Anda di halaman 1dari 41

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyusun makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini membahas tentang
“Jaringan Tulang”.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis banyak mendapat tantangan dan
hambatan akan tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak tantangan itu bisa
teratasi. Olehnya itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik
dari bentuk penyusunan maupun materinya. Kritik konstruktif dari pembaca
sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita sekalian.

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 1


DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2
JARINGAN TULANG: KARTILAGO DAN TULANG ................................................... 3
KARTILAGO .......................................................................................................................... 3
Karakteristik Kartilago................................................................................................ 3
Jenis Kartilago ............................................................................................................ 3
Perikondrium............................................................................................................... 4
Matriks Kartilago ........................................................................................................ 4
TULANG .......................................................................................................................... 14
Karakteristik tulang ....................................................................................................... 14
Mikroarsitektur Tulang ................................................................................................. 15
Jenis tulang.................................................................................................................... 15
Sel Tulang dan Fungsinya .............................................................................................. 16
Matriks tulang ............................................................................................................... 18
Proses Pembentukan Tulang (Osifikasi) ....................................................................... 18
Oksifikasi endokondral ............................................................................................. 19
Osifikasi intramembranosa ....................................................................................... 20
Tulang ........................................................................................................................... 29

2
JARINGAN TULANG: KARTILAGO DAN
TULANG

KARTILAGO
Karakteristik Kartilago

Kartilago adalah bentuk khusus jaringan ikat yang juga berkembang dari
sel mesenkim. Serupa dengan jaringan ikat lain di tubuh, kartilago terdiri atas sel
dan matriks ekstrasel yang dibentuk oleh serat jaringan ikat dan substansi dasar.
Namun, berbeda dengan jaringan ikat lain, kartilago tidak mempunyai pasokan
darah langsung, atau bersifat nonvascular (avaskular). Kartilago mendapatkan
nutrisi dan mengeluarkan sisa metabolisme melalui difusi matriks ekstrasel.

Kartilago memperlihatkan kekuatan regang, menghasilkan bantuan


structural yang kuat untuk jaringan lunak, memungkinkan fleksibilitas tanpa
distorsi, dan tahan terhadap tekanan. Kartilago terutama terdiri atas sel yang
disebut kondrosit dan kondroblast yang menyintesis banyak sekali matriks ekstra
sel. Terdapat tiga jenis utama kartilago dalam tubuh: hialin, elastic, dan
fibrokartilago. Klasifikasi ini didasarkan pada jumlah dan jenis serat jaringan ikat
yang terdapat di matriks ekstrasel.

Jenis Kartilago

Kartilago Hialin
Kartilago hialin merupakan jenis tersering. Pada embrio, kartilago hialin
berfungsi sebagai model untuk sebagian besar tulang. Seiring dengan tumbuhnya
individu, model kartilago secara gradual diganti oleh tulang melalu proses yang
disebut osifikasi endokondral. Pada tulang individu muda yang tengan tumbuh,
kartilago hialin menetap di lempeng epifisis, yang keberadaannya memungkinkan
tulang tumbuh memanjang. Pada orang dewasa, sebagian besar model kartilago
hialin telah digantikan oleh tulang, kecuali di permukaan sendi tulang, ujung iga
(tulang rawan iga), hidung, laring, trakea, dan di bronkus. Di sini, kartilago hialin
menetap seumur hidup dan tidak mengalami klasifikasi menjadi tulang.

3
Kartilago Elastik
Kartliago elastik tampak serupa dengan kartilago hialin, kecuali ada
banyak serat elastic bercabang di dalam matriksnya. Kartilago elastik sangat
lentur dan terdapat di telinga luar, dinding tuba auditoria, epiglottis dan laring.

Fibrokartilago
Fibrokartilago ditandai oleh adanya sejumlah besar berkas serat kolagen
kasar yang ireguler dan padat di matriksnya. Berbeda dari kartilago hialin dan
elastik, fibrokartilago terdiri atas lapisan-lapisan matriks kartilago dan lapisan
padat serat kolagen tipe I yang tebal dan kuat secara berselang seling. Serat-serat
kolagen secara normal berorientasi sesuai arah stres fungsional. Fibrokartilago
memiliki distribusi yang terbatas di tubuh dan terutama ditemukan di diskus
intervertebralis, simifisis pubis, dan sendi tertentu.

Perikondrium

Sebagian besar kartilago hialin dan elastik dikelilingi oleh lapisan perifer
berupa jaringan ikat ireguler padat tervaskularisasi yang disebut perikondrium.
Lapisan fibrosa luarnya mengandung serat kolagen tipe I dan fibroblast. Lapisan
dalam perikondrium bersifat seluler dan mengandung sel kondrogenik yang akan
berdefisiensi membentuk kondroblast yang mengeluarkan matriks kartilago.
Namun, katrilago hialin di permukaan tulang yang bersendi memiliki permukaan
yang bebas dan tidak dilapisi perikondrium. Demikian juga,karena fibrokartilago
selalu berkaitan dengan serat kolagen jaringan ikat padat, kartilago ini tidak
memperlihatkan perikondrium seperti pada kartilago jenis lain.

Matriks Kartilago

Matriks kartilago dihasilkan dan dipelihara oleh kondrosit dan


kondroblast. Serat kolagen atau elastic menyebabkan kartilago menjadi pahat dan
tahan. Serupa dengan jaringan ikat longgar, substansi dasar ekstrasel kartilago
mengandung glikosaminoglikan dan asam hialuronat yang berkaitan erat dengan
serat elastik dan kolagen di dalam substans dasar. Matriks kartilago juga memiliki
kandungan air yang tinggi, memungkinkan difusi molekul ked an dari kondrosit
serta memungkinkan kartilalgo menahan tekanan. Kartilago juga merupakan

4
jaringan setengah kaku dan dapat berfungsi sebagai peredam kejut. Di dalam
matriksnya terbenam serar elastic dan kolagen dalam berbagai proporsi. Proporsi
serat-serat ini menandai kartilago sebagai kartilago hialin, kartilago elastik, atau
fibrokartilago.

Kartilago hialin terdiri atas serat kolagen tipe II halus yang terbenam
dalam matriks amorfik padar kaya air serta proteoglikan dan glikoprotein
structural. Sebagian besar proteoglikan di matriks kartllago ini berada dalam
bentuk agregat proteoglikan besar yang mengandung glikosaminoglikan sulfat
yang terhubung dengan protein-protein inti serta serat-serat halus matriks kolagen.
Terdapat banyak ion bermuatan negative karena adanya molekul proteoglikan
besar yang menarik ratusan ion Na+ sehingga terjadi penarikan molekul air dan
hidrasi matriks kartilago.

Selain serat tipe II dan proteoglikan, matriks kartilago juga mengandung


suatu glikoprotein adhesive yang disebut kondronektin. Makromolekul ini
berkaitan dengan gilkosa-minoglikan dan serat kolagen, menyebabkan
kondroblast dan kondrosit melekat ke serat kolagen matriks sekitar.

Meskipun kartilago hialin mengandung serat kolagen tipe II di matriksnya,


dalam sediaan histologist rutin, serat kolagen ini tidak terlihat karena indeks
pantulnya serupa dengan substansi dasar di sekitarnya.

Kartilago hialin janin (embrional)

Gambar ini memperlihatkan kartilago hialin pada tahap awal


perkembangan. Mesenkim (1) superficial dengan sel dan pembuluh darah (5)

5
mengelilingi kartilago janin nonvascular. Pada tahap ini, lakuna di sekitar
kondroblast janin (4,7) tidak terlihat dan kondroblast (4,7) mirip dengan sel mirip
dengan sel mesenkim superficial (1). Kondroblast janin (4,7) tersebar secara acak
tanpa membentuk kelompok-kelompok isogen dan mengeluarkan matriks
kartilago antarsel (8).

Selama perkembangan janin, sel mesenkim (1) terkonsentrasi di perifer


kartilago, dan nukleusnya mulai memanjang. Region ini berkembang menjadi
perikondrium (2,6), suatu selubung jaringan ikat regular padat dengan fibroblast
(2,6) menjadi lapisan kondrogenik (3) yang menghasilkan kondroblast (4,7).

Tulang rawan hialin embrional

Kartilago Hialin dan Struktur Sekitar: Trakea

6
Gambar ini memperlihatkan potongan lempeng kartilago hialin dari trakea.
Perikondrium (5) dengan fibroblast (7) mengelilingi kartilago. Lapisan
kondrogenik (4) di bagian dalam menghasilkan kondroblast (8) yang
berdiferensiasi menjadi kondrosit. Kondrosit dalam lakuna tampak sendiri-sendiri
atau dalam kelompok yang isogen (3). Lakuna dan kondrosit (3) di bagian tengah
lempeng kartilago tampak besar dan sferis, tetapi secara progresif menjadi lebih
pipih kea rah perifer menjadi kondroblast (8) yang berdiferensiasi. Matriks
interteritorial (1) (antarsel) berwarna terang, sementara matriks territorial (2) di
sekitar lakuna terwarnai lebih gelap.

Jaringan ikat (10) vascular (9) dan kelenjar trakea dengan unit sekretorik
mirip anggur yang disebut asinus terlihat di dekat kartilago. Asinus serosa (11)
menghasilkan sekresi encer, sementara asinus mukosa (12) mengeluarkan muskus
pelumas. Duktus ekskretorius (6) menyalurkan sekret ini ke lumen trakea.

Kartilago terbentuk dari sel mesenkim primitive yang berdiferensiasi


menjadi kondroblast. Sel-sel ini membelah secara mitosis dan menyintesis matriks
kartilago serta bahan ekstrasel di sekelilingnya. Seiring dengan tumbuhnya model
kartilago, masing-masing kondroblast menjadi terkurung oleh matriks ekstrasel
dan terperangkap di kompartemen-kompartemen matriks yang dinamakan lakuna.
Di lakuna terdapat sel kartilago matur yang disebut kondrosit. Fungsi utama
kondrosit adalah mempertahankan matriks tulang rawan. Sebagian lakuna
mungkin mengandung lebih dari satu kondrosit; kelompok kondrosit ini disebut
kelompok isogen.

Sel-sel mesenkim juga dapat berdiferensiasi menjadi fibroblast yang


membentuk perikondrium, suatu lapisan jaringan ikat regular padat yang masuk
ke dalam kartilago. Lapisan sel dalam pada perikondrium mengandung sel-sel
kondrogenik, yang dapat berdiferensiasi menjadi kondroblast, mengeluarkan
matriks kartilago, dan terperangkap di lakuna sebagai kondrosit.

7
Sel dan Matriks Kartilago Hialin Matur

Perbesaran lebih kuat memperlihatkan region interior atau sentral kartilago


hialin matur. Lakuna (3) merupakan ruang-ruang berbentuk oval yang tersebar di
seluruh substansi dasar homogen, yaitu matriks (4,5), dan mengandung sel
kartilago matur, disebut kondrosit (1,2). Pada kartilago utuh, kondrosit mengisi
lakuna. Setiap kondrosit mengandung sitoplasma granular dan sebuah nucleus (1).
Selama pembuatan sediaan, kondrosit (1,2) menciut, dan lakuna (3) tampak
sebagai ruang-ruang jernih. Sel-sel kartilago di matriks terlihat sendiri-sendiri atau
dalam kelompok isogenosa.

Matriks kartilago hialin (4,5) tampak homogen dan biasanya basofilik.


Matriks yang berwarna lebih muda di antara kondrosit (2) disebut matriks
interteritorial (5). Matriks yang lebih basofilik atau gelap di dekat kondrosit
adalah matriks territorial (4).

Kartilago Hialin: Tulang yang Sedang Terbentuk

8
Fotomikograf suatu bagian dari tulang yang tengah tumbuh memperlihatkan
bagian dari kartilago hialin dan matriksnya (1) yang khas homogeny. Di dalam
matriks (1) terdapat sel-sel kartilago hialin matur, kondrosit (3) dalam lakuna (2).
Di sekitar kartilago hialin, terdapat jaringan ikat ireguler padat, perikondrium (5).
Di permukaan dalam perikondrium (5), terdapat lapisan kondrogenik (4).
Perhatikan bahwa sel-sel yang lebih sentral di kartilago tampak sebagai kondrosit
bulat, sedangkan sel-sel di perifer lebih pipih dan tampak sebagai kondroblast
tipikal.

Kartilago (Hialin, Elastik, dan Fibrokartilago)


Kartilago bersifat avaskular, tetapi dikelilingi oleh jaringan ikat vascular,
perikondrium. Karena tingginya kandungan air dalam kartilago, semua nutrien
masuk dan metabolit keluar dari kartilago melalui difusi melintasi matriks.
Matriks kartilago juga lunak dan lentur, tidak sekeras tulang. Karena itu, kartilago
dapat tumbuh melalui dua proses berbeda secara bersamaan: pertumbuhan
interstisial dan pertumbuhan aposisional.

Pertumbuhan interstisial pada kartilago melibatkan mitosis kondroblast di


dalam matriks dan pengendapan matriks baru di antara dan mengelilingi sel-sel
yang baru terbentuk. Proses pertumbuhan ini meningkatkan pertumbuhan dan
ukuran kartilago dari dalam. Sebaliknya, pertumbuhan aposisional terjadi di
perifer kartilago. Di sini, kondroblast berdiferensiasi dari lapisan sel dalam
perikondrium dan mengendapkan satu lapisan matriks kartilago yang menempel
pada lapisan kartilago yang sudah ada. Proses pertumbuhan ini meningkatkan
lebar kartilago.

Kartilago hialin memberikan tunjangan structural dan fleksibilitas. Karena


banyaknya serat elastic bercabang di matriksnya, kartilagp elastik menghasilkan
tunjangan structural sekaligus meningkatkan fleksibilitas. Berbeda dari kartilago
hialin yang dapat mengalami klasifikasi dan dapat mempertahankan
fleksibilitasnya yang tinggi.

Fungsi utama fibrokartilago padat adalah memberikan kekuatan terhadap


ketegangan, menahan beban, dan menahan tekanan atau pergangan. Jenis
kartilago ini selalu berkaitan dengan serat kolagen tipe I padat.

9
Kartilago Elastik: Epligotis

Kartilago elastik berbeda dari kartilago hialin terutama karena adanya


banyak serat elastik (4) di dalam matriksnya (7). Pewarnaan kartilago epligotis
dengan perak memperlihatkan serat elastik tipis (4). Serat elastic (4,7) masuk ke
matriks kartilago dari jaringan ikat sekitar, yaitu perikondrium (1) dan
terdistribusi sebagai serat bercabang dan beranastomosis dengan berbagai ukuran.
Kepadatan serat kartilago elastik bervariasi bahkan di antara bagian yang berbeda
pada kartilago yang sama.

Seperti kartilago hialin, kondrosit besar di lakuna (3,8) lebih prevalen di


bagian dalam lempeng. Kondrosit yang lebih kecil dan pipih terletak di bagian
perifer di lapisan kondrosit dalam pada perikondrium (2), dari sini kondroblast
terbentuk untuk menghasilkan matriks kartilago. Di perikondrium (1) juga terlihat
fibrosit (5) jaringan ikat dan venula (6).

Kartilago Elastik: Epligotis

10
Fotomikograf potongan epiglotis ini memperlihatkan bahwa jenis struktur
ini ditandai oleh adanya kartilago dengan serat elastic (2) yang halus dan
bercabang dalam matriksnya (5), selain kondrosit (3) dan lakuna (4). Adanya serat
elastik (2) memberi kartilago ini fleksibilitas selain tunjangan. Kartilago elastik
dikelilingi oleh satu lapisan jaringan ikat ireguler padat, perikondrium (1).

Fibrokartilago: Diskus Intervertebralis

Pada kartilago fibrosa, matriks (5) terisi oleh serat kolagen (2,6) padat,
yang sering memperlihatkan susunan parallel, seperti yang terlihat di tendo.
Kondrosit (1,4) kecil dalam lakuna (3) biasanya terdistribusi dalam barisan (4) di
dalam matriks kartilago fibrosa (5), dan tidak secara acak atau dalam kelompok
isogen, seperti yang dijumpai pada kartilago hialin atau elastik. Semua kondrosit
dan lakuna (1,3,4) memiliki ukuran yang sama; tidak terdapat gradasi dari
kondrosit sentral besar ke sel perifer yang lebih kecil dan pipih.

Perikondrium yang normalnya membungkus kartilago hialin dan elastic,


tidak dijumpai karena kartilago fibrosa biasanya membentuk daerah transisional
antara kartilago hialin dan tendo atau ligamen.

Proporsi serat kolagen (2,6) terhadap matriks kartilago (5), jumlah


kondrosit dan susunannya dalam matriks (5) mungkin bervariasi. Serat kolagen
(2,6) mungkin sedemikian padat sehingga matriks (5) tidak terlihat. Dalam kasus
seperti ini, kondrosit dan lakuna dapat tampak memipih. Serat kolagen di dalam

11
satu berkas biasanya sejajar, tetapi berkas kolagen dapat berjalan ke arah yang
berbeda-beda.

Fibrokartilago: Diskus Intervertebralis

Fotomikograf perbesaran kuat dari potongan diskus intervertebralis ini


memperlihatkan komposisi padat fibrokartilago. Terlihat banyak kondrosit dalam
lakuna (1, 4, 5, 7), sebagian tersebar secara individual (1,4) atau dalam barisan
(7), antara lapisan-lapisan serat kolagen padat (3,6) dan kondrosit (1, 4, 6, 7)
adalah matriks kartilago (2).

Ringkasan

Karateristik Kartilago

- Terbentuk dari mesenkim dan terdiri atas sel, serat jaringan ikat, dan
substansi dasar.
- Nonvaskular, mendapat nutrien melalui difusi melintasi substansi dasar.
- Melakukan banyak fungsi penunjang.
- Sel-selnya adalah kondrosit dan kondroblast.
- Terdapat tiga jenis kartilago, yaitu hialin, elastic, dan fibrosa
(fibrokartilago)

Kartilago Hialin

- Paling banyak ditemukan dan berfungsi sebagai model rangka/skeletal


untuk sebagian besar tulang.

12
- Pada tulang yang sedang terbentuk, kartilago terdapat di lempeng epifisis
untuk pertumbuhan panjang tulang.
- Diganti oleh tulang sewaktu osifikasi endokondral.
- Mengandung serabut kolagen tipe II yang tidak terlihat dalam sediaan
histologist karena indeks pantul yang serupa dengan indeks pantul
substansi dasar.
- Pada orang dewasa, terdapat di permukaan persendian, ujung iga, hidung,
laring, trakea, dan bronkus.

Kartilago Elastik

- Mengandung serat elastic bercabang dalam matriks dan sangat lentur.


- Ditemukan di telinga luar, tuba auditorius, epiglottis, dan laring.

Fibrokartilago

- Terisi oleh berkas padat serat kolagen tipe I yang siliih berganti dengan
matriks kartilago.
- Memberikan kekuatan tegang, menahan beban, dan menahan tekanan.
- Ditemukan di diskus intervertebralis, simfisis pubis, dan sendi tertentu.

Perikondrium

- Ditemukan di bagian perifer kartilago hialin dan elastik


- Lapisan perifernya merupakan jaringan ikat vascular padat dengan kolagen
tipe I
- Lapisan dalamnya bersifat kondrogenik dan menghasilkan kondroblast
yang mengeluarkan matriks kartilago.
- Kartilago hialin di sendi dan fibrokartilago tidak dilapisi oleh
perikondrium

Matriks Kartilago

- Dihasilkan dan dipelihara oleh kondrosit dan kondroblast.


- Mengandung agregat proteoglikan yang besar dan kandungan airnya
sangat tinggi.
- Memungkinkan difusi dan merupakan peredam kejut setengah kaku.
- Glikoprotein adhesive kondronektin mengikat sel dan serat ke matriks
sekitar.
- Kartilago elastic memberikan penunjang structural dan meningkatkan
fleksibilitas.

Sel kartilago

13
- Sel mesinkim primitive berdiferensiasi menjadi kondroblast yang
membentuk matriks kartilago,
- Mesenkim juga berdiferensiasi menjadi fibrblast perikondrium.
- Sel kartilago matur, yaitu kondrosit, terbungkus dalam lakuna.
- Fungsi utama kondrosit adalah untuk mempertahankan matriks kartilago.
- Lapisan dalam jaringan ikat perikondrium bersifat kondrogenik.
- Kartilago tumbuh melalui pertumbuhan interstisial dan aposisional.

TULANG SEJATI

Karakteristik tulang

Serupa dengan kartilago, tulang juga merupakan bentuk khusus jaringan


ikat yang terdiri atas sel, serat jaringan ikat, dan matriks ekstrasel. Berbeda dari
kartilago, saat tulang bertumbuh, terjadi pengendapan mineral di matriksnya, lalu
mengalami kalsifikasi. Akibatnya, tulang menjadi keras dan dapat menahan
beban, berfungsi sebagai kerangka kaku untuk tubuh, dan menjadi tempat
melekatnya otot dan organ.

Karena kekuatannya, tulang juga melindungi otak dalam tengkorak,


jantung dan paru di toraks, serta organ kemih dan reproduksi diantara tulang-

14
tulang panggul. Selain itu, tulang pada orang dewasa yang mengandung sumsum
merah berfungsi sebagai tempat hemopoiesis (pembentukan sel darah). Tulang
juga merupakan reservoir penting untuk kalsium, fosfat, dan mineral esensial
lainnya. Hampir semua (99%) kalsium dalam tubuh tersimpan ditulang, dari sini
tubuh mengalami kebutuhan kalsium hariannya.

Mikroarsitektur Tulang

Semua tulang dewasa memperlihatkan histologi serupa, terdiri atas sel,


matriks tulang, dan pasokan neurovaskular. Pemeriksaan tulang pada potong
lintang memperlihatkan adanya dua jenis tulang: tulang kompak dan tulang
kanselosa (spongiosa) (lihat gambaran umum 7.1). Di tulang panjang, bagian
silindris sebelah luar adalah tulang kompak padat. Permukaan dalam tulang
kompak yang berada disamping rongga sumsum adalah tulang spongiosa
(kanselosa). Tulang spongiosa mengandung banyak bagian-bagian yang saling
berhubungan (interkoneksi) dan tidak padat. Namun, kedua jenis tulang memiliki
gambaran mikroskopik yang serupa. Pada neonatus, rongga sumsum pada tulang
panjang berwarna merah dan dan memproduksi sel darah. Pada orang dewasa,
rongga sumsum pada tulang panjang normalnya berwarna kuning dan terisi oleh
sel adiposa (lemak).

Pada tulang kompak, serat kolagen tersusun dalam lapisan-lapisan tipis


tulang yang disebut lamela yang sejajar satu sama lain di perifer tulang atau
tersusun secara konsentris di sekitar pembuluh darah. Pada tulang panjang, lamela
sirkumferensial luar terletak di sebelah dalam dari jaringan ikat periosteum.
Lamela konsentris dalam terletak disekeliling rongga sumsum tulang. Lamela
konsentris Mengelilingi kanal yang mengandung arteri, vena, saraf, dan jaringan
ikat longgar. Setiap kompleks lamela konsentris disebut osteon (sistem havers).
Ruang di osteon yang mengandung pembuluh darah dan saraf adalah kanalis
sentralis (havers). Sebagian besar tulang kompak terdiri atas osteon yang biasanya
berorientasi sesuai aksis panjang tulang.

Jenis tulang

Distribusi dan orientasi serat kolagen di matriks tulang menunjukkan jenis


tulang. Tulang kompak dan spongiosa pada seorang dewasa memperhatikan pola

15
struktural yang konsisten dan terlihat setelah pematangan dan mineralisasi tulang.
Sebaliknya, woven bone (tulang anyam, imatur atau primer) memperlihatkan
susunan serat kolagen yang acak dan berorientasi ke segala arah. Jenis susunan ini
bersifat nonlamelar. Tulang anyam dijumpai pada janin sewaktu awal
pembentukan tulang dan pada penyembuhan fraktur tulang. Tulang anyam juga
bersifat sementara, dan seiring dengan bertambahnya usia, tulang ini diganti oleh
tulang lamelar atau tulang matur pada kehidupan pascalahir.

Tulang lamelar (sekunder atau matur) memperlihatkan lamela yang sangat


teratur dan ditemukan pada orang dewasa. Tulang ini memperlihatkan lapisan
matriks terkalsifikasi yang sejajar atau konsentris, dikenal dengan lamela,
tersusun secara teratur mengelilingi kanalis sentralis yang mengandung berkas
neurovaskular, atau osteon. Setiap lamela memperlihatkan susunan paralel serat
kolagen yang berbentuk heliks. Sel-sel tulang yang disebut osteosit, ditemukan
dilakuna dengan interval yang teratur diantara lapisan-lapisan konsentris lamela
dan tersusun secara melingkar mengelilingi kanalis sentralis. Matriks lebih
terkalsifikasi di tulang lamelar dari pada tulang anyam, dan karena itu tulang
lamelar lebih kuat dari pada tulang anyam atau imatur.

Sel Tulang dan Fungsinya

Tulang yang sedang terbentuk dan tulang dewasa memiliki empat jenis sel
: sel osteoprogenitor, osteoblast, osteosit, dan osteoklast.

Sel osteoprogenitor adalah sel punca pluripoten yang belum


berdiferensiasi dan berasal dari mesenkim jaringan ikat. Sel-sel ini terletak
dilapisan dalam jaringan ikat, periosteum, dan di satu lapisan endosteum internal
yang melapisi rongga sumsum, osteon (sistem havers), serta kanalis-kanalis
perforans di tulang (lihat gambaran umum 7.1). fungsi utama periosteum dan
endosteum adalah untuk memberikan nutrisi bagi tulang serta sebagai pemasok
kontinu osteoblast baru untuk pertumbuhan, remodeling, dan perbaikan tulang.
Sewaktu pembentukan tulang, sel osteoprogenitor berproliferasi dengan mitosis
dan berdiferensiasi menjadi osteoblast yang kemudian mulai mengeluarkan serat
kolagen dan matriks tulang.

Osteoblast berasal dari sel osteoprogenitor, terdapat di permukaan tulang.


Sel ini membentuk,mengeluarkan dan mengendapkan osteoid, merupakan
komponen organik matriks tulang baru, mencakup serat kolagen tipe I, beberapa
glikoprotein dan proteoglikan.osteoid belum terkalsifikasi dan tidak mengandung
mineral apapun, namun segera setelah pengendapannya, osteoid dengan cepat
termineralisasi dan berubah menjadi tulang keras. Osteoblast mengatur proses

16
mineralisasi osteoid dengan mengeluarkan vesikel matriks, berfungsi sebagai
pusat pembentukan kristal hidroksiapatit dan langkah pertama kalsifikasi.
Kalsifikasi lebih lanjut mengelilingi dan membenamkan serat kolagen dan
berbagai glikoprotein.

Osteosit adalah bentuk matur osteoblast, dikelilingi oleh matriks tulang


yang telah termineralisasi. Sel ini juga lebih kecil daripada osteoblast dan menjadi
sel utama tulang. Seperti kondrosit di kartilago,osteosit terperangkat oleh matriks
tulang disekitarnya yang di produksi oleh osteoblast. Osteosit juga terdapat di
lakuna yang menyerupai gua dan terletak sangat dekat dengan pembuluh darah.
Berbeda dari kartilago, hanya satu osteosit yang ditemukan dimasing-masing
lakuna tulang. Karena matriks tulang yang telah termineralisasi jauh lebih keras
daripada kartilago, nutrien dan metabolit tidak dapat berdifusi dengan bebas
melewati matriks menuju osteosit. Karena itu, tulang memiliki banyak pembuluh
darah dan sistem saluran atau kanal kecil yang unik, disebut kanalikulus yang
terbuka kearah osteon.

Osteosit memperhatikan banyak cabang. Juluran sitoplasma sel ini masuk


ke kanalkulus, menyebar ke semua arah dari masing masing lakuna, dan
berkontak dengan osteosit didekatnya melalui taut celah(gap junction) hubungan
ini memungkinkan berpindahnya ion dan molekul kecil dari sel ke sel. Kanalkulus
mengandung ekstrasel, dan taut celah di juluran sitoplasma tersebut
memungkinkan masing-masing osteosit berkomunikasi dengan osteosit sekitarnya
dan dengan bahan bahan dipembuluh darah kanalis sentralis didekatnya.dengan
cara ini,kanalikulus membentuk koneksi yang komplex disekitar pembuluh darah
di osteon dan menjadi mekanisme pertukaran yang efisien:nutrien diangkut ke
osteosit, pertukaran gas berlangsung antara darah dan sel, dan sisa metabolisme di
keluarkan dari osteosit. Sistem kanalikulus menjaga osteosit tetap hidup,dan
osteosit sebaliknya ,mempertahankan homeostasis matriks tulang sekitar
direabsorpsi oleh jenis sel tulang lain, osteoklast.

Osteoklast adalah sel besar berinti banyak yang di temukan disepanjang


permukaan tulang tempat resorbsi atau penyerapan tulang, remodelingdan
perbaikan tulang berlangsung. Sel ini todak berasal dari keturunan sel
osteoprogenitor. Osteoklast berasal dari fusi selsel progenitor hemopoietik atau
darah yang merupakan galur sel mononuklear makrofag-monosit dari sumsum
tulang merah. Fungsi utama osteoklast adalah meresorbsi tulang sewaktu
remodeling (pembaruan atau restrukturisasi) tulang. Osteoklast sering berada di
permukaan yang di resorbsi atau dicekungan dangkal matriks tulang yang di sebut
lakuna howship. Enzim enzim lisosom yang dikeluarkan osteoklast mengikis
cekungan ini. Selama pembentukan tulang,pengendapan tulang oleh osteoblast di

17
koordinasikan dengan remodeling tulang oleh osteoklast .aktifitas terpadu antara
kedua jenis sel ini mempertahankan pembentukan tulang dan masa tulang yang
tetap.

Matriks tulang

Matriks tulang terdiri atas komponen inorganik (mineral) dan organik


(serat kolagent) matriks tulang juga mengandung sel sel hidup dan bahan ekstrasel
karena matriks nya terkalsifikasi atau termineralisasi, tulang lebih keras dari pada
kartilago. Akibatnya,difusi tidak dapat terjadi melalui matriks yang telah
terkalsifikasi. Karena itu, matriks tulang memiliki banyak pembuluh darah.
Tulang dikelilingi oleh jaringan ikat padat, periosteum. Pembulu darah dari
periosteum menembus dan masuk ke matriks tulang melalui kanalis perforans
(volkmann). kanal kanal ini berjalan tegak lurus terhadap pembuluh pembuluh,
lalu menyatu dikanalis sentralis osteon yang kemudian memasok komponen
komponen seluler matriks tulang.

Komponen organik memungkinkan tulang menahan tegangan / regangan ,


sedangkan komponen mineral menahan tekanan. Kom ponen organik utama
matriks tulang adalah serat colagent tipe I yang merupakan protein predominan.
Komponen organik lain adalah glikosaminoglikan sulfat dan asam hialuronat yang
membentuk agregat proteoglikan yang lebih besar. Glikoprotein osteokalsin dan
osteopontin berikatan erat dengan kristal kalsium dan mendorong mineralisasi dan
klasifikasi matriks tulang. protein matriks lainnya, sialoprotein, mengikat
osteoblast ke matriks ekstrasel melalui integrin protein membran plasma.

Komponen inorganik matriks tulang terdiri atas mineral kalsium dan


fosfat dalam bentuk kristal hidroksiapatit. Keterkaitan serat kolagen kasar dengan
kristal hidroksiapatit menyebabkan tulang menjadi keras, tahan, dan kuat. Selain
itu, seiring dengan meningkatnya kebutuhan, kerja hormon, seperti hormon
paratiroid dari kelenjar paratiroid dan kalsitonin dari kelenjar tiroid,
memungkinkan tulang menyesuaikan dan mempertahankan kandungan mineral
darah tetap normal.

Proses Pembentukan Tulang (Osifikasi)

Pembentukan tulang dimulai pada masa embrio pada masa embrio oleh
dua proses berbeda, osifikasi endokondral dan osifikasi intramembranosa.

18
Meskipun tulang yang berbentuk diproduksi oleh dua metode berbeda, terdapat
kesamaan struktur histologis atau morfologi.

Oksifikasi endokondral
Sebagian besar tulang di tubuh terbentuk melalui proses osifikasi
endokondral yang berarti model kartilago hialin temporer mendahului
pembentukan tulang. metode osifikasi ini memungkinkan model untuk tumbuh
memanjang dan melebar. Sel-sel mesenkim berproliferasi dan berdiferensiasi
menjadi kondroblast, membentuk model kartilago untuk calon tulang. model
kartilago ini yang dikelilingi oleh jaringan ikat perikondrium, terus tumbuh secara
interstisial atau aposisional dan terutama untuk membentuk tulang pendek dan
panjang tubuh. Seiring dengan perkembangannya, kondroblast membelah,
membesar (hipertrofi),dan menjadi matang dan model kartilago hialin mulai
mengalami klasifikasi. Seiring dengan berlangsungnya kalsifikasi model
kartilago, difusi nutrien dan gas melalui matriks kartilago yang terkalsifikasi
tersebut berkurang. Karena itu, kondrosit mulai mengalami degenerasi dan mati,
meninggalkan matriks terkalsifikasi dan terfragmentasi sebagai kerangka
struktural tempat materi tulang mengendap.

Segera setelah lapisan bahan tulang mengendap di sekitar kartilago yang


terkalsifikasi, sel-sel perikondrium dalam memperlihatkan potensi osteogeniknya,
dan terbentuk suatu kerah perisoteum tulang disekitar titik tengah batang tulang.
jaringan ikat eksternal yang melingkari disekitar tulang yang baru terbentuk ini
kini dinamai periosteum. Sel-sel mesenkim berdiferensiasi menjadi sel
osteoprogenitor dari lapisan periosteum dalam, dan pembuluh darah dari
periosteum vaskular menginvasi model kartilago yang terkalsifikasi dan
berdegenerasi tersebut, membawa serta sel mesenkim dan osteoprogenitor.
Osteoblast melekat ke sisa kartilago yang terkalsifikasi dan mulai mensintesis
matriks tulang. sel osteoprogenitor terus berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi
osteoblast yang terus mengeluarkan matriks osteoid, awalnya berupa suatu
jaringan kolagen lunak yang tidak mengandung nineral, tetapi kemudian dengan
cepat termineralisasi menjadi tulang. osteoblast akhirnya dikelilingi oleh tulang
dalam rongga mirip gua yang dinamai lakuna dan kini disebut osteosit, Terdapat
satu osteosit perlakuna. Osteosit membentuk koneksi antar sel yang kompleks
melalui kanal halus ditulang yang disebut kanalikulus. Kanal ini akhirnya
membuka ke saluran yang mengandung pembuluh darah. Sel osteoprogenitor juga
berasal dari permukaan dalam tulang yang disebut endosteum. Endosteum
melapisi semua rongga internal tulang dan terdiri atas satu lapisan sel
osteoprogenitor.

19
Jaringan mesenkim, osteoblast, dan permbuluh darah membentuk pusat
osifikasi primer ditulang yang sedang terbentuk dan pertama kali akan muncul di
diafisis atau batang tulang panjang, kemudian diikuti oleh pusat osifikasi sekunder
di epifisis atau permukaan sendi diujung tulang yang memanjang. Di semua
tulang panjang yang tumbuh, kartilago di diafisis dan epifisis secara perlahan akan
diganti oleh tulang, kecuali di regio lempeng epifisis yang terletak diantara
diafisis dan epifisis. Pertumbuhan kartilago di regio ini berlanjut dan bertanggung
jawab atas pemanjangan tulang hingga berhenti tumbuh. Ekspansi kedua pusat
osifikasi akhirnya akan mengganti semua kartilago dengan tulang, termasuk
lempeng epifisis. Pada saat ini, proses pemanjangan tulang pun berhenti, satu-
satunya pengecualian kartilago hialin yang tidak terganti oleh tulang adalah ujung
bebas atau ujung persendian tulang. di sini, lapisan kartilago hialin permanen
menutupi tulang dan disebut kartilago sendi.

Osifikasi intramembranosa
Pada osifikasi intramembranosa, pembentukan tulang tidak didahului oleh
model kartilago hialin. Tulang terbentuk dari pemadatan jaringan ikat mesenkim
yang membentuk pusat osifikasi. Sebagian besar tulang pipih terbentuk dengan
cara ini. Sel-sel mesenkim berdiferensiasi langsung menjadi osteoblasy yang
menhasilkan matriks osteoid dan dengan cepat mengalami kalsifikasi. Terbentuk
banyak pusat osifikasi yang saling beranastomosis dan menghasilkan anyaman
tulang spongiosa yang terdiri atas batangan, lempeng, dan sirip-sirip tipis yang di
sebut trabekula. Di antara trabekula terdapat jaringan hemopoietik. Osteoblast
kemudian di kelilingi oleh tulang di lakuna dan menjadi osteosit. Seperti pada
osifikasi endokondral, sekali terperangkap di lakuna, osteosit membentuk koneksi
antar sel yang kompleks melalui kanalikulus.

Mandibula, maksila, klavikula dan sebagian besar tulang pipih tengkorak


terbentuk secara intramembranosa. Pada tengkorak yang sedang terbentuk, pusat-
pusat pembentukan tulang tumbuh secara radial,menggantikan jaringan ikat, dan
kemudian menyatu. Pada neonatus, fontanel (ubun-ubun) di tengkorak mewakili
regio membranosa lunak tempat osifikasi intramembranosa tulang tengkorak
sedang terjadi. Jaringan ikat mesenkim sekitar yang tidak mengalami osifikasi
menjadi periosteum dan endosteum tulang baru.

Osifikasi endokondral : pembentukan tulang panjang (pandangan


panorama, potongan longitudinal)

20
Selama osifikasi endokondral, tulang mula-mula terbentuk sebagai model
kartilago hialin embrio. Seiring dengan kemajuan pembentukan tulang, model
kartilago kemudian digantikan oleh tulang. proses osifikasi endokondral dapat
diikuti dengan memeriksa bagian atas gambar dan melanjutkannya ke bawah.

Di bagian atas, kartilago hiyalindikelilingi oleh jaringan ikat


perikondrium(13). Zona kartilago cadangan(1) memperlihatkan kondrosit dalam
lakuna yang terdistribusi secara tunggal atau dalam kelompok kelompok kecil.
Dibawah regio ini terdapat zona kondrosit berproliferasi (2)tempat kondrosit
membelah dan tersusun membentuk kolom kolom vertikal. Kondrosit dalam
lakuna (14) memperbesar ukurannya di zona hipertrofi kondrosit (3)karena terjadi
pembengkakan nukleus dan sitoplasma kondrosit hipertrofik mengalami
degenerasi, membentuk lempeng tipis matriks kartilago terkalsifikasi (15) .
dibawah bagian ini terdapat zona osifikasi (4) tempat materi tulang mengendap
dilempeng matriks kartilago yang terklasifikasi(15).

Sinusoid darah (20) atau kapiler menginvasi kartilago yang terkalsifikasi.


Dinding lakuna dan kartilago terkasifikasi (15) mengalami erosi, dan terbentuk
lah rongga sumsum tulang merah (16). Jaringan ikat di sekitar tulang yang baru

21
terbentuk disebut periosteum (5,6,17) dan bagian ini kini merupakan zona
osifikasi (4). Dalam ilustrasi ini , tulang berwarna merah tua. Sel osteoprogenitor
dari periosteum dalam (6) terus berdiferisiasi menjadi osteoblast, mengendapkan
osteoit dan tulang (8) disekitar lempeng kartilago (15)yang tersisa dan membentuk
kerah tulang periosteum(7).

Pembentukan tulang periosteum yang baru (7) mengimbangi pembentukan


tulang endokondral baru. Kerah tulang (7) semakin tebal dan kompak seiring
dengan perkembangan pembentukan tulang. bagian paling tebal kerah tulang (7)
terlihat dibagian tengah tulang yang sedang berbentuk dan disebut diafisis. Pusat
olsifikasi primer terletak di diafisis, tempat kerah tulang periosteum (7) terbentuk.

Sumsum tulang merah (16) mengisi rongga tulang yang baru terbentuk
dengan sel hemopoietik (pembentuk darah). Serat jaringan ikat retikuler halus di
sumsum tulang (16) tersamarkan oleh massa eritrosit, granulosit, megakariosit
(12), spikulum tulang (11,22), sinusoid-sinusoiddarah (20) yang banyak, kapiler
dan pembuluh darah yang sedang terbentuk.

Batang tulang yang sedang terbentuk dikelilingi oleh jaringan lunak.


Epidermis(18) kulit dilapisi oleh epitel skuamosa berlapis, di bawah epidermis
(18), terdapat jaringan ikat dermis (19), tempat ditemukannya folikel rambut (9),
pembuluh darah (10),sel adiposa (21) dan kelenjar keringet (23).

Osifikasi endokondral : zona osifikasi

Gambar berikut menunjukkan osifikasi endokondral pada perbesaran yang lebih


kuat dan lebih detil serta sesuai dengan bagian atas pada gambar 7.9.

22
Kondrosit yang berproliferasi (1, 14) tersusun dalam kolom-kolom vertikal
tersendiri. Di bawahnya terdapat zona kondrosit hipertrofik (2, 15). kondrosit dan
lakuna mengalami hipertrofi akibat meningkatnya glikogen dan akumulasi lipid di
sitoplasma dan nukleus membengkak. Sitoplasma kondrosit hipertrofik (2,15)
mengalami vakuolisasi (16) nukleusnya menjadi piknotik, dan lempeng tipis
kartilago kemudian dikelilingi oleh matriks terkalsifikasi (5,17).

Osteoblast (6, 20) berbaris di sepanjang sisa lempeng kartilago


terkalsifikasi (5, 17) dan meletakkan selapis osteoid (19) dan tulang. osteoblast
yang terperangkap dalam osteoid atau tulang akan menjadi osteosit (9, 21). kapiler
(8, 18) dari rongga sumsum (10)menginvasi daerah yang baru terosifikasi.

Rongga sumsum yang tengah terbentuk (10) mengandung banyak


megakariosit (13, 24) dan sel punca pluripoten yang menghasilkan sel darah (23)
eritrositik dan granulositik. Osteoklast (11, 22) berinti banyak terletak dalam
cekungan dangkal yang disebut lakuna howship (11, 22) dan berada didekat
tulang yang tengah diserap.

Sisi kiri ilustrasi memperhatikan suatu bagian tulang periosteum (7)


dengan osteosit (9) di dalam lakunanya. Tulang baru ditambahkan di perifer oleh
osteoblast (6) yang terbentuk dari sel osteoprogenitor periosteum dalam (12).
Lapisan luar periosteum berlanjut sebagai jaringan ikat perikondrium (3).

Osifikasi endokondral : zona osifikasi

Fotomikrograf ini memperlihatkan transformasi kartilago hialin menjadi


tulang melalui proses osifikasi endokondral. Matriks kartilago hialin (6)
mengandung kondrosit proliferatif (7) dan kondrosit hipertrofik (1) dengan
sitoplasma bervakuol (2). Dibawah sel-sel ini terdapat lempeng atau spikulum
kartilago terkalsifikasi (3) yang dikelilingi oleh osteoblast (4). Dengan
terkalsifikasinya kartilago, terbentuk rongga sumsum (5) dengan pembuluh darah,
jaringan hemopoietik (10), sel osteoprogenitor dan osteoblast (4). Kartilago hialin

23
di kelilingi oleh jaringan ikat perikondrium (8). Rongga sumsum ditulang baru
dikelilingi oleh jaringan ikat periosteum (9).

Osifikasi endokorial ; pembentukan pusat osifikasi sekunder (episifis) dan


lempeng epifisis

Di tulang panjang potongan longitudinal, tulang didekalsifikasi


diperlihatkan kartilago hialin diujung epifisis pada dua tulang yang sedang
terbentuk .kedua tulang menunjukkan pusat osifikasi sekunder (5,11). meskiun
kartilago avaskular banyak kartilago untuk memasok osteoblast dan osteoklastdi
pusat osifikasi sekunder (5,11). kartilago sendi (4,12) menutupi kedua ujung sendi
tulang yang akan terbentu .Rongga sinovia/sendi(3) memisahkan dua model
kartilago tersebut.membran sinovia dalam berupa sel-sel skuamosa melapisi
rongga sinovia(3) kecuali di kartilago sendi(4,12). membran sinovia bersma
dengan jaringan ikat,dapat meluas ke dalam rongga sendi sebagai lipatan sinovia
(2,11) rongga sinovia (3) dilapisi oleh kapsul jaringan ikat.

Di tulang bawah, terlihat lempeng epifisis (16) aktif anatara pusat osifikasi
sekunder (5) dan batang tulang yang sedang terbentuk. Zona kondrosit proliferatif
(7) dan zona kondrosit hipertrofik serta kalsifikasi kartilago(8) terlihat dengan
jelas dilempeng epifisi (16) spikulum kartilago terkalsifikasi (9,15) yang kecil dan
diklilingi oleh bahan tulang berwarna merah dan rongga sumsum tulang primitif

24
dengan hemopoiesis (4,17)terlihat dibatang tulang dan pusat osifikasi sekunder
(5).jugaterlihat sebuah megakariosit (18) di rongga sumsum tulang (17)bagian
bawah jaringan ikat, periosteum(19), mengelilingi tulang kompak (10).

Pembentukan tulang ; pembentukan osteon (sistem havers) potongan


transversal, dekalsifikasi

Ilustrasi ini menunjukan sumsum tulang primitif (15) dan osteon yang
sedang terbentuk pada sebuah tulang kompak. kuntum vaskular jaringan ikat dari
periosteum atau endosterum menginvasi dan mengerus tulang serta membentuk
osteon primitif. rekonstruksi atau remodeling tulang akan berlanjut seiring
dengan penguraian osteon-osteon lama yang diikutioleh pembentukan osteon –
osteon baru.

Matriks tulang (11) baru dan spikulum tulang (12) pada suatu tulang
kompak imatur berwarna merah tua dengan eosin karena adanya serat kolangen di
matriks.terlihat banyak osteon primit,pada potongan transversal ,dengan kanalis
sentralis (havers) (2,9) besar yang dikelilingi oleh lamela (9) tulang konsentris dan
osteosit dalam lakuna (10). kanalis sentralis (havers)(2,9) mengandung jaringan
ikat osteogenik primitif (13) dan pembuluh darah (2). pengendapan tulang
berlanjut disebagian osteon primitif (2,9) seperti yang di tunjukan oleh adanya
osteoblast (1,14) disekitar kanalis sentralis (havers) (2,9) dan tepi lamela tulang
terdalam. pada berapa osteon,terbentuk osteoklast (6) berinti banyak yang
mengikis cekungan dangkal yang disebut lakuna howship (5) ditulang.osteoklast

25
(6) terus meresorbsi dan melakukan remodeling tulang selama proses
pembentukannya.

Jaringan ikat osteogenik primitif (13) berjalan melalui tulang tempat


munculnya kuntumjaringan ikat vaskular yang menghasilkan kanalis sentralis
(havers)(2,9) yang baru .osteoblast(1,14) terletak disepanjang tepian kanalis
sentralis yang tengah terbentuk

Di sudut kiri bawah gambar ini tampak sumsum tulang primitif


(15),tempat berlangsungnya hemopoiesis (pembentukan sel darah ) struktur ini
merupakan sumsum merah dironggan sumsum tulang (15) juga terdapat eritrosit
dan granulosit yang sedang terbentuk,megakariosit (4,8), sinusoid (pembuluh)
darah (3,7) dan osteoklast (6) di lakuna howship (5) yang tererosi.beberapa
megakariosit (4,8) terletak dekat dengan sinusoid darah.juluran juluran sitoplasma
sel ini menonjol kedalam sinusoid darah .tempat tonjolan tersebut akhirnya
terfragmentasi dan terlepas masuk kealiran darah sebagai platelet.

Osifikasi intramembranosa:pembentukan mandibula (tulang


didekalsifikasi,potongan transversal

Ilustrasi ini menggambarkan potongan mandibula dalam proses osifikasi


intramembranosa. disebelah luar tulang yang sedang terbentuk terdapat epitel
skuamosa berkeratin kulit (1).di bawah kulit (1) terdapat mesenkim embrional
yang telah berdiferensial menjadi jaringan ikat (2) primitif yang sangat vaskular
dengan saraf dan pembuluh darah (9) serta jaringan ikat yang lebih padat,
periosteum (3,10)

Di bawah periosteum (3,10) terdapat tulang yang sedang terbentuk sel sel
di periosteum (3,10) telah berdiferensial menjadi osteoblast (6,10) dan
membentuk banyak anastomosis trabekula tulang (7,11) yang mengelilingi rongga
sum sum (8,15) primitif. di rongga sumsum (8,15) terdapat sel dan serat jaringan

26
ikat embrional ,pembuluh darah (4) arteriol (12), saraf di perifer ,serat kolagen
periosteum (3,10) bersambungan dengan serat janringan ikat embrional rongga
sumsum didekatnya (3) dan dekat dengan serat kolangen didalamnya trabekula
tulang (7,11) osteoblast (6,11) secara aktif mengendapkan matriks tulang dan
ditemukan dalam susunan linier disepanjang trabekula tulang (7,11) yang tengah
terbentuk. osteoid (14) yang merupakan matriks tulang yang baru dibentuk
,terlihat ditepi trabekula tulang tertentu.
Osteosit (5) terletak dilakuna trabekula (7,11),osteoklast (13) adalah sel
besar berinti banyak yang berkaitan dengan resorpsi dan remodeling tulan
sewaktu pembentukan tulang.

Pembentukan tulang baru bukanlah proses yang kontinu. muncul daerah


daerah inaktif yang proses osifikasinya secara temporee berhenti. osteoid dan
osteoblast tidak ditemukan di daerah daerah ini. dibeberapa rongga sumsum
primitif , firoblast berdiferensial menjadi osteoblas (3,10)

Osifikasi intramembranosa : pembentuakn tulang tengkorak

Fotomikrogaf pembesaran kuat ini memperlihatkan pembentukan tulang


tengkorak oleh proses osifikasi intramembranosa.jaringan ikat periosteum (5)
mengelilingi tulang yang sedang tumbuh dan menghasilkan osteoblast (1,6) yang
membentuk tulang (7) osteoblast (1,6) terletak di sepanjang trabekula tulang (3)
osteosit (2) dalam lakunanya terperangkap dalam tulang (7) dan trabeluka tulang
(3). trabeluka tulang (3) juga berkaitan dengan osteoklast (8) berinti banyak yang
berfungsi dalam remodeling tulang yang sedang terbentuk. rongga sumsum (4)
primitif dengan pembuluh darah (9) sel darah (9) dan jaringan hemopoietik
terletak diantara trabeluka tulang.

Tulang spongiosa dengan trabeluka dan rongga sumsum : sternum


(potongan transversal ,terdekalsifikasi)

27
Tulang kanselosa (spogiosa) terutama terdiri atas trabekula tulang (5)
ramping yang bercabang .beranastomosis dan menutupi rongga sumsum dengan
pembuluh darah (4) yang ireguler. periosteum (2,7) yang mengelilingi trabeluka
(5) tulang spongiosa bergabung dengan jaringan ikat irefguler padat dengan
pembuluh darah (1) di bawah periosteum (2,7), trabeluka tulang (5) menyatu
dengan lapisan tipis tulang kompak (9) yang mengandung osteon primitif (6) dan
osteon matur (sistem havers ) (8) dengan lamela kosentris.

Kecuali lamela kosentris di soteon primitif (6) dan osteon matur (8) tulang
yang dibawah periosteum (2,) dan trabeluka tulang (5) memperlihatkan lamela
sejajar. osteosit (3) dilakuna terlihat di trabeluka (5) dan tulang kompak

Di antara trabeluka tulang (5) terdapat rongga sumsum dengan pembuluh


darah (4) dan jaringan hemopoietik (11) yang menghasilkan sel darah baru karena
perbesarannya lemah masing masing sel darah merah dan putih tidak dapat
dikenali . trabeluka tulang (5) dirongga sumsum (4) dilapisi oleh suatu lapisan
tipis sel tipis yang disebut endosterum (10) sel sel di periosteum (2,7) dan
diostereum (10) menghasilkan osteoblast pembentukan tulang.

Tulang spongiosa (kanselo): sternum ( potongan transversal terdekalsifikasi)

28
Fotomikograf ini memperlihatkan potongan tulang spongiosa dari strenum.
Tulang spongiosa tersusun dari banyak trabekula tulang (1) yang dipisahkan
rongga sumsum (5) yang mengandung pembuluh darah (7) dan berbagai jenis sel
darah (8). Trabekula tulang (1) dilapisi oleh suatu lapisan tipis dalam sel.sel yang
disebut endosteum (4,6) menghasilkan osteoblast matriks tulang yang telah
terbentuk mengandung banyak osteoit dalam lakuna (2) osteoklast (3) yang besar
dan berinti banyak mengikis atau meremodeling matriks tulang yang telah
terbentu. Osteoklast (1) mengikis bagian tulang melalui kerja enzim dan menetap
di cekungan erosif yang disebut lakuna howship.

Tulang

Tulang merupakan struktur yang dinamis. Tulang secara terus menerus


diperbaharui atau mengalami remodeling sebagai respon terhadap kebutuhan
mineral tubuh,stress mekanis,penipisan akibat usia atau penyakit atau
penyembuhan fraktur kalsium dan fosfat di simpan di matriks tulang atau
dibebaskan kedalam darah untuk mempertahankan kadar yang sesuai pemeliharan
kadar kalsium darah normal sangat penting bagi kehidupan karena kalsium
berperan dalam kontraksi otot ,koagulasi darah,permeabilitas membran sel
,transmisi impuls saraf dan banyak fungsi lainnya.

Hormon mengatur pelepasan kalsium kedalam darah dan pengendapannya


ditulang.jika kadar kalsium turun dibawah normal,hormal paratiroid yang
dilepaskan dari kelenjar paratifoid secara tidak langsung akan mendorong
peningkatan jumlah dan aktivitas osteoklast dengan merangsang osteoblast untuk
memproduksi osteoclast-stimulating (differentiating) factor. Efek ini memicu
peningkatan penguraian matriks tulang oleh osteoklast dan pelepasan
kalsium.selain itu hormon paratiroid juga meningkatkan reabsorsi kalsium
diginjal dan usus halus. Efek hormon ini meningkatkan kadar kalsium dalam
darah kekisaran normal .jika kadar kalsium berada diatas normal terjadi
pembebasan hormon kalsitonin oleh sel parafolikular dikelenjar tiroid yang
menghambat aktifitas osteoklast. Dan menurunkan reabsorsi tulang dan
menurunkan kadar kalsium darah selain itu ginjal meningkatkan eksresi kalsium
dan fosfatnya. Efek-efek ini menurunkan kadar kalsium darah ditubuh.

Tulang kompak, dikeringkan (potongan transversal)

29
Gambar ini memperlihatkan potongan transversal dari sebuah tulang
kompak yang dikeringkan. Tulang digosok menjadi potongan tipis untuk
memperlihatkan kana kanal kosong untuk untuk pembuluh darah .dilakuna untuk
osteosit dan kanalikus penghubung.

Unit struktural sebuah matriks tulang kompak adalah osteon (sistem


havers) (3,10) setiap osteon (3,10) terdiri atas lapisan lapisan lamela (3b)
kosentris yang mengelilingi sebuah kanalis sentralis (havers) (3a) kanalis sentralis
diperlihatkan dalam pemotongan melintang (3a) dan dalam potongan oblik
(10,bagian tengah), lamela merupakan lempeng tipis tulang yang mengandung
osteosit dalam ruang berbentuk buah almond yang disebut lakuna 93c,9) dari
masing masing lakuna menyebut saluran saluran halus kanalikus (2) kesegala
arah. Kanalikus menembus lamela (3b,8) beranastomosis dengan kanalikus (2)
dari lakuna (3c,9) dan membentuk jejaring komunikasi dengan osteosit lain,.
Sebagian dari kanalikus (2) terbuka secara langsung ke dalam kanalis sentralis
(havers )(3a) dari osteon (3) dan rongga sumsum tulang . daerah tulang tulang
yang kecil ireguler di antara osteon osteon (3,10) adalah lamela interensial ( 5,12)
yang merupakan sisa osteon yang telah mengalami erosi atau remodelling.

Lamela sirkumferensial eksternal (7) membentuk dinding luar tulang


kompak (dibawah jaringan ikat periosteum) dan berjalan sejajar satu sama lain
dan dengan sumbu penjang tulang .dinding internal tulang (endosteum
disepanjang rongga sumsum) dilapisi oleh lamela sirkumenfesial internal (1)
osteon (3,10) terletak diantara sirkumferensial interna (1) dan eksternal (7).

Pada tulang hidup lakuna masing – masing osteon (3c,9) mengandung


osteosit. Kanalis sentralis (3a) mengandung jaringan ikat retikuler,pembuluh

30
darah,saraf.batas antara masing masing osteon (3,10) dipertegas oleh garis refaktil
matriks tulang yang mengalami modifikasi yang dinamai secra garis semen (,10)
anastomosis antara kanalis sentralis (3a) disebut kanalis perforans (volkman) (6).

Tulang kompak dikeringkan ( potongan longidutinal )

Gambar ini mewakili sebuah daerah kecil tulang kompak kering, yang
digosok pada bidang longidutinal. Karena kanalis sentralis (1,9) berjalan secara
longidutinal masing-masing kanalis sentralis terlihat sebagai saluran vertikal yang
melihatkan percabangan, kanalis sentralis (1,9) dikelilibngi oleh lamela (2,6)
dengan lakuna ( 4) dan kanalikus (5) berjalan radia lamela (2,6) lakuna (4) dan
tepi tepi osteon . garsi segemn (3,8) berjalan sejajar dengan kanalis sentralis (
1,9).

Kanal lain yang berjalan secara transversal atau oblik disebut kanalis
perforans (volkman) (7). Kanalis perforans (7) menyatuka kanalis sentralis (1,9) .
osteon dengan rongga sumsum. Kanalis perforans (7) tidak memiliki lamela
kosentrik, namun menembus langsung lamela (2,6).

31
Tulang kompak kering : osteon (potongan transversal)

Perbesaran lebih kuat memperlihatkan detil satu osteon dan bagian bagian
osteon di dekatnya di bagian tengah osteon, terdapat kanalis sentralis (havers) (3)
yang berwarna gelap dan dikelilingi oleh lamela kosentris (4). Diantara osteon
osteon yang berdekatan terdapat lamela intersetialis (5).struktur gelap berbentuk
almond diantara lamela lamela (4) adalah lakuna (1,7) yang dihuni oleh osteosit
pada tulang hidup.

Kanalikus (2) kecil memancar dari masing masing lakuna (1,7) ke lakuna
di dekatnya dan membentuk sistem kanalikus (2) yang saling berkomunikasi
diseluruh matriks tulng dan didalam kanalis sentralis (3). Kanalikus(2)
mengandung juluran juluran sitoplasma halus dari osteosit. Dengan cara ini,
osteosit disekitar osteon berkomunikasi satu sama lain dan dengan pembuluh
darah dikanalis sentralis. Batas luar osteon dipisahkan oleh garis segmen (6)

Ringkasan

Karakteristik tulang

 Terdiri atas sel,serat jaringan ikat dan bahan ekstrasel

32
 Mineral yang mengendap di matriks tulang menyebabkan struktur menjadi
keras untuk melindungi berbagai organ
 Berfungsi dalam hemopoiesis dan merupakan tempat cadangan kalsium
dan mineral

Mikroasitektur tulang

 Semua tulang memperlihatkan histologi yang serupa terdapat dua jenis


tulang
 Tulang kompak adalah bagian silindris luar pada tulang panjang
 Tulang yang berada di dalam dekat dengan sumsum tulang adalah tulang
kanselosa (spongiosa)
 Pada neonatus,sumsum tulang tampak merah dan hemopoietik : pada
dewasa sumsum tulang panjang tampak kuning
 Lamela sirkumferensial luar terletak disebelah dalam periosteum
 Lamela sirkumferensial dalam terletak disekeliling sumsum tulang
 Lamela konsentris membentuk osteon pada tulang kompak dan
mengelilingi kanalis sentralis
 Sebagian besar osteon, berorientasi dalam sumbu tulang panjang

Jenis tulang

 Orientasi serat kolagen menunjukan jenis tulang


 Tulang kompak dan spongiosa memperlihatkan struktur mikrokopis yang
serupa
 Tulang anyam (imatur) memiliki orientasi serat kolagen yang acak dan
bersifat nonlamelar
 Tulang lamelar (matur) dengan lamela kosentris di sekitar kanalis sentralis
ditemukan pada orang dewasa
 Pada tulang lamelar, serat kolagen memperlihatkan susunan paralel yang
mengikuti bentuk heliks
 Osteosit dalam tulang lamelar tersusun di sekililing kanalis sentralis

Sel tulang dan fungsinya

 Sel osteoprogenitor berasal dari mesenkim dan terletak dilapisan dalam


periosteum,endosteum,osteon, dan kanalis yang berdiferensial menjadi
osteoblast

33
 Osteoblast beradadipermukaan tulang dan membentuk matriks osteoid
dengan serat kolagen berbagai glikoprotein
 Osteoblastmengeluarkan vesikel vesikel matriks yang membentuk
hidroksiapatit dan kalsifikasi osteoid
 Osteosit adalah osteoblast matur, bercabang terletak dalam lakuna,
mengunakan kanalikulus untuk berkomunikasi dan melakukan pertukaran
produk metabolisme dan nutrien
 Osteosit mempertahankan homoestasis tulang dan kosentrasi kalsium dan
fosfat darah
 Osteoklast adalah sel berinti banyak yang berperan dalam resorbsi,
remodeling dan perbaikan tulang
 Osteoklast berasal dari turunan sel mononuklear makrofag-monositdan
ditemukan di cekungan yang terbentuk oleh kerja enzim (lakuna howship).

Matriks tulang

 Memiliki banyak pembuluh darah dari periosteum untuk membantu difusi


melalui matriks terkalsifikasi
 Komponen organik tulang menahan tegangan,sedangkan komponen
mineral menahan tekanan
 Komponen organik utama adalah serat kolagen tipe1 kasar
 Komponen inorganik adalah kalsium dan fosfat dalam bentuk kristal
hidroksiapatit
 Hormon dari kelenjar paratiroid( hormon paratiroid) dan kelenjar tiroid
(kalsitonin) berperan untuk mempertahankan kandungan mineral darah
yang sesuai.

Proses pembentukan tulang (osifikasi)

 Sebagian besar tulang terbentuk melalui proses ini ,denganmodel kartilago


hialin mendahului terbentuknya tulang
 Model kartilago hialin bertambah dalam dimensi panjang dan lebar,lalu
mengalami kalsifikasi dan kondrosit mati
 Sel mesenkim di periosteum berdiferensial menjadi sel osteoprogenitor
dan membentuk osteoblast

 Osteoblast mensintesis matriks osteoid,yang mengalami kalsifikasi dan


mengurung osteoblastdalam lakuna sebagai osteosit
 Osteosit membentuk komunikasi antarsel melalui kanalikus yang
berhubungan dengan saluran darah
 Pusat osifikasi primer terbentuk di diafisis dan pusat osifikasi sekunder

34
 Lempeng epifisis antara diafisis dan epifisis memungkinkan pertambahan
panjang tulang
 Pada akhirnya semua kartilago akan digantikan oleh tulang kecuali
kartilago sendi

Osifikasi intramembranosa

 Sel mesenkim berdiferensiasi langsung menjadi osteoblast


 Osteoblast menghasilkan matriks osteoid yang cepat mengalami kalsifikasi
 Osteoblast pada awalnya membentuk tulang spogiosa yang terdiri atas
trabekula dan menangkap osteosit
 Maandibula,maksila,klavikula dan tulang tengkorak yang pipih terbentuk
melalui proses ini
 Fontanel pada neotanus mewakili osifikasi intramembranosa yang sedang
berlangsung

Jenis tulang

 Di tulang panjang, bagian luar adalah tulang kompak ,dan permukaan


dalam adalah tulang spongiosa
 Kedua jenis tulang memiliki gambaran mikroskopis yang sama
 Pada tulang kompak serat serat kolagen tersusun dalam lamela
 Lamela disebelah dalam periosteum adalah lamela sirkumfernsial luar
 Lamela yang mengelilingi sumsum tulang adalah lamela sirkumferensial
dalam
 Lamela yang mengelilingi pembuluh darah, saraf,dan jaringan ikat longgar
adalah osteon
 Didalam osteon terdapat kanalis sentralis yang ditemukan disebagian
tulang besar kompak

Kolerasi fungsional tulang

 Secara terus menerus mengalami remodeling sebagai respons terhadap


kebutuhan mineral,stres mekanis,penipisan atau penyakit
 Memelihara kadar kalsium darah yang normal:penting bagi fungsi banyak
organ dan kehidupan
 Hormon paratiroid meningkatkan kadar kalsium dengan cara merangsang
osteoklast untuk meresorpsi tulang secara tidak langsung serta
meningkatkan reabsorpsi kalsium di ginjal dan usus halus
 Hormon dari sel parafolikuler kelenjar tiroid melawan kerja hormon
paratiroid

35
 Kalsitonin menghambat osteoklast,menurunkan reabsorsi kalsium,dan
meningkatkan eksresi kalsium di ginjal.

Sendi dan Membran Jaringan Sinovial

Tulang belulang saling berhubungan melalu berbagai jenis sendi atau


artikulasi. Tulang belulang tengkorak saling mengisi dan dihubungkan oleh
ligament sutura, lapisan jaringan ikat padat tipis yang tidak memungkinkan
gerakan. Pada artikulasio vertebra, vertebra berurutan dihubungkan oleh diskus
intervertebral, terdiri atas jaringan ikat padat dan tulang rawan yang
memungkinkan sedikit gerakan. Pada sendi tungkai, ujung tulang ditutupi tulang
rawan dan dikeililingi oyang cukup luas. Sendi yang hampir tidak memungkinkan
gerakan disebut sinartrosis. Dalam kategori ini, tulang yang langsung
berhubungan dengan tulang disebut sinostosis. Yang tulangnya dihubungkan
melalui tulang rawan adalah sinkondrosis. Yang dihubungkan jaringan ikat adalah
sindesmosis. Sendi yang memungkinkan gerak bebas tulang-tulangnya disebut
diartrosis.

Pada diartrosis, permukaan sendi dari tulang ditutupi tulang rawan hialin
dan dibungkus dalam simpai sendi. Simpai ini terdiri dari lapis fibrosa luar dari
jaringan ikat padat yang menyatu dengan periosteum tulang dan lapis synovial
(sinovium) dalam setebal 25 µm, yang lebih seluler. Yang terakhir ini kadang-
kadang disebut sebagai membran synovial, namun istilah ini menyesatkan karena
mengesankan pelapis epitel seperti ditemukan pada rongga badan lain. Tidak ada
pelapis sel utuh. Di atas sebagian besar permukaannya, jaringan ikat dari
sinovium terpapar langsung pada cairan synovial dalam rongga sendi. Dua jenis
sel ditemukan pada atau dekat permukaan: sel mirip fibroblas yang menghasilkan
kolagen, protoglikan, dan komponen lain dari interstisium, dan makrofag yang
membersihkan debris akibat aus dalam sendi. Limfosit terdapat, dalam jumlah
terbatas, pada lapisan lebih dalam sinovium.

Tempat sinovium membungkus ligament dan tendo intraartikuler atau


melapisi bagian-bagian sendi yang menahan tekanan kuat, ia duduk langsung di
atas lapis fibrosa. Di tempat lain, ia terpisah darinya oleh jaringan ikat longgar
atau jaringan lemak. Pada daerah ini, lipatan atau vili berbasis lebar dari sinovium
terjulur ke dalam rongga sendi. Vili ini bertambah besar dan jumlahnya dengan
meningkatnya umur, dan pulau-pulau tulang rawan mungkin terbentuk di
dalamnya.

36
Sinovium sangat vaskuler dengan anyaman luas kapiler 10 µm di bawah
permukaan. Sekitar setengah dari kapiler itu bertingkap, umumnya pada sisi kea
rah rongga sendi. Cairan sinovial adalah transudat dari air dan zat terlarut dari
darah dan, karenanya, memiliki komposisi serupa dengan cairan interstisial
jaringan pada umumnya. Pada cairan ini, ditambahkan hialuronat dan sebuah
glikoprotein, lubrisin, dan keduanya adalah molekul dengan sifat pelumas.
Mereka itu diduga disekresikan oleh sel mirip fibroblast dari sinovium. Juga
terdapat dalam jumlah kecil adalah glikoprotein lain yang umumnya ditemukan
dalam tulang rawan tempat mereka menstabilkan ikatan monomer proteoglikan
pada asam hialuronat membentuk agregat. Protein pengikat ini disintesis oleh sel-
sel synovial dalam biakan namun fungsinya, jika ada, cairan synovial tidak
diketahui. Sedikit monosit dan limfosit terdapat dalam cairan sinovial.

Pertukaran cairan dalam sendi diartrosis tergantung pada pembaruannya


oleh transudasi dari kapiler darah ke dalam rongga sendi dan pada keluarnya
melalui gerakan transsinovial dari cairan dan makromolekul ke kapiler limfa,
dibantu peningkatan sementara tekanan yang dihasilkan fleksi intermiten pada
sendi.

37
KATA PENUTUP

Demikianlah yang dapat kami paparkan mengenai jaringan tulang.


Tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penyusunannya.
Karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya pengalaman dengan pembuatan
makalah ini.

Kami berharap para pembaca yang budiman dapat member kritik dan
saran yang membangun kepada kami selaku penulis demi menyempurnakan
makalah ini dan memperbaiki penulisan makalah selanjutnya. Semoga makalah
ini dapat berguna bagi kami maupun pembaca.

Penulis

38
Daftar Pustaka

Eroschenko. Victor P.2012.ATLAS HISTOLOGI diFORE: DENGAN KORELASI


FUNGSIONAL, Ed. 11.Jakarta:EGC

Fawcett, Don W.2002.Buku Ajar Histologi Ed. 12.Jakarta:EGC

39
MAKALAH SITOHISTOLOGI
“JARINGAN TULANG”

disusun oleh:
Kelompok 5
Kelas A Semester 2
1. Anisa Pramadini
2. Elsya
3. Nofi Aryani

Tahun Ajaran 2018

40
41

Anda mungkin juga menyukai