Anda di halaman 1dari 42

TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS PEMERINTAHAN

DESA DALAM PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN


DAN BELANJA DESA LAPANG KECAMATAN JOHAN
PAHLAWAN KEBUPATEN ACEH BARAT

PROPOSAL

Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Final pada Mata Kuliah Penulisan Karya
Ilmiah

Oleh:

MEILINDA TINA BELLA

1901103010123

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SYIAH KUALA

DARUSSALAM-BANDA ACEH
2022
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Usaha peningkatan transparansi dan akuntabilitas dalam

pengelolaan keuangan desa terus dilakukan oleh pemerintahan desa.

Mengaplikasikan standar akuntansi pemerintahan dapat menjadi cara.yang

efektif dalam peningkatan transparansi dan akuntailitas dalam pengelolaan

keuangan pada suatu desa.

Transparansi adalah keterbukaan pemerintah dalam membuat

kebijakan-kebijakan sehingga dapat diketahui masyarakat (Sangki, Gosal,

& Khairupan, 2016). Transparansi wajib diterapkan pada pengelolaan

keuangan desa sehingga dapat diakses oleh semua orang ataupun

masyarakat yang memiliki kepentingan. Contoh dokumen-dokumen yang

wajib diinformasikan oleh kepala desa kepada seluruh masyarakat desa

dan BPD, yaitu Laporan realisasi APBDes, Laporan realisasi program dan

kegiatan, Kegiatan yang belum selesai atau terlaksasana, Sisa Anggaran,

serta alamat pengaduan.

Akuntabilitas merupakan kewajiban untuk memberikan

pertanggungjawaban atau menjawab, dan menerangkan kinerja serta

tindakan seseorang badan hukum pimpinan suatu organisasi kepada pihak

yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau

1
pertanggungjawaban (Faridah & Suryono, 2015). Akuntabilitas juga

merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh kepala desa dalam

membuat dan mempertanggungjawabkan keuangan desa yaitu laporan

realisasi APBDes yang dipertanggungjawabkan terhadap pemerintah

seperti Bupati, serta Wali kota melalui camat sering disebut dengan

Akuntabilitas Vertikal, pertanggungjawaban kepada BPD sering disebut

Akuntabilitas horizontal, serta pertanggungjawaban masyarakat sering

disebut dengan Akuntabilitas sosial. Akuntabilitas harus mewujudkan

kewajiban dalam mempertanggungjawabkan hasil kebijakan pemerintahan

desa kepada masyarakat berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Pada suatu desa sangat memerlukan keuangan desa yang bersifat

transparan, akuntabel sehingga partisipasi masyarakat semakin berkualitas

dikarenakan memperoleh informasi yang benar, jujur, dan tidak

diskriminatif.

Fenomena yang menjadi beberapa permasalahan mendasar dalam

akuntabilitas pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa di desa

rendah karena Sumber Daya Manusia (SDM) dalam mengelola laporan

pertanggungjawaban APBDes belum memadai. Kurangnya Transparansi

pemerintah desa dalam pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Desa, serta banyaknya kebijakan pemerintah desa yang dibuat tidak

diketahui oleh masyarakat.

2
Penelitian ini menggunakan beberapa referensi penelitian terdahulu

sebagai acuan dan landasan penelitian. yaitu: (1) Syerli. 2021. dengan

judul

7
“Akuntabilitas Pemerintahan Desa dalam Pengelolaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) di Desa Tamannyeleng

Kecamatan Barombong Kabupaten Gowa Tahun 2018 dan 2019” Hasil

penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan pengelolaan

APBDes dilakukan secara transparansi dan dapat dipertanggungjawabkan,

namun masih ada beberapa indikator dari kriteria akuntabel yang belum

terpenuhi oleh Pemerintah Desa Tamannyeleng. (2) Bambang Suryono.

2015. Dengan judul “Transparansi dan Akuntabilitas Pemerintahan Desa

dalam Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)”,

Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi, (Vol.4 No.5) Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa Kepala Desa diDesa Sidogedungbatu Kecamatan

Sangkapura Kabupaten Gresik telah melaksanakan prinsip-prinsip

transparansi dan akuntabilitas pada pengelolaan APBDes tahun anggaran

2013. Secara umum transparansi dan akuntabilitas diDesa Sidogedungbatu

Kecamatan Sangkapura Kabupaten Gresik sudah berjalan dengan baik,

walaupun masih ada beberapa kelemahan yang masih harus diperbaiki. (3)

Rizal, Sri Adelia Fitri, Devi Rantika. 2018. Dengan judul “Akuntabilitas

dan Transparansi Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

(APBDes) Tahun 2016” Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

pemerintah nagari Balimbing Kecamatan Rambatan Kabupaten Tanah

Datar sudah menerapkan prinsip akuntabilitas dan transparansi dalam

pengelolaan APB Nagari. Secara umum akuntabilitas dan transparansi

3
sudah mulai diterapkan dengan baik. Namun, masih ada beberapa

indikator dan kriteria akuntabel

7
dan transparan yang belum terpenuhi oleh pemerintah Nagrai Balimbing.

(4) Ramadhanis, M. Ahyaruddin. 2019. Dengan Judul “Akuntabilitas dan

Transparansi Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

(APBDes)” Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemerintah Nagari

Pakan Rabaa Utara Kecamatan Kota Parik Gadang Diateh Kabupaten

Solok Selatan sudah menerapkan prinsip akuntabilitas dan transparansi

pada pengelolaan APB Nagari. Secara umum akuntabilitasn dan

transparansi sudah mulai diterapkan. Tetapi, masih ada beberapa indicator

dari kriteria akuntabilitas dan transparansi yang masih belum diterapkan

oleh pemerintah Nagari Pakan Rabaa Utara. (5) Ersi, Ronny dan Stefanus.

2019. Dengan Judul “Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa Sinsingon Kecamatan Passi

Timur Kabupaten Bolaang Mangondow” Hasil Penelitian ini menunjukkan

bahwa Desa Sinsingon Kecamatan Pasi Timur Kabupaten Bolaang

Mangondow sudah memenuhi kriteria transparansi pada pengelolaan APB

tersebut.

Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya, terjadi research

gap atau perbedaan hasil penelitian terdahulu, oleh karena itu peneliti

ingin melakukan penelitian lebih lanjut. Mengenai: “Transparasi dan

Akuntabilitas Pemerintahan Desa dalam Pengelolaan Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan

Kabupaten Aceh Barat”.

4
7
1.2 Rumusan Masalah

Masalah pokok dalam penelitian ini adalah: Bagaimana penerapan

transparansi dan akuntabilitas Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa

(APBDes) diDesa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh

Barat?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk, yaitu:

1. Mengetahui Transparansi Pengelolaan Anggaran Pendpatan dan

Belanja Desa (APBDes) pada Desa Lapnag, Kecamatan Johan

Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat.

2. Mengetahui Akuntabilitas Pengelolaan Anggaran Pendpatan dan

Belanja Desa (APBDes) pada Desa Lapnag, Kecamatan Johan

Pahlawan, Kabupaten Aceh Barat.

1.4 Manfaat Penelitian

Proposal penelitian ini diharapkan adapat memberikan manfaat

sebagai berikut:

1. Dapat memberikan wawasan pengetahuan yang luas mengenai

transparansi dan akuntabilitas pada keuangan pemerintahan desa.

2. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat menjadi pedoman

serta bahan perbandingan bagi peneliti dalam melakukan

penelitian selanjutnya

5
3. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam pengaplikasian transparansi dan akuntabilitas

pada pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja desa yang baik

dalam pemerintahan desa dalam meningkatkan kemampuan

keuangan pada desa yang transparan dan akuntabel.

9
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1. Transparansi

Transparansi merupakan keterbukaan pemerintah dalam membuat

kebijakan-kebijakan sehingga dapat diketahui oleh masyarakat (Sangki,

dkk, 2016). Transparansi pada akhirnya akan menciptakan akuntabilitas

antara pemerintah dengan rakyat. Jadi transparansi adalah memberikan

informasi pengelolaan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat,

berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk

mengetahui secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban

pemerintah dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya

dan ketaatannya pada peraturan perundang-undangan.

Prinsip transparansi pemerintah paling tidak dapat diukur melalui

sejumlah indikator sebagai berikut (Lauranti, 2018) :

 Adanya sistem keterbukaan dan standarisasi yang jelas dan mudah

dipahami dari semua proses penyelenggaraan pemerintahan.

 Adanya mekanisme yang memfasilitasi pertanyaan-pertanyaan

publik tentang proses dalam penyelenggara pemerintahan.

 Adanya mekanisme pelaporan maupun penyebaran penyimpangan

tindakan aparat publik didalam kegiatan penyelenggaraan

pemerintahan.

10
Transparansi menjadi sangat penting bagi pelaksanaan fungsi-

fungsi pemerintah dalam menjalankan mandat dari rakyat. Mengingat

pemerintah saat memiliki kewenangan mengambil berbagai keputusan

penting yang berdampak bagi orang banyak, pemerintah harus

menyediakan informasi yang lengkap mengenai apa yang dikerjakannya.

Dengan transparansi, kebohongan sulit untuk disembunyikan.Dengan

demikian transparansi menjadi instrumen penting yang dapat

menyelamatkan uang rakyat dari perbuatan korupsi.

Transparansi pengelolaan keuangan publik merupakan prinsip

good governance yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik.

Menurut (Mahmudi, 2010) dengan dilakukannya transparansi tersebut

publik akan memperoleh informasi yang aktual dan faktual, sehingga

mereka dapat menggunakan informasi tersebut untuk, yaitu:

 Membandingkan kinerja keuangan yang dicapai dengan yang

direncanakan (realisasi vs anggaran).

 Menilai ada tidaknya korupsi dan manipulasi dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan pertanggungjawaban anggaran.

 Menentukan tingkat kepatuhan terhadap peraturan perundangan

yang terkait.

 Mengetahui hak dan kewajiban masing-masing pihak, yaitu antara

manajemen organisasi sektor publik dengan masyarakat dan

dengan pihak lain yang terkait.

11
2.1.2. Akuntabilitas

Akuntabilitas merupakan kewajiban untuk memberikan

pertanggungjawaban atau menjawab, dan menerangkan kinerja serta

tindakan seseorang badan hukum pimpinan suatu organisasi kepada pihak

yang memiliki hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan atau

pertanggungjawaban (Faridah & Suryono, 2015). Menurut (LAN &

BPKP, 2000) dalam pelaksanaan akuntabilitas dilingkungan instansi

pemerintah, dapat diperhatikan prinsip-prinsip akuntabilitas sebagai

berikut:

 Harus ada komitmen dari pimpinan dan seluruh staf instansi untuk

melakukan pengelolaan pelaksanaan misi agar akuntabel.

 Harus merupakan suatu sistem yang dapat menjamin penggunaan

sumber-sumber daya secara konsisten dengan peraturan

perundang- undangan yang berlaku.

 Harus dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan dan sasaran

yang telah ditetapkan.

 Harus berorientasi pada pencapaian visi dan misi serta hasil dan

manfaat yang diperoleh.

 Harus jujur, objektif, transparan, dan inovatif sebagai katalisator

perubahan manajemen instansi pemerintah dalam bentuk

pemutakhiran metode dan teknik pengukuran kinerja dan

penyusunan laporan akuntabilitas.

12
Menurut (Mardiasmo, 2009:21) Akuntabilitas terdiri atas 2 macam,

yaitu sebagai berikut:

 Akuntabilitas vertical (vertical accountability)

Pertanggungjawaban vertikal adalah pertanggungjawaban

atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya

pertanggungjawaban unit-unit kerja ( dinas ) kepada pemerintah

daerah, pertanggungjawaban pemerintah daerah kepada pemerintah

pusat, dan pemerintah pusat kepada MPR.

 Akuntabilitas horizontal (horizontal accountability)

Pertanggungjawaban horizontal adalah

pertanggungjawaban kepada Masyarakat luas.

2.1.3. Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa ( APBDes )

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa ( APBDesa ) merupakan

rencana keuangan tahunan pemerintah desa. APBDesa merupakan

dokumen formal hasil kesepakatan antara pemerintah desa dan badan

permusyawaratan desa yang berisi tentang belanja yang ditetapkan untuk

melaksanakan kegiatan pemerintah desa selama satu tahun dan sumber

pendapatan yang diharapkan untuk menutup keperluan belanja tersebut

atau pembiayaan yang diperlukan bila diperkirakan akan terjadi defisit

atau surplus. APBDesa disusun dengan memerhatikan RPJMDesa,

RKPDesa, dan APBDesa tahun sebelumnya.

13
Tata kelola pemerintahan yang baik dapat dilihat dari proses

penyusunan, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban APBDesa. Pengelolan

APBDesa didasarkan pada prinsip partisipasi, transparansi dan

akuntabilitas serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran, sehingga

akan mendorong dan memastikan bahwa pemerintahan desa akan dikelola

dengan baik.

Secara rinci manfaat penyusunan APBDes diantaranya yaitu

sebagai berikut:

 APBDes sebagai panduan bagi pemerintah desa dalam menentukan

strategi operasional kegiatan berdasarkan kebutuhan dan

ketersediaan dana pendukung.

 Indikator dalam menentukan jumlah dan besarnya pungutan yang

dibebankan kepada masyarakat secara proporsional.

 Bahan pertimbangan dalam menggali sumber pendapatan lain di

luar pendapatan asli desa, seperti melalui pinjaman atau jenis usaha

lain.

 Memberikan kewenangan kepada pemerintah desa untuk

menyelenggarakan administrasi keuangan desa sesuai dengan

peraturan yang telah ditetapkan.

 Memberikan arahan terhadap penyelenggaraan pemerintahan desa

sekaligus sebagai sarana untuk melakukan pengawasan terhadap

seluruh kegiatan pemerintah desa.

14
 Gambaran mengenai arah kebijakan pembangunan pemerintah desa

setiap tahun anggaran.

 Memberi isi terhadap model penyelenggaraan pemerintah desa

dalam mewujudkan good governance.

 Meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat melalui perencanaan

pembangunan dan pembiayaan secara komprehensif.

2.1.4. Kebijakan Keuangan Desa

Dalam penyelenggaraannya kewenangan desa didanai dari

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), yaitu bantuan

pemerintah dan pemerintah daerah.Sedangkan penyelenggaraan keperluan

pemerintah daerah yang diselenggarakan oleh pemerintah desa didanai

dari APBD.

Sumber-sumber pendapatan desa yang diatur dalam Pemendagri

tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa adalah sebagai berikut:

 Pendapatan Asli Desa (PADesa)

 Bagi hasil pajak Kabupaten/Kota

 Bagian dari Retribusi Kabupaten/Kota

 Alokasi Dana Desa

 Bantuan Keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi,

Pemerintah Kabupaten/Kota dan Desa lainnya

 Hibah

 Sumbangan pihak ketiga.

15
2.1.5. Pengelolaan Keuangan Desa

Pengelolaan keuangan desa meliputi perencanaan, pelaksanaan,

penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban sebagai berikut:

1. Perencanaan

 Sekdes menyusun Raperdes tentang APB Desa yang akan dibahas

dan disepakati antara Kades dan BPD

 APB Desa disampaikan kepada bupati/wali kota melalui camat

paling lambat bulan Oktober tahun berjalan

 APB Desa dievaluasi oleh bupati/wali kota selama maksimal 20

hari kerja, dan kepala desa harus melakukan penyempurnaan

selama 7 hari jika APB Desa dinyatakan Raperdesa tidak sesuai

 Prioritas penggunaan dana desa ditetapkan dalam musyawarah

desa antara BPD,Pemdes, dan unsur masyarakat.

2. Pelaksanaan

 Pengeluaran dan penerimaan dilaksanakan melalui rekening kas

desa atau sesuai ketetapan pemerintah kabupaten/kota, dengan

dukungan buktiyang lengkap dan sah

 Pemdes dilarang melakukan pungutan selain yang ditetapkan

dalam Perdes

16
 Bendahara dapat menyimpan uang dalam kas desa dan besarannya

ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Wali kota

 Pengadaan barang dan/atau jasa di desa diatur dengan Peraturan

Bupati/Walikota.

 Penggunaan biaya tak terduga harus dibuat rincian RAB dan

disahkan kepala desa.

3. Penatausahaan

 Wajib dilaksanakan oleh bendahara desa

 Pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran

 Melakukan tutup buku setiap akhir bulan

 Mempertanggungjawabkan uang melalui laporan

 Laporan disampaikan setiap bulan kepada kepala desa paling

lambat tanggal 10 bulan berikutnya

 Menggunakan Buku Kas Umum, Buku Kas Pembantu Pajak, dan

Buku Bank.

4. Pelaporan dan Pertanggungjawaban

 Kepala desa menyampaikan laporan kepada bupati/wali kota

melalui camat yang terdiri dari laporan realisasi pelaksanaan APB

Desa semester pertama dan semester akhir tahun;

17
 Laporan pertanggungjawaban realisasi Pelaksanaan APB Desa

disampaikan setiap Akhir Tahun Anggaran yang terdiri atas

pendapatan, belanja dan biaya, di mana ditetapkan dengan Perdes;

 Lampiran format laporan adalah sebagai berikut:

 Pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APB Desa

Tahun Anggaran berkenaan

 Kekayaan milik desa per 31 Desember tahun anggaran

berkenaan

 Program pemerintah dan pemerintah daerah yang masuk ke

desa

2.1.6. Asas-Asas Pengelolaan Keuangan

Sesuai Permendagri Nomor 113 Tahun 2014, keuangan desa

dikelola berdasarkan asas-asas berikut.

 Transparan, yaitu prinsip keterbukaan yang memungkinkan

masyarakat mengetahui dan mendapatkan akses informasi seluas-

luasnya tentang keuangan desa. Keterbukaan, dalam arti segala

kegiatan dan informasi terkait pengelolaan keuangan desa dapat

diketahui dan diawasi oleh pihak lain yang berwenang.

 Akuntabel, yaitu perwujudan kewajiban untuk

mempertanggungjawaban pengelolaan dan pengendalian sumber

daya dan pelaksanaan kebijakan yang dipercayakan dalam rangka

pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Akuntabel mempunyai

18
pengertian bahwa setiap tindakan atau kinerja pemerintah/lembaga

dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak-pihak yang memiliki

hak atau berkewenangan untuk meminta keterangan akan

dipertanggungjawabkan (LAN, 2003).

 Partisipatif, yaitu penyeleggaraan pemerintahan desa yang

mengikutsertakan kelembagaan desa dan unsur masyarakat desa.

Mempunyai pengertian bahwa setiap tindakan dilakukan dengan

mengikutsertakan keterlibatan masyarakat, baik secara langsung

maupun tidak langsung melalui lembaga perwakilan yang dapat

menyalurkan aspirasinya.

 Tertib dan disiplin anggaran, yaitu pengelolaan keuangan desa

harus mengacu pada aturan atau pedoman yang melandasinya.

