Anda di halaman 1dari 32

Perencanaan

Audit
Kelompok 7 :
Merninda Ragelita (182010300177)
Berliana Mutiara F(182010300181)
Dedy Rahmat S (182010300197)
Yermiana Peni S (182010300210)
Rena Yunita (182010300219)
Ollivia Candra R (182010300224)
Rizky Nur W (182010300232)
PERENCANAAN AUDIT

Perencanaan audit meliputi pengembangan strategi pelaksanaan secara


menyeluruh dan lingkup audit yang diharapkan.

Dalam perencanaan auditnya, auditor harus mempertimbangkan sifat,


lingkup, dan pada saat pekerjaan harus dilaksanakan yaitu membuat suatu
program audit secara tertulis (satu set program audit tertulis) untuk setiap
audit. Program audit harus menggariskan dengan rinci prosedur audit yang
menurut keyakinan auditor diperlukan untuk mencapai tujuan audit.
Bentuk program audit dan tingkat kerinciannya sangat bervariasi sesuai
dengan keadaan. Selama berlangsungnya audit, perubahan kondisi dapat
menyebabkan terjadinya perubahan prosedur audit yang telah direncanakan
tersebut.
Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan hal-hal sebagai
berikut:
Pertimbangan awal tentang

05 tingkat materialitas untuk tujuan


audit.

01 Masalah yang berkaitan dengan


bisnis entitas dan industri yang
menjadi tempat usaha tersebut.
Pos laporan keuangan yang
06 mungkin memerlukan
peyesuaian.

Kebijakan dan prosedur


02 akuntansi entitas tersebut. Kondisi yang mungkin memerlukan perluasa
atau pengubahan pengujian audit, seperti

07 risiko kekeliruan atau kecurangan material


atau adanya transaksi antar pihak-pihak yang
Metode yang digunakan oleh entitas mempunyai hubungan istimewa.
tersebut dalam mengolah informasi
03 akuntansi yang signifikan, termasuk
penggunaan organisasi jasa dari luar untuk Sifat laporan auditor yang diharapkan akan
mengolah informasi akuntansi pokok diserahkan (sebagai contoh laporan auditor
perusahaan.
08 tentang laporan keuangan konsolidasian,
laporan keuangan yang diserahkan ke
Tingkat risiko pengendalian Bapepam, laporan khusus untuk
04 yang direncanakan. menggambarkan kepatuhan klien terhadap
kontrak perjanjian).
Ada tiga alasan utama mengapa auditor harus merencanakan tugasnya dengan
sebaik-baiknya, yakni sebagai berikut :

Untuk memperoleh
bahan bukti kompeten Untuk menghindari
yang cukup dalam salah pengertian dengan
situasi saat itu klien

Untuk membantu
menekan biaya audit
Terdapat tujuh bagian utama dalam
perencanaan audit, yakni sebagai berikut :

1) Perencanaan awal audit


2) Memperoleh informasi mengenai
latar belakang
3) Memperoleh informasi mengenai
kewajiban hukum klien
4) Melaksanakan prosedur analitis
pendahuluan
5) Menentukan materialitas dan risiko
6) Memahami struktur pengendalian
intern
7) Mengembangkanrencana dan
program audit secara menyeluruh
MENERIMA KLIEN
DAN MELAKUKAN
PERENCANAAN
AUDIT AWAL
Perencanaan audit awal

Perencanaan awal menyangkut keputusan


apakah akan menerima atau melanjutkan
pelaksanaan audit bagi klien, mengevaluasi
alasan-alasan klien untuk diaudit, memilih staf
untuk penugasan tersebut, dan mendapatkan
surat penugasan.
Investigasi atas klien baru

Sebelum menerima klien baru, kebanyakan kantor


akuntan publik akan menyelidiki perusahaan tersebut
untuk menentukan akseptabilitasnya,kantor itu akan
melakukannya dengan memeriksa, sejauh
memungkinkan, prospektif klien ini dalam komunitas
bisnis, stabilitas keuangannya dan hubungannya dengan
kantor akuntan publik sebelumnya.

Contoh: Banyak kantor akuntan publik sangat berhati-


hati dalam menerima klien baru dari bisnis yang baru
terbentuk dan berkembang cepat,banyak dari bisnis-
bisnis tersebut mengalami masalah keuangan dan
membuat kantor akuntan publik akan menghadapi
kewajiban potensial yang signifikan.
Klien yang berlanjut.

