Anda di halaman 1dari 25

ASPEK KEPERILAKUAN PADA AUDIT INTERNAL

Audit pada saat ini telah menjadi bagian penting dalam dunia akuntansi,
khususnya aspek-aspek yang terkait dengan proses pengambilan keputusan dan
aktivitas-aktivitas auditor dalam mempertimbangkan sesuatu sebelum mengambil
keputusan. Terdapat banyak hal yang dapat dipertimbangkan sebagai data
pendukung dalam pengambilan keputusan yang mengarah pada aspek
keperilakuan auditor. Salah satu karakteristik yang membedakan akuntan publik
dengan auditor internal berkaitan dengan keterikatan secara pribadi. Akuntan
publik terikat dengan catatan-catatan suatu organisasi dan prinsip-prinsip
akuntansi yang dibangun oleh badan profesi akuntansi. Sebaliknya, auditor
internal terkait dengan aktivitas-aktivitas manajemen dan orang-orang yang
menjalankan operasi organisasi. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
audit internal mengevaluasi aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang sehingga
terdapat hubungan pribadi antara orang yang dievaluasi dengan orang yang
mengevaluasi dengan para auditor.

Memotivasi Pihak yang Diaudit


Sebagaimana diketahui, motivasi merupakan alat bantu keperilakuan terbesar bagi
audit internal. Dua dari kebutuhan pokok Maslow adalah kebutuhan untuk
menjadi bagian dari organisasi dan kebutuhan untuk diterima dan dikenal,
sehingga dapat melayani auditor internal secara baik.Kebutuhan menjadi bagian
dari organisasi. Bagian audit merupakan bagian dari keseluruhan organisasi yang
berdedikasi untuk memperbaiki operasi organisasi tersebut. Pihak yang diaudit
dapat dijanjikan bahwa pendapat mereka akan diterima dan dipertimbangkan
untuk dimasukan dalam pertimbangan keseluruhan manajemen guna memperbaiki
kondisi operasi organisasi.

Menghormati diri sendiri dan orang lain. Kebutuhan akan rasa dihormati ini
dapat dikaitkan dengan keyakinan pihak yang diaudit untuk bertindak langsung
dalam kerja sama dengan staf audit untuk mengidentifikasi bidang-bidang yang
bermasalah, membantu dalam mengidentifikasi kinerja, serta mengembangkan
tindakan-tindakan korektif.

Hubungan Dengan Pihak Manajemen


Terdapat empat gaya manajemen (kepemimpinan) secara umum. Empat gaya
tersebut meliputi gaya mengarahkan, gaya melatih, gaya mendukung, dan gaya
mendelegasikan. Menggunakan suatu pendekatan audit yang konflik dengan
filosofi manajemen dari manajemen pihak yang diaudit akan menyebabkan audit
kesulitan dalam perolehan bantuan serta kerja sama secara sukarela. Dari empat
gaya tersebut, gaya pertama dan gaya keempat merupakan gaya yang terpenting.
Pada gaya pertama, auditor seharusnya mencoba untuk bekerja sama dengan
seluruh manajemen dalam proses audit sehingga dapat meyakinkan pihak
manajeman bahwa auditor berada di pihak mereka dan mempunyai tujuan untuk
mengembangkan desain guna membantu memperbaiki operasi. Pada gaya
keempat, auditor seharusnya mengambil pendekatan bahwa mereka merupakan
bagian dari tim manajemen dan bertindak sebagai rekan kerja atau konsultan.

Pengelolaan Konflik
Dalam hal perubahan, konflik sering kali terjadi pada proses audit. Konflik terjadi
dalam hal lingkup (manajemen), tujuan (auditor eksternal), tanggung jawab
(layanan manajemen), dan nilai. Dalam bidang akuntansi, konflik dapat terjadi
antara auditor yang cenderung mempertahankan profesionalismenya dan pihak
yang diaudit yang cenderung mempertahankan lembaga atau keinginannya. Oleh
sebab itu terdapat empat metode khusus yang secara umum digunakan untuk
menyelesaikan konflik, yaitu arbitrasi, mediasi, kompromi, dan langsung.

Masalah-Masalah Hubungan
Brink dan Witt (1982) mempunyai daftar konsep yang akan membantu untuk
memperlakukan orang dengan lebih baik. Konsep-konsep tersebut adalah:
1. Terdapat variasi umum dalam kemampuan dan sifat-sifat dasar individu,
oleh sebab itu auditor seharusnya mempertimbangkannya dalam kaitannya
dengan karyawan pihak yang diaudit.
2. Keberagaman perasaan-perasaan dan emosi, sehingga auditor seharusnya
mengidentifikasi keberagaman perasaan dan mencoba menangani hal
tersebut secara efektif.
3. Keberagaman persepsi. Staf pihak yang diaudit tidak memandang dengan
cara yang sama seperti yang dilakukan oleh staf audit.
4. Ukuran kelompok pihak yang diaudit dapat berpengaruh pada hubungan.
Auditor diharuskan untuk memodifikasi pendekatan secara teknis ketika
menghadapi kelompok yang lebih luas.
5. Pengaruh dari berbagi situasi operasi sebagai suatu variasi akhir. Setiap
perubahan situasi mempengaruhi perasaan dan tindakan seseorang, auditor
seharusnya memasuki variasi ini ke dalam pertimbangannya pada
hubungan interpersonal.

Karakteristik Individu
Sifat yang muncul pada berbagai tingkatan dalam setiap individu dari pihak yang
diaudit, meliputi:
1. Menjadi produktif, sibuk pada pekerjaan-pekerjaan yang bermakna.
2. Mempunyai dorongan ke arah dedikasi terhadap suatu usaha yang
dianggap penting.
3. Mempunyai keinginan untuk melayani dan memberikan bantuan kepada
individu lain.
4. Bebas untuk memilih guna mendapatkan independensi dan kebebasan
pilihan.
5. Memiliki sifat yang adil dan jujur.

