Anda di halaman 1dari 10

Nama anggota kelompok 9 :

1. Putu Erna Agustina


NIM : 2202622010200
No. Absen : 09

2. Komang Desy Purnama Yanti


NIM :2202622010212
No. Absen : 21

Harga Pokok Penjualan (HPP)


Harga Pokok Penjualan (HPP) atau disebut juga dengan Cost Of Goods Sold (COGS) adalah biaya
yang dikeluarkan secara langsung maupun tidak langsung untuk memperoleh barang atau jasa. Harga
Pokok Penjualan (HPP) bertujuan untuk mengetahui besar biaya yang dikeluarkan saat proses produksi.
HPP muncul pada laporan laba rugi sebagai komponen utama dari biaya dan memiliki beberapa
komponen berikut :
a. Persediaan awal barang dagangan
Persediaan barang dagangan yang ada pada awal periode atau tahun buku berjalan.
b. Persediaan akhir barang dagangan
Persediaan barang dagangan yang terdapat pada akhir periode atau tahun buku berjalan.
c. Pembelian bersih
Seluruh pembelian barang dagangan yang dilakukan oleh perusahaan, baik secara tunai atau kredit,
ditambah dengan biaya angkut pembelian, lalu dikurangi oleh potongan pembelian atau retur
pembelian.
Berikut adalah rumus untuk menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP) :

HPP = barang tersedia untuk dijual – persediaan akhir

Keterangan:

- Barang tersedia untuk dijual : persediaan barang dagangan awal + pembelian bersih
- Pembelian bersih : (pembelian + biaya angkut pembelian) – (retur pembelian +
potongan pembelian)

Contoh soal :

PT Jaya Anugrah, Denpasar 1 Maret 2011

- Persediaan barang dagangan 1 Maret 2011 (awal) : Rp 81.000.000


- Persediaan barang dagangan 31 Maret 2011 (akhir) : Rp 94.500.000
- Pembelian : Rp 340.000.000
- Potongan pembelian : Rp 6.300.000
- Beban angkut pembelian : Rp 10.800.000
- Retur pembelian : Rp 16.200.000
Penghitungan HPP:

- Pembelian bersih = (Rp 340.000.000 + Rp 10.800.000) – (Rp 6.300.000 + Rp 16.200.000) = Rp


328.300.000
- Barang tersedia untuk dijual = Rp 81.000.000 + Rp 328.300.000 = Rp 409.300.000
- Harga pokok penjualan = Rp 409.300.000 – Rp 94.500.000 = Rp 314.800.000

Dengan menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP), harga jual untuk suatu barang akan lebih mudah
ditentukan untuk dibebankan pada konsumen. Selain itu, dengan HPP perusahaan dapat lebih mudah
mengetahui laba yang dihasilkan.

Jika harga jual lebih besar dari Harga Pokok Penjualan (HPP), maka perusahaan akan menghasilkan laba.
Sebaliknya, jika harga jual lebih rendah dari Harga Pokok Penjualan (HPP), maka kemungkinan besar
perusahaan akan mengalami kerugian.

Berikut adalah beberapa transaksi yang dicatat kedalam jurnal

Potongan Pembelian
Pengertian potongan pembelian itu sendiri adalah pengurangan terhadap harga pokok persediaan.
Potongan pembelian juga bisa timbul akibat membayar dalam jangka waktu tertentu. Potongan seperti
ini disebut sebagai potongan tunai yang dalam akuntansi dicatat ke dalam rekening pembelian.
Pengertian potongan pembelian adalah pengurangan terhadap harga pokok persediaan.
Banyak perusahaan menawarkan suatu potongan kepada para konsumennya jika pembayaran dilakukan
lebih cepat. Bagi pembeli, potongan tersebut disebut potongan pembelian.

Sebagai contoh :

Misalkan dalam faktur yang di terbitkan oleh PT. Maju Jaya, tertulis termin kredit yang berbunyi 3/15,
n/30. Ini berarti bahwa jika perusahaan Mekar Sari membayar dalam waktu 15 hari setelah tanggal
faktur, maka perusahaan tersebut akan mendapat potongan sebesar 3% dari jumlah total yang tertulis di
faktur. Jika lewat dari 15 hari, pembeli harus membayar penuh dalam jangka waktu 30 hari setelah
tanggal faktur. Apabila termin kredit berbunyi n/30, hal itu berarti tidak ada tawaran potongan, dan
faktu harus dibayar dalam waktu 30 hari setelah tanggal faktur. Termin kredit yang berbunyi EOM ( end
of month ) berarti bahwa faktur harus dibayar paling lambat akhir bulan.

Seandainya perusahaan Mekar Sari membayar dalam periode potongan, maka ayat jurnal untuk
mencatat pengeluaran kas ini akan berbunyi sebagai berikut :

2 Mei Utang Usaha Rp. 800.000.00


Kas Rp. 776.000.00
Persediaan Barang Dagangan Rp. 24.000.00
(Pembayaran dalam periode
potongan)
Potongan Pembelian dikreditkan ( dikurangkan) terhadap persediaan karena potongan sebagai akibat
pembayaran lebih cepat menyebabkan berkurangnya biaya perolehan persediaan yang sesungguhnya
sebagaimana Nampak dalam akun T berikut ini :

Persediaan Barang Dagangan

2 Mei 800.000.00 12 Mei 24.000.00


Saldo 776.000.00

Perhatikan bahwa saldo persediaan sebesar 776.000.00 adalah harga yang sesungguhnya dibayar untuk
membeli persediaan pada tanggal 12 Mei 2010. Akan tetapi jika misalnya perusahaan Mekar Sari baru
membayar tanggal 22 (berarti sudah lewat dari 15 hari) maka Mekar Sari harus membayar penuh. Jurnal
untuk mencatat sebagai berikut :

22 Mei Utang Usaha Rp. 800.000.00


Kas Rp. 800.000.00
(Pembayaran melewati periode
potongan)

Retur dan Pengurangan Harga Pembelian


Perusahaan pemasok pada umumnya memberi kemungkinan pembeli untuk mengembalikan barang
yang terlah dibelinya karena barang rusak, cacat atau tidak sesuai dengan pesanan. Seperti itu disebut
retur pembelian. Dalam keadaan tertentu, pemasok menawarkan kepada pembeli untuk tidak
mengembalikan barang yang tidak sesuai dengan pesanan tersebut, tetapi pemasok memberi
pengurangan harga dari jumlah yang tercantum dalam faktur. Hal semacam itu disebut pengurangan
harga pembelian. Bila situasi diatas terjadi, maka pembeli akan mencatat kedua hal tersebut yang akan
mengurangi biaya perolehan persediaan dalam pembukuan si pembeli.

Contoh :
Misalnya Mekar Sari belum membayar tagihan pada tanggal 2 mei. Keesokan harinya ditemukan
sejumlah CD yang rusak dalam pengiriman yang harganya 150.000.00. Barang rusak tersebut
dikembalikan ke PT. Maju Jaya (penjual) pada tanggal 3 mei. Jural untuk mencatat transaksi
pengembalian barang diatas dicatat dengan jurnal sebagai berikut :

3 Mei Utang Usaha Rp. 150.000.00


Persediaan Barang Daganga Rp. 150.000.00
(Retur CD ke PT.Maju Jaya)

Jurnal yang sama dibuat jika terjadi pengurangan harga. Perbedaannya jika dalam hal retur, barang
dikembalikan kepada penjual, sedangkan dalam hal pengurangan harga, barang tetap berada di tangan
pembeli tetapi harganya (Biaya Perolehannya) berkurang.
Biaya Pengangkut
Dalam transaksi perdagangan barang, pengangkutan dari tempat penjual ke tempat pembeli kerapkali
harus dilakukan dengan menggunakan alat transportasi terstentu. Bermacammacam alat transportasi
tersedia untuk disewa, baik berupa angkutran darat ( trusk atau kereta api ), laut maupun udara. Siapa
yang berkewajiban menanggung biaya transportasi, tergantung kepada kesepakatan diantara penjual
dan pembeli yang biasanya dituangkan dalam suatu perjanjian penjualan. Pihak pengangkut akan
mengajukan tagihan biaya angkut pada penjual ataupun pembeli tergantung pada isi perjanjian
tersebut.

