Anda di halaman 1dari 12

PENGUKURAN KAPISITAS PENCERNAAN MAKANAN PADA

IKAN (AKTIVITAS PROTEASE) DAN PENGHAMBATAN


PROTEASE OLEH ZAT ANTI NUTRISI

Oleh :
Nama : Pradina Damayanti
NIM : B1A016001
Rombongan :I
Kelompok :2
Asisten : Nurul Amalia

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI NUTRISI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Digesti merupakan proses yang diperlukan dalam nutrisi


heterotrofik.?alam proses adsorbsi, molekul-molekul besar karbohidrat,
protein, lemak, dan protein dari bagian-bagian sel dan jaringan yang
dikonsumsi harus dipecah menjadi bagian-bagian yang kecil, seperti gula dan
asam amino agar dapat diangkat melalui membran sel. Biarpun transfer
molekul besar itu melalui membran, itu tidak merupakan masalah, tetapi
senyawa organik yang disintesis oleh suatu heterotrof sering kali tidak sama
dengan senyawa yang dikonsumsi sebagai makanan. Oleh karena itu, sebelum
didapatkan perakitan kembali diperlukan digesti (Villee et al., 1984).
Enzim adalah satu atau beberapa gugus polipeptida (protein) yang
berfungsi sebagai katalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa
habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia. Sebagian besar enzim bekerja secara
khas, yang artinya setiap jenis enzim hanya dapat bekerja pada satu macam
senyawa atau reaksi kimia. Hal ini disebabkan perbedaan struktur kimia tiap
enzim yang bersifat tetap (Campbell, 1995).
Pada hewan tingkat tinggi seperti ikan, makanan dicerna dalam saluran
khusus yang pada umumnya sudah berkembang dengan baik. Jadi, pencernaan
makanan pada hewan ini berlangsung didalam organ gastrointestinal (secara
ekstraseluler). Sistem gastrointestinal tersusun atas berbagai organ yang secara
fungsional dapat dibedakan menjadi empat bagian yaitu daerah penerimaan,
daerah penyimpanan, daerah pencernaan, dan penyerapan nutrien, serta daerah
penyerapan air dan ekskresi (Isnaeni, 2006).
B. Tujuan

Tujuan praktikum kali ini adalah :


1. Untuk mengetahui perbedaan kapasitas pencernaan ikan yang terukur
sebagai aktivitas protease pada ikan yang memperoleh pakan deengan
kualitas berbeda.
2. Untuk mengetahui efek penggunaan zat anti nutrisi yag berasak dari biji
kedelai (crude anti trypsin) terhadap perubahan aktivitas protease ikan.
II. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi

Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah ikan lele
(Clarias gariepius), pakan dengan protein 18% dan 32%, ekstrak enzim
protease, substrat kasein , buffer Tris HCL, reagen TCA dan akuabides.
Alat-alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah tabung
Eppendorf, tabung reaksi, rak tabung, water bath, spektrofotometer, vortex,
freezer, mikropipettip,

B. Cara Kerja

1. Pengukuran Aktivitas Protease


a. Sebanyak 350 µl Tris HCl dimasukan ke dalam tabung reaksi
control dan blanko.
b. Sebanyk 50 µl Ekstrak enzim ditambahkan pada tabung kontrol.
c. Dilakukan inkubasi selama 15 menit dengan suhu 37oC.
d. Sebanyak 350 µl substrat kasein ditambahkan pada tabung control
dan tabung sampel.
e. Dilakukan inkubasi selama 15 menit dengan suhu 37oC.
f. Sebanyak 750 µl Reagen TCA ditambahkan.
g. Sebanyk 50 µl Ekstrak enzim ditambahkan pada tabung reaksi
blanko.
h. Dilakukan inkubasi selama 15 menit pada kulkas
i. Dilakukan sentrifugasi dengan kecepata 6000 rpm selama 10 menit.
j. Ditambahkan 1000 mL akuabides pada supernatant.
k. Ditambahkan 1500 ml akuadides.
l. Dilakukan vortex dan dibaca absorbansinya dengan panjang
gelombang 280 nm.

2. Pengukuran Zat Anti Nutrisi


a. Sebanyak 250 µl Tris HCl dimasukan ke dalam tabung reaksi.
b. Sebanyk 50 µl Ekstrak enzim ditambahkan pada tabung.
c. Sebanyak 100 µl crude anti trypsin ditambahkan pada tabung.
d. Dilakukan inkubasi selama 15 menit dengan suhu 37oC.
e. Sebanyak 350 µl substrat kasein ditambahkan pada tabung control
dan tabung sampel.
f. Dilakukan inkubasi selama 15 menit dengan suhu 37oC.
g. Sebanyak 750 µl Reagen TCA ditambahkan.
h. Dilakukan inkubasi selama 15 menit pada kulkas
i. Dilakukan sentrifugasi dengan kecepata 6000 rpm selama 10 menit.
j. Ditambahkan 1000 mL akuabides pada supernatant.
k. Ditambahkan 1500 ml akuadides.
l. Dilakukan vortex dan dibaca absorbansinya dengan panjang
gelombang 280 nm.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel 3.1 Preparasi Jaringan Rombongan I


No. No.
Berat Tris-
eppendorf eppendorf Berat usus
Kel Perlakuan HCl (x6)
sampel kasar sampel halus (gram)
(gram)
(a) (b)
Lele Protein tinggi 1 2 1.87 11.82
1
Lele Protein rendah 3 4 1.54 9.24
Lele Protein tinggi 7 8 1.93 11.58
2
Lele Protein rendah 10 11 1.68 10.08
Lele Protein tinggi 13 14 1.94 11.64
3
Lele Protein rendah 16 17 1.92 11.52
Lele Protein tinggi 19 20 1.92 11.52
4
Lele Protein rendah 22 3 1.90 11.40

Tabel 3.2 Hasil Spektrofotometri Aktivitas Protease Ikan Lele (Clarias


gariepinus)
No Tabung Jenis Sampel Absorbansi Konsentrasi
10 Ikan lele protein tinggi 0.522 293.808
11 Ikan lele protein tinggi 0.533 135.593
Blanko Ikan lele protein
12 0.259 114.987
tinggi
13 Ikan lele protein rendah 0.515 289.677
14 Ikan lele protein rendah 0.440 245.414
Blanko Ikan lele protein
15 0.170 86.098
rendah

Tabel 3.3 Hasil Spektrofotometri Aktivitas Anti Nutrisi pada Ikan Lele (Clarias
gariepinus)
No Tabung Jenis Sampel Absorbansi Konsentrasi
16 Ikan lele protein tinggi 0.522 293.808
17 Ikan lele protein tinggi 0.664 377.612
Blanko Ikan lele protein
18 0.509 286.136
tinggi
Perhitungan :
Konsentrasi = ax + b
a = 590.169
b = - 14.260
konsentrasi = konsentrasi amilum yang tersduksi
x = nilai absorbansi

10. Ikan Lele Protein Tinggi = 245.414


Y = 590.169 (0.522) - 14.260 15. Blanko Ikan Protein Rendah
= 293.808 Y = 590.169 (0.170) - 14.260
11. Ikan lele Protein Tinggi = 86.098
Y = 590.169 (0.259) - 14.260 16. Ikan Lele Protein Tinggi
= 138.593 Y = 590.169 (0.522) - 14.260
12. Blanko Ikan Protein Tinggi = 293.808
Y = 590.169 (0.219) - 14.260 17. Ikan lele Protein Tinggi
= 114.987 Y = 590.169 (0.664) - 14.260
13. Ikan Lele Protein Rendah = 377.612
Y = 590.169 (0.515) - 14.260 18. Blanko Ikan Protein Tinggi
= 289.677 Y = 590.169 (0.509) - 14.260
14. Ikan Lele Protein Rendah = 286.136
Y = 590.169 (0.440) - 14.260

