Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dalam menempuh Mata Kuliah Studi
Kelayakan Bisnis
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh :
Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Studi
Kelayakan Bisnis
Kami telah berusaha dengan kemampuan terbaik yang kami miliki untuk dapat
menyajikan suatu makalah yang terbaik pula, akan tetapi tidak menutup kemungkinan
dalam makalah ini terdapat berbagai kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun dari semua pihak untuk
dijadikan perbaikan sebagai acuan di masa yang akan datang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar belakang..........................................................................................................1
1.2 Rumusan masalah....................................................................................................1
1.3 Tujuan......................................................................................................................2
1.4 Manfaat....................................................................................................................2
1.5 Daftar Nama Kelompok...........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................4
2.1 Pengertian aspek Keuangan.....................................................................................4
2.2 Kebutuhan dan Sumber Dana..................................................................................4
2.2.1 Kebutuhan Dana untuk Aktiva Tetap dan Modal Kerja....................................4
2.2.2 Cadangan Kenaikan Dana...............................................................................11
2.2.3 Sumber Dana...................................................................................................11
2.3 Cash Flow Proyek..................................................................................................18
2.3.1 Arti dan Pentingnya Cash Flow......................................................................18
2.3.2 Komponen Cash Flow....................................................................................20
2.3.3 Menaksir Cash Flow.......................................................................................25
BAB III PENUTUPAN...................................................................................................29
3.1 Kesimpulan............................................................................................................29
3.2 Saran......................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ii
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Studi kelayakan bisnis adalah penelitian yang menyangkut berbagai aspek baik
itu dari aspek hukum, sosial, ekonomi dan budaya, aspek pasar dan pemasaran, aspek
tenkis dan tekologi sampai dengan aspek menejemen dan keuangan dimana semua itu
digunakan untuk dasar penelitian studi klayakan bisnis dan hasilnya digunakan untuk
mengambil keputusan apakah suatu proyek atau bisnis dapat dikerjakan atau ditunda
dan bahkan tidak dijalankan
1
6. Bagaiman menaksir Cash Flow?
I.3 Tujuan
1. Agar mengetahahui kebutuhan dana aktiva tetap dan modal kerja
2. Agar mengetahui cadangan kenaikan dana
3. Agar mengetahui sumber dana
4. Agar mengetahui arti dan pentingnya Arus kas (Cash flow)
5. Agar mengetahui komponen Cash Flow
6. Agar mengetahui menaksir Cash Flow
I.4 Manfaat
1. Menambah pengetahuan kita mengenai studi klayakan bisnis khususnya yang
berhubungan dengan Aspek keuangan, sehingga kita tidak hanya sekedar
membacanya, tetapi bias kita implementasi dalam dunia bisnis.
2. Menambah wawasan bagi mahasiswa.
3. Selain itu, tujuan pembuatan makalah ini adala untuk melengkapi nilai tugas
kelompok dalm mata studi klayakn bisnis
2
I.5 Daftar Nama Kelompok
No Nama NPM Materi Metode Nilai
1 Sandi Rizki Rafi 175020007 Ceramah
3 175020 Ceramah
3
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Aspek Keuangan
Keuangan (Bahasa inggris;finance) mempelajari bagaimana individu, bisnis, dan
organisasi meningkatkan , mengalokasi, dan menggunakn sumber daya moneter sejalan
dengan waktu dan juga menghitung resiko dalam menjalankan proyek mereka
4
adalah biaya pembangunan pabrik, harga mesin, biaya pemasangan, biaya
pengangkutan, suku cadangan, dan lain sebagainya.
Aktiva tetap lainnya ini termasuk perlengkapan angkatan dan materials handling,
perlengkapan untuk penelitian dan pengembangan , meubelair, perlengkapan
kantor dan sebagainya.
Dasar Penaksiran
Untuk menaksir biaya dari berbagai aktiva tetap, diperlukan informasi tentang
kebutuhan fisik dan harga-harga. Kebutuhan fisik mungkin di dasarkan atas
salah salah satu atau beberapa factor berikut ini :
a. Rencana yang terperinci dan spesifikasi yang lengkap.
b. Rancangan garis besar dan spesifikasi yang belum lengkap.
c. Pengalaman dengan proyek bisnis yang sama di tempat lain.
d. Pengalaman dengan proyek bisnis yang agak berbeda di tempat lain.
e. Beberapa “Pedoman” yang telah diuji secara empiris.
5
Jadwal pengeluaran untuk keperluan investasi, seperti terlihat pada table 11.1
Total
Istilah modal kerja dapat diartikan sebagai moal kerja bruto, atau modal kerja
neto. Modal kerja bruto menujukan semua investasi yang diperlukan untuk aktiva lancar
terdiri dari: (i) Kas, (ii) surat-surat berharga (kalau ada), (iii) piutang, (iv) persediaan,
(v) lainnya. Modal kerja neto merupakan selisih antara aktiva lancar dengan utang
jangka pendek. Dimaksudkan dengan aktiva lancar adalah aktiva yang untuk berubah
menjadi kas memerlukan waktu yang pendek, kurang dari satu tahun, atau satu siklus
produksi.
6
Biaya produksi Rp 1.700,-
Biaya produksi perbulan, untuk membuat 6.000 unit adalah sebagai berikut:
Tahap-tahap tersebut berarti bahwa rata-rata bahan ada dalam gudang selama 3
bulan, rata-rata proses produksi memerlukan 1 bulan, rata-rata barang jadi di simpan
selama 1 bulan, dan rata-rata pembeli membayar pembelian mereka dalam waktu 2
bulan.
Misalkan bahwa biaya untuk mengubah (convertion cost) terjadi secara sama
dalam proses produksi. Maka investasi dalam bahan mentah, barang dalam proses,
barang jadi, dan piutang akan Nampak sperti yang tercantum pada table 11.2
Tabel 11.2 Investasi pada berbagai aktiva lancar (dalam jutaan rupiah)
Input Baran
Bahan g
Baran Piutan Tota
Menta dalam
g Jadi g l
h prose
s
Period
e
(bulan)
1. Bahan Mentah
Pesediaan 3 18
Pada barang
Dalam Proses 1 6
Pada barang jadi 1 6
7
Pada piutang 2 12
42
2.Tenaga kerja
pada barang
1 atau
Dalam Proses 2 0,9
Pada barang jadi 1 1,8
Pada piutang 2 3,6
6,3
3. Biaya pabrik
Tidak langsung
pada barang
1 atau
Dalam Proses 2 1,2
Pada barang Jadi 1 2,4
Pada piutang 2 4,8
8,4
4. Laba Kotor 2 9,6 9,6
18 8,1 10 30 66,3
Dari contoh di depan kita melihat bahwa besar kecilnya kebutuhan modal kerja
tergantung dari lama keterkaitan dana dan juga volume kegiatan produksi.
8
adalah bagaimana kita mendefinisikan periode ini. Sebagai, misal, apabila perusahaan
membeli bahan mentah dengan kredit, maka sebernarnya terjadi pengurangan dalam
periode keterkaitan dana ini. Kalau demikian, maka sebenernya penghitungan
kebutuhan modal kerjanya akan cenderung menggunakan konsep kualitatif, karena
sudah memasukan unsur pembelanjaan dari pihak lain (leverasir dalam hal ini). Tetapi
kalau kita menggapkan bahwa pembelian bahan yang dilakukan dengan tunai, maka
perhitungan modal kerjanya akan menggunakan konsep bruto. Perbedaan cara-cara
penentuan kebutuhan modal kerja bias dipelajari pada berbagai buku pembelajaan
perusahaan atau manajemen keuangan.
Suatu hal yang perlu kita sadari adalah bahwa kebutuhan modal kerja tergantung
pada kebijakan perusahaan. Sebagai missal, perusahaan yang menganut kebijakan
menjual seacara kredit tentu membutuhkan modal kerja yang lebih banyak dari pada
perusahaan yang menjual secara tunai.
Dengan demikian kita bias mekasir kebutuhan modal kerja tersebut dengan jalan
menaksir berapa banyak dana yang diperkirakan akan tertanam pada komponen modal
kerja terdiri dari kas, piutang, dan persediaan. Besar kecilnya kas rata-rata akan
tergantung pada likuiditas yang diinginkan. Biasanya estimasi atas besarnya kas ini akan
dihubungkan dengan taksiran penjualan. Jadi, kalau ditentukan besarnya kas adalah 2%
dari penjualan, maka kas rata-rata akan berubah kalau taksiran pennjualan berubah juga.
9
dalam satu tahun, maka dana yang diperlukan dalam persediaan = (harga pokok
penjualan/6).
Dalam estimasi kebutuhan modal kerja selama usia proyek bisnis perlu
diperhatika kemungkinan adanya perubahan modal kerja tersebut. Umumnya dalam
perkembangan proyek bisnis ini akan terjadi peningkatan kebutuhan modal kerja. Pada
akhir usia proyek bisnis, modal kerja ini akan menjadi salah satu komponen yang
membentuk cash flow.
Berikut ini disajikan penaksiran modal kerja dan dampaknya bagi kebutuhan pendanaan
proyek bisnis.
10
senilai Rp40. Karena supplier membolehkan perusahaan membeli secara kredit dengan
jangka waktu 3 bulan, maka perputaran utang dagang menjadi 4x dalam satu tahun.
Dengan demikian, rata-rata utang dagang adalah (Rp40/4)=Rp10 untuk setiap Rp100
penjualan (atau 10% dari penjualan).
Demikian seterusnya kita bias meksir kebutuhan akan modal kerja untuk setiap taksiran
penjualan.
Karena modal kerja tersebut diperlukan untuk mendukung penjualan tahun yang
akan datang, maka modal kerja diperlukan pada tahun ke-0 untuk mendukung penjualan
tahun ke-1 modal kerja diperlukan pada tahun ke-1 untuk mendukung penjualan tahun
ke-2, dan seterusnya.
Taksiran kebutuhan modal kerja dan jumlah dana yang diperlukan setiap
tahunnya disajikan dalam table berikut ini. Perhatikan bahwa dana yang diperlukan
setiap tahun untuk membiayai kebutuhan akan modal kerja (yang berarti merupakan kas
keluar) adalah dana yang diperlukan untuk tambahan modal kerja. Sedangkan pada
akhir usia proyek bisnis, modal kerja tersebut akan kembali sebagai terminal cash flow.
Tahun Ke-
0 1 2 3 4
Penjualan 0 80 100 140 100
Modal Kerja 16 20 28 20
Tambahan Modal -
Kerja -16 40 -8 -8 20
11
II.2.3 Sumber Dana
Setelah diketahui berapa banyak dana yang akan diperlukan dan kapan dana
tersebut diperlukan untuk investasi, maka pertanyaan selanjutnya yang timbul adalah
dari mana atau dalam bentuk apa dana tersebur akan ditarik. Pada dasarnya pemilihan
sumber dana bertujuan untuk memilih sumber dana yang pada akhirnya bias
memberikan kombinasi dengan biaya terendah, dan tidak menimbulkan kesulitan
likuiditas bagi proyek bisnis atau perusahaan yang mensponsori proyek bisnis tersebut
(artinya jangka waktu pengembalian sesuai dengan jangka waktu penggunaan dana).
1. Modal sendiri yang disetor oleh pemilik perusahaan. Apabila perusahaan tidak
berbentuk Perseroan Terbatas (PT) yang berniat go public (artinya menjual
saham dipasar modal), maka modal sendiri hanya bias diperoleh dari (para)
pemilik perusahaan. Karena itulah b agi perusahaan yang ingin menghimpun
dana yang besar mereka mungkin memilih untuk go public.
2. Saham biasa atau saham preferen (yang merupakan modal sendiri) yang
diperoleh dari emisi (penerbitan) saham di pasar modal. Perusahaan yang
memutuskan untuk go publicdapat menghimpun dana masyarakat dengan jalan
menerbitkan saham yang nanti akan diperjualbelikan di bursa. Secara ringkas
perusahaan yang bias menerbitkan saham di pasar modal Indonesia adalah
perusahaan berbentuk PT, besar dan baik (dalam artian menghasilkan
keuntungan).
3. Obligasi, yang diterbitkan oleh perusahaan dan dijual di pasar modal. Obligasi
yang diterbitkan bias berbentuk:
a. Obligasi biasa. Obligasi menawarkan suku bunga yang tetap (bunga tersebut
mungkin dibayarkan persemester atau pertahun) untuk jangka waktu usia
obligasi dan dicantumkan nilai pelunasannya.
b. Obligasi dengan Suku Bunga Mengambang (floating rate). Besarnya bunga
yang dibayarkan akan tergantung pada tingkat bunga yang berlaku. Apabila
suku bunga meningkat, bunga obligasi juga meningkat. Demikian pula
apabila suku bunga menurun. Suku bunga yang dipakai sebagai patokan
12
biasanya adalah suku bunga deposito (biasanya jangka waktu 6 bulan) dari
beberapa bank ditambah dengan presentase tertentu, misalnya dikatakan
bahwa bunga yang dibayar adalah 1% diatas suku bunga deposito jangka
waktu 6 bulan.
c. Obligasi Tanpa Bunga (zero coupon bonds). Meskipun resminya obligasi ini
tidak membayarkan bunga, tetapi pembeli obligasi tersebut tetap menerima
penghasilan karena obligasi tersebut dijual dengan discount. Sebagaimana
misalnya obligasi akan jatuh tempo 5 tahun lagi, dengan nilai pelunasan
Rp1.000.000,- dijual saat ini dengan harga Rp519.000,- dikatakan bahwa
obligasi tersebut dijual dengan discount 48,1%2. Seringkali peneribitan zero
coupon bonds dimaksud untuk menghemat present value pembayaran pajak.
d. Obligasi Konversi (convertible bonda). Ini merupakan jenis obligasi yang
bias diubah menjadi saham pada waktu tertentu (missal 5 tahun lagi). Kalau
calon pembeli obligasi konversi mengharapkan bahwa sewaktu obligasi
tersebut dikonversikan menjadi saham biasa, harga saham telah sangat
tinggi, maka mereka mungkin bersedia untuk membeli obligasi tersebut
meskipun bunga yang ditawarkan relative rendah. Bagi perusahaan,
membayar bunga yang rendah pada masa awal proyek bisnis mungkin akan
menghindarkan diri dari kesulitan likuiditas. misalnya obligasi biasa, dengan
jangka waktu pelunasan 5 tahun, membrikan bunga 14% per tahun. Obligasi
tersebut laku terjual sesuai dengan harga pelunasan sebesar Rp1.000.000,-
Obligasi konversi ditawarkan hanya dengan bunga 7% per tahun, tetapi
pemilik obligasi tersebut bias menukar obligasi tersebut dengan 100 lembar
saham biasa pada 5 tahun yang akan datang atau minta dilunasi. Kalau harga
saham diperkirakan akan mencapai Rp20.000,- per lembar, pembeli obligasi
konversi akan lebih dari pada pembeli obligasi biasa.
4. Kredit bank, baik kredit investasi maupun non-investasi. Harus diakui bahwa
sampai saat ini kredit bank masih merupakan sumber dana yang terbesar bagi
dunia usaha. Sebagai misal, selama tahun 1992, jumlah kredit yang diberikan
oleh bank-bank, baik dalam rupiah maupun valuta asing mencapai sekitar
Rp10,081 triliun. Sedangkan dana yang dihimpun oleh perusahaan-perusahaan
dari penerbit saham di pasar modal mencapai Rp0,578 triliun dan untuk obligasi
13
(termasuk obligasi konversi) sebesar Rp0,134 triliun. Masalahnya adalah
seringkali spread yang ditentukan bank terlalu besar. Misalkan bank
menghimpun dana masyarakat dengan membayar bunga mencapai 12%, tetapi
menyalurkannya sebagai kredit dengan bunga 15% per tahun. Dibandigkan
dengan kredit vank, obligasi tersebut lebih murah 3% biayanya. Dari sudut
pandang pembeli obligasi, obligasi tersebut memberikan keuntungan 3% diatas
tingkat bunga simpanan. Apabila risiko membeli obligasi dipandang sama
dengan risiko menyimpan uang di bank (bank bia mengalami kebangkrutan),
maka obligasi tersebut aka menarik. Tentu saja perusahan tidak akan
menerbitkan obligasi kalau jumlahya terlalu kecil (di bursa efek Jakarta
disyaratkan minimal Rp25 miliar) atau hanya berjangka pendek (misalnya hanya
untuk berapa bulan). Dalam situasi itulah perusahaan akan tetap memerlukan
kredit dari bank.
5. Leasing (sewa guna), dari lembaga keuangan non-bank. Beberapa lembaga
keuangan (tetapi bukan bank) menawarkan jasa untuk menyediakan aktiva
(misal mesin) yang diperlukan oleh perusahaan. Secara resmi lembaga keuangan
tersebutlah yang memiliki aktiva tersebut dan perusahaan menyewanya. Bagi
perusahaan, tentu saja yang penting adalah apakah perusahaan bisa
memnggunakan aktiva tersebut dan apakah biaya sewa jatuhnya lebih kecil
(setelah memperhatikan kemungkinan penghematan pajak) dibadingkan dengan
kalau meminjam dari bank dan membeli aktiva tersebut.
6. Project Finance. tipe pendanaan ini merupakan tipe pendanaan yang makin
bayak dipergunakan untuk membiayai proyek bisnis-proyek bisnis besar. Pada
dasarnya project finance merupakan bentuk kredit yang pembayarannya
didasarkan atas kemampuan proyek bisnis tersebut melunasi kewajiban
finansialnya. Dengan demikian, perusahaan yang mensponsori proyek bisnis
tersebut tidak akan diminta melunasi kewajiban finansialnya dari proyek bisnis
tersebut, apabila terjadi gangguan cash flow dari proyek bisnis tersebut. Jadi
misalkan PT A (yang telah mempunyai berbagai divisi dan bisnis) mendapat
kesempatan untuk membangun dan mengelola jalan tol. Untuk membangun jalan
tol tersebut diperlukan dana yang sangat besar (misalnya Rp200 miliar). Kalau
tipe pendanaan project finance digunakan, maka lembaga-lembaga keuangan
14
yang menyediakan dana untuk proyek bisnis tersebut akan dilunasi berdasarkan
atas penghasilan jalan tol tersebut. PT A tidak perlu mengambil cash flow dari
bisnis lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial tersebut (tentu saja juga
tidak diizinkan untuk mengambil cash flow proyek bisnis tersebut untuk
memenuhi kewajiban finansial bisnis yang lain). Karena sifat yang
ketergantungan hanya pada proyek bisnis tersebut saja, para sponsor pendanaan
akan sangat hati-hati dalam melakukan analisis. Akan lebih disukai kalau ada
kepastian arus kas (seperti adanya kontrak penjualan).
Tetapi ternyata deregulasi tersebut juga membawa dampak menyulut inflasi karena
penambahan kredit (yang berarti menambah jumlah uang yang beredar) yang tidak
diikuti dengan penambahan produksi barang dan jasa. Untuk mengurangi jumlah uang
yang beredar, maka pemerintah pada Agustus 1990 melakukan kebijakan uang ketat
(tight money policy) dengan menarik dana BUMN dari bank-bank, sehingga
mengakibatkan meningkatnya suku bunga (suku bunga deposito mencapai lebih dari
20%). Dalam keadaan seperti itu biaya dana juga meningkat.
Setelah kebijakan tersebut berlangsung sampai dengan awal 1993, maka pada
ssemester II Nampak gejala-gejala bahwa perbankan kelebihan likuiditas lagi, sehingga
pada akhir tahun 1993 suku bunga deposito turun menjadi hanya single digit.
Sayangnya penurunan suku bunga deposito tersebut tidak diikuti dengan penurunan
suku bunga kredit secara proposional. Suku bunga kredit masih bertahan sekitar 17%
untuk bank-bank nasional, meskipun telah mencapai 14% untuk bank asing
15
Ilustrasi tersebut menunjukan bahwa perubahan kondisi moneter dapat
menyebabkan perubahan baiaya dana (cost of capital) yang ditanggung perusahaan.
Suku bunga pinjaman mungkin naik, mungkin pula turun. Karena itulah mencari kredit
jangka panjang dengan suku bunga tetap akan merupakan keputusan yang sangat
beresiko. Untuk kredit jangka panjang akan lebih baik kalau digunakan tingkat bunga
yang mengambang (floating rate). Selain itu, ketidak efesienan sector perbankan akan
mengakibatkan spread yang tinggi. Bagi perudahaan, tentu saja kedaan ini tidak
menguntungkan karena itu, berbagai upaya untuk memotong biaya intermedis ini perlu
dilakukan (antara lain menerbitkan obligasi di pasar modal).
Dalam praktiknya ada semacem “pedoman” untuk menentukan sumber dana apa
yang sebaiknya dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan akan dana tersebut. Sebagai
misal, kita mengenal istilah “struktur finansial yang konservatif” baik yang vertical
maupun yang horisonta. Sturktur finansial konvertatif yang vertikal menyatakan bahqa
perbandingan antara utang dengan modal sendiri adalah satu berbanding satu.
Sedangkan struktur finansial horizontal menyatakan bahwa aktiva tetap dan modal kerja
pedoman permanen dibelanjai dengan modal sendiri. Dari “pedoman” semacam ini
Nampak kesulitan yang mungkin timbul. Kalau perbandingan antara aktiva tetap dengan
aktiva tetap kurang dari satu banding satu. Demikian pula sebaliknya, kalau aktiva
perusahaan sebagian besar terdiri dari aktiva lancar, maka berarti perbandingan antara
modal sendiri dengan utang bisa kurang dari satu yang berarti sudah menyalahi
“pedoman” konservatif vertikal.
Utang
1
Modal Sendiri
1
Vertical
Aktiva lancar
Modal
Permanen+ Aktiva Sendiri
Tetap
16
Horizontal
Disamping kesulitan seperti yang diuraikan di atas, maka ‘’pedoman’’ di atas bisa
mengakibatkan perusahaan harus menyediakan modal sendiri dalam jumlah yang sangat
besar, kalau ternyata investasi tersebut membutuhkan dana untuk aktiva tetap yang
besar (berdasarkan ‘’pedoman’’ diatas, maka aktiva tetap sebaiknya dibelanjai dengan
modal sendiri). Untuk itulah kemudian ada yang mengubah ‘’pedoman’’ diatas dengan
menggunakan pertimbangan likuiditas untuk memenuhi dana. Pertimbangan likuiditas
dalam pemenuhan kebutuhan dana pada garis besar menyatakan bahwa :
Aktiva tetap +
Modal
17
Cara diatas adalah pemenuhan kebutuham dana yang hanya memperhatikan
factor likuiditas. dalam teori bagaimana kita seharusnya membelanjai kebutuhan
investasi, factor yang diperhatikan adalah bukan likuiditas, tetpi biaya modal dari
perusahaan. Penggunaan factor biaya modal sebagai sumber dana yang akan
dipergunakan, akan konsisten dengan tujuan kalau kita ingin memaksimumkan nilai
perusahaan atau harga saham perusahaan. Karena dengan menurunkan biaya modal
perusahaan, maka nilai perusahaan akan menjadi semakkin besar apabila keuntungan
yang diperoleh adalah sama. Dengan demikian kita akan berusaha mencari sumber dana
sampai dengan struktur modal perusahaan (yaitu perbandingan antara utang dengan
modal sendiri) tersebut bisa memberikan biaya modal perusahaan yang minimal.
Inti teori adalah bahwa struktur modal yang berada akan menghasilkan biaya
modal perusahaan yang berbeda pula. Biaya modal perusahaan pada dasarnya terdiri
dari biaya modal sendiri (cost pf equity) dan biaya utang (cost of debt) yang ditimbang
dengan proposi masing-masing sumber dana tersebut. Karena biaya modal sendiri akan
meningkat apabila digunakan proposi utang yang semakin besar dan biaya utang juga
bisa meningkat setelah melampaui proposi utang tertentu, maka biaya modal perusahaan
akan berubah apabila struktur modal berubah. Dengan demikian seharusnya perusahaan
menggunakan struktur modal yang akan meminimumkan biaya modal perusahaan.
18
adalah untuk membayar semua aktivitas yang dilakukan perusahaan , baik dalm
operasi sehari-harimaupun investasi
Aruskas adalah arus masuk dan arus keluar kas dan setara kas dan
laporan arus kas perusahaan didala suatu pride tertentu , beserta penjelasan
tentang sumber-sumber penerimaan dan pengeluaran kas tersebut,setiap
perusahaan memiliki laporan arus kas . biasanya laporan tersebut mencatat
sejumlah transaksi yang terjadi baik pengeluan maupun pendapatan . laporan ini
biasanya disusun secara berurutan dan sisitematis kenpa ? bias dibilang ,laporan
ini memegang peranan vital dalam mendukung kemajuan sebuah perusahaan
Sebuah perusahaan yang baik memiliki laporan uang kas yang lengkap.
Lewat laporan tersebut, kita bisa melihat mengenai hal apa saja yang ingin kita
ketahui. Tidak terbatas hanya pendapatan dan pengeluaran saja tapi ada hal
lainnya yang bisa kita ketahui lewat laporan tersebut.Untuk itu, setiap
perusahaan wajib untuk memiliki sebuah laporan yang berisi cash flow dalam
perusahaan mereka. Berikut tujuan pembuatan cash flow yang perlu diketahui.
Dalam sebuah perusahaan, terdapat banyak divisi atau pos. Kita bisa
mengeceknya lewat laporan uang kas tanpa perlu kesulitan untuk mengecek
setiap aspek satu-persatu
Sebelumnya, kita sudah mengetahui tujuan pembuatan laporan uang kas. Hal ini
berhubungan dengan manfaat laporan yang bisa kita dapat dengan membuat hal
19
itu. Berikut manfaat-manfaat yang bisa kita dapat dengan membuat laporan uang
kas.
Laporan arus kas membantu kamu untuk mengetahui lebih dalam soal
kemampuan perusahaan dalam membayar aspek-aspek operasional seperti
membayar kewajiban perusahaan (membayar gaji karyawan), dan membayar
dividen.Mengetahui laba bersih
b. Laba bersih bisa diketahui dari arus kas yang masuk dan keluar. Laporan uang
kas menyajikan banyak hal terutama soal pendapatan dan pengeluaran. Karena
itu, kita bisa tahu laba bersih di perusahaan. Sehingga, keuntungan sebuah
perusahaan bisa diketahui lewat laba bersih yang ada dalam periode
tertentu.Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan arus kas
Lewat tujuan dan manfaat laporan uang kas diatas, kita bisa tahu
mengenai pentingnya laporan cash flow dalam sebuah perusahaan. Intinya,
laporan tersebut dapat membantu kita untuk tahu mengenai tentang kondisi
sebuah perusahaan.Setelah itu, penting bagi kita untuk menyusun langkah di
masa yang akan datang. Dengan hal itu, kita bisa mendapatkan susunan langkah
yang tepat bagi kemajuan perusahaan kita. Itulah pentingnya laporan uang kas
yang dapat membantu kita dalam menganalisis kondisi perusahaan kita dan
menyusun langkah yang ada berdasarkan laporan tersebut
20
II.3.2 Komponen Cash Flow
Untuk menghindari kesalahan dalam menaksir aliran kas proyek bisnis, maka
cara termudah yang digunakan adalah perlakuan proyek bisnis sebagai suatu proyek
bisnis yang terpisah dari kegiatan perusahaan yang barangkali sudah ada. Dengan
demikian kita tidak perlu menghadapi kemungkinan terjadinya ‘’overlapping’’ antara
aliran kas proyek bisnis tersebut dengan aliran kas kegiatan perusahaan yang lain.
Kemudian untuk proyek bisnis juga dipisahkan aliran kas yang timbul karena
keputusan pembelanjaan dengan aliran kas yang terjadi karena investasi dalam proyek
bisnis tersebut ini berarti kalau proyekbisnis itu kemudian membayarka dividen bunga
menulanasi pinjaman, membayar kembali modal sendiri, kita tidak perlu mengurangkan
sebagai aliran kas keluar.
Aliran kas yang berhubungan dengan suatu proyek bisnis bisa dikelompokan
menjadi 3 bagian: aliran kas permulaan (initial cash flow), aliran kas operasional
(operational cash flow), dan aliran kas terminal (terminal cash flow). Pengeluaran-
pengeluaran untuk investasi (outlay) pada awal periode, mungkin tidak hanya sekali,
merupakan intial cash flow. Aliran kas yang timbul selama operasi proyek bisnis itu
disebut sebagai operational cash flow. Aliran kas yang diperoleh pada waktu proyek
bisnis tersebut berakhir disebut terminal cash flow umumnya positif. Aliran-aliran kas
ini harus dengan dasar setelah pajak.
21
Penentunya/estimasi tentang berapa besarnya operational cash flow
setiap tahunya, merupakan titik pemulaan untuk penilaian profitabilitas usulan
investasi tersebut. Kebanyakan cara yang digunakan untuk menaksir operational
cash flow setiap tahunnya adalah dengan ‘’menyesuaikan’’ taksiran laba/rugi
yang disusun berdasarkan prinsip-prinsip akutansi dan menambahkannya dengan
biaya-biaya yang sifatnya bukan tunai (penyusutan misalnya). Karena itu dalam
praktiknya kita banyak seklai menjumpai cara menaksir aliran kas operasional
ini dengan menggunakan rumus laba setelah pajak + penyusutan.
Meskipun cara ini sering tepat, tetapi perlulah menyadari persyaratan
yang perlu dipenuhi dalam menggunakan cara sperti diatas. Penggunaan cara di
atas cukup tepat apabila pengakuan terhadap penghasilan dan biaya menurut
akutansi tidak hanya berbeda dengan terjadinya penerimaan dan pengeluaran
kas. Kalau antara pengakuan penghasilan dan biaya cukup berbeda, seperti apa
berbeda, seperti pada contoh kita di atas, penggunaan cara itu akan memberikan
hasil yang tidak tepat.
Kalaupun kita bisa ‘’mengubah’’ laporan akutansi menjadi pola aliran
kas, karena persyaratannya memenuhi, maka yang sering menjadi kebingungan
adalah proyek bisnis tersebut dibelanjai dengan (sebagian) pinjaman. Umumnya
kalau dianggap bahwa proyek bisnis tersebut dibelanjai dengan modal sendiri,
penaksiran aliran kas operasionalnya tidak menjadi masalah. Masalah ini
sebenarnya timbul karena dicampurkannya keputusan pembelanjaan dengan
hasil investasi proyek bisnis tersebut.
Misalkan ada suatu investasu yang dibelanjai dengan 100% modal
sendiri, senilai Rp100 juta. Usia ekonomis 2 tahun, tidak mempunyai nilai sisa.
Kalau penyusutan dilakukan dengan metode garis lurus, maka penyusutan
pertahunnya adalah Rp50 juta. Taksiran rugi/lab pertahun adalah sebagai berikut
Penghasilan Rp 150.000.000,-
Penyusutan 50.000.000
120.000.000
22
Laba sebelum pajak Rp 30.000.000
Penghasilan Rp 150.000.000
Penyusutan 50.000.000
120.000.000
Bunga 20.000.000
Pajak 5.000.000
23
Aliran kas masuk = Laba setelah pajak + Penyusutan
= Rp5.000.000 + Rp50.000.000
= Rp55.000.000
Untuk keperluan penaksiran operational cash flow. Cara semacam ini membuat
kesalahan dalam hal mencampuradukkan antara cash flo karena keputusan
pembelanjaan (yaitu pembayaran bunga) dan cash flow karena investasi (penghasilan,
pengeluaran biaya tunai, pajak). Untuk itu cara menaksir aliran kas operational yang
bener adalah
Aliran kas masuk = Rp5 juta + Rp50 juta + Rp20 juta (1-0,5)
= Rp65 juta
Perhitungan hasil diatas (Rp65 juta) adalah sama dengan hasil yang kita peroleh
kalau kita menganggap bahwa seolah-olah investasi tersebut dibelanjai dengan 100%
modal sendiri. Kalau kita anggap bahwa investasi tersebut dibelanjai, misalnya 50%
utang dan 50% modal sendiri, maka kalau kita gunakan cara seperti diatas, aliran kas
masuk bersihnya juga tetap Rp65 juta.
Dengan kata lain, dalam membuat taksiran operational cash flow bisa saja
melakukan dengan cara menganggap bahwa seolah-olah investasi tersebut dibelanjai
dengan 100% modal sendiri. Dari contoh diatas, kita melihat bahwa hasil akhirnya sama
juga. Penaksiran semacam ini terutama penting nsntinya kalau dihubungkan dengan
konsep biaya modal (cost of capital). Kalau mengurangkan bunga terlebih dahulu dalam
perhitungan aliran kas dan kemudian mempertimbankan biaya modal dalam perhitungan
menguntungkan tidaknya suatu usulan inbestasi, maka kita melakukan perhitungan
ganda (double counting). Pertama pada waktu mengurangkan bunga, kedua pada waktu
membandingkan dengan tingkat bunga sebagai modalnya.
24
operasional ini disesuaikan dengan umur ekonomis investasi tersebut. Umur eknomis
proyek bisnis itu dikatakan masih memberikan manfaat ekonomis. Diluar periode
tersebut, proyek bisnis itu tidak lagi mempunyai arti ekonomis. Tentu dalam menaksir
umur ekonomis ini akan banyak mengalami kesulitan. Salah satu factor yang
menyebabkan sulitnya menaksir usia ekonomis adalah perubahan teknologi. Beberapa
ahli mengatakan bahwa kita sekarang hidup dalam tahap ‘’post industrialization’’,
dimana teknologi berubah sangat cepat.
25
II.3.3 Menaksir Cash Flow
Dalam menaksir aliran kas operasional dari proyek bisnis baru harus
memperhatikan pengurangan aliran kas akibat penurunan penjualan produk lama.
Taksiran yang kita gunakan adalah taksiran bersih, setelah dikurangi berkurangnya kas
masuk dari produk lama.
Contoh 1
Ambil misal, investasi tersebut memerlukan investasi sebesar Rp1.000 juta, dan
ditaksir memberikan kas masuk bersih sebesar Rp 200 juta setiap tahun. Investasi
sebesar Rp1.000 juta tersebut terdiri dari aktiva tetap yang ditaksir berusia ekonomis 8
tahun sebesar Rp800 juta dan modal kerja sebesar Rp200 juta. Misalkan aktiva-aktiva
tetap tersebut ditaksir mempunyai nilai sisa Rp50 juta pada akhir tahun ke-8. Tetapi
dengan adanya proyek bisnis tersebut mengakibatkan berkurangnya penjualan dari
produk lama sehingga menyebabkan penurunan aliran kas produk lama sebesar Rp50
juta pertahun. Dengan demikian taksiran aliran kasnya adalah:
26
untuk laba operasional maupun capital gains, sebesar 30%. Bagaimana penaksiran
aliran kasnya?
Contoh 3
Misal dari contoh 2, mesin baru mempunyai usia ekonomis, 6 tahun dan
bukannya 4 tahun. Asumsi ini lebih logis, Karena pada umumnya mesin baru akan
mempunyai usia ekonomis yang lebih lama. Dengan demikian taksiran aliran kasnya
menjadi:
Tambahan aliran kas keluar (untuk tambahan investasi) Rp40 juta. Untuk
menaksir tambahan aliran kas masuk setiap tahunnya. Kita perlu menentukan terlebih
dulu periode waktu yang sama. Di mana usisa ekonomis mesin lama tinggal 4 tahun.
Setelah 4 tahun, maka mesin baru akan tinggal mempunyai ilia sebesar (2 x Rp20juta) =
Rp40 juta. Karena penyusutan mesin baru sekarang adalah Rp20 juta per tahun.
27
Taksiran kas masuk operasional adalah:
Tambahan keuntungan
Tambahan operasional cash flow per tahun Rp17,5 juta (untuk 4 tahun)
Tambahan terminal cash flow Rp40 juta (pada akhir tahun ke-4)
28
BAB III
PENUTUPAN
III.1 Kesimpulan
Studi aspek aspek sebelunya yang telah dilakukan sehingga aspek keuangan
dibuat berdasarkan pada hasl analisi lain oleh karena itu aspek financial akan menjawab
seluruh pertanyaan mengenai biaya yang harus dikeluarkan
Dalam makalah ini pembahasan dilakuakn pada laporan keuangan yang yang
menjadi aspek keuangan.namuan sangat penting dilakukan perusahaan yang akan
berinvestasi
III.2 Saran
Semoga dosen dapat mengawasi dan membimbing mahasiswa dalam pembuatan
makalah maupun pada saat persentasi.
29
DAFTAR PUSTAKA
https://www.papermakalah.com/2017/09/makalah-arus-kas-cash-flow.html?m=1
http://juniskaefendi.blogspot.com/2015/04/makalah-study-kelayakan-bisnis-tentang.html?
m=1
LAMPIRAN