Anda di halaman 1dari 9

KELOMPOK 16

Nama Ketua : Defi Sukesih Gultom (201101164)

Anggota : Mona Risa Putri (201101160)

Dinda Andini Harahap (191101066)

Mata Kuliah : Konsep Dasar Keperawatan 2

Dosen : Bpk Setiawan,SKp.,MNS.,Ph.D

Topik : CT (Critical Thinking)

Selasa : Selasa,31 Agustus 2021

1. SEJARAH CRITICAL THINKING

Untuk menyingkap bagaimana sejarah berpikir kritis itu muncul, memang agak susah, sejak kapan mulai
dikembangkannya berfikir kritis. Namun paling tidak, akar intelektual tentang berpikir kritis secara
etimologis dapat dilacak yang terakhir dari visi praktik Socrates dalam mengajarnya tahun 2500 sebelum
Masehi. Ia telah menemukan suatu metode pembelajaran yang dikenal sebagai “Socratic Questioning”
Dalam metode tersebut, ia menetapkan pentingnya mencari bukti yang teliti untuk menguji pemikiran
dan asumsi-asumsi, analisis konsep-konsep dasar, dan menyampaikan implikasi ke luar yang tidak hanya
dari apa yang dikatakan, tetapi apa yang dilaksanakan (Foundation for Critical Thinking, 1998). Selain
itu, ia juga menyoroti kebutuhan dalam pemikiran untuk menjelaskan dan konsistensi logika, bahwa
orang-orang tidak dapat secara rasional membenarkan klaim yang mereka yakni terhadap suatu
pengetahuan, dari sesuatu belum terujikan, fakta yang tidak mencukupi, atau keyakinan diri yang
bertentangan walaupun tersembunyi di bawah ke halusan dan kepandaian retorika semata-mata. Socrates
menetapkan fakta bahwa seseorang tidak bisa tergantung pada mereka yang memiliki “otoritas” untuk
menyuarakan wawasan dan pengetahuan yang mendalam. Ia mempertunjukkan bahwa kebanyakan orang
mungkin punya power dan posisi tinggi, sekalipun pemikirannya ia sangat kacau dan tidak logis. Ia
menetapkan pentingnya menyampaikan pertanyaan-pertanyaan secara mendalam, sebelum kita menerima
gagasan-gagasan yang berguna ataupun pantas untuk diyakininya adalah mutlak diperlukan (Lechte,
2001; Ludtke, 1982).

2. BEBERAPA DEFENISI CRITICAL THINKING

Menurut Carole Wade & Carol Tavris (2015)


Berfikir kritis adalah kemampuan dan kesediaan seseorang untuk menilai berbagai pernyataan dan
mengambil suatu keputusan ,yang didasarkan pada alasan dan fakta yang memiliki dukungan yang
baik,bukan berdasarkan emosi atau anekdot

Menurut Martika,D.2017

Berfikir kritis adalah pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang berfokus untuk memutuskan apa yang
mesti dipercaya atau dilakukan.

Menurut Saregar,A,Latifah,S, & Sari,M 2016

Berfikir kritis merupakan salah satu proses berfikir tingkat tinggi yang dapat digunakan dalam
pembentukan system konseptual siswa

Menurut Scriven & Paul, 1987

Berpikir kritis merupakan proses intelektual mengkonseptualisasi, menerapkan, menganalisis,


mensintesis, dan mengevaluasi dengan aktif dan terampil terhadap informasi yang diperoleh dari
pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, dimana bertujuan untuk memandu
keyakinan dan memandu tindakan

Paul & Elder (2008)

Mendefinisikan berpikir kritis adalah seni menganalisis dan mengevaluasi pemikiran dengan tujuan
untuk meningkatkan pemikiran tersebut.

Menurut ( Pery & Potter,2005).

Berfikir kritis adalah suatu proses dimana seseorang atau individu dituntut untuk menginterpretasikan dan
mengevaluasi informasi untuk membuat sebuah penilaian atau keputusan berdasarkan
kemampuan,menerapkan ilmu pengetahuan dan pengalaman.

3. MENGAPA CT PENTING BAGI NERS DAN STUDENT (Yang student CT ada 7 jelaskan)

Berpikir kritis penting dilakukan oleh perawat sebelum mengambil keputusan dalam memberikan asuhan
keperawatan. Asuhan keperawatan merupakan satu metode ilmiah dalam penyelesaian masalah klien.
Kemampuan perawat mengidentifikasi masalah klien dan memilih solusi intervensi yang tepat tidak lepas
dari kemampuan perawat berpikir kritis, yaitu kemampuan perawat menggali alasan berdasarkan evidence
base dari setiap problem dan solusi yang teridentifikasi. Perawat melakukan pengambilan keputusan
dalam setiap tindakan, sementara itu perawat juga merencanakan dan memberikan asuhan kepada klien

Efektifitas dan ketepatan pengambilan keputusan membutuhkan kemahiran dalam mengumpulkan data
dan keterampilan berpikir kritis. Berpikir kritis dalam keperawatan merupakan komponen yang sangat
penting dari akuntabilitas. profesional dan salah satu penentu kualitas asuhan keperawatan. Perawat yang
memiliki kemampuan berpikir kritis akan menunjukkan sikap percaya diri, berpandangan konseptual,
kreatif, fleksibel, rasa ingin tahu, berpikiran terbuka, tekun dan reflektif, Jadi berpikir kritis merupakan
kompetensi yang perlu dimiliki oleh perawat agar mampu memberikan asuhan keperawatan yang
berkualitas karena berpikir kritis sangat berkaitan dengan pengambilan keputusan dan penilaian klinis
yang tepat. Pembelajaran sepanjang hayat bagi perawat merupakan sarana dalam pengembangan berfikir
kritis serta perluasan tentang praktik keperawatan yang tepat dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien.

Manfaat Berpikir Kritis bagi Mahasiswa

1. Membantu memperoleh pengetahuan, memperbaiki teori, memperkuat argument

2. Mengumpulkan, menilai, dan menafsirkan informasi dengan efektif

3. Membuat kesimpulan dan menemukan solusi masalah berdasarkan alasan yang kuat

4. Membiasakan berpikiran terbuka

5. Mengkomunikasikan gagasan, pendapat, dan solusi dengan jelas kepada lainnya

6. Mengemukakan dan merumuskan pertanyaan dengan jelas

7. Mampu berkomunikasi lebih baik Berpikir kritis dapat mengkomunikasikan ide-ide yang terlintas
dalam kepala secara sistematis dan lebih informatif sehingga mudah dipahami orang lain.

4. KOMPONEN CRITICAL THINKING

Komponen berpikir kritis meliputi pengetahuan dasar yang spesifik, pengalaman, dan kompetensi.

1. Pengetahuan dasar spesifik, komponen pertama dari model berpikir kritis adalah pengetahuan dasar
perawat yang spesifik dalam keperawatan yang mana pengetahuan dasar tersebut meliputi suatu teori atau
informasi dari suatu ilmu pengetahuan yang meliputi kemanusiaan, dan ilmu-ilmu keperawatan dasar.
Pengetahuan ini didapatkan mahasiswa keperawatan melalui jenjang pendidikan yang diikuti.

2. Pengalaman, kompenen kedua dari model berpikir kritis yaitu pengalaman. Pengalaman seorang
mahasiswa disaat dinas di rumah sakit dari pengalaman tersebut mahasiswa dapat memperbaiki
kedepannya agar model dari berpikir kritis lebih diterapkan. Pengalaman ini juga merupakan hasil
interaksi antara individu melalui alat indranya dan stimulus yang berasal dari berbagai sumber belajar.

3. Kompetensi, menurut Kepmendiknas No. 045/U/2002, kompetensi adalah seperangkat tindakan cerdas
dan penuh tanggung jawab yang dimiliki mahasiswa sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh
masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Kompetensi merupakan
kemampuan yang dimiliki seorang perawat untuk melakukan tindakan sangat penting, oleh katerana itu
mahasiswa harus bisa berpikir kritis dan menerapkan model dari berpikir kritis tersebut.
5. DIMENSI CT

Paul (1993) menyatakan bahwa berpikir kritis individu dapat dinilai melalui dimensi-dimensi bernalar.

I. Dimensi pertama berupa elemen-elemen bernalar, antara lain:

1. Tujuan (purpose), setiap kali individu bernalar, ia bermaksud untuk mencapai beberapa tujuan untuk
memuaskan beberapa keinginan atau memenuhi beberapa kebutuhan. Individu yang memahami suatu hal
harus mampu mendefinisikan tujuan.

2. Pertanyaan terhadap masalah (questions), kapanpun individu berusaha untuk bernalar, setidaknya ada
satu pertanyaan terhadap suatu masalah. Individu harus mampu membuat pertanyaan terhadap masalah.

3. Asumsi (assumptions), yaitu kemampuan individu untuk menyadari dan mengemukakan asumsinya.
Individu harus mampu mengidentifikasi asumsi.

4. Sudut Pandang (points of view), setiap kali individu bernalar, ia harus bernalar dalam beberapa sudut
pandang. Sudut pandang boleh jadi terlalu sempit, terlalu terbatas, ataupun analogi yang menyesatkan.
Sudut pandang yang demikian bisa menciptakan keterbatasan dan ketidakadilan.

5. Informasi (information), setiap kali individu bernalar harus berdasarkan informasi. Selain itu, individu
juga harus mampu memberikan informasi yang mendukung maupun menentang pendapatnya.

6. Konsep atau ide (concepts), individu dalam setiap penalarannya menggunakan beberapa ide atau
konsep. Konsep dapat berupa teori, asas, aksioma, dan sebagainya.

7. Penyimpulan (inferences), individu harus mampu memberikan kesimpulan yang sesuai informasi
(fakta).

8. Implikasi (implications), individu harus mampu mengidentifikasi segala kemungkinan implikasi,


meliputi implikasi positif maupun negatif.

II. Dimensi kedua adalah standar intelektual bernalar yang digunakan untuk mengukur setiap
elemen-elemen bernalar yang ada di dimensi pertama. Standar intelektual bernalar tersebut antara
lain:

1. Kejelasan (clarity), merupakan pintu gerbang standar intelektual. Kita tidak bisa menentukan apakah
itu akurat atau relevan jika pernyataan tidak jelas.

2. Ketepatan (accuracy), yaitu bebas dari kesalahan dan mengandung kebenaran. Sebuah pernyataan bisa
saja jelas tetapi belum tentu tepat.

3. Ketelitian (precision), yaitu tepat sesuai keperluan tingkat kedetailan (spesifik). Sebuah pernyataan bisa
saja jelas dan akurat, tetapi tidak teliti.

4. Relevansi (relevance), berhubungan dengan masalah yang dihadapi. Sebuah pernyataan bisa saja jelas,
tepat, dan teliti, tetapi tidak relevan.
5. Kedalaman (depth), mengandung kompleksitas dan beberapa hubungan timbal balik, menyiratkan
kesaksamaan dalam berpikir melalui banyak variabel dalam situasi, konteks, ide, ataupun pertanyaan.

6. Keluasan (breadth), meliputi beberapa sudut pandang, komprehensif dalam pandangan, dan
berwawasan luas dalam perspektif.

7. Logis (logic), yaitu apakah pernyataan itu benar-benar masuk akal.

6. FACIONES CONCEPTUAL FRAMEWORK OF CRITICAL THINKING

Facione (2015) menyatakan,berpikir kritis adalah pemikiran yang memiliki tujuan yaitu membuktikan
suatu hal,menafsirkan apa arti sesuatu,memecahkan masalah. Namun inti kemampuan berpikir kritis
menurut Facion (2015) yaitu interpretasi ,analisis,inferensi,evaluasi penjelasan dan pencocokan. Hal ini
berarti berpikir kritis yaitu

