Disusun Oleh :
170903147
Dosen Pembimbing :
PENDAHULUAN
Setiap warga negara berhak untuk mendapatkan persamaan perlakuan yang adil, baik
dalam hukum maupun pemerintahan. Reformasi pemerintahan, dengan tujuan menciptakan
suatu pemerintahan yang baik, bersih dan efisien guna mewujudkan kesejahteraan bagi
seluruh warga negara. Namun dalam kenyataanya, pelayanan publik dewasa ini belum dapat
dikatakan sesuai dengan harapan masyarakat luas. Berbagai macam permasalahan buruknya
pelayanan publik seperti: rendahnya kualitas pelayanan publik, KKN (Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme), maladministrasi, penyalahgunaan wewenang oleh aparatur negara serta prosedur
yang berbelit dan standar operasional pelayanan publik yang tidak jelas.
Untuk itu dibutuhkan lembaga pengawas yang berfungsi sebagai pengawas pelayanan
publik seperti Ombudsman. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun
2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia, ditegaskan bahwa yang dimaksud dengan
Ombudsman Republik Indonesia adalah lembaga negara yang mempunyai wewenang
mengawasi penyelenggaraan pelayanan publik yang diselenggarakan oleh penyelenggara
negara dan pemerintahan termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara,
Badan Usaha Milik Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara serta badan swasta atau
perseorangan yang diberi tugas menyelenggarakan pelayanan publik tertentu yang sebagian
atau seluruh dananya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau
Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah. Tugas Ombudsman adalah memeriksa laporan
atas dugaan maladministrasi dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Kedudukan Lembaga
Ombudsman adalah sebagai lembaga Negara yang indenpenden. Hal ini dimaksudkan agar
dalam melaksanakan tugasnya dapat bersikap objektif, transparan dan mempunyai
akuntabilitas kepada publik.
Upaya pembentukan lembaga Ombudsman di Indonesia oleh pemerintah dimulai ketika
Presiden B.J. Habibie berkuasa, kemudian dilanjutkan oleh penggantinya, yakni K.H.
Abdurrahman Wahid. Pada masa itulah disebut tonggak sejarah pembentukan lembaga
Ombudsman di Indonesia. Pada masa pemerintahan K.H. Abdurrahman Wahid pemerintah
nampak sadar akan perlunya lembaga Ombudsman di Indonesia menyusul adanya tuntutan
masyarakat yang sangat kuat untuk mewujudkan pemerintahyang bersih dan penyelenggaraan
negara yang baik atau clean dan good governance.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Efektivitas
Menurut The Liang Gie (1991:53), Efektivitas adalah Perbandingan terbalik antara input dan
output, antara keuntungan dan biaya, antara hasil pelaksanaan dengan sumber-sumber yang
dipergunakan seperti halnya juga hasil maksimum yang dicapai dengan penggunaan sumber
yang terbatas, dengan kata lain hubungan antara apa yang telah diselesaikan dengan apa yang
harus diselesaikan. Pada pengertian tersebut, input yang dimaksudkan adalah semua sumber
yaitu sarana dan prasarana yang digunakan organiasi untuk mencapai tujuan.
Pada tanggal 10 Maret 2000 Presiden resmi menerbitkan Keputusan Presiden nomor 44
tahun 2000 tentang pembentukan Komisi Ombudsman Nasional, dengan mengangkat
Antonius Sujata sebagai Ketua merangkap anggota. Pada tanggal 20 Maret 2000 Ketua,
Wakil Ketua, dan anggota Komisi Ombudsman Nasional dilantik presiden Abdurahman
Wahid di istana negara.
Pada tanggal 07 Oktober 2008 Komisis Ombudsman Nasional (KON) telah berganti
nama menjadi Ombudsman Republik Indonesia (ORI) seiring dengan disahkannya Undang-
Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia oleh Presiden
Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono. Menurut Pasal 2 Keputusan Presiden
Nomor 44 Tahun 2000 tentang Komisi Ombudsman Nasional, yang dimaksud dengan
ombudsman nasional adalah lembaga pengawasan masyarakat yang berasaskan Pancasila dan
bersifat mandiri, serta berwenang melakukan klarifikasi, monitoring atau pemeriksaan atas
laporan masyarakat mengenai penyelenggaraan negara khususnya pelaksanaan oleh aparatur
pemerintahan termasuk lembaga peradilan terutama dalam memberikan pelayanan kepada
masyarakat (Masthuri, 2005).
Tujuan dibentuknya lembaga Ombudsman seperti yang tercantum dalam Pasal 4, UU No. 37
Tahun 2008 adalah :
b. Mendorong penyelenggaraan negara dan pemerintahan yang efektif dan efisien, jujur,
terbuka, bersih, serta bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme;
c. Meningkatkan mutu pelayanan negara disegala bidang agar setiap warga negara dan
penduduk memperoleh keadilan, rasa aman, dan kesejahteraan yang semakin baik;
Kemudian terkait dengan tugasnya diatur dalam Pasal 7, UU No. 37 Tahun 2008,
Ombudsman bertugas :
e. Melakukan koordinasi dan kerja sama dengan lembaga negara atau lembaga pemerintahan
lainnya serta lembaga kemasyarakatan dan perseorangan;
2.2.3 Visi dan Misi Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Sumatera Utara
b. Mendorong penyelenggara Negara dan pemerintahan agar lebih efektif dan efisien, jujur,
terbuka, bersih serta bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme.
George R Terry, pengawasan adalah proses penentuan apa yang harus dicapai yaitu
standar, apa yang sedang dilakukan, yaitu menilai pelaksanaan dan bila perlu melakukan
perbaikan-perbaikan sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan
standar.
a. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan wewenang oleh pejabat atau badan tata usaha telah
sesuai dengan maksud dan tujuan pemberinya
b. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan wewenang oleh pejabat atau badan tata usaha telah
sesuai dengan prinsip-prinsip penyelenggara pemerintahan yang baik
a. Agar terciptanya aparatur pemerintah yang bersih dan berwibawa yang didukung oleh
suatu sistem manajemen pemerintah efektif dan efisien serta ditunjangnya oleh partisipasi
masyarakat yang konstruktif dan terkendali dalam wujud pengawasan masyarakat yang
objektif, sehat dan bertanggungjawab.
e. Pengawasan harus berdasarkan atas standar yang objektif, teliti (accurate) dan tepat
Ditinjau dari segi Institusi/Lembaga ada 2 macam pengawasan, yaitu : pengawasan internal
dan pengawasan eksternal.
2. Sampel
Sampel merupakan contoh atau himpunan bagian (subset) dari suatu populasi yang
dianggap mewakili populasi tersebut sehingga informasi apa pun yang dihasilkan oleh sampel
ini bisa dianggap mewakili keseluruhan populasi. Menurut Hidayat (2002:2) sampel adalah
kelompok kecil yang kita amati dan merupakan bagian dari populasi sehingga karakteristik
populasi juga dimiliki oleh sampel.
Kriteria dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah Kepala Perwakilan Ombudsman
Provinsi Sumatera Utara dan asisten di bidang penyelesaian laporan masyarakat.
Pertimbangan kriteria ini karena mereka yang bertanggungjawab menyelesaikan masalah
pengaduan masyarakat tentang penyelenggara pelayanan publik. Sampel berikutnya yaitu 5
warga Kota Medan. Pertimbangan kriteria ini karena warga tersebut melaporkan
penyimpangan yang terjadi di pelayanan publik Kota Medan.
2. Data Sekunder adalah data yang diperoleh melalui pengumpulan atau pengolahan data
yang bersifat studi dokumentasi (analisis dokumen).
a. Data dokumentasi dimaksudkan untuk mendukung data-data yang di dapat dari
wawancara (data primer). Selain itu dokumentasi penting juga untuk melihat data-data
tertulis yang menunjukkan keterangan dinamika suatu lembaga atau dokumentasi setiap
kegiatan lembaga. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen resmi,
baik dokumen internal maupun eksternal. Dokumen internal berupa memo, pengumuman,
instruksi, laporan, dan sebagainya yang merupakan informasi tentang keadaan, aturan,
disiplin, proses dan lainnya. Dokumen eksternal dapat berupa bahan-bahan informasi yang
dikeluarkan oleh suatu lembaga sosial (majalah, koran, buletin, jurnal, dan lainnya) yang
relevan dengan penelitian ini. Dokumen sebagai data pendukung utama dari data primer yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dokumen laporan tahunan dan laporan triwulanan,
dokumen anggaran dari tahun ke tahun, dokumen struktur organisasi, dokumen kajian
terhadap lembaga Ombudsman,serta dokumen-dokumen kegiatan dari Lembaga Ombudsman
Provinsi Sumut. Seluruh dokumen tersebut diolah untuk dijadikan laporan dan pelengkap
data hasil wawancara.
Buku :
Denhardt, Janet V dan Robert B.Denhardt. 2007. The New Public Service. United States of
America: M. E Sharpe, Inc.
Gunawan, Imam. 2015. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara
Juniarso, Ridwan dan Achmad Sodik Sudrajat. 2010. Hukum Administrasi Negara dan
Kebijakan Pelayanan Publik. Bandung: Penerbit Nuansa
Masthuri, Budi. 2005. Mengenal Ombudsman Indonesia. Jakarta: Pradnya Pramita
Mochtar, Zainal Arifin. 2017. Lembaga Negara Independen. Depok: Rajawali Pers
Moeheriono
Sumber Undang-Undang:
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik
Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia
Peraturan Ombudsman RI Nomor 18 Tahun 2015 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja
Di Lingkungan Ombudsman Republik Indonesia
Peraturan Ombudsman Nomor 26 Tahun 2017 tentang Tata Cara Penerimaan, Pemeriksaan,
dan Penyelesaian Laporan
Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2011 tentang Pembentukan, Susunan, dan Tata Kerja
Perwakilan Ombudsman Republik Indonesia Di Daerah
Sumber Internet:
www.Ombudsman.go.id
https://www.liputan6.com/news/read/3185999/ombudsman-ri-pelayanan-publikkita-masih-
buruk