Anda di halaman 1dari 31

AKUNTANSI KEUANGAN

MADYA 1

Bab 11
Persediaan
1
Definisi, Klasifikasi, Fungsi dan Manfaat
Definisi
Menurut Kiesso & Weygandt

Persediaan adalah aktiva perusahaan yang dimiliki dengan tujuan untuk dijual kembali
dalam kegiatan normal perusahaan atau akan digunakan/ dikonsumsi dalam produksi
barang yang akan dijual

Klasifikasi persediaan :
1. Perusahaan jasa tidak memiliki persediaan
2. Perusahaan dagang hanya memiliki satu jenis persediaan yaitu persediaan barang jadi.
3.Perusahaan manufaktur memiliki 3 jenis persediaan, yaitu: persediaan bahan baku,
persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi

Fungsi dan Manfaat Persediaan


1. Mengatasi risiko keterlambatan pengiriman
2. Mengatasi sisiko kesalahan pengiriman
3. Mengatasi risiko kenaikan harga
4. Mengatasi ketergantungan pada musim
5. Mendapatkan keuntungan dari pembelian
6. Menjaga kelangsungan operasional perusahaan 2
Masalah Kepemilikan Barang
Barang sudah dicatat sebagai persediaan didasarkan pada hak kepemilikannya.
Penentuan perpindahan hak atas barang antara lain timbul dalam keadaan:
1.Barang dalam perjalanan
2.Barang yang dipisahkan
3.Barang Konsinyasi
4.Barang Angsuran

Barang Dalam Perjalanan (Goods on Transit)


1.FOB Shipping Point : Hak atas seluruh muatan beralih ke pembeli dengan pada
saat pengiriman. Ketika barang dalam perjalanan dimasukkan dalam persediaan si
pembeli
2.FOB Destination : Hak tidak beralih sampai barang diterima oleh pembeli.
Ketika barang dalam perjalanan dimasukkan dalam persediaan si penjual

Barang yang dipisahkan


Apabila melakukan pembelian tetapi pengiriman tidak dilakukan sekaligus maka
pembeli dapat mencatat pembelian dan menambah persediaan barangnya.
3
Masalah Kepemilikan Barang (lanjutan…)
 Barang konsinyasi
Sebelum barang tersebut dijual masih tetap menjadi persediaan pihak yang
menitipkan (consignor) dan pihak yang menerima titipan (consignee) tidak
mempunyai hak atas barang tersebut sehingga tidak mencatat sebagai
persediaan.
 Barang Angsuran
Hak atas barang tetap pada penjual sampai seluruh harga jualnya dilunasi.
Penjual akan melaporkan barang tersebut dalam persediaannya dikurangi
dengan jumlah yang sudah dibayar.
Pembeli akan melaporkan barang-barang tersebut dalam persediaannya
sejumlah yang sudah dibayarkan

Metode Pencatatan Persediaan


1. Periodik = Nilai persediaan ditentukan secara periodik dalam kurun waktu tertentu.
Kurun waktu bisa 1 tahun atau hanya 1 bulan.
2. Perpetual = Nilai persediaan selalu diperbarui sehingga perusahaan bisa mengetahui
nilai persediaan dan HPP setiap saat. 4
Metode Pencatatan Persediaan (lanjutan…)
Keterangan Periodik Perpetual

Pembelian barang Pembelian Persediaan


dagangan Utang Dagang/Kas Utang Dagang/Kas

Penjualan barang Kas/Piutang Usaha Kas/Piutang Usaha


dagangan Penjualan Penjualan
HPP
Persediaan
Penyesuaian pada akhir Persediaan akhir Tidak ada jurnal, kecuali dari
periode HPP perhitungan fisik ada selisih
Pembelian kurang maka jurnal :
Persediaan Awal Kerugian
Persediaan
Dari jurnal dapat dilihat :
1.Pada Metode Periodik, setiap terjadi pembelian dan penjualan nilai persediaan tidak
diperbarui. Nilai persediaan akhir diperoleh dari perhitungan fisik yang dilakukan secara
periodik.
2.Pada Metode Perpetual, nilai persediaan selalu diperbarui, sehingga perusahaan bisa
mengetahui nilai persediaan dan HPP setiap saat. 5
Pengakuan Harga Perolehan Persediaan

Nilai persediaan adalah harga beli ditambah semua biaya pembelian dan biaya
lain yang membuat persediaan tersebut siap untuk digunakan.

Persediaan = Harga pembelian + Pajak (selain PPN) + Bea Masuk + Biaya Angkut
+ Biaya lain yang dapat didistribusikan – Diskon Pembelian.

Contoh perbandingan jurnal antara Metode Gross Method dan Net Method sbb:
Pada tanggal 1 Maret 2014 PT Poltek NSC membeli persediaan secara kredit
senilai Rp20.000.000 dengan syarat pembayaran 2/10, n/30. Tanggal 5 Maret
2014 perusahaan melunasi hutang dagang sebesar Rp8.000.000, sehingga nilai
kas yang dibayarkan hanya sebesar Rp7.840.000 karena sudah dipotong diskon.
Pelunasan terakhir dilakukan pada tanggal 20 Maret 2014

6
Pengakuan Harga Perolehan Persediaan (lanjutan…)

Tanggal Metode Bruto Metode Bersih


(Gross Method) (Net Method)
1-Mar-14 Pembelian 20.000.000 Pembelian 20.000.000
Utang Dagang 20.000.000 Utang Dagang 20.000.000

(Mencatat pembelian kredit) (Mencatat pembelian kredit)


5-Mar-14 Utang Dagang 8.000.000 Utang Dagang 7.840.000
Diskon Pembelian 160.000 Kas 7.840.0000
Kas 7.840.000 (8jt-(8jt x 2%)

(Mencatat pelunasan pada periode (Mencatat pelunasan pada periode


diskon) diskon)
20-Mar-14 Utang Dagang 12.000.000 Utang Dagang 11.760.000
Kas 12.000.000 Beban lain-pembatalan
Diskon 240.000
(Mencatat pelunasan utang di luar Kas 12.000.000
periode diskon)
(Mencatat pelunasan utang di luar
periode diskon) 7
Metode Penilaian Persediaan

8
Metode Penilaian Persediaan (lanjutan…)

 Perusahaan harus menentukan penghitungan persediaan yang relevan.


 Masalah : Harga persediaan per unit mengalami perubahan dari waktu ke
waktu.

Contoh :
Perusahaan memiliki persediaan awal sejumlah 100 unit dengan nilai per unit
sebesar Rp 1.000.000, kemudian perusahaan tersebut melakukan pembelian
dan penjualan dengan data :
Pembelian :
 4 Okt 2014 ; 200 unit ; @Rp1.100
 6 Okt 2014 ; 100 unit ; @Rp1.200
Penjualan :
 5 Okt 2014 ; 60 unit
 7 Okt 2014 ; 60 unit

9
Metode Penilaian Persediaan

 Perhitungan HPP dari unit yang dijual berdasarkan harga beli persediaan yang
masuk paling awal, sedangkan persediaan akhir dihitung dari harga beli
persediaan yang masuk paling akhir dan belum terjual.
 Keuntungan FIFO adalah nilai persediaan akhir akan mendekati nilai beli saat
ini sehingga nilai persediaan akhir tidak akan memiliki selisih nilai yang besar
dengan nilai belinya.
 Kelemahan FIFO adalah dalam hal penandingan antara penghasilan dan
beban :
 Nilai penjualan saat ini tidak dikurangi dengan nilai HPP saat ini, tetapi dari
pembelian yang lama.
 Nilai pembelian saat ini akan mengurangi nilai penjualan suatu saat di masa
mendatang, dimana harga beli persediaan mungkin sudah jauh berbeda.
 Secara teknis akan memberikan informasi laba kotor dan nilai persediaan
akhir yang bias.

10
Metode Penilaian Persediaan
FIFO Perpetual
Pembelian Penjualan Saldo
Tgl Jumlah Jumlah Jumlah
Unit HPP (Rp) Unit HPP (Rp) Unit HPP (Rp)
(Rp) (Rp) (Rp)
1-10             100 1,000 100,000
4-10 200 1,100 220,000       100 1,000 100,000
              200 1,100 220,000
5-10       60 1,000 60,000 40 1,000 40,000
              200 1,100 220,000
6-10 100 1,200 120,000       40 1,000 40,000
              200 1,100 220,000
              100 1,200 120,000
7-10       40 1,000 40,000 180 1,100 198,000
        20 1,100 22,000 100 1,200 120,000

Maka :
Nilai persediaan akhir = Rp318.000 (198.000 + 120.000)
Nilai HPP = Rp122.000 (60.000 + 40.000 + 22.000) 11
Metode Penilaian Persediaan
FIFO Periodik
Persediaan Awal 100 buah x Rp1.000 Rp 100.000
Pembelian 200 buah x Rp1.100 Rp 340.000
  100 buah x Rp1.200  
Yang tersedia untuk dijual   Rp 440.000
Persediaan akhir (tersisa 280 buah) 180 buah x Rp1.100 (Rp 318.000)
100 buah x Rp1.200  
HPP (terjual 120 buah) 100 buah x Rp1.000 Rp 122.000
  20 buah x Rp1.000  

FIFO perpetual dan FIFO periodik hasilnya sama, yaitu :


 Persediaan akhir = 280 buah
 Harga persediaan akhir = Rp318.000
 Unit yang terjual = 120 buah
 Harga unit yang terjual = Rp122.000

12
Metode Penilaian Persediaan
 Memiliki keselarasan penandingan antara pendapatan dan beban
 Penjualan saat ini berasal dari harga beli saat ini

LIFO Perpetual
Pembelian Penjualan Saldo
Tgl Jumlah Jumlah Jumlah
Unit HPP (Rp) Unit HPP (Rp) Unit HPP (Rp)
(Rp) (Rp) (Rp)
1-10             100 1,000 100,000
4-10 200 1,100 220,000       100 1,000 100,000
              200 1,100 220,000
5-10       60 1,100 66,000 100 1,000 100,000
              140 1,100 154,000
6-10 100 1,200 120,000       100 1,000 100,000
              140 1,100 154,000
              100 1,200 120,000
7-10       60 1,200 72,000 100 1,000 100,000
              140 1,100 154,000
              40 1,200 48,000
Maka :
Nilai HPP = Rp138.000 (66.000 + 72.000)
13
Nilai persediaan akhir = Rp302.000 (100.000 + 154.000 + 48.000)
Metode Penilaian Persediaan
LIFO Periodik
Persediaan Awal 100 buah x Rp1.000 Rp 100.000
Pembelian 200 buah x Rp1.100 Rp 340.000
  100 buah x Rp1.200  
Yang tersedia untuk dijual   Rp 440.000
Persediaan akhir (tersisa 280 buah) 100 buah x Rp1.000 (Rp 298.000)
180 buah x Rp1.100  
HPP (terjual 120 buah) 100 buah x Rp1.200 Rp 142.000
  20 buah x Rp1.100  

LIFO perpetual dan LIFO periodik hasilnya tidak selalu sama, yaitu :
 Persediaan akhir = 280 buah (sama)
 Harga persediaan akhir = Rp298.000 (Rp302 untuk LIFO Perpetual)
 Unit yang terjual = 120 buah (sama)
 Harga unit yang terjual = Rp142.000 (Rp138.000 untuk LIFO Perpetual)
Tidak sama karena pada metode perpetual disesuaikan terus menerus, sedangkan
metode periodik tidak

14
Metode Penilaian Persediaan

 Perhitungan unit terjual berdasarkan harga rata-rata dari persediaan yang masuk

Average Perpetual
Pembelian Penjualan Saldo
Tgl Jumlah Jumlah Jumlah
Unit HPP (Rp) Unit HPP (Rp) Unit HPP (Rp)
(Rp) (Rp) (Rp)
1-10             100 1,000.00 100,000
4-10 200 1,100 220,000       300 1,066.67 320,000
5-10       60 1,067 64,000 240 1,066.67 256,000
6-10 100 1,200 120,000       340 1,105.88 376,000
7-10       60 1,106 66,353 280 1,105.88 309,647

1.066,67 berasal dari (Rp100.000 + Rp 220.000) / 300


1.105,88 berasal dari (Rp256.000 + Rp 120.000) / 340
Maka :
Nilai HPP = Rp130.353 (64.000 + 66.353)
Nilai persediaan akhir = Rp309.647
15
Metode Penilaian Persediaan
Average Periodik
Persediaan Awal 100 buah x Rp1.000 Rp 100.000
Pembelian 200 buah x Rp1.100 Rp 340.000
  100 buah x Rp1.200  
Yang tersedia untuk dijual   Rp 440.000
Persediaan akhir (tersisa 280 buah) 400 buah x Rp1.000 (Rp 308.000)
280 buah x Rp1.100  
HPP (terjual 120 buah) 120 buah x Rp1.100 Rp 132.000

 Persediaan akhir 400 buah dengan nilai persediaan Rp440.000 maka harga
pokok per unit = Rp1.100
 Total persediaan akhir = 120 buah x Rp1.100 = Rp132.000

Dengan menggunakan Metode Average maka perhitungan Perpetual dan Periodik


tidak sama hasilnya

16
Metode Penilaian Persediaan

 Metode ini berdasarkan anggapan bahwa arus barang harus sama dengan
arus biaya.
 Tiap jenis barang dipisah berdasarkan harga pokoknya dan tiap kelompok
dibuatkan kartu persediaan sendiri. Contohnya ponsel merek A tipe 123
dibuatkan kartu persediaan sendiri.
 Harga pokok penjualan terdiri dari harga pokok barang-barang yang dijual,
dan sisanya merupakan persediaan akhir.

 Metode ini dapat digunakan perusahaan yang menggunakan prosedur


pencatatan persediaan dengan cara periodik maupun perpectual.

 Tetapi karena cara ini menimbulkan banyak pekerjaan tambahan maupun


gudang yang luas maka jarang digunakan.

 Metode ini biasanya diterapkan pada perusahaan yang menjual produk


dengan harga mahal, jumlah dan jenis produknya terbatas.

17
Metode Penilaian Persediaan

Contoh :
PT Poltek NSC mempunyai persediaan 5 buah kamus bahasa yang berbeda
dengan harga masing-masing Rp10.000; Rp11.000; Rp12.000; Rp13.000 dan
Rp14.000.

Jika kamus yang terjual adalah kamus bahasa dengan harga perolehan Rp13.000
maka HPP kamus bahasa tersebut adalah Rp13.000 dst

 Perbandingan persediaan akhir dari 3 metode :


Perpetual
  FIFO LIFO Average
Persediaan akhir 318,000 302,000 309,647

HPP 62,000 72,000 66,353

Jika terjadi inflasi atau kenaikan harga mana yang menghasilkan laba yang lebih
besar?

18
Metode Alternatif Penilaian Persediaan
Digunakan sebagai upaya mengatasi keterbatasan penilaian persediaan dan HPP
dengan menggunakan harga perolehan.

Metode Laba Kotor (Gross


Profit Method)

19
Metode Alternatif Penilaian Persediaan

 Prinsip konservatisme, bahwa nilai persediaan adalah dinilai mana yang lebih
besar antara harga perolehan dengan harga pasar.
 Harga pasar adalah nilai realisasi bersih (Net Realizable Value – NRV)
 NRV adalah taksiran harga penjualan dikurangi taksiran biaya penjualan.
Contoh :
 Harga perolehan persediaan Rp1.000
 Estimasi harga jual Rp1.200
 Estimasi biaya penjualan Rp300
 Maka nilai realisasi bersih (NRV) Rp900
 Nilai yang disajikan di Neraca adalah NRV bukan Harga perolehan
 Pada tahun berikutnya jika terbukti NRV > Harga Perolehan maka jumlah
penurunan nilai persediaan harus dijurnal balik. Jurnal balik tidak boleh
melebihi Harga Perolehan.

20
Metode Alternatif Penilaian Persediaan
Contoh aplikasi, berikut merupakan persediaan PT Poltek NSC (dlm Rp000) :

Jenis Persediaan NRV Harga


Perolehan LCM per unit persediaan ?
LCM per jenis persediaan ?
Meja Makan
- Tipe 1 10.500 9.000
- Tipe 2 15.000 16.000
- Tipe 3 19.800 19.000
Jumlah 45.300 44.000

Meja Komputer
- Tipe 1 1.010 1.000
- Tipe 2 1.480 1.450
- Tipe 3 2.510 2.600
Jumlah 5.000 5.050
21
Metode Alternatif Penilaian Persediaan
Alternatif 1
Jika mengunakan LCM per jenis persediaan  Rp49.000.000 (Rp44.000.000 +
Rp5.000.000)

•Metode pencatatan perpetual :


HPP Rp50.000
Persediaan Rp50.000
(Rp49.050.000 – Rp49.000.000 = Rp50.000)

•Metode pencatatan periodik :


Persediaan akhir Rp49.000.000
HPP Rp xx  (berubah-ubah)
Pembelian Rp xx
Persediaan awal Rp xx

22
Metode Alternatif Penilaian Persediaan
Alternatif 2
Jika mengunakan LCM per item persediaan 
Meja Makan Rp43.000.000 (9jt + 15jt + 19jt)
Meja Komputer Rp 5.080.000 (1jt + 1.480.000 + 2.600.000)
Jumlah Rp48.080.000

•Metode pencatatan perpetual :


HPP Rp970.000
Persediaan Rp970.000
(Rp49.050.0000 – Rp48.080.000 = Rp970.000)

•Metode pencatatan periodik :


Persediaan akhir Rp48.080.000
HPP Rp xx  (berubah-ubah)
Pembelian Rp xx
Persediaan awal Rp xx

23
Metode Laba Kotor
Metode Alternatif Penilaian Persediaan (Gross Profit Method)
-GPM

 Metode ini dilakukan karena keterbatasan dari cek fisik persediaan,


misalnya banyaknya cabang di banyak tempat.

 Metode ini juga digunakan ketika persediaan yang telah tercatat


mengalami kebakaran di gudangnya atau rusak karena bencana
lainnya atau secara fisik barangnya tidak ada.

24
Metode Alternatif Penilaian Persediaan GPM

 Misal PT Poltek NSC tahun 2014 memiliki catatan persediaan awal sebesar
Rp30.000.0000, dengan pembelian selama tahun 2014 sebesar Rp50.000.000.
Untuk menghitung persediaan akhir, perusahaan menggunakan metode
Gross Profit. Adapun data penjualan selama 2014 sebesar Rp100.000.000
(nilai harga jual) Dengan rata-rata Gross Profit sebesar 40% dari harga
jualnya.
Persediaan Awal 30.000.000
Pembeliaan 50.000.000
Yang tersedia untuk dijual 80.000.000
Penjualan (berdasarkan harga jual) 100.000.000
Margin Penjualan (40% dr harga jual)
(40.000.000)
HPP/Barang yang terjual (Harga perolehan historis) (60.000.000)
Perkiraan persediaan akhir 20.000.000

25
Metode
Metode Alternatif Penilaian Persediaan Retail/Eceran (Retail
 Berdasarkan harga jual eceran Inventory Method) -
Retail
 Perusahaan harus meiliki data persediaan dalam
bentuk harga jual eceran
 Tidak perlu melakukan penghitungan fisik
 Istilah-istilah dalam metode Retail:
 Harga eceran (retail) yaitu harga jual persediaan yang dimiliki
 Mark Up yaitu kenaikan harga eceran
 Pembatalan Mark Up yaitu penurunan harga eceran setelah harga tersebut
dinaikkan, tetapi penurunannya maksimal sebesar Mark up
 Mark down yaitu penurunan harga eceran yang disebabkan oleh berbagai hal
misalnya barang yang rusak, kelebihan pasokan, pengaruh kompetisi pasar
ataupun sebab lain yang relevan
 Pembatalan Mark Down yaitu kenaikan harga eceran setelah harga tersebut
diturunkan, tetapi kenaikannya maksimal sebesar Mark down.
 Rasio harga pokok dan harga eceran, rasio ini digunakan sebagai dasar untuk
menghitung nilai persediaan akhir berdasarkan harga eceran retail menjadi
harga perolehan.

26
Metode Alternatif Penilaian Persediaan Retail
Rasio Harga Pokok dan Harga Eceran dengan cara :

= Persediaan akhir berdasarkan harga perolehan x 100%


  Persediaan akhir berdasarkan harga eceran  
Metode penjualan eceran ini pada dasarnya dapat i=diimplementasikan dengan
pendekatan :
Harga Perolehan
Dalam pendekatan ini, persediaan akhir berdasarkan harga perolehan dihitung
dari persediaan akhir berdasarkan harga eceran dikalikan dengan rasio harga
pokok dan harga eceran setelah Mark up dan Mark down

Persediaan akhir = Persediaan akhir x Rasio Harga Pokok dan Harga Jual
(harga eceran)   (harga jual eceran)   (termasuk mark up dan mark down)

27
Metode Alternatif Penilaian Persediaan Retail

 Yang membedakan keduanya adalah perhitungan rasio harga pokok dan


harga jualnya.
 Rasio Harga Perolehan > Rasio LCM karena mempertimbangkan mark down
 Persentase yang lebih tinggi akan menyebabkan nilai persediaan akhirnya
lebih tinggi pendekatan LCM

28
Metode Alternatif Penilaian Persediaan Retail
  Harga Perolehan   Harga Eceran
       
Persediaan awal Rp10,000,000   Rp15,000,000
Pembelian 40,000,000   60,000,000
Tersedia dijual 50,000,000   75,000,000
Mark Up   Rp5,000,000  
Pembatalan Mark Up   (2,000,000)  
Total Mark Up     3,000,000
Tersedia dijual (stlh mark up) 50,000,000   78,000,000
Rasio Harga Pokok & Eceran      
50jt/78jt x 100% = 64,1%      
--> Pendekatan LCM      
Mark Down   4,000,000  
Pembatalan Mark Down   (3,000,000)  
Total Mark Down     (1,000,000)
Tersedia dijual (stlh mark down) 50,000,000   77,000,000
Rasio Harga Pokok & Eceran      
50jt/77jt x 100% = 64,93%      
--> Pendekatan Harga Perolehan      
Penjualan     Rp(45,000,000)
Persediaan akhir     Rp 32,000,000
Retail
Metode Alternatif Penilaian Persediaan

Jadi persediaan akhirnya adalah :


1.Pendekatan LCM
Persediaan akhir = 64,1% x Rp32.000.000
= Rp20.512.000

2.Pendekatan Harga Perolehan


Persediaan akhir = 64,93% x Rp32.000.000
= Rp20.777.600

30
Penyajian dan Pengungkapan

 Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan, misalnya


pemilihan metode penilaian persediaan apakah mengunakan FIFO, LIFO atau
yang lainnya.
 Jumlah nilai tercatat secara total atau menurut klasifikasi yang sesuai bagi
perusahaan, misalnya dengan menunjukkan nilai total persediaan dan nilai
persediaan berdasarkan tingkat penyelesaiannya.
 Jumlah tercatat persediaan yang dicatat menggunakan nilai pelepasan bersih.
Misalnya perusahaan bisa menyajikan di catatan laporan keuangan bahwa
persediaan mereka menggunakan harga perolehan dan sisannya
menggunakan nilai realisasi bersih.
 Jumlah pemulihan atas penurunan nilai persediaan.
Penggunaan LCM akan memungkinkan terjadinya penurunan persediaan
dibawah harga perolehannya, pemulihan (meningkatkan kembali) nilai
persediaan diperbolehkan.
 Nilai persediaan yang dijadikan jaminan kewajiban.

31

Anda mungkin juga menyukai