Anda di halaman 1dari 21

Etika Profesi

“Perawat Bedah’’
Kelompok 2 ( Kelas A )
Niken Larasati (1010171179)
Muhammad Ramadhan (1010171016)
Tamara Almaida (1010171041)
Dina Novita Rahmi (1010171049)
Siti Diana Sofiya (1010171150)
Desi Puspita sari (1010171007)
Mitha Widyasari (1010171049)
Definisi
Etika profesi perawat bedah merupakan bagian dari
keperawatan, dalam bentuk pelayanan profesional
yang merupakan bagian integral dari pelayanan
kesehatan,pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang
komprihensif ditujukan pada individu, keluarga dan
masyarakat baik sakit maupun sehat yang mencakup
seluruh proses kehidupan manusia.
Peraturan yang mendukung

1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan


2. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/148/1/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan
Praktik Perawat sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 17 Tahun 2013
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 473)
5. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2013 tentang Registrasi Tenaga Kesehatan
6. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 49 Tahun 2013 tentang Komite Keperawatan Rumah Sakit
7. Undang-undang Republik Indonesia No 29 Th 2004 tentang Praktek Kedokteran
8. Peraturan Menteri Kesehatan No 585/ Menkes/Per/IX/1989/ Tentang Pesetujuan Tindakan Medik
Ruang Lingkup

Ruang lingkup pelayanan Instalasi Bedah


Sentral, meliputi Memberikan Pelayanan
untuk menunjang pelayanan anestesiologi
dan memberikan pelayanan untuk menunjang
pelayanan pembedahan spesialistik dan
subspesialistik
1. Cakupan pelayanan anastesi
Pelayanan anastesi di rumah sakit harus seragam sesuai
dengan pedoman dan standar pelayanan operasional yang
ada. Dokter anasthesi yang bertugas bertanggung jawab
terhadap semua tindakan anasthesi

2. Cakupan pelayanan kamar bedah.


Pelayanan bedah yang dapat dilakukan di kamar bedah
meliputi pelayanan bedah orthopedi, bedah syaraf, bedah
plastik, bedah urologi, bedah digestif, bedah onkologi,
kebidanan, THT, Mata, Bedah Mulut, Bedah Toraks
Kardiovaskuler, Pulmonologi Intervesnsi, Penyakit dalam
(KGEH), dan Pelayanan Spesialis anak pada Bayi baru lahir
3. Jenis operasi menurut waktunya
a. Operasi elektif dilakukan dengan perencanaan dan
penjadwalan yang sudah disetujui dokter anasthesi dan
dokter bedah.
b. Operasi emergensi dilakukan pada semua pasien yang
harus segera diambil tindakan pembedahan dalam waktu
golden periode
Strata Pendidikan
SPK atau SMK atau Diploma I (D1) Keperawatan
Untuk saat ini Lulusannya di daya gunakan menjadi NURSE aids atau Assisten Perawat. Beberapa Rumah sakit
untuk alasan Cost effective masih menggunakan jasa SPK atau SMK Keperawatan bahkan Homecare.
Penjurusan ini pun masih dalam perdebatan di Kalangan klinis Keperawatan.

Diploma III (D3)


Pendidikan Diploma 3 Keperawatan, disebut juga dengan Akademi Keperawatan (Akper). Lama pendidikan 3
tahun. Lulusan Akper disebut juga Perawat vocasional atau Perawat terampil. Setelah tamat dari Akper, kamu
akan menyandang gelar Ahli Madya Keperawatan (AMd,Kep)

Diploma IV (D4)
D4 memiliki KUALIFIKASI yang sama dengan S1, namun KOMPETENSI-nya berbeda. Pendidikan vokasi
merupakan Pendidikan Tinggi program diploma yang menyiapkan Mahasiswa untuk pekerjaan dengan keahlian
terapan tertentu sampai program sarjana terapan. D4 sendiri dengan Lulusan Jurusan Keperawatan akan
mendapatkan gelar Sarjana Sains Terapan (S.ST) yang didapatkan setelah melalui tahap praktek klinik dengan
masa pendidikan 8 semester hingga 10 semester.
S1 Keperawatan + Ners
Di karenakan S1 keperawatan harus melengkapi diri dengan profesi sebagai syarat bekerja
sebagai KLINISI atau Rumah Sakit. Pasalnya NERS atau Professi itu adalah Acuan untuk
bekerja di Rumah Sakit. Kompetensi yang di dapat saat NERS adalah nilai baku yang di gunakan
nanti saat Berpraktik Sebagai Klinisi, baik di Rumah Sakit ataupun Perusahaan Berkelas
International.
Lama dari pendidikan S1 8 semester dan ditambah Ners sekitar 2 semester, total 10 semester.
Untuk gelar S1 yaitu (S.Kep). ditambah Ners yaitu (Ns. S.Kep).

S2 Keperawatan dan Profesi


Mereka yang menempuh S2 Keperawatan bisa mencapai karir ke MANAGERIAL atau DOSEN,
CONSULTANT NURSE, Kepala Bidang Keperawatan Atau Memimpin sekelas PPNI
(Persatuan Perawat Nasional Indonesia), Atau membidangi urusan medis di jalur independent
atau anggota dewan.
Contoh : Keperawatan Medikal Bedah (Sp.KMB)

Sesuai dengan amanah UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 tersebut Organisasi Profesi yaitu
Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) dan Asosiasi Pendidikan Ners Indonesia (AIPNI),
bersama dukungan dari Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas)
Kode Etik Perawat Bedah

• Etika Profesi digariskan dalam kode etik yang


bersumber dari martabat dan hak manusia (yang
memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari
profesi
• Disusun oleh PPNI di Jakarta 29 November 1989
• Kode etik perawat memiliki 5 Bab dan 16 Pasal
Bab 1, terdiri dari empat pasal,menjelaskan tentang tanggung
jawab perawat terhadap individu, keluarga, dan masyarakat
Bab 2, terdiri daari lima pasal,menjelaskan tentang tanggung
jawab perawat terhadap tugasnya
Bab 3, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tentang tanggung
jawab perawat terhadap sesama perawat dan profesi kesehatan
lain
Bab 4, terdiri dari empat pasal, menjelaskan tentang tanggung
jawab terhadap perawat terhadap profesi keperawatan
Bab 5, terdiri dari dua pasal, menjelaskan tentang tanggung
jawab terhadap pemerintah, bangsa, dan tanah air
Contoh Kasus
Kasus ini terjadi pada tahun 2012 dimana korban bernama sudeh (42) datang
ke “KLINIK HARAPAN” yang menjadi tempat praktek oknum perawat B di desa
pakong, pamekasan.
Ketika itu korban mengeluh pusing-pusing, oleh oknum B disarankan untuk
dibedah karena dibagian punggung korban terdapat benjolan yang diduga
sebagai penyebab penyakit yang dideritanya.
Saat itu keluarga korban sudah meminta untuk dirujuk ke RS setempat, akan
tetapi oknum B mengaku sebagai dokter sepesialis bedah yang bisa
melakukan tindakan medis tersebut. Atas saran oknum B tersebut keluarga
korban akhirnya setuju untuk di operasi di klinik oleh oknum perawat B
Setelah operasi teryata kondisi korban tidak membaik bahkan
pandangan mata kian kabur, pendengaran terganggu dan
kemudian lumpuh. Lalu keluarga korban memeriksakan ke
RS DR.Soetomo, surabaya. Hasil pemeriksaan menyatakan
sarafnya ada yang putus akibat operasi yang dilakukan oleh
oknum perawat B tersebut.
Pada tanggal 18 september 2013 korban akhirnya meninggal
dunia dan keluarga korban melaporkan kasus ini ke mapolres
pamekasan.
Tanggal 26 september 2013 diberitakan tim penyidik polres pamekasan
menjerat pasal berlapis pada oknum perawat B yang teryata perawat IGD
RSD.Pamekasan karna terbukti melakukan malpraktik hingga menyebabkan
pasienya meninggal dunia.
Oknum B juga mengaku sebagai dokter sepesialis bedah dan membuka
praktik pengobatan yang seharusnya hanya dilakukan dokter.
Tanggal 10 oktober 2013 PPNI pamekasan jawa timur akhirnya memberi
sangsi kepada oknum perawat B, setelah terbukti melakukan malpraktik
hingga menyebabkan pasienya lumpuh dan akhirnya meninggal dunia.
Sanksi yang diberikan berupa mencabut izin praktik mandirinya.
Kendatipun telah mendapat sangsi , PPNI tetap memberikan pendampingan di
pengadilan apabila dibutuhkan.
Analisa Kasus
1. Menurut tim penyidik polres pamekasan oknum perawat B melanggar
pasal 73 UU nomer 29 tahun 2004 tentang praktik kedokteran , yang isinya
; setiap orang dilarang menggunakan identitas berupa gelar atau bentuk
lain yang menimbulkan kesan bagi masyarakat seolah-olah yang
bersangkutan adalah dokter atau dokter gigi yang telah memiliki surat
tanda registrasi dan/ atau surat izin praktik.
2. Pasal 78 UU nomer 29 tahun 2004 disebutkan, setiap orang yang dengan
sengaja menggunakan alat, metode atau cara-cara lain dalam memberikan
pelayanan kepada masyarakat yang menimbulkan kesan seolah-olah yang
bersangkutan adalah dokter maka dipidana dengan pidana penjara paling
lama 5 (lima) tahun atau denda paling banyak Rp.150.000.000,00 (seratus
lima puluh juta rupiah).
3. Pasal 106 UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan disebutkan bahwa,
sediaan farmasi dan alat kesehatan hanya dapat diedarkan setelah mendapat
izin edar.
4. Pasal 197 yang menyebutkan bahwa setiap orang yang dengan sengaja
memproduksi atau mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan
yang tidak memiliki izin edar, akan dipidana dengan pidana penjara paling lama
15 (lima belas) tahun dan denda paling banyak Rp1.500.000.000,00 (satu miliar
lima ratus juta rupiah).
5. Bab 2 pasal 5 kode etik perawat diyatakan perawat senantiasa memelihara
mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai kejujuran profesional dalam
menerapkan pengetahuan serta keterampilan keperawatan sesuai dengan
kebutuhan individu, keluarga dan masyarakat.
6. pasal 359 KUHP dinyatakan barang siapa karena kelalaianya
mengakibatkan hilangnya nyawa orang lain , maka dihukum.

Maka sudah sewajarnya pelaku dijerat pasal berlapis bukan hanya melanggar
kode etik perawat tapi juga melakukan penipuan dengan mengaku sebagai
dokter bedah hingga menghilangkan nyawa orang lain .
Sebagai efek jera bagi pelaku juga peringatan bagi tenaga kesehatan yang lain
agar menjalankan profesinya sesuai dengan hukum yang berlaku dan kode
etik profesi yang berlaku
Saran
Dengan banyaknya tuntutan pelayanan profesional melalui
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang apabila
melakukan kesalahan dan kelalaian akan diperhadapkan pada
suatu tuntutan baik dari organisasi profesi, organisasi pelayanan
kesehatan, dan tututan hukum. Oleh sebab itu kita dituntut untuk
bekerja sesuai dengan kode etik dan hukum yang berlaku dan
terus meningkatkan ilmu pengetahuan agar mampu memberikan
pelayanan kesehatan secara sempurna tanpa harus menipu atau
merugikan pasien/masyarakat.
Kesimpulan
• Malpraktek dapat terjadi karena tindakan yang disengaja
(intentional) seperti pada misconduct tertentu, tindakan
kelalaian, ataupun suatu kekurang-mahiran/ketidakkompetena
yang tidak beralasan.
• Berdasarkan uraian sebelumnya, jelas bahwa masalah
malpraktek bersifat kompleks karena berbagai faktor yang
terkait di dalamnya. Perawat profesional dituntut untuk selalu
meningkatkan kemampuannya untuk mengikuti perkembangan
yang terjadi, baik perkembangan IPTEK khusunya IPTEK
keperawatan serta tuntunan dan kebutuhan masyarakat yang
semakin meningkat.
Daftar Pustaka

• https://aboutperawat.blogspot.com/2017/12/jenja
ng-pendidikan-keperawatan-yang.html?m=1
• https://www.academia.edu/31834467/Pedoman_
Pelayanan_Bedah
• Surabaya.tribunnews.com
• www.academia.edu/11042415/kasus_malpraktek
_di_pemekasan_madura
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai