Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH PENAMBAHAN GETAH PEPAYA DENGAN DOSIS BERBEDA

PADA PAKAN KOMERSIL TERHADAP PERFORMA IKAN GURAMI


(Oshphoronemus gouramy)

THE EFFECT OF GIVING PEPAYA SAP WITH DIFFERENT DOSE ON


COMMERCIAL FEED ON THE PERFORMANCE OF GOURAMI
(Oshphoronemus gouramy)
Zaitini Ayu Rahima1), Muhammad Adriani 2),Ririen Kartika Rini3)
Program Studi Akuakultur, Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Lambung Mangkurat
Email : zaitiniar@gmail.com1), muhammad.adriani@ulm.ac.id2) , ririen.krini@ulm.ac.id3)

Abstrak
Ikan gurami (Osphronemus gouramy) adalah salah satu jenis ikan potensial di Indonesia.
Perkembangan usaha budidaya ikan gurami masih mengalami kendala, karena pertumbuhan ikan
gurami masih relatif lambat. Faktor.pertumbuhan yang lambat disebabkan usus ikan gurami yang
cukup panjang. Langkah baik untuk mempercepat penyerapan protein dari pakan adalah dengan
penambahan enzim. Getah pepaya mengandung enzim protase antara lain papain dan kimopapain.
Penambahan getah pepaya dalam pakan membantu pencernaan pada ikan. Penelitian ini bertujuan
untuk mengakaji dosis getah pepaya yang efektif terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup
ikan gurami (Osphoronemus gouramy). Penelitian ini menggunakan Rancangan.Acak Lengkap
(RAL) dengan 4 Perlakuan dan 3 kali ulangan. Penambahan dosis getah pepaya Perlakuan A (3,25
g), perlakuan B (3,5 g), perlakuan C (3,75 g), dan perlakuan D (4 g). Hasil pertumbuhan panjang
relatif berkisar antara 52,9-79,33%, pertumbuhan berat relatif ikan gurami berkisar antara 123,24-
239,96%, kelangsungan hidup ikan berkisar antara 54,17-61,11% dan rasio konversi pakan berkisar
antara 1,46-1,82%. Penelitian ini menghasilkan nilai bahwa penambahan getah pepaya berpengaruh
nyata terhadap pertumbuhan panjang relatif, pertumbuhan berat relatif dan rasio konversi pakan,
tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kelangsungan hidup ikan gurami. Takaran terbaik dalam
penambahan getah pepaya adalah perlakuan C sebanyak 3,75 g.
Kata Kunci : Getah Pepaya, Gurami, Pertumbuhan dan Kelangsungan hidup

Abstract
Gourami (Osphronemus gouramy) is one of the potential fish species in Indonesia. The
development of gourami cultivation is still experiencing obstacles, because the growth of gourami
is still relatively slow. The factor slow growth is caused by the intestines of gourami are quite long.
A good step to speed up the absorption of proteins from feed is to add enzymes. Papaya sap
contains protase enzymes including papain and kimopapain. The addition of papaya sap in feed
helps digestion in fish. This study was aimed to assess the dose of papaya sap that is effective
against the growth and survival of gourami (Osphoronemus gouramy). The study used a Complete
Randomized Design (CRD) with 4 Treatments and 3 repetitions. Addition of papaya sap dose
Treatment A (3.25 g), treatment B (3.5 g), treatment C (3.75 g), and treatment D (4 g). The results
of relative length growth ranged from 52.9-79.33%, the relative weight growth of gourami ranged
from 123.24-239.96%, fish survival ranged from 54.17-61.11% and feed conversion rate ranged
from 1.46-1.82%. This study yielded the value that the addition of papaya sap had a real effect on
relative length growth, relative weight growth and feed conversion rate, but had no real effect on
the survival of gourami. The best dose in the addition of papaya sap is the C treatment of 3.75 g.

Keywords: Papaya Sap, Gourami, Growth and Survival


1. PENDAHULUAN 2. METODE PENELITIAN
Ikan gurami (Oshphornemus gouramy) Penelitian dilaksanakan selama ± 9 (sem-
adalah jenis ikan potensial di Indonesia. Ikan bilan) bulan yang terdiri dari persiapan, pelak-
gurami sudah lama dikembangbiakkan di sanaan penelitian, penyusunan, laporan, semi-
Indonesia akan tetapi terdapat permasalahan nar dan pelaporan. Penelitian ini dilaksanakan
dalam usaha budidaya yang dihadapi oleh para di Laboratorium Basah Fakultas Peikanan dan
petani ikan gurami. Perkembangan usaha Kelautan ULM.
budidaya ikan gurami masih terkendala oleh Penelitian ini dilakukan dengan meng-
laju pertumbuhannya yang relatif lambat gunakan metode eksperimental dengan pe-
terlebih pada tahap pemeliharaan benih dan nambahan getah pepaya dengan dosis yang
pembesaran (Sitanggang dan Sarwoso, 2006). berbeda. Rancangan percobaan yang digunakan
Pertumbuhan gurami dipengeruhi oleh dalam penelitian ini adalah rancangan acak
faktor dalam dan luar. Faktor genetik, jenis lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan (A,B,C,D)
kelamin, dan ketahanan terhada penyakit dan 3 kali pengulangan (1,2,3) sehingga meng-
merupakan faktor dalam dan Faktor Luar yang hasilkan 12 kali percobaan.
mempengaruhi pertumbuhan adalah pakan, Perlakuan pemberian getah pepaya pada
kualiatas air, dan ruang gerak (Setyowati, pakan terdiri 4 perlakuan ini sebagai berikut :
2007). Salah satu solusi untuk mempercepat A : 3,25 g + 100 g pakan komersil PF 500
penyerapan protein dari pakan adalah dengan B : 3,5 g + 100 g pakan komersil PF 500
menambahkan enzim pada pakan (Anugraha, C : 3,75 g + 100 g pakan komersil PF 500
Subandiyono, dan Endang, 2014). D : 4 g + 100 g pakan komersil PF 500
Getah pepaya mengandung sejumlah besar Pengurutan penempatan perlakuan
enzim protease, yakni kimopapain dan papain. menggunakan sistem lotere, lihat Gambar 1,
Kandungan kimopapain dan papain dalam sedangkan penempatan perlakuan pada tempat
pepaya muda masing-masing 45% dan 10%. penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.
Seluruh bagian tanaman pepaya menghasilkan
banyak enzim papain kecuali pada bagian biji
dan akar (Warisno,1986).
Penambahan getah pepaya ke dalam pakan
dapat membantu pencernaan ikan. Hal ini
disebabkan kandungan serat kasar pakan dan
adanya zat antinutrisi terutama asam fitat yang
menurunkan kecernaan, penyerapan dan
efisensi rasio konversi pakan pada ikan.
Penelitian Sari dan Andriani., (2018)
menunjukkan bahwa adanya tambahan getah
pepaya pada makanan buatan mempengaruhi
laju pertumbuhan berat, pertumbuhan panjang,
dan terhadap nilai rasio konversi pakan ikan Gambar 2. Penempatan Perlakuan
gurami, dengan dosis terbaiknya sebesar 3, 25
%. Hasil yang didapatkan belum optimal, hasil Alat yang digunakan pada penelitian ini
tersebut memperlihatkan perlu adanya diantaranya Akuarium, Blower, Aerasi,
penelitian mengenai getah pepaya pada pakan Timbangan digital, Jangka Sorong, Horiba,
buatan dosis yang lebih tinggi dari yang Spectrophotometer, gelas ukur, selang sipon,
dilakukan sebelumnya. Sehingga diharapkan kertas label, serok, handspray dan nampan.
diperoleh pertumbuhan dan kelangsungan hiduo Bahan yang digunakan selama penelitan antara
optimal untuk ikan gurami. lain, Benih ikan gurami ukuran 4 – 6 cm, getah
pepaya, pakan komersial pf 500 dan air.
Ikan uji menggunakan benih ikan gurami
ukuran 4 – 6 cm yang berasal dari pengusaha
pembibitan ikan. Wadah pemeliharan menggu-
nakan akuarum 70 cm x 30 cm x 30 cm se-
banyak 12 buah,kemudian diisi dengan
menggunakan air bersih sebanyak 25 cm yang
dilengkapi aerasi.
Getah pepaya diperoleh dari hasil
penyadapan buah pepaya, buah disadap dari
pangkal hingga ujung buah. Penyadapan buah
pepaya dilakukan pada pagi hari jam 06.00 -
08.00 dan sore haru jam 17.00 – 18.00. Getah
pepaya kemudian dijemur hingga kering. (a) (b)
Setelah itu dihaluskan untuk mendapatkan Gambar 4. ...................................................
serbuk halus. Proses penyadapan getah pepaya Keterangan:
mengacu pada penelitian Sari dan Andriani., a) Cairan getah pepaya, b) Penambahan cairan
(2018). Proses penyadapan getah pepaya dapat getah pepaya pada pakan komersial.
dilihat pada Gambar 3, sedangkan Data yang diperoleh meliputi data primer
pengolahannya dapat dilihat pada Gambar 4. dan data sekunder. Data pimer berupa Uji
Proksimat, kelangsungan hidup, berat, panjang
dan pengukuran kualitas air. Data sekunder
berupa data literatur yang berkaitan dengan
penelitian ini.

2.1. Analisis Proksimat


(a) (b) Tujuan analisis proksimat dalam
kandungan nutrisi pakan komersial setelah
ditambahkan dengan getah pepaya. penelitian
ini dilakukan berdasarkan SNI 7473:2009.

2.2. Pertumbuhann Panjang relatif Ikan


Rumus perhitungan pertumbuhan panjang
relatif ikan sebagai berikut :
(c) (d)
Gambar 3. ...................................................
Keterangan: Keterangan :
a) Penyadapan buah pepaya, b) pengeringan L : Pertumbuhan panjang relatif benih ikan
getah pepaya, c) penghalusan getah pepaya, d) Lt : Panjang benih ikan rata-rata pada akhir
tepung getah pepaya pemeliharaan
Pakan komersial pf 500 memiliki Lo : Panjang benih rata-rata awal penelitian
kandungan nutrisi, yaitu kadar protein
berkisar 41 %, kadar lemak 6%, kadar serat 2.3. Pertumbuhan Berat Relatif Ikan
2,5%, kadar air 11% dan kadar abu 16% Rumus perhitungan pertumbuhan berat
(Sofia, Mustafidah dan Suwaristo., 2015). relatif ikan sebagai berikut :
Penambahan getah pepaya pada pakan
komersial pf 500 dengan dosis (3,25 g, 3,5 g,
3,75 g, dan 4 g) dilarutkan dengan air hangat Keterangan :
sebanyak 10 ml. Pakan yang disemprotkan lalu Wm : Pertumbuhan berat relatif benih ikan
dikeringkan selama 10 menit, kemudian pakan Wt : Bobot benih ikan pada akhir
diberikan ke ikan (Prabarini, Harpeni, dan Wo : Bobot benih ikan pada awal penelitian
Wardiyanto, 2017).
2.4. Kelangsungan Hidup meliputi 6 fraksi yaitu kadar air, abu, protein,
Rumus perhitungan kelangsungan hidup serat kasar, lemak dan karbohidrat. Hasil
sebagai berikut : analisis proksimat pada pakan komersil yang
diberi getah pepaya dengan dosis berbeda
dengan pakan komersil PF 500. Berikut ini
SR : Tingkat kelangsungan hidup (%) merupakan Tabel 1 dan Gambar 5, hasil analisis
Nt : Jumlah ikan pada akhir pemeliharaan kadar proksimat.
(ekor) Tabel 1. Hasil Analisa Kadar Proksimat
No : jumlah ikan pada awal pemeliharaan Parameter Analisis
Kadar
(ekor) Kode
Sampel
Kadar
Air
Kadar
Abu
Kadar
Protein
Serat
Kadar
Lemak
Kadar
Karbohidrat
Kasar
(%) (%) (%) (%) (%)
(%)
2.5. Rasio Konversi Pakan A 10,24 7,34 41,06 3,64 4,49 36,87
B 9,81 7,66 41,05 3,26 4,56 36,90
Rumus perhitungan rasio konversi pakan C 9,23 7,71 42,29 3,42 4,64 36,13
sebagai berikut : D 9,17 7,68 43,19 3,22 4,37 35,59

Keterangan :
FCR : Rasio konversi pakan
F : Jumlah pakan yang diberikan (g)
Wt : Berat ikan di akhir pemeliharaan (g)
Wo : Berat ikan di awal pemeliharaan (g)
D : Berat ikan mati (g)

2.6. Kualitas Air


Pengukuran kualitas air dalam penelitian Gambar 5. Analisis Proksimat
ini diukur sebanyak 3 kali pada awal
pemeliharan, tengah pemeliharan dan akhir 3.2. Pertumbuhan Panjang Relatif
pemeliharaan. Cara pengambilan sampel Data pertumbuhan panjang relatif benih
dilakukan secara komposit (Composite sample) ikan gurami selama 56 hari masa pemeliharaan,
pada setiap pengulangan. Parameter yang rerata pertumbuhan panjang relatif dapat dilihat
diukur suhu, pH dan DO diukur secara pada Tabel 2 dan digrafikkan seperti pada
langsung di Laboratorium Basah, Amoniak Gambar 6 serta visualisasi perubahan panjang
diukur di Laboratorium Air dan Hidro- ikan uji lihat Gambar 7.
Biokologi Fakultas Perikanan dan Kelautan Tabel 2. Pertumbuhan Panjang Relatif
ULM Banjarbaru. Ulangan
Perlakuan Rerata
1 2 3
2.7. Analisi Data A 50 58,3 62,5 56,94
Analisis data dilakukan terhadap pertum- B 50 54,8 58,3 54,17
buhan panjang relatif, pertumbuhan berat C 62,5 70,8 50 61,11
relatif, kelangsungan hidup dan rasio konversi D 62,5 50 58,3 52,9
pakan. Data yang dihasilkan di uji dengan uji
Normalitas menggunakan uji Liliefors, uji
Homogenitas menggunakan uji bartlett., uji
analisis sidik ragam (ANOVA) dan uji beda
nilai tengah.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1. Analisis Proksimat
Analisis hasil proksimat penambahan
getah pepaya pada pakan komersil diukur Grafik 6. Pertumbuhan Panjang Relatif
peptida dibagi sebagai asam amino. Semakin
banyak protein bisa dihidrolisis dalam asam
amino, sehingga asam amino bisa diserap dan
digunakan oleh tubuh, adanya pakan komersial
mampu melancarkan serta mempercepat proses
dalam tubuh ikan sebagai anti nutrisi memenuhi
kesedianya untuk pertumbuhan panjang ikan
(Hasan, 2000). Menurut pernyataan Poliana dan
MacCabe (2007), yang menyatakan enzim ini
(a) (b) diperlukan oleh seluruh makhluk hidup karena
Gambar 7. .................................................. bersifat essensial membantu proses
Keterangan: metabolisme protein dalam makanan.
a) pengukuran panjang awal pemeliharaan , b) Kadar lemak pada penambahan getah
pengukuran panjang akhir pepaya pada pakan komersial berkisar 4,37 –
pemeliharaan. 4,65% dan hasil yang didapatkan lebih rendah
Hasil nilai rerata pertumbuhan panjang dari pendapat SNI (2009). Kadar lemak optimal
relatif menunjukkan nilai berkisar 79,33 – pada pakan yang optimal untuk ikan gurami
52,9%. Nilai perlakuan tertinggi yaitu pada berkisar minimal 6%. Manfaat lemak bagi ikan
perlakuan C yaitu sebesar 79,33%, sedangkan gurami adalah sumber energi ketiga selain
perlakuan terkecil pada perlakuan A yaitu karbohidrat dan protein. Lemak pada maknan
sebanyak 52,9%. Hasil uji ANOVA ikan memiliki nilai terpenting selain
menunjukkan nilai Fhitung (15,54) lebih dari karbohidrat dan protein hal ini karena lemak
ftabel 5% (4,07) dan Ftabel 1% (7,59) yang menghasilkan sumber energi lebih banyak
menunjukkan bahwa getah pepaya berpengruh dibandingkan dengan karbohidrat dan protein.
sangat nyata terhadap pertumbuhan panjang Serat kasar pada pakan berkisar 3,22 – 3,64 %,
relatif benih ikan gurami. hal ini serat kasar yaitu maksimal 6 %.
Hasil perolehan ini relavan dengan hasil Keseimbangan nutrisi (protein, lemak dan serat)
penelitian terdahulu dengan dosis yang berbeda. pada pakan ikan memacu pertumbuhan ikan
Hasil penelitian Sari dan Andriani (2018) yang cepat tumbuh besar.
menunjukkan dosis getah pepaya dengan dosis
3,25% dalam 100 g pakan komersial 3.3. Pertumbuhan Berat Relatif
memberikan hasil berpengaruh nyata terhadap Pertumbuhan berat relatif merupakan
pertumbuhan panjang relatif, yaitu sebesar pertambahan berat tubuh ikan dari awal sampai
5,05%, sedangkan pada penelitian ini dengan akhir penelitian. Hasil nilai rerata pertumbuhan
dosis 3,25% menunjukkan hasil paling rendah berat relatif dapat dilihat pada Tabel 3.
dengan perlakuan lain, hal ini dikarenakan Tabel 3. Pertumbuhan Berat Relatif
protein dalam tubuh ikan cenderung lama
Ulangan
dibandingkan dengan perlakuan yang lain kadar Perlakuan Rerata
protein lebih tinggi. Hal ini perlakuan tersebut
A 50 58,3 62,5 56,94
dapat memanfaaatkan protein dalam pakan
B 50 54,8 58,3 54,17
yang ditambahkan getah pepaya secara baik dan
C 62,5 70,8 50 61,11
efesien.
D 62,5 50 58,3 52,9
Penambahan getah pepaya pada pakan
membantu proses pencernaan sehingga pakan
yang diberikan diserap oleh benih ikan gurami.
Penambahan getah pepaya pada pakan komeril
pf 500 mengalami peningkatan kadar protein.
Hal ini sesuai dengan hasil proksimat pada
kadar protein berkisar 41,05 – 43,19%.
Berdasarkan Amalia dkk (2003) peningkatan
enzim pada pakan, semakin tinggi protein di
dalam pakan menjadi asam amino yang dapat
diserap dan dimanfaatkan untuk pertumbuhan.
Kuantitas jumlah pakan yang diberikan
menjadi pengaruh terhadap Pertumbuhan ikan
yang memiliki respon dan ikan yang
memanfaatkan pakan dengan baik. Hal tersebut
sesuai dengan Hutabarat (2015), menyatakan
bahwa enzim proteolitik dalam getah pepaya
dapat menjadi asam amino, semakin banyak
enzim tersebut yang ditambahkan kedalam
Grafik 3. Pertumbuhan Berat Relatif pakan, maka akan menghasilkan lebih banyak.
Menurut Irawati dan Pinandoyo (2015), bahwa
konsentrasi enzim ialah penambahan berat
tubuh mempengaruhi proses pemecahan protein
yang dimanfaatkan untuk pertumbuhan.
Karbohidrat dalam pakan ikan menjadi
kebutuhan penting untuk kelangsungan hidup
dan pertumbuhan ikan sangat penting bagi
kehidupan dan pertumbuhan ikan. Jumlah
(a) (b) karbohidrat pada pakan yang ditambahkan
getah pepaya pada pakan komersial pf 500
Gambar 5. a) Penimbangan berat awal, b) 35,59 – 36,90 %. Ikan gurami merupakan
penimbangan berat akhir. herbivora, karbohidrat pada pakan bagi ikan
herbivora diubah menjadi sumber energi utama
Nilai rerata pertumbuhan berat relatif
dan sebagian diubah menjadi lemak. Enzim
berkisar 123,24 – 239,96 %. Rerata berat relatif
amilase membantu karbohidrat memecah hal
tertinggi yaitu pada perlakuan C (238,96 %),
tersebut untuk proses pertumbuhan ikan
kemudian berat relatif terendah yaitu perlakuan
Karbohidrat untuk pertumbuhan dengan dibantu
A (123,24 %). Hal ini menunjukkan bahwa
oleh enzim pencernaan yang dapat memecah
pertumbuhan berat relatif tertinggi pada
karbohidrat yaitu enzim amilase. Pakan yang
perlakuan C, hasil tersebut karena kandungan
dikonsumsi akan melewati saluran pencernaan
yang terdapat di getah pepaya mampu bekerja
terlebih dahulu, kondisi saluran pencernaan
secara optimal dan dimanfaatkan untuk proses
memegang peranan penting dalam mengubah
pertumbuhan.
senyawa komplek dari pakan menjadi nutrien
Hasil uji Analisis ragam (ANOVA)
sederhana yang kemudian akan dimanfaatkan
menunjukkan nilai F.hitung (17,90) > F.tabel
ikan sebagai sumber energi. Kualitas pakan
5% (4,07), artinya pemberian getah pepaya
yang baik mampu meningkatkan jumlah
berpengaruh sangat nyata terhadap
konsumsi pakan pada ikan, banyaknya pakan
pertumbuhan berat relatif ikan gurami. Hal ini
yang dikonsumsi dan penggunaan pakan yang
menunjukkan bahwa dosis getah pepaya dengan
tepat maka akan semakin banyak protein yang
dosis 3, 75g cukup memenuhi untuk membantu
digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan.
keperluan pakan benih ikan gurami. Hal ini
Perlakuan D memiliki nilai kadar protein
didukung dengan Sari dan Andriani (2013)
dan dosis lebih tinggi dari Perlakuan C, namun
menyatakan bahwa ikan memerlukan enzim
perlakuan C memiliki pertumbuhan terbaik dari
yang dapat merubah enzim edogeneous maupun
perlakuan D, kualitas air yang tidak optimal
enzim eksogeneus karena berfungsi membantu
menjadi faktor hal tersebut dapat terjadi.
mempercepat proses pencernaan dan hidrolisis
Asmawi (1983) menjelaskan bahwa tingkat
protein. Jika kandungan jumlah getah pepaya
pertumbuhan ikan tergantung dipengaruhi oleh
pada pakan tinggi, maka dalam proses
ketersediaan pakan, suhu dan ruang gerak ikan.
pencernaan akan lebih sedikit enzim protase
Selain itu jumlah pakan yang dimakan ikan
yang disekresikan untuk menetralisir protein
kurang lebih sebesar 10 % yang digunakan antara ikan lele yang mudah adaptasi
untuk pertumbuhan atau penambahan berat, dibandingkan dengan ikan gurami. hal ini
selebihnya digunakan sebagai sumber tenaga menjadi penyebab adanya ikan uji yang mati
untuk beraktivitas. dengan seiring waktu. Menurut Mulyani dkk
(2014), kelangsungan hidup ikan yang baik
3.4. Kelangsungan Hidup akan mencapai > 50%, jika kelangsungan hidup
Data kelangsungan hidup benih ikan mencapai 30% tergolong tidak baik.
gurami dalam penelitian dapat dilihat pada Kematian ikan diketahui dari Data
Grrafik 4 dan Tabel 4. Berdasarkan tabel 4 kelangsungan hidup yang terjadi pada awal
dapat diketahui bahwa tingkat kelangsungan pemeliharaan dan setiap perlakuan terjadi
hidup benih ikan gurami pada awal penelitian kematian pada ikan. Hal ini terjadi karena
memiliki jumlah yang sama, yaitu 24 dalam masa adaptasi ikan dengan lingkungan
ekor/akuarium. yang masih baru dan aklimatisasi dilakukan
Tabel 4. Pertumbuhan Panjang Relatif selama 2 hari yang seharusnya aklimatisasi
Ulangan berlangsung selama 7 hingga 14 hari. Seiring
Perlakuan Rerata waktu pemeliharaan setiap perlakuan juga
A 50 58,3 62,5 56,94 masih mengalami kematian, hal ini disebabkan
B 50 54,8 58,3 54,17 karena penurunan kualitas air pada akuarium.
C 62,5 70,8 50 61,11 Penurunan kualitas air bisa mengakibatkan
D 62,5 50 58,3 52,9 ikan stress, bahkan dapat menurunkan kualitas
air dan berakibat kematian pada ikan. Kelabora
(2010), menyatakan bahwa kualitas air menjadi
faktor penting dalam usaha budidaya karena
mempengaruhi pertumbuhan, kelangsungan
hidup dan produksi ikan.
Pengamatan amoniak selama penelitian ini
berkisar 0,03 – 3,58 mg/l, amoniak mengalami
kenaikan dan menjadi mematikan bagi ikan bila
amoniak di melebihi dari 1 mg/l sebab dapat
menghambat penyerapan hemoglobin darah
terhadap oksigen dan kematian pada ikan. Hal
Grafik 4. Kelangsungan Hidup. ini sesuai dengan pendapat Asmawi (1983),
menyatakan bahwa toleransi ikan terhadap
Nilai kelangsungan hidup benih ikan amoniak kurang dari 1 mg/l untuk
gurami pada awal penelitian memiliki jumlah kelangsungan hidup. Peningkatan amoniak pada
yang sama, yaitu 24 ekor/akuarium. Nilai suatu perairan juga dipengaruhi oleh peingkatan
kelangsungan hidup yang terbesar pada suhu, oksigen terlarut dan pH. Selama
perlakuan C (61,11%), kemudian diikuti pemeliharaan pH air cenderung mengalami
perlakuan D (56,94%), diikuti perlakuan A penurunan pada saat penelitian berlangsung. pH
(56,94%), dan yang terendah pada pada air selama penelitian ini berkisar 5 – 6,47, hal
perlakuan B (54,17%). Rata-rata nilai ini tidak sesuai dengan pernyataan BSN (2000),
kelangsungan hidup benih ikan gurami dapat pH optimal yang dapat ditoleransi untuk ikan
dilihat Gambar 4.3. Penelitian ini menunjukkan gurami yaitu berkisar 6,5–8,5. Selama
hasil yang hampir sama dari penelitian Sari dan penelitian berlangsung terjadi penurunan pH
Andirani (2018) yang menggunakan uji benih yang disebabkan semakin meningkatnya
ikan gurami persentase berkisar 45,83% sampai buangan metabolisme (cenderung asam) sering
58,33%, Hasil dari penelitian Amalia dkk dengan meningkatnya pada pertumbuhan ikan.
(2013) pada lele dumbo presentase Penurunan pH juga disebabkan oleh
kelangsungan hidup berkisar 83% sampai 91%. peningkatan CO2 akibat proses respirasi.
Hal ini disebabkan perbedaan daya toleransi
Tingkat kelangsungan hidup benih ikan jumlah pakan yang dimakan dan kurangnya
gurami pemeliharaan berkisar antara 54% pemanfaatan pakan yang konsumsi secara tidak
sampai 61,11%. Hasil uji anova menunjukkan baik dan rata-rata FCR benih ikan gurami yang
tidak berbeda nyata dalam penambahan getah terrendah pada perlakuan C sebesar 1,46.
pepaya pada pakan tambahan terhadap Kecilnya nilai konversi pakan pada perlakuan C
kelangsungan hidup benih ikan gurami. menunjukkan bahwa pakan dengan
Penelitian ini menghasilan bahwa SR benih penambahan getah pepaya 3,75% dimanfaatkan
ikan gurami semakin hari semakin membaik cukup baik oleh benih ikan gurami, karena
dibandingkan pada awal pemeliharaan seiring dengan penambahan getah pepaya 3,75%
berjalannya penelitian. Ada kemungkinan protein pakan dihidrolisis sempurna menjadi
bahwa benih ikan gurami sudah bisa asam amino yang nantinya dimanfaatkan oleh
beradaptasi dengan lingkungan sehingga angka benih ikan gurami untuk pertumbuhan.
kematiannya menurun. Hal ini sesuai dengan Rasio konversi pakan terbaik pada
pernyataan Mulyani (2014), menyatakan bahwa penelitian ini dicapai pada perlakuan C yaitu
kelangsungan hidup pada adaptasi ikan ke penambahan getah pepaya 3,75% pakan sebesar
lingkungan, kondisi ikan, padat tebar dan 1,46. Hal ini dikarenakan pakan yang
kualitas air yang cukup untuk mendukung dikonsumsi oleh ikan dapat dicerna dan
kehidupan ikan. dimanfaatkan secara baik untuk pertumbuhan,
kandungan getah pepaya yang mengandung
3.5. Rasio Konversi Pakan enzim dalam pakan mampu membantu proses
Rasio konversi pakan ialah pencernaan pakan. Hal didukung pernyataan
perbandingan pakan yang habis dengan Sudaryono (2014), yang menyatakan rasio
pertambahan yang dihasilkan selama konversi pakan yang baik akan sangat efisien
pemeliharaan. Rata – rata nilai FCR benih ikan bagi ikan untuk pertumbuhannya dan
gurami dapat dilihat pada Tabel 5 dan Grafik 5 menghasilan rasio konversi pakan yang kecil
dengan ditransformasi data menggunakan pula. Sebaliknya jika rasio konversi pakan nilai
bentuk kuadrat yang bertujuan untuk mengubah yang semakin besar menunjukan pakan yang
data menjadi normal. dikonsumsi pakan yang kurang efesien. Rasio
Tabel 5. Rasio Konversi Pakan konversi pakan yang tinggi disebabkan oleh
Ulangan ikan gurami yang kurang bisa memanfaatkan
Perlakuan Rerata
1 2 3 sehingga penyerapan nutrisi kurang maksimal
A 1,72 1,95 1,78 1,82 oleh tubuh ikan dan hanya terbuang melalui
B 1,61 1,51 1,46 1,52 fases sehingga laju pertumbuhan panjang dan
C 1,46 1,46 1,45 1,46 berat relatif rendah dibandingkan dengan
D 1,46 1,53 1,76 1,59 perlakuan C. Sejalan dengan pendapat Arief
dan Pradana (2016), penambahan papain akan
membantu memenuhi kebutuhan asam amino
dan fisiologis dalam pertumbuhan ikan.
Hasil analisis keragaman (Anova) hal ini
menunjukkan getah pepaya berbeda nyata
terhadap ratio konversi pakan. Hasil dari
penelitian bahwa respon ikan gurami terhadap
penambahan getah pepaya dalam pakan
tambahan memiliki pengaruh yang berbeda. Hal
Gambar 5. Rasio Konversi Pakan tersebut didukung oleh Arief dan Pradana
(2016), nilai rasio konversi pakan yang tinggi
Presentase diatas didapatkan selama 56 disebabkan karena pakan yang diberikan kurang
hari masa pemeliharaan perhitungan rerata FCR dimanfaatkan ikan sehingga nutrisi dalam
benih ikan gurami tertinggi terdapat pada pakan tersebut tidak terserap maksimal oleh
perlakuan A sebesar 1,82. hal ini diduga karena
tubuh dan hanya terbuang melalui fase sehingga pertumbuhan gurami adalah 25 – 30°C. Ikan
laju pertumbuhan yang diperoleh relatif rendah. gurami tidak akan berkembang baik pada suhu
Hasil kadar protein dari penambahan getah kurang dari 15°C. Jadi dapat disimpulkan
pepaya pada pakan komersial diperoleh hasil bahwa suhu sesuai terhadap adaptasi ikan yang
berkisar 41,05- 43,19%. Kandungan kadar memiliki nilai optimal pada penelitian ini untuk
protein yang berbeda pada pakan uji yang benih ikan gurami.
diduga menjadi penyebab terjadinya perbedaan Selama awal penelitian derajat keasaman
nilai FCR selama penelitian berlangsung. (pH) air berkisar 6,47, kemudian terjadinya
Menurut Afrianto dan Liviawaty (2005), penurunan pH pada pertengahan dan akhir
kesimbangan nutrisi dalam pakan, sebaiknya penelitian berkisar 5 – 6,18 , hal ini tidak sesuai
penggunaan protein bersumber dari nabati dan pernyataan BSN (2000), yang menyatakan pH
hewani secara seimbang agar menghasilkan yang optimal untuk budidaya ikan gurami
kualitas pakan yang baik. Pernyatan tersebut adalah 6,5 – 8,5. pH. pH yang kurang dari 6
didukung oleh Mudjiman (2001), menyatakan pada waktu yang lama mempengaruhi
bahwa nilai rasio konversi pakan berkaitan erat pertumbuhan. Menurut Boyd (1990),
dengan kualitas pakan, semakin rendah nilainya produktivitas perairan dan mengganggu
maka semakin baik kualitas pakan dan makin metabolisme tubuh ikan disebabkan oleh pH
efesiensi ikan dalam memanfaatkan pakan yang yang terlalu asam.
dikonsumsinya untuk pertumbuhan. Sehingga Oksigen terlarut (DO) pada penelitian
berat ikan dapat meningkatkan karena pakan berkisar 3,08 – 3,91 mg/l. Hasil yang
dapat dicerna secara optimal. didapatkan sesuai dengan pendapat BSN
(2000), bahwa ikan gurami memerlukan
3.6. Kualitas Air kandungan oksigen sebesar > 3 mg/l. Oksigen
Kualitas air adalah salah satu faktor untuk terlarut (DO) pada media percobaan dibawah 4
pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan mg/l, ikan gurami tidak mengalami kekurangan
dipelihara selama penelitian. Pengkuran oksigen. menurut SNI (2000), ikan gurami
kualitas air yang dilakukan selama penelitian memiliki kemampuan mengambil oksigen dari
meliputi parameter kimia yaitu pH, DO, udara bebas sehingga dapat bertahan hidup
Amoniak dan suhu. Hasil pengamatan kualitas pada perairan yang kurang oksigen karena.
air selama masa penelitian dapat dilihat pada Salmin (2005), menyatakan pendapat bahwa
Tabel 6. oksigen terlarut minimal adalah 22 mg/l dalam
Tabel 6. Kualitas Air keadaan normal tidak tercermar oleh senyawa
Parameter Awal Tengah Akhir residu .
Suhu (°C) 26,7 24,6-24,7 27,8 -29,9 Hasil pengukuran amoniak selama
DO (mg/l) 3,35 3,59-3,91 3,08-3,10 penelitian berkisar 0,03- 2,58 mg/l.
pH 6,47 5,67-6,17 6,10-6,18 Meningkatknya amoniak selama pemeliharaan
Amoniak 0,03 0,06-1,72 0,06-2,58 disebakan oleh sisa pakan buatan beserta feses
(mg/l)
bahan buangan metabolisme seiring dengan
meningkatnya pertumbuhan ikan. Menurut
Kualitas air sangat ditentukan untuk Sendjaja (2002) bahwa ikan gurami memiliki
kelangsungan hidup ikan. Nilai kualitas air pada nilai toleransi terhadap kadar amoniak yang
percobaan yang dilakukan menunjukkan nilai dapat ditoleransi adalah > 1 mg/l. Keracunan
angka yang memiliki kemungkinan ikan gurami amoniak pada ikan akan mengakibatkan
untuk hidup tumbuh dengan baik. Faktor-faktor peningkatan konsumsi oksigen, dan mereduksi
yang berhubungan dengan kualitas air dan perlu kemampuan darah dalam mentransfer oksigen
diperhatikan antara lain, derajat keasaman (pH), serta kerusakan pada insang.
oxygen terlarut (DO), Amoniak (NH3) dan
suhu air. 4. KESIMPULAN
Tabel 3.6. menunjukkan bahwa data suhu Penambahan getah pepaya dengan dosis
pada semua perlakuan berkisar antara 26 – berbeda pada pakan tambahan berpengaruh
27,9°C. Menurut BSN (2000) suhu ideal bagi
nyata terhadap pertumbuhan panjang relatif, Irawati, D., D. Rachmawati dan Pinandoyo.
berat relatif dan rasio konversi pakan, tetapi 2015. Performa Pertumbuhan Benih
tidak berbeda nyata terhadap kelangsungan Ikan Nila Hitam (Oreochromis
hidup ikan gurami. niloticus Bleeker) melalui
Dosis getah pepaya 3,75 g merupakan Penambahan Enzim Papain dalam
dosis terbaik yang dapat meningkatkan Pakan Buatan. Journal of Aquaculture
pertumbuhan panjang relatif dan pertumbuhan Management and Technology, 4(1): 1-
berat relatif. 9.
Kelabora, D. M., & Sabariah. 2010. Tingkat
DAFTAR PUSTAKA Pertumbuhan dan Kelangsungan
Afrianto dan Liviawaty. (2005). Pakan Ikan Hidup Larva Ikan Bawal Air Tawar
dan Perkembangannya. Yogya-karta: (Collosoma sp) dengan Laju Debit Air
Kanisius. Berbeda pada Sistem Resirkulasi.
Amalia, R., Subandiyono. dan Endang, S., Jurnal Akuakultur Indonesia. 9 (1):
2013. Pengaruh penggunaan papain 56-60
terhadap tingkat pemanfaatan protein Mudjiman, A. 2001. Makanan Ikan. Penerbit :
pakan dan pertumbuhan lele dumbo Penebar Swadaya, Jakarta.
(Clarias gariepinus). Journal of Mulyani, Y. S. 2014. Pertumbuhan dan
Aquaculture Management and Efisiensi Pakan Ikan Nila
Technology, 2(1), 136–143. (Oreochromisniloticus) yang
Anugaha, R, S., Subandiyono, Endang, A. Dipuasakan Secara Periodik. Jurnal
2014. Pengaruh Penggunaan Buah Akuakultur Rawa Indonesia. Volume
Nanas Terhadap Tingkat Pemanfaatan 2(1). 01-12.
Protein Pakan dan Pertumbuhan Ikan Salmin. 2005. Oksigen Terlarut (DO) dan
Mas (Cyprinus carpio). Journal of Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD)
Aquaculture Management and sebagai Salah Satu Indikator untuk
Technology, 3 (4), 238-246. Menentukan Kualitas Perairan. Jurnal
Arief, M., A. Manan & C.A. Pradana. 2016. Oseana, 30: 21-26.
Penambahan papain pada pakan Sari, Meika Puspita dan Andriani Andriani.
komersial terhadap laju pertumbuhan, 2018. Pengaruh Pemberian Getah
rasio konversi pakan dan Pepaya Dengan Dosis Yang Berbeda
kelulushidupan ikan sidat (Anguilla Pada Pakan Terhadap Pertumbuhan
bicolor) stadia elver. Jurnal Ilmiah Benih Ikan Gurame (Osphoronemous
Perikanan dan Kelautan. 8 (2) : 67- Gouramy). Journal of Fisheries and
76. Marine. VII-1: 24-3.
Asmawi, S. 1983. Pemeliharaan Ikan dalam Sendjaja, JT. 2002. Usaha Pembenihan
Keramba. Gamedia. Jakarta Gurame. Jakarta: Penebar Swadaya.
Badan Standar Nasional. 2000. Produksi Benih Sitanggang, M dan Sarwono, B. 2006.
Ikan Gurame (Osphronemus gouramy, Budidaya Gurami. Penebar Swadaya.
Lac) Kelas Benih Sebar. Standar Jakarta.
Nasional Indonesia. hal. 2- 5. SNI. 2000. Produksi Benih Ikan Gurami
Hasan, O, D, S. 2000. Pengaruh Pemberian (Osphronemus gouramy) Kelas Benih
Enzim Papain dalam Pakan Buatan Sebar. Badan Standarisasi Nasional.
Terhadap Pemanfaatan Protein dan Jakarta.
Pertumbuhan Benih Ikan Gurami SNI. 2009. Pakan Buatan untuk Ikan Gurami
(Osphronemus gourami Lac.). Skripsi. (Osphronemus gouramy) . Badan
Institut Pertanian Bogor. Standarisasi nasional ICS 65.120.
Hutabarat, S. dan Evan, S. M. 2008. Pengantar Jakarta
Oseanogafi. Jakarta: UI Press. Sofia, M. A., Mustafidah, H. dan Suwarsito.
2015. Basis data fuzzy model tahini
untuk menentukan jenis pakan ikan
berdasarkan harga dan kandungan gizi
bahan baku pakan. Jurnal
Informatika. 3(3) : 143-155.
Sudaryono, A., Hermawan, T.E.S.A dan
Slamet, B.P. 2014. Pengaruh Padat
Tebar Berbeda Terhadap
Pertumbuhan Dan Kelulushidupan
Benih Lele (Clarias gariepinus)
Dalam Media Bioflok. Jurnal Undip.
3 (3) : 35-42

Anda mungkin juga menyukai