Anda di halaman 1dari 7

Nama : Nasra

Nmp : 2040101001
UAS : Manajemen dan Teknologi Pakan Ikan
Jawaban
1. Berdasarkan dari paper 1 kelompok 1 pengujian pakan dengan metode proksimat uji
protein. Dengan judul paper yang diambil yaitu analisa proksimat formulasi pakan
pelet dengan penambahan bahan baku hewani yang berbeda. Metode yang digunakan
yaitu eksperimantal untuk mengatahui pengaruh bahan terhadap kandungan gizi
tepung ikan yang diformulasikan dalam pakan pelet dengan menggunakan bahan
tambahan yaitu tepung cacing, tepung bekicot dan tepung keong mas dengan
formulasi pakan yang dibuat memiliki kandungan protein 40%. Ada pun 4 perlakuan
yaitu :
Perlakuan A: pakan yang digunakan dari tepung ikan, dedak padi, dan cacing tanah
serta kandungan gizi pakan yang dihasilkan pada protein yaitu 38,46%.
Perlakuan B : pakan yang digunakan dari tepung ikan, dedak padi, dan tepung bekicot
serta kandungan gizi pakan yang dihasilkan pada protein yaitu 33,53%.
Perlakuan C : pakan yang digunakan dari tepung ikan, dedak padi dan tepung keong
serta kandungan gizi pakan yang dihasilkan pada protein yaitu 37,49%.
Perlakuan D : pakan yang digunakan dari tepung ikan dan dedak halus serta
kendungan gizi pakan yang dihasilkan pada protein yaitu 30,41%.
Dari perlakuan diatas nilai gizi pakan yang dihasilkan pada perlakuan A
dengan hasil 38,46% dan pakan terendah yaitu pada perlakuan D dengan nilai gizi
yang dihasilkan sebesar 30,41%. Walapun D nilai gizi yang terendah tetapi

kandungan pakan tersebut baik untuk pertumbuhan pada ikan.


Berdasarkan gambar 1 kandungan protein pakan yaitu nilai protein yang
tertinggi pada perlakuakn A yang hampir mencapai 40% sesuai dengan formulasi.
Tingginya nilai protein pada perlakuan A di karenakan adanya penambahan tepung
cacing tanah, dimana cacing tanah tersebut mengandung nilai protein yang tinggi
mencapai 75%. Kemudian diikuti dengan perlakuan B dan C Sedangkan nilai protein
yang terendah yaitu pada perlakuan D. Dengan 4 jenis pakan yang di uji tersebut
cocok untuk ikan jenis herbivora, omnivora maupun karnivora dikarenakan
mengandung protein pakan di atas 30%.
2. Berdasarkan dari paper 2 kelompok 2 pengujian pakan dengan metode proksimat uji
kandungan lemak. Dengan judul paper pembuatan air rebusan kepala udang putih
( panaeus merguiensis) sebagai flavor dalam bentuk bubuk dengan penambahan
maltodeskstrin. Metode pembuatan flavor bubuk kepala udang pertama siapkan 1000
ml filtrat air rebusan kepala udang, kemudian ditambahkan dekstrin dengan
konsentrasi yang berbeda beda (0%,2,5%,5% dan 7,5%) dan ditambahkan bawang
putih, bawang merah, garam dan merica dicampurkan sampai merata. Setelah itu
dikeringkan dengan menggunakan pengering dengan alat granulator. Pengeringan

selama ± 3jam dengan suhu 1000C. Setelah hasilnya kering menjadi bubuk
didinginkan dan disimpan dalam plastik seal. Untuk selanjutnya dilakukan pengujian
analis. Metode yang digunakan adalah metode experimental laboratories yaitu suatu
metode untuk memperoleh data dengan melakukan percobaan di laboratorium denga
melakukan kontrol yang digunakan terhadap sampel yang diuji.
Dari gambar di atas tersebut bahwa nilai lemah yang tertinggi dihasilakn pada
dekstrin 7,5% yaitu 0,33%. Berdasarkan hasil uji ANOVA nilai kadar lemak dengan
penambahan dekstrin dengan konsentrasi yang berbeda menunjukkan nilai P<0,05
pada konsentrasi kontrol terhadap dekstrin konsentrasi 5%, 2,5% terhadap 7,5%
menunjukkan berbeda nyata, Sedangkan nilai P>0,05 pada konsentrasi kontrol
terhadap dekstrin 2,5% dan Nilai kadar lemak pada kontrol 0,20% dan mengalami
kenaikan setelah bubuk flavour diberi perlakuan dengan penambahan dekstrin dengan
konsentrasi yang berbeda dan terlihat perbedaan nyata. Semakin diberi dekstrin nilai
kadar lemak meningkat. Pengaruh pemberian dekstrin terhadap kandungan kadar
lemak pada flavour kaldu kepala udang putih bubuk karena struktur kandungan
dekstrin akan meningkatkan kadar lemak.
3. Berdasarkan dari paper 3 kelompok 3 pengujian pakan dengan metode proksimat uji
kadar air. Dengan judul paper pemanfaatan magrove ( bruguiera gymnorrhiza)
sebagau campuran pakan ikan untuk meningkatkan pertumbuhan ikan ( variabel

