekuensi feses. Untuk kontrol positif yaitu obat loperamid,  pada kontrol
positif memiliki frekuensi feses paling sedikit  dan bobot feses lebih kecil
di antara kelompok kontrol yang lain.

1.

Jelaskan alasan penggunaan kontrol positif dan negatif! (Ruth) 

2.

jawab :
Alasan penggunaan kontrol positif dan negatif :

a.

Kontrol positif digunakan sebagai kontrol metode yang bertujuan untuk


memastikan apakah metode yang dilakukan sudah benar atau belum yang
ditunjukan dengan perbedaan feses yang semulanya encer menjadi padat
dan frekuensi diare yang berubah. Kontrol positif pada percobaan ini
adalah obat loperamide yang merupakan obat antidiare

b.
c.

Kontrol negatif digunakan untuk melihat ada atau tidaknya aktivitas


antidiare pada pelarut atau infusa yang digunakan. Kontrol negatif pada
percobaan ini adalah infusa daun sirih (Piper betle L.)

d.

(Rizal dkk, 2017)

1.

Jelaskan mekanisme Oleum Ricini sehingga dapat menyebabkan diare!


(lioni)

2.
Jawab:Oleum ricini di usus halus akan dihidrolisis oleh lipase menjadi
gliserol dan zat aktifnya yakni asam risinoleat, yang terutama bekerja di
usus halus untuk menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit serta
menstimulasi peristaltik usus .(Sukandar & Kurniati,2020)

1.

Bagaimana mekanisme kerja sampel uji pada percobaan ini! (alsa)

2.

Jawab: daun sirih mengandung tanin, antrakuinon, flavonoid, alkaloid,


terpenoid, saponin, glikosida, gula, dan phlobatannin.Kandungan utama
yang bermanfaat sebagai antidiare diantaranya, flavonoid, tanin, minyak
atsiri dan alkaloid, dimana flavonoid khususnya kuersetin dapat
menghambat pengeluaran asetilkolin dan kontraksi usus, tanin yang
memiliki efek mengurangi peristaltik usus, minyak atsiri dan alkaloid yang
merupakan inhibitor pertumbuhan dan mematikan mikroorganisme di usus
(Manek, 2020)

1.

Jelaskan perbandingan hasil dari beberapa konsentrasi sampel uji yang


digunakan! (Alsa)

2.

Jawab : Perbandingan hasil dari beberapa konsentrasi sampel uji


menunjukkan hasil yang berbeda-beda pada setiap konsentrasinya. Pada
konsentrasi sampel uji 5%, lama terjadi diare berkisar selama 8 menit
hingga 26 menit dengan frekuensi diare dari 1 sampai 4 kali serta
konsistensi feses bervariasi yaitu berlendir dan tidak berlendir. Pada
konsentrasi sampel uji 10%, konsistensi feses menjadi berlendir, dengan
lama terjadinya diare adalah 8 menit hingga 15 menit dengan frekuensi
diare 2 sampai 4 kali. Konsentrasi 20%, lama terjadi diare adalah 35 menit
dengan frekuensi diare sebanyak 4 kali serta konsistensi feses berlendir.
Pada konsentrasi terakhir, pemberian sampel uji dengan konsentrasi 20%
membuat lama terjadinya diare 5 menit hingga 20 menit dengan frekuensi
diare adalah 1 sampai 4 kali serta konsistensi feses berlendir. 
   
DAFTAR PUSTAKA

DAPUS ( YANG RAPI, HURUF BESAR KECIL DILIAT) 


Bakhriansyah, M., Febria, A., & Rahmah, D. 2012. Efek Antibakteri In Vitro dan Antidiare
In Vivo Infusa Akar Sago (Metroxyion Sagu). Majalah Farmasi Indonesia, 22(3).
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV.
Jakarta : Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.
Dharmayanti, L., Aji, P. N., & Handayani, S. 2020. Uji Efektifitas Antidiare Ekstrak
Etanol Umbi Ganyong (Canna edulis Ker) Terhadap Mencit Jantan (Mus
Musculus). Jurnal Ilmiah Farmacy, 7(1).
Faure, C. 2013. Role Of Antidiarrhoeal Drugs as Adjunctive Therapies for Acute Diarrhea
in Children. International Journal of Pediatrics. Vol 2013 (2013), 14 pages
Fianti LL. 2017. Efektivitas perasan daun afrika terhadap penurunan kadar glukosa darah
mencit . Bandung. Universitas Pasundan 

Indriyani, D. P. R., & Putra, I. G. N. S. (2020). Penanganan terkini diare pada


anak: Tinjauan     pustaka. Intisari Sains Medis, 11(2), 928-932.

