Anda di halaman 1dari 17

SEJARAH PERKEMBANGAN

SOSIOLOGI EKONOMI

Dosen Pengampu :

Dr. Isa Anshori, Drs., M.Si

Disusun oleh :

1. Khusnul Khotimah (I93219088)


2. Muhammad Nur Isnaini R (I93219092)
3. Musthofa Hadji W (I93219093)

PRODI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan
Karunia-Nya sehingga penyusunan makalah yang berjudul "Sejarah
Perkembangan Sosiologi Ekonomi" ini dapat selesai tepat waktu.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah Sosiologi Ekonomi dari Bapak Dr. Isa Anshori, Drs., M.Si. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai Sejarah
Perkembangan Sosiologi Ekonomi bagi para pembaca dan juga bagi kami.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Isa Anshori, Drs., M.Si selaku
dosen pengampu mata kuliah Sosiologi Ekonomi yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah wawasan kami. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu kami sehingga dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini.
Terakhir, kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
sebagai bahan evaluasi dari penyusunan makalah ini. Kami berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Surabaya, 01 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................ i

DAFTAR ISI....................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1


1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 1
1.3 Tujuan .................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sosiologi Ekonomi ................................................................... 3


2.2 Sejarah Perkembangan Sosiologi Ekonomi............................................ 5
2.3 Tokoh-tokoh Awal Perintis Sosiologi Ekonomi
dan Pemikirannya.................................................................................... 6
2.4 Tokoh-tokoh Sosiologi Ekonomi di Era Masyarakat
Post-Modernisme dan Pemikirannya ..................................................... 9

BAB III PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan ............................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Sosiologi Ekonomi merupakan perspektif sosiologis yang menjelaskan
fenomena ekonomi, terutama terkait dengan aspek produksi, distribusi,
pertukaran, konsumsi barang, jasa, dan sumber daya, yang bertujuan pada
bagaimana masyarakat mencapai suatu kesejahteraan. Sosiologi Ekonomi
menunjukkan perkembangan yang eksplosif sejalan dengan berbagai
permasalahan sosial ekonomi masyarakat, baik di negara-negara maju maupun di
negara-negara berkembang yang sedang berupaya meningkatkan kesejahteraan
masyarakat nya melalui berbagai kebijakan pembangunan. Perkembangan studi
Sosiologi Ekonomi tidak terlepas dari pengaruh pemikiran tokoh sosiologi klasik
dan aliran pemikiran baru dalam sosiologi ekonomi sejak dekade 1980-an.
Dalam sosiologi ekonomi, khususnya tradisi neo-klasik, kegiatan produksi hanya
dilihat dari sisi input (modal dan tenaga kerja) dan output (produk). Sosiologi
produksi bukan hanya melihat yang berkaitan dengan input dan output, melainkan
juga sebagai proses sosial yang kompleks. Sebab, kegiatan produksi sebagai
proses ekonomi melibatkan hubungan antara manusia, bukan hanya hubungan
antara input dan ouput. Sebagai sebuah proses sosial, produksi tidak berdiri
sendiri terlepas dari struktur sosial yang ada di sekitarnya. Proses produksi juga
berkaitan erat dengan dimensi sosial lainnya kekuasaan, nilai, dan budaya.
Dari kajian tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar studi diarahkan kepada
bagaimana masyarakat memenuhi kebutuhan dan mencapai kemakmuran atau
kesejahteraan yang erat kaitannya dengan masalah kemiskinan.1

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut :
1. Apa definisi dari sosiologi ekonomi?
2. Bagaimana sejarah awal mula perkembangan sosiologi ekonomi?

1
Ketut Gede Mudiarta, “Perspektif Dan Peran Sosiologi Ekonomi Dalam Pembangunan Ekonomi
Masyarakat”, FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Vol.29 No. 1, Juli 2011, hlm.55 .

1
3. Siapa saja tokoh-tokoh awal perintis sosiologi ekonomi?
4. Siapa saja tokoh-tokoh sosiologi ekonomi di era masyarakat Post-
modernisme?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah untuk menjawab
rumusan masalah, sebagaimana berikut :
1. Mengetahui definisi dari sosiologi ekonomi,
2. Mengetahui sejarah awal mula perkembangan sosiologi ekonomi,
3. Mengetahui tokoh-tokoh awal perintis dalam sosiologi ekonomi,
4. Mengetahui tokoh-tokoh sosiologi ekonomi di era masyarakat post-
modernisme.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Sosiologi Ekonomi


Sosiologi dan ekonomi mempunyai bidang ilmu yang
penekanannya berbeda dan memiliki displin ilmu berbeda. Mengenai
pengertian sosiologi dan ekonomi banyak pendapat para ahli sosiologi dan
ekonomi menjelaskan terhadap disiplin ilmu. Menurut David B.
Brinkerhoft dan Lynn K. White mengungkapkan bahwa sosiologi
merupakan studi sistematis tentang interaksi sosial manusia (Damsar,
2013: 1), hal tersebut berkaitan dengan dinamika hubungan dan pola
interaksi manusia. Pengertian yang dikemukakan oleh David B.
Brinkerhoft dan Lynn K. White menekankan kepada interaksi dalam
masyakat yang mengalami perubahan sosial.

Selain itu, menurut Paul B. Harton dan Chester L. Hunt memberi


pengertian bahwa sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang
mempelajari masyarakat (Damsar, 2013: 5). Pengertian yang dikemukakan
oleh Paul dan Harton mengatakan masyarakat bermakna sekelompok
orang yang secara relatif mandiri, hidup secara lama dan bersama,
mendiami dalam suatu wilayah dan memiliki kebudayaan yang sama. Dari
pengertian yang dikemukakan oleh tokoh-tokoh diatas menandakan bahwa
sosiologi menekankan kepada kehidupan sosial. Sosiologi juga dapat
diartikan sebagai disiplin ilmu yang berusaha menemukan poa-pola dan
struktur dalam masyarakat, maupun keseimbangan di antara kelompok
kelembagaan dan lapisan masyarakat (Tjondronegoro, 1999: 6).

Selain itu, ekonomi juga merupakan suatu usaha dalam pembuatan


keputusan dan pelaksanaan yang berhubungan dengan pengalokasian
sumber daya masyarakat yang terbatas di antara berbagai anggota dalam
kehidupan masyarakat (Damsar, 2013: 11). Ekonomi berorientasi pada
bagaimana dalam berumah tangga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan

3
pangan, papan, dan sandang. Maka masyarakat berlomba-lomba mencari
dan mengejar apa kebutuhan hidup mereka.

Suyanto (2013), fenomena ekonomi dan aktivitas ekonomi


berkembang di masyarakat, seperti aktivitas produksi, pengolahan,
pemasaran, dan berbagai lembaga perekonomian yang ada. Pengertian
tersebut telah lama menjadi fokus perhatian para tokoh sosiologi klasik.
Pada abad ke-20 kecenderungan fenomena ekonomi cenderung menurun,
dan baru muncul kembali di era kebangkitan perkembangan sosiologi
Marxis dan Weberian pada tahun 1970-an. Marx, Weber dan Durkheim
menegaskan bahwa adanya sifat-sifat sosial di dalam ekonomi. Damsar
(2011) mendefinisikan sosiologi ekonomi secara sederhana sebagai cara
orang, kelompok atau masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka
terhadap jasa dan barang langka, dengan menggunakan pendekatan
sosiologi.

Secara umum, pengertian sosiologi ekonomi terdapat dua


pemikiran, yang pertama, sosiologi ekonomi merupakan sebuah bidang
yang mempelajari masyarakat dan di dalamnya terdapat interaksi sosial
yang berkaitan dengan tindakan ekonomi. Yang kedua ialah, sosiologi
ekonomi merupakan pendekatan sosiologi yang diterapkan kepada
fenomena ekonomi, yang tak lain adalah bagaimana konsep, variabel,
metode dan teori yang akan digunakan untuk memahami dan menganalisis
persoalan ekonomi dalam masyarakat. Serta sosiologi ekonomi ini
mengkaji tindakan ekonomi dalam masyarakat yang terdapat pola, tipologi
interaksi sosial dan relasi sosial yang di bangun sehingga memunculkan
tatanan baru serta menuntut individu untuk melakukan tindakan ekonomi
atau kegiatan ekonomi.2

2
Zusmelia dan Ariesta, Irwan, “Buku Ajar Sosiologi Ekonomi”, (Yogyakarta: CV BUDI UTAMA,
2015), hlm. 9-15.

4
2.2 Sejarah Perkembangan Sosiologi Ekonomi
Pada awal dominasi pikiran filosofis, kegiatan ekonomi dan
perilaku sosial tidak dapat dibedakan. Keduanya dinilai sebagai satu
kesatuan. Dalam perkembangan berikutnya, ilmu ekonomi telah
menempatkan individu sebagai pelaku ekonomi diisolasi dari
sosialitasnya, karena itu dianalisis sebagai agen yang berdaulat untuk diri
sendiri. Sosiologi Ekonomi merupakan dua disiplin ilmu yaitu Sosiologi
dan Ekonomi. Sosiologi yang meneropong persoalan sosial masyarakat,
dan Ilmu Ekonomi yang menganalisis berbagai aktivitas produksi,
konsumsi dan distribusi. Tetapi, yang sangat berpengaruh dalam sejarah
perkembangan Sosiologi Ekonomi adalah pemikiran Merkantilisme yang
mendominasi Eropa sepanjang abad ke-17 dan 18.

Merkantilisme adalah kumpulan pendapat-pendapat mengenai


nilai, saran-saran kebijakan, dan pernyataan mengenai sifat kehidupan
ekonomi. Keanekaragaman merkantilisme ini disebabkan oleh orang-
orang yang mendukungnya yaitu para filosof, kepala negara, pembuat
undang-undang (legislator) dan saudagar. Terdapat dua pikiran pokok dari
Merkantilisme, pokok pikiran pertama yaitu, kaum Merkantilisme adalah
pandangan tentang kekayaan. Kekayaan suatu negara dianggap sama
dengan jumlah uang yang dimiliki oleh negara saat itu. Kaum
Merkantilisme juga mengidentifikasikan uang dengan logam murni, emas
dan perak. Karena mereka menganggap bahwa total kekayaan dunia
kurang lebih tetap, maka mereka merasa bahwa keuntungan suatu negara
adalah kerugian bagi negara lain. Hal ini bertentangan dengan pandangan
ahli ekonomi modern yang menyatakan bahwa perdagangan luar negeri
sering memberi manfaat kepada kedua belah pihak, walaupun salah satu
negara mungkin mengalami defisit untuk sementara waktu. Jadi, kaum
Merkantilisme menekankan perlunya menghimpun langsung logam murni,
atau pun mempertahankan kelebihan dari ekspor dan impor, sehingga
logam mulia itu akan mengalir ke negara tersebut.

5
Pokok pikiran yang kedua adalah pandangan kaum Merkantilisme
tentang kekuasaan dan hubungannya dengan kekayaan. Banyak yang
berpendapat bahwa satu cara untuk meningkatkan kekuasaan negara
adalah dengan meningkatkan kekayaan nasional. Pendapat Kaum
Merkantilisme bahwa kekayaan bertujuan untuk melayani kekuasaan.
Kaum Merkantilisme melihat adanya hubungan yang erat antara
kekuasaan dengan kekayaan. Untuk mendorong pertumbuhan ekonomi
dan meningkatkan kekayaan, negara hendaklah memakai kekuasaan untuk
mengatur industri dan perdagangan serta harus memberikan dorongan
politik dan ekonomi. Dorongan tersebut berupa monopoli terhadap industri
yang membuat barang-barang untuk di ekspor. Negara harus membatasi
impor dengan mengenakan pajak atau melarang impor. Negara juga harus
menjajah untuk mendapatkan suplai emas dan perak, ataupun untuk
meningkatkan kekayaannya. Dasar berpikir kaum Merkanitilisme
mengenai kekayaan dan kekuasaan sangat mendominasi filosofi berpikir
Eropa abad ke-17 hingga 18. Pada fase inilah banyak terjadi kolonisasi
negara-negara Eropa terhadap wilayah-wilayah Asia dan Afrika.3

2.3 Tokoh-tokoh Awal Perintis Sosiologi Ekonomi


 Karl Marx (1818-1883)

Dalam pandangan Marx, modernitas identik dengan kapitalis.


Perkembangan dan sistem ekonomi yang digerakkan kepentingan meraih
laba sebesar-besarnya oleh kelas borjouis, dinilai Marx telah melahirkan
alienasi dan eksploitasi yang merugikamn kelas buruh atau pekerja yang
terpaksa harus menerima nasib memperoleh upah yang rendah dan tidak
sesuai dengan nilai lebih yang mereka hasilkan. Kapitalisme di mata Marx
adalah serangkaian struktur yang mendirikan penghalang antara seorang
individu dan proses produksi, produk dari proses itu, dan orang-orang lain.

Marx menyatakan, basis kelas sosial masyarakat di era kapitalisme


terletak pada hubungan produksi dalam ekonomi (relations of production).

3
Pheni Chalid, “Sosiologi Ekonomi”, (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, 2019), hlm. 5-7.

6
Mereka yang memiliki dan mengontrol sarana produksi dan mampu
mengambil produk itu membentuk sebuah kelas borjouis yang berkuasa,
sedangkan mereka yang hanya pada kerja mereka sendiri membentuk kelas
lain. Menurut Marx, setiap komoditas sebetulnya memiliki nilai guna
komoditas, yakni ketika barang-barang yang diproduksi digunakan sendiri
atau digunakan orang lain untuk bertahan hidup. Tetapi dalam era
kapitalisme, setiap komoditas yang sengaja dihasilkan untuk dijual ke
pasar, produk-produk tersebut tidak hanya memiliki nilai guna, namun
juga memiliki nilai tukar.

 Max Weber (1864-1920)

Teori sosiologi ekonomi Weber mendasarkan diri pada pemahaman


interpertatif, tentang tindakan sosial. Menurut Weber, tindakan sosial
adalah makna subjektif tindakan individu. Ada 4 tipe tindakan sosial.
Pertama, tindakan tradisional, tindakan yang tidak berdasarkan pemikiran,
melainkan hanya karena tradisi dan kebiasaan. Kedua, tindakan efektif,
tindakan yang berdasarkan emosi atau motif sentimental. Ketiga, tindakan
berorientasi (rasionalitas nilai) adalah tindakan yang berorientasi pada
tujuan, tetapi mungkin bukan pilihan rasional. bisa Keempat, tindakan
rasional instrumental, perilaku yang berorientasi pada pencapaian tujuan
yang didasarkan pilihan rasional. Di mata Weber, modernitas identik
dengan rasionalitas karena di masyarakat modern semakin ditandai dengan
banyaknya tindakan rasional instrumental.

Dalam bukunya 'The Protestan Ethic and the Spirit of Capitalism


(1904-1905, 1958) Weber memperlihatkan bagaimana etika Protestan
sebagai sebuah ide mempengaruhi munculnya semangat kapitalisme yang
kemudian melahirkan ekonomi kapitalisme. Weber menemukan bahwa
teologi Protestan, terutama sekte Calvanis, mendorong orang untuk
melakukan aktivitas keduniaannya secara rasional di sati sisi, dan di sisi
lain etika tersebut juga mendorong orang untuk mewujudkan kehidupan
yang asketik-sederhana, rajin beribadah, dan hidup hemat.

7
 Emile Durkheim (1858-1917)

Emile Durkheim adalah sosiolog yang menekankan perspektif


kolektivism dalam seluruh analisis sosiologisnya. Modernitas di mata
Durkheim, identik dengan munculnya solidaritas organik dan melemahnya
hati nurani kolektif. Durkheim memandang masyarakat sebagai satu
kesatuan normatif yang menggambarkan kebutuhan-kebutuhan yang ada
dalam masyarakat. Karena meningkatnya populasi, kepadatan penduduk
dan pembagian kerja dalam masyarakat, ia akan mengubah masyarakat
solidaritas mekanik menjadi solidaritas organik. Durkheim menjelaskan
perubahan masyarakat solidaritas mekanik kepada solidaritas organik
melalui proses pertambahan penduduk yang disertai kepadatan moral yang
berupa pertambahan komunikasi dan interaksi diantara para anggota.
Ketika manusia merasa bahwa tiada lagi panduan moral bagi perilaku
orang di masyarakat, maka yang terjadi adalah penurunan kekuatan
collective conscience, yang ujung-ujungnya bukan tidak mungkin akan
memicu timbulnya aksi bunuh diri. Konsekuensi perjuangan hidup
menjadi tajam, maka untuk mencegah terjadinya konflik diadakanlah
spesialisasi pekerjaan.4

2.4 Tokoh-tokoh Sosiologi Ekonomi di Era Masyarakat Post


Modernisme

Ketika masyarakat berkembang dan memasuki era post-modern,


maka yang terjadi seseungguhnya bukan hanya perubahan dalam pola
interaksi sosial dan cara berkomunikasi yang dikembangkan masyarakat,
tetapi juga perubahan sikap dan perilaku masyarakat menyingkapi realitas
sosial disekitarnya. Realitas sosial, saat ini tidak lagi dipahami masyarakat
sekedar sebagai objek atau hal-hal yang teramati, tetapi realitas sosial kini
sudah menjadi sesuatu hal yang melewati atau melampaui realitas itu
sendiri atau yang lazim disebut dengan hiper realitas.

4
Suyanto dan Bagong, “Sosiologi Ekonomi: Kapitalisme dan Konsumsi Di Era Masyarakat Post-
Modernisme”, (Jakarta: Kencana, 2014), hlm. 16-22.

8
Menurut Jean Baudrillard, ia melihat post-modern sebagai suatu
trend dan sebagai awal dari suatu era baru yang dibawah oleh makin
maraknya komunikasi bermediasi, konsumsi simbolis, dan semakin
mampatnya ruang dan waktu. Baudrillard menggambarkan kehidupan post
modern ini sebagai hiper realitas. Media berhenti menjadi cerminan
realitas, tetapi justru menjadi realitas itu sendiri atau bahkan lebih nyata
dari realitas itu. TV, surat kabar, tabloid, yang semakin populer sebagai
contoh yang baik karena kebohongan dan distorsi yang disajikan ke
pemirsa melebihi realitas. Kebohongan dan distorsi itu adalah hiper-
realitas. Akibatnya adalah apa yang nyata disubordinasikan dan akhirnya
dilarutkan sama sekali, sehingga mustahil membedakan yang nyata dan
yang menjadi tontonan. Dalam kehidupan nyata, kejadian-kejadian “nyata”
semakin mengambil ciri hiper-real dan tidak ada lagi realitas, yang ada
hanyalah hiper-realitas.
Dengan menjelaskan tentang masyarakat simulasi dengan hiper-
realitasnya menggunakan penjelasan historis. Hal ini tampak pada
karyanya yang menggunakan model historis yaitu tiga tatanan simulakra
Tatanan pertama, mulai renaisans sampai awal revolusi indrustri, hanya
simulasi tatanan pertama pemalsuan asli mungkin terjadi. Pemalsuan tidak
memberikan kemungkinan-kemungkinan kontrol atas masyarakat yang
berada dalam simulakra, tetapi kontrol memberi pertanda pada pemalsuan.
Pada objek pemalsuan terdapat perbedaan antara objek yang nyata atau
alami. Tatanan kedua, era industri yang dicirikan dengan produksi dan
rangkaian reproduksi murni dari objek yang identik dengan rangkaian
pengulangan atas objek yang sama. Pada tatanan ini tidak ada yang
dipalsukan. Objek mengaburkan simulakra dari hal yang lain dan bersama
objek, manusia memproduksinya. Perbedaan antara objek dan proses kerja
menjadi jelas tidak perlu memalsukan era industri, karena produk daalam
skala masif dan tidak ada persoalan keaslian dan kekhususannya. Tatanan
ketiga, didominasi oleh kode dan generasi simulasi oleh model ketimbang
industri. Era ini dikarakteristikkan dengan reproduksi, bukan produksi.

9
Yang penting itu bukanlah produksi objek melainkan reproduksinya.
Selain itu, prinsip reproduksi itu terkandung dalam kode.
Baudrillard menyimpulkan sekarang era berada dalam tingkat
reproduksi , pada tingkat yang serampangan disebut marx dengan sektor
kapital yang tidak esensial. Menurut Mike Fatherstone (dalam buku,
Consumer Culture and Post-Modernisme), memperkenalkan tiga
perspektif utama dalam memandang budaya konsumen. Pertama,
pandangan yang menyatakan bahwa budaya konsumen dipermiskin
dengan ekspansi produksi komoditas kapitalis yang memunculkan
akumulasi besar-besaran budaya dalam bentuk barang-barang konsumen
dan tempat-tempat belanja. Hal ini mengakibatkan tumbuhnya aktivitas
bersenang-senang dan konsumsi. Para ahli umumnya memandang
peristiwa dan aktivitas bersenang-senang dan konsumerisme sebagai
konsekuensi miningkatnya kapasitas untuk melakukan manipulasi
ideologis dan pengekangan masyarakat yang bersifat seduktif dan
beberapa alternatif hubungan sosial. Kedua, pandangan sosiologis yang
menyatakan bahwa kepuasan yang berasal dari benda-benda berhubungan
dengan akses benda-benda itu yang terstruktur secara sosial dalam suatu
peristiwa yang telah ditentukan yang didalamnya kepuasan dan status
tergantung pada penunjukan dan pemeliharaan perbedaan kondisi inflasi.
Titik perhatiannya disini yaitu pada cara-cara yang berbeda dimana orang
yang menggunakan benda-benda dalam rangka menciptakan ikatan-ikatan
atau perbedaan masyarakat menurut kelas dan status sosialnya. Ketiga,
pandangan yang melihat adanya masalah kesenangan emosional untuk
konsumsi, mimpi dan keinginan yang ditampakkan dalam tamsil budaya
konsumen dan tempat-tempat konsumsi tertentu yang secara beragam
memunculkan kenikmatan jasmaniah yang sifatnya langsung serta
kesenang-senangan estetis.
Di era post-modern sudah lazim terjadi konsumen seolah-olah
tidak lagi bisa membedakan mana yang menjadi kebutuhan sejatinya dan

10
mana pula keinginan yang lebih didorong oleh hasrat yang tak pernah
terpuaskan.5

5
Ibid., hlm. 198-212.

11
BAB III
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan
Sosiologi dan ekonomi mempunyai bidang ilmu yang
penekanannya berbeda dan memiliki displin ilmu berbeda. Banyak
pendapat menurut ahli mengenai pengertian sosiologi ekonomi seperti
David B. Brinkerhoft dan Lynn K. White , Paul B. Harton dan Chester L.
Hunt , Suyanto dan Damsar. Merkantilisme adalah kumpulan pendapat-
pendapat mengenai nilai, saran-saran kebijakan, dan pernyataan mengenai
sifat kehidupan ekonomi. Terdapat dua pikiran pokok dari Merkantilisme,
pokok pikiran pertama yaitu, kaum Merkantilisme adalah pandangan
tentang kekayaan. Pokok pikiran yang kedua adalah pandangan kaum
Merkantilisme tentang kekuasaan dan hubungannya dengan kekayaan.

Selain itu, terdapat juga tokoh-tokoh awal perintis Sosiologi


Ekonomi. Pertama Karl Marx, dalam pandangan Marx modernitas identik
dengan kapitalis. Kedua Max Weber, di mata Weber, modernitas identik
dengan rasionalitas karena di masyarakat modern semakin ditandai dengan
banyaknya tindakan rasional instrumental. Ketiga Emile Durkheim, di
mata Durkheim modernitas identik dengan munculnya solidaritas organik
dan melemahnya hati nurani kolektif.

Sedangkan tokoh-tokoh Sosiologi Ekonomi di era Post-


Modernisme diantaranya adalah Jean Baudrillard dan Mike Fatherstone.
Jean Baudrillard melihat bahwa post modern sebagai awal dari suatu era
baru, yang tak lain ialah makin maraknya komunikatif bermediasi,
konsumsi bermediasi, konsumsi simbolis, dan mampatnya ruang dan
waktu. Sedangkan menurut Mike Fatherstone (dalam buku Consumer
Culture and Post-Modernisme) memperkenalkan 3 perspektif utama dalam
memandang budaya konsumen. Pertama, pandangan yang menyatakan

12
bahwa budaya konsumen dipermiskin dengan ekspansi produksi
komoditas kapitalis. Kedua, pandangan sosiologis yang menyatakan
bahwa kepuasan yang berasal dari benda-benda berhubungan dengan akses
benda-benda itu yang terstruktur secara sosial. Ketiga, pandangan yang
melihat adanya masalah kesenangan emosional untuk konsumsi, mimpi
dan keinginan yang ditampakkan.

13
DAFTAR PUSTAKA

Bagong, S. d. (2014). Sosiologi Ekonomi: Kapitalisme dan Konsumsi Di Era Masyarakat


Post-Modernisme. Jakarta: Kencana.

Chalid, P. (2019). Sosiologi Ekonomi. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.

Mudiarta, K. G. (2011). Perspektif Dan Peran Sosiologi Ekonomi Dalam Pembangunan


Ekonomi Masyarakat. Forum Penelitian Agro Ekonomi, Volume 29 No. 1 , 5.

Zusmelia, A. I. (2015). Buku Ajar Sosiologi Ekonomi. Yogyakarta: CV BUDI UTAMA.

14

Anda mungkin juga menyukai