Anda di halaman 1dari 3

Komunikasi secara efektif

Komunikasi terdiri atas wawancara,musyawarah,laporan lisan,dan laporan tertulis,perintah seorang


auditor dengan menggunakan komunikasi yang efektif merupakan cara yang positif untuk menciptakn
lingkungan yang harmonis dalam menjalankan audit.

Bahasa yang menggunakan aksioma seharusnya jelas,ringkas, bebas akronim,dalam struktur gramatikal
yang baik, dan mengungkapkan isi dalam aturan sederhana yang logis.hal hal ini merupakan aspek
pokok mekanis komunikasi.akan tetapi,terdapat unsur-unsuryang di presentasikan aik secara lisan
maupun tulisan,yang di pertimbanglkan untuk memiliki hubungan perilaku yang baik. Beberapa dari hal
ini adalah;

1. jangan bicara atau menulis dalam bentuk langsung sebab auditor bukanlah bagian dari manajemen.

2. jangan menggunakan istilah-istilsh yang berimplikasi pada kesalahan-kesalahan kerja dari pihak yang
di audit.

3. jangan menjadikan pihak yang di audit sebagai pokok bahasan,baik secara verbal atau tertulis.

4. ketika memberikan saran,pertimbangkan sifat ego pihak yang di audit,sebab hal ini berimplikasi pada
anggapan mereka.

5. mengizinkan pihak yang di audit untuk melakukan perubahan-perubahan dalam bahasa laporan
sepanjang tidak mengubah substansinya.

6. jangan berargumen atau berkomentar mengenai moralitas,karena auditor mencari fakta dan tidak
bertindak sebagai seorang penasihat yang berhubungan dengan moral.

7. menjaga laporan dan memberikan keadilan.

8. mengaitkan dengan kondisi lingkungan ketika mencari penyea dari temuannya.

9. mengizinkan pihak yang diaudit, sepanjang proses penyusunan laporan untuk mengungkapkan
pendapat. Namun,harus dipahami bahwa perbedaan pendapat seperti surat untuk pengukuran-
pengukuran korektif merupakan hak prerogative dari auditor.

10. sopan dengan seluruh tingkatan staf pihak yang diaudit dan menyamut manajemen pihak yang
diaudit dengan rasa hormat.

11. melakukan pertemuan dan wawancara di kantor pihak yang di audit. Pihak yang di audit akan
merasa lebih senang dan lebih dapat menerima sehingga muncul kerja sama.

12. mempertimbangkan kemungkinan tekanan yang muncul dalam pihak yang diaudit.

MENGHADAPI BANYAKNYA OPOSIS


Berebeda dengan penjelasan di atas yang bertujuan untuk mengembangkan suatau hubungan yang
harmonis dengan pihak yang diaudit, terdapat kemungklinan bahwa auditor harus menghadapi
banyaknya oposisi.

Terdapat tiga jenis pokok dari banyaknya oposisi.

1. suatu indikasi yang menunjukan kurang pentingnya audit. Manjamen puncak dari pihak yang diaudit
menolak untuk berpartisipasi dalam pertemuaan untuk mempertimbangkan isi laporan.

2. pihak yang diaudit bertindak dalam suatu gaya konfrontasional, misalnya saja catatan-catatan tidak
tersedia.

3. pihak yang di audit menolak untuk mengambil berbagai tindakan selama atau setelah audit, dan
operasi terus dijalanakan seperti sebelumnya.

Auditor di hadapkan pada suatu masalah seperti pembatasan atas berbagai tindakan. Pernyataan hanya
akan meningkat oada tingkat perlawana. Bujukan dan seruan kepada hal-hal yang menarik pihak yang
diaudit cenderung akan melemahkan mereka. Selain itu, percobaan untuk mencapai beberapa hal yang
terpisah, seperti perbaikan status pihak yang diaudit akan dapat membantu.

PELAKSANAAN AUDIT PARTISIPATIF

Telah menjadi suatu hal yang umum dalam audit bahwa inti dari kinerja audit yang baik berasal dari
pendekatan keperilakuan. Pada dasarnya, audit merupakan usaha kerja sama antara auditor dan pihak
yang diaudit. Elemen-elemen keperilakuan tersebut meliputi;

1. pada awal audit, tanyakan pada pihak yang diaudit bidang mana yang akan diaudit.

2. bangun suatu pendekatan kerja sama dengan staf pihak yang diaudit dalam menilai:

- pemogram audit

- pelaksanaan audit

3. peroleh persetujuan dan rekomendasi untuk tindakan koreksi.

4. dapatkan persetujuan atas isi laporan’

5. memasukan informasi nyata pada laporan audit. Partisipasi di dalam audit membantu memecahkan
berbagai permasalahan-permasalahan dan mengoordinasi tindakan-tindakan korektif. Seluruh
kebersihan di atas tergantung pada kredibilitas auditor atas kejujuran.

PENGGUNAAN PENGETAHUAN KEPERILAKUUAN DALAM AUDIT

Suatu tulisan mengenal audit internal menyatakan bahwa auditor internal berada “dalam suatu posisi
yang lebih baik dibanding auditor eksternal untuk menilai factor-faktor risiko”. Para penulis percaya
bahwa auditor internal sangat memehami organisasi mereka sebagai akibat dari kedekatan mereka pada
karyawan organisasi. Yang menmungkinakan mereka untuk mengevalusai bukti-bukti secara verbal dan
visulal yang bberhubungan dengan sikap dan perilaku secara lebih efektif.
Secara umum penanganan keperilakuan organisasi adalah akibat dari berbagai hal berikut:

1. kondisi pada umumnya kualitas dari struktur pengendalian internal.

2. motivasi atau keutuhan dari karyawan kantor untuk membentuk etika dan kejujuran.

3. sikap atau dasar karakteristik pribadi dari seluruh tingkatan karyawan.

Diasumsikan bahwa para auditor internal dalam setiap pekerjaanya selalu berhubungan dengan
karyawan-karyawan yang ada di organisasi. Kedekatan ini menghasilkan posisi evaluative yang
memungkinkan karyawan untuk menerima atau menolak auditor, dimana hal tersebut akan berdampak
pada tingkat kebebasan auditor. Pengalaman dan pemahaman atau aspek-aspek keperilakuan serta
pertimbangan terkait memberikan kepada auditor alat audit yang kuat.

Selain masalah perilaku pihak yang diaudit, auditor internal juga perlu memahami budaya 0rganisasi.
Dikatakan bahwa budaya organisasi mempengaruhi sikap dan perilaku auditor. Untuk budaya organisasi,
unsur-unsurnya tercemin,antara lain.

1. komitmen karyawan

2. kualitas pelatihan dan pengembangan staf

3. identitas perusahaan seperti kebijakan

4. pembuatan keputusan

5. focus manajemen

Oleh karena itu, suatu audit tidak akan menjadi kontradiktif ketika laporan-laporan audit dapat diterima
dan diimplementasikan.

Posisi budaya mencerminkan keyakinan dan kondisi dari parta karyawan organisasi udaya selalu di
pertimbangkan dalam pembahasan mengenai organisasi. Melakukan suatu studi yang memandingkan
bagian dari sikap pihak yang diaudit yang di pengaruhi oleh budaya negaranya masing-masing (Amerika
dan Jepang) menemukan bahwa perbedaan struktur nilai, tingkat motivasi, dan persepsi antara auditor
Amerika dan Jepang menyebabkan peredaan sikap yang signifikan antara keduannya.

KESIMPULAN

Audit merupakan salah satu bidang kajian akuntansi. Dalam audit tidak hanya dibicarakan tentang
teknik-teknik audit,tetapi juga bagaiman auditor mengambil kebijakan untuk menentukan suatu fakta.
Sering kali, pertimbangan-pertimbangan yang di ambil oleh auditor menjadi penentu dalam
memutuskan masalah,terutama dalam hal penetapan pendapat. Untuk itu, sikap,persepsi, dan perilaku
menjadi acuan dalam pembahasan mengenai pertimbangan seorang auditor, baik auditor internal
maupun auditor eksternal.

Anda mungkin juga menyukai