Anda di halaman 1dari 8

PENJUALAN KONSINYASI

1. Pengertian Penjualan Konsinyasi


Konsinyasi merupakan suatu perjanjian dimana pihak yang memiliki barang
menyerahkan sejumlah barang kepada pihak tertentu untuk dijualkan dengan
memberikan komisi. Penjualan konsinyasi disebut juga dengan penjualan titipan,
pihak yang menyerahkan barang (pemilik) disebut consignor (konsinyor) atau
pengamat, sedang pihak yang menerima titipan barang tersebut disebut konsinyi,
komisioner

BIKE BIKE BIKE: penjualan konsinyasi (anakrumpimsakini.blogspot.com)


(PDF) PENJUALAN KONSINYASI | intan komala sari - Academia.edu

2. Akuntansi Penjualan Konsinyasi


Adanya perbedaan mekanisme dan prosedur antara penjualan regular dengan penjualan
kosinyasi, menyebabkan adanya perbedaan perlakuan akuntansi terhadap penjualan
konsinyasi ini.
1) Pembukuan untuk Komisioner
Bagi komisioner, pencatatan terhadap penjualan konsinyasi dapat dilakukan dengan dua
opsi:
- Pencatatan penjualan konsinyasi dilakukan secara terpisah dengan penjualan regular.
- Pencatatan penjualan konsinyasi digabung dengan pencatatan regular
Perbedaan kedua metode terlihat dari sisi pengakuan pendapatan atas penjualan barang
konsinyasi. Berikut ringkasan pencatatan dilakukan oleh komisioner terhadap transaksi yang
berhubungan dengan barang komisi:
a. Menerima barang komisi dari konsinyor
Pada saat menerima barang komisi (consignment in), komisioner tidak melakukan
pencatatan akuntansi. Komisioner hanya membuat memorial sebagai bukti penerimaan
barang. Hal ini dikarenakan penerimaan barang dari konsinyor tidak menyebabkan
perpindahan kepemilikan barang. Memorial ini sendiri dibuat dengan memberikan
keterangan jenis dan jumlah barang yang diterima, harga jual bagi pengamanat, komisi
dan keterangan lainnya.

b. Penjualan barang konsinyasi


1) Pencatatan yang dipisah dari penjualan reguler
Apabila pembukuan penjualan konsinyasi diselenggarakan secara terpisah dengan
penjualan regular, maka hasil penjualan barang komisi tidak diakui sebagai pendapatan,
tetapi diakui sebagai kewajiban kepada konsinyor dengan mengkreditkan perkiraan
barang komisi. Sehingga jurnalnya dapat disajikan sebagai berikut:
Piutang Usaha/Kas Rp xxx
Barang Komisi Rp xxx

2) Pencatatan yang digabung dengan penjualan reguler


Namun, bagi perusahaan yang menggabung pencatatan konsinyasi dengan penjualan
regular, maka pencatatannya sama halnya dengan penjualan regular. Namun yang perlu
diperhatikan adalah adanya pengakuan perolehan barang dagang dengan mendebet
pembelian atau persediaan (untuk system perpetual). Nilai pembelian ini sendiri diakui
sebesar harga jual barang komisi dikurangi komisi. Bagi perusahaan menggunakan
system periodic (phisik) maka jurnal dapat ditulis.
Piutang dagang/kas Rp xxx
Penjualan Rp xxx
Pembelian Rp xxx
Hutang Usaha Rp xxx
Jika komisi dinyatakan dalam persentase harga jual, maka nilai pembelian dapat dihitung
menggunakan fungsi:

Harga Jual x (1 – persen komisi)

c. Pencatatan terhadap biaya-biaya terkait barang komisi


Sesuai dengan perjanjian konsinyasi, bahwa setiap pengeluaran yang dilakukan oleh
komisioner yang berhubungan dengan barang komisi menjadi tanggungan konsinyor,
sehingga pengeluaran tersebut diakui sebagai klaim komisioner kepada konsinyor.
Perbedaan antara pencatatan yang digabung dan dipisahkan dengan penjualan reguler
hanya terletak pada akun yang digunakan untuk mencatatan pengeluaran yang dilakukan.
1) Pencatatan digabung dengan penjualan reguler
Pengeluaran kas akan dicatat pada akun hutang usaha di sisi debet sebagai kontra
akun kas di kredit. Penjurnalan seperti ini menunjukkan pengurangan klaim dari pihak
konsinyor. Jurnal yang digunakan adalah:
Hutang Usaha Rp xxx
Kas Rp xxx

2) Pencatatan Dipisah dari Penjualan Reguler


Pengeluaran kas langsung diakui sebagai pembayaran kepada konsinyor dengan
mendebet Barang Komisi sehingga jurnal yang digunakan adalah:
Barang Komisi Rp xxx
Kas Rp xxx

d. Komisioner membeli sendiri barang komisi


Pembelian barang komisi memunculkan kewajiban komisioner terhadap pisah konsinyor
layaknya transaksi penjualan kepada pihak ketiga.
1) Pencatatan digabung dengan penjualan regular
Dalam metode ini harga beli diakui sebesar harga jual dikurangi dengan komisi yang
diterima. Jurnal yang digunakan adalah:

Pencatatan persediaan Pencatatan persediaan


menggunakan sistem periodik menggunakan sistem perpetual
Pembelian Rp xxx Persediaan Rp xxx
Hutang Usaha Rp xxx Hutang Usaha Rp xxx

Nilai yang diakui dapat dihitung dengan rumus:


Harga Jual x (1 – persen komisi)

2) Pencatatan dipisah dengan penjualan reguler


Karena pencatatannya dipisah dengan penjualan reguler, maka kewajiban yang timbul
diakui pada akun barang komisi dengan nilai sebesar harga jual yang ditetapkan oleh
konsinyor. Sehingga jurnal yang digunakan adalah:

Pencatatan persediaan Pencatatan persediaan


menggunakan sistem periodik menggunakan sistem perpetual
Pembelian Rp xxx Persediaan Rp xxx
Hutang Usaha Rp xxx Hutang Usaha Rp xxx

e. Pengiriman hasil penjualan kepada konsinyor


1) Pencatatan digabung dengan penjualan reguler
Sebagai akibat diakuinya pendapatan penjualan pada saat barang komisi dijual, maka
pada pengiriman (pelaporan) hasil penjualan tidak diakui lagi adanya pendapatan
komisi. Jurnal yang digunakan adalah:
Hutang Usaha Rp xxxx
Kas Rp xxxx
Uang Muka Rp xxxx
Catatan:

Uang muka diakui jika adanya pembayaran uang muka pada saat pengiriman barang
komisi. Sehingga pada saat pengiriman kas, uang muka sekaligus sebagai pengurang
hutang usaha.

2) Pencatatan dipisah dengan penjualan reguler


Pencatatan penjualan konsinyasi dengan metode ini tidak mengakui adanya
pendapatan pada saat transaksi penjualan sehingga pada saat pengiriman hasil
penjualan kepada konsinyor diakui adanya pendapatan komisi:
Barang Komisi Rp xxxx
Pendapatan komisi Rp xxxx
Hutang usaha Rp xxxx
Uang Muka Rp xxxx
Kas Rp xxxx
2) Pembukuan untuk Konsinyor
Sama halnya dengan komisioner, konsinyor juga dapat menyelenggarakan pencatatan
terhadapap penjualan konsinyasi dengan dua metode, yaitu pencatatan digabung dengan
penjualan regular atau pencatatan dipisah dengan penjualan regular. Selain dua metode
tersebut, dalam melakukan pencatatan, konsinyor juga perlu memperhatikan system
pencatatan persediaan, apakah menggunakan system periodic atau system perpetual. Berikut
pencatatan yang dilakukan konsinyor atas barang konsinyasi.
a. Pengiriman barang kepada konsinyi
Dalam pencatatan pengiriman barang konsinyasi, tidak terdapat perbedaan antara
metode pencatatan yang gabung dan pencatatan yang dipisah dengan penjualan
reguler. Namun, harus diperhatikan apakah pencatatan persediaan yang dilakukan
dengan sistem periodik atau sistem perpetual.
 Sistem Perpetual
Barang-barang konsinyasi Rp xxxx

Persediaan barang Rp xxxx

 Sistem Periodik
Barang-barang konsinyasi Rp xxxx

Pengiriman barang konsinyasi Rp xxxx

b. Penerimaan uang muka dari konsinyi


Untuk penerimaan uang muka dari konsinyi diakui sebagai kewajiban, sehingga Uang
Muka akan dicatat di sisi kredit.
Kas Rp xxxx
Uang Muka Rp xxxx
c. Pembayaran Biaya terkait pengiriman barang konsinyasi
- Pencatatan yang dipisah dari penjualan reguler
Barang-barang konsinyasi Rp xxxx

Kas Rp xxxx

- Pencatatan yang digabung dengan penjualan reguler


Ongkos angkut Rp xxxx

kas Rp xxxx

Pencatatan dengan metode ini tidak membuka akun baru untuk barang konsinyasi,
maka semua biaya yang dikeluarkan dicatat layaknya biaya yang terjadi terhadap
penjualan reguler.

d. Penerimaan perhitungan penjualan barang konsinyasi


Penerimaan hasil perhitungan penjualan barang konsinyasi dari konsinyi, bisa disertai
dengan penerimaan kas hasil penjualan bisa saja tidak. Jika kas diterima sudah pasti kas
didebet, namun jika kas tidak diterima atau diterima sebagian maka akan diakui adanya
Piutang Dagang kepada konsinyi.
- Pencatatan yang dipisah dari penjualan reguler
Karena pencatatannya dipisah dari penjualan reguler sehingga digunakan akun untuk
mengakui persediaan barang dalam bentuk barang konsinyasi yang tujuannya adalah
membedakan dengan pembukuan penjualan reguler. Akibatnya terhadap penjualan
konsinyasi diperhitungkan harga pokok penjualan konsinyasi secara terpisah.
Perhitungan harga pokok penjualan ini tetap digunakan walaupun perusahaan
menggunakan sistem pencatatan periodik, sehingga sistem pencatatan persediaan
tidak memberikan perbedaan dalam pencatatan penerimaan perhitungan penjualan
barang konsinyasi.
a) Pencatatan untuk hasil penjualan
Piutang dagang Rp xxxx

Penjualan konsinyasi Rp xxxx

b) Pencatatan untuk mengakui harga pokok penjualan


HPP Konsinyasi Rp xxxx

Biaya Penj. Konsinyasi Rp xxxx

Barang Konsinyasi Rp xxxx

- Pencatatan yang digabung dengan penjualan reguler


Untuk pencatatan yang digabung dengan penjualan reguler, perlu diperhatikan sistem
pencatatan persediaan yang digunakan, jadi pencatatan dilakukan sebagai berikut:

Sistem Periodik Sistem Perpetual


a. Mencatat hasil penjualan
Piutang Dagang Rp xxxx Piutang Dagang Rp xxxx
Penjualan Rp xxxx Penjualan Rp xxxx
b. Mencatat harga pokok penjualan
Tidak ada jurnal Harga Pokok Penjualan Rp
xxxx
Barang konsinyasi
Rp xxxx
c. Menghapus saldo rekening Pengiriman Barang Konsinyasi
pada akhir periode untuk barang yang telah terjual
Peng. barang konsinyasi Rp Tidak ada jurnal
xxxx
Barang Konsinyasi
Rp xxxx

7 Penjualan Konsinyasi 1 | PDF (scribd.com)

3. Masalah Lain dalam Penjualan Konsinyasi

1. Barang-Barang Konsinyasi yang Dikembalikan


Apabila barang-barang konsinyasi dikembalikan kepada pengamanat (consignor), maka
rekening barang-barang konsinyasi harus dikredit dengan harga pokok barang-barang yang
bersangkutan. Biaya-biaya yang berhubungan dengan aktivitas untuk menjual barang-barang
tersebut (ongkos angkut, biaya pengepakan, biaya perakitan dan biaya pengiriman kembali),
harus dibebankan kepada pendapatan untuk periode yang bersangkutan. Biaya-biaya yang
terjadi itu tidak dikapitalisasi sebagai bagian harus pokok barang-barang yang dikembalikan
atau tidak perlu ditangguhkan pembebanannya, karena tidak memberikan manfaatnya dimasa
yang akan datang. Dalam hal barang-barang dikembalikan karena rusak, sehingga
manfaatnya tidak lagi sebanding dengan harga pokoknya, maka penurunan nilai itu harus
diakui sebagai kerugian. Jika biaya-biaya perbaikan diperlukan untuk dapat menjual barang-
barang tersebut, maka biaya perbaikan (reparasi) demikian harus diakui sebagai biaya periode
yang bersangkutan.

2. Akuntansi Penjualan Konsinyasi belum Selesai


Apabila pihak konsinyor perlu menyusun pada akhir periode akuntansi sedangkan jangka
waktu perjanjian konsinyasi masih berlangsung atau belum semuanya barang-barang
konsinyasi berhasil dijual oleh konsinyasi, maka diperlukan penyesuaian terhadap barang-
barang yang terkait pada sebagian produk belum selesai dengan tuntas sampai akhir periode
akuntansi. Adapun pembahasannya adalah sebagai berikut:

a. Pencatatan oleh konsinyor jika pencatatan dipisah dari penjualan reguler.


Pada akhir periode fiskal konsinyor membukukan laporan penjualan konsinyasi, agar
ia dapat membukukan laba atau rugi atas penjualan barang-barang konsinyasi sampai
tanggal tersebut. Metode pencatatan terhadap transaksi konsinyasi dicatat dengan cara
seperti dalam perjanjian konsinyasi yang terselesaikan dengan tuntas, hanya besarnya
penjualan konsinyasi dicatat sebesar jumlah barang-barang konsinyasi yang terjual.
Pencatatan barang-barang yang telah dikeluarkan oleh konsinyor maupun konsinyi yang
berkaitan dengan penjualan barang-barang konsinyasi harus dialokasikan masing-masing
pada barang-barang yang telah terjual maupun barang-barang yang belum terjual.

Penyerahan barang-barang kepada konsinyi yang semula dibukukan dengan mendebet


perkiraan barang-barang konsinyasi, pada saat penjualan dilakukan saldo barang
konsinyasi dikredit sebesar harga pokok barang-barang konsinyasi yang dijual oleh
konsinyi. Hal ini menyebabkan perkiraan barang-barang konsinyasi masih mengandung
saldo debet. Saldo debet ini menyatakan harga pokok biaya-biaya lain yang dibebankan
pada barang-barang konsinyasi yang belum terjual. Saldo dalam perkiraan barang-barang
konsinyasi dicantumkan dalam neraca sebagai bagian dari persediaan akhir perusahaan.
Jadi konsinyor pada saat menerima hasil penjualan dari konsinyor dijurnal sebagai
berikut:

Piutang Usaha Rp xxxx


Uang Muka Rp xxxx
Barang Konsinyasi Rp xxxx
Barang Konsinyasi Rp xxxx
Barang Konsinyasi Rp xxxx
Ikhtisar Laba Rugi Rp xxxx

b. Pencatatan oleh konsinyor yang digabung dengan penjualan reguler.


Apabila transaksi konsinyasi pencatatannya tidak ditetapkan tersendiri atau disatukan
dengan transaksi penjualan biasa, maka pihak konsinyor membukukan terhadap biaya-
biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan hasil penjualan konsinyasi ke dalam buku-
buku pihak konsinyor dengan mendebet perkiraan biaya-biaya yang bersangkutan.
Namun apabila barang-barang konsinyasi yang dititipkan pada konsinyi belum terjual,
maka biaya-biaya tersebut harus ditangguhkan pembebanannya. Jika konsinyor
menggunakan metode perpetual, maka penyerahan barang-barang kepada konsinyi dicatat
dalam memorandum. Apabila diterima laporan perhitungan penjualan dari konsinyi,
diperlakukan sama seperti bila terjadi penjualan regular pos jurnal pada saat tutup buku
disertai dengan pos jurnal yang menangguhkan biaya-biaya yang berkaitan dengan
produk yang belum terjual, yaitu dengan mendebet perkiraan biaya yang ditangguhkan
pembebanannya sebesar alokasi biaya untuk barang yang belum terjual dan mengkredit
perkiraan biaya-biaya yang masih melekat pada produk yang belum terjual.
Sedangkan jika memakai metode phisik, maka penyerahan barang-barang kepada
konsinyi yang semula dicatat dalam memorandum, pada saat diterima laporan
perhitungan penjualan dari konsinyasi, diperlakukan sama seperti bila terjadi penjualan
reguler. Sedangkan biaya-biaya yang dikeluarkan konsinyi yang masih melekat pada
produk yang belum terjual, maka bagian biaya tersebut dijurnal dengan mendebet barang-
barang konsinyasi, sejumlah biaya yang masih melekat produk yang belum terjual. Pada
akhir periode, harga pokok barang konsinyasi yang belum terjual dan biaya angkut yang
dikeluarkan konsinyor, yang masih melekat pada produk yang belum terjual akan dikredit
dan barang-barang konsinyasi didebet, sehingga saldo barang-barang konsinyasi
menunjukkan harga pokok barang-barang konsinyasi serta biaya-biaya yang masih
melekat pada barang-barang konsinyasi yang belum terjual.

4. Penyusunan Laporan Laba Rugi


Laporan Keuangan khususnya Laporan Laba Rugi pada suatu perusahaan
dalam pencatatan dan penyajiannya hendaknya sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan yang lazim diterima umum, karena hal itu dapat memberikan kemudahan
bagi para pemakai informasi laporan keuangan baik dari pihak intern maupun ekstern
perusahaan sebagai dasar dalam mengambil keputusan serta sebagai penilaian akan
keberadaan pengurus dalam mengelola sumber daya yang dipercayakan kepadanya.
Laba rugi penjualan konsinyasi dapat disajikan dalam laporan laba rugi tidak
terpisah antara penjualan regular maupun penjualan konsinyasi, apabila cara ini yang
dipakai maka laba rugi bersih antara penjualan regular dan penjualan konsinyasi tidak
tampak, sedangkan laporan laba rugi yang disajikan secara terpisah baik untuk
penjualan regular maupun penjualan konsinyasi akan tampak jelas berapa laba rugi
bersih antara penjualan regular dengan penjualan konsinyasi.
Untuk perusahaan dagang yang memiliki persentase barang konsinyasi lebih
besar dibandingkan barang regular sebaiknya menyajikan laporan laba ruginya secara
terpisah.
Laba rugi penjualan konsinyasi dapat disajikan dalam laporan perhitungan
laba | Course Hero

Anda mungkin juga menyukai