Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Segala puji dan syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT,
karena berkat rahmat dan karunia-Nya, kami telah berhasil
menyelesaikan makalah ini, yang merupakan salah satu tugas dalam
mata kuliah “SEJARAH PEMIKIRAN EKONOMI”. K a m i m e n y a d a r i
b a h w a d a l a m m e n y e l e s a i k a n m a k a l a h y a n g b e r j u d u l “MAHZAB
HISTORIS” ini tidak lepas dari kesalahandan kekurangan. Sehubungan
dengan hal tersebut, maka kami mengharapkan k r i t i k d a n s a r a n y a n g
b e r s i f a t m e m b a n g u n d a r i p e m b a c a g u n a k e s e m p u r n a a n makalah
ini. Atas selesainya penyusunan tugas ini, kami sampaikan rasa terima
kasih yang setulus- tulusnya kepada Bapak Aulia Dawam, S.E, M.A selaku
Dosen pengampu yang telah memberikan bantuan atau dorongan, baik moril
maupun materil.

i
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii
BAB I...................................................................................................................................1
A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................1
C.Tujuan Masalah...........................................................................................................1
BAB II..................................................................................................................................2
A. PERTENTANGAN PENDAPAT MENGENAI METODE YANG DIGUNAKAN..................2
B. TEORI-TEORI TAHAP (STUFENTHEORIEN)...............................................................4
C. TEORI-TEORI MENGENAI UANG...........................................................................11
D. KAUM SOSIALIS KATHEDER..................................................................................12
E. PENYELIDIKAN STATISTIK DAN TEORI KONYUNGTUR...........................................13
F. PANDANGAN MENGENAI TEORI SPIETHOFF........................................................15
G. KAUM INSTITUSIONALIS.......................................................................................16
BAB III...............................................................................................................................18
PENUTUP..........................................................................................................................18
A. KESIMPULAN........................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................21
Bibliography.....................................................................................................................21

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mazhab historis mengkaji pertumbuhan ekonomi dari sisi sejarahnya,
sehingga teori-teori ini disebut pula Teori Tahap-tahap Pertumbuhan Ekonomi.
Teori ini berasal dari Jerman pada abad XIX sebagai reaksi terhadap “sistem
persaingan bebas” (laissez faire) yang lahir dan berkembang di Inggris.
Dengan berhasilnya tokoh-tokoh neo-klasik dalam mementahkan serangan
pemikiran-pemikiran sosialis/marxis, maka bendera sistem liberal/kapitalisme
kembali berkibar. Walaupun sistem pakar-pakar neo-klasik berhasil mementahkan
serangan kaum sosialis, tidak berarti sistem ini dianut semua negara-negara di
daratan Eropa. Pada waktu yang bersamaan, di Jerman perkembangan suatu aliran
pemikiran ekonomi yang disebut Aliran Sejarah (historism).
Pola pemikiran aliran sejarah didasarkan pada prespektif sejarah. Kerangka
dasar teoritisnya berikut pola pendekatan yang digunakan oleh aliran sejarah
dalam memecahkan masalah-masalah ekonomi sangat berbeda dan terpisah dari
aliran utama (mainstream) yang berawal dari kaum klasik. Adapun nama aliran
sejarah diinspirasikan oleh keberhasilan metode sejarah dalam bidang-bidang
hukum dan bahasa. Oleh segolongan pakar-pakar Jerman sendiri, ada yang
menamakan alian sejarah sebagai aliran “etis”, untuk menunjukan
ketidaksenangan mereka pada paham hidonisme klasik.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pertentangan Pendapat Mengenai Metode Uang Yang Digunakan ?
2. Apa saja yang terdapat pada Teori-teori Tahap ?
3. Apa saja Teori-teori Mengenai Uang ?
4. Apa Kaum Sosialis Katheder itu ?
5. Bagaimana Penyelidikan Statistic dan Teori Konyungtur ?
6. Bagaimana Pandangan Mengenai Teori Spiethoof ?
7. Apa itu Kaum Institusional ?

C.Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui bagaimana Pertentangan Pendapat Mengenai Metode Yang Di
Gunakan
2. Untuk mengetahui apa saja Teori-teori Tahap itu
3. Untuk mengetahui apa saja Teori-teori Mengenai Uang itu
4. Untuk mengetahui apa itu Kaum Sosialis Katheder
5. Untuk mengetahui bagaimana Penyelidikan Statistik dan Teori Konyungtur
6. Untuk mengetahui bagaimana Pandangan Mengenai Teori Spiethoof
7. Untuk mengetahui apa itu Kaum Institusional

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERTENTANGAN PENDAPAT MENGENAI METODE YANG
DIGUNAKAN

Dapat dikatakan bahwa mashab Historis tak pernah mencapai perumusan


yang cukup jelas mengenai doktrin-doktrinnya. Ada sesuatu hal yang dapat
dinyatakan dengan tegas mengenai aliran ini yakni : bahwa aliran tersebut
merupakan suatu reaksi terhadap teori-teori klasik.
Anggota-anggota mashab Historis mengkritik para ahli teori klasik karena
sempitya pendekatan (approach) mereka, terhadap kehidupan ekonomi yang
didasarkan atas suatu psikologi hedonistik yag kasar, dan terutama terhadap
pernyataan kaum klasik bahwa pendekatan tersebut menyebabkan timbulnya
hokum-hukum yang kaku. metode yang digunakan para ahli ekonomi klasik
bersifat deduktif. Dengan jalan memberikan uraian-uraian berdasarkan jumlah
premis yang terbatas jumlahnya, dianggap mereka bahwa kesimpulan-kesimpulan
logis yang ditarik berdasarkannya mempunyai validitas penuh.
Suatu metode merupakan jalan ke arah ilmu pengetahuan. Kaum klasik
menggunakan sebagai premis, uraian-uraian yang dikemukakan mereka
berdasarkan motif dasar manusia, berupa kepentingan diri sendiri, akan tetapi
dalam bentuknya yang sempit. Semua ahli-ahli ekonomi kaum klasik secara
eksplisit, menerima filsafat utilitarian dan metode yang digunakan mereka
didasarkan atasnya. Dapat pula ditambahkan bahwa metode deduktif pada analisis
ilmiah berpangkal pada suatu pendapat tertentu, (missal dalam ilmu ekonomi,
berdasarkan dalil bahwa : “subyek ekonomi berusaha mencapai tujuan tertentu,
dengan pengorbanan seminimal-minimalnya”); hingga perubahan yang
dikemukakan merupakan suatu penguraian - yakni suatu tindaka deduksi- dengan
cara yang logis, yang didasarkan atas dalil dasar tersebut. Deduksi tersebut
didasarkan atas asa identitas, yakni berdasarkan anggapan, bahwa apabila dua hal
sama dengan hal ketiga, maka ketiga hal masing-masing harus sama satu sama
lain (artiya bila A=B dan B=C maka A=C). Hal tersebut dengan demikian
merupakan suatu pengaturan logis dari tiga pendapat yang juga dinamakan
silogisme.