6. Memiliki bias pada diri sendiri, tercermin pada sikap yang lebih suka
dipuji dibandingkan dengan dikritik.
7. Mencari kepuasan diri sendiri.
8. Memiliki nilai untuk mendapatkan imbalan atas usaha-usahanya.
9. Bersikap seperti orang-orang yang patuh dan dapat beradaptasi secara baik
10. Menjadi bagian dari tim yang sukses.
11. Memiliki rasa haru atas bencana yang menimpa orang lain.
12. Memiliki keterkaitan pada pemaksimalan kepuasan diri sendiri.
13. Lebih cenderung untuk sensitif dibandingkan dengan membantu orang.
Kesadaran Pada Diri Sendiri
Dalam suatu situasi dimana banyak hubungan interpersonal, hal terpenting adalah
untuk menyadari dan memegang teguh keseimbangan serta untuk memandang diri
sendiri sebagaimana orang lain memandangnya (Ratcliff et al., 1988). Elemenelemen utama tersebut adalah:
1. Adanya pengetahuan terhadap kekuatan dan kelemahan orang lain dalam
hubungan secara mental, fisik, emosional, dan karakteristik pribadi.
2. Rasa memiliki terhadap produktivitas dan kepuasan kelompok kerja.
3. Kesadaran terhadap perintah dasar dalam lingkungan relatif yang dimiliki
seseorang, dimana orang tersebut harus menyesuaikan diri dengan
kelompok organisasi yang luas.
4.

Suatu keinginan untuk melayani kebutuhan-kebutuhan orang lain.

5. Suatu perasaan memiliki atas produktivitas yang didasarkan pada ego


seseorang.
6. Suatu perasaan keterpaduan yang berasal dari kepercayaan bahwa
seseorang berpartisipasi dalam suatu lingkungan secara etis.

Komunikasi Secara Efektif


Komunikasi terdiri atas wawancara, musyawarah, laporan lisan, dan laporan
tertulis. Bahasa yang menggunakan aksioma seharusnya jelas, ringkas, bebas
akronim, dalam struktur gramatikal yang baik, dan mengungkapkan isi dalam

aturan sederhana yang logis. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk menciptakan
kominikasi yang efektif adalah:
1. Jangan bicara atau menulis dalam bentuk langsung sebab auditor bukanlah
bagian dari manajemen.
2. Jangan menggunakan istilah-istilah yang berimplikasi pada kesalahnkesalahan kerja dari pihak yang diaudit.
3. Jangan menjadikan pihak yang diaudit sebagai pokok bahasan, baik secara
4.
5.
6.
7.

verbal atau tertulis.


Pertimbangkan sifat ego pihak yang diaudit ketika memberi saran.
Menjaga laporan dan memberikan keadilan.
Jangan berargunen mengenai moralitas.
Mengaitkan dengan kondisi lingkungan ketika mencari penyebab dari

temuanya.
8. Sepanjang proses penyusunan laporan mengizinkan pihak yang diaudit
untuk mengungkapkan pendapatnya.
9. Sopan dengan seluruh karyawan pihak yang diaudit dan menyambut
manajemen pihak yang diaudit dengan rasa hormat.
10. Melakukan pertemuan dan wawancara di kantor pihak yang diaudit.
11. Mempertimbangkan kemungkinan tekanan yang muncul dalam diri pihak
yang diaudit.

Pelaksanaan Audit Partisipasi


Selain masalah perilaku pihak yang diaudit, auditor internal juga perlu memahami
budaya organisasi. Porter et al. (1985) mengatakan bahwa budaya organisasi
mempengaruhi sikap dan perilaku auditor.
Elemen-elemen keperilakuan dalan audit partisipasi:
1. Pada awal audit, tanyakan pada pihak yang diaudit bidang mana yang akan
2.

diaudit.
Bangun suatu pendekatan kerja sama dengan staf pihak yang diaudit
dalam menilai pemrograman dan pelaksanaan audit.

3. Peroleh persetujuan dan rekomendasi untuk tindakan koreksi.


4. Dapatkan persetujuan atas isi laporan.
5. Memasukkan informasi nyata pada laporan audit.

Aspek Perilaku dalam Audit Manajemen

Menurut Code of Ethic for Professional Accountant (CEPA), auditor harus


memiliki prinsip etika, yaitu
Integritas, yaitu sikap sederhana dan jujur dalam pekerjaan.
Objektivitas, yaitu sikap tidak membiarkan adanya penyimpangan dan

konflik kepentingan yang mengganggu profesionalitas.


Kompetensi serta cermat dan kehati-hatian, yaitu sikap untuk memelihara
pengetahuan pada tingkat yang disyaratkan agar klien menerima jasa yang

profesional.
Kerahasiaan.
Perilaku profesional, yaitu sikap wajib mentaati hukum dan peraturan
yang sesuai.

Dalam menjalankan prinsip etika, auditor mendapatkan beberapa ancaman, yaitu :

Self-interest threat, yaitu ancaman dari kepentingan pribadi.

Self-review threat, yaitu ancaman telaah sendiri, misalnya overbudget


dalam audit mengakibatkan kualitas audit yang tidak memadai.

Advocacy threat, yaitu ancaman karena pendapat klien.

Familiarity threat, yaitu ancaman dengan sikap kekeluargaan.

Intimidation threat, yaitu ancaman yang dapat mempengaruhi audit.

Untuk menghindari ancaman perlu pengamanan, yaitu


Pengamanan yang diciptakan oleh profesi dan regulator.
Syarat pendidikan, pelatihan, dan pengamanan.
Mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Regulasi tentang governance.
Standar profesi akuntan.

Prosedur monitoring.
Review dari pihak eksternal.

Pengamanan di tempat kerja.

Mencegah fraud dapat menggunakan whistle-blower mechanism, yaitu

Internal whistle-blower, yaitu fraud kepada pihak internal perusahaan.

Eksternal whistle-blower, yaitu mengungkapkan fraud kepada pihak

eksternal perusahaan.
Syarat whistle-blower, yaitu

Motivasinya jelas.

Buktinya jelas.

Analisisnya jelas.

Salurannya jelas.

Perilaku etis auditor dalam audit manajemen, yaitu auditor audit manajemen harus
mengungkap kecurangan yang ada.
1. Hubungan antar manusia dalam manajemen audit
Hubungan antar manusia adalah suatu proses interaksi yang terjadi antara
seseorang dengan orang lain untuk mendapatkan pemahaman untuk saling
pengertian, kesadaran, dan kebutuhan psikologis. Pengetahuan hubungan antar
manusia

dapat

digunakan

untuk

memecahkan

berbagai

masalah

yang

berhubungan dengan faktor manusia dalam manajemen.


Beberapa prinsip umum dari aspek hubungan antar manusia berlaku bagi setiap
kejadian di mana dua atau lebih orang saling berhubungan satu dengan yang
lainnya. Hal ini terjadi juga dalam kegiatan audit manajemen, antara auditor
dan auditee. Beberapa prinsip tersebut yang kiranya berlaku dan berpengaruh
dalam kegiatan audit manajemen. Apabila kita perhatikan, kegiatan itu
menempatkan orang-orang yang saling berhubungan dalam posisi tertentu dan
khusus. Bila kedua pihak tak mampu membangun hubungannya secara baik, maka
pintu konflik yang berkepanjangan dan berakibat destruktif bagi organisasi makin

terbuka. Karenanya kita perlu menempatkan masalah ini pada proporsi yang
benar, sehingga misi kerja dari para auditor saat melakukan audit manajemen
dapat tercapai serta memberi kontribusi positif bagi organisasi.
2. Hubungan kerjasama antara manajemen dan eksternal audit
Dalam beberapa hal, auditor audit manajemen dan auditor eksternal memiliki
kesamaan. Keduanya merupakan profesi yang memainkan peran penting dalam
tata kelola organisasi serta memiliki kepentingan bersama dalam hal efektivitas
pengendalian internal organisasi. Keduanya diharapkan memiliki pengetahuan
yang luas tentang bisnis, industri, dan risiko strategis yang dihadapi oleh
organisasi yang mereka layani. Dari sisi profesionalitas, keduanya juga memiliki
kode etik dan standar profesional yang ditetapkan oleh institusi profesional
masing-masing yang harus dipatuhi, serta sikap mental objektif dan posisi
independen dari kegiatan yang mereka audit. Namun, selain berbagai kesamaan
tersebut, audit manajemen dan audit eksternal adalah dua fungsi yang memiliki
banyak pula perbedaan.

Peranan internal auditor


1. Peran sebagai problem solver
Temuan audit pada hakekatnya adalah problem. Auditor audit manajemen harus
mampu menggunakan metode problem solving yang rasional sifatnya. Rangkaian
proses berfikir analisis yang standar perlu dikuasai secara mantap. Hal ini juga
sangat membantunya untuk cepat dalam mengambil kesimpulan atau keputusan.
Informasi yang dikemukakan harus obyektif dan benar-benar merupakan fakta.
Pengembangan berbagai alternatif perbaikan harus mampu pula dihasilkannya dan
dapat diterapkan sesuai dengan kondisinya.Dalam kaitan ini maka auditor perlu
memahami akar permasalahan, serta mampu menganalisisnya, sehingga solusi
yang direkomendasikan menjadi valid. Disini auditor perlu memahami bagaimana
bobot temuan yang menjadi problem tersebut. Bagaimana intensitasnya. Dia perlu
menilai siklusnya, akibatnya, ramalan-ramalan kejadian sebagai akibat yang akan
terjadi dari temuan tersebut. Jika hal tersebut dilaksanakannya dengan baik, maka

pemecahan konflik, yang tidak mungkin dihindarkan akan dapat diselesaikan


secara rasional dan memuaskan bagi semua pihak.
2. Peran sebagai conflict resolution
Temuan audit yang ada dari pelaksanaan audit bisa menjurus pada timbulnya
konflik

bila

seorang

auditor

kurang

mampu

untuk

menyelesaikannya

denganauditee. Konflik itu sendiri adalah hubungan antara dua pihak atau lebih
(individu atau kelompok) yang memiliki, sasaran-sasaran yang tidak sejalan.
Dalam kaitan ini maka masalah penyelarasan agar menjadi sejalan antara auditor
dan auditee dalam mencapai visi menjadi fokus utama. Penyelarasan ini berpijak
pada visi keinginan semua pihak di organisasi untuk melahirkan organisasi yang
sehat dan berkembang wajar adalah yang paling pokok.
Dalam praktiknya konflik ini bisa dilalui dengan jalan :
Menghindari
Auditor semacam ini cenderung menekan reaksi emosional dengan mencari cara
lain yang lebih enak atau bahkan mungkin dia minta pindah atau keluar dari
pekerjaan sebagai internal auditor. Hal ini dimungkinkan pula bila auditor kurang
punya kemampuan untuk bernegosiasi secara efektif. Meskipun strategi
menghindari bisa mengatasi persoalan, namun sifatnya sementara saja. Karena
pada kesempatan lain persoalan itu dapat timbul dan auditor tetap tidak dapat
mengatasinya.
Membekukan
Ini adalah suatu taktik untuk menangguhkan tindakan. Strategi ini bisa digunakan
auditor untuk mendinginkan situasi untuk sementara, sehingga usaha untuk
konfrontasi tetap tidak mungkin
Dikonfrontasikan
Konfrontasi

konflik,

artinya

atas

problem

atau

temuan

ini

langsung

dikonfrontasikan dengan auditee. Konfrontasi bisa dilakukan dengan dengan dua


jalan: dengan memakai kekerasan, misalnya dipaksa dengan power dari direktur
utama maka auditee harus melaksanakan rekomendasi audit. Strategi ini dapat

efektif, tapi auditee dapat merasa kalah. Bila merasa kalah maka bisa timbul
kebencian, kekhawatiran, bahkan menjurus pada kerugian. Dengan memakai
strategi negosiasi, dalam strategi ini kedua pihak bisa menang. Masing-masing
langkah akan mengundang masalahnya sendiri. Strategi win-win solution harus
dipakai sebagai dasar dalam kerangka pemecahan. Setiap kegiatan dan keputusan
yang diambil, dilakukan berdasar motif yang konstruktif sifatnya. Teknik-teknik
seperti kemampuan memahami orang lain, komunikasi dan juga negosiasi perlu
dimiliki.
3. Peran interviewer
Komunikasi yang akan dilakukan oleh auditor, sering kali dalam bentuk
wawancara. Tujuannya adalah mencari fakta dan bukan opini. Karena itu auditor
audit manajemen harus paham mengenai:
Konteks dari wawancara yang dilakukan
Isi dari bahan yang ingin dicarinya

Pola interogasi harus dihindarkan. Hal ini mungkin terjadi jika keterampilan
wawancara kurang dikuasai dan pewawancara kurang mampu menggali persoalan
dengan memotivasi auditee. Wawancara sebaiknya dimulai dengan menentukan
posisi kepercayaan (trust), baru kemudian diikuti dengan penetapan berbagai;
aspek yang diperlukan dalam wawancara (positioning) dan dilanjutkan dengan;
mengembangkan wawancara sendiri.
4. Peran negosiator dan komunikator
Kedua peran ini juga dijumpai pada saat melakukan auditing. Mungkin peran
komunikator akan lebih menonjol dibanding dengan negosiator. Dalam peran
negosiator, seseorang dituntut untuk terus menerus mampu menjual posisi
auditor, program auditor ataupun ide-idenya. Karena itu kriteria dan materi yang
harus disampaikan haruslah masuk akal. Sebaiknya jangan memandang remeh

orang lain, karena keberhasilan seorang negosiator adalah jika ia berhasil


menciptakan kondisi dimana semua pihak dapat terpenuhi keinginannya.
Dalam peran komunikator, posisi auditor agak berbeda. Ingatlah bahwa sebagian
besar konflik dan ketidaksetujuan itu datangnya karena saling kurang pahamnya
pihak-pihak yang berkepentingan. Komunikasi bukan barang baru bagi kita.
Tetapi mendapatkan yang efektif bukanlah hal yang mudah.
5 . Komunikasi dalam audit manajemen
Sebagai dasar melakukan koordinasi dan interaksi, komunikasi tak bisa dianggap
remeh dan kecil peranannya dalam sebuah organisasi. Makin ke depan,
komunikasi makin menjadi elemen terpenting dalam organisasi. Sering kali
keberhasilan personal dan program sangat tergantung dari keberhasilan
komunikasi yang dilakukan para anggota dalam organisasi itu.
Selama komunikasi berlangsung pahamilah lawan bicara. Tetapkan strategi atas
reaksinya. Jangan cepat-cepat sampai pada kesimpulan. Berpikirlah positif dan
sikap yang terkendali merupakan sarana penting yang harus kita jaga. Kuasailah
bahan yang dibicarakan dan berdasarkan pada fakta atas informasi nyata.
Komunikasi yang efektif antara auditor dan auditee merupakan suatu hal yang
harus dibina oleh auditor dan dipahami oleh auditee. Kontribusi kedua pihak
untuk menjadikan pekerjaannya bermanfaat bagi organisasi adalah merupakan
titik awal bermulanya sukses bagi semua pihak. Segala kendala yang terjadi bisa
ditekan sedemikian rupa bila pemahaman bersama telah terbentuk. Ini memang
perjalanan yang perlu ditempuh para anggota organisasi dalam mencapai
kedewasaan.

JURNAL

Akusisi Pengetahuan Dalam Audit :


Pelatihan Auditor Pemula Mengenali Isyarat
Hubungan di Penilaian Real Estate
Pendahuluan
Lingkungan akuntansi publik berubah dengan cepat yang ditandai dengan
peningkatan penekanan yang kompleks pada pengambilan keputusan dan
kemampuan

memecahkan

masalah.

Perusahaan

secara

umum

menyediakan jasa asuransi, bahkan audit tradisional berubah sebagai

perusahaan

baru

yang

mengembangkan

sistem

strategis

audit.

Pendekatan-pendekatan audit yang baru misalnya analisis risiko bisnis


atau pengukuran kinerja bisnis, memerlukan auditor yang memiliki
pengetahuan lebih tentang industri tertentu dan lebih mengandalkan
kemampuan analisis. Oleh karena itu perusahaan perlu wawasan tentang
pelatihan

auditor

pemula

untuk

memperoleh

kemampuan

analisis

kompleks.
Untuk mendapatakan keterampilan ini dibutuhkan seorang auditor
yang mengandalkan pengetahuan prosedural mereka, yang "terdiri
dari aturan atau langkah-langkah yang diperlukan untuk melakukan
tugas-tugas

yang

terampil"(Bonner

dan

Walker

1994,

158).

Pengetahuan prosedural diperoleh pada pekerjaan, di mana auditor


pemula belajar keterampilan prosedural melalui pengalaman pribadi
atau

melalui

pengamatan

lainnya

pada

auditor

yang

lebih

berpengalaman. Meskipun pentingnya pemahaman bagaimana auditor


memperoleh pengetahuan tersebut, sangat sedikit penelitian telah
meneliti bagaimana pembelajaran terjadi dalam pengaturan audit.
Satu pengecualian, Bonner dan Walker (1994), menemukan bahwa
kombinasi dari penjelasan umpan balik

tentang mengapa jawaban

yang diberikan adalah benar membantu auditor pemula mendapatkan


pengetahuan prosedural. Namun, Bonner dan Walker mencatat bahwa
intervensi

pelatihan

ini

mungkin

mahal

untuk

digunakan

pada

perikatan audit yang sebenarnya. Misalnya, penjelasan umpan balik


seperti Bonner dan Walker disediakan dalam studi mereka cenderung
menjadi mahal karena memerlukan keterlibatan mendasar di antara
keduanya dari pelatih, yang umumnya merupakan auditor yang lebih
senior.

Studi ini menilai efektivitas dua intervensi pelatihan biaya rendah .


Penelitian ini didasarkan pada Bonner dan Walker (1994) dengan
memeriksa apakah memberikan umpan balik dalam bentuk biaya-efektif
yang berbeda, berpotensi lebih mempromosikan akuisisi pengetahuan
prosedural. Peneliti juga menyelidiki efektivitas dari intervensi pelatihan

kedua, penjelasan sendiri, yang mungkin terbukti lebih hemat biaya


daripada memberikan penjelasan umpan balik.
Penelitian ini menguji tiga hipotesis. Pertama, bahwa memberikan auditor
pemula penjelasan umpan balik dalam bentuk ringkasan, dengan membuat
mereka menyadari pola dalam informasi atau hubungan antara isyarat,
akan membantu mereka tampil lebih baik pada pengambilan keputusan
dari pemula yang tidak menerima jenis umpan balik yang sama. Kedua,
bahwa auditor yang pertama kali menjelaskan penjelasan sendiri akan
tampil lebih baik pada

penilaian pokok daripada mereka yang tidak

menjelaskan diri. Ketiga, bahwa menggabungkan kedua intervensi


pelatihan akan mengakibatkan kinerja yang lebih baik daripada intervensi
satu pelatihan saja.

Teori danPengembangan Hipotesis Akuisisi Pengetahuan


dalam Audit
Audit
Bonner dan Walker (1994) menyelidiki bagaimana auditor belajar di bawah
berbagai kondisi pelatihan. Mereka peserta untuk berbagai jenis dan
kombinasi dari instruksi dan umpan balik sambil melatih mereka untuk
melakukan

tugas

rasio-analisis

kompleks.

Temuan

utama

mereka

menunjukkan bahwa umpan balik (menjelaskan kepada pelajar mengapa


jawaban yang diberikan adalah benar), ditambah dengan instruksi awal
menggunakan "pemahaman" aturan dipromosikan tingkat terbesar akuisisi
pengetahuan prosedural. Namun, Bonner dan Walker (1994) mencatat
bahwa menyediakan baik pemahaman aturan dan tanggapan jelas mungkin
tidak praktis untuk diterapkan dalam praktek.

Bonner dan Walker (1994) juga menemukan bahwa umpan balik

saja

dipromosikan akuisisi pengetahuan prosedural. Namun, mereka kembali


mencatat bahwa umpan balik

bisa mahal untuk dilaksanakan dalam

praktek karena senior sering terlalu sibuk untuk memberikan umpan balik
kepada auditor pemula karena kemajuan mereka melalui pekerjaan mereka
(yaitu, langkah-demi-langkah umpan balik). jenis umpan balik dengan biaya
rendah, seperti umpan balik hasil (hanya memberikan jawaban yang benar
tanpa penjelasan) tidak efektif tanpa instruksi sebelumnya. Hasil ini
konsisten dengan penelitian lain di audit (lihat pembahasan di Ashton
1982) dan psikologi (misalnya, Remus et al 1996;. Balzer et al 1992.).
Namun, Bonner dan Walker (1994) menemukan bahwa umpan balik hasil
sama efektifnya dengan umpan balik jelas ketika didahului oleh
pemahaman instruksi dan aturan.
Penjelasan umpan balik dan belajar dari contoh bekerja
Bidang psikologi menawarkan bukti dalam perjalanan siswa "belajar
dengan melakukan," memberikan wawasan tentang bagaimana auditor
dapat pelajari secara efektif dalam pengaturan yang tidak memungkinkan
untuk instruksi awal. Misalnya, banyak penelitian psikologi kognitif
menemukan bagaimana individu belajar dari mempelajari contoh bekerja di
berbagai domain (Chi, Bassok, et al 1989;. VanLehn 1996; Sweller dan
Cooper 1985;. Renkl et al 1998). Temuan umum adalah bahwa seorang
individu dapat fitur abstrak yang mendasari masalah bahkan dari belajar
hanya salah satu contoh, dan kemudian menggunakan pengetahuan ini
untuk memecahkan masalah baru (Zhu dan Simon 1987;. Chi, Bassok, et
al 1989).
Mayoritas studi psikologi belajar dari contoh-contoh bekerja telah terjadi
dalam pengaturan tugas dengan menggunakan contoh yang sama dengan
buku. Contoh-contoh ini dianggap "baik-terstruktur," bahwa masing-masing
memiliki jawaban obyektif yang benar dan prosedur solusi diterima yang

dapat dimodelkan dalam contoh. Dalam audit, mayoritas tugas kompleks


"baik-terstruktur" dalam beberapa punya jawaban objektif yang benar.
Dengan demikian, proses penalaran auditor mungkin lebih penting
daripada langkah-langkah tertentu dia mengikuti. Menjelaskan kepada
auditor mengapa jawaban yang diberikan benar membantu mereka untuk
memperoleh

pengetahuan

prosedural.

Pelatih

dapat

memberikan

penjelasan baik sebelum contoh masalah telah bekerja (seperti dalam


kasus muka instruksi) atau sesudahnya (seperti dalam kasus umpan balik
jelas). Dalam kedua kasus, membuat eksplisit pola yang mendasari
informasi meningkatkan kemampuan pemula untuk belajar pengetahuan
prosedural.
Hipotesis yang saya ajukan adalah :
HI: auditor pemula yang menerima penjelasan umpan balik dari hubungan
yang mendasari antara isyarat dalam contoh akan tampil lebih baik pada
set novel masalah daripada auditor pemula yang tidak menerima
penjelasan umpan balik dari hubungan yang mendasari antara isyarat.
Efek Penjelasan Sendiri
Selain mengidentifikasi fitur penting dari contoh bekerja, peneliti di
psikologi telah mengidentifikasi perbedaan penting antara gaya belajar
siswa yang menggunakan contoh yang dikerjakan secara efektif. Chi,
Bassok, et al. (1989) menemukan bahwa peserta didik yang berhasil
cenderung menggunakan contoh ketika mereka berlari ke dalam kesulitan
dengan masalah baru. Individu-individu yang terlibat dalam pembelajaran
aktif, dimana mereka berusaha untuk membangun penjelasan mereka
sendiri untuk mengetahuimengapa jawaban yang diberikan pada contoh
bekerja benar, daripada menyalin solusi untuk masalah

langkah demi

langkah. Chi, Bassok, et al. (1989) menggunakan istilah "efek selfexplanatioti" untuk menggambarkan fenomena tersebut.

Beberapa penelitian audit telah menyelidiki hubungan antara upaya kognitif


dan kinerja penilaian audit. Beberapa studi telah menunjukkan bahwa
membuat auditor memberikan pembenaran atau penjelasan tertulis untuk
penilaian mereka akan meningkatkan tingkat usaha yang mereka
keluarkan, yang, pada gilirannya, untuk meningkatkan kinerja dalam
beberapa kasus (Peecher 1996; Tan 1995; Koonce 1992). Peecher (1994)
mencatat, dua komponen dari pembenaran yang diharapkan untuk
meningkatkan upaya: komponen penjelasan dan komponen akuntabilitas.
Misalnya, individu yang menyediakan

penjelasan sendiri sering merasa

tidak perlu untuk membela penjelasan mereka, sedangkan individu yang


memberikan pembenaran tahu bahwa mereka dapat dipanggil untuk
mempertahankan posisi mereka. Hal ini sulit untuk memprediksi apakah
akuntabilitas akan meningkatkan atau menurunkan upaya kognitif, karena
gangguan tekanan sosial (lihat Tetlock 1985). Untuk mengurangi efek yang
berpotensi mengacaukan akuntabilitas, peserta dalam penelitian ini
diminta untuk memberikan penjelasan sendiri saja; mereka tidak
diberitahu bahwa penjelasan sendiri mereka akan ditinjau oleh individu
lain, seperti pada penelitian audit sebelumnya.

H2 = bahwa auditor yang pertama kali menjelaskan penjelasan sendiri


tentang pola yang mendasari keputusan akan tampil lebih baik pada
penilaian pokok daripada mereka yang tidak menjelaskan diri. .

Menggabungkan Umpan Balik dan Penjelasan Sendiri


Sampai saat ini, tidak ada penelitian yang meneliti efek gabungan dari
penjelasan yang berasal dari sumber eksternal untuk pelajar (misalnya,
penjelasan instruksional atau umpan balik jelas) dan penjelasan yang

dibangun oleh pelajar (self-penjelasan). Renkl (1999) mencatat bahwa


penelitian efek penjelasan sendiri sebelumnya didasarkan pada premis
bahwa penjelasan sendiri lebih unggul dari penjelasan instruksional karena
penjelasan sendiri membutuhkan pelajar untuk mengakomodas dan
membangun pemahaman sendiri dari masalah. Namun, ia mencatat bahwa
kedua penjelasan sendiri dan penjelasan instruksional memiliki kekuatan
dan keterbatasan. penjelasan instruksional mungkin tidak tepat sesuai
pengetahuan sebelumnya pelajar dari domain, atau waktu penjelasan
mungkin tidak (mungkin datang pada titik tersebut dalam proses
pemecahan masalah yang membingungkan atau hanya berarti untuk
pelajar). penjelasan sendiri terbatas dalam bahwa pelajar mungkin tanpa
sadar diri menjelaskan jawaban yang salah. Selanjutnya, penjelasan
sendiri mungkin dapat menentukan jawaban yang benar, tetapi tidak benarbenar memahami masalah. Renkl (1999) penelitian yang menggabungkan
intervensi pelatihan tambahan, berspekulasi bahwa kombinasi sendiri
dengan penjelasan instruksional dapat mengatasi kesulitan intervensi saja.
Jadi, saya mengusulkan hipotesis tambahan yang memprediksi bahwa
Menggabungkan berbagai kedua jenis intervensi pelatihan akan lebih
efektif daripada penjelasan umpan balik atau penjelasan sendiri saja.

H3

bahwa

menggabungkan

kedua

intervensi

pelatihan

akan

mengakibatkan kinerja yang lebih baik daripada satu intervensi pelatihan


saja.

Metode
Peserta
Peserta terdiri 159 auditor dari dua kantor akuntan publik internasional, dengan
rata-rata pengalaman 1,3 tahun (standar deviasi = 1,6). Peserta mengikuti sesi

pelatihan nasional untuk perusahaannya. Tanggapan dari lima peserta tidak


sepenuhnya menyelesaikan bahan percobaan yang dikeluarkan. Auditormenjawab
serangkaian pertanyaan tentang pengalaman mereka terhadap penilaian kinerja,
perjanjian hak milik, dan pengetahuan tentang arus kas diskonto (DCF),
merupakan konsep untuk menentukan apakah mereka bisa diklasifikasikan
sebagai orang berpengalaman yang respek terhadap tugas. Empat dari peserta
menyatakan mereka telah menjalani penilaian tes kerja lebih dari lima kualifikasi
pada tahun lalu, sehingga mereka dikeluarkan dari analisis karena mereka tidak
dianggap orang berpengalaman yang respek terhadap tugas.

Karena penulis mengambil percobaan dalam tiga sesi percobaan, dengan kondisi
yang berbeda termasuk perbedaan pengalaman administrasi, kondisi penugasan
random tidak dimungkinkan. Analisis demografis dari karakteristik peserta
menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan pada peserta dari satu kondisi
percobaan dengan kondisi lainnya. Mengacu pada desain percobaan 2 x 2 di
Gambar 1, penulis menempatkan subyek secara acak di seluruh Sel B dan D di
sesi pertama, di sel A dan B pada sesi kedua, dan di semua sel di sesi ketiga. Dari
150 peserta, 37 berada di sel A, 39 berada di sel B, 34 berada di sel C, dan 40
berada di sel D.

Bahan Tugas
Tugas diperlukan peserta untuk menganalisis tingkat diskonto setiap empat
pendapatan yang menghasilkan properti kantor. (Pada lampiran disajikan contoh
kasus satu properti) peserta menilai apakah tingkat diskonto yang diberikan
tersebut "Reasonable" atau "Not Reasonable". Jika mereka menjawab "Not
Reasonable" dan mereka memberikan tingkat kisaran yang wajar. Maka
kesimpulan atas pemikiran mereka didasari dari informasi terhadap latar belakang
tiap properti dan tingkat diskonto yang digunakan dalam penilaian properti.
Mereka juga menerima informasi industri atas kisaran tarif diskon yang diterima
setiap lokasi geografis properti. Untuk memastikan tugas ini realistis, penulis
menggunakan bahan yang telah diaudit sebenarnya sebagai sumber informasi

industri, diskon tarif, dan informasi milik peroranganpada setiap kasus.Seorang


manajer dari kantor akuntan publik internasional membantu mengembangkan
bahan-bahan pada kasus ini. Dua kasus memberikan diskon tarif yang telah
diaudit, dan untuk dua bahan ini penulis berasumsi bahwa jawaban yang benar
adalah Reasonable. Untuk dua bahan lainnya, penulis menyesuaikan tingkat
diskonto atas atau bawah dari nilai yang telah diaudit sebenarnya, dan untuk
kedua kasus ini jawabannya adalah " Not Reasonable " (terlalu tinggi dalam satu
kasus dan terlalu rendah pada kasus lainnya). Hal ini memungkinkan ukuran
kriteria dalam mengevaluasi tanggapan peserta yaitu "benar" atau "tidak benar."

Desain dan Prosedur


Desain adalah 2 x 2 faktorial seluruhnya. Seperti digambarkan dalam Gambar 1,
dua faktor manipulasi yaitu Explanatory Feedback (tersedia atau tidak tersedia)
dan Self-Explanation (berpengaruh atau tidak berpengaruh). Penulis memberikan
percobaan pretest-treatment-posttest. Peserta melihat empat kasus pretest, empat
kasustreatment (sama dengan kasus pretest), dan empat kasus posttest, semuanya
disajikan dalam ukuran yang seimbang. Pretest terdiri dari empat kasus penilaian
properti, seperti yang dijelaskan sebelumnya. Setelah menyelesaikan pretest,
peserta mengisi kuesioner demografis dan menjawab pertanyaan yang didesain
untuk menguji pengetahuan dan pengalaman mereka terhadap analisis DCF.
Mereka mendapat tambahaninformasi tentang kasus selama pelatihan percobaan.
Informasi ini bervariasi sesuai kondisi percobaan.

Hasil
Untuk menguji hipotesis, peneliti melakukan analisis menggunakan skor
posttest peserta dalam analisis kovarians (ANCOVA), dengan Tahun
Pengalaman dan Pretest Skor sebagai kovariat. Meskipun peserta pemula
sehubungan dengan tugas, tahun audit umum pengalaman mereka
berkisar dari kurang dari satu tahun (entry level) sampai tujuh tahun. Untuk

mengendalikan pengalaman audit umum. Tahun Pengalaman termasuk


dalam model sebagai kovariat. Tabel 1 melaporkan hasil ANCOVA tersebut.
Tabel 1 menunjukkan bahwa Tahun Pengalaman kovariat tidak signifikan,
sehingga hasilnya bukan karena pengalaman umum dalam audit. Meskipun
Skor kovariat Pretest adalah signifikan (F = 7.77, p = 0,006), menunjukkan
bahwa nilai (rendah) pretest lebih tinggi dikaitkan dengan tinggi skor
posttest (lebih rendah), saya masih diperoleh hasil yang signifikan pada
dimanipulasivariabel (lihat pembahasan berikut) setelah mengendalikan
skor pretest. Oleh karena itu, hasilnya tidak karena hanya untuk kinerja
pada pretest.
Jumlah rata-rata penilaian yang benar untuk masing-masing kelompok,
sarana pretest, dan sarana marjinal muncul pada Gambar 2 (perhatikan
bahwa jumlah rata-rata pretest benar dan penilaian posttest adalah dari
empat kasus).
Hipotesis pertama memprediksi bahwa membuat pola eksplisit melalui
umpan

balik

jelas

(selain

memberikan

umpan

balik

hasil)

akan

menghasilkan pembelajaran yang lebih besar daripada tidak akan


membuat

pola

eksplisit

(efek

utama

Penjelasan

Feedback).

The

ANCOVAresults. pada Tabel 1 menunjukkan efek utama yang signifikan dari


Explanatory Feedback (F = 11,69, p = 0,001), menunjukkan bahwa
pemberian umpan balik jelas memfasilitasi pembelajaran.
Hipotesis kedua memprediksi bahwa meminta auditor untuk memberikan
penjelasan sendiri akan menghasilkan lebih besar belajar daripada tidak
meminta mereka untuk menjelaskan sendiri . Efek utama dari penjelasan
sendiri yang signifikan (F = 11,30, p = 0,001), menunjukkan bahwa
menjelaskan penjelasan sendiri juga meningkatkan pembelajaran.
Hipotesis ketiga memprediksi bahwa menggabungkan jelas umpan balik
dan penjelasan sendiri akan menghasilkan pembelajaran yang lebih besar

daripada yang: (1) memberikan umpan balik jelas saja atau (2)
membutuhkan pemula untuk menjelaskan sendiri. Konsisten dengan H3a,
jumlah rata-rata jawaban yang benar di Sel A (M = 3.43,sd = 0.65) lebih
besar dari rata-rata di Sel B (M = 3.10, SD = 0,91; t = 1.81, p = 0,04,
satu ekor). Demikian pula, konsisten dengan H3b, jumlah rata-rata
jawaban yang benar di Sel A (M = 3.43, SD = 0.65) secara signifikan lebih
besar daripada rata-rata di Cell C (M = 2.97, SD = 0,97; t = 2.38, p =
0,01, satu-tailed).
Kesimpulan
Penelitian ini menilai efektivitas dua intervensi pelatihan alternatif biaya
rendah. Seperti yang diperkirakan, membuat pola eksplisit melalui
penyediaan kinerja umpan balik jelas ditingkatkan pemula. Hasil ini
konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya pada penggunaan petunjuk
dalam transfer analogis (Gick dan Holyoak 1980, 1983) dan penggunaan
contoh bekerja-out dalam pemecahan masalah. Hal ini juga ulangan dan
meluas Bonner dan Walker (1994) hasil dari umpan balik jelas dalam
akuisisi pengetahuan.
Seperti di Bonner dan (1994) kondisi jelas-umpan balik Walker, saya
memberi peserta dalam kondisi Penjelasan-Feedback penjelasan mengapa
jawaban yang diberikan adalah benar selain memberikan umpan balik
hasil. Perbedaan utama antara Bonner dan Walker (1994) dan pengaturan
saat ini berkaitan dengan waktu dan jumlah umpan balik yang diberikan
selama belajar. Bonner dan Walker (1994) memberikan umpan balik jelas
segera (yang, karena setiap peserta menyelesaikan langkah dalam
masalah, komputer memberikan umpan balik pada jawaban yang benar).
Mereka juga mencatat bahwa "efektivitas baik umpan balik hasil dan
umpan balik jelas dapat berkurang dengan penundaan" (Bonner dan
Walker 1994, 174). Umpan balik dalam penelitian ini lebih tertunda dan
kurang sering daripada di Bonner dan Walker (1994), dan diberikan dalam

bentuk ringkasan (untuk semua empat kasus pada satu waktu). Peserta
menyelesaikan keempat hukuman pretest, dan menjawab dua halaman
pembekalan dan pengetahuan-kuesioner terkait sebelum mereka mulai
bagian pelatihan dari percobaan, di mana mereka menerima jawaban yang
benar dalam bentuk ringkasan untuk semua empat properti bersamasama. Selain itu, peserta kondisi Self-penjelasan yang diberikan selfpenjelasan sebagai langkah ditional ad- sebelum menerima umpan balik.
Goodwin (1998) menunjukkan bahwa meskipun umpan balik segera
meningkatkan kinerja dalam jangka pendek, tidak dapat menghasilkan
keuntungan jangka panjang dalam kinerja. Dia mencatat bahwa "sering,
umpan balik langsung manfaat kinerja selama latihan" (Goodwin 1998,
223). Namun, ia melanjutkan untuk membedakan efek transien kinerja dari
"efek belajar yang benar," lanjut mencatat bahwa "memberikan umpan
balik lebih jarang, menghilangkan nanti dalam praktek, dan hanya
menyediakan umpan balik Ringkasan setelah sejumlah percobaan
menurun kinerja di sesi latihan, tapi lead untuk belajar yang lebih baik,
seperti yang dinilai oleh retensi, transfer, dan generalisasi keterampilan
"(Goodwin 1998, 224). Penelitian di masa depan bisa menilai apakah
tertunda dan umpan balik ringkasan seperti yang digunakan dalam
penelitian ini meningkatkan retensi jangka panjang dan transfer.
Mewajibkan siswa untuk spontan memberikan penjelasan sendiri

juga

meningkat pembelajaran. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian


sebelumnya di domain tugas yang terstruktur dengan baik. Selain itu, tes
H3a dan H3b menunjukkan bahwa keseluruhan kombinasi penjelasan
instruksional (tersedia melalui umpan balik jelas) dan penjelasan sendiri
menyebabkan keuntungan pembelajaran terbesar. Namun, analisis lebih
lanjut dari hasil penjelasan sendiri menunjukkan bahwa tingkat penalaran
memiliki dampak yang lebih pada efektivitas penjelasan sendiri daripada
umpan balik jelas. Mengingat bahwa menggabungkan kedua intervensi

mahal, hasil ini melemahkan (1999) argumen Renkl bahwa pelatih harus
menggabungkan penjelasan instruksional dan penjelasan diri untuk
mendorong belajar dari contoh-contoh bekerja.
Penjelasan sendiri bekerja sangat baik ketika peserta menunjukkan tingkat
penalaran tinggi; tapi ketika tingkat penalaran rendah, keuntungan kinerja
tidak berbeda dibandingkan dengan pemberian umpan balik jelas saja.
Penelitian di masa depan bisa menyelidiki apakah penalaran tingkat tinggi
adalah fungsi dari kemampuan bawaan pelajar atau gaya kognitif, atau
apakah itu dapat ditingkatkan melalui instruksi awal (meskipun dalam
membahas upaya penelitian sebelumnya nya, Renkl [1999] mencatat
bahwa instruksi awal dalam metode penjelasan sendiri agak tidak efektif).
Dalam situasi dengan banyak tekanan waktu, mungkin mahal untuk
menggunakan penjelasan sendiri karena peserta didik perlu waktu ekstra
dengan alasan agar efektif. Selain itu, pendekatan penjelasan sendiri
cenderung kurang efektif bila jawaban yang benar tidak tersedia. Peserta
dalam penelitian ini harus menjelaskan alasan yang mendasari keputusan
yang benar, tetapi ada bukti bahwa memberikan penjelasan dalam
mendukung jawaban yang salah akan menghasilkan sedikit atau tidak ada
pembelajaran (Earley 1998).

Bukti penelitian menunjukkan bahwa memberikan umpan balik jelas saja


cukup
efektif dalam mempromosikan akuisisi pengetahuan prosedural, dan tidak
memiliki beberapa keterbatasan yang terkait dengan diri-penjelasan (tentu
saja, orang yang memberikan umpan balik tory penjelasannya harus
menyadari pola). Hubungan membuat antara isyarat eksplisit selama
pelatihan dapat dicapai dengan biaya yang sangat sedikit. Kertas kerja
tahun sebelumnya juga dapat memberikan penjelasan structional, dengan
secara eksplisit menyoroti struktur yang mendasari mendukung kesimpulan
yang berguna untuk auditor pemula.

Dari sudut pandang praktis auditor harus membuat keputusan kompleks


dalam jumlah yang relatif singkat. Sebagai profesi audit yang bergerak
menuju menyediakan layanan jaminan tambahan, dan mengganti audit
tradisional dengan pendekatan sistem audit strategis, auditor harus efisien
memperoleh keahlian untuk membuat penilaian analisis kompleks.

Anda mungkin juga menyukai