Oleh :
NOVIA APRILIANDINI
NPM. 720221438
Email : novitaapriliandini@gmail.com
ABSTRACT
This study purpose to analyze accountability and transparency in village
financial management in Arjasa Village. The method used in this research is
descriptive qualitative method. Sources of data from this study are primary data
and secondary data with data collection methods using observation, interviews,
documentation and triangulation techniques. The results of this study indicate
that the Village Financial Management in broad outline has been said to be
Accountable, because it has arranged development planning, the
implementation, administration, reporting, and the existence of accountability.
However, there is one thing that needs to be straightened out that here the
Arjasa Village Government is still delayed in the determination of the village
income and expenditure budget because the budget ceiling from the Regional
Government is late. Transparency in Arjasa Village has gone well but there is
something still lacking that is the absence of Information and Documentation
Management Officer and the absence of a public information list form provided
by the Arjasa Village government to facilitate the public to obtain information
and can get complete data.
Keywords: Accountability, Transparency, Village Financial Management
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis akuntabilitas dan
transparansi pada pengelolaan keuangan Desa Arjasa. Metode yang digunakan
pada penelitian ini adalah metode kualitatif deskriptif. Sumber data dari
penelitian ini adalah data primer dan data skunder dengan metode
pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara, dokumentasi
dan triangulasi. Adapun hasil dari penelitian ini bahwa dalam Pengelolaan
keuangan desa secara garis besar sudah dikatakan akuntabel, karena sudah
menyusun musrembang, adanya pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,dan
adanya pertanggung jawaban. Namun, ada satu hal yang perlu diluruskan
bahwa disini pemerintah Desa Arjasa masih molor dalam hal penetapan
APBDes itu dikarenakan pagu anggaran dari Pemerintah Daerah yang terlambat.
Transparansi di Desa Arjasa sudah berjalan dengan baik namun ada hal yang
masih kurang yaitu belum adanya Pejabat Pengelola Informasi dan
Dokumentasi dan belum adanya form daftar informasi publik yang di sediakan
oleh pemerintah Desa Arjasa guna mempermudah masyarakat mendapatkan
informasi dan bisa mendapatkan data yang lengkap.
Kata kunci: Akuntabilitas, Transparansi, Pengelolaan Keuangan Desa
PENDAHULUAN
TINJAUAN PUSTAKA
Teori Keagenan
Teori keagenan adalah konsep yang menjelaskan hubungan kontraktual
antara klien dan agen. Pihak prinsipal adalah pihak yang menyuruh pihak lain,
yaitu. agen, untuk melakukan semua tindakan atas nama prinsipal dalam
kapasitasnya sebagai pembuat keputusan. Hubungan keagenan adalah suatu
kontrak dimana satu orang atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain
(agent) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal dan memberi
wewenang kepada agen untuk membuat keputusan terbaik atas nama
prinsipal. Ketika kedua belah pihak memiliki tujuan yang sama untuk
memaksimalkan nilai pemegang saham, agen tersebut dianggap bertindak
sesuai dengan prinsip kepentingan (Jensen dan Meckling). Dalam
pemerintahan daerah di Indonesia, disadari atau tidak, teori keagenan
sebenarnya dipraktikkan; dalam organisasi sektor publik klien berarti
pemerintah dan agen, dalam hal ini kepala desa dan perangkat desa lainnya.
Teori keagenan ini digunakan untuk memantau dan mengontrol aliran uang
pemerintah pusat yang disediakan oleh pemerintah desa. Oleh karena itu,
untuk teori ini perlu adanya kontrol pemerintah desa dalam pengelolaan dan
pelaporan dana desa.
Hubungan teori keagenan dan akuntabilitas dalam pengelolaan dana
desa adalah prinsipal/wali mempercayakan pengelolaan dana desa kepada
pengurus/agen. Dalam organisasi sektor publik yang dimaksud dengan
“principals” adalah orang dan agen, pemerintah dalam hal ini kepala desa dan
perangkat desa lainnya. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 71
Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan menjelaskan hubungan
yang jelas antara teori keagenan dan akuntabilitas.
Akuntabilitas adalah kewajiban pihak pemegang amanat/agen/kepala
desa dan perangkatnya untuk mempertanggungjawabkan, menyerahkan,
melaporkan dan mengungkapkan semua kegiatan dan fungsi yang berada di
bawah tanggung jawabnya kepada wali amanat (principal), yang memiliki hak
dan wewenang untuk menuntut tanggung jawab itu. Singkatnya, kepala desa
dan perangkatnya harus bertanggung jawab untuk mengelola sumber daya
dan melaksanakan kebijakan yang dipercayakan kepada pelapor untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan secara teratur. Transparansi memberikan
informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada publik berdasarkan hak
publik untuk mengetahui, secara terbuka dan penuh, tentang tanggung jawab
pemerintah dalam mengelola sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan
dalam mematuhi hukum dan peraturan.
Pengelolaan Dana Desa
Pengelolaan adalah serangkaian tugas yang dilakukan oleh seseorang
atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Salah satu
aspek yang harus dimiliki pemangku kepentingan desa, khususnya perangkat
desa adalah pengetahuan dan pemahaman tentang pengelolaan dana desa.
Aspek ini harus dimiliki dalam rangka mewujudkan akuntabilitas dan
transparansi keuangan desa. Dalam Permendgari Nomor 113 Tahun 2014,
Pengelolaan Keuangan Desa adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan
pertanggungjawaban keuangan desa. Prinsip pengelolaan keuangan desa
terdiri dari transparansi, partisipasi, akuntabilitas, tertib dan disiplin dalam
penggunaan anggaran.
Kewenangan pengelolaan keuangan desa ada pada kepala desa dan
dibantu oleh Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD). Kepala
Desa diartikan sebagai pemegang kewenangan pengelolaan keuangan desa
dan mewakili Pemerintah Desa dalam kepemilikan kekayaan desa yang
dipisahkan. Kepala Desa berwenang: 1) menetapkan kebijakan mengenai
pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa); 2)
menetapkan Penyelenggara Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD); 3)
menentukan petugas yang melaksanakan pemungutan pendapatan desa; 4)
menyetujui pengeluaran untuk kegiatan yang ditetapkan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa (APB Desa); dan 5) melakukan tindakan yang
menimbulkan biaya atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APB
Desa). Unsur perangkat desa yang membantu Kepala Desa adalah Sekretaris
Desa, Bendahara, dan Kepala Seksi (Permendagri Nomor 113 Tahun 2014).
TRANSPARASI
Transparansi merupakan prinsip paling mendasar dalam pengelolaan
keuangan desa. Transparansi harus diterapkan atau dalam semua proses
perencanaan keuangan desa, penganggaran, pelaksanaan, penatausahaan,
pelaporan dan pertanggungjawaban. Transparansi diartikan sebagai asas
yang menjamin akses atau kebebasan bagi setiap orang untuk
memperoleh/memperoleh informasi tentang penyelenggaraan atau
penyelenggaraan suatu lembaga/perorangan, seperti keuangan, program,
penerima manfaat, dan sebagainya. Transparansi (keterbukaan) diartikan
sebagai tindakan yang dilakukan oleh Pemerintah dalam memberikan
kemudahan kepada masyarakat untuk mengakses informasi. Lebih jauh lagi,
adanya transparansi dapat membangun atau mewujudkan kepercayaan publik
terhadap akses yang memadai untuk mendapatkan informasi yang akurat.
Transparansi (keterbukaan) juga dapat diartikan sebagai himbauan
informasi mengenai proses penyelenggaraan dan penyelenggaraan
pemerintahan secara terbuka dan jujur kepada seluruh masyarakat
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat berhak untuk mengetahui atau
memahami dan dapat mengakses informasi. secara terbuka dan menyeluruh
mengenai tanggung jawab pemerintah atas pengelolaan sumber daya yang
memberikan kepercayaan dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan (Yalti, 2020).
Transparansi diartikan sebagai pelaksanaan atau pelaksanaan tugas dan
kegiatan yang terbuka untuk umum, mulai dari proses kebijakan, perencanaan,
pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian yang mudah diakses oleh
semua pihak yang membutuhkan informasi. Transparansi juga diartikan
sebagai keterbukaan organisasi dalam memberikan informasi terkait
kegiatan/aktivitas pengelolaan sumber daya publik kepada pemangku
kepentingan. Transparansi dalam pengelolaan keuangan publik diartikan
sebagai prinsip tata kelola yang baik yang harus diwujudkan oleh organisasi
sektor publik.
AKUNTABILITAS
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
deskriptif. Lokasi dalam penelitian ini adalah di Desa Arjasa Kecamatan Arjasa
Kabupaten Sumenep. Metode pengumpulan data adalah observasi, wawancara,
dan dokumentasi. Adapun informen dalam penelitian ini yakni: kepala desa,
sekretaris desa, kepala seksi, bendahara desa, dan ketua Badan
Permusyawaratan Desa (BPD). Uji keabsahan data yang digunakan adalah
triangulasi teknik, triangulasi sumber. Adapun analisis data meliputi
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan Desa
Perencanaan
Pada tahap perencanaan pada Desa Arjasa menyusun Rancangan
Peraturan Desa ada pembahasan bersama BPD jadi peraturan desa sebelum
ditetapkan menjadi peraturan desa jadi ada tahapan melalui perencanan
ditingkat dusun atau musawarah dusun, setelah adanya muswarah dusun maka
tahap selanjutnya adalah musawah desa (Musdes) maka terbentuklah RKPDes,
kemudian sekretaris desa menyampaikan hasil musyawarah tersebut kepada
kepala desa. Kemudian RKPdes tersebut disampaikan oleh kepa desa kepada
BPD untuk disepakati bersama, RKPDes tentang APBDes yang telah disepakati
bersama disampaikan oelh kepala desa kepada bupati melalui camat.
Pelaksanaan
Pelaksanaan dalam pengelolaan keuangan desa adalah tahap yang
dilakukan setelah perencanaan, pada Desa Arjasa bendahara desa membuka
rekening desa pada bank umum melalui Bank NTB Syariah dan semua
penerimaan dan pengeluaran selalu dilakukan melalui rekening desa dan harus
didukung dengan bukti yang lengkap dah sah. Pada Desa Arjasa pemerintah
desa dilarang melakukan pungutan sebagai penerimaan desa dan bendahara
dapat menyimpan uang dalam kas paling banyak Rp5.000.000. Apbila terdapat
penggunaan biaya tak terduga maka harus dibuatkan RAB, selain itu bendahara
juga menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungut.
Penatausahaan
Penatausahaan adalah tahap selanjutnya setelah pelaksanaan, dan
penatausahan ini dilakukan oleh bendahara desa. Semua yang bersangkutan
dengan keuangan dipegang olah bendahara baik dalam bentuk administrasi,
pencatatan pengeluaran maupun masukan, menggunakan buku kas umum,
buku kas pembantu pajak, dan buku bank, dan dibuat pertanggungjawabannya
masing-masing laporan pertanggungjawaban tersebut disampaikan setiap
bulan kepada kepala desa dann paling lambat tanggal 10 bulan berjalan.
Pelaporan
Pelaporan adalah tahap setelah penatausahaan, tahap ini berfungsi
untuk melaporkanatau menyampaikan hasil dari kegiatan yang telah dilakukan
dalam periode berjalan. Laporan semester pertama dan kedua disampaikan
oleh kepala desa. Laporan realisasi pertama berupa laporan realisasi APBDes,
laporan realisasi APBDes disampaikan pada akhir Juli sedangkan laporan
semester akhir tahun disampaikan paling lambat pada akhir bulan Januari
tahun berikutnya.
Pertanggungjawaban
Pertanggung jawaban adalah tahap paling akhir pada pengelolaan
keuangan desa. Pertanggungjawaban ini bertujuan untuk menyampaikan
kegiatan yang telah dilakukan kepada pihak yang berkepentingan. Kepala Desa
Arjasa telah menyampaikan Laporan Realisasi Pelaksanaan APBDes kepada
Bupati pada setiap akhir tahun anggaran, laporan pertanggungjawaban realisasi
pelaksanaan APBDes terdiri pendapatan belanja dan pembiayaan. Selain itu
pemerintah Desa Arjasa dalam mempertanggung jawabkan laporan
pengelolaan APBDes dengan cara memberikan laporanpertanggungjawaban
kepada masyarakat dengan menempelkan baliho, papan pengumuman dan
pada website desa.
Transparansi Pengelolaan Keuangan Desa
Transparansi pada Desa Arjasa secara garis besar transparansi pada
Desa Arjasa telah sesuai dengan peraturan Pasal 17 UU Nomor 14 tahun 2000
Tentang Keterbukaan Informasi Publik. Terdapat 6 indikator pada peraturan
Pasal 17 UU Nomor 14 Tahun 2000 Tentang Keterbukaan Informasi Publik yaitu:
1. Adanya Pejabat Pengelola Informasi (PPID), pada Desa Arjasa Pejabat
Pengelola Informasi hanya terdapat pada kecamatan.
2. Memiliki Daftrar Informasi Publik (DIP) pada Desa Arjasa tidak terdapat
form tertulis Daftar Informasi Publik (DIP), namun apabila masyarakat
meminta informasi maka dapat didapatkan secara lisan.
3. Memiliki Standar Oprasional Prosedur untuk standar operasional berlaku
untuk semua desa, dengan adanya standar operasional tersebut sudah
dipaparkan apa saja yang akan dilakukan dari pelaksanaan hingga
pertanggung jawaban.
4. Memiliki Website Desa pada Desa Arjasa sudah terdapat Wibsite Desa,
yang bertujuan untuk mempermudah masyarakat dalam mengakses
informasi mengenai transparansi dan akuntabilitas Desa Arjasa.
5. Memiliki Sarana Layanan Informasi, pada desa Arjasa sudah terdapat
beberapa sarana layanan informasi yaitu baliho, papan pengumuman,
website desa, dan facebook.
6. Anggaran pada desa Arjasa setiap kegiatan selalu di buatkan anggaran
misalnya seperti pembuatan baliho, website desa dan kegiatan-kegiatan
lain selalu menggunakan anggaran.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian dan analisis yang telah dilakukan oleh peneliti
dalam menilai Pengelolaan Keuangan Desa Arjasa Kecamatan Arjasa
Kabupaten Sumenep dengan mengacu pada Peraturan Bupati Sumenep Nomor
14 Tahun 2017 tentang Pengelolaan Keuangan Desa yang di mulai dari tahap
Perencanaaan, Pelaksanaan, Penatausahaan, Pelaporan dan
Pertanggungjawaban. Hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti bahwa pada
Desa Arjasa Kecamatan Arjasa Kabupaten Sumenep dalam Pengelolaan
Keuangan Desa secara garis besar sudah dikatakan Akuntabel, karena sudah
menyusun musrembang, adanya pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan,dan
adanya pertanggung jawaban. Namun, ada satu hal yang perlu diluruskan
bahwa disini Pemerintah Desa Arjasa masih molor dalam hal penetapan
APBDes itu dikarenakan pagu anggaran dari Pemerintah Daerah yang terlambat.
Transparansi di Desa Arjasa sudah berjalan dengan baik namun ada hal
yang masih kurang yaitu adalah belum adanya PPID (Pejabat Pengelola
Informasi dan Dokumentasi) dan belum adanya form daftar informasi publik
yang di sediakan oleh pemerintah Desa Arjasa guna mempermudah masyarakat
mendapatkan informasi dan bisa mendapatkan data yang lengkap.
SARAN
Adapun saran dalam penelitian ini adalah untuk Pemerintah Desa Arjasa
diharapkan untuk membuat Tim Pengelola Informasi, agar mempermudah
masyarakat dalam menyampaikan permohonan informasi dan tidak berbelit
karena dilayani dari satu pintu. Kemudian diharapkan untuk Pemerintah Desa
Arjasa untuk menyiapkan Form Daftar Informasi Publik (DIP) agar lebih
mempermudah dalam permohonan informasi yang diinginkan.
DAFTAR PUSTAKA