Anda di halaman 1dari 10

INOKULASI VIRUS PADA TELUR AYAM BEREMBRIO

Oleh:
Nama : Laely Cahya Wulandari Permata Putri
NIM : BIA016142
Rombongan : II
Kelompok :4
Asisten : Kirana Pangestuti

LAPORAN PRAKTIKUM VIROLOGI

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2018
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Newcastle disease virus (NDV) adalah agen penyebab penyakit Newcastle.


NDV adalah virus RNA tunggal yang terdampar tunggal, tidak terdiversifikasi,
negatif-sense. Genom NDV mengkode 6 protein struktural: nukleoprotein (NP),
protein fusi (F), protein RNA polimerase (L), protein matriks (M) ), protein
hemaglutinin-neuraminidase (HN), dan fosfoprotein (P). Virulensi NDV adalah gen
multigenik dan F, HN, dan P adalah pemain kunci dalam virulensinya. Berdasarkan
tingkat keparahan tanda-tanda klinis , NDV dapat dikategorikan ke dalam strain
virulensi tinggi (velogenic), virulensi moderat (mesogenik), dan virulensi rendah
(lentogenic), juga berdasarkan indeks patogenesitas intraserebral (ICPI) pada anak
ayam umur 1 hari, NDV dapat dikategorikan menjadi strain virulen dan aman
(Bahrawy et al., 2017). Newcastle Disease (ND) disebabkan oleh virus genus
Paramyxovirus dengan family Paramyxoviridae. Nama lain untuk ND adalah tetelo,
pseudovogolpest, sampar ayam, Rhaniket, Pneumoencephalitis dan Tontaor furrens.
Newcastle Disease dipandang sebagai salah satu penyakit penting di bidang
perunggasan (Tabbu, 2012).
Macam-macam cara menginokulasikan virus ke embrio ayam yaitu (Putra et
al., 2012) :
1. In Ovo
Metode ini merupakan penanaman virus pada telur ayam yang berembrio. Metode
ini dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain Inokulasi pada ruang
chorioalantois, membran chorioalantois, dan yolk sac.
2. In Vitro
Inokulasi virus dengan metode ini dilakukan dengan menanam virus pada kultur
jaringan.
3. In Vivo
Virus dapat ditanam pada hewan laboratorium yang peka. Hewan laboratorium
yang digunakan antara lain mencit, tikus putih, kelinci ataupun marmut.
Berdasarkan atas virulensinya, virus ND (VND) dikelompokkan menjadi tiga
patotype yaitu: lentogenik adalah strain virus yang kurang virulen, mesogenik
merupakan strain virus dengan virulensi sedang, dan velogenik adalah strain virus
ganas. Strain velogenik dibedakan lagi menjadi bentuk neurotrofik dengan gejala
gangguan saraf dan kelainan pada sistem pernafasan, dan bentuk viserotrofik yang
ditandai dengan kelainan pada sistem pencernaan. Kerugian akibat penyakit ND
disebabkan karena angka kesakitan (morbiditas) maupun angka kematian (mortalitas)
pada ternak unggas yang sangat tinggi. Mortalitas maupun morbiditas dapat mencapai
50-100% akibat infeksi VND strain velogenik terutama pada kelompok ayam yang
peka, 50% pada strain mesogenik, dan 30% pada infeksi virus strain velogenik
(Kencana et al., 2012).
Penyebaran penyakit ini biasanya melalui kontak langsung dengan ayam yang
sakit dan kotorannya, melalui ransum, air minum, kandang, tempat ransum/minum,
peralatan lainnya yang tercemar oleh kuman penyakit, melalui pengunjung, serangga,
burung liar dan angina atau udara (dapat mencapai radius 5 km). Virus ND ditemukan
dalam jumlah tinggi selama masa inkubasi sampai masa kesembuhan. Virus ini
terdapat pada udara yang keluar dari pernafasan ayam, kotoran, telur-telur yang
diproduksi selama gejala klinis dan dalam karkas selama infeksi akut sampai kematian
(Cavanagh & Gelb, 2010).
Berdasarkan gejala klinis yang ditimbulkan pada ayam, ND dapat
dikelompokkan menjadi 5 patotipe yaitu viscerotropic velogenic, neurotropic
velogenic, mesogenic, lentogenic dan asymptomatic enteric. Viscerotropic velogenic
merupakan suatu bentuk ND yang sangat patogen dimana lesi pendarahan pada sistem
pencernaan sering terlihat pada bentuk ini. Neurotropic velogenic adalah bentuk ND
yang menyebabkan mortalitas yang tinggi dan biasanya diikuti dengan gangguan
sistem respirasi dan syaraf. Newcatle disease bentuk mesogenic menunjukkan gejala
klinis gangguan sistem pernafasan tetapi gangguan sistem syaraf tidak selalu terlihat
dan mortalitas yang rendah, sedangkan asymptomatic enteric merupakan suatu bentuk
infeksi subklinik pada sistem pencernaan. Virus ND strain avirulent (lentogenik dan
mesogenik) digunakan sebagai vaksin hidup untuk meningkatkan pengendalian
penyakit ND pada ayam tetapi pemilihan jenis vaksin tergantung pada kondisi
penyakitnya. Vaksin inaktif juga digunakan dalam pengendalian penyakit ND.
Patogenitas yang ditimbulkan virus ND dapat ditentukan oleh beberapa faktor
diantaranya virulensi virus ND dan inang (Herwajuli & Dharmayati, 2011). Commented [i1]: dan

Faktor-faktor yang menentukan keberhasilan inokulasi pada embrio ayam


menurut Alexander & Senne (2011) adalah:
1. Rute Inokulasi
Inokulasi pada embrio dimana virus akan segera mendapatkan tempat untuk
menginfeksi organ. Hasil paling baik adalah ketika embrio mengalami abnormal
organ sejak 24 jam setelah inokulasi.
2. Strain virus
Strain virus menentukan efek infeksi pada masing-masing embrio yang
diinokulasikan virus. Strain yang paling virulen merupakan strain yang paling baik
untuk digunakan pada uji in ovo karena mudah terlihat gejalanya.
3. Titer Virus
Banyaknya titer virus yang diinokulasikan merupakan hal yang penting untuk
mencapai keberhasilan inokulasi dan akan menyebabkan efek infeksi yang terlihat
jelas pada embrio yang diujikan dengan kontrolnya.
4. Tahapan perkembangan embrio
Perkembangan embrio yang sudah mengalami tahap dewasa akan lebih resisten
terhadap virus karena sudah dibekali sistem imun pada tubuhnya, sebaliknya embrio
dengan umur yang lebih muda akan lebih rentan terkena virus karena sistem
imunnya belum berkembang.

B. Tujuan

Tujuan dari acara praktikum Inokulasi Virus Pada Telur Ayam Berembrio yaitu
untuk memberikan pemahaman tentang macam-macam inokulasi virus, mengetahui
bagaimana cara menginokulasikan virus pada telur ayam berembrio, dan mengetahui
ciri-ciri embrio ayam yang terinfeksi virus New Castle Disease (ND).
II. MATERI DAN CARA KERJA

A. Materi

Alat-alat yang digunakan pada acara praktikum kali ini yaitu: spuit injeksi 1
cc, jarum, senter atau alat peneropong, cawan petri, sarung tangan latex, pensil dan
masker.
Bahan yang digunakan pada acara praktikum kali ini yaitu: telur ayam
berembrio usia 10-12 hari, tissue, alkohol 70%, lilin, dan susupensi virus New Castle
Disease (ND) sejumlah 0,1 cc, 0,3 cc, dan 0,5 cc. Commented [i2]: saat praktikum volume yang digunakan berapa
aja?

B. Cara Kerja

Metode yang dilakukan pada acara praktikum kali ini yaitu sebagai berikut:
1. Embrio ayam usia 10-12 hari diteropong.
2. Setelah diteropong, lalu ditentukan batas kantung udara dan letak embrio dan
ditandai menggunakan pensil.
3. Permukaan telur yang telah ditandai tersebut diolesi dengan alkohol 70%, lalu
dilubangi dengan jarum.
4. Setelah telur dilubangi lalu diinjeksikan suspensi virus New Castle Disease
(ND) sebanyak 0,3 cc dengan arah sudut penginjeksian sebesar 45⁰.
5. Kemudian ditutupi lubang tersebut menggunakan lilin.
6. Diinkubasikan selama 4 hari dengan suhu 38-39⁰C.
7. Setelah diinkubasi, kedua telur ayam dipecahkan masing-masing pada cawan
petri.
8. Telur berembrio non-injeksi dan telur berembrio yang telah diinjeksikan
suspensi virus New Castle Disease (ND) diamati dan dibandingkan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 3.1. Pengamatan Inokulasi Virus pada Telur Ayam Berembrio


Volume Lesi pada
Perubahan Lesi pada Hemoragi
Kel suspensi otot dan
warna kaki Embrio (tubuh)
virus (cc) Bulu
1 0,1 cc - - + -
2 0,1 cc - + - +
3 0,3 cc - - +++ ++
4 0,3 cc - - - ++
5 0,5 cc - - - +
6 0,5 cc ++ - - ++
Keterangan
- : Tidak ada gejala
+ : Ada gejala
++ : Sedang
+++ : Banyak gejala
Berdasarkan hasil praktikum, embrio ayam kelompok 1 dan 2 yang diinjeksi
dengan titer virus ND 0,1 cc yaitu pada kelompok 1 tidak terjadi lesi pada embrio tidak
ada perubahan warna kaki dan tidak terjadi hemoragi, sedangkan pada kelompok 2
mengalami perubahan berupa lesi pada embrio. Embrio ayam kelompok 3 dan 4 yang
diinjeksi dengan titer virus ND 0,3 cc pada kelompok 4 tidak mengalami perubahan
lesi pada embrio sedangkan pada kelompok 3 terjadi lesi pada otot dan bulu.
Sedangkan embrio ayam kelompok 5 dan 6 yang diinjeksi dengan titer virus ND 0,5
cc pada kelompok 5 tidak terdapat perubahan sedangkan pada kelompok 6 terdapat
perubahan warna kaki. Kemunculan gejala dan tidak munculnya gejala pada telur milik
kelompok 4 dan 5 serta persamaan gejala yang muncul dari penyakit ND pada embrio
ayam berdasarkan hasil tersebut kemungkinan disebabkan oleh titer virus yang
diberikan pada embrio ayam atau disebabkan oleh beberapa faktor seperti sistem
kekebalan imun, selain itu umur embrio yang digunakan oleh tiap kelompok juga
kemungkinan berbeda-beda, ada yang mencapai 12 hari atau pun lebih. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Alexander & Senne (2011), keberhasilan dalam mengisolasi dan
mengembangkan virus tergantung pada beberapa kondisi yaitu rute inokulasi, umur
embrio, temperatur inkubasi, waktu inkubasi setelah inokulasi, volume dan
pengenceran dari inokulum yang digunakan, status imun dari kelompok dimana telur
ayam berada.

Gambar 3.1 Telur ayam berembrio Gambar 3.2 Telur ayam berembrio
kontrol yang telah diinjeksikan NDV 0,5

Berdasarkan hasil yang diperoleh oleh kelompok 4 tidak terjadi lesi ataupun
perubahan warna kaki, hanya terjadi hemoragi pada tubuh. Menurut Cattoli et al.,
(2011), produksi antibodi berlangsung dengan cepat setelah terinfeksi NDV. Antibodi
penghambat hemaglutinasi dapat diamati dalam waktu 4-6 hari setelah infeksi.
Antibodi yang berasal dari induk dapat melindungi anak ayam sampai 3-4 minggu
setelah menetas. Antibodi IgA yang dihasilkan secara lokal berperan penting dalam
melindungi saluran pernafasan dan saluran pencernaan.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Kesimpulan dari pembahasan pada acara praktikum inokulasi virus pada telur
ayam berembrio yaitu:
1. Macam-macam cara menginokulasikan virus ke embrio ayam yaitu: In Ovo
merupakan penanaman virus pada telur ayam yang berembrio, In Vitro yaitu
metode Inokulasi virus yang dilakukan dengan menanam virus pada kultur
jaringan, dan In Vivo yaitu metode dimana virus dapat ditanam pada hewan
laboratorium yang peka.
2. Inokulasi virus ke dalam telur ayam berembrio yaitu dengan menggunakan metode
In Ovo, dengan cara memasukkan suspensi virus ke dalam lubang yang berada di
atas embrio dengan menggunakan spuit 1 cc. Penyuntikan dilakukan dengan sudut
450 ke arah bagian runcing telur agar tidak mengenai embrio dan suspensi virus
ND tersebut diinjeksikan ke dalam ruang korio-alantois.
3. Ciri-ciri embrio ayam yang terinfeksi virus New Castle Disease (ND) diantaranya
yaitu terdapat perubahan warna hijau pada kaki, lesi embrio, dan lesi pada kaki dan
bulu.

B. Saran

Saran untuk praktikum kali ini yaitu sebaiknya, praktikan pada saat mencari
telur ayam berembrio harus memastikan dengan pasti dan jelas usia dari telur ayam
bermbrio tersebut, agar tingkat keberhasilan pada saat inokulasi virus ke dalam telur
ayam berembrio dapat berpeluang lebih besar untuk terinfeksi dan dapat melihat
gejala-gejala perubahan yang ditimbulkannya.
DAFTAR REFERENSI

Alexander, D. J. & Senne, D. A. 2011. Newcastle Disease, Other Avian Paramyxovirus


and Pneumovirus Infection In: Disease of Poultry. Saif, Y.M. Lowa: Blackwell
Publishing.
Bahrawy, A., Zaid, A., Sunden, Y., Sakurai, M., Ito, H., Ito, T., Morita, T. 2017.
Pathogenesis of Renal Lesions in Chickens After Experimental Infection With
9a5b Newcastle Disease Virus Mutant Isolate. Veterinary Pathology. 54(1),
pp. 94-98.
Cavanagh & Gelb. 2010. Infectious Bronchitis In: Disease of Poultry. Saif, Y. M.
Lowa: Blackwell Publishing.
Cattoli, G., Susta, L., Terregino, C., Brown, C. 2011. Newcastle disease: a review of
field recognition and current methods of laboratory detection. Journal of
Veterinary Diagnostic Investigation, 23 (4) pp: 637–656.
Fournier, P., Wilden, H., Schirmacher, V. 2011. Importance of Retinoic Acid-
Inducible Gene I And of Receptor for Type I Interferon for Cellular Resistance
to Infection By Newcastle Disease Virus. International Journal of Oncology,
40: 287-298.
Haryanto, A., Kristiawan D., Irianingsih, S. H., Yudianingtyas, D.W. 2013.
Amplifikasi Gen Penyandi Protein Fusion Virus Tetelo dari Spesimen
Lapangan dengan Metode One Step RT-PCR. Jurnal Veteriner Fakultas
Kedokteran Hewan UGM. 14 (3), pp: 387-393.
Hewajuli, D. A., & Dharmayanti, N.L.P.I. 2012. Patogenitas Virus Newcastle Disease
Pada Ayam. Makalah Balai Besar Penelitian Veteriner. pp: 72-80.
Kencana, G. A. Y., Kardena, I. M., Mahardika, I. G. N. K. 2012. Peneguhan Diagnosis
Penyakit Newcastle Disease Lapang Pada Ayam Buras di Bali Menggunakan
Teknik Rt-Pcr. Jurnal Kedokteran Hewan Udayana. 6 (1), pp: 28-31.
Putra H. H., Wibowo, M. H., Untari, T., Kurniasih. 2012. Studi Lesi Makroskopis dan
Mikroskopis Embrio Ayam yang Diinfeksi Virus Newcastle Disease Isolat
Lapang yang Virulen. Jurnal Sains Veteriner. 30 (1), pp: 57-67.

Tabbu, C. R. 2012. Penyakit Ayam dan Penanggulagannya. Volume 3. Yogyakarta:


Penerbit Kanisius.
Portofolio
Macam-macam inokulasi :
1. In ovo : Inokulasi virus pada telur berembrio
Melalui : Ruang chorioalantois, cth : NDV
Membran chorioalantois, cth : Influenza dan herpes
Yolk sac, cth : Rabies
2. In vitro : Inokulasi virus pada kultur jaringan
Biasa digunakan untuk pembuatan dan pengujian vaksin.
Contoh : Virus polio, cacar (hampir semua jenis virus, tergantung pada
jenis kultur).
3. In vivo : Inokulasi virus pada hewan uji seperti mencit.
Contoh : HIV.

Anda mungkin juga menyukai