Setiap tahun banyak kantor akuntan publik mengevaluasi klien-


klien yang ada saat ini guna menentukan apakah ada alasan untuk
menghentikan audit. Konflik yang terjadi sebelumnya menyangkut
ruang lingkup audit yang tepat, jenis pendapat yang akan diberikan,
jumlah fee, atau hal-hal lain dapat menyebabkan auditor
menghentikan kerja samanya.
Mengidentifikasi Alasan Klien
Untuk Di Audit

Dua faktor utama yang mempengaruhi bahan bukti yang akan dikumpulkan
adalah siapa pemakai laporan dan maksud penggunaan laporan.
Kemungkinan terbesar dalam hal penggunaan laporan dapat ditentukan
dengan melihat pengalaman dalam penugasan yang lalu dan diskusi dengan
manajemen. Selama audit berlangsung auditor dapat memperoleh informasi
tambahan mengenai mengapa klien menghendaki audit dan untuk apa
laporan keuangan digunakan.
MEMPEROLEH
INFORMASI MENGENAI
LATAR BELAKANG
Informasi mengenai latar belakang didapat dengan berbagai cara, diantaranya
adalah sebagai berikut:

Mengidentifikasi Pihak-
pihak yang Mempunyai
Memahami Bidang Usaha Hubungan Istimewa
dan Industri Klien,
27%

Mengevaluasi
Meninjau Pabrik dan Kantor
70% Kebutuhan akan
Spesialis dari Luar
52%
Menelaah Kebijakan
Perusahaan
MEMPEROLEH
INFORMASI MENGENAI
KEWAJIBAN HUKUM
KLIEN
Tiga dokumen hukum dan catatan yang berkaitan erat yang harus diperiksa pada
awal penugasan Adalah :

Akta pendirian dan anggaran perusahaan

Risalah rapat direksi, komisaris, dan pemegang saham

Beberapa informasi mengenai kontrak, harus diungkapkan dalam


keuangan.
Pengetahuan awal pengetahuan hukum dan catatan ini akan memungkinkan auditor untuk menginterprestasikan bahan
bukti selama penugasan berlangsung dan menjamin bahwa pengungkapan yang pantas telah dilakukan dalam laporan
keuangan.
a. Memahami bidang usaha dan industri klien, diperlukan untuk mengetahui kekhasan aturan akuntansi, mengidentifikasi
risiko industri dan risiko bawaan.

• Pihak terkait: adalah pihak terkait, pemilik utama perusahaan klien atau pihak lain yang berhubungan dengan klien,
dimana salah satu pihak dapat mempengaruhi manajemen atau peraturan operasional lainnya.

•Corporate Charter: diberikan oleh negara tempat perusahaan berada dab dokumen yang sah diperlukan untuk mengenali
perusahaan sebagai entitas terpisah

•Corporate Minutes: catatan resmi dari pertemuan dewan direksi dan pemegang saham.
b. Memperoleh informasi mengenai kewajiban hukum klien. Dokumen dan catatan hukum
yang diperlukan adalah akte pendirian dan anggaran dasar perusahaan, notulen rapat, dan
kontrak. Client bussiness risk: resiko bahwa klien akan gagal dalam usahanya dan gagal
mencapai tujuannya

c. Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan.

d. Menentukan materialitas dan menetapkan risiko audit yang dapat diterima dan risiko
bawaan.

e. Memahami struktur pengendalian intern dan menetapkan risiko pengendalian


Mengembangkan rencana audit dan program audit menyeluruh.
MELAKSANAKAN PROSEDUR ANALITIS
PENDAHULUAN
Adapun tujuan-tujuan pelaksanaan prosedur analisis adalah
sebagai berikut:
a. Membantu dalam merencanakan sifat, saat, dan lingkup
prosedur audit yang akan digunakan untuk memperoleh bukti
saldo akun
b. Memahami bidang usaha klien
c. Penetapan kemampuan entitas untuk mempertahankan
kelangsungan hidupnya
d. Indikasi adanya kemungkinan salah saji dalam laporan
keuangan
e. Mereview secara menyeluruh atas informasi keuangan
Prosedur analisis Kemungkinan kekeliruan
Bandingkan persentase margin bruto Lebih saji atau kurang saji persediaan
dengan tahun lalu dan harga pokok penjualan

Bandingkan perputaran persediaan Keusangan persediaan yang

Contoh beberapa prosedur dengan tahun lalu berdampak pada harga pokok
penjualan
analisis dalam kaitannya Bandingkan biaya per unit persediaan Lebih saji atau kurang saji persediaan
dengan tes saldo nilai dengan tahun lalu dan harga pokok persediaan
persediaan pada siklus Bandingkan nilai persediaan dengan Kekeliruan dalam kompilasi biaya per
persediaan dan pergudangan tahun lalu unit atau perluasannya yang

adalah sebagai berikut: berdampak pada persediaan dan harga


pokok penjualan
Bandingkan biaya manufaktur tahun Salah saji biaya per unit
berjalan dengan tahun lalu persediaan,terutama upah langsung
dan overhead pabrik,yang berdampak
pada persediaan dan HPP
Tujuan prosedur analisis pada tahap penyelesaian audit
adalah untuk menunjukkan kemungkinan adanya salah
saji atau kekeliruan (arahan perhatian) dan menilai
kelangsungan hidup usaha. Prosedur analisis pada
tahap penelaahan secara menyeluruh tersebut dapat
membantu auditor dalam menilai kesimpulan yang
diperoleh dan dalam mengevaluasi penyajian laporan
keuangan secara keseluruhan.
● Penggunaan Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan suatu perhitungan
rasio dangan menggunakan laporan keuangan
yang berfungsi sebagai alat ukur dalam menilai
kondisi keuangan dan kinerja perusahaan.

Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan


antara satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai
hubungan yang relevan dan signifikan. Contoh: membandingkan antara
aset lancar terhadap kewajiban lancar (sebagai rasio likuiditas) atau
antara total kewajiban terhadap total asset (rasio solvabilitas), sedangkan
contoh perbandingan antara laporan keuangan adalah dengan
membandingkan antara laba bersih dengan total asset (sebagai rasio
profitabilitas).
Rasio keuangan yang biasa digunakan oleh auditor adalah

1. Rasio likuiditas
2. Rasio Solvabilitas
3. Rasio Aktivitas
4. Rasio Profitabilitas
5. Rasio Kinerja Operasional
6. Rasio Penilaian atau rasio ukuran pasar
KERTAS KERJA AUDIT
DAN PROGRAM
AUDIT
Pengertian dan Fungsi Kertas Kerja Audit

Auditor harus mengumpulkan berbagai jenis


bukti untuk mendukung kesimpulan hasil
audit yang disajikannya dalam laporan hasil
audit. Bukti yang dikumpulkan itu harus
didokumentasikan dengan baik. Dokumen
dimaksud disebut dengan Kertas Kerja Audit
(working papers), memuat rekaman kegiatan
audit yang dilakukannya selama
melaksanakan audit
Isi Kertas Kerja Audit
Kertas kerja audit meliputi semua berkas yang dibuat mulai dari perencanaan sampai dengan konsep
laporan hasil audit, antara lain terdiri dari program audit, hasil pemahaman terhadap pengendalian intern,
analisis, memorandum, surat konfirmasi, pernyataan dari klien, ikhtisar dan salinan/copy dari dokumen
yang dikumpulkan, daftar atau komentar yang dibuat atau diperoleh auditor, draft laporan hasil audit, dan
sebagainya. Kertas kerja tidak hanya berwujud kertas, tetapi dapat pula berupa pita magnetis, film, atau
media yang lain.

Kertas kerja berupa salinan atau copy dokumen audit diberi cap “COPY SESUAI ASLINYA, DIBERIKAN
UNTUK AUDITOR” dan ditanda tangani oleh petugas (counterpart) yang ditugaskan manajemen.
Secara lebih rinci dokumen yang terdapat pada KKA harus meliputi aspek-aspek berikut:
a. Perencanaan
b. Pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan dan efektivitas sistem pengendalian internal
c. Prosedur audit yang dilakukan, informasi yang diperoleh, analisa yang dibuat dan kesimpulan yang
dicapai oleh auditor
d. Review atas KKA
e. Pelaporan hasil audit
f. Monitoring tindak lajut terhadap hasil audit
Persyaratan Kertas Kerja Audit
Kertas kerja audit memperlihatkan kecakapan
teknis dan keahlian profesional dari auditor yang
menyusunnya. Seorang auditor yang kompeten
dalam melaksanakan tugasnya akan menghasilkan
kertas kerja yang bermanfaat.
Agar bermanfaat, kertas kerja harus lengkap, teliti, ringkas, jelas dan rapi :

a. Kertas kerja yang lengkap


b. Auditor harus memperhatikan ketelitian dalam penulisan dan perhitungan sehingga
bebas dari kesalahan.
c. Kertas kerja harus dibatasi pada informasi pokok saja yang diperlukan dan relevan
dengan tujuan audit dan disajikan secara ringkas, tidak memuat data yang tidak
perlu.
d. Kertas kerja harus mampu menyajikan informasi yang jelas dan sistematis,
penggunaan istilah yang menimbulkan arti ganda perlu dihindari.
e. Kerapian dalam pembuatan dan keteraturan dalam penyusunan kertas kerja
diperlukan untuk mempermudah ketua tim dan supervisor mereview hasil pekerjaan
dan menyusun laporan hasil audit.
Jenis Kertas Kerja Audit

Dalam rangka mendukung laporan hasil audit, kertas kerja dikelompokkan dalam Daftar Utama (lead/top
schedule) dan Daftar Pendukung (supporting schedule):

a. Daftar Utama merupakan rangkuman dari Daftar Pendukung, disusun sesuai dengan kelompok informasi
yang disajikan dalam laporan hasil audit. Memuat informasi dan kesimpulan hasil audit yang diperlukan
untuk penyusunan laporan hasil audit.
b. Daftar Pendukung memuat tujuan audit, informasi/kegiatan yang diuji, bukti-bukti/dokumen pendukung
yang dikumpulkan, metode penelitian dan analisis yang dilakukan dalam rangka memenuhi tujuan audit,
dan kesimpulan yang diperoleh, serta dilengkapi dengan data auditor yang menyusun dan tanggaldan paraf
penyusunannya.

Daftar Utama dan Daftar Pendukung merupakan dokumentasi yang terpisah satu sama lain. Untuk
menghubungkan keduanya, kertas kerja harus diberi indeks (semacam tanda/nomor/kode yang dibuat untuk
mempermudah menghubungkan satu kertas kerja dengan kertas kerja yang lain).
Tujuan Pembuatan Kertas Kerja

Empat tujuan penting pembuatan kertas kerja adalah untuk:

a. Mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan auditan.


b. Menguatkan simpulan-simpulan auditor dan kompetensi auditnya.
c. Mengkoordinasi dan mengorganisasi semua tahap audit.
d. Memberikan pedoman dalam audit berikutnya.
Kepemilikan Kertas Kerja Dan Kerahasiaan
Informasi Dalam Kertas Kerja

SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraph 06 mengatur bahwa kertas kerja adalah milik
kantor akuntan publik, bukan milik klien atau milik pribadi. Namun, hak
kepemilikan kertas kerja oleh kantor akuntan publik masih tunduk pada pembatasan-
pembatasan yang diatur dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang
berlaku, untuk meghindarkan penggunaan hal-hal yag bersifat rahasia oleh auditor
untuk tujuan yangtidak semestinya.
Hal-hal yang membuat auditor dapat memberikan informasi tentang klien kepada pihak lain
adalah :
a. Jika klien tersebut menginginkannya
b. Jika misalnya praktek kantor akuntan dijual kepada akuntan publik lain, jika kertas
kerjanya diserahkan kepada pembeli harus atas seijin klien.
c. Dalam perkara pengadilan (dalam perkara pidana).
d. Dalam program pengendalian mutu, profesi akuntan publik dapat menetapkan keharusan
untuk mengadakan peer review di antara sesama akuntan publik. Untuk me-review
kepatuhan auditor terhadap standar auditing yang berlaku, dalam peer review informasi
yang tercantum dalam kertas kerja diungkapkan kepada pihak lain (kantor akuntan publik
lain) tanpa memerlukan izin dari klien yang bersangkutan dengan kertas kerja tersebut.
Penyimpanan KKA
Untuk memudahkan akses dan pemeliharaannya,
dokumen KKA perlu dipilah ke dalam beberapa
kategori. pada umumnya terdapat empat kategori
berkas KKA, yaitu: Berkas permanen, Berkas
berjalan, Berkas lampiran, danBerkas khusus.
Berkas Permanen.
Berkas permanen berisikan data/informasi yang diperlukan
oleh auditor untuk memahami gambaran umum auditi.
Dilihat dari dimensi waktu, informasi yang dimasukkan
dalam berkas permanen adalah informasi yang relatif tidak
sering berubah
Berkas Berjalan (Current).
Berkas berjalan berisikan informasi yang berkaitan dengan
audit yang sedang dilakukan atau audit yang baru lalu.
Terdapat dua sub klasifikasi untuk informasi yang
dimasukkan dalam berkas berjalan, yaitu: Berkas umum dan
Berkas analisis.
Berkas Lampiran
Berkas ini berisikan lampiran data, catatan,
dan dokumen yang menjadi data mentah bagi
proses pengujian bukti audit. Informasi
mengenai proses dan hasil pengujiannya
sendiri dimasukkan dalam berkas audit
analisis.
Berkas Khusus
Berkas ini berisikan informasi yang perlu mendapatkan
perhatian khusus. Sebagian besar informasi ini berkaitan
dengan indikasi kecurangan yang perlu ditindak lanjuti
dengan pemeriksaan khusus. Sebagaimana disebutkan dalam
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 2007,
Kertas Kerja Audit harus disusun dalam satu berkas dan
diserahkan oleh Ketua Tim kepada Sub Bagian Tata Usaha
Wilayah untuk diarsipkan.
Sekian, Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai