Oleh :
Nama : Shinta Prabawati
NIM : B1J014049
Rombongan : II
Kelompok :2
Asisten : Ristiandani Riana P.
Bahan pangan secara garis besar tersusun dari 2 komponen utama, yaitu
organik dan anorganik. Komponen organik dibagi lagi, ada yang dalam jumlah besar
seperti karbohidrat, protein, dan lemak, adapula yang sedikit seperti vitamin, enzim,
emulsifier, asam, oksidan, pigmen, dan komponen citarasa. Komponen anorganik
yaitu berbagai bentuk mineral, dan air. Bahan-bahan makanan di atas tidak dapat
diserap dalam bentuk alami melalui mukosa saluran pencernaan dan karena alasan ini,
bahan-bahan tersebut tidak berguna sebagai zat nutrisi tanpa proses pencernaan, baik
pencernaan mekanik maupun pencernaan kimiawi. Proses pencernaan kimiawi
sesungguhnya sangat sederhana, karena pada ketiga jenis zat makanan utama
(karbohidrat, protein, dan lemak) terjadi proses hidrolisis dasar yang sama (Guyton &
Hall, 1997).
Protein berguna sebagai zat pembangun (untuk pertumbuhan dan mengganti
sel-sel yang rusak), sebagai penghasil energi (bukan sumber energi utama), membuat
substansi penting (seperti enzim dan hormon yang membantu proses metabolisme),
dan menjaga keseimbangan pH tubuh. Protein dipecah menjadi asam amino oleh
enzim protease. Enzim protease dalam makhluk hidup dapat dijumpai pada saluran
pencernaannya terutama pada usus (Hidayati, 2007).
Usus halus merupakan tempat terjadinya absorbsi makanan, karena itulah
dapat dikatakan bahwa sebenarnya pencernaan makanan secara kimiawi berpusat di
usus halus (intestinum), terutama pada spesies ikan. Hal tersebut dikarenakan proses
pencernaan kimiawi pada ikan baru di mulai di bagian ususnya karena rongga mulut
ikan tidak memilki kelenjar saliva yang mampu menghasilkan amilase saliva.
Percobaan kali ini dilakukan untuk mengetahui aktivitas protease pada ikan yang
dipuasakan dan yang diberi makan (Hidayati, 2007).
Ikan yang digunakan pada percobaan kali ini yakni ikan lele (Clarias
batrachus) dan ikan nilem (Osteochilus vittatus). Ikan lele dan ikan nilem merupakan
ikan air tawar yang sudah banyak dibudayakan. Ikan tersebut digunakan sebagai bahan
percobaan karena keberadaannya yang melimpah di alam, selain itu ukuran tubuh
kedua ikan ini cukup besar sehinga mempermudah dalam mengisolasi usunya
(Alamsjah & Rahardjo, 1977).
1.2 Tujuan
2.1 Materi
Alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu tabung reaksi, tabung eppendorf,
mikropipet, yellow tip, refrigerator, inkubator, spektrofotometer, homogenizer,
sentrifugator, dan kamera.
Bahan yang digunakan meliputi kertas tisu, ekstrak enzim dari ikan Nilem
(Osteochilus vittatus) dan ikan Lele (Clarias batrachus), substrat kasein 1%, reagen
TCA 8%, akuabides , dan buffer Tris HCl 50mM.
3.1 Hasil
Tabel 1. Berat Usus dan Berat Tris HCl Ikan Makan dan Ikan Puasa
No Eppendorf No Eppendorf Berat Tris
Jenis Berat Usus
Kel. Sebelum Setelah HCl (x8)
Ikan (gram)
Sentrifugasi Sentrifugasi (gram)
Lele 41-42 21-22 0.9 7.2
1 makan
Lele 43-44 23-24 1.42 11.36
puasa
Lele 45-46 25-26 0.6 4.8
2 makan
Lele 47-48 27-28 0.39 3.12
puasa
Nilem 49-50 29-30 0.57 4.56
3 makan
Nilem 51-52 31-32 0.95 7.6
puasa
Keterangan:
Berat Usus : Berat Tris HCl = 1 : 8
Tabel 2. Hasil Absorbansi Blanko dan Sampel Protease Ikan Makan dan Ikan
Puasa
No Tabung Absorbansi Konsentrasi
31 0.265 104.132
32 0.264 103.932
33 0.167 47.462
34 0.174 51.262
35 0.154 39.402
36 0.115 16.907
37 0.200 66.597
38 0.234 86.518
39 0.179 54.172
40 0.224 80.719
41 0.186 58.535
42 0.186 58.081
43 1.048 561.415
44 0.593 296.004
45 0.159 42.451
46 0.779 404.022
47 0.688 350.924
48 0.333 144.133
Keterangan:
= Blanko kelompok 1, 2, dan 3
= Sampel kelompok 1 ikan makan dan puasa
= Sampel kelompok 2 ikan makan dan puasa
= Sampel kelompok 3 ikan makan dan puasa
Perhitungan kelompok 2
1 + 2
Aktivitas enzim dalam konsentrasi (x) =
2
Aktivitas enzim dalam menit =
(20 )
A. Ikan makan
1 + 2
X =
2
66.597 + 86.518
= 54.172
2
= 76.558 54.172
= 22.386 mikrogram
Aktivitas enzim dalam menit =
(20 )
22.386
= 20
= 1.119 mikrogram/menit
B. Ikan puasa
1 + 2
X =
2
80.719 + 58.535
= 58.081
2
= 69.627 58.081
= 11.546 mikrogram
Aktivitas enzim dalam menit =
(20 )
11.546
= 20
= 0.577 mikrogram/menit
3.2 Pembahasan
dalam konsentrasi ikan makan sebesar 22.386 g dan aktivitas enzim dalam konsentrasi ikan
puasa sebesar 11.546 g. Aktivitas enzim dalam menit kemudian dihitung dengan rumus
aktivitas enzim dalam menit = (20 )
, sehingga diperoleh hasil pada
ikan makan sebesar 1.119 g/menit dan hasil pada ikan puasa sebesar 0.577 g/menit. Hasil
dari perhitungan tersebut menunjukkan bahwa aktivitas enzim protease per menitnya pada
ikan makan lebih tinggi dari ikan puasa. Hal tersebut sesuai dengan referensi yang
menunjukkan bahwa konsentrasi substrat yang lebih tinggi berarti lebih banyak jumlah
molekul substrat yang terlibat dengan aktivitas enzim yang akan meningkatkan kerja
enzim, sementara konsentrasi substrat yang rendah berarti lebih sedikit jumlah
molekul substrat yang dapat melekat pada enzim, menyebabkan berkurangnya
aktivitas enzim. Ikan makan memperoleh asupan protein (substrat) dari makanan, sementara
pada ikan puasa tidak memperoleh asupan protein (substrat). Meskipun demikian, laju
enzimatik yang sudah mencapai maksimum dan enzim sudah dalam kondisi paling
aktif menyebabkan peningkatan konsentrasi substrat tidak akan memberikan
perbedaan dalam aktivitas enzim. Ikan yang dipuasakan untuk mencapai berat tubuh
yang sama di akhir pemeliharaan pada umumnya akan mengalami pertumbuhan
kompensasi, yakni ikan akan mempercepat pertumbuhannya saat memperoleh makan
kembali. Namun, pada percobaan dengan menggunakan ikan lele menunjukkan hasil
perbedaan yang tidak signifikan antara ikan lele dengan pemuasaan dan tanpa
pemuasaan (Afiah et al., 2009).
Protease komersial pada beberapa spesies ikan memiliki aktivitas antioksidan.
Antioksidan adalah molekul yang mampu menghambat oksidasi molekul lain seperti
radikal bebas. Radikal bebas dapat dihasilkan dari oksigen oleh organisme aerobik
selama proses respirasi normal, salah satunya adalah ROS (Reactive Oxygen Spesies).
ROS dalam tubuh organisme sebenarnya sudah dapat diatasi dengan produksi enzim
superoksida dismutase, peroksidase, katalase, dan glutation peroksidase, namun
jumlah ROS yang berlebih dapat menyebabkan beberapa penyakit seperti kanker.
Banyak peneliti menganggap peptida bioaktif dari protein makanan sebagai bahan
alternatif untuk antioksidan sintetik. Peptida bioaktif dapat dilepaskan dari protein oleh
proteolisis enzimatik dari protein dan dapat bertindak sebagai potensi modulator
fisiologis metabolisme selama pencernaan usus. Penelitian yang telah dilakukan
mengenai hidosilat pada otot ikan Paralichthys olivaceus menunjukkan adanya
aktivitas antioksidan. Hidrosilat disusun oleh reaksi enzimatik menggunakan delapan
protease komersial seperti papain, pepsin, tripsin, neutrase, alkalase, kojizim,
protamex, dan -Chymotripsin. Hidrosilat -Chymotripsin menunjukkan aktivitas
antioksidan terkuat diantara delapan hidrosilat enzimatik. Dua peptida yang
dimurnikan dari hidrosilat -Chymotripsin ikan Paralichthys olivaceus yaitu VCSV
(Val-Cys-Ser-Val) dan CAAP (Cys-Ala-Ala-Pro) memiliki aktivitas antioksidan yang kuat,
yang dapat berguna sebagai agen terapeutik (Young et al., 2013).
IV. KESIMPULAN
Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu
Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Afiyah, H. N., Susilo, U., & Rachmawati, F. N. 2009. Aktivitas Enzim Digesti dan
Efisiensi Pakan pada Ikan Lele (Clarias gariepinus) yang Diinduksi dengan
Daur Pemuasaan Pemberian Pakan Kembali. Sains Akuatik, 14 (1): 17 24.
Alamsjah, Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen
Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Hidayati, Dewi. 2007. Modul Fisiologi Hewan. Program Studi Biologi ITS, FMIPA,
Surabaya.
Winarno, F.G. 1995. Enzim Pangan. PT. Gramedia pustaka Utama, Jakarta.
Young, J. K., Hyeok, J. L., Samarakoon, K., Soo, J. K., & Jin, Y. J. 2013. Purification
and determination of two novel antioxidant peptides from flounder fish
(Paralichthys olivaceus) using digestive proteases. Food and Chemical
Toxicology, 52: 113-120.