Ketentuan atau syarat pengangkutan bisa berupa FOB Shipping Point atau FOB Destination. FOB adalah
singkatan dari free on board.

1. FOB Shipping Point


Berarti bahwa pembeli telat menjadi pemilik barang pada saat barang dikirim oleh pengangkut.
Pembeli berkewajiban membayar biaya pengangkutan barang.
2. FOB Destination
Berarti bahwa pembeli baru menjadi pemilik barang Ketika barang tiba ditempat pembeli, dalam
hal ini, penjual berkewajiban membayar biaya pengangkutan barang sampai ditempat pembeli.
Apabila pembeli harus menanggung biaya pengangkutan, maka biaya tersebut akan menambah biaya
perolehan atas barang yang dibelinya. Oleh karena itu biaya pengangkutan harus didebet pada akun
persediaan barang dagangan.

Contoh :
Misalnya Mekar Sari membayar biaya pengangkutan kepada CV. Merdeka sebesar 50.000.00 untuk
pengiriman CD dan DVD, maka jurnal yang harus dibuat dalam pembukuan mekar sari adalah sebagai
berikut :
2 Mei Persediaan Barang Dagangan Rp. 50.000.00
Kas Rp. 50.000.00
(Pembayaran Biaya Angkut
Pembelian)

Biaya pengangkutan atas barang yang dibeli akan mengakibatkan bertambahnya biaya perolehan barang
dagangan(persediaan) sebesar 50.000.00

Persediaan Barang Dagangan


2 Mei Rp. 700.000,00 Mei 3 Rp. 150.000,00
Mei 2 Angkutan Rp. 50.000,00

Saldo Rp. 600.000,00

Potongan hanya terapkan atas utang kepada penjual barang (dalam contoh diatas, dihitung dari
Rp.550.000,00) Potongan tidak diterapkan pada beban pengangkutan, karena tidak ada potongan atas
pengangkutan.
Meskipun penjualan dilakukan atas syarat FOB Shipping Point, kadang-kadang penjual membayar
dimuka biaya pengangkutan yang nantinya akan diperhitungan dengan pembeli.

Contoh :
Misalnya pada tanggal 20 Mei Toko Abdi membeli sejumlah barang dagangan dengan harga Rp.
5.000.000,00 ditambah biaya angkut barang Rp. 400.000,00 dengan syarat FOB Shipping Point , termin
kredit 3/5, n/30 . Jurnal yang harus dibuat oleh toko abdi untuk mencatat transaksi pembelian tersebut
adalah :

20 Mei Persediaan Barang Dagangan Rp. 5.400.000,00


Utang Usaha Rp. 5.400.000.00
(Pembayaran Secara Kredit
Termasuk Biaya Pengangkutan)

Seandainya Toko Abdi membayar transaksi di atas dalam periode potongan, maka potongan hanya
dihitung untuk harga barang yang dibeli Rp. 5.000.000,00 bukan atas harga faktur Rp. 5.400.000,00.
Beban pengangkutan sebesar Rp. 400.000,00 tidak mendapat potongan. Dengan demikian besarnya
potongan pembelian adalah 3% x Rp. 5.000.000,00 = Rp. 150.000,00. Jurnal untuk mencatat transaksi
pembayaran utang diatas 25 Mei adalah sebagai berikut :

25 Mei Utang Usaha Rp. 5.400.000,00


Persediaan Barang Dagangan Rp. 150.000.00
Kas Rp. 5.250.000,00

Setelah kedua ayat jurnal diatas dibukukan ke buku besar, maka akun persediaan barang dagangan akan
menunjukan jumlah yang di investasikan Toko Abdi dalam barang yang dibeli yang besarnya sama
dengan biaya perolehan yang dibayar yaitu Rp. 5.250.000,00.

Persediaan Barang Dagangan

Mei 20 Rp. 5.400.000,00 Mei 25 Potongan Rp. 150.000,00


Saldo Rp. 5.250.000,00

Apabila biaya pengangkutan biaya yang dijual menjadi tanggungan si penjual, maka penjual akan
memperlakukan biaya pengangkut ini ( disebut beban angkutan penjualan ) sebagai beban operasi.
Seandainya beban angkut sebesar Rp. 400.000,00 itu menjadi tanggungan penjual , maka pihak penjual
akan mencatat transaksi pengangkutan barang tersebut sebagai berikut :

20 Mei Beban Angkut Penjualan Rp. 400.000,00


Kas Rp. 400.000,00
Ikhtisar Transaksi-transaksi Pembelian
Misalnya Mekar Sari membeli barang dagangan seharga Rp. 35.000.000,00 mendapat potongan 2%
karena membayar dalam periode potongan, mengembalikan barang yang rusak seharga Rp. 700.000,00
dan membayar biaya pengangkutan sebesar Rp. 2.100.000,00. Ikhtisar dibawah ini melukiskan biaya
perolehan bersih pembelian barang tersebut.

Pembelian Biaya Perolehan Persediaan


Persediaan Bersih

Persediaan - Retur&Pengurangan - Potongan + Biaya = Persediaan


Harga Pembelian Pembelian Pengangkutan
Rp. 35.000.000,00 - Rp. 700.000,00 - Rp. 686.000,00 + Rp. 2.100.000,00 = Rp. 35.714.000,00

Persediaan Barang Dagangan

Pembelian Rp. 35.000.000,00 Retur&pengurangan


Rp. 700.000,00
Harga Pembelian
Biaya Angkut Rp. 2.100.000,00
Potongan Pembelian Rp. 686.000,00

Saldo Rp. 35.714.000,00

Potongan Pembelian : 2% x ( Rp. 35.000.000,00 – Rp. 700.000,00 ) = Rp. 686.000,00.

Penjualan Barang Dagang


Aktivitas utama sebuah perusahaan dagang adalah melakukan pembelian dan penjualan barang
dagangan. Setelah selesai melakukan pembelian berikutnya perusahaan melakukan penjualan barang
dagangan. Perusahaan mencatat pendapatan penjualan seperti halnya perusahaan jasa yaitu Ketika
pendapatan sudah diperoleh sesuai dengan prinsip pengakuan pendapatan. Biasanya perusahaan
memperoleh pendapatan pada saat barang ditransfer dari penjual kepada pembeli. Pada saat itu
transaksi penjualan telah selesai dan harga jual telah ditetapkan.

Penjualan dapat dilakukan secara tunai ataupun kredit. Setiap transaksi penjualamn harus didukung
dengan bukti tertulis. Apabila penjualan dilakukan secara tunai, maka catatan pada kertas yang di proses
oleh Register kas (cash register tapes) merupakan bukti bahwa penjualan tunai telah terjadi. Bila
penjualan dilakukan secara kredit, penjual menerbitkan faktur penjualan yang menjadi bukti pendukung
transaksi. Lembar asli faktur dikirimkan kepada pembeli,sedangkan tembusannya disimpan oleh penjual
sebagai dasar untuk melakukan pencatatan transaksi di bagian akuntansi.

Jumlah penghasilan yang diperoleh perusahaan dari penjualan barang dagangan disebut pendapatan
penjualan(disingkat penjualan) setiap transaksi penjualan menimbulkan beban karena perusahaan harus
menyerahkan barang miliknya kepada pembeli. Beban itu disebut beban pokok penjualan,yaitu hanya
perolehan persediaan barang dagangan yang dijual kepada konsumen. Beban pokok penjualan biasanya
merupakan beban terbesar dalam sebuah perusahaan dagang.

Penjualan Tunai
Penjualan tunai dilaksanakan oleh perusahaan dengan cara mewajibkan pembeli melakukan
pembayaran harga barang terlebih dahulu sebelum barang diserahkan oleh perusahan kepada pembeli,
setelah uang diterima oleh perusahaan, barang kemudian dicatat oleh perusahaan.
Contoh :
Pada tanggal 9 Juni Sari Ayu menjual barang secara tunai seharga Rp. 3.000.000,00 atas pembelian 2 tas
raket seharga Rp. 50.000,00, 6 Tenda 9x12 ft seharga 250.000,00 dan Gitar merk Osmond seharga
700.000,00. Transaksi penjualan tunai sebesar Rp. 3.000.000,00 ini dicatat dengan mendebetkan kas dan
mengkreditkan akun penjualan sebagai berikut:

9 Juni Kas Rp. 3.000.000,00


Penjualan Rp. 3.000.000,00
(untuk mencatat penjualan tunai
barang dagangan)

Sari Ayu menjual barang dagangan sehingga persediaan barang dagangan berkurang. Oleh karena itu
harus dibuat satu jurnal lagi untuk mencatat berkurangnya saldo persediaan dagangan.

Contoh :
Misalkan harga perolehan barang yang dijual tersebut adalah Rp. 1.900.000,00, maka jurnal kedua yang
harus dibuat Sari Ayu adalah jurnal untuk memindahkan harga perolehan barang yang dijual sebesar Rp.
1.900.000,00 dari akun persediaan. Sebagai berikut :

9 Juni Beban Pokok Penjualan Rp. 1.900.000,00


Persediaan Rp. 1.900.000,00
(untuk mencatat beban pokok
barang yang dijual)

Akun beban pokok penjualan mencatat pergerakan saldo beban pokok barang yang telah terjual setiap
saat.

Penjualan Secara Kredit


Penjualan kredit merupakan penjualan yang ditetapkan tergantung pada perusahaan dan kondisi
perusahaan tersebut serta konsumen yang menjadi sasaran penjualan produk perusahaan tersebut.
Penjualan kredit itu terjadi dengan adanya transaksi penyerahan barang dan penerimaan uang pada saat
yang bersamaan.

Contoh :
Misalkan Sari Ayu menjual barang dagangan secara kredit seharga Rp. 5.000.000,00 dengan syarat n/10
(tidak ada potongan yang ditawarkan dalam jangka waktu kredit 10 hari). Beban pokok barang tersebut
Rp. 2.900.000,00 jurnal untuk mencatat transaksi penjualan dan beban pokok penjualan tersebut adalah
sebagai berikut :
11 Juni Piutang Usaha Rp. 5.000.000,00
Persediaan Rp. 5.000.000,00
(untuk mencatat penjualan
kredit)

11 Juni Beban Pokok Penjualan Rp. 2.900.000,00


Persediaan Rp. 2.900.000,00
(untuk mencatat beban pokok
barang yang dijual)

Apabila Sari Ayu menerima pelunasan atas penjualan kredit di atas pada tanggal 20 Juni jurnal sebagai
berikut :

20 Juni Beban Pokok Penjualan Rp. 2.900.000,00


Persediaan Rp. 2.900.000,00
(untuk mencatat beban pokok
barang yang dijual)

Potongan Penjualan dan Retur & Pengurangan Harga


Retur penjualan dan pengurangan harga serta potongan penjualan akan mengurangi pendapatan bersih
dari penjualan. Akun retur & pengurangan harga penjualan dan akun potongan penjualan merupakan
akun kontra (pengurang) terhadap pendapatan penjualan

pendapatan Retur dan pengurangan potongan Pendapatan


penjualan harga penjualan penjualan penjualan bersih

Misalkan perusahaan Bali Jaya pada tanggal 7 Juli 2011, Bali Jaya menjual barang dagangan (CD dan
DVD) seharga Rp. 7.200.000,00 secara kredit kepada perusahaan Sari Ayu, Dengan syarat 2/10, n/30.
Beban pokok penjualan barang tersebut adalah Rp. 4.700.000,00. Bali Jaya akan mencatat Transaksi ini
dengan jurnal sebagai berikut :

7 Juli Piutang Usaha Rp. 7.200.000,00


Penjualan Rp. 7.200.000,00
(untuk mencatat penjualan
kredit)

7 Juli Beban Pokok Penjualan Rp. 4.900.000,00


Persediaan Rp. 4.900.000,00
(untuk mencatat beban pokok
penjualan)

Retur Penjualan
Contoh :

Misalkan pada tanggal 12 Juli 2011, Sari Ayu (pembeli) mengemballikan barang seharga Rp. 600.000,00.
Bali Jaya(penjual) akan mencatat transaksi retur tersebut dengan jurnal sebagai berikut :

12 Juli Retur & Pengurangan Harga Rp. 600.000,00


Penjualan
Piutang Usaha Rp. 600.000,00
(penerimaan barang yang
diretur)

Piutang usaha dikurangi karena Bali Jaya tidak akan menerima pembayaran atas harga barang yang
dikembalikan. Bali jaya menerima barang yang dikembalikan dan memutahirkan catatan persediaannya.
Bali Jaya juga harus mengurangi beban pokok penjualan dengan jurnal sebagai berikut (misalkan beban
pokok penjualan barang yang di kembalikan Rp. 400.000,00.)

12 Juli Persediaan Rp. 400.000,00


Beban pokok penjualan Rp. 400.000,00
(menempatkan kemballi barang
yang dikembalikan menjadi
persediaan)

Pengurangan Harga Penjualan


Contoh :
Misalkan pada tanggal 15 Juli, Bali Jaya memberikan pengurangan harga sebesar Rp. 100.000,00 untuk
barang yang rusak dalam pengiriman. Pengurangan harga dicatat dengan jurnal sebagai berikut :

15 Juli Retur & Pengurangan Harga Rp. 100.000,00


Penjualan
Piutang Usaha Rp. 100.000,00
(menerimaan barang yang
diretur)

Dalam hal pengurangan harga tidak perlu dibuat jurnal untuk mencatat persediaan karena penjual tidak
menerima pengembalian barang. Setelah ayat-ayat jurnal diatas dibukukan akun piutang usaha akan
memiliki saldo debet Rp. 6.500.000,00 sebagai berikut:
Piutang Usaha

Juli 7 Penjualan Rp. 7.200.000,00 Juli 12 Retur Rp. 600.000,00

Juli 15 Pengurangan Harga Rp. 100.000,00

Saldo Rp. 6.500.000,00

Potongan Penjualan
Contoh :
Pada tanggal 17 Juli (yaitu hari terakhir dari periode potongan), Bali Jaya menrima pelunasan piutang.
Jumlah kas bersih yang diterima adalah : Rp. 6.500.000,00 – (2% x Rp. 6.500.000,00) = Rp. 6.500.000,00
– Rp. 130.000.00 = Rp. 6.370.000,00. Jumlah yang dibuat untuk mencatat transaksi penerimaan kas dari
piutang adalah sebagai berikut :
17 Juli Kas Rp. 6.370.000,00
Potongan Penjualan Rp. 130.000,00
Piutang Usaha Rp. 6.500.000,00

Piutang Usaha

7 Juli Penjualan Rp. 7.200.000,00 Juli 12 Retur Rp. 600.000,00


Juli 15 Pengurangan Harga Rp. 100.000,00
Juli 17 Penelusuran Rp. 6.500.000,00

Saldo Rp. 0

Anda mungkin juga menyukai