Kemenkes RI. 2012. Panduan sosialisasi tatalaksana diare balita . Jakarta: Direktorat
Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan lingkungan
Lucky D., Nurwani, P. A., & Siska, H. 2020. Uji Efektivitas Antidiare Ekstrak Etanol
Umbi Ganyong (Canna edulis Ker) Terhadap Mencit Jantan (Mus musculus).
Jurnal Ilmiah Farmacy. Vol 7 (1), hal 94-95
Manek, M. S. 2020. Antidiarrheal Activity of Ethanolic Extract of Betel Leaves (Piper
Betle L.) in Male Wistar Rats Induced by Oleum Ricini. CHMK Pharmaceutical
Scientific Journal, 3(2), 147-151.
Ngastiyah. 2014. Perawatan Anak Sakit (2 ed.). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Rambe, R., Gultom, E. D., Ginting, O. S. B., & Diana, S. (2021). Uji Efektivitas Antidiare
Ekstrak Etanol Daun Mengkudu (Morinda Citrifolia L.) Terhadap Mencit Jantan
Dengan Metode Transit Intestinal. Forte Journal, 1(1), 01-11.

Riawati, Siti, N. N., & Liza, P. 2013. Formulasi Tablet Kunyah Attapulgit Dengan Variasi
Konsentrasi Bahan Pengikat Polivinil Pirolidon Menggunakan Metode Granulasi
Basah. Jurnal Ilmiah Farmacy. Vol 3, hal 78-80

Rizal, M., Yusransyah, Y., & Stiani, S. N. 2017. Uji aktivitas antidiare ekstrak etanol 70%
kulit buah jengkol (Archidendron pauciflorum (Benth.) IC Nielsen) terhadap
mencit jantan yang diinduksi Oleum ricini. Jurnal Ilmiah Manuntung, 2(2), 131-
136.

Thahir, Z. (2019). Uji Efek Antidiare Ekstrak Daun Mengkudu (Morinda Citrifolia L) Pada
Mencit (Mus musculus). Jurnal Kesehatan Yamasi Makassar, 3(2). 

Sukandar, E. Y., & Kurniati, N. F. (2020). Aktivitas Antidiare Daun Harendong


(Melastoma malabathricum L). Journal Syifa Sciences and Clinical Research,
2(1), 39-48.

Syahrinastiti, T. A., Djamal, A., & Irawati, L. (2015). Perbedaan daya hambat
ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) dan daun sirih merah (Piper crocatum
Ruiz & Pav) terhadap pertumbuhan Escherichia coli. Jurnal Kesehatan Andalas,
4(2).

Uthia, R., Yolanda, D. P., Eriadi, A., Bakhtra, D. D. A. 2019. Uji Aktivitas Laksatif
Ekstrak Etanol Daun Gynura procumbens (Lour.) Merr. Pada Mencit Putih Jantan
yang Diinduksi Loperamid. Metamorfosa: Journal of Biological Sciences 6(2):
137-142.

Widjaya, F. E., Yuli, R., & Widya, H. 2018. Pengaruh Suplementasi Infusa Daun Sirih
(Piper betle L.) terhadap Kualitas Telur Puyuh. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia
(JIPI), 23(1) : 1-9.

Manek, M. S.(2019). Antidiarrheal Activity of Ethanolic Extract of Betel Leaves


(Piper Betle L.) in Male Wistar Rats Induced by Oleum Ricini. CHMK
Pharmaceutical Scientific Journal, 3(2), 147-151.

Anda mungkin juga menyukai