Anda di halaman 1dari 19

C.

Akuntansi Persediaan Dalam Sistem Perpetual

Sebagaimana telah ditunjukkan di muka, siklus operasi sebuah


perusahaan dagang dimulai dengan aktivitas membeli barang dagangan
untuk dijadikan persediaan. Untuk memahami proses pembelian, marilah
kita bayangkan perusahaan "Musika Ratu" yang berdagang CD dan DVD.
Perusahaan ini antara lain membeli barang dagangannya dari PT. Nada
Kencana sebuah perusahaan pemasok CD dan DVD dalam partai besar.
Selanjutnya perusahaan Musika Ratu akan menjual CD dan DVD kepada
toko-toko pengecer yang lebih kecil atau langsung kepada konsumen.
Kegiatan yang terjadi dalam proses pembelian ini meliputi hal -hal berikut.

1. PT Nada, Kencana mengirimkan beberapa dos CD dan DVD kepada


perusahaan Musika Ratu, dan pada hari yang sama mengirimkan
faktur kepada perusahaan tersebut. Faktur adalah tagihan dari
penjual (PT Nada Kencana) kepada pembeli (perusahaan Musika
Ratu) untuk membayar sejumlah uang atas barang-barang yang telah
dikirim penjual yang rinciannya tertulis dalam faktur tersebut. Dengan
kata lain, faktur merupakan permintaan agar pembeli membayar
kepada si penerbit faktur (penjual). Contoh faktur dapat dilihat pada
halaman berikut.
2. Setelah barang diterima, perusahaan Musika Ratu membayar tagihan
kepada PT. Nada Kencana.

Pembelian Barang Dagangan

Seandainya perusahaan Musika Ratu menggunakan sistem


perpetual dalam akuntansi untuk persediaannya, dan barang-barang yang
dibeli dan diterima pada tanggal 3 Juni 2011, maka jurnal yang dibuat
perusahaan Musika Ratu atas pembelian secara kredit tersebut adalah
sebagai berikut:
Gambar 7--5 Contoh Faktur

Akun Persediaan (sebuah akun aset), digunakan hanya untuk


mencatat pembelian persediaan barang dagangan, yaitu barang yang
dibeli perusahaan Musika Ratu untuk dijual kembali kepada para
konsumen. Pembelian barang lain, seperti misalnya perlengkapan kantor,
peralatan, mobil, dan aset-aset lainnya tidak dicatat dalam akun ini,
melainkan dicatat dalam akun aset yang bersangkutan.

Harap dicatat bahwa akun Persediaan merupakan aset selama


persediaan belum terjual. Kelak, jika barang dagangan sudah laku terjual
akan berubah menjadi beban yang disebut beban pokok penjualan.

Potongan Pembelian

Banyak perusahaan menawarkan suatu potongan kepada para


konsumennya jika pembayaran dilakukan lebih cepat. Bagi pembeli,
potongan tersebut disebut potongan pembelian. Sebagai contoh, misalkan
dalam faktur yang diterbitkan oleh PT Nada Kencana di atas, tertulis termin
kredit yang berbunyi 3/15,n/30. Ini berarti bahwa jika perusahaan Mustika
Ratu membayar dalam waktu 15 hari setelah tanggal faktur, maka
perusahaan tersebut akan mendapat potongan sebesar 3% dari jumlah
total yang tertulis di faktur. Jika lewat dari 15 hari, pembeli harus
membayar penuh dalam jangka waktu 30 hari setelah tanggal faktur.
Apabila termin kredit berbunyi “n/30”, hal itu berarti tidak ada tawaran
potongan, dan faktur harus dibayar dalam waktu 30 hari setelah tanggal
faktur. Termin kredit yang berbunyi EOM (singkatan dari end of month)
berarti bahwa faktur harus dibayar paling lambat akhir bulan ini.

Seandainya perusahaan Mustika Ratu membayar dalam periode


potongan, maka ayat jumal untuk mencatat pengeluaran kas ini akan
berbunyi sebagai berikut:
Potongan pembelian dikreditkan (dikurangkan) terhadap Persediaan
karena potongan Sebagai akibat membayar lebih cepat menyebabkan
berkurangnya biaya perolehan persediaan yang sesungguhnya
sebagaimana tampak dalam akun T berikut ini.

Perhatikan bahwa saldo Persediaan sebesar Rp679.000,00 adalah


harga yang sesungguhnya dibayar untuk membeli persediaan pada tanggal
13 Juni 2011. Akan tetapi, jika misalnya perusahaan Mustika Ratu, baru
membayar tanggal 24 Juni (berarti sudah lewat dari 15 hari), maka Mustika
Ratu harus membayar penuh. Jurnal untuk mencatatnya adalah sebagai
berikut:

Retur dan Pengurangan Harga Pembelian


Perusahaan pemasok pada umumnya memberi kemungkinan
pembeli untuk mengembalikan barang yang telah dibelinya karena barang
rusak, cacat, atau tidak sesuai dengan pesanan. Hal seperti itu disebut
retur pembelian.

Dalam keadaan tertentu, pemasok menawarkan kepada pembeli


untuk tidak mengembalikan barang yang tidak sesuai dengan
pesanan tersebut, tetapi pemasok memberi pengurangan harga dari
jumlah yang tercantum dalam faktur. Hal semacam itu disebut
pengurangan harga pembelian. Bila situasi di atas terjadi, maka pembeli
akan mencatat kedua hal tersebut yang akan mengurangi biaya perolehan
persediaan dalam pembukuan si pembeli.

Misalkan Mustika Ratu belum membayar tagihan pada tanggal 3


Juni. Keesokan harinya ditemukan sejumlah CD yang rusak dalam
pengiriman yang harganya Rp100.000,00. Barang rusak tersebut
dikembalikan ke PT Nada Kencana (penjual) pada tanggal 4 Juni. Jurnal
untuk mencatat transaksi pengembalian barang di atas dicatat dengan
jurnal sebagai berikut:

Jurnal yang sama dibuat jika terjadi pengurangan harga.


Perbedaannya jika dalam hal retur, barang dikembalikan kepada penjual,
sedangkan dalam hal pengurangan harga, barang tetap berada di tangan
pembeli tetapi harganya (biaya perolehannya) berkurang.

Biaya Pengangkutan

Dalam transaksi perdagangan barang, pengangkutan barang dari


tempat penjual ke tempat pembeli kerap kali harus dilakukan dengan
menggunakan alat transportasi tertentu. Bermacam-macam alat
transportasi tersedia untuk disewa, baik berupa angkutan darat (truk atau
kereta api), laut, maupun udara. Siapa yang berkewajiban menanggung
biaya transportasi, tergantung pada kesepakatan di antara penjual dan
pembeli yang biasanya dituangkan dalam suatu perjanjian penjualan. Pihak
pengangkut akan mengajukan tagihan biaya angkut kepada penjual atau
pembeli tergantung pada isi perjanjian tersebut.
Ketentuan atau syarat pengangkutan bisa berupa FOB Shipping
Point atau FOB Destination. FOB adalah singkatan dari free on board.

Syarat FOB shipping point berarti bahwa penjual menanggung


pengangkutan dan menyerahkan barang kepada pihak pengangkut dan
pembeli dibebaskan dari beban yang timbul hingga ke tempat pihak
pengangkut. Selanjutnya beban angkutan dari tempat pengangkut ke
tempat pembeli menjadi tanggungan si pembeli. Sebagai contoh, penjual
mengangkut barang dari lokasi si penjual ke stasiun kereta api dengan
biaya angkut yang ditanggung si penjual tersebut, tetapi biaya angkut yang
dibebankan PJKA untuk mengangkut barang tersebut ke tempat pembeli,
harus dibayar oleh pihak pembeli.

Sebaliknya dalam syarat FOB destination, penjual mengantarkan


barang ke tempat pembeli dengan biaya transportasi yang sepenuhnya
menjadi tanggungan si penjual.

Gambar 7-6 Syarat FOB Menentukan Siapa Membayar Biaya Angkut


Dari gambar di atas dapat disimpulkan bahwa:

● FOB shipping point berarti bahwa pembeli telah menjadi pemilik


barang pada saat barang dikirim oleh pengangkut. Pembeli
berkewajiban membayar biaya pengangkutan barang.
● FOB destination berarti bahwa pembeli baru menjadi pemilik
barang ketika barang tiba di tempat pembeli. Dalam hal ini, penjual
berkewajiban membayar biaya pengangkutan barang sampai di
tempat pembeli.

Apabila pembeli harus menanggung biaya pengangkutan, maka


biaya tersebut akan menambah biaya perolehan atas barang yang
dibelinya. Oleh karena itu biaya pengangkutan harus didebetkan pada
akun Persediaan Barang Dagangan. Misalkan, Mustika Ratu membayar
biaya pengangkutan kepada CV Lancar sebesar Rp60.000,00 untuk
pengiriman pesanan CD dan DVD, maka jurnal yang harus dibuai dalam
pembukuan Mustika Ratu adalah sebagai berikut:
Biaya pengangkutan atas barang yang dibeli akan mengakibatkan
bertambahnya biaya perolehan barang dagangan (persediaan) sebesar
Rp60.000.00.

Potongan hanya diterapkan atas utang kepada penjual barang


(dalam contoh di atas, dihitung dari Rp600.000,00). Potongan tidak
diterapkan pada beban pengangkutan, karena tidak ada potongan atas
pengangkutan.

Meskipun penjualan dilakukan atas syarat FOB shipping point,


kadang-kadang penjual membayar di muka biaya pengangkutan yang
nantinya akan diperhitungkan dengan pembeli. Sebagai contoh, misalkan
pada tanggal 20 Juni, Toko Irama membeli sejumlah barang dagangan
dengan harga Rp5.000.000,00 ditambah biaya angkut barang
Rp400.000,00, dengan syarat FOB shipping point, termin kredit 3/5, n/30.
Jurnal yang harus dibuat oleh Toko Irama untuk mencatat transaksi
pembelian tersebut adalah:
Seandainya Toko Irama membayar transaksi di atas dalam periode
potongan, maka potongan hanya dihitung untuk harga barang yang dibeli
(Rp5.000.000,00), bukan atas harga faktur (Rp5.400.000,00). Beban
pengangkutan sebesar Rp400.000,00 tidak mendapat potongan. Dengan
demikian besarnya potongan pembelian adalah 3% x Rp5.000.000,00 =
Rp150.000,00. Jurnal untuk mencatat transaksi pembayaran utang di atas
pada tanggal 25 Juni adalah sebagai berikut.

Setelah kedua ayat jurnal di atas dibukukan ke buku besar, maka


akun Persediaan Barang Dagangan akan menunjukkan jumlah yang
diinvestasikan Toko Irama dalam barang yang dibeli yang besarnya sama
dengan biaya perolehan yang dibayar yaitu Rp5.250.000,00.

Apabila biaya pengangkutan barang yang dijual menjadi tanggungan


si penjual, maka penjual akan memperlakukan biaya pengangkutan ini
(disebut Beban Angkut Penjualan) sebagai beban operasi. Seandainya
beban angkut sebesar Rp400.000.00 itu menjadi tanggungan penjual,
maka pihak penjual akan mencatat transaksi pengangkutan barang
tersebut sebagai berikut.

Ikhtisar Transaksi-Transaksi Pembelian


Misalkan Mustika Ratu membeli barang - dagangan seharga
Rp35.000.000,00, mendapat potongan 2% karena membayar dalam
periode potongan, mengembalikan barang yang rusak seharga
Rp700.000 , dan membayar biaya pengangkutan sebesar
Rp2.100.000,00. Ikhtisar di bawah ini melukiskan biaya perolehan bersih
pembelian barang tersebut.

*)Potongan pembelian: 2% x (Rp35.000.000,00 - Rp700.000.00)-=


Rp686.000,00

Penjualan Barang Dagangan

Aktivitas utama sebuah perusahaan dagang adalah melakukan


pembelian dan penjualan barang dagangan. Setelah selesai melakukan
pembelian seperti dilukiskan di atas, tahap berikutnya perusahaan
melakukan penjualan barang dagangan. Perusahaan mencatat
pendapatan penjualan seperti halnya perusahaan jasa, yaitu ketika
pendapatan sudah diperoleh., sesuai dengan prinsip pengakuan
pendapatan. Biasanya perusahaan memperoleh pendapatan pada saat
barang ditransfer dari penjual kepada pembeli. Pada saat itu transaksi
penjualan telah selesai dan harga jual telah ditetapkan.

Penjualan dapat dilakukan secara tunai atau secara kredit. Setiap


transaksi penjualan harus didukung dengan bukti tertulis. Apabila
penjualan dilakukan secara tunai, maka catatan pada kertas yang diproses
oleh Register Kas (cash register tapes) merupakan bukti bahwa penjualan
tunai telah terjadi. Bila penjualan dilakukan secara kredit, penjual
menerbitkan faktur penjualan yang menjadi bukti pendukung transaksi.

Lembar asli faktur dikirimkan kepada pembeli, sedangkan


tembusannya disimpan oleh penjual sebagai dasar untuk melakukan
pencatatan transaksi di bagian akuntansi.

Jumlah penghasilan yang diperoleh perusahaan dari penjualan


barang dagangan disebut pendapatan penjualan (atau sering
disingkat:penjualan). Setiap transaksi penjualan menimbulkan beban
karena perusahaan harus menyerahkan barang miliknya kepada pembeli.
Beban ini disebut beban pokok penjualan, yaitu harga perolehan
persediaan barang dagangan yang dijual kepada konsumen. Beban pokok
penjualan biasanya merupakan beban terbesar dalam sebuah perusahaan
dagang.

Setelah melakukan suatu transaksi penjualan secara kredit,


perusahaan Mustika Ratu menghadapi rentetan kejadian sebagai berikut:

● Retur penjualan: pembeli mungkin mengembalikan barang kepada


Mustika Ratu.
● Pengurangan harga penjualan: Mustika Ratu mungkin memberi
pengurangan harga kepada pembeli karena barang yang dikirim tidak
sesuai dengan pesanan. Pengurangan harga ini akan mengurangi
jumlah kas yang diterima perusahaan dari pembeli.
● Potongan penjualan: apabila pembeli membayar dalam periode
potongan sesuai dengan termin kredit yang diberikan, maka Mustika
Ratu hanya akan menerima kas setelah dikurangi potongan.
● Beban angkut penjualan: Mustika Ratu mungkin harus membayar
sejumlah beban pengangkutan untuk mengirim barang ke tempat
pembeli.

Penjualan Tunai

Penjualan yang dilakukan oleh pedagang pengecer seperti halnya


perusahaan Mustika Ratu seringkali dilakukan secara tunai. Misalkan
Mustika Ratu menjual barang secara tunai seharga Rp3.000.000,00. Untuk
Itu Mustika Ratu menerbitkan faktur seperti terlihat dalam
Gambar 7-6

Transaksi penjualan tunai sebesar Rp3.000.000,00 ini dicatat dengan


mendebit akun Kas dan mengkredit akun Penjualan sebagai berikut.
Mustika Ratu menjual barang dagangan sehingga persediaan barang
berkurang. Oleh karena itu harus dibuat satu buah jurnal lagi untuk
mencatat berkurangnya saldo Persediaan Barang Dagangan. Misalkan
harga perolehan barang yang dijual tersebut adalah Rp1.900.000,00, Maka
jurnal kedua yang harus dibuat Mustika Ratu adalah jurnal untuk
memindahkan harga perolehan barang yang dijual se b e sa r
Rp1.900.000,00 dari akun Persediaan, sebagai berikut.

Akun Beban Pokok Penjualan mencatat pergerakan saldo beban


pokok barang yang telah terjual setiap saat. Dalam contoh di atas
Rp1.900.000,00 adalah beban pokok barang yang terjual saat itu, bukan
Rp3.000.000,00 (harga jual barang). Beban pokok penjualan selalu
didasarkan pada biaya perolehan perusahaan, bukan harga jual.

Penjualan Secara Kredit

Dewasa ini penjualan secara kredit makin banyak dipraktikkan dalam


dunia bisnis, lebih-lebih dalam penjualan partai besar. Banyak komoditi
ditawarkan dengan penjualan secara kredit. Lihat saja di sekeliling anda,
berbagai barang dijual secara kredit mulai dari barang elektronik (TV,
lemari es, dsb), sepeda motor, mobil, bahkan rumah. Sekarang mari kita
misalkan perusahaan Mustika Ratu menjual barang dagangan secara
kredit seharga Rp5.000.000,00 dengan syarat n/10 (tidak ada potongan
yang ditawarkan jangka waktu kredit 10 hari). Beban pokok barang
tersebut Rp2.900.000,00. Jurnal untuk mencatat transaksi penjualan dan
beban pokok penjualan tersebut adalah sebagai berikut:

Apabila Mustika Ratu menerima pelunasan atas penjualan kredit di atas,


maka dibuat jurnal sebagai berikut:

Potongan Penjualan, Retur, dan Pengurangan Harga

Di atas telah dibahas, bahwa retur pembelian dan pengurangan


harga pembelian mengurangi biaya perolehan barang yang dibeli
(persediaan). Hal yang sama berlaku bila terjadi retur penjualan dan
pengurangan harga serta potongan penjualan, maka kedua hal tersebut
akan mengurangi pendapatan bersih dari penjualan. Akun Retur &
Pengurangan Harga Penjualan dan akun Potongan Penjualan merupakan
akun kontra (pengurang) terhadap Pendapatan Penjualan. Pada Bab 4 kita
telah membahas akun kontra ini. Anda tentu masih ingat bahwa sebuah
akun kontra selalu memiliki saldo normal yang berlawanan dengan akun
yang diikutinya. Dengan demikian akun Retur & Pengurangan Harga
Penjualan, dan akun Potongan Penjualan memiliki saldo normal debit
(berlawanan dengan akun Penjualan yang bersaldo normal kredit).

Biasanya perusahaan menyelenggarakan akun tersendiri untuk


Potongan Penjualan dan akun yang tersendiri pula untuk Retur &
Pengurangan Harga Penjualan, sehingga mudah diketahui besarnya
masing-masing. Pendapatan Penjualan bersih ditetapkan sebagai berikut:
Pendapatan Penjualan Bersih = Pendapatan Penjualan Potongan
Penjualan Retur & Pengurangan Harga Penjualan.

Sekarang marilah kita ikuti rangkaian peristiwa penjualan yang terjadi


pada perusahaan Nada Kencana berikut ini. Misalkan pada tanggal 7 Juli
2011, Nada Kencana menjual barang dagangan (CD dan DVD) seharga
Rp7.200.000,00 secara kredit kepada perusahaan Mustika Ratu, dengan
syarat 2/10,n/30. Beban pokok penjualan barang tersebut adalah
Rp4.700.000.00. Nada Kencana akan mencatat transaksi ini dengan jurnal
sebagai berikut:

Retur Penjualan
Misalkan pada tanggal 12 Juli 2011, Mustika Ratu (pembeli)
mengembalikan barang seharga Rp600.000,00. Nada Kencana (penjual)
akan mencatat transaksi retur tersebut dengan jurnal sebagai berikut:

Piutang usaha dikurangi karena Nada Kencana tidak akan menerima


pembayaran atas harga barang yang dikembalikan.

Nada Kencana menerima barang yang dikembalikan dan


memutakhirkan catatan persediaannya. Nada Kencana juga harus
mengurangi Beban Pokok Penjualan dengan jurnal sebagai berikut
(misalkan beban pokok penjualan barang yang dikembalikan
Rp400.000.00).

Pengurangan Harga Penjualan

Misalkan pada tanggal 15 Juli, Nada Kencana memberikan


pengurangan harga sebesar Rp100.000,00 untuk barang yang rusak dalam
pengiriman.

Pengurangan harga dicatat dengan jurnal sebagai berikut:


Dalam hai pengurangan harga tidak perlu dibuat jurnal untuk
mencatat persediaan karena penjual tidak menerima pengembalian
barang.

Setelah ayat-ayat jurnal di atas dibukukan, akun Piutang Usaha akan


memiliki saldo debet Rp6.500.000,00 sebagai berikut:

Potongan Penjualan

Pada tanggal 17 Juli (yaitu hari terakhir dari periode potongan), Nada
Kencana menerima pelunasan piutang. Jumlah kas bersih yang diterima
adalah: Rp6.500.000,00 -.(2/100 x Rp6.500.000,00) = Rp6.500.000,00 -
Rp130.000,00 = Rp 6.370.000,00. Jurnal yang dibuat untuk mencatat
transaksi penerimaan kas dari piutang adalah sebagai berikut:

Setelah transaksi di atas dibukukan, maka akun Piutang Usaha akan


bersaldo nol
Pendapatan Penjualan, Beban Pokok Penjualan, dan Laba Kotor

Penjualan bersih, beban pokok penjualan, dan laba kotor adalah tiga
elemen yang menentukan profitabilitas. Pendapatan penjualan bersih
dikurangi dengan beban pokok penjualan disebut laba kotor.

Laba kotor dan laba bersih merupakan parameter keberhasilan


perusahaan. Suatu tingkat laba kotor yang cukup tinggi diperlukan bagi
sebuah perusahaan dagang.

Contoh berikut ini diharapkan bisa menggambarkan makna laba kotor


Misalkan, Nada Kencana membeli satu kotak CD dengan harga Rp
15.000,00 dan kemudian menjualnya dengan harga Rp20.000,00. Nada
Kencana memperoleh laba kotor untuk setiap kotak CD sebesar
Rp5.000,00. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
Laba kotor yang dilaporkan dalam laporan Laba-Rugi perusahaan
Nada Kencana adalah keseluruhan laba kotor penjualan CD dan produk-
produk lain yang diperdagangkan perusahaan selama bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai