Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Ada tiga alasan utama mengapa auditor harus merencanakan penugasan


dengan tepat, yaitu untuk memungkinkan auditor mendapatkan bukti yang tepat
yang mencukupi pada situasi yang dihadapi, untuk membantu menjaga biaya audit
tetap wajar, dan untuk menghindarkan kesalahpahaman dengan klien. Jika kantor
akuntan publik ingin meminimalkan kewajiban hukum dan mempertahankan
reputasi yang baik dalam masyarakat bisnis, bukti yang tepat yang mencukupi
harus diperoleh. Agar tetap kompetitif, kantor akuntan publik harus menjaga
kewajaran biayanya. Menghindari kesalah pahaman dengan klien dan
memfasilitasi pekerjaan berkualitas tinggi dengan biaya yang wajar. Andaikan
auditor telah menginformasikan kliennya bahwa audit akan selesai tanggal 30 Juni
tetapi belum juga selesai hingga bulan Agustus karena penjadwalan staf yang
kurang baik. Klien mungkin kesal dengan kantor akuntan ini dan bahkan dapat
mengajukan tuntutan atas pelanggaran kontrak.

1.2 TUJUAN
1. Membahas mengapa perencanaan audit yang memadai sangat penting
2. Membuat keputusan penerimaan klien dan melakukan perencanaan audit
awal
3. Memperoleh pemahaman atas bisnis dan industri klien
4. Menilai resiko bisnis klien
5. Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan
6. Menyatakan tujuan prosedur analitis dan penetapan waktu setiap tujuan
7. Memilih prosedur analitis yang paling tepat diantara 5 jenis utama
8. Menghitung rasio keuangan yang umum
BAB II

PEMBAHASAN

2. 1 PERENCANAAN AUDIT

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi pelaksanaan secara


menyeluruh dan lingkup audit yang diharapkan. Dalam perencanaan audit, auditor
harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1) Masalah yang berkaitan dengan bisnis entitas dan industri yang menjadi
tempat usaha tersebut.
2) Kebijakan dan prosedur akuntansi entitas tersebut.
3) Metode yang digunakan oleh entitas tersebut dalam mengolah informasi
akuntansi yang signifikan, termasuk penggunaan organisasi jasa dari luar
untuk mengolah informasi akuntansi pokok perusahaan.
4) Tingkat risiko pengendalian yang direncanakan.
5) Pertimbangan awal tentang tingkat materialitas untuk tujuan audit.
6) Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan peyesuaian.
7) Kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian
audit, seperti risiko kekeliruan atau kecurangan material atau adanya transaksi
antar pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
8) Sifat laporan auditor yang diharapkan akan diserahkan (sebagai contoh :
laporan auditor tentang laporan keuangan konsolidasian, laporan keuangan
yang diserahkan ke Bapepam, laporan khusus untuk menggambarkan
kepatuhan klien terhadap kontrak perjanjian).

Dalam perencanaan auditnya, auditor harus mempertimbangkan sifat,


lingkup, dan pada saat pekerjaan harus dilaksanakan yaitu membuat suatu
program audit secara tertulis (satu set program audit tertulis) untuk setiap audit.
Program audit harus menggariskan dengan rinci prosedur audit yang menurut
keyakinan auditor diperlukan untuk mencapai tujuan audit. Bentuk program audit
dan tingkat kerinciannya sangat bervariasi sesuai dengan keadaan. Selama
berlangsungnya audit, perubahan kondisi dapat menyebabkan terjadinya
perubahan prosedur audit yang telah direncanakan tersebut.
Auditor harus mempertimbangkan apakah suatu keahlian khusus
diperlukan, seperti dalam mempertimbangkan dampak pengolahan komputer
terhadap auditnya, untuk memahami pengendalian intern, kebijakan dan prosedur,
atau untuk merancang dan melaksakan prosedur audit. Jika keahlian khusus
diperlukan, auditor harus mencari asisten atau tenaga ahli yang memiliki keahlian
tersebut, yang mungkin berasal dari staf kantor akuntannya atau ahli dari luar. Jika
penggunaan jasa tenaga ahli tersebut direncanakan, auditor harus memiliki
pengetahuan memadai yang bersangkutan dengan komputer untuk
mengkomunikasikan tujuan pekerjaan ahli lain tersebut; untuk mengevaluasi
apakah hasil prosedur yang telah ditentukan tersebut mencapai tujuan auditor; dan
untuk mengevaluasi hasil prosedur audit yang diterapkan berkaitandengan sifat,
saat, dan lingkup prosedur audit lain yang direncanakan.

Ada tiga alasan utama mengapa auditor harus merencanakan tugasnya


dengan sebaik-baiknya, yakni sebagai berikut :

1) Untuk memperoleh bahan bukti kompeten yang cukup dalam situasi saat itu
2) Untuk membantu menekan biaya audit
3) Untuk menghindari salah pengertian dengan klien

Terdapat tujuh bagian utama dalam perencanaan audit, yakni sebagai


berikut.

1) Perencanaan awal audit


2) Memperoleh informasi mengenai latar belakang
3) Memperoleh informasi mengenai kewajiban hukum klien
4) Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan
5) Menentukan materialitas dan risiko
6) Memahami struktur pengendalian intern

7) Mengembangkanrencana dan program audit secara menyeluruh

2. 2 MENERIMA KLIEN DAN MELAKUKAN PERENCANAAN AUDIT


AWAL
A. Perencanaan audit awal
Perencanaan awal menyangkut keputusan apakah akan menerima atau
melanjutkan pelaksanaan audit bagi klien, mengevaluasi alasan-alasan klien untuk
diaudit, memilih staf untuk penugasan tersebut, dan mendapatkan surat
penugasan.

B. Investigasi atas klien baru

Sebelum menerima klien baru, kebanyakan kantor akuntan publik akan


menyelidiki perusahaan tersebut untuk menentukan akseptabilitasnya,kantor itu
akan melakukannya dengan memeriksa, sejauh memungkinkan, prospektif klien
ini dalam komunitas bisnis, stabilitas keuangannya dan hubungannya dengan
kantor akuntan publik sebelumnya. Contoh: Banyak kantor akuntan publik sangat
berhati-hati dalam menerima klien baru dari bisnis yang baru terbentuk dan
berkembang cepat,banyak dari bisnis-bisnis tersebut mengalami masalah
keuangan dan membuat kantor akuntan publik akan menghadapi kewajiban
potensial yang signifikan.

Beban untuk memulai komunikasi, ditanggung oleh auditor penerus, tetapi


auditor pendahulu diwajibkan untuk merespons permintaan akan informasi. Akan
tetapi, persyaratan kerahasiaan dalam kode perilaku profesional mewajibkan
bahwa auditor pendahulu harus memperoleh izin dari klien sebelum komunikasi
dapat dilaksanakan. Jika klien tidak tidak mengizinkan komunikasi atau auditor
pendahulu tidak akan memberikan respons yang kompetitif, auditor penerus dapat
mempertimbangkan secara serius keinginannya untuk menerima penugasan
prospektif, tanpa memperhitungkan investigasi lainnya. Prosedur yang dapat
dilakukan untuk mengevaluasi klien baru adalah:

1) Memperoleh dan meninjau informasi yang ada, seperti laporan keuangan


bulanan, laporan keuangan, surat pemberitahuan pajak penghasilan, dan
lain-lain.
2) Menanyakan pada pihak ke-tiga mengenai beberapa informasi yang terkait
dengan integritas dan reputasi manajemen klien.
3) Mengkomunikasikannya dengan auditor sebelumnya sebagaimana yang
diharuskan oleh standar audit, mengenai apakah terdapat ketidaksesuaian
dengan standar akuntansi, prosedur audit, atau masalah penting lainnya.
4) Mempertimbangkan apakah klien baru memiliki beberapa keadaan yang
memerlukan perhatian khusus seperti masalah tuntutan hukum atau masalah
kesinambungan usaha.
5) Mengidentifikasi masalah klien untuk diaudit.
6) Memamahi syarat-syarat penugasan yang ditetapkan oleh klien.
7) Menentukan apakah KAP dapat bertindak independen dengan klien dan
dapat memberikan jasa yang diinginkan klien baru.
8) Menentukan apakah KAP memiliki keahlian dan pengetahuan teknik khusus
tentang industri klien agar dapat melaksanakan penugasan secara baik.
9) Menentukan apakah penerimaan klien baru tersebut tidak melanggar kode
perilaku profesional.
C. Klien yang berlanjut.

Setiap tahun banyak kantor akuntan publik mengevaluasi klien-klien yang


ada saat ini guna menentukan apakah ada alasan untuk menghentikan audit.
Konflik yang terjadi sebelumnya menyangkut ruang lingkup audit yang tepat,
jenis pendapat yang akan diberikan, jumlah fee, atau hal-hal lain dapat
menyebabkan auditor menghentikan kerja samanya.

D. Mengidentifikasi Alasan Klien Untuk Di Audit

Dua faktor utama yang mempengaruhi bahan bukti yang akan dikumpulkan
adalah siapa pemakai laporan dan maksud penggunaan laporan. Kemungkinan
terbesar dalam hal penggunaan laporan dapat ditentukan dengan melihat
pengalaman dalam penugasan yang lalu dan diskusi dengan manajemen. Selama
audit berlangsung auditor dapat memperoleh informasi tambahan mengenai
mengapa klien menghendaki audit dan untuk apa laporan keuangan digunakan.

E. Staf Untuk Penugasan

Standar auditing yang ditetapkan IAI yang pertama menyatakan bahwa


“Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau beberapa yang memiliki keahlian
dan pelatihan teknik yang cukup“.

Pertimbangan utama yang mempengaruhi penyusunan staf adalah perlunya


kesinambungan dari tahun ke tahun. Pertimbangan lain yaitu bahwa orang-orang
yang diserahi tugas harus akrab dengan bidang usaha klien.
F. Memperoleh Surat Penugasan

Surat Penugasan adalah kesepakatan antara kantor akuntan publik dan klien
untuk pelaksanaan audit dan pelayanan lain yang terkait. Surat itu harus
menyebutkan apakan auditor akan melaksanakan audit, penelaahan, kompilasi,
dan jasa lain seperti pengisian SPT dan jasa manajemen. Juga harus dinyatakan
pembatasan yang dikenakan terhadap pekerjaan auditor, batas waktu penyelesaian
audit bantuan yang akan diberikan oleh klien untuk memperoleh catatan dan
dokumen, serta daftar rincian yang perlu disiapkan oleh auditor.

Surat penugasan tidak mempengaruhi tanggung jawab kantor akuntan


publik terhadap pihak pemakai ekstern laporan keuangan yang di audit, tetapi
dapat dipengaruhi tanggung jawab hukum terhadap klien.

Walaupun memperoleh dan mempertahankan klien bukanlah hal yang


mudah dalam profesi yang kompetitif seperti akuntan publik, kantor akuntan
publik (KAP) harus berhati-hati dalam memutuskan klien mana yang dapat
diterima. Tanggung jawab hukum dan profesional KAP adalah sedemikian rupa,
sehingga klien yang kurang memiliki integritas atau selalu memperdebatkan
tentang pelaksanaan audit dan fee yang tepat dapat menimbulkan lebih banyak
masalah ketimbang manfaat yang diterima.

2. 3 MEMPEROLEH INFORMASI MENGENAI LATAR BELAKANG

Informasi mengenai latar belakang didapat dengan berbagai cara,


diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Memahami Bidang Usaha dan Industri Klien

Untuk menginterpretasikan maksud dari informasi yang diperoleh selama


audit secara memadai, penting bagi auditor untuk memahami industri klien. Ada
tiga alasan mengapa diperlukan pemahaman yang baik atas industri klien, yakni
sebagai berikut.

1) Banyak industri mempunyai aturan akuntansi yang khas yang harus


dipahami auditor untuk mengevaluasi apakah laporan keuangan klien
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Misalnya, jika auditor mengaudit badan-badan pemerintah, auditor harus
memahami aturan-aturan dalam akuntansi pemerintahan. Akan terdapat
aturan akuntansi yang khas untuk perusahaan konstruksi, kereta api,
organisasi nirlaba, lembaga keuangan, dan banyak organisasi lainnya.
2) Auditor sering dapat mengidentifikasikan risiko dalam industri yang akan
mempengaruhi penetapan risiko audit yang dapat diterima, atau bahkan
mengaudit perusahaan dalam industri tersebut dapat dibenarkan.
3) Terdapat risiko bawaan yang pada hakikatnya sama bagi seluruh klien
dalam industri yang bersangkutan. Pemahaman risiko tersebut menolong
auditor dalam mengidentifikasi risiko bawaan dari klien. Contohnya
antara lain, risiko bawaan potensi keusangan persediaan dalam industri
furniture, risiko bawaan kolektibilitas piutang usaha dalam industri
pinjaman konsumen, dan risiko bawaan cadangan kerugian dalam
asuransi kebakaran. Pengetahuan mengenai industri klien dapat diperoleh
dengan berbagai cara, diantaranya adalah diskusi dengan auditor
sebelumnya, pertemuan dengan pegawai klien, pedoman audit industri,
teks pelajaran, majalah industri, atau asosiasi industri.

b. Meninjau Pabrik dan Kantor


Peninjauan atas fasilitas klien bermanfaat untuk memperoleh pemahaman
yang lebih baik mengenai bidang usaha dan operasi klien karena akan diproleh
kesempatan untuk menemui pegawai kunci dan mengamati operasi dari tangan
pertama. Peninjau langsung atas fasilitas fisik akan membantu auditor dalam
memahami pengamanan fisik atas aktiva dan dalam menginterpretasikan data
akuntansi dengan cara memberikan kerangka acuan dalam visualisasi aktiva
seperti persediaan dalam proses dan peralatan publik.
c. Menelaah Kebijakan Perusahaan
Keputusan-keputusan dasar yang menyangkut kebijakan seperti kebijakan
tentang pengendalian intern, pelepasan sebagian dari usaha, kebijakan kredit,
pinjaman ke perusahaan afiliasi, dan kebijakan akuntansi untuk mencatat aktiva
dan pengakuan pendapatan, harus selalu dievaluasi dengan teliti sebagai bagian
dari audit untuk menetapkan apakah manajemen memperoleh wewenang dari
dewan komisaris untuk membuat keputusan tertentu dan untuk meyakinkan
bahwa keputusan manajemen telah tercermin dalam laporan keuangan.
d. Mengidentifikasi Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa
Hubungan istimewa didefinisikan sebagai perusahaan afiliasi, pemilik
utama perusahaan klien, atau pihak lainnya yang berhubungan dengan klien,
dimana salah satu pihak dapat mempengaruhi manajemen atau kebijakan operasi
pihak lainnya. Contoh umum adalah transaksi penjualan atau pembelian antara
perusahaan induk dan anak, pertukaran peralatan antara dua perusahaan yang
dimiliki oleh orang yang sama, dan peminjaman kepada pegawai, serta adanya
pengaruh kuat pelanggan utama terhadap manajemen klien.

e. Mengevaluasi Kebutuhan akan Spesialis dari Luar

Jika auditor mengahadapi situasi yang memerlukan pengetahuan khusus,


mungkin perlu baginya untuk menghubungi seorang spesialis. Contohnya adalah
penggunaan seorang spesialis berlian untuk menilai biaya penggantian berlian,
atau seorang spesialis aktuaris untuk menetapkan kelayakan nilai yang tertulis dari
cadangan kerugian asuransi, atau konsultasi dengan pengacara untuk membuat
interpretasi hukum dari sebuah kontrak.

2. 4 MEMPEROLEH INFORMASI MENGENAI KEWAJIBAN HUKUM


KLIEN

Tiga dokumen hukum dan catatan yang berkaitan erat yang harus diperiksa
pada awal penugasan Adalah :

1) Akta pendirian dan anggaran perusahaan,


2) Risalah rapat direksi, komisaris, dan pemegang saham
3) Beberapa informasi mengenai kontrak, harus diungkapkan dalam keuangan.

Pengetahuan awal pengetahuan hukum dan catatan ini akan memungkinkan


auditor untuk menginterprestasikan bahan bukti selama penugasan berlangsung
dan menjamin bahwa pengungkapan yang pantas telah dilakukan dalam laporan
keuangan.

a. Memahami bidang usaha dan industri klien, diperlukan untuk mengetahui


kekhasan aturan akuntansi, mengidentifikasi risiko industri dan risiko
bawaan.
1) Pihak terkait: adalah pihak terkait, pemilik utama perusahaan klien atau
pihak lain yang berhubungan dengan klien, dimana salah satu pihak
dapat mempengaruhi manajemen atau peraturan operasional lainnya.
2) Corporate Charter: diberikan oleh negara tempat perusahaan berada
dab dokumen yang sah diperlukan untuk mengenali perusahaan sebagai
entitas terpisah
3) Corporate Minutes: catatan resmi dari pertemuan dewan direksi dan
pemegang saham.
b. Memperoleh informasi mengenai kewajiban hukum klien. Dokumen dan
catatan hukum yang diperlukan adalah akte pendirian dan anggaran dasar
perusahaan, notulen rapat, dan kontrak. Client bussiness risk: resiko bahwa
klien akan gagal dalam usahanya dan gagal mencapai tujuannya
c. Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan.
d. Menentukan materialitas dan menetapkan risiko audit yang dapat diterima
dan risiko bawaan.
e. Memahami struktur pengendalian intern dan menetapkan risiko
pengendalian
f. Mengembangkan rencana audit dan program audit menyeluruh.
2. 5 MELAKSANAKAN PROSEDUR ANALITIS PENDAHULUAN

Adapun tujuan-tujuan pelaksanaan prosedur analisis adalah sebagai berikut:

a. Membantu dalam merencanakan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit yang
akan digunakan untuk memperoleh bukti saldo akun
b. Memahami bidang usaha klien
c. Penetapan kemampuan entitas untuk mempertahankan kelangsungan
hidupnya
d. Indikasi adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan
e. Mereview secara menyeluruh atas informasi keuangan
A. Menentukan materialistis dan risiko

Materialistis dan risiko adalah unsur penting dalam merencanakan audit dan
merancang pendekatan yang akan digunakan. Materialistas adalah jumlah atau
besarnya kekeliruan atau salah saji dalam informasi akuntansi.
B. Memahami struktur pengendalian intern

Luasnya pemahaman tersebut minimal mencukupi untuk merencanakan audit


yang memadai, dalam hal empat masalah spesifik perencanaan, yakni sebagai
berikut.

1) Auditability

Auditor harus mendapatkan informasi yang cukup memuaskan mengenai


integritas manajemen dan sifat catatan akuntansi sehingga bahan bukti kompeten
tersedia untuk mendukung saldo laporan keuangan.

2) Potensi salah saji yang material

Pemahaman seharusnya memungkinkan auditor untuk mengidentifikasi


jenis-jenis kekeliruan dan ketidakberesan yang potensial yang dapat
mempengaruhi laporan keuangan, dan menetapkan risiko akibat kekeliruan dan
ketidakberesan yang terjadi dalam jumlah yang material terhadap laporan
keuangan.

3) Risiko penemuan

Informasi mengenai struktur pengendalian intern dugunakan untuk


menetapkan risiko pengendalian bagi setiap tujuan pengendalian, yang selanjutnya
mempengaruhi risiko penemuan yang direncanakan.

4) Perancangan pengujian

Informasi yang diperoleh seharusnya memungkinkan auditor untuk


merancang pengujian saldo laporan keuangan yang efektif. Pengujian tersebut
mencakup baik pengujian terinci atas transaksi maupun atas saldo, prosedur
analisis dan yang disebut sebagai pengujian subtantif.

Berikut ini prosedur yang berkaitan dengan perancangan dan penempatan


dalam operasi dan dapat dijadikan sebagai bahan untuk memperoleh pemahaman
terhadap struktur pengendalian intern klien :

 Pengalaman auditor dalam periode sebelumnya atas satuan usaha


 Tanya jawab dengan pegawai klien
 Kebijakan dan pedoman system klien
 Inspeksi dokumen dan catatan
 Pengamatan atas aktivitas dan operasi satuan usaha
C. Mengembangkan rencana dan program audit menyeluruh

Rencana audit dan program audit berkaitan dengan jenis-jenis pengujian


audit yang dilakukan, yaitu prosedur untuk memperoleh pemahaman atas struktur
pengendalian intern, pengujian atas pengendalian, pengujian substantif atas
transaksi, prosedur analisis dan pengujian terinci atas saldo.

D. Prosedur analisis

Prosedur analisis merupakan evaluasi terhadap informasi keuangan yang


dibuat dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan yang
satu dengan data keuangan yang lainnya, atau antara data keuangan dengan non-
keuangan. Prosedur analisis antara lain mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. Membandingkan informasi keuangan tahun berjalan dengan tahun-tahun


sebelumnya, dengan perusahaan lain di industri yang sama atau rata-rata
industri, dengan anggaran dan prakiraan, dan dengan estimasi prediktif
auditor
b. Analisis mengenai hubungan antara unsur-unsur informasi keuangan yang
diharapkan bersesuian dengan pola yang terprediksi
c. Membandingkan informasi keuangan dengan informasi nonkeuangan
d. Membandingkan dari cabang yang satu dengan yang lainnya,atau antara
lokasi yang satu dengan yang lainnya.

Beberapa hal yang harus dinyatakan dari hasil pelaksanaan prosedur


analisis, antara lain sebagai berikut :

a. Pemahaman tentang bidang usaha dan industri klien


b. Karakteristik keuangan dari industri yang bersangkutan
c. Penetapan kemampuan klien untuk mempertahankan kelangsungan
usahanya
d. Penekanan audit karena adanya indikasi kekeliruan dalam laporan keuangan
seperti adanya perbedaan yang signifikan antara data keuangan tahun
berjalan dengan tahun-tahun sebelumnya, atau antara data keuangan klien
dengan data keuangan dari industri terkait.

Contoh beberapa prosedur analisis dalam kaitannya dengan tes saldo nilai
persediaan pada siklus persediaan dan pergudangan adalah sebagai berikut:

Prosedur analisis Kemungkinan kekeliruan


Bandingkan persentase margin bruto Lebih saji atau kurang saji persediaan
dengan tahun lalu dan harga pokok penjualan
Bandingkan perputaran persediaan Keusangan persediaan yang
dengan tahun lalu berdampak pada harga pokok
penjualan
Bandingkan biaya per unit persediaan Lebih saji atau kurang saji persediaan
dengan tahun lalu dan harga pokok persediaan
Bandingkan nilai persediaan dengan Kekeliruan dalam kompilasi biaya per
tahun lalu unit atau perluasannya yang
berdampak pada persediaan dan harga
pokok penjualan
Bandingkan biaya manufaktur tahun Salah saji biaya per unit
berjalan dengan tahun lalu persediaan,terutama upah langsung
dan overhead pabrik,yang berdampak
pada persediaan dan HPP

Tujuan prosedur analisis pada tahap penyelesaian audit adalah untuk


menunjukkan kemungkinan adanya salah saji atau kekeliruan (arahan perhatian)
dan menilai kelangsungan hidup usaha. Prosedur analisis pada tahap penelaahan
secara menyeluruh tersebut dapat membantu auditor dalam menilai kesimpulan
yang diperoleh dan dalam mengevaluasi penyajian laporan keuangan secara
keseluruhan. Penelahaan secara menyeluruh umumnya meliputi pembacaan
laporan keuangan dan catatannya serta mempertimbangkan hal-hal berikut ini:

a. Kecukupan bukti yang terkumpul sebagai respon terhadap saldo yang tidak
biasa atau yang tidak diharapkan,yang diidentifikasi pada waktu
perencanaan audit atau dalam pelaksanaan audit.
b. Saldo atau hubungan yang tidak biasa atai tidak diharapkan yang
sebelumnya tidak diidentifikasi.
Adapun sumber-sumber informasi yang dapat digunakan untuk melakukan
prosedur analitis dapat diperoleh dari :

‒ Surat kabar dan majalah industri


‒ Laporan keuangan periode berjalan dan periode-periode sebelumnya
‒ Rencana kerja dan anggaran perusahaan
‒ Data-data non keuangan

E. Penggunaan Rasio Keuangan

Rasio keuangan merupakan suatu perhitungan rasio dangan menggunakan


laporan keuangan yang berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai kondisi
keuangan dan kinerja perusahaan.

Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan


antara satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan
yang relevan dan signifikan. Contoh: membandingkan antara aset lancar terhadap
kewajiban lancar (sebagai rasio likuiditas) atau antara total kewajiban terhadap
total asset (rasio solvabilitas), sedangkan contoh perbandingan antara laporan
keuangan adalah dengan membandingkan antara laba bersih dengan total asset
(sebagai rasio profitabilitas). Rasio keuangan yang biasa digunakan oleh auditor
adalah
1) Rasio likuiditas
a. Rasio lancar (current ratio)
Rasio lancar = Aset lancar ÷ Kewajiban lancar

b. Rasio cepat (quick ratio/acid test ratio)


Rasio cepat = (Aset lancar – Persediaan) ÷ Kewajiban lancar

c. Rasio kas (cash ratio)


Rasio kas = (Kas + Setara kas) ÷ Kewajiban lancar

2) Rasio Solvabilitas

a. Rasio utang (debt ratio)


Rasio utang = Total utang ÷ Total aset
b. Rasio utang terhadap equitas (debt to equity ratio)
Rasio utang terhadap ekuitas = Total utang ÷ Total ekuitas

c. Rasio utang jangka panjang terhadap ekuitas (long term debt to equity
ratio)
Rasio utang jangka panjang terhadap ekuitas = Utang jangka panjang ÷
Total ekuitas

d. Rasio kelipatan bunga yang dihasilkan (times interest earned ratio)


Rasio kelipatan bunga yang dihasilkan = Laba sebelum bunga dan pajak
÷ Beban bunga

e. Rasio laba operasional terhadap kewajiban


Rasio laba operasional terhadap kewajiban = Laba operasional ÷
Kewajiban

3) Rasio Aktivitas
a. Perputaran piutang usaha (accont receivable turn over)
‒ Rata-rata piutang usaha = (piutang usaha awal tahun + piutang usaha
akhir tahun) ÷ 2
‒ Rasio perputaran piutang usaha = penjualan kredit ÷ Rata-rata piutang
usaha
‒ Lamanya rata-rata penghasilan piutang usaha = 365 hari ÷ Rasio
perputaran piutang usaha
b. Perputaran persediaan (inventory turn over)
‒ Rata-rata persediaan = (Persediaan awal tahun + Persediaan akhir
tahun) ÷2
‒ Rasio perputaran persediaan = penjualan ÷ Rata-rata persediaan, atau
Rasio perputaran persediaan = HPP ÷ Rata-rata persediaan
‒ Lamanya rata-rata persediaan =365 hari ÷ Rasio perputaran persediaan
c. Perputaran modal kerja (working capital turn over)
‒ Rata-rata aset lancar = (Aset lancar awal tahun + Aset lancar akhir
tahun) ÷2
‒ Rasio perputaran modal kerja = Penjualan ÷ Rata-rata aset lancar
d. Perputaran asset tetep (fixed assets turnover)
‒ Rata-rata asset tetap = (Aset tetap awal tahun + Aset tetap akhir tahun)
÷2
‒ Rasio perputaran asset tetap = penjualan ÷ Rata-rata aset tetap
e. Perputaran total asset (total asset turnover)
‒ Rata-rata total aset = (Total aset awal tahun +Total aset akhir tahun)÷2
‒ Rasio perputaran total asset = Penjualan÷Rata-rata total aset
4) Rasio Profitabilitas
a. Hasil pengembalian atas asset (return on asset)

Hasil pengembalian aset tetap = Laba bersih ÷Total aset

b. Hasil pengembalian atas ekuitas (return on equity)

Hasil pengembalian atas asset = Laba bersih ÷Total ekuitas

5) Rasio Kinerja Operasional


a. Marjin laba kotor (gross profit margin)

Marjin laba kotor = Laba kotor÷Penjualan bersih

b. Marjin laba operasional (operating profit margin)

Marjin laba operasional = Laba operasional ÷ Penjualan bersih

c. Marjin laba bersih (net profit margin)

Marjin laba bersih = Laba bersih÷Penjualan bersih

6) Rasio Penilaian atau rasio ukuran pasar


a. Laba per lembar saham biasa (earnings per share)

Laba per saham = Laba bersih ÷ Jumlah saham biasa yang beredar

b. Rasio harga terhadap laba (price earnings ratio)

Rasio harga terhadap laba = Harga pasar per saham ÷ Laba per saham

c. Imbal hasil deviden (dividend yield)

Imbal hasil deviden = Deviden per saham ÷ Harga pasar per saham

d. Rasio Pembayaran Deviden (dividend payout ratio)


Rasio pembayaran deviden = Deviden per saham ÷ Laba per saham
e. Rasio harga terhadap nilai buku (price to book value ratio)
Rasio harga terhadap nilai buku = Harga pasar per saham÷Nilai buku per
saham

2. 6 KERTAS KERJA AUDIT DAN PROGRAM AUDIT


1) Pengertian dan Fungsi Kertas Kerja Audit

Auditor harus mengumpulkan berbagai jenis bukti untuk mendukung


kesimpulan hasil audit yang disajikannya dalam laporan hasil audit. Bukti yang
dikumpulkan itu harus didokumentasikan dengan baik. Dokumen dimaksud
disebut dengan Kertas Kerja Audit (working papers), memuat rekaman kegiatan
audit yang dilakukannya selama melaksanakan audit. Disamping berfungsi
sebagai media untuk mendukung kesimpulan hasil audit, kertas kerja juga
berfungsi sebagai:

a. Jembatan/mata rantai yang menghubungkan antara catatan klien


denganlaporan hasil audit.
b. Media bagi auditor untuk mempertanggung jawabkan prosedur/langkahaudit
yang dilakukannya sehubungan dengan penugasan yang dijalankan.
c. Media untuk mengkoordinir dan mengorganisasi semua tahap audit
mulaidari tahap perencanaan sampai pelaporan.
d. Dokumen yang dapat memberikan pedoman bagi auditor berikutnya yang
melakukan penugasan audit pada instansi/satuan kerja yang sama.

Kertas kerjadi definisikan sebagai catatan-catatan yang diselenggarakan


oleh auditor mengenai prosedur audit yang ditempuh, pengujian yang dilakukan,
informasi yang diperoleh, dan simpulan yang dibuatnya sehubungan dengan
pelaksanaan penugasan audit yang dilakukannya.

2) Isi Kertas Kerja Audit

Kertas kerja audit meliputi semua berkas yang dibuat mulai dari
perencanaan sampai dengan konsep laporan hasil audit, antara lain terdiri dari
program audit, hasil pemahaman terhadap pengendalian intern, analisis,
memorandum, surat konfirmasi, pernyataan dari klien, ikhtisar dan salinan/copy
dari dokumen yang dikumpulkan, daftar atau komentar yang dibuat atau diperoleh
auditor, draft laporan hasil audit, dan sebagainya. Kertas kerja tidak hanya
berwujud kertas, tetapi dapat pula berupa pita magnetis, film, atau media yang
lain.
Kertas kerja berupa salinan atau copy dokumen audit diberi cap “COPY
SESUAI ASLINYA, DIBERIKAN UNTUK AUDITOR” dan ditanda tangani
oleh petugas (counterpart) yang ditugaskan manajemen.

Secara lebih rinci dokumen yang terdapat pada KKA harus meliputi aspek-
aspek berikut:

a. Perencanaan
b. Pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan dan efektivitas sistem
pengendalian internal
c. Prosedur audit yang dilakukan, informasi yang diperoleh, analisa yang
dibuat dan kesimpulan yang dicapai oleh auditor
d. Review atas KKA
e. Pelaporan hasil audit
f. Monitoring tindak lajut terhadap hasil audit
3) Persyaratan Kertas Kerja Audit

Kertas kerja audit memperlihatkan kecakapan teknis dan keahlian


profesional dari auditor yang menyusunnya. Seorang auditor yang kompeten
dalam melaksanakan tugasnya akan menghasilkan kertas kerja yang bermanfaat.
Agar bermanfaat, kertas kerja harus lengkap, teliti, ringkas, jelas dan rapi:

a. Kertas kerja yang lengkap


Adapun kriteria kertas kerja yang lengkap sebagai berikut.
i) Berisi semua informasi utama, dengan pengertian semua informasi
penting harus dicantumkan dalam kertas kerja
ii) Tidak memerlukan penjelasan tambahan. Auditor harus
mempertimbangkan bahwa kertas kerja akan di-review dan digunakan
oleh seniornya untuk penyusunan laporan dan review hasil audit.
b. Auditor harus memperhatikan ketelitian dalam penulisan dan perhitungan
sehingga bebas dari kesalahan.
c. Kertas kerja harus dibatasi pada informasi pokok saja yang diperlukan dan
relevan dengan tujuan audit dan disajikan secara ringkas, tidak memuat data
yang tidak perlu.
d. Kertas kerja harus mampu menyajikan informasi yang jelas dan sistematis,
penggunaan istilah yang menimbulkan arti ganda perlu dihindari.
e. Kerapian dalam pembuatan dan keteraturan dalam penyusunan kertas kerja
diperlukan untuk mempermudah ketua tim dan supervisor mereview hasil
pekerjaan dan menyusun laporan hasil audit.
4) Jenis Kertas Kerja Audit

Dalam rangka mendukung laporan hasil audit, kertas kerja dikelompokkan


dalam Daftar Utama (lead/top schedule) dan Daftar Pendukung (supporting
schedule):

a. Daftar Utama merupakan rangkuman dari Daftar Pendukung, disusun


sesuai dengan kelompok informasi yang disajikan dalam laporan hasil
audit. Memuat informasi dan kesimpulan hasil audit yang diperlukan
untuk penyusunan laporan hasil audit.
b. Daftar Pendukung memuat tujuan audit, informasi/kegiatan yang diuji,
bukti-bukti/dokumen pendukung yang dikumpulkan, metode penelitian
dan analisis yang dilakukan dalam rangka memenuhi tujuan audit, dan
kesimpulan yang diperoleh, serta dilengkapi dengan data auditor yang
menyusun dan tanggaldan paraf penyusunannya.

Daftar Utama dan Daftar Pendukung merupakan dokumentasi yang terpisah


satu sama lain. Untuk menghubungkan keduanya, kertas kerja harus diberi indeks
(semacam tanda/nomor/kode yang dibuat untuk mempermudah menghubungkan
satu kertas kerja dengan kertas kerja yang lain).

5) Tujuan Pembuatan Kertas Kerja

Empat tujuan penting pembuatan kertas kerja adalah untuk:

i) Mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan auditan.


Kertas kerja dapat digunakan oleh auditor untuk mendukung
pendapatnya, dan merupakan bukti bahwa auditor telah melaksanakan
audit yang memadai.

ii) Menguatkan simpulan-simpulan auditor dan kompetensi auditnya.

Auditor dapat kembali memeriksa kertas kerja yang telah dibuat dalam
auditnya, jika di kemudian hari ada pihak-pihak yang memerlukan
penjelasan mengenai simpulan atau pertimbangan yang telah dibuat
oleh auditor dalam auditnya.

iii) Mengkoordinasi dan mengorganisasi semua tahap audit.

Audit yang dilaksanakan oleh auditor terdiri dari berbagai tahap audit
yang dilaksanakan dalam berbagai waktu, tempat, dan pelaksana. Setiap
audit tersebut menghasilkan berbagai macam bukti yang membentuk
kertas kerja. Pengkordinasian dan pengorganisasian berbagai tahap
audit tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan kertas kerja.

iv) Memberikan pedoman dalam audit berikutnya.

Dari Kertas Kerja dapat diperoleh informasi yang sangat bermanfaat


untuk audit berikutnya jika dilakukan audit yang berulang terhadap
klien yang sama dalam periode akuntansi yang berlainan, auditor
memerlukan informasi mengenai sifat usaha klien, catatan dan anke
akuntansi klien, pengendaian intern klien, dan rekomendasi perbaikan
yang diajukan kepada klien dalam audit yang lalu, jurnal-jurnal
adjustment yang disarankan untuk menyajikan secara wajar laporn
keuangan yang lalu.

6) Kepemilikan Kertas Kerja Dan Kerahasiaan Informasi Dalam Kertas Kerja

SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraph 06 mengatur bahwa kertas kerja


adalah milik kantor akuntan publik, bukan milik klien atau milik pribadi. Namun,
hak kepemilikan kertas kerja oleh kantor akuntan publik masih tunduk pada
pembatasan-pembatasan yang diatur dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan
Publik yang berlaku, untuk meghindarkan penggunaan hal-hal yag bersifat rahasia
oleh auditor untuk tujuan yangtidak semestinya.
Kertas keja yang bersifat rahasia berdasarkan SA Seksi 339 paragraf 08
mengatur bahwa auditor harus menerapkan prosedur memadai untuk menjaga
keamanan kertas kerja dan harus menyimpannya sekurang-kurangnya 10 tahun.
Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik memuat aturan yang berkaitan
dengan kerahasiaan kertas kerja. Aturan Etika 301 menyatakan “Anggota
Kompartemen Akuntan Pubik tidak diperkenankan mengungkapkan informasi
klien yang rahasia tanpa persetujuan dari klien”. Hal-hal yang membuat auditor
dapat memberikan informasi tentang klien kepada pihak lain adalah :

a. Jika klien tersebut menginginkannya


b. Jika misalnya praktek kantor akuntan dijual kepada akuntan publik lain,
jika kertas kerjanya diserahkan kepada pembeli harus atas seijin klien.
c. Dalam perkara pengadilan (dalam perkara pidana).
d. Dalam program pengendalian mutu, profesi akuntan publik dapat
menetapkan keharusan untuk mengadakan peer review di antara sesama
akuntan publik. Untuk me-review kepatuhan auditor terhadap standar
auditing yang berlaku, dalam peer review informasi yang tercantum
dalam kertas kerja diungkapkan kepada pihak lain (kantor akuntan publik
lain) tanpa memerlukan izin dari klien yang bersangkutan dengan kertas
kerja tersebut.
7) Penyimpanan KKA

Untuk memudahkan akses dan pemeliharaannya, dokumen KKA perlu


dipilah ke dalam beberapa kategori. pada umumnya terdapat empat kategori
berkas KKA, yaitu: Berkas permanen, Berkas berjalan, Berkas lampiran,
danBerkas khusus.

a. Berkas Permanen.

Berkas permanen berisikan data/informasi yang diperlukan oleh auditor


untuk memahami gambaran umum auditi. Dilihat dari dimensi waktu,
informasi yang dimasukkan dalam berkas permanen adalah informasi yang
relatif tidak sering berubah. Dengan adanya berkas permanen, auditor tidak
perlu meminta informasi tersebut kepada audit setiap tahun atau setiap kali
akan melakukan audit. Jenis informasi yang dimaksudkan dalam berkas
permanen, antara lain meliputi: data organisasi auditi, kebijakan dan
prosedur operasi, kebijakan akuntansi dan pengendalian internal, dan
informasi administratif berkaitan dengan penugasan audit. Data organisasi
meliputi: Struktur organisasi dan uraian tugas, Sejarah danuraian pokok dan
fungsi auditi, Daftar lokasi unit-unit di bawah organisasi auditi, Kontrak dan
perjanjian penting (jika ada), Daftar personil kunci, Daftar pihak yang
mempunyai hubungan istimewa, serta Ketentuan hukum dan perundang-
undangan terkait.

b. Berkas Berjalan (Current).

Berkas berjalan berisikan informasi yang berkaitan dengan audit yang


sedang dilakukan atau audit yang baru lalu. Terdapat dua sub klasifikasi
untuk informasi yang dimasukkan dalam berkas berjalan, yaitu: Berkas
umum dan Berkas analisis.

Berkas umum terdiri atas: Surat penugasaan audit, Informasi umum,


Hasil pertemuan awal, Program audit, Manajemen waktu audit, Ikhtisar
temuan audit, Draft laporan audit, Tanggapan auditi, Pertemuan akhir dan
tindak lanjut hasil audit.

Berkas analisis, memuat dokumentasi rinci atas proses pengumpulan dan


pengujian bukti audit untuk masing-masing data yang dicakup dalam
penugasan audit.

c. Berkas Lampiran

Berkas ini berisikan lampiran data, catatan, dan dokumen yang menjadi
data mentah bagi proses pengujian bukti audit. Informasi mengenai proses
dan hasil pengujiannya sendiri dimasukkan dalam berkas audit analisis.

d. Berkas Khusus

Berkas ini berisikan informasi yang perlu mendapatkan perhatian khusus.


Sebagian besar informasi ini berkaitan dengan indikasi kecurangan yang
perlu ditindak lanjuti dengan pemeriksaan khusus. Sebagaimana disebutkan
dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007, Kertas
Kerja Audit harus disusun dalam satu berkas dan diserahkan oleh Ketua Tim
kepada Sub Bagian Tata Usaha Wilayah untuk diarsipkan.

BAB III

KESIMPULAN

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan:

1) Sebelum menerima suatu penugasan, auditor harus memastikan bahwa


penugasan tersebut dapat diselesaikan sesuai dengan semua standar
profesional, termasuk standar auditing, kode etik akuntan, dan standar
pengendalian mutu.
2) Tahap-tahap penting dalam penerimaan suatu penugasan meliputi: evaluasi
integritas manajemen, mengidentifikasi keadaan-keadaan khusus dan resiko
tak biasa, menentukan kompetensi, menilai independensi, menentukan bahwa
pekerjaan dapat dilaksanakan dengan cermat dan teliti, serta menerbitkan
surat penugasan.
3) Penetapan perencanaan yang tepat merupakan pekerjaan yang cukup sulit
dalam melaksanakan audit yang efisien dan efektif. Tahapan-tahapan
perencanaan meliputi pekerjaan mendapatkan pemahaman tentang bisnis dan
industri klien dan melaksanakan prosedur analitis.

DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A, Randal J. Elder, Marks S. Beasley, and Amir Abadi Jusuf. 2009.
Auditing And Assurance Services: An Integrated Approach, An Indonesian
Adaptation, 12th ed. New Jersey: Prentice Hall

Jusup, Haryono. 2001. Auditing (Pengauditan Berbasis ISA). Yogyakarta :


Penerbit Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN

Mulyadi. 2002. Auditing. Jakarta: Salemba Empat

Anda mungkin juga menyukai