1. Interpretasi untuk memahami suatu makna dari suatu hal,

2. Analisi untuk memahami lebih dalam suatu hal dapat melalui data,informasi dll

3. Inferensi umtuk menarik kesimpulan dari pengumpulan data dan informasi

4. Evaluasi untuk menilai kredibilitas dari kesimpulan yang dihasilkan

5. Penjelasan untuk menyatakan kebenaran,alasan,serta bukti, dan

6. Pencocokan sebagai tahap akhir yakni validasi.

7. MODEL CRITICAL THINKING

Model T.H.I.N.K (Total Recall, Habits, Inquiry, New Ideas And Creativity, Knowing How You Think)
dalam Proses Keperawatan. Model ini dikemukan oleh Rubenfeld & Scheffer (2006). Model ini
menjelaskan tentang berpikir kritis itu merupakan komponen dari beberapa kegiatan berpikir yang
mengenai dengan konteks situasi ketika proses berpikir kritis itu terjadi.Model model tersebut akan kita
jelaskan sebagai berikut

Ingatan Total (T)

Berarti mengingat atau mempelajari beberapa fakta atau tempat dan bagaimana cara untuk
menemukannya ketika dibutuhkan. Fakta-fakta ini disimpan dalam ingatan atau pikiran, baik untuk
jangka pendek maupun jangka panjang. Memori merupakan suatu proses yang kompleks. Beberapa orang
dapat mengingat banyak fakta-fakta yang tampaknya asing tanpa berupaya keras, sementara orang lain
harus berupaya keras.

Kebiasan (H)
Kebiasaan adalah pendekatan berpikir yang sering kali diulang sehingga menjadi sifat alami kedua.
Kebiasaan menghasilkan cara-cara yang dapat diterima dalam melakukan segala hal. Kebiasaan
memungkinkan seseorang melakukan suatu tindakan tanpa harus memikirkan sebuah metode dari setiap
kali ia akan bertindak. Ada kebiasaan lain yang asal pemikirannya tidak jelas, ini adalah proses intuitif.
Intuisi sering dijelaskan sebagai sebuah reaksi dari dalam diri. Polanyi (1964) menjelaskan fenomena
serupa, yang disebut pengetahuan yang diam, yaitu langkah penemuan pengetahuan itu tidak dapat
diidentifikasikan.

Penyelidikan (I)

Penyelidikan adalah memeriksa isu secara sangat mendetail dan mempertanyakan isu yang mungkin
segera tampak dengan jelas. Apabila anda menggunakan tingkat pertanyaan ini dalam situasi sosial, anda
akan disebut terlalu memaksa. Penyelidikan termasuk menggali dan mempertanyakan segala hal terutama
asumsi pribadi seseorang dalam situasi tertentu. Penyelidikan berarti tidak menilai sesuatu berdasarkan
bentuk luarnya, mencari faktor-faktor yang kurang jelas, meragukan semua pesan pertama, dan
memeriksa segala sesuatu, walaupun hal tersebut tampak tidak bermakna.

Ide baru dan Kreativitas (N)

Ide baru dan Kreativitas merupakan model berpikir yang sangat khusus bagi anda. Ide baru dan
Kreativitas sangat penting dalam keperawatan karena merupakan akar dari asuhan yang diindividualisasi
atau asuhan yang sesuai dengan spesifikasi klien. Banyak hal yang dipelajari perawat yang harus
digabungkan, disesuaikan, dan dikerjakan ulang untuk menyesuaikan dengan setiap situasi klien yang
unik.

Mengetahui Bagaimana Anda Berpikir (K)

Bagaimana anda berpikir adalah model T.H.I.N.K. yang terakhir, tetapi bukan tidak penting, berarti
berpikir tentang pemikiran seseorang. Berpikir tentang pemikiran disebut metakognisi sebuah kata yang
terdiri dari kata awalan, meta, yang berarti diantara atau ditengah-tengah dari, dan kognisi, yang berarti
proses mengetahui. Apabila anda berada ditengah-tengah proses mencari tahu, Anda akan mengetahui
bagaimana Anda berpikir. Mengetahui bagaimana anda berpikir tidak sesederhana seperti yang terdengar.
Sebagian besar kita hanya berpikir, kita tidak menghabiskan banyak waktu untuk merenungkan
bagaimana kita berpikir.

Rasa Ingin Tahu (Inquisitive/Curiosity)

Rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan
meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar (Kemdiknas, 2010: 10). Rasa ingin tahu
membuat siswa lebih peka dalam mengamati berbagai fenomena atau kejadian di sekitarnya juga dapat
digunakan untuk menunjukkan rasa ketertarikan akan sesuatu. Seperti emosi rasa ingin tahu merupakan
dorongan untuk tahu hal-hal yang baru.

Adapun indikator rasa ingin tahu yang dapat dijadikan rujukan dalam membuat ide penelitian ini adalah
indikator rasa ingin tahu menurut Kemdiknas (2010: 42), yang meliputi:

a. Bertanya pada guru dan teman mengenai materi pelajaran.


b. Menunjukkan sikap tertarik dan tidak tertarik terhadap pembahasan suatu materi.

c. Mencari informasi dari berbagai sumber mengenai materi pelajaran.

d. Mencari informasi dari berbagai sumber tentang pengetahuan umum yang berkaitan dengan materi
pelajaran.

8. KARAKTERISTIK CRITICAL THINKER

Trudy Bayer, salah seorang peneliti yang berfokus pada proses berpikir kritis menjelaskan bahwa terdapat
enam karakteristik berpikir kritis. Adapun 6 karakteristik berpikir kritis adalah sebagai berikut:

1) Watak (Dispositions)

Seseorang yang mempunyai keterampilan berpikir kritis mempunyai sikap skeptis, sangat terbuka,
menghargai sebuah kejujuran, respek terhadap berbagai data dan pendapat, respek terhadap kejelasan dan
ketelitian, mencari pandangan-pandangan lain yang berbeda, dan akan berubah sikap ketika terdapat
sebuah pendapat yang dianggapnya baik.

2) Kriteria (Criteria)

Dalam berpikir kritis harus mempunyai sebuah kriteria atau patokan. Untuk sampai ke arah sana maka
harus menemukan sesuatu untuk diputuskan atau dipercayai. Meskipun sebuah argumen dapat disusun
dari beberapa sumber pelajaran, namun akan mempunyai kriteria yang berbeda. Apabila kita akan
menerapkan standarisasi maka haruslah berdasarkan kepada relevansi, keakuratan fakta-fakta,
berlandaskan sumber yang kredibel, teliti, tidak bias, bebas dari logika yang keliru, logika yang konsisten,
dan pertimbangan yang matang.

3) Argumen (Argument)

Argumen adalah pernyataan atau proposisi yang dilandasi oleh data-data. Keterampilan berpikir kritis
akan meliputi kegiatan pengenalan, penilaian, dan menyusun argumen.

4) Pertimbangan atau pemikiran (Reasoning)

Yaitu kemampuan untuk merangkum kesimpulan dari satu atau beberapa premis. Prosesnya akan meliputi
kegiatan menguji hubungan antara beberapa pernyataan atau data.

5) Sudut pandang (Point of view)

Sudut pandang adalah cara memandang atau menafsirkan dunia ini, yang akan menentukan konstruksi
makna. Seseorang yang berpikir dengan kritis akan memandang sebuah fenomena dari berbagai sudut
pandang yang berbeda.

6) Prosedur penerapan kriteria (Procedures for applying criteria)


Prosedur penerapan berpikir kritis sangat kompleks dan prosedural. Prosedur tersebut akan meliputi
merumuskan permasalahan, menentukan keputusan yang akan diambil, dan mengidentifikasi perkiraan-
perkiraan.

9. CRITICAL THINKING SKILL FOR NURSE

Dalam shift mereka, perawat bertindak secara efektif tanpa menggunakan pemikiran kritis karena banyak
keputusan terutama didasarkan pada kebiasaan dan memiliki refleksi minimum. Dengan demikian,
keterampilan berpikir kritis yang lebih tinggi dijalankan, ketika beberapa ide atau kebutuhan baru
ditampilkan untuk mengambil keputusan di luar rutinitas. Proses keperawatan adalah metode sistematis
dan rasional untuk merencanakan dan memberikan keperawatan khusus. Langkah-langkah proses
keperawatan adalah pengkajian, diagnosis, perencanaan, implementasi, evaluasi. Layanan kesehatan
menetapkan prioritas hari untuk menerapkan pemikiran kritis. Setiap perawat mencari kesadaran
penalaran saat dia menerapkan kriteria dan pertimbangan dan saat pemikiran berkembang

Penyelesaian masalah

Pemecahan masalah membantu untuk memperoleh pengetahuan sebagai perawat memperoleh informasi
yang menjelaskan sifat masalah dan merekomendasikan kemungkinan solusi yang mengevaluasi dan
memilih penerapan yang terbaik tanpa menolaknya dalam kemungkinan banding yang asli. Selain itu,
pendekatan masalah ketika memecahkan masalah yang sering digunakan adalah metode empiris, intuisi,
proses penelitian dan metode ilmiah yang dimodifikasi.

Metode Eksperimental

Metode ini terutama digunakan dalam intervensi keperawatan home care dimana mereka tidak dapat
berfungsi dengan baik karena alat dan peralatan yang tidak lengkap

Intuisi

Intuisi adalah persepsi dan pemahaman konsep tanpa menggunakan penalaran secara sadar. Sebagai
pendekatan pemecahan masalah, seperti yang dianggap oleh banyak orang, adalah bentuk menebak dan
karena itu ditandai sebagai dasar yang tidak tepat untuk keputusan keperawatan. Tetapi yang lain
melihatnya sebagai aspek penting dan sah dari krisis yang diperoleh melalui pengetahuan dan
pengalaman. Pengalaman klinis memungkinkan praktisi untuk mengenali item dan standar dan mendekati
kesimpulan yang tepat. Banyak perawat yang merasakan perkembangan kondisi pasien yang membantu
mereka untuk bertindak lebih cepat meskipun informasinya terbatas. Terlepas dari kenyataan bahwa
metode intuitif pemecahan masalah diakui sebagai bagian dari praktik keperawatan, tidak dianjurkan
untuk pemula atau pelajar karena tingkat kognitif dan pengalaman klinis tidak lengkap dan tidak
memungkinkan keputusan yang valid.

Proses Penelitian / Metode yang Dimodifikasi Secara Ilmiah


Metode penelitian adalah pendekatan yang kata-kata, rasional dan sistematis untuk pemecahan masalah.
Profesional kesehatan yang bekerja dalam situasi yang tidak terkendali perlu menerapkan pendekatan
metode ilmiah pemecahan masalah yang dimodifikasi. Dengan berpikir kritis menjadi penting dalam
semua proses pemecahan masalah, perawat mempertimbangkan semua kemungkinan solusi dan
memutuskan pilihan solusi yang paling tepat untuk setiap kasus.

Keputusan

Keputusan adalah pemilihan tindakan yang tepat untuk memenuhi tujuan yang diinginkan melalui
pemikiran kritis. Keputusan harus diambil ketika beberapa pilihan eksklusif tersedia atau ketika ada
pilihan tindakan atau tidak. Perawat ketika menghadapi banyak kebutuhan pasien, harus menetapkan
prioritas dan memutuskan urutan di mana mereka membantu pasien mereka. Oleh karena itu, mereka
harus: a) memeriksa keuntungan dan kerugian dari setiap opsi, b) menerapkan kebutuhan prioritas oleh
Maslow, c) menilai tindakan apa yang dapat didelegasikan kepada orang lain, dan d) menggunakan
prioritas implementasi kerangka kerja apa pun. Bahkan perawat membuat keputusan tentang kehidupan
pribadi dan profesional mereka. Tahapan pengambilan keputusan yang berurutan adalah Pengenalan
Tujuan atau Maksud, Definisi kriteria, Kriteria Perhitungan, Eksplorasi Alternatif Solusi, Pertimbangan
Alternatif Solusi, Desain, Implementasi, Hasil Evaluasi

Kontribusi berpikir kritis dalam pengambilan keputusan

Memperoleh pemikiran dan pendapat kritis adalah masalah latihan. Berpikir kritis bukanlah fenomena
dan kita semua harus mencoba mencapai beberapa tingkat pemikiran kritis untuk memecahkan masalah
dan membuat keputusan dengan sukses

Jadi, ketika mereka memiliki pengetahuan tentang penalaran mereka sendiri—saat mereka menerapkan
pemikiran kritis—mereka dapat mendeteksi kesalahan silogistik

Anda mungkin juga menyukai