Mempunyai pengertian bahwa anggaran harus dilaksanakan secara

konsisten denganpencatatan atas penggunaannya sesuai dengan

prinsip akuntansi keuangan di desa. Hal ini dimaksudkan bahwa

pengelolaan keuangan desa harus sesuai dengan Peraturan

Perundang-undangan yang berlaku.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu sangat penting sebagai dasar dalam rangka

penyusunan penelitian ini. Kegunaannya adalah untuk mengetahui hasil

yang telah dilakukan oleh para peneliti terdahulu. Berikut adalah deskripsi

penelitian relevan yang diambil dalam penelitian ini .

19
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Metode Hasil Penelitian


1. Syerli “Akuntabilitas Metode Hasil penelitiannya
(2021) Pemerintahan Desa penelitian menunjukkan bahwa
dalam Pengelolaan yang secara keseluruhan
Anggaran digunakan pengelolaan
Pendapatan dan adalah APBDes dilakukan
Belanja Desa kualitatif secara transparansi
(APBDes) di Desa deskriptif dan dapat
Tamannyeleng dipertanggungjawab
Kecamatan kan, namun masih
Barombong ada beberapa
Kabupaten Gowa indikator dari
Tahun 2018 dan kriteria akuntabel
2019” yang belum
terpenuhi oleh
Pemerintah Desa
Tamannyeleng.
2. Bambang “Transparansi dan Metode Penelitian tersebut
Suryono Akuntabilitas penelitian menunjukkan bahwa
(2015) Pemerintahan Desa yang Kepala Desa diDesa
dalam Pengelolaan digunakan Sidogedungbatu

20
Anggaran adalah Kecamatan
Pendapatan dan kualitatif Sangkapura
Belanja Desa deskriptif Kabupaten Gresik
(APBDes)”, telah melaksanakan
prinsip-prinsip
transparansi dan
akuntabilitas pada
pengelolaan
APBDes tahun
anggaran 2013.
Secara umum
transparansi dan
akuntabilitas diDesa
Sidogedungbatu
Kecamatan
Sangkapura
Kabupaten Gresik
sudah berjalan
dengan baik,
walaupun masih ada
beberapa kelemahan
yang masih harus
diperbaiki.
3. Rizal, Sri “Akuntabilitas dan Metode Hasil penelitian ini
Adelia Transparansi penelitian menunjukkan bahwa
Fitri, Devi Pengelolaan yang pemerintah nagari
Rantika. Anggaran digunakan Balimbing
(2018) Pendapatan dan adalah Kecamatan
Belanja Desa kualitatif Rambatan
(APBDes) Tahun deskriptif Kabupaten Tanah
2016” Datar sudah

21
menerapkan prinsip
akuntabilitas dan
transparansi dalam
pengelolaan APB
Nagari. Secara
umum akuntabilitas
dan transparansi
sudah mulai
diterapkan dengan
baik. Namun, masih
ada beberapa
indikator dan kriteria
akuntabel dan
transparan yang
belum terpenuhi oleh
pemerintah Nagrai
Balimbing.
4. Ramadhan “Akuntabilitas dan Metode Hasil penelitian ini
is, M. Transparansi penelitian menunjukkan bahwa
Ahyaruddi Pengelolaan yang pemerintah Nagari
n (2019) Anggaran digunakan Pakan Rabaa Utara
Pendapatan dan adalah Kecamatan Kota
Belanja Desa kualitatif Parik Gadang Diateh
(APBDes)” deskriptif Kabupaten Solok
Selatan sudah
menerapkan prinsip
akuntabilitas dan
transparansi pada
pengelolaan APB
Nagari. Secara
umum akuntabilitasn

22
dan transparansi
sudah mulai
diterapkan. Tetapi,
masih ada beberapa
indikator dari
kriteria akuntabilitas
dan transparansi
yang masih belum
diterapkan oleh
pemerintah Nagari
Pakan Rabaa Utara.
5. Ersi, “Transparansi dan Metode Hasil Penelitian ini
Ronny Akuntabilitas penelitian
menunjukkan bahwa
dan Pengelolaan yang
Desa Sinsingon
Stefanus Anggaran digunakan
(2019) Pendapatan dan adalah Kecamatan Pasi
Belanja Desa deskriptif
Timur Kabupaten
Sinsingon kualitatif
Bolaang
Kecamatan Passi
Timur Kabupaten Mangondow sudah
Bolaang
memenuhi kriteria
Mangondow”
transparansi pada

pengelolaan APB

tersebut.

6. Suci Indah “Akuntabilitas dan Metode Hasil penelitiannya


Hanifah Transparansi Penelitian
adalah manajemen
dan Pertanggungjawab yang
keuangan Desa
Sugeng an Anggaran digubakan

23
Praptoyo Pendapatan adalah Kepatih sudah
(2015) Belanja Desa kualitatif
berdasarkan
(APBDes)” deskriptif
Peraturan Menteri

Dalam Negeri No.37

tahun 2007 yang

menunjukkan

pelaksanaan yang

akuntabel dan

transparan yang

dilihat dari

pelaporan

pertanggungjawaban

Anggaran

Pendapatan Belanja

Desa (APBDes),

namun dari sisi

pencatatan akuntansi

masih diperlukan

adanya pembinaan

dan pelatihan lebih

lanjut, karena belum

sepenuhnya sesuai

dengan ketentuan.

24
7. Dewi “Akuntabilitas dan Metode Hasil penelitian
Sartika Transparansi penelitian
menunjukkan bahwa
dan Nini Alokasi Dana Desa yang
untuk perencanaan
(2018) (ADD) Pada digunakan
Nagari Labuah adalah dan pelaksanaan
Gunuang” kualitatif
kegiatan ADD sudah
deskriptif
memperlihatkan

pengelolaan yang

akuntabel,

danberdasarkan

dalam laporan

pertanggungjawaban

dilihat secara hasil

fisik juga sudah

menunjukkan

pelaksanaan yang

akuntabel, namun

masih perlu adanya

pelatihandan

bimbingan teknis

kepada aparatur

nagari khususnya

bendahara agar bisa

menyusun laporan

25
kekayaan milik

Nagari.

8. Nani Penerapan Prinsip Metode Hasil penelitian


Anggriani, Akuntabilitas Dan penelitian
dapat dilihat dari
Idang Transparansi yang
perbandingan
Nurodin, Dalam Pengelolaan digunakan
dan Deni Anggaran adalah Peraturan Menteri
Iskandar Pendapatan Dan kualitatif
dalam Negeri Nomor
(2019) Belanja Desa deskriptif
113 Tahun 2014

dengan hasil

realisasi di lapangan,

Pengelolaan

Anggaran

Pendapatan dan

Belanja Desa dari

tahap Perencanaan,

Pelaksanaan,

Penatausahaan,

Pelaporan dan

Pertanggungjawaban

secara garis besar

sudah sesuai dengan

Peraturan Menteri

dalam Negeri Nomor

26
113 Tahun 2014

tentang Pengelolaan

Keuangan, meskipun

terdapat beberapa

hal dalam

Perencanaan,

Pelaksanaan,

Penatausahaan,

Pelaporan dan

pertanggungjawaban

yang masih belum

sesuai dikarenakan

sumber daya

manusia yang

kurang mendukung.

9. Ersi Erlita “Transparansi dan metode Hasil penelitian yang


Mokalu, Akuntabilitas penelitian
dilakukan dapat
Roony Pengelolaan yang
dirangkum bahwa
Gosal, dan Anggaran digunakan
Stefanus Pendapatan dan adalah transparansi dan
Sampe Belanja Desa kualitatif
akuntabilitas
(2018) Sinsingon deskriptif
pengelolaan
Kecamatan Passi
Timur Kabupaten APBDes di Desa
Bolaang
Sinsingon,
Mongondow”

27
Kecamatan Passi

Timur, Kabupaten

Bolaang

Mongondow sudah

berdasarkan pada

prinsip transparansi

dan bisa

dipertanggungjawab

kan.

10. Aci “Tranparansi dan metode Hasil penelitian ini


Relandani, Akuntabilitas penelitian
menunjukan bahwa
Fatchur Anggaran yang
Desa Ngasem telah
Rohman Pendapatan dan digunakan
(2020) Belanja Desa adalah melakukan
(Studi Kasus di kualitatif
transparasi dan
Desa Ngasem deskriptif
akuntabilitas dalam
Kecamatan Batealit
Kabupaten Anggaran
Jepara)”
Pendapatan dan

Belanja Desa tahun

anggaran 2018.

Secara umum

transparasi dan

akuntabilitas di Desa

Ngasem sudah

28
sesuai ketentuan dan

sudah berjalan baik

dan lancar.

2.3 Kerangka Penelitian

Kerangka pemikiran merupakan acuan dalam meneruskan penulisan

skripsi, sehingga tulisan menjadi lebih terarah sesuai dengan tujuannya.

Kerangka pemikiran yang dikembangkan disajikan dalam gambar berikut:

Transparansi
(X1)

Anggaran
Desa
Pendapatan dan
Lapang
Belanja Desa
(APBDes) (Y)
Akuntabilitas
(X2)

Gambar 2.1
Kearangka Penelitian

Keterangan :
X1 = Transparansi
X2 = Akuntabilitas
Y = Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)
Object = Desa Lapang

29
2.4 Hipotesis

Berdasarkan pembahasan yang telah peneliti sebutkan terdahulu maka

penulis mengajukan hipotesa sebagai berikut :

H1 : Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat sudah


memenuhi kriteria transparansi pada pengelolaan APBDes
H2 : Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat sudah
memenuhi kriteria akuntabilitas pada pengelolaan APBDes

30
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Ruang Lingkup Penelitian

Desain penelitian adalah susunan rencana sistematis yang meliputi

pengumpulan, pengukuran dan analisis data, berdasarkan pertanyaan

peneliti dari studi (Sekaran & Bougie, 2019). Desain penelitian meliputi

enam aspek dasar yaitu tujuan penelitian, jenis penelitian, tingkat

intervensi peneliti, situasi penelitian, unit analisis, dan horizon waktu.

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan

pendekatan kualitatif. metode deskriptif adalah suatu metode dalam

meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu

sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.

Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi,

gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai

fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang terselidiki

(Nazir, 2014).

Sedangkan menurut Sugiyono (2019:18) metode penelitian

kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat

31
postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang

alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah

sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara

trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil

penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari generalisasi. Jadi,

deskriptif kualitatif yaitu suatu metode yang menggambarkan fenomena

melelui deskripsi dalam bentuk kalimat dan bahasa yang menggunakan

bahasa alamiah. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui

Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Desa didesa Lapang.

Tingkat intervensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah

intervensi minimal karena peneliti tidak ikut campur tangan dalam

memengaruhi perkembangan responden. Peneliti hanya mengumpulkan,

menguji dan mengolah data yang diperoleh (Sekaran & Bougie,

2017:114). Penulis hanya melihat bagaimana transpransi dan akuntabilitas

pada pemerintahan desa dalam pengolahan APBDes.

Situasi dalam penelitian terbagi menjadi dua jenis yaitu situasi

yang diatur dan tidak diatur. Situasi studi dalam penelitian ini tidak diatur

yang berarti penelitian ini dilakukan di lingkungan yang normal (Sekaran

& Bougie, 2017:115). Situasi dalam penelitian ini berlangsung secara

alami, penulis hanya melakukan pengumpulan data dan selanjutnya

dianalisis, untuk mengetahui transparansi dan akuntabilitas dalam

pengelolaan anggaran dan belanja desa.

32
3.2 Jenis dan Sumber Data

3.2.1Jenis Data

Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif dimana jenis data

non-numerik atau tidak dapat diproses dalam bentuk angka. Umumnya

hanya bisa diamati dan dicatat sehingga menghasilkan suatu informasi.

3.2.2Sumber Data

Dalam penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data

primer adalah data yang diperoleh langsung dari informan yang akan

diwawancarai. Sedangkan data sekunder adalah data yang bersumber

dari dokumen-dokumen yang sudah ada, sehingga peneliti tinggal

mengkutip dan menganalisisnya (Maleong,2012).

 Data Primer

Data yang diperoleh berdasarkan keterangan dari pihak

(responden) yang terkait langsung dengan permasalahan yang

diteliti mengenai transparansi dan akuntabilitas Anggaran

Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) diDesa Lapang.

 Data Sekunder

Data sekunder adalah jenis data yang mendukung dan

menunjang kelengkapan data primer melalui bahas

33
kepustakaan, buku-buku ilmiah dan lain sebagainya. Data

sekunder yang digunakan adalah dokumen-dokumen

pemerintah Desa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan

Kabupaten Aceh Barat.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiono (2019), teknik pengumpulan data merupakan

langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari

penelitian adalah mendapatkan data. Pengumpulan data dapat dilakukan

dalam berbagai setting, berbagai sumber, dan berbagai cara. Dalam

penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada kondisi yang

alamiah, sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak

pada observasi berperanserta (participant obsersvation), wawancara

mendalam (in dept interview), dokumentasi dan gabungan ketiganya

(triangulasi) (Sugiyono,2019). Dalam penelitian ini teknik pengumpulan

data yang dilakukan yaitu dengan:

1. Observasi

Obsevasi yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematik

terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. Teknik observasi

digunakan untuk menggali data yang berupa peristiwa, tempat, lokasi,

dan benda, serta rekaman gambar.

2. Wawancara

34
yaitu teknik pengumpulan data dengan melalui interview secara

langsung dengan informan. Pemilihan informan dilakukan dengan

mempertimbangkan hal-hal yang berkaitan dengan teori yang dikaji

dalam penelitian ini, serta telah berinteraksi secara langsung dengan

pemerintah desa yang bertugas dalam pengelolaan APBDes dan juga

masyarakat desa.

3. Dokumentasi

Sugiyono (2019) mengemukakan dokumen merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan,

gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang

berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, cerita,

biografi, peraturan, dan kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar

misalnya foto,gambar hidup, dan sketsa. Dokumen berbentuk karya

misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, dan film.

Dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi

dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono,2019).

Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu berupa

pengelolaan APBDes dan yang berhubungan dengan masalah

penelitian.

3.4 Populasi dan Sampel

Populasi yang dijadikan objek penelitian yaitu Aparatur desa dan

Perwakilan Masyarakat diDesa Lapang Kecamatan Johan Pahlawan

35
Kabupaten Aceh Barat. Sampel yang diambil yaitu hasil wawancara

Kepala Desa, Tim Pengelola ADD Desa Lapang, Wakil Ketua BPD dan

Perwakilan Masyarakat. Metode yang digunakan yaitu metode sensus,

yaitu metode penarikan sampel bila semua anggota populasi dijadikan

sebagai sampel.

3.5 Definisi Operasional Variabel

1. Variabel Independen (Variabel Bebas)

a. Transparansi (X1)

Transparansi yaitu suatu bentuk keterbukaan Pemerintah Desa

dalam pengelolaan Alokasi Dana Desa terhadap pembangunan dan

pemberdayaan masyarakat Desa seperti yang termuat dalam

Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 113 Tahun

2014.

b. Akuntabilitas (X2)

Akuntabilitas yaitu salah satu upaya pemerintah mengelola Alokasi

Dana Desa sebagai bentuk pertanggungjawaban kepada masyarakat

dengan merencanakan, menyajikan, melaporkan, dan

mengungkapkan seluruh aktivitas pembangunan dan

pemberdayaan masyarakat Desa yang termuat dalam Peraturan

Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 113 Tahun 2014.

2. Variabel Terikat (Dependen Variable)

a. Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes)

36
Anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes) merupakan

suatu proses rencana keuangan tahunan pemerintah desa yang telah

dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan badan

permusyawaratan daerah yang ditetapkan dengan peraturan desa

yang meliputi pendapatan, belanja, dan pembiayaan.

3.6 Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini digunakan metode analitis deskriptif kualitatif.

Menurut Sugiyono (2017:147) metode analisis deskriptif adalah statistik

yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan

atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya

tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau

generalisasi.

Menurut Sugiyono (2019:18) metode penelitian kualitatif adalah

metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme,

digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai

lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument

kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan),

analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih

menekankan makna dari generalisasi.

Miles and Huberman (1984) dalam buku Metode Penelitian

Kuantitatif dan R&D mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data

37
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus

sampai tuntas sehingga datanya sudah jenuh. (Sugiyono, 2019:321).

Menurut Sugiyono (2019:322) dalam penelitian kualitatif digunakan

beberapa komponen dalam analisis data:

1.Data Collection (Pengumpulan Data) Dalam penelitian kualitatif

pengumpulan datanya dengan melakukan observasi, wawancara

mendalam, dan dokumentasi, atau gabungan ketiganya

(triangulasi).

2.Data Reduction (Reduksi Data) Mereduksi data berarti merangkum,

memilih dan memilah hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-

hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data

yang telah direduksi akan memeberikan gambaran yang jelas dan

mempermudah peneliti.

3.Data Display (Penyajian Data) Dalam penelitian kualitatif, penyajian

data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan

antar kategori, flowchart dan sejenisnya. Namun, Miles and

Huberman (1984) mengemukakan bahwa yang paling sering

digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif

adalah dengan teks yang bersifat naratif.

4.Conclusion Drawing/Verification Kesimpulan dalam penelitian

kualitatif adalah merupakan temuan baru yang sebelumnya belum

pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau gambaran suatu

obyek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap sehingga

38
setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau

interaktif, hipotesis atau teori.

Dengan mengikuti metode analisis yang dikemukakan Sugiyono,

maka analisis data yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan transparansi

dan akuntabilitas pemerintahan desa dalam pengelolaan anggaran

pendapatan dan belanja desa.

2. Data yang dikumpulkan akan dirangkum dan memilah data yang

pokok sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas bagi

penulis.

3. Kemudian data akan diuraikan untuk menjelaskan mengenai

penerapan transparansi dan akuntabilitas pada pemerintahan desa.

4. Dan terakhir data akan disimpulkan dari hasil pengamatan terkait

transparansi dan akuntabilitas pemerintahan desa dalam

pengelolaan anggaran pendapatan dan belanja desa.

3.7 Model Analisis Data

Menganalisis data kualitatif pada penelitian ini yaitu menggunakan

model analisis data Interaktif Miles & Huberman. penelitian kualitatif

memungkinkan dilakukan analisis data ketika peneliti berada di lapangan

ataupun sesudah kembali dari lapangan baru diadakan analisis. Dalam

penelitian ini analisis data telah dilakukan bersamaan dengan proses

pengumpulan data. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Miles dan

39
Huberman (1984: 23) alur analisis mengikuti model analisis interaktif.

Dalam penelitian proses analisis ini dilakukan melalui 4 tahap, yaitu:

1.Pengumpulan data yang didapat dari hasil wawancara, observasi,

serta dokumentasi.

2.Reduksi data setelah terkumpulnya data dibuat reduksi data untuk

menentukan data yang relevan, data yang mengarah untuk

pemecahan masalah, penemuan, serta menjawab pertanyaan

penelitian.

3.Penyajian data bisa berbentuk tulisan, gambar, table dan grafik.

4.Penarikan Kesimpulan yang dilakukan selama berlangsungnya

penelitian.

40

Anda mungkin juga menyukai