Akan tetapi menurut mashab Historis, pengalaman sejarah menunjukkan


bukti-bukti adanya diversitas besar motif-motif manusia, tradisi dan bentuk-
bentuk organisasi ekonomi, hingga dengan demikian hal itu bertentangan dengan
argument para ahli ekonomi klasik bahwa terdapat adanya hukum alamiah
kehidupan ekonomi.
Mashab Historis berpendapat bahwa metode klasik adalah “Mekanis”.
Rencana mashab Historis mengharuskan adanya suatu metode induktif, menurut
metode mana sebab-sebab individual setiap fenomi pertama-tama diselidiki, agar

2
dengan demikian dapat dicapai data, untuk mengadakan generalisasi, apabila hal
tersebut dapat dilakukan.
Pada metode induktif orang berpangkal pada fakta-fakta tertentu, dan
berdasarkannya diusahakan untuk mencapai hukum-hukum umum. Secara diam-
diam orang menganggap disini bahwa pada gejala yang khusus terdapat hal
umum. Tetapi janganlah dilupakan bahwa kebenaran anggapan tersebut perlu diuji
berdasarkan penyelidikan berulang-ulang.
John Stuart Mill dalam bukunya : “System Of Logic” menunjukkan bahwa
walaupun untuk ilmu pengetahuan ideal (yaitu ilmu pengetahuan yang khusus
dikontruksi dalam alam pikiran manusia). Metode deduktif adalah satu-satunya
metode yang paling tepat, maka ilmu-ilmu pengetahuan yang mempunyai
hubungan tertentu dengan kenyataan, sekalipun mempergunakan metode deduktif,
tidak dapat bekerja tanpa menggunakan metode induktif. Pada abad ke 19 timbul
pertentangan-pertentangan tangan mengenai apakah dalam ilmu pengetahuan
social umumnya, dan dalam ilmu pengetahuan ekonomi khususnya, akan
digunakan metode deduktif atau metode induktif.
Di Jerman pertentangan metode (methodenstrijd) mencapai puncaknya
pada diskusi yang dilakukan antara Karl Menger dan Gustav Schmoller.
Sebenarnya setiap ilmu pengetahuan terus menerus memperbaiki, tetapi metode
itu tidak dijadikan obyek penelitiannya, melainkan ilmu pengetahuan senantiasa
berusaha untuk mencapai hasil-hasil baru.

Perbedaan antara metode induksi dan deduksi dapat dikemukan secara


skematis.

Pengertian idealisering :
Mengidealisir berarti membawa sesuatu gejala ke tingkat kesempurnaan
tertinggi. Hal tersebut dilakukan guna menujukkan suatu gejala dalam bentuk
yang paling murni. Sesuatu yang sempurna adalah sederhana, hingga dengan
demikian lebih mudah di pahami.
Mengidealisir sesuatu juga merupakan suatu alat pembantu, guna lebih
memahami gejala tertentu. Hal tersebut dinamakan pula tindakan “menstilir”.
Dalam rangka mencari hukum-hukum ekonomi, ilmu ekonomi
menggunakan macam-macam tipe ideal.
Tipe ideal yang banyak digunakan anatara lain :

1. Manusia yang bertindak menurut asas rasionalitas obyektif;


2. Manusia sebagai Homo Economicus;
3. Teori-teori tahap (Stufentheorin).

Para penganut mashab Historis berupaya untuk menyusun berbagai


skema,guna mencakup perkembangan ekonomi dari abad ke abad. Teori-teori
demikian dikenal orang sebagai Stufentheorin. Berikut ini dikemukakan beberapa
diantara teori-teori tahap yang terpenting.

3
B. TEORI-TEORI TAHAP (STUFENTHEORIEN)
a. friedrich List membedakan fase-fase sebagai berikut :
Friedrich List sebenarnya adalah seorang penganut paham Laissez faire
yang berpendapat bahwa sistem atau paham ini dapat menjamin alokasi sumber
daya yang optimal. Dengan kata-kata lain perkembangan ekonomi hanya terjadi
apabila dalam masyarakat terdapat kebebasan dalam organisasi politik dan
kebebasan perorangan.
Tetapi ia menghendaki adanya proteksi pemerintah bagi industri-industri
yang masih lemah. Suatu hal yang dapat dimengerti karena dia menghendaki
berkembangnya industri di Jerman yang pada waktu itu masih jauh tertinggal
dibandingkan dengan di Inggris.Dengan demikian menurut Friedrich List
perkembangan ekonomi yang sebenarnya tergantung kepada peranan pemerintah,
organisasi swasta dan lingkungan kebudayaan masyarakat yang bersangkutan.
Friedrich List meneliti tahap-tahap pertumbuhan ekonomi dari segi
perkembangan teknik produksi atau perilaku masyarakat dalam berproduksi.
Tahap-tahap tersebut adalah :
I. Fase dimana terdapat adanya pengembala
Ini adalah bentuk kegiatan manusia yang paling awal (primitif) dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya (berproduksi).Produk yang dibutuhkan oleh
masyarakat pada tahap ini adalah bahan makanan, yang jelas merupakan suatu
kebutuhan yang sangat mendasar bagi suatu kehidupan. Bahan pangan ini dapat
dibagi dua, yaitu: (i) yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan (ii) yang berasal
dari hewan. Pangan nabati pada tahap ini dapat diambil begitu saja dari alam
tanpa perlu bersusah payah menanam dan apalagi memprosesnya. Sementara
pangan hewani diperoleh dengan cara berburu. Bila bahan pangan di suatu daerah
habis, maka mereka akan mencari yang lain di tempat yang lain pula dengan
membawa serta hewan yang masih mereka miliki atau belum habis dimakan.
Dengan demikian mereka mempunyai pola hidup mengembara dan dengan
tingkat ketergantungan yang sangat tinggi kepada alam.
II. Fase dimana terdapat adanya petani-petani
Seiring dengan berjalannya waktu jumlah penduduk kian meningkat dan
oleh karena itu kebutuhannya, khususnya kebutuhan akan bahan pangan juga
meningkat, sehingga diperlukan jumlah bahan pangan yang semakin banyak pula.
Dengan demikian jumlah bahan pangan di suatu lokasi menjadi semakin cepat
habis, dibandingkan dengan periode sebelumnya.Hal ini berarti bahwa untuk
memenuhi kebutuhan pangannya masyarakat tersebut memerlukan route
pengembaraan yang semakin jauh dan dengan frekuensi yang semakin besar. Hal
ini sudah jelas memerlukan tenaga dan energi yang semakin besar pula, sementara
daya tahan tubuh masyarakat pada waktu itu belum berkembang dengan memadai
terutama karena pengetahuan tentang kesehatan dapat dikatakan sama sekali tidak
ada. Oleh karena itu pola hidup mengembara menemukan titik jenuhnya dan
masyarakat tradisional tersebut terdorong untuk memikirkan cara produksi
alternatif. Maka lama-kelamaan mulai dikenal kehidupan bercocok tanam
(bertani) tradisional.Oleh karena pertanian dalam arti luas meliputi pula usaha
peternakan, maka tahap ketiga ini disebut pertanian.
III. Fase dimana terdapat adanya pertanian dan industri secara berdampingan.

4
Di sektor pertanian ini terdapat, apa yang disebut dengan pengangguran
musiman (seasonalunemployment) . Seperti diketahui beberapa kegiatan pokok
dalam suatu usaha tani antara lain adalah : pembenihan, pembersihan lahan,
pengelolaan lahan sampai siap untuk ditanami, bertanam membersihkan
rerumputan yang tumbuh di sekitar tanaman (menyiang), memelihara/ mengatur
pengairan, melindungi tanaman dari ancaman ternak/ hewan lainnya seperti
burung dan babi, panen dan kemudian pasca panen. Diantara kegiatan-kegiatan
tersebut terdapat waktu senggang yang kadang-kadang relatif panjang, misalnya
periode antara sesudah bertanam atau menyiang sampai datangnya musim panen.
Disamping itu di beberapa daerah atau belahan bumi seperti di Eropa, Jepang dan
Cina bagian utara, karena kondisi cuaca dan iklim, maka kegiatan pertanian yang
normal hanya dapat dilakukan beberapa bulan saja dalam setahun. Maka dapat
dipahami bahwa waktu senggang ini dimanfaatkan oleh penduduk untuk
melakukan berbagai jenis pekerjaan lain dan yang terpenting diantaranya adalah
membuat berbagai produk kerajinan tangan untuk keperluan rumah tangga yang
dilakukan di rumah-rumah. Dengan demikian, lama kelamaan berkembanglah apa
yang disebut dengan industri rumah tangga (home industry). Produk-produk yang
dihasilkan antara lain:
(a) Barang anyaman seperti tikar, kain, renda, topi dan jala,
(b) Barang keramik/ tembikar seperti periuk, piring, cawan, piring, panci, gelar
dan tempayan,
(c) Berbagai barang ukiran/ hiasan,
(d) Peralatan pertanian dan/atau transportasi seperti: kapak, cangkul, pisau,
parang, pedang, bajak, gerobak, bendi dan pedati.
Pada tahap-tahap awal dari perkembangannya industri rumah tangga ini adalah
bersifat sambilan, berskala keci dan banyak menggunakan tenaga
manusia.Sementara itu produksinya juga hanya untuk keperluan lokal atau daerah
di sekitar produk itu dibuat. Perkembangan industri rumah tangga ini pada
akhirnya juga mendorong kemajuan di sektor pertanian yaitu melalui perbaikan
teknik produksi, sehingga perekonomian memasuki memasuki tahap kedua yang
bercirikan: pertanian yang semakin berkembang yang dilengkapi dengan industri
manufaktur berskala kecil.
IV. Fase dimana baik pertanian, industry maupun perniagaan telah berkembang.
Dalam jangka panjang, secara alamiah masyarakat ternyata belajar dari
pengalamannya, sehingga teknologi produksi, baik di sektor pertanian, maupun di
sektor rumah tangga, dari waktu ke waktu terus diperbaiki. Jumlah produk yang
dihasilkan semakin banyak, semakin beragam dan semakin canggih dan dengan
cara yang semakin efisien. Laju pertumbuhan teknologi ini semakin dipacu
dengan dikenalkannya sistem persaingan yang mendorong berkembangnya
spesialisasi baik antar pekerja maupun antar negara.Perkembangan spesialisasi
memperbesar tingkat interpendensi antar pekerja dan antar negara dan oleh karena
itu mendorong pertumbuhan sektor perdagangan.Sebaliknya sektor perdagangan
kembali merangsang perkembangan unit-unit produksi dan konsumsi yang ada di
dalam masyarakat baik dalam sektor pertanian maupun dalam sektor manufaktur.
( Teori tahap List didasarkannya atas perkembangan yang dijumpainya di
Amerika Serikat).

5
List dalam hal mengemukakan teorinya bertujuan untuk menunjukkan
bahwa Jerman sekitar tahun 1840 sebagian besar masih berada pada fase ke III.
Guna menandingi industry Inggris yang sudah jauh lebih maju, maka
pemrintah harus membantu industry dalam negeri dengan jalan mengadakan bea
impor tinggi yang dinamakan Erziehungszolle. Argumen List ini, hingga kini
terkenal dalam literature ekonomi internasioanl sebagai “infant industry
argument”.
b. Teori tahap Karl Bucher
Karl Bücher (16 February 1847 – 12 November 1930) adalah ekonom
Jerman yang menyusun teori tentang pertumbuhan ekonomi. Dalam teorinya,
ekonomi berkembang dari kondisi sederhana yaitu dari Rumah tangga tertutup
menjadi rumah tangga dunia. Ekonomi berasal dari isttilah Yunani “oikos” yang
berarti rumah tangga, dan “nomos” yaitu aturan atau urusan.
Karl Bucher mengemukakan tahap-tahap sebagai berikut :
I. Tahap rumah tangga tertutup (die Stufe Der Geschlossene Hauswirtscaft”).
Adalah rumah tangga dimana alat pemuas kebutuhan ekonomi didapatkan
dari hanya rumah tangga dan lingkungan disekitarnya. Interaksi ekonomi seperti
penjualan barang dan jasa juga sangat terbatas. Tahapan ini terjadi pada masa
awal peradaban hingga sekitar tahun 1000 M pada Abad Pertengahan.
II. Tahap rumahtangga kota (die Stufe der Stadt und Umlandwirtschaft”).
Adalah rumah tangga dimana kegiatan ekonomi mulai berinteraksi dengan
wilayah lebih lua. Rumah tangga tertutup berinteraksi dengan rumah tangga lain.
Tempat terjadinya Interaksi adalah di pasar.
III. Tahap rumahtangga Negara
Pada tahapan ini rumah tangga di kota saling berinteraksi dan menyebabkan
timbulnya rumah tangga bangsa. Wilayah dari rumah tangga ini adalah satu
negara, misalnya di Indonesia.
IV. Tahap rumahtangga dunia (die Stufe der Volkswirtshaft).
Seiring dengan berkembangnya globalisasi rumah tangga di negara-negara
di dunia saling berinteraksi dan menyebabkan timbulnya rumah tangga dunia.
Kegiatan ekonomi terjadi dengan proses ekspor dan impor antar negara.
Inti teori tahap yang dikemukakan Bucher adalah sebagai berikut : Pada
jaman dahulu di Jerman terdapat tanah-tanah pertanian luas, yang dinamakan
Frohnhof (Di Romawi kuno terdapat apa yang dinamakan Latifundia). Frohnhof
dimiliki oleh tuan-tuan tanah kaya, gabungkan diri di dalamnya, yang pada
dasarnya berarti bahwa mereka tunduk terhadap kekuasaan tuan tanah tersebut.
Tuan tanah menjamin keselamatan para petani kecil itu terhadap serangan dari
musuh dan sebagai kontraprestasi dimintanya pajak dari mereka.
Pajak umumnya berbentuk natura (yakni berbentuk misalnya gandum,
ternak, anggur, dan sebagainya) dan kadang-kadang pula berupa jasa-jasa tenaga
kerja. Perkembangan selanjutnya adalah bahkan lambat laun pembagian kerja
makin meluas hingga akhirnya timbul macam-macam spesialisasi, misalnya
( pada zaman itu di Eropa) ada pandai besi yang menghususkan diri membuat alat-
alat rumah tangga, ada pula yang menghususkan diri dalam hal pembuatan
senjata. Dengan bertambah majunya pekerjaan tengan, makin berkembang pula

6
perniagaan. Untuk kebutuhann perniagaan dibutuhkan tanah lapangan yang cukup
luas.
Lama kelamaan para pedagang menetap sekitar lapangan tersebut
(marktplein), tindakan mana akhirnya juga diikuti oleh para pekerja tangan.
Demikianlah gambaran mengenai terbentuknya kota pada waktu itu produksi
dilakukan berdasarkan pesanan (op bestel ling). Demi menjamin mutu hasil
pekerjaan didirikan oleh para pengusaha kota macam-macam gilde.
Gilde adalah kumpulan produsen dalam macam-macam bidang kerajinan
tangan. Ada dua golongan dalam gilde yakni para gilde meesters (ahli-ahli), dan
para gezellen (para murid yang melalui suatu meestersproef (bukti kecakapan)
pada suatu waktu mengharap mencapai gelar gildemeester. Peraturan gilde sangat
ketat, hingga lambat laun timbul pertentangan antara para meesters dan para gezel.
Lambat laun dengan dihapuskannya gilde, produksi kini ditujukan untuk
pasar, untuk pembeli yang tidak dikenal. perniagaan makin meluas, hingga bukan
saja meliputi perniagaan antara daerah, melainkan juga perniagaan antara Negara-
negara. Karl Bucher mencoba menjelaskan bahwa Negara-negara akan
berkembang kea rah rumah-rumah tangga Nasioanl. Jadi tidak ada kecenderungan
perkembangan kea rah rumahtangga dunia.
c. Teori tahap dari Hildebrand.
Hildebrand membedakan tiga tahap sebagai berikut :
I. Tahap Naturalwirtschaff ;
II. Tahap Geldwirtschaft ;
III. Tahap Kreditwirtschaft ;
Inti teori tahap Hildebrand adalah sebagai berikut :
Semula manusia primitive hidupnya sangat bersahaja. Apa yang
dibutuhkannya diusahakannya sendiri (jadi apa yang diproduksi, dikonsumsi
sendiri). Lambat lau hidup secara berdikari tersebut tidak dapat dipertahankan
lagi, mengingat makin bertambhanya dan makin meluasnya kebutuhan manusia,
dan makin meluasnya pembagian kerja. Timbullah hubungan tukar menukar
secara barter, dimana B-B (B=Benda) benda langsung ditukar dengan benda lain.
Disebabkan oleh karena tukar menukar ini natura banyak menimbulkan
kesulitan, maka akhirnya diketemukan orang uang yang dapat digunakan sebagai
medium pertukaran hingga kini terlihat proses pertukaran sebagai berikut :
B – U – B = Benda – Uang – Benda. Lambat laun penggunaan uang dedesak oleh
system pemberian kredit.

d. Teori tahap dari schmoller


Ia membedakan lima tahap sebagai berikut :
I. Tahap rumah tangga tertutup (Geschlossene Hauswirtschaft)
II. Tahap rumah tangga kota (Stadtwirtschaft)
III. Tahap rumah tangga, dimana daerah yang satu mempunyai hubungan
ekonomi satu sama lain
IV. Tahap rumah tangga negara (Volkswirtshaft)
V. Tahap rumah tangga dunia (Weltwirtschaft).

e. Teori tahap dari Eugen Von Phillopovich

7
Seperti halnya Karl Bucher, dikemukakannya pula perbedaan
antara rumah tangga tertutup dan rumah tangga yang mengenal hubungan tukar
menukar . Ia membedakan :
I. Rumah tangga yang terkait secara lokal
II. Rumah tangga yang terkait secara nasional
III. Rumah tangga dengan hubungan tukar menukar bebas
Hal yang terkait meliputi seluruh rumah-rumah tangga dunia.

f. Teori tahap dari Werner Sombart


I. Tahap prerkapitalisme, (Vorkapitalismus)
Dalam tahap ini kaum kapitalis maupun paham kapitalis belum dikenal
masyarakat dalam tahap ini bekerja hanya memenuhi kebutuhan hidup sendiri
dengan dasar kekeluargaan. Masyarakat umum bekerja pada sector pertaian yang
kehidupanya masih bersifat statis.

II. Tahap kapitalisme yang mulai tumbuh (Fruhkapitalismus)


Dalam tahap ini masyarakat sudah mulai bersifat dinamis, manusia pada
tahap ini sudah mulai mengenal uang serta mulai memupuk uang dan harta.
Suasana yang sifatnya kekeluargaan mulai memudar dan sifat individualis mulai
memasuki masyarakat.

III. Tahap kapitalisme yang sudah berkembang (Hochkapitalismus)


Kehidupan tahap ini mulai diarahkan untuk mencari keuntungan
semaksimal mungkin. Sehingga pada tahap ini kaum kapitalis atau kaum yang
bermodal besar sudah mulai muncul, akibat munculnya kaum kapitalis dalam
tahap ini muncul kaum buruh atau pekerja kaum kapitalis menguasai alat-alat
produksi dengan tujuan melakukan produksi secara besar-besaran.

IV. Tahap kapitalisme akhir (Spatkapitalismus).


Dalam tahap ini muncul kaum sosialis bertujuan mensejahterakan
bersama. Munculnya kaum sosialis akibat adanya kesenjangan kesejahteraan
antara kaum kapitalis dengan kaum buruh. Dengan munculnya kaum sosialis
maka peran serta pemerintah dalam pengedalian perekonomian mutlak dilakukan.
Inti teori tahap Werner Sombart adalah sebagai berikut : pada tahap
Vorkapitalismus ini masyarakat menunjukkan sifat komuna listrik, masyarakat
untuk bagian terbesar terdiri dari para petani yang menghasilkan apa yang
dibutuhkan . tukar menukar masih bersifat barter. Di samping bertani, penduduk
sebagian juga mengerjakan industri perumahan.
Pada tahap friihkapitalismus, makin lama makin timbul pertentangan
antara sifat kekeluargaan dan induvidualisme. Pembagian kerja yang makin
meluas, menyebabkan bahwa orang-orang akhirnya melakukan pekerjaan yang
sesuai dengan bakat dan kecakapan mereka masing-masing. Para pekerja tangan
tergabung dalam macam-macam gilde. Perniagaan belum begitu berkembang,
karena produksi masih di lakukan masih di lakukan pesanan. (perhatikan
persamaan antara tahap ini dengan tahap stadtwirtschaft dari karl bucher).

8
Pada tahap ketiga (tahap hochkapitalismus) di samping golongan
pedangang, pekerja tangan, serta para petani, timbul pula dua golongan baru yakni
golongan pemilik modal yang memiliki alat-alat produksi, dan golongan hanya
memiliki tenaga kerja mereka saja, yakni kaum buruh. Pada fase ini produksi di
lakukan secara masal dengan alat-alat produksi yang termodern. Motif laba (profit
motive) meluas di dalam lingkungan kaum bermodal. Perniagaan berkembang
hingga akhirnya meliputi perniagaan internasional. Pada tahap yang dinamakan
sombart fase spatkapitalismus, kepentingan pribadi harus mengalah terhadap
kepentingan masyarakat.
Produksi bukanlah di tujukan untuk mengejar laba maksimal, melainkan
untuk mencapai peningkatan kemakmuran bagi seluruh lapisan masyarakat. Tukar
menukar dikendalikan oleh negara. Dapatlah yang di terka bahwa yang di maksud
dengan tahap terakhir ini yaitu tahap sosialisme.
Disamping stufentheorien (tradisional) yang telah di uraikan, pada waktu
belakangan ini terdapat pula teori-teori yang juga secara tahap demi tahap
mencoba menerangkan bagaimana negara-negara mencapai perkembangan dan
pembangunan ekonomi. Antaranya terdapat :

g. Tahap-tahap pertumbuhan ekonomi dari W.Rostow


Dalam bukunya : “Stages of economic growth” BAB II. Dimulainya dengan
kata-kata sebagai berikut : “It is possible to identify all societies, in their
economic dimensions, as lying within one of five categories :
I. The traditional society
II. The preconditions for take off
III. The take off
IV. The drive to maturity
V. The age of high mass consumption
Keterangan Rostow adalah sebagai berikut :
Pertama-tama terdapat masyarakat tradisional, pada masyarakat demikian
terdapat batas terdapat tingkat output yang dapat dicapai per orang, karena di
sana potensi ilmu pengetahuan serta teknologi modern belum ada atau tidak
diterapkan secara teratur serta sistematik. Pada masyarakat demikian bagian yang
sangat besar dari sumber daya ekonomi di salurkan di bidang pertanian.
Hubungan-hubungan keluarga dan hubungan suku berpengaruh dalam organisassi
sosial.

Dalam masyarakat tradisional dapat misalnya digolongkan dunia pre –


newton; dinasti-dinasti di tiongkok ; eropa pada abad pertengahan.
Tahap kedua, yaitu pertumbuhan ekonomi meliputi masyarakat yang
berada dalam periode transisi, yakni periode dimana perkembangkan prasyarat
bagi take – of , pra syarat untuk take-off berkembang di Eropa Barat pada akhir
abad ke 17 dan permulaan abad ke 18.
Di antara negara-negara eropa barat, inggrislah yang karena letak
geografik yang menguntungkan, sumber daya alamiah, kemungkinan berniaga,
struktur sosial dan politik merupakan syarat negara pertama yang sepenuhnya

9
mengembangkan pra syarat untuk take off. Kerap kali sifat politis bersifat
menentukan bagi priode transisi antara masyarakat tradisional dan take off.
Tahap ke tiga yang dinamakan “take off” menurut Rostow adalah interrval
dimana penghambat serta penghalang lama akhirnya diatasi selama periode take
off, tingkat investasi efektif serta tabungan,dapat meningkat. Dari katakan saja
5% dari jumlah pendapatan nasional, hingga 10% atau lebih. Selama fase “take
off”, Industri-industri baru cepat meluas dan menghasilakan laba yang sebagian
direinvestasi dalam bentuk pabrik-pabrik baru, dan industri-industri baru tersebut
kembali lagi menstimulir ekspansi selanjutnya. Periode take off bagi jepang
terjadi pada akhir abad ke 19. Rusia dan kanada mencapainya pada tahun-tahun
sebelum 1914 ; sedangkan india dan R.R.C. pada tahun 1950 telah melaksanakan
periode take off mereka.
Fase drive to maturity, menunjukkan bahwa kurang lebih 10 hingga 20%
dari pendapatan nasional diivestasi secara kontinu, hal mana menyebabkan bahwa
output yang di capai melebihi jumlah pertambahan penduduk.perekonomian yang
bersangkutan mencapai tempatnya pada perekonomian internasional: barang-
barang yang didahulu diimport, kini diproduksi pada negara sendiri. Terlihat
kecenderungan pergeseran fokus dari industri batu bara, besi dan industri barat ke
arah pembuatan perkakas-perkakas, mesin, bahan kimia dan alat-alat
perlengkapan listrik.
Maturity (kedewasaan) dapat didefinisi sebagai suatu tingkat, dimana
suatub perekonomian menunjukkan kapisitas untuk bergerak, melampaui industri-
industri semula yang mendorong take offnya, dan untuk menyerap serta
menerapkan efisien hasil-hasil akhir teknologi modern.
Fase “ age of high mass consumstion”. Pada tahapini melalui proses
politis, negara-negara barat melakukan pilihan untuk menyalurkan lebih banyak
sumber daya ekonomi ke arah sejahteraan sosial dan jaminan sosial. Dapat
dikatakan bahwa semua teori pembangunan, menghubungkan perambahan dalam
pendapatan perkapital, dengan empat faktor pokok yaitu :
a) Akumulasi modal
b) Pertumbuhan penduduk
c) Penemuan sumber daya baru dan
d) Kemajuan teknologik.
Keempat factor mempunyai antar hubungan erat satu sama lain.

10
C. TEORI-TEORI MENGENAI UANG

A. Masalah uang
Teori uang berusaha untuk memecahkan masalah uang. Pada masalah uang
dapat kita bedakan :
a. Masalah kualitatif statik, yang memukakan persoalkan : apakah hakekat dari uang
?”. sehubungan dengan itu pula : “apakah yang menimbulkan nilai pada uang?”.
Jadi, disini dipersoalkan sifat dan hakekat dari uang.
b. Masalah kuantitatif dinamik, yang mengemukakan persoalan : “apakah yang
menyebabkan timbulnya perusahaan-perusahaan dalam nilai uang?”. Masalah
tersebut bersifat kuantitatif, disebabkan oleh karena di persoalkan kuantum nilai
yang tercangkup dalam kesatuan uang, dan pula bersifat dinamik oleh karena itu
selidiki perubahan-perubahan terhadap nilai uang, akibat bekerjanya kekuatan-
kekuatan ekonomik.

Soal keuangan bertalian erat dengan seluruh kehidupan ekonomi, organisasi


keuangan serta kredit, serta luasnya sirkulasi uang, mempunyai arti besar bagi
produksi, pembentukan modal, perniagaan luar negeri, pembentukan pendapatan
dan terutama kelangsungan konyungtur.
B. George Knapp
Dalam bukunya “Staatliche Theorie des Geldes” (tahun 1905) Knapp
mengikuti tradisi Mashab Historis. Kalimat pertama bukunya berbunyi sebagai
berikut : “Money is a Creature Of The Legal Order”.
Menurut Knapp maka sebelum Pemerintah melakukan intervensi dan
menyatakan alat tukar sebagai alat pembayaran yang sah, maka uang mencapai
nilainya hanya dari pada bahan yang di gunakan untuk membuat uang tersebut.
Kata Knapp lagi : “Das Geld ist ein Geschopf der Rechtsordnung. . . Eine theorie
des Geldes kan daher nurrechtsgeschischichtsein”. Alat tukar menukar semula,
berupa sepotong logam atau benda lain yang di timbang, dan yang kemudian di
terima sebagai alat pembayaran dalam pertukaran dengan benda-benda lain.
Knapp dalam hal ini mengatakan adanya suatu “pensatorische Zahlung”, yakni
pembayaran baru dilakukan, setelah alat tukar yang bersangkutan di timbang.
“Uang” barulah tercipta, bilamana Pemerintah menyatakan dengan proklamasi apa
yang akan menjadi alat pembayaran. Uang demikian oleh karenanya mencapai
suatu “Prokmatorische Geltung”.
Jadi uang diterima sebagai alat pembayaran, bukan karena uang tersebut
mempunyai nilai karena bahannya, melainkan karena mempunyai kekuatan
membeli yang ditetapkan Pemerintah. “Pernyataan” tersebut dapat dilihat pada
cap, yang di cantumkan Pemerintah pada uang logam atau uang kertas. Demikian
uang tersebut adalah uang chartaal (charta = tanda). Maka kadang-kadang teori
Knapp dinyatakan orang pula sebagai chartalisme.
Dapat dikatakan bahwa teori uang Georg Knappdengan demikian
menghalangi dipelajarinya fungsi ekonomi dan sifat-sifat uang. Ilusi yang
menyatakan bahwa Pemerintah mempunyai kekuasaan untuk mengendalikan
uang, juga merupakan salah satu sebab tindakan-tindakan salah yang

11
menimbulkan inflasi di Jerman setelah berakhir Perang Dunia I. Teori Knapp
bukan bersifat ekonomik, melainkan yuridikn. Padahal suatu teori uang harus
mempunyai fundasi ekonomik.

C. H. Frijda
H. Frijda mengemukakan sebuah “Teori Hukum” mengenai uang, untuk
menghadapi “Teori Kenegaraan” uang dari Knapp. Pendapatnya adalah sebagai
berikut : Dalam hubungan tukar menukar, para subjek ekonomi menerima uang
sebagai alat pembayaran, karena mereka mempunyai kepeercayaan terhadap
Pemerintah. Dengan demikian kepercayaan terhadap hukum merupakan dasar
sirkulasi uang.
Teori hukum mengenai uang dari Frijda menyatakan bahwa hakekat uang
disebabkan karena uang memberikan hak kekuasaan abstrak atas prestasi guna
yang konkrit.
D. Teori Steuerfundation
Mereka yang menganut teori ini mengemukakan uraian sebagai berikut :
Bilamana uang akan berfungsi sebagai alat tukar, maka uang harus disukai umum.
Apakah sebabnya uang yang tak mempunyai nilai sebagai benda (uang kertas)
yang dikeluarkan Pemerintah disukai umum ? Jawabannya adalah bahwa uang
dapat digunakan sebagai alat untuk membayar pajak kepada Pemerintah. Orang
mempunyai keyakinan bahwa Pemerintah senantiasa menerima uang yang
dikeluarkannya sebagai alat pembayar pajak.
Sayang sekali teori ini menghentikan uraiannya hingga titik ini. Sebab,
kini timbullah persoalan mengapa Pemerintah suka menerima uang tersebut.
Akhirnya uang itu dikeluarkannya kembali, sebagai alat tukar guna membiayai
pengeluaran-pengeluarannya.
Bagi seorang ahli ekonomi tidaklah penting mengapa uang diterima
sebagai alat pembayaran, dalam hubungan tukar menukar, melainkan mengapa
sejumlah uang tertentu diterima sebagai alat pembayaran dan apa sebabnya
kuantum tersebut dapat mengalami fluktuasi-fluktuasi (dengan perkataan lain
yang di perlihatkan adalah masalah nilai uang).

D. KAUM SOSIALIS KATHEDER


Kaum sosialis katheder adalah para guru besar, yang dari mimbar
(Katheder) mereka mengumandangkan pendapat-pendapat sosial baru, dengan
tujuan agar dengan bantuan pemerintah dapat di peringan nasib orang-orang yang
menderita. Kaum sosialis katheder berjuang untuk mencapai perundang-undang
sosial, guna kepentingan para penderita sakit, kaum invalid, orang-orang yang
sudah berusia lanjut, dan kaum penganggur.

Di Jerman didirikan apa yang dinamakan : “Verein fur Sozial politik”


(tahun 1873), yang menyebabkan cara berpikir seperti disebut diatas menjadi
populer. Adolf Wagner bertindak lebih radikal, dengan jalan menurut
dilaksanakannya sosialisasi perusahaan-perusahaan yang berhubungan dengan

12
sifat monopolistik mereka, mengeksploitasikan publik. Sebenarnya sosialisme
katheder bukanlah merupakan sosialisme melainkan apa yang dinamakan
“interventionisme”.
E. PENYELIDIKAN STATISTIK DAN TEORI KONYUNGTUR
Teori konyungtur dari Arthur Spiethoff mengikuti garis induktif riset, yang
dasarnya diletakkan oleh Mashab Historis, dan secara lebih spesifik rencana riset
konyungtur yang diselenggarakan oleh ahli statistik Prancis yang bernama
Clement Juglar. Generalisasi menyebabkan Spiethoff melakukan penafsiran
teoretik.
Masa meningkatnya konyungtur menurut anggapan disebabkan karena
penemuan-penemuan baru teknologik, dan di bukanya daerah-daerah penjualan
baru, dan menurutnya konyungtur di sebabkan karena disproporsi antara nilai
“modal nyata” mesin-mesin, serta alat-alat perkakas lainnya dan modal uang yang
tersedia untuk membelinya. Disebabkan oleh karena mesin-mesin digunakan,
serta dapat digunakan untuk jangka waktu yang lama, maka sulit untuk
mempraktikkan permintaan akannya, sebelum produksi modal nyata telah
didorong untuk melampaui patokan biasa ; sedangkan di lain pihak pembentukan
modal uang, dari tabungan agar berkurang karena meningkatnya upah pada fase
kemudian periode “boom”. Dengan demikian harga produk industri berat turun
dan hal ini menyebabkan tergantungnya seluruh sistem.
Jadi, pada Speithoff masa “Hause” berakhir karena kekurangan modal.
Memang di konstratir adanya faktor-faktor moneter. Akan tetapi faktor-faktor
tersebut menduduki tempat ke dua, sebagai syarat-syarat pasif. Produksi menurut
pendapatnya dicirikan oleh perubahan-perubahan dalam produksi barang-barang
modal. Marilah kita memperlihatkan pandangan Speithoff (dan pihak lain)
selanjutnya, mengenai berbagai fase gerakan konyungtur.
a. Fase upswing
Baik Spiethoff maupun Cassel, beranggapan bahwa selama depresi dapat
diakumulasi dana-dana, hingga pada permulaan hausse, ekspansi dapat
berlangsung tanpa bantuan bank, walaupun kelak bantuan mereka mau tidak mau
dibutuhkan.

b. Fase krisis (Downturn)


Erwerbskapital Hal tersebut timbul karena kekurangan modal; bukanlah khusus
dalam arti moneter, melainkan sebagai akibat disproporsionalitas, dalam produksi
barang-barang tertentu. Hal tersebut merupakan akibat dari tabungan kurang dan
konsumsi berlebihan.
Spiethoff membedakan empat macam benda yaitu :
1. Benda-benda konsumsi ;
2. Benda-benda konsumsi tahan lama dan yang semi tahan lama ;
3. Benda-benda modal bertahan lama ;
4. Bahan-bahan dasar guna menghasilkan benda-benda modal tahan lama.

(Guter des mittelbaren Verbrauchs).

13
Dalam hal memproduksi benda-benda tersebut, maka selama “hausse”
secara teratur timbul suatu disproporsionalitas, dalam arti bahwa di sini terdapat
kelebihan, sedangkan di sana timbul adanya kekurangan. Pada sektor benda-benda
tahan lama secara teratur timbul produksi berlebihan (baja, besi, semen). Hal
tersebut mengimplikasi produksi berlebihan dalam “Guter des Mittelbaren
Verbrauchs”. Pembentukan benda-benda tahan lama tersebut dimodali oleh
Erwerbskapital.
Di samping berkurangnya permintaan, dapat dijumpai adanya
pertambahan dalam penawaran, karena banyak di antara alat-alat produksi
tersebut digunakan untuk menghasilkan alat-alat produksi lain, (misalnya tanur-
tanur tinggi). Dengan demikian penawaran meningkat secara progresif, terutama
karena dipengaruhi dengan baik oleh peralihan dari metode produksi organik, ke
metode produksi anorganik. Juga, jangka waktu produksi dan daya tahan
memegang peranan penting (pada azasnya sudah dapat kita jumpa azas
“akselerasi” pada Spiethoff).
Kekurangan (the missing glove) modal investasi berupa kekurangan
benda-benda fisik, inklusif alat-alat untuk bekerja, dan bahan-bahan untuk
memeliharanya bagi para pekerja benda-benda komplementer. Tanpa hal tersebut
benda-benda modal tidak dapat bekerja.
c. Fase drowswing.
Spiethoff terutama menekankan faktor-faktor psikologik, yang banyak
tergantung dari bagaimana cara hausse terdahulu berakhir. Juga proses konstruksi
bersifat kumulatif. Faktor-faktor institusional juga memegang peranan penting,
misalnya kekakuan harga-harga.

d. Fase up turn
Fase ini dimulai oleh investasi-investasi yang bertambah, sebagai akibat
biaya-biaya produksi yang menurun, di mana terutama bunga modal memegang
peranan. Menurut Spiethoff di samping faktor-faktor tersebut masih terdapat
stimulans dari luar (penemuan-penemuan, pembukaan daerah-daerah penjualan
baru dan sebagainya), hingga dengan demikian bertambah kemungkinan-
kemungkinan untuk mencapai laba. Hal tersebut terutama dapat terlihat pada abad
ke 19.
Joseph Sehumpeter terutama menekankan “entrepreneur yang genius”
yang lambat laun menarik para pengusaha lainnya. (Jadi terdapat persamaan
antara Spiethoff dan Schumpeter, akan tetapi Schumpeter dalam teorinya tidaklah
bertolak dari titik terrendah depresi melainkan dari titik keseimbangan).
e. Rythm and periodicity
Tugan Baranowsky (seorang ahli ekonomi yang mendahului Spiethoff -
1894) mengibaratkan kehidupan ekonomi dengan sebuah mesin uap. Modal bebas
setelah melaksanakan tekanan tertentu, mencari jalan ke arah kehidupan ekonomi,
yang oleh karenanya mulai bergerak. Apabila hal tersebut sudah bekerja habis,
maka industri akan kembali lagi pada posisinya yang bebas.
Spiethoff menerangkan amplitude dari goncangan hasil kumulatif proses
ekspansi dan kontraksi, yang untuk sebagian besar merupakan akibat faktor-faktor

14
psikologik. Ekspansi berakhir karena penawaran tabungan serta modal tidak dapat
diperkirakan. Permintaan dan penawaran modal tidak sama cepatnya. Penawaran
ditaksir terlampau banyak.
Pada masa pemulihan baik faktor-faktor eksogin maupun faktor endogin
memegang peranan. Spiethoff di sini memberikan suatu titik pertemuan, bagi
sebuah teori “einvestment cyle” yang bertolak dari fakta bahwa modal tetap,
setelah jangka waktu tertentu harus diperbaharui.

F. PANDANGAN MENGENAI TEORI SPIETHOFF


Teori Spiethoff yang menyatakan bahwa sebab langsung krisis ekonomi
bukanlah konsumsi kurang, melainkan konsumsi berlebihan, pada akhir masa
“boom” tidaklah lengkap. Teorinya tidak lain dari suatu usaha untuk mencoba
menerangkan satu fase kehidupan ekonomi.
Spiethoff dengan jelas menyatakan bahwa fase “upswing” membutuhkan
pekerja tambahan, serta modal uang tambahan. Dari manakah sumbernya? Pada
sistem tradisional yang dikemukakan oleh teori Klasik, tidak terdapat modal
menganggur, dan tidak terdapat pekerja yang menganggur, karena bunga modal
dan upah naik turun sekitar titik di mana semua faktor-faktor produksi diserap.
Spiethoff menyatakan bahwa krisis disebabkan adanya suatu disproporsi
antara nilai modal nyata dan modal uang yang tersedia untuk membelinya. Akan
tetapi apakah sebabnya suatu kenaikan dalam tingkat bunga modal tidak cukup
menimbulkan modal uang tradisional ; dan apakah sebab turunnya harga modal
nyata yang berhubungan dengan harga benda-benda konsumsi, tidak mengurangi
penawaran, dan menaikkan permintaan, dan menimbulkan suatu keseimbangan
baru ? pernyataa-pernyataan demikian bukanlah diajukan untuk menolak teori
Spiethoff ataupun untuk memperinci teorinya, melainkan ditunjukkan olehnya
bahwa dalam ilmu ekonomi tradisional tidak ada tempat untuk teori dinamik
khusus ini mengenai konyungtur.
Dibutuhkan suatu sistem dinamik teori ekonomi guna menerangkan fakta-
fakta tersebut, yang dalam teori Spiethoff dianggap sebagai kausa dari krisis-krisis
ekonomi.
Penyelidikan statistik, (mengerjakan bahan-bahan fakta historik) sangat
berkembang pada abad terakhir. Penyelidikan kuantitatif-pun makin berkembang.
Perhatian terhadap data ekonomi secara eksak, dapat diterangkan berdasarkan
fakta bahwa para ahli ekonomi modern makin memusatkan pikiran ke arah
kemungkinan untuk memimpin dan mengubah bentuk kehidupan ekonomi.
Selama dianut pendapat bahwa bekerjanya tenaga-tenaga dalam masyarakat
secara bebas, akan menimbulkan kemakmuran maksimal, maka tidak perlu adanya
penyelidikan secara statistik.
Pada tahun tigapuluhan timbullah suatu metode penyelidikan ekonomi
baru, yakni ilmu ekonometri, yang bertujuan untuk mengetes secara statistik teori
ekonomi setelah dituang dalam bentuk matematik.

15
G. KAUM INSTITUSIONALIS
Pada permulaan abad ini di bawah pimpinan seorang ahli ekonomi yang
bernama Thorstein Veblen, timbullah di Amerika Serikat aliran institusionalis
dalam teori ekonomi, aliran mana hingga tingkat tertentu dapat dibandingkan
dengan mashab Historis.
Kaum institusionalis bukanlah menyerang ketetapan formal logis dari teori
ortodoks, melainkan mereka beranggapan bahwa anggapan dasar yang merupakan
landasan teori tersebut, tidak cukup sesuai dengan realita.
Veblen beranggapan bahwa perlu dibedakan keinginan pertama instinktif,
guna memelihara kesejahteraan golongan yang dinyatakannya sebagai “the
parental bent”; dorongan untuk melaksanakan sesuatu yang doelmatig, yang
dinyatakannya sebagai “the instinct of workmanship”, dan akhirnya dorongan
untuk mencapai pengetahuan yang dinamakannya “idlecuriosity”. Tepatlah
anggapan Veblen yang menyatakan bahwa oleh karena persaingan bebas dalam
masa modern, makin lama makin diganti oleh monopoli maka teori ekonomi
janganlah hanya dibangun berdasarkan premis-premis persaingan bebas.
Hervey peck salah seorang diantara kaum institusionalis modern berusaha
mencari hubungan antara keadaan ekonomi dan sosial dalam macam-macam
periode waktu, dan teori-teori yang timbul pada periode tersebut.dapat
dikemukakan bahwa mashab institusional kadang-kadang juga dinamakan mashab
realis.
Buku-buku Veblen yang terkenal antara lain: “ the teory of the leisure
class” (1899), “the teory of business enterprise” (1904) tema bukunya yang
pertama, adalah bahwa standar-standar sosial yang mendeterminasi kelakuan pada
kapitalisme barat, sekalipun dengan embel-embel modern, pada intinya tidak
banyak berbeda dengan apa yang mencirikan masyrakat barbar. Tanda “pangkat
tinggi” pada kedua jenis peradaban adalah “pembebasan dari pekerjaan
industrial”.
Para penguasa barbar terdiri dari ahli perang atau pendeta. Status yang
dicapai mereka bukanlah berdasarkan karya-karya produktif, melainka karena
usaha merampok. Sifat-sifat aristokratik adalah sama pada waktu sekarang seperti
pada waktu dahulu – yakni kekejaman, system klik, sikap pura-pura dan
penggunaan kekuasaan dan penipua-penipuan.
Aristokrat-aristokrat modern yang berkecimpung dalam bidang
permodalan dan usaha raksasa, juga menunjukkan sifat-sifat sama. Perbedaan
pokok klas penduduk lebih tinggi, adalah bahwa aktivitas mereka tidak berguna
sama sekali di pandang dari sudut rakyat biasa. Tanda mereka sudah mencapai
sukses dalam kehidupan adalah pengeluaran berlebihan, yang sebenarnya
bukanlah memenuhi kebutuhan nyata. melainkan merupakan tanda prestise.
(Apabila menggunakan istilah lain yang lebih dikenal dalam ilmu ekonomi, maka
yang rupanya dimaksudkan oleh Veblen adalah “De monstration effect)”.
Contoh-contoh yang dikemukakan veblen adalah sebagai berikut: pakaian
serba luks dan halus, yang tidak dapat digunakan untuk pekerjaan berat, istri yang
dihiasi perhiasan mahal, makanan yang serba mewah atau pelajaran-pelajran yang
tidak berguna merupakan “conspicious waste” (pemborosan yang menyolok) dan
“conspicious consumption” (konsumsi yang menyolok).

16
Industri yang menggunakan tekhnologi yang komplek, merupakan suatu
metode yang efisien guna menghasilkan benda-benda yang diburtuhkan orang-
orang. akan tetapi perusahaan tidaklah sama dengan industri; sebaliknya
perusahaan merupakan suatu cara untuk mengendalikan sebagian dari proses
industrial, hingga dapat dicapai banyak uang dari padnya. “membuat” uang sangat
berbeda dibandingkan dengan membuat benda-benda; kedua proses kerapkali
bertentangan satu sama lain.
Orang yang dapat mencapai uang, seringkali adalah orang yang membatasi
produksi, melenyapkan persaingan, mengurangi efisiensi, mengacaukan kulitas
produk. aktivitas orang-orang demikian dalam usaha mencari laba, dengan
metode-metode tersebut membawakan sebagai hasil, fraude (penipuan) terhadap
konsumen, dan para penanam modal kecil; mereka menimbulkan keadaan panik,
depresi industrian dan pengangguran.
Karena laba yang dikejar maka para captains of industry takut terhadap
overproduksi benda-benda, yang walaupun sangat berguna bagi para konsumen,
dapat menyebabkan bahwa harga-harga aka turun, hingga di bawah tingkat
dimana laba maksimal dapat dicapai. Guna mencegah hal tersebut, maka biasanya
para pengusaha melaksanakan tindakan-tindakan “ sa bo tase kaapitalistik “.
Misalnya mereka menghentikan pekerja-pekerja atau menutup perusahaan-
perusahaan mereka, apabila harga turu terlampau rendah, hingga demikian mereka
menghalagi produktivitas proses mesin modern.
Bagi Thorstein veblen konflik dasar dari kapitalisme bukanlah antara
kaum buruh dan kaum kapitalis dalam arti Marxis, melainkan antara keinginan-
keinginan produktif dan keinginan mencapai laba yang masing-masing merupakan
komponen pokok dari orde kapitalistik. bagi veblen keinginan untuk
menghasilkan yang bukan didorong oleh laba, merupakan suatu kecenderungan
manusia yang bersifat alamiah, yakni apa yang dinyatakannya sebagai “instinct of
workmanship” yang sering kali ditekan oleh usaha untuk mencapai laba.

17
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Mashab historis mudalah yang menentang metode serta teori klasik.
mereka menentang metode abstraksi, dan perkataan historis menunjukkan disini
bahwa ilmu pengetahuan ekonomi dalam instansi pertama, harus mengenal fakta-
fakta dalam periode tertentu dan pada tempat tertentu.
Jadi ciri tipis bagi mashab historis lama adalah pemikiran mengenai tahap-
tahap (stufengedachte), sedangkan tipis bagi mashab historis muda adalah
penyelidikan empirik. pemimpin mashab historis adalah Schmoller. ilmu ekonomi
klasik menurutnya didasarkan atas fakta yang terlampau sedikit jumlahnya. ilmu
ekonomi harus mempunyai cukup data, perihal realita.
Schmoller terkenal sehubungan dengan pertentangan mengenai metode
dengan K.Menger, pertentangan dimenangkan oleh menger pada dasarnya
merupakan pertentangan antara metode induktif dan deduktif. metode induktif
membuat urian berdsarakan soal-soal khusus kearah yang bersifat umum,
sedangkan metode deduktif berpangkal pada sejumlah asumsi, yang dicapai
berdasarkan realita, dan dari padanya dicapai sebuah teori.
Mashab histori muda menentang”laiser faire”. mereka mengajukan apa
yang dinamakan intervensionisme (schmoller, brentano dan sebagainya). hal
tersebut terjadi sewaktu penyelidikan mengenai fakta-fakta dilakukan mereka,
maka dijumpai keadaan-keadaan sosial buruk.
Maka itu rencana mereka mencakup antaranya:
1. Pajak progresif;
2. Undang-undang perburuhan;
3. Undang-undang perumahan.
Politik ekonomi interventionisme tersebut kadang-kadang acara
mencemoohkan dinyatakan sebagai sosialisme katheder. Ada lah tipis bahwa
terdapat dua penganut Mashab historis mudah yakin Max Weber dan Werner
Sombart yang secara radikal menentang Ekonomi normative. Weber
menunjukkan bahwa manusia tidak dapat mengalihkan tanggungjawabnya
mengenai politik ekonomi mengenai ilmu pengetahuan. Boleh dikatakan bahwa
pengaruh Weber dan Sombart sangat besar, di sebabkan oleh karena sesudah
mereka ilmu ekonomi murji paling banyak mencapai penganut,
Prof. Lambers mengumumkan pendapat bahwa masahab Historis lama
merupakan suatu sintesis antara Mashab Klasik dan Mashab mereka menunjukkan
bahwa keteraturan tersebut tidak sama untuk semua waktu,. Mereka melihat
adanya suatu arus perkembangan dalam masyarakat, dan hal tersebut dinyatakan
mereka dalam apa yang di namakan stufentheoiren.

18
Apabila kita memperhatikan tulisan-tulisan Karl Marx, maka kita dapat
menjumpa adanya persamaan dengan mashab Historis Lama yakni ide
perkembangannya.
Stark menamakan Karl Marx : pemimpin Historisme yang pertama
mengemukakan sebuah Stufentheorie adalah FRIEDRICHLIST dalam bukunya
“Das Nasiaonale System der Politischen Oeko-nomie.List”menyerang
kosmopolitisme Mashab Klasik. Dalam ilmu ekonomi mereka mengenai
“Wealth” mereka tidak memperhitungkan sifat-sifat tipis suatu Negara. Maka itu
ia menonjolkan “ Nationale System” nya.Didalam di masukkannya sebuah teri
tenaga-tenagaproduktif. Tahap-tahap perkembangannya di dasarkannya atas
keadaan di jerman.
Di antara pihak yang mengajukan stufentheorie dapat di kemukakan :
Hildebrand, karl Bucher, Schmoller, Werner sombart, Eugen von Philopovich.
Eugen dalam bukunya “ Die Grundlagen der 118 nationale oekonomie”
mengeritik para teoritisi “ Stufen”, dan menyatakan bahwa mereka tidak
mempunyai pandangan tepat mengenai orde ekonomi.
Sebab-sebab timbulnya Mashab Historis
Prof. de Vries menerangkan timbulnya Mashab Historis berdasarkan “ Die
Arbiterfrage”, yakni masalah baru, yang pada bagian terakhirpada abad ke 19
merupakan persoalan yang hangat. Studi mengenai hal tersebut menyatakan di
lakukannya penyelidikan ke arah fakta-fakta.

1. Ditentangnya wetmatigheid ekonomik otonom


Yang di maksud dengan otonom-otonom ilmu pengetahuan ekonomi, yaitu
factor bahwa kita dapat merumuskan hokum-hukum ekonomi umum, yang tidak
tergantung pada organisasi masyarakat, dan tidak tergantung dari motif-motif
tindak-tanduk manusia. Dengan di tentanganya “homo economicus”, yakni
manusia yang hanya bertindak berdasarkan kepentingan sendiri, maka mashab
Historis juga menentang azas pikiran wetmatigheid ekonomi otonom. Hal tersebut
sebenarnya salah.
Ilmu ekonomi modern juga tidak menggunakan konsep” homo
economicus”.Kita berpangkal pada manusia, dengan sifatnya sebagai manusia
yakni skala-skla profensinya diketahui oleh kita. Dibelkangnya terdapat suatu
kompleks motif-motif yang tidak mampu kita persoalkan.
Seorang ahli ekonomitidak akan menghiraukan misalnya mengapa seorang
membeli bunga. Kita hanya berpangkal sebagai asaz bahwa sikonsumen berusaha
untuk mencapai pemuasan kebutuhan maksimal. Akan tetapi tidak menggunakan
konsep “ Homo economicus”janganlah kita membuang asaz pikiran Wetmatigheid
ekonomik atonom.
Selalu dan dimana-mana saja manusia menghadapi masalah pembagian
alat-alat pemeneuhan kebutuhan- kebutuhan yang tidak terbata. Dari padanya
dapat di dukasisejumlah Wetmatigheden yang bersifat otonom.

2. Ditentangnya metode abstraksi


Metode ini di bela dengan baik sekali oleh Menger, terhadap tantangan
schmoller.Menger telahmenunjukkan bahwa pokok pertentangan adalah obyek

19
penyelidikan kita. Perhatian kita dapat di tunjukkan kearah pengetahuan mengenai
keteraturan, atau dengan perkataanlain soal “ Generelle” dalam Gjala-Gejala atau
kerah yang khusus yakni soal “Enmeligh” . Hal tersebut membawakan suatu
perbedaan dalam pengurainnya.
Jadi, perhatian kaum Historis ditujukan pada hal yang khusus, hingga
orang sampai pada metode pekerjaan detail yang bersifat menerangkan atau
penvgumpulan fakta. Marshall telah menunjukkan bahwa senantiasa akan terdapat
suatu aliran Historik di samping suatu aliran teoritik.

20
DAFTAR PUSTAKA

Bibliography
Sakdiyah, H. (2017, novenber 21). MAKALAH MAZHAB HISTORIS. Dipetik 09 24, 2021,
dari makalah-mazhab-historis:
http://aisyaturrobiah.blogspot.com/2017/11/makalah-mazhab-historis.html

21
(Sakdiyah, 2017)

22

Anda mungkin juga menyukai