MADYA 1
Bab 11
Persediaan
1
Definisi, Klasifikasi, Fungsi dan Manfaat
Definisi
Menurut Kiesso & Weygandt
Persediaan adalah aktiva perusahaan yang dimiliki dengan tujuan untuk dijual kembali
dalam kegiatan normal perusahaan atau akan digunakan/ dikonsumsi dalam produksi
barang yang akan dijual
Klasifikasi persediaan :
1. Perusahaan jasa tidak memiliki persediaan
2. Perusahaan dagang hanya memiliki satu jenis persediaan yaitu persediaan barang jadi.
3.Perusahaan manufaktur memiliki 3 jenis persediaan, yaitu: persediaan bahan baku,
persediaan barang dalam proses dan persediaan barang jadi
Nilai persediaan adalah harga beli ditambah semua biaya pembelian dan biaya
lain yang membuat persediaan tersebut siap untuk digunakan.
Persediaan = Harga pembelian + Pajak (selain PPN) + Bea Masuk + Biaya Angkut
+ Biaya lain yang dapat didistribusikan – Diskon Pembelian.
Contoh perbandingan jurnal antara Metode Gross Method dan Net Method sbb:
Pada tanggal 1 Maret 2014 PT Poltek NSC membeli persediaan secara kredit
senilai Rp20.000.000 dengan syarat pembayaran 2/10, n/30. Tanggal 5 Maret
2014 perusahaan melunasi hutang dagang sebesar Rp8.000.000, sehingga nilai
kas yang dibayarkan hanya sebesar Rp7.840.000 karena sudah dipotong diskon.
Pelunasan terakhir dilakukan pada tanggal 20 Maret 2014
6
Pengakuan Harga Perolehan Persediaan (lanjutan…)
8
Metode Penilaian Persediaan (lanjutan…)
Contoh :
Perusahaan memiliki persediaan awal sejumlah 100 unit dengan nilai per unit
sebesar Rp 1.000.000, kemudian perusahaan tersebut melakukan pembelian
dan penjualan dengan data :
Pembelian :
4 Okt 2014 ; 200 unit ; @Rp1.100
6 Okt 2014 ; 100 unit ; @Rp1.200
Penjualan :
5 Okt 2014 ; 60 unit
7 Okt 2014 ; 60 unit
9
Metode Penilaian Persediaan
Perhitungan HPP dari unit yang dijual berdasarkan harga beli persediaan yang
masuk paling awal, sedangkan persediaan akhir dihitung dari harga beli
persediaan yang masuk paling akhir dan belum terjual.
Keuntungan FIFO adalah nilai persediaan akhir akan mendekati nilai beli saat
ini sehingga nilai persediaan akhir tidak akan memiliki selisih nilai yang besar
dengan nilai belinya.
Kelemahan FIFO adalah dalam hal penandingan antara penghasilan dan
beban :
Nilai penjualan saat ini tidak dikurangi dengan nilai HPP saat ini, tetapi dari
pembelian yang lama.
Nilai pembelian saat ini akan mengurangi nilai penjualan suatu saat di masa
mendatang, dimana harga beli persediaan mungkin sudah jauh berbeda.
Secara teknis akan memberikan informasi laba kotor dan nilai persediaan
akhir yang bias.
10
Metode Penilaian Persediaan
FIFO Perpetual
Pembelian Penjualan Saldo
Tgl Jumlah Jumlah Jumlah
Unit HPP (Rp) Unit HPP (Rp) Unit HPP (Rp)
(Rp) (Rp) (Rp)
1-10 100 1,000 100,000
4-10 200 1,100 220,000 100 1,000 100,000
200 1,100 220,000
5-10 60 1,000 60,000 40 1,000 40,000
200 1,100 220,000
6-10 100 1,200 120,000 40 1,000 40,000
200 1,100 220,000
100 1,200 120,000
7-10 40 1,000 40,000 180 1,100 198,000
20 1,100 22,000 100 1,200 120,000
Maka :
Nilai persediaan akhir = Rp318.000 (198.000 + 120.000)
Nilai HPP = Rp122.000 (60.000 + 40.000 + 22.000) 11
Metode Penilaian Persediaan
FIFO Periodik
Persediaan Awal 100 buah x Rp1.000 Rp 100.000
Pembelian 200 buah x Rp1.100 Rp 340.000
100 buah x Rp1.200
Yang tersedia untuk dijual Rp 440.000
Persediaan akhir (tersisa 280 buah) 180 buah x Rp1.100 (Rp 318.000)
100 buah x Rp1.200
HPP (terjual 120 buah) 100 buah x Rp1.000 Rp 122.000
20 buah x Rp1.000
12
Metode Penilaian Persediaan
Memiliki keselarasan penandingan antara pendapatan dan beban
Penjualan saat ini berasal dari harga beli saat ini
LIFO Perpetual
Pembelian Penjualan Saldo
Tgl Jumlah Jumlah Jumlah
Unit HPP (Rp) Unit HPP (Rp) Unit HPP (Rp)
(Rp) (Rp) (Rp)
1-10 100 1,000 100,000
4-10 200 1,100 220,000 100 1,000 100,000
200 1,100 220,000
5-10 60 1,100 66,000 100 1,000 100,000
140 1,100 154,000
6-10 100 1,200 120,000 100 1,000 100,000
140 1,100 154,000
100 1,200 120,000
7-10 60 1,200 72,000 100 1,000 100,000
140 1,100 154,000
40 1,200 48,000
Maka :
Nilai HPP = Rp138.000 (66.000 + 72.000)
13
Nilai persediaan akhir = Rp302.000 (100.000 + 154.000 + 48.000)
Metode Penilaian Persediaan
LIFO Periodik
Persediaan Awal 100 buah x Rp1.000 Rp 100.000
Pembelian 200 buah x Rp1.100 Rp 340.000
100 buah x Rp1.200
Yang tersedia untuk dijual Rp 440.000
Persediaan akhir (tersisa 280 buah) 100 buah x Rp1.000 (Rp 298.000)
180 buah x Rp1.100
HPP (terjual 120 buah) 100 buah x Rp1.200 Rp 142.000
20 buah x Rp1.100
LIFO perpetual dan LIFO periodik hasilnya tidak selalu sama, yaitu :
Persediaan akhir = 280 buah (sama)
Harga persediaan akhir = Rp298.000 (Rp302 untuk LIFO Perpetual)
Unit yang terjual = 120 buah (sama)
Harga unit yang terjual = Rp142.000 (Rp138.000 untuk LIFO Perpetual)
Tidak sama karena pada metode perpetual disesuaikan terus menerus, sedangkan
metode periodik tidak
14
Metode Penilaian Persediaan
Perhitungan unit terjual berdasarkan harga rata-rata dari persediaan yang masuk
Average Perpetual
Pembelian Penjualan Saldo
Tgl Jumlah Jumlah Jumlah
Unit HPP (Rp) Unit HPP (Rp) Unit HPP (Rp)
(Rp) (Rp) (Rp)
1-10 100 1,000.00 100,000
4-10 200 1,100 220,000 300 1,066.67 320,000
5-10 60 1,067 64,000 240 1,066.67 256,000
6-10 100 1,200 120,000 340 1,105.88 376,000
7-10 60 1,106 66,353 280 1,105.88 309,647
Persediaan akhir 400 buah dengan nilai persediaan Rp440.000 maka harga
pokok per unit = Rp1.100
Total persediaan akhir = 120 buah x Rp1.100 = Rp132.000
16
Metode Penilaian Persediaan
Metode ini berdasarkan anggapan bahwa arus barang harus sama dengan
arus biaya.
Tiap jenis barang dipisah berdasarkan harga pokoknya dan tiap kelompok
dibuatkan kartu persediaan sendiri. Contohnya ponsel merek A tipe 123
dibuatkan kartu persediaan sendiri.
Harga pokok penjualan terdiri dari harga pokok barang-barang yang dijual,
dan sisanya merupakan persediaan akhir.
17
Metode Penilaian Persediaan
Contoh :
PT Poltek NSC mempunyai persediaan 5 buah kamus bahasa yang berbeda
dengan harga masing-masing Rp10.000; Rp11.000; Rp12.000; Rp13.000 dan
Rp14.000.
Jika kamus yang terjual adalah kamus bahasa dengan harga perolehan Rp13.000
maka HPP kamus bahasa tersebut adalah Rp13.000 dst
Jika terjadi inflasi atau kenaikan harga mana yang menghasilkan laba yang lebih
besar?
18
Metode Alternatif Penilaian Persediaan
Digunakan sebagai upaya mengatasi keterbatasan penilaian persediaan dan HPP
dengan menggunakan harga perolehan.
19
Metode Alternatif Penilaian Persediaan
Prinsip konservatisme, bahwa nilai persediaan adalah dinilai mana yang lebih
besar antara harga perolehan dengan harga pasar.
Harga pasar adalah nilai realisasi bersih (Net Realizable Value – NRV)
NRV adalah taksiran harga penjualan dikurangi taksiran biaya penjualan.
Contoh :
Harga perolehan persediaan Rp1.000
Estimasi harga jual Rp1.200
Estimasi biaya penjualan Rp300
Maka nilai realisasi bersih (NRV) Rp900
Nilai yang disajikan di Neraca adalah NRV bukan Harga perolehan
Pada tahun berikutnya jika terbukti NRV > Harga Perolehan maka jumlah
penurunan nilai persediaan harus dijurnal balik. Jurnal balik tidak boleh
melebihi Harga Perolehan.
20
Metode Alternatif Penilaian Persediaan
Contoh aplikasi, berikut merupakan persediaan PT Poltek NSC (dlm Rp000) :
Meja Komputer
- Tipe 1 1.010 1.000
- Tipe 2 1.480 1.450
- Tipe 3 2.510 2.600
Jumlah 5.000 5.050
21
Metode Alternatif Penilaian Persediaan
Alternatif 1
Jika mengunakan LCM per jenis persediaan Rp49.000.000 (Rp44.000.000 +
Rp5.000.000)
22
Metode Alternatif Penilaian Persediaan
Alternatif 2
Jika mengunakan LCM per item persediaan
Meja Makan Rp43.000.000 (9jt + 15jt + 19jt)
Meja Komputer Rp 5.080.000 (1jt + 1.480.000 + 2.600.000)
Jumlah Rp48.080.000
23
Metode Laba Kotor
Metode Alternatif Penilaian Persediaan (Gross Profit Method)
-GPM
24
Metode Alternatif Penilaian Persediaan GPM
Misal PT Poltek NSC tahun 2014 memiliki catatan persediaan awal sebesar
Rp30.000.0000, dengan pembelian selama tahun 2014 sebesar Rp50.000.000.
Untuk menghitung persediaan akhir, perusahaan menggunakan metode
Gross Profit. Adapun data penjualan selama 2014 sebesar Rp100.000.000
(nilai harga jual) Dengan rata-rata Gross Profit sebesar 40% dari harga
jualnya.
Persediaan Awal 30.000.000
Pembeliaan 50.000.000
Yang tersedia untuk dijual 80.000.000
Penjualan (berdasarkan harga jual) 100.000.000
Margin Penjualan (40% dr harga jual)
(40.000.000)
HPP/Barang yang terjual (Harga perolehan historis) (60.000.000)
Perkiraan persediaan akhir 20.000.000
25
Metode
Metode Alternatif Penilaian Persediaan Retail/Eceran (Retail
Berdasarkan harga jual eceran Inventory Method) -
Retail
Perusahaan harus meiliki data persediaan dalam
bentuk harga jual eceran
Tidak perlu melakukan penghitungan fisik
Istilah-istilah dalam metode Retail:
Harga eceran (retail) yaitu harga jual persediaan yang dimiliki
Mark Up yaitu kenaikan harga eceran
Pembatalan Mark Up yaitu penurunan harga eceran setelah harga tersebut
dinaikkan, tetapi penurunannya maksimal sebesar Mark up
Mark down yaitu penurunan harga eceran yang disebabkan oleh berbagai hal
misalnya barang yang rusak, kelebihan pasokan, pengaruh kompetisi pasar
ataupun sebab lain yang relevan
Pembatalan Mark Down yaitu kenaikan harga eceran setelah harga tersebut
diturunkan, tetapi kenaikannya maksimal sebesar Mark down.
Rasio harga pokok dan harga eceran, rasio ini digunakan sebagai dasar untuk
menghitung nilai persediaan akhir berdasarkan harga eceran retail menjadi
harga perolehan.
26
Metode Alternatif Penilaian Persediaan Retail
Rasio Harga Pokok dan Harga Eceran dengan cara :
Persediaan akhir = Persediaan akhir x Rasio Harga Pokok dan Harga Jual
(harga eceran) (harga jual eceran) (termasuk mark up dan mark down)
27
Metode Alternatif Penilaian Persediaan Retail
28
Metode Alternatif Penilaian Persediaan Retail
Harga Perolehan Harga Eceran
Persediaan awal Rp10,000,000 Rp15,000,000
Pembelian 40,000,000 60,000,000
Tersedia dijual 50,000,000 75,000,000
Mark Up Rp5,000,000
Pembatalan Mark Up (2,000,000)
Total Mark Up 3,000,000
Tersedia dijual (stlh mark up) 50,000,000 78,000,000
Rasio Harga Pokok & Eceran
50jt/78jt x 100% = 64,1%
--> Pendekatan LCM
Mark Down 4,000,000
Pembatalan Mark Down (3,000,000)
Total Mark Down (1,000,000)
Tersedia dijual (stlh mark down) 50,000,000 77,000,000
Rasio Harga Pokok & Eceran
50jt/77jt x 100% = 64,93%
--> Pendekatan Harga Perolehan
Penjualan Rp(45,000,000)
Persediaan akhir Rp 32,000,000
Retail
Metode Alternatif Penilaian Persediaan
30
Penyajian dan Pengungkapan
31