Anda di halaman 1dari 5

AKUNTANSI KEPERILAKUAN

ASPEK KEPERILAKUAN PADA AUDIT

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Akuntansi Keperilakuan

Dosen Pengampu: Dr. Enggar Diah Puspa Arum, S.E., M.Si., A.k., C.A.,
CIQaR., CIQnR., CIT.

Disusun Oleh:

Riyan Ardika C1C021184

Novita Efirawandefit C1C021185

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS JAMBI

2022/2023
MEMOTIVASI PIHAK YANG DIAUDIT
Sebagaimana diketahui, motivasi merupakan alat bantu keperilakuan terbesar bagi audit
internal. Dua dari kebutuhan pokok Maslow adalah kebutuhan untuk menjadi bagian dari
organisasi dan kebutuhan untuk diterima dan dikenal, sehingga dapat melayani auditor
internal secara baik.
Kebutuhan menjadi bagian dari organisasi. Bagian audit merupakan bagian dari
keseluruhan organisasi yang berdedikasi untuk memperbaiki operasi organisasi tersebut.
Pihak yang diaudit dapat dijanjikan bahwa pendapat mereka akan diterima dan
dipertimbangkan untuk dimasukan dalam pertimbangan keseluruhan manajemen guna
memperbaiki kondisi operasi organisasi. Menghormati diri sendiri dan orang lain.
Kebutuhan akan rasa dihormati ini dapat dikaitkan dengan keyakinan pihak yang diaudit
untuk bertindak langsung dalam kerja sama dengan staf audit untuk mengidentifikasi
bidang-bidang yang bermasalah, membantu dalam mengidentifikasi kinerja, serta
mengembangkan tindakan-tindakan korektif.

HUBUNGAN DENGAN GAYA MANAJEMEN


Terdapat empat gaya manajemen (kepemimpinan) secara umum. Empat gaya tersebut
meliputi gaya mengarahkan, gaya melatih, gaya mendukung, dan gaya mendelegasikan.
Menggunakan suatu pendekatan audit yang konflik dengan filosofi manajemen dari
manajemen pihak yang diaudit akan menyebabkan audit kesulitan dalam perolehan bantuan
serta kerja sama secara sukarela.
Dari empat gaya tersebut, gaya pertama dan gaya keempat merupakan gaya yang terpenting.
Pada gaya pertama, auditor seharusnya mencoba untuk bekerja sama dengan seluruh
manajemen dalam proses audit sehingga dapat meyakinkan pihak manajeman bahwa auditor
berada di pihak mereka dan mempunyai tujuan untuk mengembangkan desain guna
membantu memperbaiki operasi.
Pada gaya keempat, auditor seharusnya mengambil pendekatan bahwa mereka merupakan
bagian dari tim manajemen dan bertindak sebagai rekan kerja atau konsultan.

PENGELOLAAN KONFLIK
Dalam hal perubahan, konflik sering kali terjadi pada proses audit. Konflik terjadi dalam hal
lingkup (manajemen), tujuan (auditor eksternal), tanggung jawab (layanan manajemen), dan
nilai.
Dalam bidang akuntansi, konflik dapat terjadi antara auditor yang cenderung
mempertahankan profesionalismenya dan pihak yang diaudit yang cenderung
mempertahankan lembaga atau keinginannya. Oleh sebab itu terdapat empat metode khusus
yang secara umum digunakan untuk menyelesaikan konflik, yaitu arbitrasi, mediasi,
kompromi, dan langsung.

MASALAH-MASALAH HUBUNGAN
Brink dan Witt (1982) mempunyai daftar konsep yang akan membantu untuk
memperlakukan orang dengan lebih baik. Konsep-konsep tersebut adalah:
1. Terdapat variasi umum dalam kemampuan dan sifat-sifat dasar individu, oleh
sebab itu auditor seharusnya mempertimbangkannya dalam kaitannya dengan
karyawan pihak yang diaudit.
2. Keberagaman perasaan-perasaan dan emosi, sehingga auditor
seharusnya mengidentifikasi keberagaman perasaan dan mencoba menangani hal
tersebut secara efektif.
3. Keberagaman persepsi. Staf pihak yang diaudit tidak memandang dengan cara yang
sama seperti yang dilakukan oleh staf audit.
4. Ukuran kelompok pihak yang diaudit dapat berpengaruh pada hubungan. Auditor
diharuskan untuk memodifikasi pendekatan secara teknis ketika menghadapi
kelompok yang lebih luas.
5. Pengaruh dari berbagi situasi operasi sebagai suatu variasi akhir. Setiap perubahan
situasi mempengaruhi perasaan dan tindakan seseorang, auditor seharusnya
memasuki variasi ini ke dalam pertimbangannya pada hubungan interpersonal.

KARAKTERISTIK UMUM INDIVIDU


Sifat yang muncul pada berbagai tingkatan dalam setiap individu dari pihak yang diaudit,
meliputi:
1. Menjadi produktif, sibuk pada pekerjaan-pekerjaan yang bermakna.
2. Mempunyai dorongan ke arah dedikasi terhadap suatu usaha yang dianggap penting.
3. Mempunyai keinginan untuk melayani dan memberikan bantuan kepada individu
lain.
4. Bebas untuk memilih guna mendapatkan independensi dan kebebasan pilihan.
5. Memiliki sifat yang adil dan jujur.
6. Memiliki bias pada diri sendiri, tercermin pada sikap yang lebih suka dipuji
dibandingkan dengan dikritik.
7. Mencari kepuasan diri sendiri.
8. Memiliki nilai untuk mendapatkan imbalan atas usaha-usahanya.
9. Bersikap seperti orang-orang yang patuh dan dapat beradaptasi secara baik.
10. Menjadi bagian dari tim yang sukses.
11. Memiliki rasa haru atas bencana yang menimpa orang lain.
12. Memiliki keterkaitan pada pemaksimalan kepuasan diri sendiri.
13. Lebih cenderung untuk sensitif dibandingkan dengan membantu orang.

KESADARAN PADA DIRI SENDIRI


Dalam suatu situasi dimana banyak hubungan interpersonal, hal terpenting adalah untuk
menyadari dan memegang teguh keseimbangan serta untuk memandang diri sendiri
sebagaimana orang lain memandangnya (Ratcliff et al., 1988). Elemen-elemen utama
tersebut adalah:
1. Adanya pengetahuan terhadap kekuatan dan kelemahan orang lain dalam hubungan
secara mental, fisik, emosional, dan karakteristik pribadi.
2. Rasa memiliki terhadap produktivitas dan kepuasan kelompok kerja.
3. Kesadaran terhadap perintah dasar dalam lingkungan relatif yang dimiliki seseorang,
dimana orang tersebut harus menyesuaikan diri dengan kelompok organisasi yang
luas.
4. Suatu keinginan untuk melayani kebutuhan-kebutuhan orang lain.
5. Suatu perasaan memiliki atas produktivitas yang didasarkan pada ego seseorang.
6. Suatu perasaan keterpaduan yang berasal dari kepercayaan bahwa seseorang
berpartisipasi dalam suatu lingkungan secara etis.

KOMUNIKASI SECARA EFEKTIF


Komunikasi terdiri atas wawancara, musyawarah, laporan lisan, dan laporan tertulis. Bahasa
yang menggunakan aksioma seharusnya jelas, ringkas, bebas akronim, dalam struktur
gramatikal yang baik, dan mengungkapkan isi dalam aturan sederhana yang logis.
Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan kominikasi yang efektif adalah:
1. Jangan bicara atau menulis dalam bentuk langsung sebab auditor bukanlah bagian
dari manajemen.
2. Jangan menggunakan istilah-istilah yang berimplikasi pada kesalahn-kesalahan kerja
dari pihak yang diaudit.
3. Jangan menjadikan pihak yang diaudit sebagai pokok bahasan, baik secara verbal
atau tertulis.
4. Pertimbangkan sifat ego pihak yang diaudit ketika memberi saran.
5. Menjaga laporan dan memberikan keadilan.
6. Jangan berargunen mengenai moralitas.
7. Mengaitkan dengan kondisi lingkungan ketika mencari penyebab dari temuanya.
8. Sepanjang proses penyusunan laporan mengizinkan pihak yang diaudit untuk
mengungkapkan pendapatnya.
9. Sopan dengan seluruh karyawan pihak yang diaudit dan menyambut manajemen
pihak yang diaudit dengan rasa hormat.
10. Melakukan pertemuan dan wawancara di kantor pihak yang diaudit.
11. Mempertimbangkan kemungkinan tekanan yang muncul dalam diri pihak yang
diaudit.

PELAKSANAAN AUDIT PARTISIPASI


Selain masalah perilaku pihak yang diaudit, auditor internal juga perlu memahami budaya
organisasi. Porter et al. (1985) mengatakan bahwa budaya organisasi mempengaruhi sikap
dan perilaku auditor.
Elemen-elemen keperilakuan dalan audit partisipasi:
1. Pada awal audit, tanyakan pada pihak yang diaudit bidang mana yang akan diaudit.
2. Bangun suatu pendekatan kerja sama dengan staf pihak yang diaudit dalam menilai
pemrograman dan pelaksanaan audit.
3. Peroleh persetujuan dan rekomendasi untuk tindakan koreksi.
4. Dapatkan persetujuan atas isi laporan.
5. Memasukkan informasi nyata pada laporan audit.

Anda mungkin juga menyukai