Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH STUDI KEBIJAKAN ZAKAT WAKAF

KONSEP DASAR DAN TEORI-TEORI KEBIJAKAN DALAM


POLITIK EKONOMI ISLAM

KELOMPOK 1
DISUSUN OLEH:
1. Miftahul Choiriah (2130604129)
2. Siti Hamalnah Hanifah (2130604120)

DOSEN PENGAMPUH : MUFTI FIANDI M.Ag

MANAJEMEN ZAKAT DAN WAKAF 3


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah- Nya kepada penulis, sehingga
Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “konsep
dasar dan teori-teori kebijakan dalam politik ekonomi” ini dengan
baik dan tepat waktu. Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi
tugas kuliah yang di berikan oleh dosen Pengampuh mata kuliah
studi kebijakan zakat wakaf Bapak Mufti Fiandi M.Ag Makalah
ini ditulis dari sumber-sumber Yang berkaitan dengan konsep
dasar dan teori-teori kebijakan dalam politik ekonomi, serta
informasi dari media masa yang berhubungan dengan konsep
dasar dan teori-teori kebijakan dalam politik ekonomi. Tak lupa
penyusun ucapkan terima kasih kepada pengajar mata kuliah atas
bimbingan yang diberikan kepada kami, sehingga dapat
diselesaikan makalah ini dengan baik.
Penulis harap makalah ini dapat member manfaat kepada kita
semua dan menambah wawasan kita tentang apa itu konsep dasar
dan teori-teori kebijakan dalam politik ekonomi. Makalah ini
masih jauh dari kata kesempurnaan, maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan
kami demi menuju arah yang lebih baik.

Palembang, 27 februari 2023


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang

1.2.Rumusan Masalah

1.3.Tujuan Makalah

BAB II PEMBAHASAN

2.1.Pengertian Politik Ekonomi

2.2 Pengertian Politik Ekonomi Islam..............................................


2.3 Konsep Dasar Kebijakan Ekonomi Indonesia Perspektif Ekonomi
Islam
2.4 Yang Menjadi Tujuan Politik Ekonomi Islam
2.5 Aspek Pelembagaan Zakat dan Pelembagaan Institusi Wakaf
Oleh Pemerintahan Menjadi Bagian Kebijakan Politik Ekonomi
Politik

BAB III PENUTUP

3.1.Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dunia yang berkembang terus dengan jumlah penduduk yang
semakin banyak menimbulkan berbagai macam permasalahan dalam
kehidupan manusiasehari-hari. Termasuk dalam hal ini masalah
bagaimana cara manusia untuk dapatmencukupi berbagai kebutuhan
hidupnya sehari-hari. Masalah ini dapatdikategorikan sebagai masalah-
masalah perekonomian. Perkembangan ekonomi sangatlah terkait
dengan kebijakan suatu pemerintahan, maka dalam prakteknya pada
setiap masa pemerintahan sistemekonomi ini memiliki wajah yang
beragam. Adanya keragaman ini, kiranya dapatmenjadi pelajaran
berharga bagi setiap orde pemerintahan dalam perumusan suatukebijakan
yang sedapat mungkin bisa merujuk pada cita-cita mulia dari
sistemekonomi itu sendiri.
Dalam Islam dikenal dua macam kebijakan ekonomi yaitu,
kebijakanekonomi fiskal dan kebijakan ekonomi moneter. Dalam sejarah
kebijakan ekonomiIslam banyak cendekiawan yang menyumbangkan
pemikiran mengenai cara-caramengatasi permasalahan ekonomi. Salah
satunya yang paling terkenal adalah IbnuKhaldun dengan teorinya konsep
perpajakan. Alasan suatu negara menerapkan konsep kebijakan ekonomi
Islam adalahuntuk memaksimalkan penggunaan sumber daya ekonomi
yang adadan mengatasi masalah ekonomi antara lain semakin
meningkatnya angka pengangguran, menurunnya daya beli masyarakat,
menurunnya nilai investasi, dansebagainya. Selain itu dalam
melaksanakan kebijakan ekonomi sangat diperlukan peran serta
pemerintah supaya tidak terjadi penyelewengan anggaran
sehinggakesejahteraan masyarakat dapat tercapai.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas, untuk lebih memfokuskan pembahasan
mengingat apa yang akan dijadikan topic pembahasan adalah tentang
masalah Politik Ekonomi Islam, maka penulis merumuskan
beberaparumusan masalah antara lain ;
1. Apa itu Politik Ekonomi
2. Apa Itu Politik Ekonomi Islam
3. Apa yang menjadi Konsep Dasar Kebijakan Ekonomi Indonesia
Perspektif Ekonomi Islam
4. Yang menjadi tujuan politik ekonomi islam

1.3 Tujuan Masalah


1. Untuk mengetahui sejarah dan pengertian politik ekonomi islam.
2. Menganalisis perkembangan politik ekonomi islam
3. Mengetahui Pandangan Islam Terhadap Ekonomi Islam
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian politik ekonomi


Banyak orang yang selama ini salah memahami ekonomi politik, yaitu
menganggap ekonomi politik sama dengan politik ekonomi dan
mengasumsikan bahwa ekonomi politik adalah integrasi antara ilmu
ekonomi dan ilmu politik. Bahkan, cenderung mendefinisikan ekonomi
politik secara kata per kata atau menggunakannya untuk menganalisis dua
bidang kajian, yaitu ekonomi dan politik. Padahal, analisis ekonomi politik
bukanlah analisis yang mendikotomikan antara ekonomi dan politik karena
keduanya tidak bisa dipertemukan. Di samping itu, wilayah kajian ekonomi
dan politik terpisah jauh sehingga sulit untuk menyatukan dua bidang
tersebut.
Menurut Erani, perbedaan terpenting dari pendekatan ekonomi politik
dan ekonomi murni adalah pandangannya tentang struktur kekuasaan yang
ada dalam masyarakat. Ide ekonomi politik didasarkan pada pemisahan
antara ilmu politik dan ilmu ekonomi.
Konsep ekonomi politik muncul pada abad ke-18 yang ditandai
dengan terjadinya pergeseran istilah dari "ekonomi" menjadi "ekonomi
politik". Istilah "ekonomi" diambil dari konsep Yunani yang berarti
manajemen rumah tangga, sedangkan "ekonomi politik" dimaksudkan
sebagai manajemen tentang urusan ekonomi dalam sebuah negara,
Kemunculan ilma ekonomi politik ini telah menimbulkan perdebatan
tentang tanggung jawab dari pejabat negara yang berkaitan dengan negara
serta bertujuan membantu orang dalam memahami dan mengatasi perubahan
dramatis dalam sistem pemusatan kebutuhan manusia, baik dengan
memahami sifat dari kebutuhan/keinginan maupun cara memproduksi serta
mendistribusikan barang untuk memuaskannya.
Secara etimologi, ekonomi politik berasal dari dua suku kata, yaitu
ekonomi dan politik. Ekonomi berasal dari bahasa Yunani, yaitu oikos yang
artinya rumah, dan nomos yang artinya aturan sehingga dapat didefinisikan
sebagai manajemen rumah tangga. Adapun politik berasal dari kata "polis"
yang berarti "kota/negara". Dengan demikian, ekonomi politik adalah
manajemen terhadap urusan ekonomi dalam sebuah negara. Menurut Bruno
5. Frey (1994), ekonomi politik adalah (gugusan teori yang didasarkan pada
pemahaman mengenai) saling kebergantungan antara ekonomi dan politik.
Ekonomi dan politik berinteraksi dengan banyak cara dalam rangka alokasi
sumber daya, distribusi pendapatan, stabilisasi. Ekonomi dan politik tidak
dapat dipisahkan. Para pengambil keputusan (aktor) bidang ekonomi dan
bidang politik saling bergantung satu sama lain dan keduanya adalah aktor
utama sistem ekonomi politik.
Ekonomi politik memiliki cara pandang yang berbeda dengan
ekonomi murni. Oleh karena itu, menurut Caporaso ketika ilmu politik dan
ilmu ekonomi disatukan secara konseptual, ekonomi politik tidak dapat lagi
dipandang sebagai hubungan antara dua jenis telaah yang berbeda.
Oleh karena itu, secara umum kajian ekonomi politik adalah
mengaitkan seluruh penyelenggaraan politik, baik yang menyangkut aspek,
proses maupun kelembagaan dengan kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh
masyarakat ataupun yang diintrodusir oleh pemerintah. Pendekatan ini
meletakkan bidang politik subordinat terhadap ekonomi, artinya instrumen-
instrumen ekonomi, seperti mekanisme pasar, harga dan investasi dianalisis
dengan mempergunakan setting politik tempat kebijakan atau peristiwa
ekonomi tersebut terjadi. Hal- hal yang dipelajari ilmu ekonomi politik
adalah penggunaan sistem kekuasaan dan pemerintahan sebagai instrumen
atau alat untuk mengatur kehidupan sosial atau sistem ekonomi.

Contoh Politik Ekonomi


Adapun untuk beberapa teladan yg tergolong dlm politik ekonomi,
diantaranya;
1. Kebijakan Moneter
Kebijakan moneter merupakan kebijakan yg mengacu pada langkah-
langkah atau Langkah-langkah yg diambil oleh otoritas moneter suatu
negara untuk mengatur permasalahan yg berkaitan dgn moneter. Kebijakan
ini diterapkan dgn tujuan untuk menertibkan jumlah uang yg beredar baik
dengan-cara eksklusif maupun tak langsung.
2. Penetapan harga Minimum (Floor Price)
Penetapan harga minimum ialah kebijakan yg diambil oleh
pemerintah dgn tujuan untuk melindungi produsen. Penetapan ini berusaha
untuk memastikan bahwa harga jual produsen senantiasa lebih tinggi
dibandingkan harga pokok buatan, sehingga produsen masih bisa
memeperoleh laba & bisa untuk melaksanakan buatan barang dengan-cara
berkesinambungan.
Bisa pula dibilang bahwa, Kebijakan Penetapan Harga Minimum
yakni kebijakan yg diambil dikala harga pasar lebih rendah dibandingkan
harga pokok produksi. Produsen akan mengalami kerugian apabila
memasarkan hasil produksinya sesuai dgn harga pasar.
3.Kebijakan Penetapan Harga Maksimum (Ceiling Price)
Penetapan Harga Maksimum yakni kebijakan yg diambil oleh
pemerintah dgn tujuan untuk melindungi pelanggan.
4.Kebijakan Penetapan Upah Minimum Regional
Upah Minimum Regional atau yg biasanya disingkat UMR
merupakan upah yg berlaku untuk satu tempat provinsi atau kabupaten/kota.
Perusahaan yg beroperasi di sebuah daerah mesti menyesuaikan upah
terendahnya dgn besarnya UMR di daerah tersebut. Ketentuan yg
menertibkan wacana UMR tercantum dlm Permennaker Nomor 10 Tahun
1999 ihwal Upah Minimum.1

2.2 Pengertian Politik Ekonomi Islam


Sedangkan politik ekonomi Islam adalah jaminan tercapainya
pemenuhan semua kebutuhan primer (bacis needs) tiap orang secara
menyeluruh, berikut kemungkinan taip orang untuk memenuhi kebutuhan
sekunder dan tersiernya sesuai dengan kadar kesanggupannya, sebagi
individu yang hidup dalam sebuah masyarakat yang memiliki gaya hidup
(life style) tertentu. Oleh karena itu, politik ekonomi Islam bukan hanya
bertujuan untuk meningkatkan taraf kehidupan dalam sebuah Negara
semata, tanpa memperhatikan terjamin tidaknya tiap orang menikmati
kehidupan tersebut.
Ketika mensyariatkan hukum-hukum ekonomi pada manusia. Islam telah
mensyariatkan hukum-hukum tersebut kepada pribadi. Dengan itu, hokum-
hukum syara’ telah menjamin tercapainya pemenuhan seluruh kebutuhan
primer tiap warga Negara Islam secara menyeluruh, sebagai sandang,
pangan, dan papan.
Jelaslah bahwa Islam tidak memisahkan antara manusia dan
eksistensinya sebagai manusia, serta antara eksistensinya sebagai manusia
dan pribadinya. Islam juga tidak perah memisahkan antara anggapan tentang
jaminan pemenuhan kebutuhan primer yang dituntut oleh masyarakat
dengan masalah mungkin-tidaknya terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan
sekunder dan tersier mereka.
Akan tetapi Islam telah menjadikan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
tersebut dengan apa yang dituntut oleh masyarakat sebagai dua hal yang
seiring, yang tidak mungin dipisahkan antara satu dengan yang lain. Justru
Islam menjandikan apa yang ditutuntut oleh masyarakat tersebut sebagai asa
(dasar pijakan) untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang ada.2

2.3 Konsep Dasar Kebijakan Ekonomi Indonesia


Perspektif Ekonomi Islam
Konsep dasar ekonom islam berangkat dari pemahaman secara utuh
dan mendalam terhadap filsafat ekonomi Islam.3 Karena implikasi dari asas
filsafat ini dapat di jadikan sebagai kerang konstruksi sosial dan tingkah
laku sistem, yaitu tentang organisasi kepemilikan,pembatasan tingkah laku
individual dan norma pelaku ekonomi.4 Nilai-nilai dasar sistem ekonomi
1 Budi Prasetyo, Politik Kebijakan: Proses Politik Dalam Arena Kebijakan, (Surabaya:
Universitas Airlangga, 2008),
2 http://www.uccb.ns.ca/mchoudhu/ipe.htm, diakses pada 20 November 2019
3 Sri-EdiSwasono,"SistemEkonomiKita:Pasal33 UUD 1945
danTantangannyaMasaKini"dalamSri-EdiSwasono,\99Z,SistemEkonomi
4 Ahmad Muflih Saefuddin, 1997, "Perbandingan Sistem Ekonomi Islam dengan
Kapitalisme Marxisme"dalamWawasanIslam dan Ekonomi: Sebuah Bunga Rampai,
Jakarta: FEUI
Islam merupakan implikasi dari asas filsafat ekonomi tauhid.Adapun nilai-
nilai dasar dari pada sistem ekonomi Islam adalah sebagai berikut:
Pertama, Nilai dasar kepemilikan. Kekhasan konsep Islam mengenai
kepemilikan ini terletak pada kenyataan bahwa dalam Islam,legitimasi
kepemilikan itu tergantung pada moral.5 Kepemilikan terletak pada memiliki
kemanfaatannya dan bukan menguasainya secara mutlak atas sumber
sumber ekonomi, karena kepemilikan harta secara absolut hanya ada pada
Allah semata.
Kedua, Keseimbangan Merupakan nilai dasar yang pengaruhnya
terlihat pada berbagai aspek tingkah laku ekonomi muslim, misalnya
kesederhanaan {moderation), hemat{parsimony) dan menjauhi sifat
pemborosan{extravagance). Konsep kesederhanaan ini tidak hanya berupa
timbangan kebajikan hasil dari usahanya yang diarahkan untuk dunia dan
akhirat saja, tetapi juga berkaitan dengan keseimbangan antara kepentingan
kebebasan perseorangan dengan kepentingan umum, serta keseimbangan
antara hak dan kewajiban.6
Ketiga, Keadilan Sosial. Al-Qur'an merujuk pada konsep keadilan yang
merupakan istilah ketiga diantara istilah-istilah yang paling sering
digunakan setelah"Allah" dan "Ilmu Pehgetahuan".''Boleh jadi keadilan
dianggap sebagai konsep yang lebih luas dimana keadilan sosial
memperoleh kedudukan utama. Dalam' kenyataannya, banyak penulis
kontemporer menegaskan bahwa keseluruhan infrastruktur hukum di dalam
Islam didasarkan pada keadilan sosial.7

2.4 Yang Menjadi Tujuan Politik Ekonomi Islam


Politik ekonomi adalah tujuan yang ingin dicapai oleh hukum-hukum
yang dipergunakan untuk memecahkan mekanisme mengatur urusan
manusia. Sedangkan politik ekonomi Islam adalah jaminan tercapainya
pemenuhan semua kebutuhan primer (bacis needs) tiap orang secara
menyeluruh, berikut kemungkinan taip orang untuk memenuhi kebutuhan
sekunder dan tersiernya sesuai dengan kadar kesanggupannya, sebagi
individu yang hidup dalam sebuah masyarakat yang memiliki gaya hidup
(life style) tertentu. Oleh karena itu, politik ekonomi Islam bukan hanya
bertujuan untuk meningkatkan taraf kehidupan dalam sebuah Negara semata,

5 M.AbdulMannan,1997,TeoridanPraktekEkonomiIslam,ter.IkhwanAbidinBisri,Yogyakar
ta:DanaBhaktiPrimaYasa,hal. 63-64.^'AbulHasan Bani-Sadr,"IslamicEconomic;
Ownership andTawhid"dalam John J.Donohue dan John L. Esposito (ed.),1982,Islam
in Transition MuslimPerspectives,New York:OxfordUniversityPress,hal. 230.
6 Mubyarto,2002, "Penerapan Ajaran Ekonomi Islam di Indonesia"
dalamShari'ahEconomicsDays, Jakarta: Forum Studi Islam SenatMahasiswaFE-UI
7 ShahrukhRafiKhan, 2002, "Sistem Ekonomi Politik dalam Negara Islam"
dalamJurnalMillah, Vol.,II,No. 1 Januari
tanpa memperhatikan terjamin tidaknya tiap orang menikmati kehidupan
tersebut. Ketika mensyariatkan hukum-hukum ekonomi pada manusia. Islam
telah mensyariatkan hukum-hukum tersebut kepada pribadi. Dengan itu,
hokum-hukum syara’ telah menjamin tercapainya pemenuhan seluruh
kebutuhan primer tiap warga Negara Islam secara menyeluruh, sebagai
sandang, pangan, dan papan. Jelaslah bahwa Islam tidak memisahkan antara
manusia dan eksistensinya sebagai manusia, serta antara eksistensinya
sebagai manusia dan pribadinya.

Islam juga tidak perah memisahkan antara anggapan tentang jaminan


pemenuhan kebutuhan primer yang dituntut oleh masyarakat dengan masalah
mungkin-tidaknya terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan sekunder dan tersier
mereka. Akan tetapi Islam telah menjadikan pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan tersebut dengan apa yang dituntut oleh masyarakat sebagai dua hal
yang seiring, yang tidak mungin dipisahkan antara satu dengan yang
lain.  Justru Islam menjandikan apa yang ditutuntut oleh masyarakat tersebut
sebagai asa (dasar pijakan) untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang ada.8

2.5. Aspek Pelembagaan Zakat dan Pelembagaan Institusi Wakaf


Oleh Pemerintahan Menjadi Bagian Kebijakan Politik
Ekonomi Politik
Dalam konteks Indonesia, ekonomi politik Islam diwujudkan dalam
bentuk intervensi pemerintah, seperti membuat aturan, masuk ke industri,
memulai gerakan, dan lain-lain. Zakat, sebagai bentuk tanggung jawab moral
yang lain baik bagi setiap muslim. Dalam pengertian bahasa, kata zakat
(dalam bahasa Arab zakâh, dari kata kerja zakâ) berarti “penyucian” atau
“pengembangan”. Dari pengertian ini, harta seseorang yang telah dikeluarkan
zakatnya menjadi bersih, karena tidak ada lagi “kotoran” yang sebenarnya
bukan miliknya. Jiwa orang yang mengeluarkannya pun menjadi bersih. Dari
pengertian ini pula, harta yang dikeluarkan zakatnya pada hakikatnya tidak
berkurang, justru akan tumbuh berkembang. Belum pernah ada cerita orang
menjadi miskin gara-gara mengeluarkan zakat. Dalam pengertian istilah
agama, zakat adalah “mengeluarkan kadar tertentu dari harta benda yang
sifatnya wajib dan setelah memenuhi syarat-syarat tertentu”.Sementara itu
waqaf secara bahasa berarti al-habsu (menahan), al-man”u (mencegah), serta
al-imsak (menahan).Dalam perkembangannya, bentuk wakaf tidak hanya
sebatas kepada benda yang tidak bergerak tetapi juga benda bergerak. Di
berbagai negara seperti Mesir, Yordania, Saudi Arabia, Turki, wakaf selain
berupa sarana dan prasarana ibadah dan pendidikan juga berupa tanah

8 https://jurnal.iainambon.ac.id/index.php/amal/article/download/
1709/896#:~:text=Politik%20ekonomi%20Islam%20memberikan
%20kekuatan,kesejahteraan%20masyarakat%20demi%20terwujudnya
%20keadilan.
pertanian, perkebunan, flat, uang, saham, real Politik Ekonomi Ziswaf
Sebagai Kontrak Sosial Jaminan Kesejahteraan. Secara terminologis, politik
ekonomi adalah tujuan yang akan dicapai oleh kaedah-kaedah hukum yang
dipakai untuk berlakunya suatu mekanisme pengaturan kehidupan
masyarakat. Dalam konteks Indonesia, politik ekonomi Islam pemerintah RI
diejawantahkan dalam bentuk “intervensi” pemerintah dalam berbagai
bentuknya (termasuk meregulasi, masuk ke industri, menginisiasi suatu
gerakan, dan lainlain). Intervensi ini bermakna positif karena bukan kooptasi
terhadap ekonomi Islam tetapi justru mendorong perkembangan ekonomi
Islam. Secara politik ekonomi Islam, ada beberapa rasional yang
mengharuskan pemerintah RI melakukan intervensi terhadap pengembangan
ekonomi Islam, yaitu:

(1) Industri keuangan syariah memiliki dampak yang positif bagi


stabilitas perekonomian makro Indonesia,

(2) Industri keuangan syariah memiliki ketahanan/resistensi yang


cukup tinggi terhadap goncangan krisis keuangan,

(3) Diperlukannya peran aktif pemerintah sebagai regulator dan


supervisor sehingga tercipta efisiensi, transparansi dan berkeadilan.

Dalam koridor itulah, politik ekonomi Islam pemerintah RI dapat


dipaparkan sebagai berikut: UU No. 38 Tahun 1999 tentang Zakat.
Diundangkannya UU Zakat menunjukkan politik ekonomi Islam dalam ranah
keuangan publik pemerintah RI cukup akomodatif terhadap kebutuhan umat
Islam untuk melaksanakan rukun Islam yang ke-3. Oleh karena itu, UU Zakat
adalah kebutuhan umat Islam. Persoalannya, ternyata UU tersebut belum bisa
berperan optimal untuk menarik zakat. Oleh karena itu perlu politik ekonomi
Islam lanjutan, untuk lebih memikat muzakki,mestinya zakat yang semula
hanya sebagai pengurang penghasilan kena pajak (PPKP) ditingkatkan
menjadi pengurang pajak. Diundangkannya UU No. 41 Tahun 2004 tentang
Wakaf. Untuk melengkapi Undang-undang tersebut, pemerintah juga telah
menetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2006 tentang Pelaksanaan
Undang-undang Nomor 41 tahun 2004, ditambah Kepmen Nomor 04 Tahun
2009 tentang Administrasi Wakaf Uang. Sebelum itu, telah ada berbagai
peraturan yang mengatur tentang wakaf (DEPAG RI, 2006). Peraturan yang
mengatur tentang wakaf adalah UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Dasar Pokok-pokok Agraria, khususnya pasal 5, 14 (1), dan 49, PP No. 28
Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik, Peraturan Menteri No. 1
Tahun 1978 tentang Peraturan pelaksanaan PP No. 28 Tahun 1977.Itu semua
menunjukkan politik ekonomi Islam yang diperankan pemerintah RI dalam
ranah keuangan publik Islam telah menunjukkan keberpihakannya pada
penerapan keuangan publik Islam secara legal formal. Kalau begitu, sekarang
tinggal action nya. Kalau dulu, banyak orang berdiskusi dan berharap adanya
lembaga khusus yang menangani perwakafan di Indonesia, kini BWI (Badan
Wakaf Indonesia) sudah berdiri (sejak 2007). Tinggal bagaimana
memaksimalkan lembaga independen amanat undang-undang itu. Islam
dalam ajarannya sangat menekankan upaya penegakan keadilan dalam segala
aspek kehidupan termasuk keadilan ekonomi untuk terwujudnya
kesejahteraan umat manusia. Karena memang persoalan ekonomi akan dapat
mempengaruhi sikap teologis yang diambil. Kefakiran akan dapat menggeser
tingkat teologis seseorang menuju kekufuran. Zakat sendiri sesungguhnya
menjadi instrumen penting dan mendasar bagi kesejahteraan dan keadilan
ekonomi umat manusia. Zakat berikut dengan wakaf dalam perspektif
ekonomi memiliki tiga peran:

1. Redistribusi pendapatan dan kekayaan.

2. Stabilisator perekonomian.

3. Pembangunan dan Pemberdayaan masyarakat.

Zakat, sebagai bentuk tanggung jawab moral etis yang bersifat


fardlu'ain bagi setiap muslim, merupakan konsep pemerataan pendapatan dan
kesejahteraan dalam wilayah ekonomi kenegaraan. Saat ini, Zakat
dilembagakan dalam bentuk Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS), yang
menghimpun dan menyalurkan dana zakat kepada para mustahik. Jika
diwujudkan secara produktif, maka akan mampu memberdayakan ekonomi
kerakyatan dari bermental pemalas dan pemelas menjadi bermental pemberi
atau menjadi muzakki dikemudian hari. Demikian juga halnya dengan Infak,
Shadaqah dan Wakaf. Sudah semestinya negara memainkan peranan yang
lebih dalam mendayagunakan peotensi sumber-sumber filantropi Islam
tersebut. Sebuah keniscayaan bagi pemerintah untuk membentuk lembaga
negara yang dapat mendayagunakan dana infak, shadaqah dan wakaf dalam
bentuk yang produktif dalam penyaluran dan penggunaannya. Tidak sekedar
bernuansa konsumtif yang hanya akan melahirkan masyarakat pemalas.
Sebagai contoh Bantuan Langsung Tunai, bukan berarti tidak bermanfaat,
tetapi hanya akan memberikan beban sosial yang tinggi dikemudian hari.
Alangkah baiknya, jika dana BLT tersebut difungsikan sebagai bentuk
alokasi pemberdayaan masyarakat melalui program sejuta wirausahawan
misalnya. Lebih bermanfaat, dan tidak merendahkan Indonesia di mata
bangsa lain. Oleh karena itu, konsepsi Ekonomi Syariah yang berlandaskan
kepada AlQuran dan Hadits Nabi saw yang memiliki orientasi at-tauhid, an-
nubuwwah, al-‘adl, al-tazkiyah, al-ma’ad, al-falah, merupakan konsep
ekonomi pembangunan berkelanjutan yang tepat guna dengan instrumen-
instrumen ekonomi dan keuangan berupa ZISWAF tersebut, sebagai sumber
filantropi Islam untuk mencapai kesejahteraan bersama. Maka dari itu
kebijakan ekonomi Syariah dalam konteks negara merupakan sebuah
keniscayaan.9

9 https://sg.docworkspace.com/l/sIAuAiJROzIrmnwY
PENUTUP

KESIMPULAN

Politik ekonomi Islam merupakan seperangkat instrumen agar dapat


terwujud kehidupan masyarakat yang harmonis. Dalam konteks Indonesia,
politik ekonomi Islam pemerintah RI diejawantahkan dalam bentuk
“intervensi” pemerintah dalam berbagai bentuknya (termasuk meregulasi,
masuk ke industri, menginisiasi suatu gerakan, dan lain-lain). Intervensi ini
bermakna positif karena bukan kooptasi terhadap ekonomi Islam tetapi justru
mendorong perkembangan ekonomi Islam. Pada dasarnya pada diri manusia
telah diciptakan suatu perasaan untuk menyukai dan mengasihi sesama,
sehingga timbul kehendak untuk bekerja dan berkorban untuk mereka.
Bentuk kontrak sosial dalam Islam memiliki tiga peran, yakni: redistribusi
pendapatan dan kekayaan, stabilisator perekonomian, dan pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat. Kontrak sosial dalam Islam merupakan tiang
penghubung antara kaum kaya dengan kaum miskin dan lemah. Kontrak
sosial merupakan sebuah sikap kepedulian sosial yang tinggi sebagai wujud
konkrit dari penghargaan terhadap hak-hak dasar manusia termasuk dalam
bidang ekonomi. Namun demikian dukungan pemerintah dalam bentuk
politik ekonomi yang berdasarkan pada prinsip-prinsip ekonomi Islam
membuat perkembangan dan pertumbuhan praktik ekonomi Islam di
Indonesia menjadi pesat. Perkembangan pesat tersebut dapat terlihat dalam
berbagai bidang ekonomi yang menerapkan sistem ekonomi Islam, termasuk
sektor keuangan publik, seperti ZISWAF. Realitas yang demikian,
memberikan harapan besar yang menumbuhkan optimisme bagi umat Islam
untuk terus berupaya mengembangkan ekonomi Islam di Indonesia, terlebih
lagi dukungan pemerintah yang diwujudkan dalam berbagai regulasi dan
political will semakin nyata mendukung pengembangan ekonomi Islam di
Indonesia. Ke depan, pemerintah perlu terus didorong untuk menerapkan
politik ekonomi yang berorientasikan pada sistem ekonomi Islam.
Diharapkan penerapan politik ekonomi Islam yang lebih luas akan
mempercepat terwujudnya tatanan ekonomi yang berkeadilan dan
menyejahterakan di bumi nusantara.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Baqi, Fu‟ad Abd. al-Mu’jam Mufahras li al-fâzh al-Qur’ân. Indonesia:


Maktabah Dahlan, t.t.
Al-Qaradhawi , Yusuf. 1993. al-Ibâdah fi al-Islâm. Beirut: Dâr al-Fikr.
Al-Qaradhawi, Yusuf. 1991. Fiqh al-Zakah. Beirut: Dar al-Fikr.
Al-Zuhaliy, Wahbah. 1989. Fiqh al-Islâm wa Adillatuh. Beirut: Dar al-Fikr.
Antonio, Muhammad Syafi‟i. 2002. Prinsip dan Etika Bisnis dalam Islam,
dalam
Ekonomi dan Bank Syari’ah pada Milenium Ketiga. Ed. Azhari Akmal
Tarigan, Medan: IAIN Press.
Muttaqin, Zainal. 1997. Kewajiban Menjadi Muzakki, t.t.p: tp.
Nasution, Harun et al. 1992. Ensiklopedia Islam Indonesia. Jakarta:
Djambatan

Anda mungkin juga menyukai