Anda di halaman 1dari 20

PELAPORAN AUDITAN

Makalah ini ditunjukan untuk memenuhi tugas


mata kuliah Auditing

Dosen Pengampu:
Dr. Jumirin Asyikin, M. Si., Ak., CA.

Disusun Oleh:
Kelompok 10

Ahya Rizki Nur Reza (2021310205)


Najwah Fabian (2022310050)
Rismey Soan (2022310065)

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA (STIEI)


PROGRAM STUDI AKUNTANSI
BANJARMASIN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur yang tiada terhingga kami panjatkan kehadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya dalam rangka menekuni
penyusunan makalah ini. Tak lupa pula kami sampaikan kepada junjungan Nabi
besar Muhammad SAW karena dengan safaatnya pula kami dapat menyelesaikan
makalah ini.

Tidak lupa pula kami mengucapkan terima kasih banyak kepada dosen
pengampu Dr. Jumirin Asyikin, M. Si., Ak., CA. yang telah memberikan
bimbingan, saran, nasihat, dan petunjuk dalam penyusunan makalah ini, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Adapun makalah yang kami sajikan ialah tentang Pelaporan Auditan.


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah Auditing. Kami
menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna, hal ini disebabkan terbatasnya
kemampuaan dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh sebab itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan
makalah yang kami buat ini, agar makalah ini bermanfaat bagi kita semua dan
bisa dijadikan sebagai bahan perlengkap pengetahuan.

Akhir kata kami mohon maaf atas segala kekurangan dan semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin Yaa Rabbal Aalamiin.

Banjarmasin, 13 Oktober 2022

Penyusun

Kelompok 10

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I1 PENDAHULUAN.....................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2
D. Manfaat Penulisan.........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
A. Pelaporan Auditan.........................................................................................3
1. Pengertian Laporan Audit...................................................................................3
2. Tujuan Laporan Audit........................................................................................4
3. Syarat-syarat Laporan Audit...............................................................................4
4. Opini Audit........................................................................................................5
5. Laporan Auditor.................................................................................................7
6. Kriteria Laporan Audit.......................................................................................9
BAB II PENUTUP...............................................................................................14
A. Kesimpulan.................................................................................................14
B. Saran............................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tahap terakhir dari penugasan audit adalah melaporkan semua temuan
yang didapat. Proses audit akan menghasilkan sebuah laporan audit. Laporan audit
berisi tentang opini auditor yang merupakan pernyataan kewajaran, dalam semua
hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha dan arus kas sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Dari setiap audit yang telah diselesaikan harus dibuat satu laporan tertulis
dan ditanda tangani demikian standar internal audit mengharuskan hal ini. Namun,
standar tidak merekomendasikan bentuk atau format laporan tertentu. Untuk hal
tersebut standar menyerahkan kepada masing-masing auditor.
Laporan audit harus ditandatangani oleh auditor yang berhak, penunjukkan
auditor yang menandatangani hal tersebut di tentukan oleh Kepala Satuan Internal
Audit. Tandatangan dapat dilakukan (diterakan) pada body laporan atau pada
cover letter (Surat Pengantar).
Opini yang terdapat dalam laporan audit sangat penting sekali dalam
proses audit atapun proses atestasi lainnya karena opini tersebut merupakan
informasi utama yang dapat diinformasikan kepada pemakai informasi tentang apa
yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya.
Laporan audit merupakan media yang dipakai oleh auditor dalam
berkomunikasi dengan lingkungannya. Opini audit diberikan oleh auditor melalui
beberapa tahap audit sehingga auditor dapat memberikan kesimpulan atas opini

1
yang harus diberikan atas laporan keuangan yang diauditnya. Auditor dalam
memberikan opini sudah didasarkan pada keyakinan profesionalnya.
Menurut IAI (2001) dalam SA Seksi 326 bahwa tujuan audit atas laporan
keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk menyatakan
pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan,
hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia. Laporan auditor juga merupakan sarana bagi auditor
untuk menyatakan pendapatnya atau apabila keadaan mengharuskan, untuk
menyatakan tidak memberikan pendapat.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:

1. Apa pengertian dan tujuan laporan audit?

2. Bagaimana syarat-syarat dalam laporan audit?

3. Apa saja jenis-jenis opini audit?

4. Apa saja unsur-unsur laporan audit?

5. Bagaimana kriteria laporan audit?


C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui pengertian dan tujuan laporan audit;


2. Untuk mengetahui syarat-syarat dalam laporan audit;
3. Untuk mengetahui jenis-jenis opini audit;
4. Untuk mengetahui unsur-unsur laporan audit; dan
5. Untuk mengetahui kriteria laporan audit.

D. Manfaat Penulisan

1. Menambah pemahaman mata kuliah Auditing; dan

2
2. Sebagai bahan bacaan dan referensi tambahan bagi pihak-pihak yang
membutuhkan.

3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pelaporan Auditan
1. Pengertian Laporan Audit

Menurut Boynton (2003), laporan audit adalah media formal yang


digunakan oleh auditor dalam mengkomunikasikan kepada pihak yang
berkepentingan tentang kesimpulan atas laporan keuangan yang di audit.

Menurut Mulyadi dalam Tuanakotta (2012), laporan audit adalah suatu


media yang dipakai oleh auditor dalam berkomunikasi dengan masyarakat
lingkungannya. Dalam laporan tersebut auditor menyatakan pendapatnya
mengenai kewajaran laporan keuangan auditan.

Yang dimaksud dengan laporan audit atau audit report yaitu laporan
auditor yang menyatakan bahwa pemeriksaan telah dilakukan dengan norma
pemeriksaan akuntan, disertai dengan pendapat mengenai kewajaran atas laporan
keuangan perusahaan yang diperiksa, jenis pendapat yang dikenal ialah wajar
tanpa syarat (unqualified clean), wajar dengan syarat (qualified), menolak dengan
memberikan pendapat (adverse), dan menolak tanpa memberikan pendapat sama
sekali (disclaimer).

Laporan audit baku terdiri dari tiga paragraph, yaitu:

a. Paragraf pengantar dicantumkan sebagai paragraf pertama laporan audit


baku. Terdapat 3 fakta yang diungkapkan oleh auditor dalam paragraf
pengantar ;
1) Tipe jasa yang diberikan auditor
2) Objek yang diaudit
3) Pengungkapan tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan
dan tanggung jawab auditor atas pendapat yang diberikan atas laporan
keuangan berdasarkan hasil auditnya.

4
b. Paragraf lingkup berisi pernyataan ringkas mengenai lingkup audit yang
dilaksanakan auditor. Dan paragraf pendapat berisi pernyataan ringkas
mengenai pendapat auditor tentang kewajaran laporan keuangan auditan.
c. Paragraf ketiga dalam laporan audit baku merupakan paragraf yang
digunakan oleh auditor untuk menyatakan pendapatnya mengenai laporan
keuangan yang disebutkannya dalam paragraf pengantar. Dalam paragraf ini
auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan
auditan, dalam semua hal yang material, yang didasarkan atas kesesuaian
penyusunan laporan keuangan tersebut dengan prinsip akuntansi berterima
umum.
2. Tujuan Laporan Audit
Laporan audit memiliki tiga tujuan utama. Jika auditor tidak dapat
mencapai tujuan ini, laporan mereka hanya akan membuang-buang waktu saja. Di
dalam laporannya, auditor hendaknya berusaha untuk :
a. Menginformasikan, yaitu menceritakan hal-hal yang mereka temui.
b. Mempengaruhi, yaitu meyakinkan manajemen mengenai nilai dan validasi
dari temuan audit.
c. Memberikan hasil, yaitu mengerakkan menajemen kearah perubahan dan
perbaikan.
3. Syarat-syarat Laporan Audit
Pada setiap akhir pelaksanaan audit, auditor harus menyiapkan konsep
Laporan Audit. Isi konsep Laporan Audit tersebut harus mudah dimengerti dan
bebas dari penafsiran ganda serta memenuhi standar pelaporan yaitu:
a. Lengkap. Laporan harus memuat semua informasi yang dibutuhkan untuk
memenuhi tujuan audit, meningkatkan pemahaman yang benar dan memadai
atas hal yang dilaporkan, dan memenuhi persyaratan isi laporan.
b. Akurat. Laporan harus menyajikan bukti yang benar dan menggambarkan
temuan dengan tepat. Satu ketidakakuratan dalam laporan dapat menimbulkan
keraguan atas validitas sebuah laporan dan dapat mengalihkan perhatian
pembaca dari substansi laporan tersebut. Laporan harus memasukkan hanya
informasi, temuan, dan simpulan yang didukung bukti kompeten dan relevan

5
dalam KKP. Bukti yang dilaporkan harus mencerminkan kebenaran logis
atas masalah yang dilaporkan.
c. Obyektif. Laporan harus disajikan secara seimbang dalam isi dan nada. Ini
berarti auditor harus menyajikan hasil audit secara netral dan menghindari
kecenderungan melebih-lebihkan atau terlalu menekankan kinerja yang kurang.
d. Meyakinkan. Laporan audit harus menjawab tujuan audit, temuan
disajikan secara persuasif, dan kesimpulan serta rekomendasi disusun secara
logis berdasarkan fakta yang disajikan.
e. Jelas. Laporan audit harus mudah dibaca dan dipahami. Laporan harus
ditulis dengan bahasa yang jelas dan sesederhana mungkin, sepanjang hal ini
dimungkinkan. Jika digunakan istilah teknis, singkatan, dan akronim yang
tidak begitu dikenal, hal itu harus didefinisikan dengan jelas. Penggunaan
akronim diusahakan seminimal mungkin. Pengorganisasian materi laporan
seara logis dan keakuratan serta ketepatan dalam menyatakan fakta dan dalam
mengambil simpulan, adalah penting untuk kejelasan dan pemahaman bagi
pembaca Laporan Audit.
f. Ringkas. Laporan audit harus disajikan secara ringkas tidak lebih panjang
dari yang diperlukan untuk mendukung pesan. Jika terlalu rinci, dapat
menurunkan kualitas laporan bahkan dapat menyembunyikan pesan yang
sesungguhnya dan mengurangi minat pembaca. Pengulangan yang tidak perlu
juga harus dihindari.
4. Opini Audit
Langkah terakhir dalam proses audit adalah merumuskan opini audit dan
membuat laporan audit dengan kalimat yang tepat. Untuk merumuskan opini,
auditor harus telah memperoleh keyakinan yang memadai tentang apakah laporan
keuangan secara keseluruhan bebas dari salah saji yang material, sesuai dengan
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku atau yang bertujuan umum.
Kerangka pelaporan keuangan bertujuan umum, terdiri dari:
a. Kerangka pelaporan yang wajar (fair presentation framework), yaitu
kerangka pelaporan keuangan yang mewajibkan kepatuhan terhadap syarat-
syarat dalam kerangka tersebut. Kerangka juga mengakui secara eksplisit

6
atau implisit, bahwa dalam penyajiannya manajemen perlu menyajikan
pengungkapan-pengungkapan (disclosures) diluar syarat-syarat yang secara
spesifik ditetapkan dalam kerangka tersebut, dan mengakui secara eksplisit
bahwa kemungkinan perlu bagi manajemen untuk menyimpang dari
ketentuan pelaporan yang wajar.
b. Kerangka pelaporan kepatuhan (Compliance framework), adalah suatu
kerangka pelaporan yang mengharuskan kepatuhan terhadap syarat-syarat
dalam kerangka tersebut, selain dari ketentuanketentuan dalam pelaporan
keuangan yang wajar.
Alur Keputusan opini auditor, berdasarkan kerangka laporan keuangan
bertujuan umum, diarahkan oleh jawaban-jawaban atas pertanyaan:
a. Jika kerangka laporan keuangan yang digunakan adalah ‘fair
presentation’, pertanyaan yang digunakan adalah; apakah laporan keuangan
disusun sesuai dengan kerangka laporan keuangan yang berlaku? Jika di jawab
‘Ya’, maka auditor dapat memberikan opini tanpa modifikasi atau opini
bentuk baku (standard audit opinion).
b. Jika kerangka laporan keuangan yang digunakan adalah ‘compliance’,
auditor dapat menjawab pertanyaan; ‘apakah laporan keuangan taat atau
patuh terhadap ketentuan/persyaratan dalam kerangka pelaporannya?’ Jika
dijawab ‘ya’, maka auditor dapat memberikan opini bentuk baku.
c. Jika jawaban atas pertanyaan 1 atau 2 adalah ‘tidak’, maka auditor akan
diarahkan untuk ‘melaporkan masalah ke manajemen dan TCWG’. Jika
auditor melakukan hal ini, dan masalah terkait dapat diselesaikan, maka dapat
diberikan opini bentuk baku. Sebaliknya, jika masalah tersebut tidak dapat
diselesaikan, maka dapat diberikan opini modifikasian.
Berdasarkan alur keputusan tersebut, audit dapat merumuskan opini audit
atas laporan keuangan sebagai berikut:
a. Opini bentuk baku atau opini tanpa modifikasi. Opini ini diberikan
apabila auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan disusun, dalam
semua hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan

7
yang berlaku. Opini bentuk baku ini disebut dengan opini wajar tanpa
pengecualian (WTP).
b. Opini dengan modifikasi. Opini ini diberikan jika auditor; menyimpulkan
bahwa berdasarkan bukti audit yang diperoleh, laporan keuangan secara
keseluruhan tidak bebas dari salah saji material, atau tidak dapat memperoleh
bukti audit yang cukup dan tepat untuk menyimpulkan bahwa laporan
keuangan secara keseluruhan bebas dari salah saji material. SA.705
menetapkan tiga tipe opini modifikasi, yaitu: opini wajar dengan
pengecualian (WDP), opini tidak wajar (TW) dan opini tidak menyatakan
pendapat (TMP). Keputusan tentang ketepatan penggunaan tipe opini
modifikasi tergantung pada (a) sifat dari hal hal yang menyebabkan
dilakukannya modifikasi, serta (b) seberapa pervasif dampaknya atau
kemungkinan dampaknya terhadap laporan keuangan.
Dampak yang pervasif terhadap laporan keuangan adalah dampak yang
menurut pertimbangan auditor:
1) Tidak terbatas pada unsur, akun, atau pos tertentu laporan keuangan
2) Jika dibatasi, merupakan atau dapat merupakan suatu proporsi yang
substansial dari laporan keuangan, atau
3) Dalam hubungannya dengan pengungkapan, bersifat undamental bagi
pemahaman pengguna laporan keuangan.
5. Laporan Auditor
Laporan auditor harus dinyatakan dalam bentuk tertulis, mencakup
laporan-laporan yang diterbitkan dalam format kertas dan elektronik. Unsur-
unsur laporan auditor untuk audit yang dilaksanakan berdasarkan standar
audit, harus mencakup:
a. Judul. Laporan auditor harus memiliki sebuah judul yang
mengindikasikan secara jelas bahwa laporan tersebut adalah laporan auditor
independen.
b. Pihak yang dituju. Laporan auditor harus ditujukan kepada pihak
sebagaimana yang diharuskan menurut ketentuan perikatan.
c. Paragraf pendahuluan. Paragraf pendahuluan dalam laporan auditor

8
harus:
1) Mengidentifikasi entitas yang laporan keuangannya diaudit;
2) Menyatakan bahwa laporan keuangan telah diaudit;
3) Mengidentifikasi judul setiap laporan yang menjadi bagian dari
laporan keuangan;
4) Merujuk pada ikhtisar kebijakan akuntansi signifikan dan informasi
penjelasan lainnya; dan
5) Menyebutkan tanggal atau periode yang dicakup oleh setiap laporan
setiap laporan yang menjadi bagian dari laporan keuangan.
d. Tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan. Laporan auditor
harus mencakup suatu bagian dengan judul “Tanggung Jawab Manajemen
atas Laporan Keuangan”. Deskripsi tersebut harus mencakup suatu
penjelasan bahwa manajemen bertanggungjawab untuk menyusun laporan
keuangan sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku, dan
atas pengendalian internal yang dipandang perlu oleh manajemen untuk
memungkinkan penyusunan laporan keuangan yang bebas dari kesalahan
penyajian material, baik yang disebabkan oleh kecurangan maupun kesalahan.
e. Tanggung jawab Auditor. Laporan auditor harus menyatakan bahwa;
1) Tanggungjawab auditor adalah untuk menyatakan suatu pendapat atas
laporan keuangan berdasarkan audit.
2) Bahwa audit dilaksanakan berdasarkan standar audit yang telah
ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), standar audit
mengharuskan auditor untuk mematuhi ketentuan etika, auditor
merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh keyakinan memadai
tentang apakah laporan keuangan bebas dari kesalahan penyajian material.
f. Opini auditor. Ketika auditor menyatakan suatu opini tanpa
modifikasian atas laporan keuangan yang disusun berdasarkan suatu kerangka
penyajian wajar, laporan auditor harus menggunakan frasa: “laporan keuangan
menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, ……sesuai dengan
standar akuntansi keuangan di Indonesia”.

9
g. Tanggungjawab pelaporan lainnya. Jika auditor menyatakan tanggung
jawab pelaporan lainnya dalam laporan auditor atas laporan keuangan yang
merupakan tambahan terhadap tanggungjawab auditor berdasarkan SA
untuk melaporkan laporan keuangan, maka tanggungjawab pelaporan lain
tersebut harus dinyatakan dalam suatu bagian terpisah laporan auditor yang
berjudul “Pelaporan lain atas Ketentuan Hukum dan Regulasi”, atau judul
lain yang dianggap tepat menurut isi bagian ini.
h. Tanda tangan auditor. Tanda tangan auditor sdilakukan dalam nama rekan
yang telah memiliki izin untuk berpraktik sebagai Akuntan Publik. Selain
itu, laporan auditor harus mencantumkan nama KAP, nama rekan yang
menandatangani laporan auditor, nomor registrasi/ijin KAP, nomor
registrasi/ijin rekan yang menandatangani laporan auditor, dan alamat KAP.
i. Tanggal laporan auditor. Tanggal laporan auditor menginformasikan
kepada pengguna laporan auditor bbahwa auditor telah mempertimbangkan
pengaruh peristiwa dan transaksi yang disadari oleh auditor dan yang
terjadisampai dengan tanggal tersebut. Tanggal laporan auditor adalah
tanggal ketika prosedur audit telah secara substansial selesai dilaksanakan
dan kesimpulan berdasarkan bukti audit yang cukup dan tepat telah ditarik.
Sebelum auditor menerbitkan laporannya, auditor harus menerima surat
pernyataan direksi dari entitas yang diauditnya tentang tanggung jawab
manajemen, yang menyatakan bahwa seluruh laporan yang membentuk
laporan keuangan, termasuk catata n atas laporan keuangan, yang telah
disusun sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku. Surat
pernyataan direksi juga memuat persetujuan atas diterbitkannya laporan
keuangan. Tanggal surat pernyataan direksi tidak boleh melewati tanggal
laporan auditor.
6. Kriteria Laporan Audit
1.
2.
3.
4.

10
5.
6.
6.1. Pertimbangan Dalam Merumuskan Opini
a. Materialitas
Simpulkan:

11
1) Apakah materialitas masih tepat dalam konteks hasil keuangan entitas
yang sebenarnya?
2) Apakah salah saji yang tidak dikoreksi (termasuk yang berasal dari periode
yang lalu), secara terpisah atau tergabung dapat menyebabkan salah saji
material?
b. Bukti Audit
1) Apakah bukti audit yang cukup dan tepat sudah diperoleh?
2) Apakah estimasi akuntansi yang dibuat manajemen sudah layak?
3) Pakah prosedur analitikal yang dilakukan pada atau mendekati akhir tahun
menguatkan kumpulan yang diambil selama audit?
c. Kebijakan Akuntansi
1) Apakah laporan keuangan cukup mengungkapkan kebijakan akuntansi
yang signifikan yang dipilih dan ditetapkan?
2) Apakah kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan adalah konsisten
dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku dan (memang) tepat?
d. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan
1) Apakah laporan keuangan merujuk atau menjelaskan dengan cukup,
kerangka pelaporan keuangan yang berlaku?
2) Apakah semua pengungkapan dalam laporan keuangan telah dibuat sesuai
dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku?
3) Apakah terminologi dalam laporan keuangan, termasuk judul setiap
laporan keuangan sudah tepat?
4) Apakah informasi yang disajikan dalam laporan keuangan adalah relevan,
andal, dapat dibandingkan, dapat dipahami, dan cukup?
5) Apakah laporan keuangan memberikan cukup disclosure yang
memungkinkan pemakai memahami dampak transaksi dan peristiwa yang
material terhadap informasi yang disampaikan dalam laporan keuangan?
e. Fair Prentation Framework
1) Apakah presentasi, struktur, dan isi secara keseluruhan dari laporan
keuangan termasuk catatan atas laporan keuangan, mencerinkan dengan
benar transaksi dan peritiwa yang mendasarinya, sesuai kerangka

12
pelaporan keuangan yang berlaku? Jika tidak, apakah auditor perlu
memberikan disclosure tambahan untuk memastikan tercapainya fair
presentation?
2) Apakah laporan keuangan sesudah memasukan penyesuaian yang dibuat
manajemen sebagai bagian dari proses audit, konsisten dengan
pemahaman auditor mengenai entitas dan lingkungannya?
f. Compliance Framewoks
1) Apakah laporan keuangan menyesatkan?
6.2. Bentuk Opini
Bentuk laporan auditor dipengaruhi oleh:
a. Kerangka pelaporan keuangan yang digunakan
b. Persyaratan tambahan yang mungkin ada, seperti yang ditetapkan oleh
ketentuan perundangan
c. Adanya informasi tambahan
Adapun bentuk opini auditor ini terdiri atas 2 yaitu:
1) Opini tanpa modifikasian
Auditor wajib mengevaluasi apakah laporan keuangan merujuk atau
menjelaskan dengan cukup, kerangka pelaporan keuangan yang berlaku
(ISA 700.15). Auditor wajib memberikan opini yang tidak dimodifikasi
(WTP) ketika auditor menyimpulkan bahwa laporan keuangan dibuat,
dalam segala hal yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku. ISA 700.35 menjelaskan bahwa ketika
memberikan pendapat yang tidak dimodifikasi atas laporan keuangan
dibuat sesuai dengan kerangka penyajian wajar, pendapat auditor harus,
kecuali ditetapkan lain oleh ketentuan perundang-undangan, menggunakan
rasa, yang dipandang ekuivalen dengan:
(a) Laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal
yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku,
atau
(b) Laporan keuangan memberikan gambaran yang benar dan wajar
sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.

13
(c) ISA 700. 46, Ketika memberikan pendapat yang tidak dimodifikasi
atas laporan keuangan dibuat sesuai dengan kerangka kepatuhan, pendapat
auditor harus menyatakan laporan keuangan yang dibuat, dalam semua hal
yang material, sesuai dengan kerangka pelaporan keuangan yang berlaku.
2) Opini modifikasian (ISA 705)
Jika laporan keuangan dibuat sesuai dengan kerangka penyajian yang
wajar, tidak mencapai penyajian yang wajar, auditor wajib membahas ini
dengan manajemen dan tergantung pada persyaratan kerangka pelaporan
keuangan yang berlaku dan bagaimana masalah itu diselesaikan, auditor
wajib menentukan apakah perlu memodofikasi opini sesuai dengan ISA
705. Opini modifikasian terdiri dari 3 jenis yaitu:
(a) Opini wajar dengan pengecualian
(1) Kesalahan penyajian, baik secara individual maupun kolektif,
adalah material, tetapi tidak perpasif, terhadap laporan keuangan.
(2) Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
yang mendasari opini auditor, tetapi auditor menyimpulkan bahwa
kemungkinan dampak kesalahan penyajian yang tidak terdeteksi terhadap
laporan keuangan, jika ada, dapat bersifat material, tetapi tidak pervasif.
(b) Opini tidak wajar
Auditor, berdasarkan bukti audit yang cukup dan tepat yang telah
diperoleh, menyimpulkan bahwa kesalahan penyajian, baik secara
individual maupun kolektif, adalah material, tetapi pervasif, terhadap
laporan keuangan.
(c) Opini tidak menyatakan pendapat
(1) Auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat
yang mendasari opini auditor, dan auditor menyimpulkan bahwa
kemungkinan dampak kesalahan penyajian yang tidak terdeteksi terhadap
laporan keuangan, jika ada, dan bersifat material dan pervasif.
(2) Dalam kondisi yang sangat jarang terjadi dan melibatkan lebih dari
satu ketidakpastian, auditor menyimpulkan bahwa meskipun telah
memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat tentang setiap

14
ketidakpastian tersebut, adalah tidak mungkin untuk merumuskan opini
atas laporan keuangan karena interaksi yang potensial dari
ketidakpastian tersebut dengan kemungkinan dampak kumulatif dari
ketidakpastiantersebut terhadap laporan keuangan.

15
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Laporan audit atau audit report yaitu laporan auditor yang menyatakan
bahwa pemeriksaan telah dilakukan dengan norma pemeriksaan akuntan, disertai
dengan pendapat mengenai kewajaran atas laporan keuangan perusahaan yang
diperiksa, jenis pendapat yang dikenal ialah wajar tanpa syarat (unqualified
clean), wajar dengan syarat (qualified), menolak dengan memberikan pendapat
(adverse), dan menolak tanpa memberikan pendapat sama sekali (disclaimer).
Laporan auditor bentuk baku memuat suatu pernyataan bahwa laporan
keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi
keuangan suatu entitas, hasil usaha, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum di Indonesia. Dalam laporan bentuk baku juga dapat
ditambahkan bahasa penjelas lain dengan ketentuan yang telah diatur dalam
SPAP.
Beberapa pengaruh situasi yang mengakibatkan penyimpangan dari
laporan standar diantaranya pembatasan ruang lingkup, inkonsistensi dalam
prinsip-prinsip akuntansi, tidak sesuai dengan standar akuntansi yang ditetapkan,
terjadi penekanan pada suatu hal, keraguan yang substansial, dan lain-lain.
Pertimbangan pelaporan lain terjadi diantaranya apabila akuntan publik tidak
independen, situasi yang berkenaan dengan laporan keuangan komparatif, dan
informasi yang menyertai laporan yang telah diaudit.
B. Saran
1. Mahasiswa dan masyarakat luas harus lebih memahami bagaimana
ketentuan-ketentuan mengenai pelaporan auditan agar tidak terjadi
kesalahan pada pemahaman terhadap laporan audit.
2. Auditor harus mengaudit sesuai dengan prosedur audit agar tidak terjadi
kesalahan dalam pengauditan.

16
DAFTAR PUSTAKA

Atikah, Siti & Intan, Rakhmawati. 2016. Pengantar Audit Berbasis Risiko: Audit
atas laporan keuangan.
Tuanakotta, Theodorus M. 2012. Audit Berbasis ISA (International Standards on
Auditing). Jakarta: Salemba Empat.
Willian C. Boynton. 2003. Modern Auditing, Jilid 2, Edisi ketujuh. Erlangga:
Jakarta.
Willian C. Boynton. 2003. Modern Auditing, Jilid 1, Edisi ketujuh. Erlangga:
Jakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai