Anda di halaman 1dari 16

AKUNTANSI PERSEDIAAN DALAM SISTEM PERPETUAL

Sebagaimana telah ditunjukkan di muka, siklus operasi sebuah perusahan dagang


dimulai dengan aktivitas membeli barang dagangan untuk dijadikan persediaan. Untuk
memahami proses pembelian, marilah kita bayangkan perusahaan “Musika Ratu” yang
berdagang CD dan DVD. Perusahaan ini membeli barang dagangannya dari PT. Nada
Kencana sebuah perusahaan pemasok CD dan DVD dalam partai besar, Selanjutnya
perusahaan Musika Ratu akan menjual CD dan DVD kepada toko-toko pengecer yang lebih
kecil atau langsung kepada konsumen. Kegiatan yang terjadi dalam proses pembelian ini
meliputi hal-hal berikut :

1. PT Nada Kencana mengirimkan beberapa dos CD dan DVD kepada perusahaan


Musika Ratu, dan pada hari yang sama mengirimkan faktur kepada perusahaan
tersebut ,Faktur adalah tagihan dari penjual (PT Nada Kencana) kepada pembeli
(perusahaan Musika Ratu) untuk membayar sejumlah uang atas barang-barang yang
telah dikirim penjual yang rinciannya tertulis dalam faktur tersebut. Atau faktur
merupakan permintaan agar pembeli membayar kepada si penerbit faktur (penjual).
Contoh faktur
2. Setelah barang diterima, perusahaan Musika Ratu membayar tagihan kepada PT Nada
Kencana.
PEMBELIAN BARANG DAGANGAN

Seandainya perusahaan Musika Ratu menggunakan sistem perpetual dalam akuntansi


untuk persediaannya, dan barang-barang yang dibeli dan diterima pada tanggal 3 Juni 2011,
maka jurnal yang dibuat perusahaan Musika Ratu atas pembelian secara kredit tersebut
adalah sebagai berikut:

Juni 3 Persediaan Barang Dagangan 700.000,00


Utang Usaha 700.000,00
(Pembelian persediaan secara kredit)

Akun Persediaan (sebuah akun aset), digunakan hanya untuk mencatat pembelian
persediaan barang dagangan, yaitu barang yang dibeli perusahaan Musika Ratu untuk dijual
kembali kepada para konsumen ,Pembelian barang lain, seperti perlengkapan kantor,
peralatan, mobil dan asel-aset lainnya tidak dicatat dalam akun ini, melainkan dicatat dalam
akun aset yang bersangkutan. Jadi Akun Persediaan merupakan aset selama persediaan belum
terjual kelak, jika barang dagangan sudah laku terjual akan berubah menjadi beban yang
disebut beban pokok penjualan.

POTONGAN PEMBELIAN

Banyak perusahaan menawarkan suatu potongan kepada para konsumennya Jika


pembayaran dilakukan lebih cepat. Bagi pembeli, potongan tersebut disebut potongan
pembelian. Sebagai contoh, misalkan dalam faktur yang diterbitkan oleh PT Nada Kencana di
atas, tertulis termin kredit yang berbunyi 3/15,n/30. Ini berarti jika perusahaan Mustika Ratu
membayar dalam waktu 15 hari setelah tanggal faktur, maka perusahaan tersebut akan
mendapat potongan sebesar 3% dari jumlah total yang tertulis di faktur. Jika lewat dari 15
hari, pembeli harus membayar penuh dalam jangka waktu 30 hari setelah tanggal faktur.
Apabila termin kredit berbunyi "/30", hal itu berarti tidak ada tawaran potongan, dan faktur
harus dibayar dalam waktu 30 hari setelah tanggal faktur. Termin kredit yang berbunyi EOM
(singkatan dari end of month) berarti bahwa faktur harus dibayar paling lambat akhir bulan
ini.

Seandainya perusahaan Mustika Ratu membayar dalam periode potongan, maka ayat jurnal
untuk mencatat pengeluaran kas ini akan berbunyi sebagai berikut:
Juni 3 Utang Usaha Rp. 700.000,00
Kas Rp. 679.000,00
Persediaan Barang Dagangan Rp. 21.000,00
(Pembayaran dalam periode
potongan)

Potongan pembelian dikreditkan (dikurangkan) terhadap Persediaan karena potongan


sebagai akibat membayar lebih cepat menyebabkan berkurangnya biaya perolehan persediaan
yang sesungguhnya sebagaimana nampak dalam akun T berikut ini:

Juni 3 700.000, 00 Juni 13 21.000, 00

Saldo 679.000, 00

Perhatikan bahwa saldo Persediaan sebesar Rp679.000,00 adalah harga yang


sesungguhnya dibayar untuk membeli persediaan pada tanggal 13 Jun 2011. Akan tetapi, jika
misalnya perusahaan Mustika Ratu baru membay tanggal 24 Juni (berarti sudah lewat dari 15
hari), maka Mustika Ratu harus membayar penuh. Jurnal untuk mencatatnya adalah sebagai
berikut:

Juni 24 Utang Usaha Rp.700.000, 00


Kas Rp.700.000, 00
(Pembayaran melewati periode
potongan)

RETUR DAN PENGURANGAN HARGA PEMBELIAN

Perusahaan pemasok pada umumnya memberi kemungkinan pembeli untuk


mengembalikan barang yang telah dibelinya karena barang rusak, cacat atau tidak sesuai
dengan pesanan. Hal seperti itu disebut retur pembelian Dalam keadaan tertentu, pemasok
menawarkan kepada pembeli untuk tidak mengembalikan barang yang tidak sesuai dengan
pesanan tersebut, tetapi pemasok memberi pengurangan harga dari jumlah yang tercantum
dalam faktur. Hal seperti itu disebut pengurangan harga pembelian. Bila situasi di atas terjadi,
maka pembeli akan mencatat kedua hal tersebut yang akan mengurangi biaya perolehan
persediaan dalam pembukuan si pembeli. Misalkan Mustika Ratu belum membayar tagihan
pada tanggal 3 Juni Keesokan harinya ditemukan sejumlah CD yang rusak dalam pengiriman
yang harganya Rp100.000,00. Barang rusak tersebut dikembalikan ke PT Nada Kencana
(penjual) pada tanggal 4 Juni. Jurnal untuk mencatal transaksi pengembalian barang di atas
dicatat dengan jumal sebagai berikut :

Juni 4 Utang Usaha Rp.100.000, 00


Persediaan Barang Dagangan Rp.100.000, 00
(Retur CD ke PT Nada Kencana)

Jurnal yang sama dibuat jika terjadi pengurangan harga. Perbedaannya jika dalam hal retur,
barang dikembalikan kepada penjual, sedangkan dalam hal pengurangan harga, barang tetap
berada di tangan pembeli tetapi harganya (biaya perolehannya) berkurang.

BIAYA PENGANGKUTAN

Dalam transaksi perdagangan barang, pengangkutan barang dari tempat penjual ke


tempat pembeli sering kali harus dilakukan dengan menggunakan alat transportasi
tertentu.Siapa yang berkewajiban menanggung biaya transportasi, tergantung pada
kesepakatan di antara penjual dan pembeli yang biasanya dituangkan dalam suatu perjanjian
penjualan. Pihak pengangkut akan mengajukan tagihan biaya angkut kepada penjual atau
pembeli tergantung pada isi perjanjian tersebut.

Ketentuan atau syarat pengangkutan bisa berupa FOB Shipping Point atau FOB
Destination. FOB adalah singkatan dari (free on board). Syarat FOB shipping point berarti
bahwa penjual menanggung pengangkutan dan menyerahkan barang kepada pihak
pengangkut dan pembeli dibebaskan dari beban yang timbul hingga ke tempat pihak
pengangkut. Selanjutnya beban angkutan dari tempat pengangkut ke tempat pembeli menjadi
tanggungan si pembeli. Sebagai contoh, penjual mengangkut barang dari lokasi si penjual ke
stasiun kereta api dengan biaya angkut yang ditanggung si penjual tersebut, tetapi biaya
angkut yang dibebankan PJKA untuk mengangkut barang tersebut ke tempat pembeli, harus
dibayar oleh pihak pembeli. Sebaliknya dalam syarat FOB destination, penjual mengantarkan
barang ke tempat pembeli dengan biaya transportasi yang sepenuhnya menjadi tanggungan si
penjual.

Dapat disimplkan bahwa:

-FOB shipping point berarti bahwa pembeli telah menjadi pemilik barang pada saat barang
dikirim oleh pengangkut dan pembeli berkewajiban membayar biaya pengangkutan barang.

-FOB destination berarti bahwa pembeli baru menjadi pemilik barang ketika barang tiba di
tempat pembeli. Dalam hal ini, penjual berkewajiban membayar biaya pengangkutan barang
sampai di tempat pembeli.

Apabila pembeli harus menanggung biaya pengangkutan, maka biaya tersebut akan
menambah biaya perolehan atas barang yang dibelinya. Oleh karena itu biaya pengangkutan
harus didebetkan pada akun Persediaan Barang Dagangan. Misalkan, Mustika Ratu
membayar biaya pengangkutan kepada CV Lancar sebesar Rp60.000,00 untuk pengiriman
pesanan CD dan DVD, maka jurnal yang harus dibuat dalam pembukuan Mustika Ratu
adalah sebagai berikut:

Juni 3 Persediaan Barang Dagangan Rp.60.000, 00


Kas Rp.60.000, 00
(Pembayaran biaya angkut
pembelian)

Biaya pengangkutan atas barang yang dibeli akan mengakibatkan bertambahnya biaya
perolehan barang dagangan (persediaan) sebesar Rp.60.000, 00

Persediaan Barang Dagangan

Juni 3 Rp.700.000, 00 Juni 4 Retur Rp. 21.000, 00

Juni 3 Angkatan Rp. 60.000, 00

Saldo 660.000, 00
Potongan hanya diterapkan atas utang kepada penjual barang (dalam contoh di atas,
dihitung dari Rp600.000,00). Potongan tidak diterapkan pada beban pengangkutan, karena
tidak ada potongan atas pengangkutan. Meskipun penjualan dilakukan atas syarat FOB
shipping point, kadang kadang penjual membayar di muka biaya pengangkutan yang nantinya
akan diperhitungkan dengan pembeli.

Sebagai contoh, misalkan pada tanggal 20 Juni, Toko Irama membeli sejumlah
barang dagangan dengan harga Rp5.000.000,00 ditambah biaya angkut barang Rp400.000,00,
dengan syarat FOB shipping point, termin kredit 3/5, n/30. Jurnal yang harus dibuat oleh
Toko Irama untuk mencatat transaksi pembelian tersebut adalah

Juni 20 Persediaan Barang Dagangan Rp.5.400.000, 00


Utang Usaha Rp, 5.400.000, 00
(Pembayaran secara kredit
termasuk biaya pengangkutan

Seandainya Toko Irama membayar transaksi di atas dalam periode potongan, maka
potongan hanya dihitung untuk harga barang yang dibeli (Rp5.000.000,00), bukan atas harga
faktur (Rp5.400.000,00). Beban pengangkutan sebesar Rp400.000,00 tidak mendapat
potongan. Dengan demikian besarnya potongan pembelian adalah 3% x Rp.5.000.000, 00
Rp.150.000,00 . Jurnal untuk mencatat transaksi pembayaran utang diatas pada tanggal 25
Juni adalah sebagai berikut.

Juni 25 Utang Usaha Rp. 5.400.000, 00


Persediaan Barang Dagangan Rp. 150.000, 00
Kas Rp. 5.250.000, 00

Setelah kedua ayat jurnal diatas dibukukan ke buku besar, maka Akun Persediaan
Barang Dagangan akan menunjukkan jumlah yang diinvestasikan Toko Irama dalam barang
yang dibeli yang besarnya sama dengan perolehan yang dibayar yaitu Rp. 5.250.000, 00.

Persediaan Barang Dagangan

Juni 20 Rp. 5.400.000, 00 Juni 4 Potongan Rp. 150.000, 00


Saldo Rp. 5.250.000, 00

Apabila biaya pengangkutan barang yang dijual menjadi tanggungan si penjual, maka
penjual akan memperlakukan biaya pengangkutan ini (disebut Beban Angkut Penjualan)
sebagai beban operasi . Seandainya bebang angkut sebesar Rp. 400.000, 00 itu menjadi
tanggungan penjual, maka pihak penjual akan mencatat transaksi pengngkutan barang
tersebut sebagai berikut.

Juni 20 Beban Angkut Penjualan Rp. 400.000, 00


Kas Rp. 400.000, 00

IKHTISAR TRANSAKSI-TRANSAKSI PEMBELIAN

Misalkan Mustika Ratu membeli barang dagangan seharga Rp35.000.000,00,


mendapat potongan 2% karena membayar dalam periode potongan, mengembalikan barang
yang rusak seharga Rp700.000,00, dan membayar biaya pengangkutan sebesar
Rp2.100.000,00. Ikhtisar di bawah ini melukiskan biaya perolehan bersih pembelian barang
tersebut.

Persediaan - Retur & Pengurangan Harga Pembelian - Potongan Pembelian + Biaya Pengangkutan = Persediaan

Rp.35.000.000,00 - Rp.700.000,00 - Rp. 686.000,00 + Rp.2.100.000,00 = Rp.35.714.000,00

Persediaan Barang Dagangan

Pembelian Rp. 35.000.000, 00 Retur & Pengurangan Rp. 21.000, 00

Biaya Angkut Rp. 2.100.000, 00 Harga Pembelian Rp.700.000, 00

Potongan Pembelian Rp.686.000, 00

Saldo Rp. 35.714.000, 00


*)Potongan pembelian : 2% x (Rp. 35.000.000, 00 – Rp. 700.000, 00) = Rp. 686.000, 00

PENJUALAN BARANG DAGANGAN

Aktivitas utama sebuah perusahaan dagang adalah melakukan pembelian dan


penjualan barang dagangan. Setelah selesai melakukan pembelian seperti dituliskan di atas,
tahap perusahaan melakukan penjualan barang dagangan. Perusahaan mencatat pendapatan
penjualan seperti halnya perusahaan jasa, yaitu ketika pendapatan sudah diperoleh., sesuai
dengan prinsip pengakuan pendapatan. Biasanya perusahaan memperoleh pendapatan pada
saat barang ditransfer dari penjual kepada pembeli. Pada saat itu transaksi penjualan telah
selesai dan harga jual telah ditetapkan.

Penjualan dapat dilakukan secara tunai atau secara kredit. Setiap transaksi penjualan
harus didukung dengan bukti tertulis. Apabila penjualan dilakukan secara tunai, maka catatan
pada kertas yang diproses oleh Register Kas (cash register tapes) merupakan bukti bahwa
penjualan tunai telah terjadi. Bila penjualan dilakukan secara kredit, penjual menerbitkan
faktur penjualan yang menjadi bukti pendukung transaksi. Lembar asli faktur dikirimkan
kepada pembeli, sedangkan tembusannya disimpan oleh penjual sebagai dasar untuk
melakukan pencatatan transaksi di bagian akuntansi.

Jumlah penghasilan yang diperoleh perusahaan dari penjualan barang dagangan


disebut pendapatan penjualan (atau sering disingkat penjualan). Setiap transaksi penjualan
menimbulkan beban karena perusahaan harus menyerahkan barang miliknya kepada pembeli.
Beban ini disebut beban pokok penjualan, yaitu harga perolehan persediaan barang dagangan
yang dijual kepada konsumen. Beban pokok penjualan biasanya merupakan beban terbesar
dalam sebuah perusahaan dagang.

Setelah melakukan suatu transaksi penjualan secara kredit perusahaan Mustika Ratu
menghadapi rentetan kejadian sebagai berikut:

-Retur penjualan: Pembeli mungkin mengembalikan barang kepada Mustika Ratu

-Pengurangan harga penjualan: Mustika Ratu mungkin memberi pengurangan harga kepada
pembeli karena barang yang dikirim tidak sesuai dengan pesanan. Pengurangan harga ini
akan mengurangi jumlah kas yang diterima perusahaan dari pembeli
-Potongan penjualan: Apabila pembeli membayar dalam periode potongan sesuai dengan
termin kredit yang diberikan, maka Mustika Ratu hanya akan menerima kas setelah dikurangi
potongan.

-Beban angkut penjualan: Mustika Ratu mungkin harus membayar sejumlah beban
pengangkutan untuk mengirim barang ke tempat pembeli.

PENJUALAN TUNAI

Penjualan yang dilakukan oleh pedagang pengecer seperti halnya perusahaan Mustika
Ratu seringkali dilakukan secara tunai. Misalkan Mustika Ratu menjual barang secara tunai
seharga Rp3.000.000,00, Untuk itu Mustika Ratu menerbitkan faktur seperti terlihat dalam
gambar dibawah

Transaksi penjualan tunai sebesar Rp.3000.000, 00 ini dicatat dengan mendebetkan


Kas dan mengkreditkan penjualan sebagai berikut :

Juni 9 Kas Rp. 3000.000, 00


Penjualan Rp. 3.000.000, 00
(untuk mencatat penjualan tunai
barang dagangan)

Mustika Ratu menjual barang dagangan sehingga persediaan barang berkurang. Oleh
karena itu harus dibuat satu buah jurnal lagi untuk mencatat berkurangnya saldo Persediaan
Barang Dagangan. Misalkan harga perolehan barang yang dijual tersebut adalah
Rp1.900.000,00, Maka jurnal kedua yang harus dibuat Mustika Ratu adalah jumal untuk
memindahkan harga perolehan barang yang dijual sebesar Rp1.900.000,00 dan akun
Persediaan, sebagai berikut.

Juni 9 Beban Pokok Penjualan Rp. 1.900.000, 00


Persediaan Rp. 1.900.000, 00
(untuk mencatat beban pokok
barang yang dijual)

Akun Beban Pokok Penjualan mencatat pergerakan saldo beban pokok barang yang
telah terjual setiap saat. Dalam contoh di atas Rp1.900.000,00 adalah beban pokok barang
yang terjual saat itu, bukan Rp3,000,000,00 (harga jual barang) Beban pokok penjualan selalu
didasarkan pada biaya perolehan perusahaan, bukan harga jual.

Persediaan Barang Dagangan Beban Pokok Penjualan

Saldo 35.714.000 Beban Pokok Jun 9 Rp. 1.900.000

Penjualan 36.000.000

PENJUALAN SECARA KREDIT

Dewasa ini penjualan secara kredit makin banyak dipraktikkan dalam dunia bisnis,
lebih-lebih dalam penjualan partai besar. Banyak komoditi ditawarkan dengan penjualan
secara kredit, seperti barang elektronik (TV. lemari es, dsb), sepeda motor, mobil, bahkan
rumah. Sekarang mari kita misalkan perusahan Mustika Ratu menjual barang dagangan
secara kredit seharga Rp5.000.000,00 dengan syarat n/10 (tidak ada potongan yang
ditawarkan jangka waktu kredit 10 hari). Beban pokok barang tersebut Rp2.900.000,00 Jurnal
untuk mencatat transaksi penjualan dan beban pokok penjualan tersebut adalah sebagai
berikut:

Juni 11 Piutang Usaha Rp. 5.000.000, 00


Persediaan Rp. 5.000.000, 00
(untuk mencatat penjualan
kredit)

Juni 9 Beban Pokok Penjualan Rp. 2.900.000, 00


Persediaan Rp. 2.900.000, 00
(untuk mencatat beban pokok
barang yang dijual)

Apabila Mustika Ratu menerima pelunasan atas penjualan kredit di atas, maka dibuat jurnal
sebagai berikut:

Juni 9 Beban Pokok Penjualan Rp. 2.900.000, 00


Persediaan Rp. 2.900.000, 00
(untuk mencatat beban pokok
barang yang dijual)

POTONGAN PENJUALAN DAN RETUR & PENGURANGAN HARGA

Di atas telah dibahas bahwa retur pembelian dan pengurangan harga pembelian
mengurangi biaya perolehan barang yang dibeli (persediaan). Hal yang sama berlaku bila
terjadi retur penjualan dan pengurangan harga serta potongan penjualan, maka kedua hal
tersebut akan mengurangi pendapatan bersih dari penjualan. Akun Retur & Pengurangan
Harga Penjualan dan akun Potongan Penjualan merupakan akun kontra (pengurang) terhadap
Pendapatan Penjualan. Pada Bab 4 kita telah membahas akun kontra ini. Anda tentu masih
ingat bahwa sebuah akun kontra selalu memiliki saldo normal yang berlawanan dengan akun
yang diikutinya. Dengan demikian akun Retur & Pengurangan Harga Penjualan, dan akun
Potongan Penjualan memiliki saldo normal debit (berlawanan dengan akun Penjulan yang
bersaldo normal kredit).

Pendapatan Penjualan - Retur & Pengurangan - Potongan Penjualan = Potongan Penjualan


Bersih
Harga Penjualan

Biasanya perusahaan menyelenggarakan akun tersendiri untuk Potongan Penjualan


dan akun yang tersendiri pula untuk Retur & Pengurangan Harga Penjualan, sehingga mudah
diketahui besarnya masing-masing Pendapatan Penjualan bersih ditetapkan sebagai berikut:
Pendapatan Penjualan Bersih Pendapatan Penjualan Potongan Penjualan Retur &
Pengurangan Harga Penjualan.

Dapat kita lihat rangkaian peristiwa penjualan yang terjadi pada perusahaan Nada
Kencana berikut ini Misalkan pada tanggal 7 Jull Sekarang marilah kita ikuti rangkaian
peristiwa penjualan yang terjadi 2011, Nada Kencana menjual barang dagangan (CD dan
DVD) seharga Rp7.200.000,00 secara kredit kepada perusahaan Mustika Ratu dengan syarat
2/10,n/30. Beban pokok penjualan barang tersebut adalah Rp. 4.700.000, 00. Nada Kencana
akan mencatat transaksi ini dengan Jurnal sebgai berikut :

Juni 7 Piutang Usaha Rp. 7.200.000, 00


Penjualan Rp. 7.200.000, 00
(untuk mencatat penjualan
kredit)

Juni 7 Beban Pokok Penjualan Rp. 4.900.000, 00


Persediaan Rp. 4.900.000, 00
(untuk mencatat beban pokok
penjualan)
RETUR PENJUALAN

Misalkan pada tanggal 12 Juli 2011, Mustika Ratu (pembeli) mengembalikan barang
seharga Rp600.000,00. Nada Kencana (penjual) akan mencatat transaksi retur tersebut
dengan jurnal sebagai berikut:

Juni 12 Retur & Pengurangan Harga Rp. 600.000, 00


Penjualan
Piutang Usaha Rp. 600.000, 00
(penerimaan barang yang diretur)

Piutang usaha dikurangi karena Nada Kencana tidak akan menerima pembayaran atas
harga barang yang dikembalikan. Nada Kencana menerima barang yang dikembalikan dan
memutahirkan catatan persediaannya. Nada Kencana juga harus mengurangi Beban Pokok
Penjualan dengan jurnal sebagai berikut (misalkan beban pokok penjualan barang yang
dikembalikan Rp400.000,00).

Juni 12 Persediaan Rp. 400.000, 00


Beban Pokok Penjualan Rp. 400.000, 00
(menempatkan Kembali barang
yang dikembalikan menjadi
persediaan)

PENGURANGAN HARGA PENJUALAN

Misalkan pada tanggal 15 Juli, Nada Kencana memberikan pengurangan harga


sebesar Rp 100.000,00 untuk barang yang rusak dalam pengiriman. Pengurangan harga
dicatat dengan jurnal sebagai berikut:

Juni 15 Retur & Pengurangan Harga Rp. 100.000, 00


Penjualan
Piutang Usaha Rp. 100.000, 00
(penerimaan barang yang diretur)
Dalam hal pengurangan harga tidak perlu dibuat jurnal untuk mencatat persediaan
karena penjual tidak menerima pengembalian barang. Setelah ayat-ayat jurnal di atas di
bukukan, akun Piutang Usaha akan memiliki saldo debet Rp6.500.000,00 sebagai berikut:

Piutang Usaha

Juli 7 Penjualan Rp.7.200.000, 00 Juli 12 Retur Rp.600.000

Saldo Rp. 6.500.000, 00 Juli 15 Pengurangan Rp.100.000

Harga

POTONGAN PENJUALAN

Pada tanggal 17 Juli (yaitu hari terakhir dari periode potongan), Nada Kencana
menerima pelunasan piutang. Jumlah kas bersih yang diterima adalah: Rp6.500.000,00 (2/100
x Rp6.500.000,00) = Rp6.500.000,00 -Rp130.000,00 Rp 6.370.000,00. Jurnal yang dibuat
untuk mencatat transaksi penerimaan kas dari piutang adalah sebagai berikut:

Juni 17 Kas Rp. 6.370.000, 00


Potongan Penjualan Rp. 130.000, 00
Piutang Usaha Rp. 6.500.000, 00

Piutang Usaha

Juli 7 Penjualan Rp.7.200.000, 00 Juli 12 Retur Rp.600.000

Juli 15 Pengurangan Harga Rp.100.000

Saldo -0- Juli 17 Penelusuran Rp.6.500.000


PENDAPATAN PENJUALAN, BEBAN POKOK, dan LABA KOTOR

Penjualan bersih, beban pokok penjualan, dan laba kotor adalah tiga elemen yang
menentukan profitabilitas. Pendapatan penjualan bersih dikurangi dengan beban pokok
penjualan disebut laba kotor.

Penjualan Bersih - Beban Pokok Penjualan = Laba Kotor

Laba kotor dan laba bersih merupakan parameter keberhasilan perusahaan. Suatu
tingkat laba kotor yang cukup tinggi diperlukan bagi sebuah perusahaan dagang.

Contoh ini menggambarkan makna laba kotor. Misalkan, Nada Kencana membeli satu
kotak CD dengan harga Rp 15.000,00 dan kemudian menjualnya dengan harga Rp20.000,00.
Nada Kencana memperoleh laba kotor untuk setiap kotak CD sebesar Rp5.000,00
Perhitungannya adalah sebagai berikut

Pendapatan Penjualan yang diperoleh dengan


menjual 1 kotak CD………………………………………………. Rp. 20.000.000, 00
Dikurangi Beban Pokok Penjualan tiap kotak CD………………... Rp. 15.000.000, 00
Laba Kotor untuk penjualan tiap 1 kotak ………………………….. Rp. 5.000.000, 00

Laba kotor yang dilaporkan dalam laporan Laba-Rugi perusahaan Nada Kencana
adalah keseluruhan laba kotor penjualan CD dan produk-produk lain yang diperdagangkan
perusahaan selama periode yang bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai