sayuran dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ikan lele (Clarias sp) dipelihara
Data kecepatan pertumbuhan berat (gram) rata-rata ikan lele (Clarias Sp.)
Pada (Lampiran 7) selama masa pemeliharaan dapat dilihat pada tabel dibawah
ini:
ikan lele yang dipelihara selama 30 hari,yaitu pada perlakuan A sebesar 15,48
(Clarias Sp).
Pada tabel 3 dapat dilihat perbedaan pertumbuhan bobot mutlak ikan lele
15,48 gram dan juga pada perlakuan C, sebesar yaitu 14,79 dan yang terendah
pada perlakuan D, yaitu sebesar 10,59 gram. Hal ini dikarenakan pada perlakuan
D diduga karena sifat agresif pada ikan lele membuat ikan banyak menghabiskan
energi dari pakan yang dimakan sehingga bobot mutlak ikan lele lebih rendah
diduga karena perlakuan B padat tebarnya sesuai dengan kondisi ikan sehingga
terjadi dengan baik, hal ini mengakibatkan bobot mutlak pada perlakuan B terbaik
hasil uji proksimat protein rendah sebesar 10,49% masih belum sesuai dengan
kondisi ikan hal ini mengakibatkan tingkat persaingan dalam berebut pakan tinggi
Hasil uji normalitas data duga galat pertumbuhan berat mutlak ikan
lele (Lampiran 8b) didapat nilai sig 0,070 > sig p (0,05) yang berarti data
menyebar normal dan hasil uji homogenitas pertumbuhan berat mutlak ikan lele
(Lampiran 8c) data pertumbuhan berat mutlak dengan nilai sig 0,124 > sig p
(0,05) yang berarti data pertumbuhan berat mutlak ikan lele homogen. Hasil
ANOVA data pertumbuhan berat mutlak dengan nilai sig 0,614 > sig p (0,05)
ataudengan nilai F hitung (0,633) < F tabel 5% (4,07) pada (Lampiran 8d ) yang
dengan dosis berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan ikan lele.
Pertumbuhan didefenisikan sebagai perubahan ikan dalam berat, ukuran
faktor-faktor yang berhubungan dengan ikan yang meliputi sifat fisika dan kimia
air, ruang gerak dan ketersediaan makanan dari segi kualitas dan kuantitas
rata pertumbuhan berat relatif ikan lele pada (Lampiran 10) pada setiap
Tabel 5. Rerata Pertumbuhan Berat Relatif (%) Ikan Lele Selama Masa
Pemeliharaan
Rerata Pertumbuhan Berat Relatif (%)
Perlakuan Pengamatan Rerata
AWAL (gr) AKHIR (gr) Pertumbuhan
Berat Relatif
(%)
A 6,75 24,57 15,5
B 6,73 22,64 15,9
C 6,38 21,17 2,27
D 6,66 17,25 10,6
Sumber : Data Primer Diolah 2022
Dapat dilihat pada Tabel 5 menunjukkan rerata pertumbuhan berat relatif
ikan lele selama 30 hari yaitu pada perlakuan A sebesar 15,5%, perlakuan B
tertinggi adalah perlakuan B, dan perlakuan yang terkecil pada perlakuan C dan
Perlakuan D .
Hasil uji normalitas ( Lampiran 10b ) data duga galat pertumbuhan berat
relatif ikan lele di dapat nilai sig 0,200 > sig p (0,05) yang berarti data menyebar
normal dan hasil uji homogenitas (Lampran 10c ) pertumbuhan berat relatif ikan
lele di dapat nilai sig 0,998 > sig p (0,05) yang berarti data pertumbuhan berat
relatif ikan lele homogen. Hasil ANOVA (Lampiran 7,4) data pertumbuhan berat
relatif dengan sig 0,420 > sig p (0,05) atau dengan nilai F hitung (1,054) < F tabel
berat menunjukkan adanya perkembangan berat ikan dalam kurun waktu 30 hari.
ukuran panjang atau berat dalam suatu waktu.Ikan dapat tumbuh optimal jika
memperoleh makanan dalam jumlah yang cukup dan gizi seimbang. Pakan yang
baik akan memberikan pertumbuhan yang baik pula. Apabila pakan yang
panjang ikan lele yang dipelihara selama 30 hari, yaitu pada perlakuan A sebesar
2,44 cm, perlakuan B sebesar 2,27 cm, perlakuan C sebesar 2,13 cm dan
lele tertinggi terdapat pada perlakuan A sebesar 2,44 dan perlakuan C, yang
panjang mengalami perpanjangan dari tahap awal penelitian hingga tahap akhir
ikan dalam kurun waktu 30 hari. Dapat dilihat untuk rata-rata pertumbuhan
panjang mutlak ikan Lele terdapat pada perlakuan terdapat pada perlakuan A
sebesar 2,44 gram dan pertambahan panjang terendah di perlakuan C sebesar 2,13
gram.
A. Pertumbuhan Panjang Relatif (%) Ikan Lele
pertumbuhan panjang ikan Lele (Lampiran 11) pada setiap perlakuannya yang
Tabel 7. Rerata Pertumbuhan Panjang Relatif (%) Ikan Lele Selama Masa
Pemeliharaan
Rerata Pertumbuhan
Perlakuan Panjang (gr) Pertumbuhan Panjang Relatif (%)
Awal Akhir
relatif ikan lele selama 30 hari yaitu pada perlakuan A sebesar 2,44%, perlakuan B
sebesar 2,27%, perlakuan C sebesar 2,13% dan perlakuan D 2,17 Perlakuan yang
panjang relatif ikan lele di dapat nilai sig 0,200 > sig p (0,05) yang berarti data
menyebar normal dan hasil uji homogenitas (Lampiran 13c) pertumbuhan panjang
relatif ikan lele di dapat nilai sig 0,323 > sig p (0,05) yang berarti data
atau F hit (3,783) < dari F tab 5% (4,07), sehingga terima Ho dan tolak Hi, yaitu
Tabel 8. Rerata Nilai Konversi Pakan Ikan Lele Selama Masa Pemeliharaan
Berat (gr) Nilai
Perlakua Jumlah
Ikan Mati (gr) Konversi
n Awal Akhir Pakan (gr)
Pakan
pakan yang diberikan pada ikan lele yang dipelihara selama 30 hari yaitu
perlakuan A (pertumbuhan berat awal 6,75 gram dan akhir 22,23 gram, ikan yang
mati 0,40 gram, jumlah pakan yang diberikan 18,2 gram dan nilai konversi pakan
1,15). perlakuan B (pertumbuhan berat awal 6,73 gram dan akhir 22,64 gram, ikan
yang mati 4,98, jumlah pakan yang diberikan 18,5 gram dan nilai konversi pakan
0,79), perlakuan C (pertumbuhan berat awal 6,38 gram dan akhir 21,17 gram, ikan
yang mati 3,60 gram, jumlah pakan yang diberikan 17,1 gr dan nilai konversi
pakan 17,1).
Hasil perhitungan nilai konversi pakan ikan lele termasuk dalam kategori
baik. Sesuai dengan pendapat Mudjiman (2011) di dalam (Iskandar & Elrifadah,
2015) yang menyatakan bahwa konversi makanan pada ikan berkisar antara 1,5 –
8.
Hasil uji normalitas (Lampiran 16b) nilai duga galat nilai konversi pakan
ikan lele di dapat nilai sig 0,166 > sig p (0,05) yang berarti data menyebar normal
dan hasil uji homogenitas (Lampiran 16c) di dapat nilai sig 0,142 > sig p (0,05)
hasil Uji ANOVA (Lampiran 16d) konversi pakan, dapat dilihat untuk konversi
pakan nilai sig 0,293< sig p (0,05) dan F hitung 1,476 > F tabel 5% (4,07) yang
berarti pakan yang berbeda tidak berpengaruh nyata terhadap nilai konversi pakan
ikan lele
sayuran dengan dosis yang berbeda tidak berpengaruh terhadap nilai konversi
pakan ikan lele, hal ini dikarenakan nilai konversi pakan merupakan nilai yang
menunjukkan seberapa besar pakan yang dimakan oleh ikan dapat diubah menjadi
biomassa pada tubuh ikan. sehingga padat tebar tidak berpengaruh langsung
terhadap nilai konversi pakan (Fry et al., 2018 di dalam (Nurhayati & Nazlia,
2019).
F. Sintasan
Data ikan mai selama pengamatan dapat di lihat pada (Lampiran 17) hasil
rerata kelangsungan hidup ikan lele pada setiap perlakuan selama 30 hari dapat
terendah.
Hasil uji normalitas (Lampiran 19 b) data duga galat sintasan ikan lele di
dapat nilai sig 0,004 < sig p (0,05) yang berarti data menyebar tidak normal dan
hasil uji homogenitas (Lampiran 19c) di dapat nilai sig 0,002 < sig p (0,05) yang
berarti data kelangsungan hidup ikan lele tidak homogen.Uji ANOVA (Lampiran
19e) data sintasan galat dengan sig 0,583 > sig p (0,05)atau dengan F hitung
(0,691) < F tabel 5% ( 4,07 ) yang berarti terima hipotesis Ho dan tolak hipotesis
Hi yaitu pemberian limbah sayuran dengan dosis yang berbeda tidak berpengaruh
sintasan, di dapat nilai sig 0,009 < sig p (0,05) dan F hitung 8,000 > F tabel 5%
(4,07) sehingga pemberian pakan berbasis limbah sayuran dengan dosis yang
G. Faktor Kondisi
Faktor kondisi merupakan keadaan baik dari ikan yang dapat dilihat dari
hasil penelitian ini rata –rata faktor kondisi (Lampiran 20) sebesar 1,02
montok dan jika nilai faktor kondisi berkisar 1 –2 menunjukkan tubuh ikan kurus.
Pada Tabel akhir rerata faktor kondisi dapat diliha pada perlakuan A
dengan nilai sabesar 1,39 gr/mm3 ,Perlakuan B 2,43 gr/mm3 ,dan perlakuan C
2,38 gr/mm3 ,serta Perlakuan D 1,54 gr/mm3 . Data terbesar terdapat pada
perlakuan B sebesar 2,43 gr/mm3 dan diikuti data terkecil pada faktor kondisi
ikan lele terdapat di perlakuan A sebesar 1,39 gr/mm3 . Dalam penelitian ini ikan
lele yang diberi pakan limbah sayuran tergolong sedang, walaupun dalam
pemberian pakan memenuhi 2 –3 kg. Hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor lain
bahwa pertumbuhan ikan dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal.
Faktor eksternal meliputi: jumlah dan mutu makanan, kualitas air dan ruang
H. Proksimat
Hasil uji proksimat limbah sayuran yang dicampurkan pakan pelet pada
setiap perlakuan B,C, dan D dapat dilihat pada (Lampiran 23 ). Pada pakan B
( Dosis limbah sayuran 75% + pelet 25%/pakan harian) dengan parameter uji
kadar air yaitu 10,25% dan kadar abu 10,57% dan protein 10,47% dan lemak
kasar 9,06% dan serat kasar 12,08%. Pakan C (Dosis limbah sayuran 50%+ pelet
50%/pakan harian) dengan parameter uji kadar air yaitu 10,04% dan kadar abu
10,20% dan protein 10,51% dan lemak kasar 9,27% dan serat kasar
parameter uji serat kasar yaitu 12,48% dan parameter terendah pada pakan B
Tetapi yang paling baik dan bagus untuk meningkatkan pertumbuhan ikan
lele yaitu pakan pada perlakuan B dimana hampir cukup baik,. Hal ini sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Shafrudin (2006) bahwa pakan yang baik
digunakan untuk pertumbuhan ikan lele memiliki nilai kandungan protein 40%.
Karbohidrat dalam pakan ikan dapat berkisar antara 10-50% (Sutikno, 2011).
Menurut Sahwan (2002) kadar air pakan sebaiknya lebih baik tidak lebih besar
dari 12%. Tingkat kekeringan pakan ini sangat menentukan daya tahan pakan
karena apabila pakan buatan mengandung banyak air maka akan menjadi lembab.
Dalam kondisi ini apabila pakan disimpan terlalu lama akan ditumbuhi jamur.
Kadar abu yang baik dalam pakan sebaiknya kurang dari 13%. Abu berpengaruh
mengatakan bahwa hasil uji analisis protein nutrisi limbah ampas tahu
cukup tinggi yaitu sebesar 82-91%. Maka limbah tulang ikan, limbah
udang, limbah ampas tahu dan limbah bulu ayam/unggas dapat dijadikan
sebagai bahan tambahan untuk dijadikan sebagai pelet pakan ikan. Sehingga
tahu (25,96%) dan limbah bulu ayam/ unggas (82-91%) dapat mempengaruhi
kandungan protein yang cukup tinggi dan sesuai standar SNI 017242-2006
dalam upaya pembuatan pelet pakan yang mengandung protein minimal 25%
untuk ikan.
dengan parameter uji kadar air yaitu 10,47% dan kadar abu 10,28% dan protein
12,48% dan lemak kasar 10,57% dan serat kasar 10,04%. Pelet yang diperlukan
untuk ikan adalah pelet ikan yang berkualitas baik yang mengandung protein,
dengan kadar kandungan nutrisi protein sebesar (20 - 60%), lemak (4-18%),
et.,al 2015).
Kandungan zat gizi protein limbah sayuran dalam penelitia ini rendah.
penambahan dari limbah tulang ikan, limbah udang, limbah ampas tahu
kandungan zat gizi protein yang tinggi hingga mencapai kandungan protein
pengukuran kualitas air dan diperoleh data kualitas air sebagai berikut :
Rata-rata Suhu Air Pagi hari Selama Masa Pemeliharaan dapat dilihat
pada (Lampiran 22) menunjukkan bahwa rata-rata suhu air pagi pada perlakuan A
pada pengamatan hri ke 0 yaitu 26,700C, hari ke 10 yaitu 26,530C, dan hari ke 20
yaitu 26,670C, hari ke 10 yaitu 26,500C, dan hari ke 20 yaitu 26,200C dan harike
pada pengamatan hari ke 0 yaitu 26,730C, hari ke 10 yaitu 26,970C, dan hari ke 20
yaitu 26,330C dan harike 30 26,170C. Suhu rata-rata pagi tertinggi terdapat pada
Hasil pengukuran suhu air pagi pada setiap perlakukan selama masa
pemeliharaan termasuk pada kategori suhu optimal untuk pertumbuhan ikan lele.
Sesuai dengan pernyataan (Kordi, 2010) suhu optimal untuk pertumbuhan ikan
Dapat dilihat pada (Lampiran 23) menunjukkan bahwa rata-rata suhu air
sore pada Perlakuan A pada pengamatan hari ke 0 yaitu 27,190C, hari ke 10 yaitu
C pada pengamatan hari ke 0 yaitu 28,090C, hari ke 10 yaitu 30,940C, dan hari ke
Hasil pengukuran suhu air sore pada setiap perlakukan selama masa
pemeliharaan termasuk pada kategori suhu optimal untuk pertumbuhan ikan lele.
Sesuai dengan pernyataan (Kordi, 2010) suhu optimal untuk pertumbuhan ikan
lele antara 250C - 300C dan juga menurut Khairuman dan Amri (2011)
Menyatakan suhu yang cocok untuk memelihara ikan lele adalah 250C–300 C.
2. pH (Potential Hydrogen)
Rata-rata pH Air Pagi hari Selama Masa Pemeliharaan dapat dilihat pada
pagi pada Perlakuan A pada pengamatan hari ke 0 yaitu 8,24 hari ke 10 yaitu
7,98 dan hari ke 20 yaitu 8,25 dan hari ke 30 yaitu 7,95 . Perlakuan B pada
pengamatan hari ke 0 yaitu 8,25, hari ke 10 yaitu , dan hari ke 20 yaitu 8,01, dan
hari ke 30 yaitu 7,92. Perlakuan C pada pengamatan hari ke 0 yaitu 8,23, hari ke
10 yaitu 7,93, dan hari ke 20 yaitu 8,10,dan hari ke 30 yaitu 8,05. Perlakuan D
pada pengamatan hari ke 0 yaitu 8,18, hari ke 10 yaitu 8,04, dan hari ke 20 yaitu
8,19,dan hari ke 30 yaitu 7,98 pH rata-rata pagi tertinggi terdapat pada perlakuan
pemeliharaan termasuk pada kategori pH yang sesuai untuk habitat ikan lele yaitu
sore pada Perlakuan A pada pengamatan hari ke 0 yaitu 8,09 , hari ke 10 yaitu
8,10, dan hari ke 20 yaitu 8,15,dan hari ke 30 yaitu 8,10. Perlakuan B pada
pengamatan hari ke 0 yaitu 8,10, hari ke 10 yaitu 8,09, dan hari ke 20 yaitu
8,11,dan harike 30 yatu 8,15 Perlakuan C pada pengamatan hari ke 0 yaitu 8,07,
hari ke 10 yaitu 8,09, dan hari ke 20 yaitu 8,09dan hari ke 30 yaitu 8,08. pH rata-
rata sore tertinggi terdapat pada perlakuan A pengamatan hari ke 20 sebesar 8,15.
pemeliharaan termasuk pada kategori Nilai pH yang baik untuk ikan lele berkisar
antara 6,5 - 8,5. Walaupun demikian, ikan air tawar tetap dapat mentolerir pH air
Untuk rerata pH tertinggi Pagi-Sore hari yaitu pada pH pagi hari pada
perlakuan A dan B 8,25, Untuk pH terendah di pagi hari terdapat pada perlakuan
suatu perairan dapat disebabkan oleh fluktuasi bahan organik dan meningkatnya
konsentrasi CO2 karena aktivitas mikroba dalam menguraikan bahan organik
a. DO (Dissolved oxygen)
yaitu 6,24,dan hari ke 10 yaitu 6.10 dan hari ke 0 yaitu 6,29 dan hari ke 30
yaitu 5.65. Perlakuan B hari ke 0 yaitu 6,24 dan hari ke 10 yaitu 5.96 dan hari
ke 0 yaitu 6,20 dan hari ke 10 yaitu 6,19 dan hari ke 20 yaitu 5,85 dan hari ke
yang optimal (Stickney, 1979) selain itu ketersediaan oksigen terlarut sangat
Menurut Kordi dan Tancung (2007), beberapa jenis ikan mampu bertahan
oksigen terlarut yang baik untuk hidup ikan adalah 5 ppm. Pada perairan
mampu bertahan hidup, akan nafsu makannya mulai menurun, untuk itu
konsentrasi oksigen yang baik dalam budidaya ikan lele sangkuriang adalah
5-7 ppm.
b. NH3 (Amoniak)
yaitu 2,25 dan hari ke 20 yaitu 0,66 dan hari ke 30 yaitu 1,16.Perlakuan B
pada pengamatan hari ke 0 yaitu 0 dan hari ke 10 yaitu 2,00 dan hari ke 20
yaitu 0 dan hari ke 10 2,00 dan hari ke 20 0,25 dan hari ke 30 yaitu
2,66 dan hari ke 20 yaitu 0,66 dan hari ke 30 yaitu 1,08. Untuk rerata NH 3
tertinggi yaitu pada perlakuan D hari ke 10 yaitu 2,66 dan rerata NH 3 terendah
nitrogen organik dan anorganik yang terdapat di dalam tanah dan air yang
biota (feses) dan sisa pakan yang tidak termakan (Efendi, 2003). Asmawi