perbandingan bahan pokok dengan bahan pendukung dan variabel penambahan


tepung tulang sapi).
Hasil penelitian pemanfaatan buah mangrove jenis lindur (Bruguiera
gymnorrhiza) untuk pembuatan pakan ikan berbentuk pelet dapat ditentukan dengan
cara mengukur kandungan nutrisi secara kimia yang meliputi protein, lemak, kadar
abu, dan kadar air serta beberapa sifat fisik dari pelet yang dihasilkan seperti yang
dapat dilihat pada Tabel 3 dan 4. Hasil dari uji kadar air yaitu tersebut yaitu nilai uji
kadar air tertinggi yaitu pada perlakuan P5 dengan hasil 12% kemudian di lanjutkan
dengan perlakuan P1,P2,P3,P4 dengan nilai 8%, selanjutnya yaitu perlakuan P10
dengan nilai 6% dan nilai yang paling terendah yaitu pada perlakuan P6, P7,P8,P9
dengan nilai 4%. Berdasarkan Standarisasi Nasional SNI 01-4087-2006 tahun 2006
yaitu pakan mengandung protein berkisar 20-35%, lemak berkisar 2-10%, abu kurang
dari 12%, dan kadar air kurang dari 12%. Berdasarkan tabel 3 dan 4 yang semua
perlakuan masih dikatakan masuk dalam baku mutu Standarisasi Nasional SNI 01-
4087-2006 tahun 2006 .
4. Berdasarkan dari paper 4 kelompok 4 pengujian pakan dengan uji fisik. Dengan judul
fermentasi faun talas sebagai bahan baku pakan buatan untuk meningkatkan dan
kelulusan ikan nilai (orechromis niloticus). Uji fisik pakan terdiri dari uji kehalusan,
uji daya apung, uji stabilitas pakan dengan aerasi, uji kekerasan, dan uji flooting
(Aslamyah, 2012). Pengujian daya apung terdiri dari uji lama mengapung dengan
menguji lamanya pelet mengapung di permukaan air. Pengujian lama melayang
dilakukan dengan menghitung seberapa lama pelet melayang hingga jatuh ke dasar
permukaan air. Pengujian lama tenggelam dilakukan dengan mengukur berapa lama
pelet jatuh ke permukaan sampai ke dasar wadah percobaan. Pengujian kehalusan
dilakukan dengan menggerus atau menghaluskan pakan kemudian diayak. Setelah itu
timbang pakan yang halus dan pakan yang masih kasar. Pengujian stabilitas pakan
adalah dengan melihat berapa lama pakan pellet menjadi hancur di dalam air.

Uji fisik pakan buatan terdiri dari uji daya apung, uji kehalusan, uji stabilitas,
uji kekerasan, dan uji flooting. Uji daya apung sangat berpengaruh terhadap kualitas
pakan ikan karena semakin berkualitas pakan ikan maka ikan akan mengalami
pertumbuhan yang baik. Pada penelitian yang dilakukan pelet mudah tenggelam.
Pakan ikan yang mudah tenggelam memiliki tingkat efisien yang begitu rendah maka
akan berpengaruh pada pertumbuhan ikan nila yang lambat atau tidak mengalami
pertumbuhan dengan baik dikarenakan pakan tidak dimanfaatkan secara optimal oleh
ikan (Mulia et al., 2017). Uji stabilitas pakan menjadi pertimbangan karena apabila
stabilitas rendah, maka pakan akan hancur dan tidak bisa dimanfaatkan oleh ikan
sebagai pakan. Berdasarkan uji yang dilakukan pakan buatan memiliki tingkat
stabilitas sebesar 57 menit. Faktor yang berpengaruh terhadap stabilitas pakan di
dalam air yaitu tingkat kehalusan bahan baku dan proses pencampuran serta
pembuatan pakan. Menurut pernyataan Aslamyah (2012), bahwa semakin halus bahan
pakan maka akan menghasilkan pakan berkualitas. Selama uji kekerasan yang
dilakukan, pakan yang diberi pemberat sebesar 50 gr tidak hancur. Hal ini
menunjukkan berdasarkan uji kekerasan pakan yang terbuat dari bahan baku daun
talas memiliki tingkat kekerasan yang baik. Pakan buatan dengan tingkat kekerasan
yang tinggi biasanya terbuat dari bahan baku yang halus (Mulia et al., 2017).
5. Berdasarkan dari paper 5 kelompok 5 metode pemberian pakan secara ad libitum &
ad station. Dengan judul pemanfaatan loT pada metode Ad satiation untuk
meningkatkan efektivitas budidaya ikan mas. Metode Ad Satiation adalah salah satu
dari tiga metode dalam pemberian pakan ikan. Metode Ad Satiation adalah metode
pemberian pakan ikan dan berhenti ketika ikan sudah kenyang sedangkan Metode
pemberian pakan ikan Ad Libitum adalah pemberian pakan kepada ikan hingga
kenyang dan berhenti sesudahnya 3. Dalam metode ini pakan tersedia dalam sebuah
wadah dan dipastikan selalu tersedia kapanpun akan dikonsumsi oleh ikan. Perbedaan
antara Ad Libitum dengan Ad Satiation adalah Ad Libitum pakan ikan nya akan
selalu tersedia dalam wadah. Pada kondisi ikan ingin makan maka pakan sudah
tersedia. Sedangkan untuk Ad Satiation pakan yang diberikan sesuai jadwal dan akan
dihentikan ketika ikan sudah kenyang.
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan waktu atau jadwal yang sudah
ditetapkan dan bersamaan dengan pemberian pakan secara Biomassa. Pengambilan
data dilakukan selama 3 minggu setiap pukul 10:00 dan pukul 16:00. Data pada grafik
didapatkan dengan cara menghitung berat awal pada wadah yang telah disiapkan dan
melakukan penghitungan diakhir dengan cara menghitung pengurangan yang terjadi
selama waktu dan proses pemberian pakan. Total berat pakan akhirnya ialah 6048
gram untuk metode Biomassa dan 6385 gram untuk metode Ad Satiation. Tabel 1
merupakan perbandingan antara rata rata berat pakan per hari yang ditimbang secara
manual dengan berat pakan yang diperoleh berdasarkan jumlah putaran servo.
Perbandingan berat dilakukan setelah kalibrasi untuk mengetahui konversi putaran
servo dalam gram. Kalibrasi servo dilakukan sebanyak 20 pengujian dengan jumlah
putaran servo 200 putaran per pengujian. Dari kalibrasi yang telah dilakukan
diketahui bahwa 200 putaran servo setara dengan 105 gram.
6. Berdasarkan dari paper 1 kelompok 6 persentase bobot. Dengan judul pertumbuhan
dan sintase udang vaname ( litopenaeus vannamei) dengan kombinasi pakan berbeda
dalam wadah terkontrol. Penelitian didesain menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan tiga perlakuan dan masing-masing 3 ulangan. Perlakuan yang diujikan
dalam penelitian ini adalah: (A) pakan PV 100%, (B) pakan PV 75% + pakan EB
25%, dan (C) pakan PV 50% + EB 50%. Setiap bak diisi air laut salinitas 32 ppt
sebanyak 500 L, dan setiap bak dilengkapi dengan satu batu aerasi. Hewan uji yang
digunakan adalah tokolan udang vaname dengan bobot rata-rata 0,45 ± 0,17 g/ekor
yang ditebar dengan kepadatan 100 ekor/bak. Selama pemeliharan 85 hari, hewan uji
diberi pakan komersial dosis 5-50% dari biomassa/hari.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi pakan berpengaruh nyata
terhadap pertumbuhan, sintasan, dan rasio konversi pakan udang vaname selama
pemeliharaan. Pertumbuhan bobot akhir rata-rata, sintasan, dan produksi udang
vaname terbaik masing-masing 6,31 g/ekor; 86,0%; dan 518,73 g diperoleh pada
perlakuan B (kombinasi pakan PV 75% + pakan EB 25%) dibanding dengan
perlakuan lainnya. Laju pertumbuhan spesifik udang vaname yang diperoleh pada
akhir penelitian (Tabel 2), berada pada kisaran 2,15% - 3,10 %/hari. Hasil analisis
ragam menunjukkan bahwa laju pertumbuhan spesifik berbeda tidak nyata (P>0,05)
antar perlakuan selama 85 hari pemeliharaan.

Anda mungkin juga menyukai