Aktivitas Potease ikan lele protein tinggi


kons. sampel 1 + kons. sampel 2
Aktivitas Protease (X) = ( ) − kons. blanko
2
293.808 +138.593
= ( ) − 114.987
2
= 101.213
101.213
Aktivitas Protease/menit = 15 menit

= 6.747 / menit

.Aktivitas Prrotease ikan Ikan lele protein rendah


289.677+245.414
Aktivitas Protease (X) = ( ) − 86.098
2

= 181.447
181.447
Aktivitas protease/menit = (15 menit)

= 12.096/menit

.Aktivitas Prrotease ikan Ikan lele dengan anti protein


377.612+293.808
Aktivitas Protease (X) = ( ) − 286.136
2

= 49.574

49.574
Aktivitas protease/menit =
(15 menit)

= 3.304 / menit

Gambar 3.2 Larutan Protease pada


Gambar 3.1 Larutan Anti Nutrisi Protein Rendah dan Tinggi
B. Pembahasan

Berdasarkan paktikum yang dilakukan didapatkan hasil berupa aktivitas


protease pada ikan berpotein tinggi sebesar 6.747/menit sedangkan aktivitas
protease pada ikan berprotein rendah sebesar 12.096/menit. Hasil yag
didapatkan tidak sesuai dengan pustaka yang menyatakan bahwa kualitas pakan
yang diberikan memberikan pengaruh pada tingkat aktivitas protease dan
pernyataan tersebut sesuai dengan pustaka. Hasil pada uji anti tripsin bernilai
3.304/menit. Menurut Lundstedt et al. (2003) selain kualitas pakan namun
aktivitas potease juga dipengaruhi juga oleh kemampuan usus, kompleksitas
struktur pakan, suhu dan musim. Dengan adanya zat anti nutrisi yang
ditambahkan, akan menghambat proses hidrolisi protein oleh enzim sehingga
nilai aktivitas yang didapatkan cenderung lebih kecil.
Menurut Al Gadri et. al. (2014), aktivitas protease akan berbeda pada ikan
yang diberi pakan berbeda. Karena aktivitas protease pada intestine sangat
dipengaruhi antara lain oleh jumlah protease aktif, jumlah pakan, kualitas pakan
serta pola makan. Bahan yang digunakan yaitu berupa Buffer Tris HCl berfungsi
sebagai larutan penyangga untuk menstabilkan pH enzim, Ekstrak enzim sebagai
sumber enzim yang digunakan, substrat kasein sebagai substrat yang akan
direaksikan dengan enzim, TCA (Tri-Chloro acetylacid) sebagai senyawa untuk
menghambat fungsii protease., akuabides untuk melarutkan campuran.
Enzim protease adalah enzim yang mengakatalis pemecahan molekul
proteindengan cara hidrolisis. Enzim protease dapat dibagi menjadi dua jenis!
yaituendopeptidase dan eksopeptidase. Endopeptidase hanya memecah protein
padatempat-tempat tertentu dalam molekul protein! dan basanya tidak
mempengaruhigugus pada ujung molekul. Sedangkan eksopeptidase memecah
protein pada keduaujung molekul protein. Karboksipeptidase dapat melepaskan
asam amino yangmempunyai gugus -COOH bebas pada molekul protein.
sedangkan aminopeptidasedapat melepaskan asam amino pada ujung lain yang
mempunyai gugus (Muhammad, 1983).
Hidrolisis adalah suatu proses kimia yang menggunakan H2O
sebagai pemecah suatu persenyawaan termasuk insersi gula saponifikasi lemak
dan ester pemecahan protein dan reaksi Grignard. H2O sebagai zat pereaksi
dalam pengertian luas termasuk larutan asam dan basa dalam senyawa organic
(Girindra, 1993). Hidrolisis protein yaitu proses pemecahan polimer menjadi
monomer dengan bantuan enzim sebagai biokatalisator. Hidrolisis pada ikatan
peptide akan menimbulkan beberapa perubahan pada sifat-sifat protein yaitu
meningkatkan kelarutan karena bertambahnya kandungan NH dan COO dan
berkurangnya berat molekul protein atau polipeptida, serta rusaknya struktur
globular protein (Hawab 2004).
Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa factor, terutama adalah substrat,
suhu, keasaman, kofaktor dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan pH
(tingkat keasaman) optimum yang berbeda-beda karena enzim adalah protein
yang dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu dan keasaman berubah,
diluar suhu atau pH yang sesuai, enzim tidak dapat bekerja secara optimal atau
struktur akan mengalami kerusakan. Hal ini akan menyebabkan enzim
kehilangan fungsinya sama sekali. Kerja enzim juga dipengaruhi oleh molekul
lain. Inhibitor adalah molekul yang menurunkan ativasi enzim, sedangkan
activator adalah yang meningkatkan aktifitas enzim. Banya obat dan racun
adalah inhibitor enzim. (Soewoto,2000).
Antitripsin adalah senyawa protein yang bersifat sebagai antinutrisi, yaitu
mempunyai kemampuan untuk menghambat aktivitas enzim tripsin di dalam
saluran pencernaan. Antitripsin terdapat pada berbagai macam kacang-
kacangan, tetapi yang paling banyak dipelajari hingga saat ini adalah antitripsin
yang terdapat pada kacang kedelai. Mekanisme penghambatan aktivitas enzim
tripsin oleh antitripsin terjadi karena terbentuknya ikatan kompleks antara kedua
zat tersebut (interaksi protein- protein). Adanya antitripsin menyebabkan
terjadinya penghambatan proses pertumbuhan dan menyebabkan terjadinya
hipertrofi (pembesaran) pankreas hewan percobaan yang diberi ransum kedelai
mentah. Anti tripsin yang dikenal sekarang ini sebagai α -1 anti tripsin (α-1 AT)
dapat ditemukan dalam makanan yang memiliki bahan dasar kacang-kacangan
khususnya kacang kedelai yang memiliki kandungan α-1 AT yang
cukup banyak. Akan tetapi, di dalam kacang kedelai tidak hanya terdapat α-1
AT saja, melainkan ada beberapa penghambat aktivitas protease lainnya. α-1 AT
yang terdapat dalam kacang-kacangan dapat berupa senyawa gula dengan
mengikat gula ataupun dalam bentuk aglikonnya saja. α-1 AT yang mengandung
gula memiliki BM yang lebih besar dan sifat polaritas mengarah ke sifat polar.
Sedangkan yang α -1 AT yang tidak mengandung gula bersifat non polar (Colby,
1998).
IV. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan


bahwa nilai aktivitas amilase pada ikan yang diberi paka protein tinggi
lebih kecil daripada ikan yang diberi pakan protein rendah. Hal ini tidak
sesuai dengan pustka. Nilai dari aktivitas protein paling kecil pada larutan
yang ditambahkan zat anti nutrisi.
DAFTAR PUSTAKA

Al Gadri, S. F., Untung Susilo dan Slamet Priyanto. 2014. Aktivitas Protease dan
Amilase Pada Hepatopankreas Ikan Nilem. Scripta Biologica. 1 (1), pp. 43-
48.
Campbell, NA dan JB. Reece. 1995. Biology. Jakarta : Erlangga.
Colby, S., Diane. 1998. Ringkasan Biokimia Harper Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Girindra, Aisjah. 1993. Biokimia 1. Jakarta : Gramedia.
Hawab, H. M. 2004. Biokimia Protein, Enzim Dan Nukleat. Bandung: ITB
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta:Kanisius.
Lundstedt LM, Melo JFB, Morales G. 2004. Digestive Enzyme And Metabolic
Profile Pseudoplatystoma Corruscans In Response To Diet Compositian.
Comporative Biochemistry And Physiology. 137(3), Pp. 331-333.
Soewoto, Hafiz, Dkk. 2000. Biokimia Eksperimen Laboratorium.Jakarta: Widya
Medika.
Ville, A. Claude Warem. 1984. Zoology Umum. Jakata : Erlangga

Anda mungkin juga menyukai