Anda di halaman 1dari 3

Resume Tentang Syarat Pengiriman Barang & Potongan

A. Syarat Pengiriman Barang

Kita dalam sehari-hari pasti butuh pengiriman barang dari tempat penjual menuju tempat tujuan
kita. Hal tersebut pasti membutuhkan biaya. Syarat pengiriman barang ada 2 :

1. Free On Board-Shipping Point (FOB-Shipping Point)


adalah transaksi penjualan barang dagang dimana penyerahan hak kepemilikan atas
barang dagang tersebut dilakukan di gudang penjual. Konsekuensinya, seluruh beban
pengiriman barang dagang sejak dari gudang penjual hingga gudang pembeli menjadi
tanggungan pembeli (Biaya angkut, biaya bongkar muat, resiko kerusakan, atau
asuransi perjalanan ditanggung pembeli). Itu berarti jika transaksi penjualan dilakukan
dengan menggunakan FOB-Shipping Point ini, maka biaya pengiriman tidak dicatat dan
dijurnal oleh pihak penjual, melainkan pihak pembeli yang harus mencatat dan menjurnal
biaya pengiriman tersebut dalam buku jurnalnya. Akibatnya, harga beli barang dagang
tersebut akan bertambah sebesar biaya pengirimannya.
Jurnal untuk pencatatan transaksinya sebagai berikut :
- Penjual
Penjual tidak membuat jurnal untuk transaksi biaya pengiriman, Penjual hanya perlu
menjurnal atas penjualan barang dagangnya sesuai metode pencatatannya.
- Pembeli
Metode Pencatatan Periodik:
Pembelian Rp. ……
Beban angkut pembelian Rp. ……
Kas/Utang Dagang Rp. …….

Metode Pencatatan Perpetual :


Persediaan Rp. …….
Kas/Utang Dagang Rp. ……..
(Beban angkut pembelian digabung pada persediaan)

2. Free On Board-Destination (FOB-Destination)


adalah transaksi penjualan barang dagang dimana penyerahan hak kepemilikan atas
barang dagang dimana penyerahan hak kepemilikan atas barang dagang tersebut
dilakukan digudang pembeli. Konsekuensinya, seluruh beban pengiriman barang dagang
sejak dari gudang penjual hingga gudang pembeli menjadi tanggungan penjual (Biaya
angkut, biaya bongkar muat, resiko kerusakan, atau asuransi perjalanan
ditanggung penjual). Jika transaksi penjualan menggunakan FOB-Destination, maka
biaya pengiriman sama sekali tidak dicatat dan dijurnal oleh pihak pembeli. Sebaliknya,
pihak penjual harus mencatat dan menjurnal beban pengiriman tersebut ke dalam buku
jurnalnya. Itu berarti beban pengiriman menjadi tanggungan pihak penjual dan menjadi
bagian dari beban operasi yang harus dikeluarkannya pada periode tersebut, dan akan
mengakibatkan berkurangnya laba usaha perusahaan penjual pada periode bersangkutan.
Jurnal untuk pencatatan transaksinya sebagai berikut :
- Penjual
Metode pencatatan periodik :
Kas Rp. …..
Penjualan Rp. …..
Beban Angkut Rp. ……
Kas Rp. …..

Metode Pencatatan Perpetual :


Kas Rp. ……
BPP Rp. ……
Penjualan Rp. …..
Persediaan Rp. …..
Beban Angkut Rp. …..
Kas Rp. …..

- Pembeli
Pembeli tidak membuat jurnal untuk transaksi biaya pengiriman, Pembeli hanya perlu
menjurnal atas pembelian barang dagangnya sesuai metode pencatatannya.

B. Potongan (Discount)
1. Potongan Tunai (Cash Discount)
Potongan tunai ini hukumnya dalam islam adalah haram, berdasarkan hadits Nabi
Muhammad SAW, Rasulullah SAW telah melarang 2 jual beli dalam 1 jual beli, 2
akad dalam 1 akad, Artinya 2 harga pada 1 jual beli.
Potongan yang diberikan apabila pembayaran yang dilakukan lebih cepat dari jangka
waktu kredit. Jadi ada jangka waktu yang dianggap jangka waktu kredit apabila
pembeli membayar sebelum waktu kredit tersebut maka dia mendapat potongan
(Harganya dikurangi). Biasanya potongan ini diberikan dengan syarat kredit, contoh:
2/10 n/30 ( Terminnya sesuai kesepakatan). n/30 Artinya dia boleh membayar paling
akhir sampai 30 hari setelah terjadinya penjualan harus sudah melunasinya. 2/10
artinya apabila si pembeli membayar dalam waktu 10 hari atau kurang dari 10 hari,
maka pembeli akan diberikan discount/potongan sebanyak 2% sejak tanggal
transaksi. Apabila dia membayarnya lewat dari 10 hari maka tidak mendapatkan
potongan namun penjual memberikan waktu untuk melunasinya selama 30 hari.

2. Potongan Perdagangan (Rabat)


Hukumnya dalam islam halal/mubah (boleh) karena potongan ini dianggap sebagai
hadiah (Hibah). Adalah potongan yang diberikan karena ada perbedaan cara
penjualan atau ada perbedaan pelanggan yang dilayani. Jadi ada potongan tertentu
untuk pelanggan tertentu (Spesial). Contoh, misalkan perusahaan memberikan
potongan 25% bagi yang membeli secara tunai, atau kasih potongan 20% kalau
kredit, atau bisa saja potongan 35% untuk pembeli yang membeli banyak. Nah,
Potongan ini tidak perlu dicatat tidak perlu ada pencatatan potongan, anggap
potongan ini tidak pernah terjadi. Jadi harga yang dicatat itu senilai langsung
bersihnya, terjadinya berapa jadi akhirnya potongannya dianggap tidak pernah terjadi
karena itu sudah disepakati.
Jurnal yang dicatat hanya untuk transaksi jual beli nya saja potongannya tidak usah
dicatat dengan jumlah uang senilai harga barang yang sudah dikurangi dengan rabat
(Jumlah Bersih/ Nilai Akhir).

Anda mungkin juga menyukai