1. Nita 202214500316
2. Nissa Arifa Sidqi As-safir 202214500348
3. Nabila Yeva Putri 202214502142
4. Fauziah Dinda Aulia 202214502235
5. Ajeng Syaira Wening Galih 202214500333
6. Monika Ramadhani 202214500332
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT. Yang atas Rahmat-Nya dan
karunianya kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari
makalah ini adalah “ Mahzab Historismus dan Mahzab Institusionalisme”.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-sebesarnya kepada
dosen mata kuliah Sejarah Perkembangan Ekonomi. Bapak Prasetio Ariwibowo
S.M.B.,M.M.,Ph.D. Yang telah memberikan tugas terhadap kami. Kami juga mengucapkan
terimakasih kepda pihak-pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Kami jauh dari sempurna. Dan ini merupakan Langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karna itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan
saran yang membangun senantiasa kami harapkan semoga makalah ini dapat berguna bagi
kami pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada semuanya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
masyarakat merupakan suatu fenomena evolusi, dimana segala sesuatunya terus menerus
mengalami perubahan.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami tentang mazhab historismus dan institusionalisme
2. Untuk mengetahui dan memahami dasar pemikiran dari tokoh Mazhab Historismus
dan Mazhab Institusionalisme
3. Untuk mengetahui dan memahami sejarah pengembangan Mahzab Institusionalisme
4. Untuk mengetahui dan memahami perilaku pemilik usaha, perilaku konsumen, dan
kelemahan dalam Mahzab Institusinalisme
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
empiris dalam analisisnya. Hukum ekonomi harus dianggap sebagai suatu hal yang
bersifat relatif karena segala sesuatu itu tergantung pada dimensi ruang dan waktu Para
ahli sejarah membuktikan bahwa perkembangan ekonomi merupakan sebuah fenomena
yang unik dan tidak berlaku secara universal. Oleh karena itu, anggapan tentang adanya
hukum alam di bidang ekonomi sulit diterima oleh mazhab ini. Pemikiran mazhab ini
mendominasi pemikiran ekonomi di Jerman selama abad ke-19 sampai awal abad ke-20.
Prinsip dan Ajaran Mazhab Historismus:
- Mahzab Historismus menekankan pendekatan yang bersifat evolusioner pada ilmu
ekonomi. Mazhab ini memusatkan perhatiannya pada pertumbuhan dan
pembangunan secara kumulatif.
- Mazhab Historismus menekankan pentingnya peranan pemerintah dalam
perekonomian.
- Mazhab Historismus menggunakan pendekatan induktif dalam analisisnya.
- Mazhab Historismus memberikan dukungannya pada pandangan- pandangan yang
bersifat konservatif.
4
tersebut merupakan sebuah hambatan dalam meraih pasar yang lebih luas bagi
produk- produk Jerman pada umumnya.
Pokok Pikiran Frederich list
Friedrich List dipandang sebagai pelopor pemikiran ekonomi pada mazhab
Historismus. Selain itu. List juga menonjol sebagai eksponen konsep nasionalisme
ekonomi. Pemikiran. List tertuang secara rinci di dalam bukunya yang berjudul Das
Nationale System der Politischen Oekonomie (1841) yang kemudian
diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris. dengan judul The National System of
Political Economy, International Trade, Trade Policy and German Customs Union
pada tahun 1856.
Menurut List, ada lima tahap perkembangan ekonomi-didasarkan pada cara
produksi-suatu masyarakat yaitu:
1. Tahap berburu atau barbarian, yang merupakan ciri masyarakat primitif di
mana pada tahap ini masyarakat memenuhi kebutuhannya hanya dari alam
(ekstraktif);
2. Tahap beternak atau pastoral, di mana pada tahap ini sudah ada kegiatan
beternak,namun masih bersifat nomaden
3. Tahap agraris, di mana pada tahap ini masyarakat mulai menetap dan bertani
secara subsisten,
4. Kombinasi antara tahap bertani dan industri manufaktur dan perdagangan, di
mana pola- pola industri manufaktur dan perdagangannya masih dalam bentuk
yang sederhana;
5. Kombinasi antara tahap bertani dan industri manufaktur dan perdagangan, di
mana pola-pola industri manufaktur dan perdagangannya sudah dalam bentuk
yang maju.
5
keterbatasan sistem barter adalah bahwa perdagangan diantara kedua belah
pihak terjadi apabila keduanya saling membutuhkan barang yang dipertukarkan
tersebut. Hal ini mengakibatkan jumlah dan ragam produk yang dipertukarkan
menjadi sangat terbatas, sementara waktu dan biaya yang diperlukan untuk
kegiatan pertukaran tersebut relatif besar.
2) Tukar - menukar dengan perantara uang
Dalam perekonomian ini, pertukaran dilakukan dengan menggunakan suatu
media yang dinamakan uang. Kegunaan uang mengalami perkembangan
sehingga tidak hanya lagi sekedar alat tukar. Dalam teori ekonomi moneter
terdapat 4 kegunaan uang, yaitu :
1. Alat tukar
2. Alat penyimpan nilai/daya beli
3. Satuan hitung
4. Ukuran pembayaran masa depan (hutang piutang)
Pengertian uang dari waktu ke waktu juga mengalami kemajuan yang berarti.
Hal ini diindikasikan dengan berkembangnya instrumen - instrumen keuangan
(financial instrument). Tukar - menujar dengan perantara uang juga telah
mengalami perkembangan yang mengarah kepada apa yang disebut dengan
kredit. Dan sebagai alat tukar ada dua sifat penting yang harus dipenuhi oleh
uang, yaitu dapat diterima secara umum dan dapat digunakan sebagai alat dalam
pertukarang barang-barang dan jasa-jasa.
3) Tukar - menukar dengan menggunakan kredit
Dalam setiap transaksi selalu dijumpai 3 fenomena antara lain :
1. Negoisasi
2. Penyerahan barang dan jasa yang ditransaksikan
3. Pembayaran (dalam perekonomian uang lazim dengan menggunakan satuan
mata uang tersebut)
Apabila antara penyerahan barang/jasa dengan pembayaran terdapat perbedaan
waktu yang cukup berarti (sesuai dengan perjanjian kedua pihak), makanproses
pertukaran itu dikatakan berlangsung secara kredit. Pengenalan kredit akan
memperlancar kegiatan transaksi, yang selanjutnya mendorong perkembangan
produksi dan konsumsi yang demikian berarti bagi pertumbuhan ekonomi.
6
Kelemahan dan pemikiran Hildebrand ini adalah sejarah pemikiran ekonomi
hanya bersifat monografi yang bersifat deskriptif tengang masalah - masalah
ekonomi.
7
c. Perekonomian Kota
Dalam tahap ini, perdagangan sudah mulai meluas. Skala perdagangan yang
terjadi masih dalam lingkup kecil dan hanya bersifat antar keluarga di suatu
dusun, kampung atau pedesaan, dimana diantara para pelaku satu sama lain
mungkin masih saling mengenal. Pasar (arti fisik) cenderung untuk berada di
tempat yang relatif ramai, meskipun berlokasi di daerah pedesaan. Dengan
semakin berkembangnya perdagangan, maka pasar akan semakin ramai pula,
sehingga lamban laun berkembang menjadi suatu kawasan yang disebut kota
yang melahirkan perekonomian kota.
Karakteristik yang menonjol dari perekonomian kota, dibandingkan dengan
perekonomian rumah tangga antara lain:
(1) Skala perdagangan, yang tercermin dari nilai dan volume barang-barang
serta jasa-jasa yang diperdagangkan, menjadi semakin besar dan hal ini
berimplikasi kepada berkembangnya sektor transportasi.
(2) Ragam barang-barang dan jasa-jasa yang diperdagangkan semakin banyak.
(3) Jarak angkut dari barang-barang yang diperdagangkan semakin jauh yang
mencerminkan adanya kemajuan dalam bidang transportasi.
(4) Banyaknya diantara para pelaku yang terlibat dalam perekonomian kota ini
satu sama lain tidak saling mengenal.
(5) Peranan kaum pedagang dan pengusaha pada umumnya menjadi semakin
menonjol sehingga kadang-kadang menyaingi kekuasaan raja.
(6) Penggunaan uang sudah semakin meluas mengakibatkan perekonomian
menjadi lebih efisien, merangsang unit-unit produksi dan konsumsi untuk
berkembang lebih lanjut sehingga perekonomian kota jauh lebih dinamis dari
perekonomian rumah tangga.
c. Perekonomian Nasional
Pada tahap ini produksi dan pertukaran sudah mengalami kemajuan selangkah
lagi dimana hampir semua kegiatan ekonomi perkotaan dan pedesaan di suatu
negara sudah semakin terintegrasi. Kegiatan produksi sudah berorientasi ke
pasar (market oriented) yaitu barang diproduksi untuk dijual ke pasar. Peranan
pedagang menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan oleh batas wilayah
kekuasaan antara satu negara dengan negara lainnya sudah semakin
jelas.Peranan pemerintah dalam ekonomi perdagangan dengan demikian
menjadi semakin penting. Negara-negara di Eropa pada masa itu biasa disebut
8
dengan merkantilisme (1500-1750 Masehi) atau zaman kapitalisme awal.
Merkantilisme adalah suatu paham yang menekankan pentingnya
pembentukan suatu negara nasional yang kuat melalui pemupukan
kemakmuran nasional. Dalam pertumbuhan perekonomian nasional ini
dilakukan dalam konteks internasional, dimana kebijaksanaan perdagangan
internasional memperoleh perhatian yang sangat penting.
Seperti halnya dalam teori pertumbuhan List dan Bruno Hildebrand, sudah
barang tentu tidak akan dapat diketahui secara pasti dan tegas batas-batas
diantara ketiga tahap pertumbuhan ekonomi Karl Bucher ini.
9
2.3 Mahzab Institusionalisme
10
c. Teori pilihan public (public choice theory)
d. Teori permainan (game theory).
Perkembangan mazhab Institusional mengalami kendala bahkan cendrung
ditinggalkan sebab tidak adanya pembahasan lebih lanjut dari pendukung mazhab
dan pada akhirnya bisa membetuk serta memberikan landasan teori yang sangat
kuat. Di sisi lain, perkembangan mazhab neo klasik yang secara luas mulai
mengembangakan alat ekonometrik dalam analisisnya serta perkembangan
mazhab ekonomi kesejahteraan (Welfare Economics) yang diusung oleh J.M.
Keynes, yang membuat mazhab institusional menjadi lebih tertinggal sebab
dengan alat-alat analisis itu mazhab neo-klasik menjadi dinaggap lebih mampu
untuk mendapatkan penjelasan secara empirik.
Pada tahun 1970-an, mahzab ekonomi institusional mengalami kebangkitan
lagi, Tetapi mahzab ekonomi institusional yang baru bangkit tersebut tidak
semuanya sama dengan mahzab ekonomi institusional yang dibawa oleh Vablen
dkk. Hal tersebut mengakibatkan mahzab institusional yang datang belakangan
sering dinamakan mazhab institusional baru (New Institutional Economic)
sementara dari pandangan Veblen dkk selanjutnya serting disebut sebagai mazhab
institusional lama (Old Institusional Economic). Ketidaksamaan yang begitu
mendasar lainnya antara mazhab institusional lama dan baru ialah azhab
institusional baru memakai dua dasar asumsi yaitu bahwa manusia berprilaku
rasional (rational individual behaviour) serta adanya fungsi preferensi individu
yang jelas (individual preferences function) yang merupakan asumsi dasar yang
sangat penting bagi mazhab neo-klassik. Mahzab institusional baru merupakan
bentuk pengembangan dari mazhab neo-klassik. Para tokoh yang
mengembangkan mazhab institusional baru tersebut diantaranya ialah Ronald
Coase, Oliver Williamson, Doughlas North, dan Harold Demsetz.
11
fenomena-fenomena ekonomi. Pemikiran ekonomi klasik dan neo-klasik juga
dikritiknya karena di anggap mengabaikan aspek-aspek non ekonomi seperti
kelembagaan dan lingkungan. Padahal pengaruh keadaan dan lingkungan sangat
besar terhadap tingkah laku ekonomi masyarakat.
Bagi Veblen masyarakat adalah suatu kompleksitas dimana tiap orang hidup,
dan tiap orang dipengaruhi serta ikut mempengaruhi pandangan serta perilaku
orang lain. Dari penelitian dan pengamatannya ia menyimpulkan bahwa perilaku
masyarakat berubah dari tahun ke tahun. Penelitian tentang perubahan perilaku
dilakukannya dengan pendekatan metode induksi. Bagi Veblen masyarakat
merupakan suatu fenomena evolusi, dimana segala sesuatunya terus menerus
mengalami perubahan.
Konsep Pemikiran Dari Teori Veblen:
Inti pemikiran Veblen dapat dinyatakan dalam beberapa kenyataan ekonomi
yang terlihat dalam perilaku individu dan masyarakat tidak hanya disebabkan oleh
motivasi ekonomi tetapi juga karena motivasi lain (seperti motivasi sosial dan
kejiwaan), maka Veblen tidak puas terhadap gambaran teoretis tentang perilaku
individu dan masyarakat dalam pemikiran ekonomi ortodoks. Dengan demikian,
ilmu ekonomi menurut Veblen jauh lebih luas daripada yang ditemukan dalam
pandangan ahli-ahli ekonomi ortodoks.
Revolusi perkembangan pemikiran yang dikemukakan Veblen yaitu dengan
memperluas lingkup pengkajian ilmu ekonomi, membawa akibat perluasan dan
perubahan dalam metodologi, andaian-andaian, dan perilaku variabel-variabel
ekonomi. Veblen melihat pengkajian ilmu ekonomi dari berbagai aspek ilmu sosial
sehingga diperlukan interdisiplin. Oleh karena itu pula Veblen mendapat tuduhan
bukan sebagai seorang pemikir ekonomi, tetapi sebagai seorang sociologist.
Pandangan pemikiran Veblen yang utama bahwa teori-teori ekonomi ortodoks,
seperti teori konsumsi, perilaku bisnis, andaian-andaian laba maksimal, persaingan
sempurna ditolaknya. Persaingan sempurna hampir tidak terjadi, yang banyak
terjadi adalah monopoli, bukan persaingan harga, tetapi harga ditetapkan lebih
tinggi. Konflik-konflik yang terjadi bukan lagi antara tenaga kerja dan pemilik
modal, tetapi antara bisnismen dengan para teknisi. Karena dunia bisnis telah
dikuasai oleh mesin, maka peranan teknisilah yang menentukan proses produksi.
Selanjutnya pandangan Veblen pada tahap awal sukar dipahami oleh ahli-ahli
ekonomi, karena dia menggunakan istilah-istilah yang datang dari disiplin lain.
12
Namun demikian, pandangan-pandangannya telah mendorong berkembangnya
aliran ekonomi kelembagaan Amerika Serikat. Murid-muridnya melanjutkan dan
melakukan pengembangan terhadap pemikiran- pemikirannya.
13
organisasi tersebut. Para pengusaha menghasilkan barang-barang dan jasa untuk
memperoleh keuntungan melalui kerja keras. investasi masuk ke dalam transformasi
produksi yang di namakan 'Production for use' Namun, pada masa kini laba dan
keuntungan sebagian tidak di peroleh melalui kerja keras. tetapi dengan trik-trik bisnis
tanpa mempedulikan nasib orang lain yang di namakan 'Production for profit'.
Vablen melihat dalam masyarakat amerika yang tumbuh dengan pesat telah
melahirkan suatu golongan disebut Absentee Oownership golongan para pengusaha modal
besar dan mengusai sejumlah perusahaan, tapi tidak ikut terjun langsung dalam kegiatan
operasional dan di serahkan kepada pegawai kepercayaan. menurut Vablen, bahwa
pengusaha mementingkan laba tanpa memperhatikan cara yang di jalani. Di beberapa
negara berkembang masih di jumpai aturan permainan atau rule of law yang tidak jelas
dengan adanya kerja sama antara militer demi bisnis monopolinya.
Dalam pandagan vablen ia melihat bahwa perilaku pengusaha yang mengejar
kepentingan pribadi sangat bertolak belakang dengan tujuan keseluruh. Sebaliknya demi
mengejar kepentingan pribadi ada pengusaha yang menghambat dan mematikan
kepentingan orang banyak. pengusaha absentee ownership memperoleh keuntungan
dengan cara saling menguntungkan yang berpontensi melahirkan golongan leisure class
yaitu memperoleh suatu keringat tidak begitu menghargai sesuatu yang di perolehnya
(Conspicuous Consumption). Perilaku usaha pemilik mahzab institusi dapat sangat
bervariasi tergantung pada lingkungan, budaya, dan sejarah institusi tersebut. Prinsip
utamanya adalah bahwa pemilik institusi akan dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan
dan berusaha untuk mempertahankan atau meningkatkan legitimasi dan keberlangsungan
institusi mereka.
14
masyarakat kapitalis finansial orang-orang mementingkan kepentingan pribadi dan tidak
dengan kepetingan orang banyak cenderung bersifat Money Oriented.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, Mahzab Historismus memiliki pokok - pokok ajaran seperti :
1. Dalam menetapkan ide, hendaknya ditinjau tingkat perekonomian masyarakat
menurut sejarahnya, tidak melihat keadaan pada saat itu.
2. Kepentingan nasional harus di utamakan. Manusia harus di pandang sebagai individu
dalam sebuah masyarakat, sehingga kepentingan pribadi dipengaruhi oleh norma
– norma lain misalnya adat istiadat, kesusilaan, dan agama.
3. Dalam mengadakan penelitian masalah - masalah ekonomi harus didasarkan pada
peristiwa - peristiwa ekonomi yang nyata.
Serta terdapat tokoh - tokoh dalam Mahzab Historismus, seperti Frederich List, Bruno
Hildebrand, Karl Bucher, Karl Marx, dan Collinh Clark.
Sedangkan Mahzab Institusionalisme secara keseluruhan adalah sebuah mahzab
dengan pemikiran dalam ilmu ekonomi yang berisi pandangan bahwa perilaku ekonomi
seseorang atau suatu pihak sangat dipengaruhi oleh institusi tertentu. Institusi itu sendiri
didefinisikan sebagai aturan main dalam suatu kelompok masyarakat, baik yang sifatnya
formal maupul informal. Terdapat tokoh - tokoh dalam Mahzab Institusionalisme, seperti
Thorstein Bunde Veblen, Wesley Clair, Gunnar Karl Myrdal, dan Joseph S. Schumpeter.
16
DAFTAR PUSTAKA
17