“Sistem Pengendalin Stratejik – Proses Pembangunan Awareness dan Alignment”
Oleh: Kelompok V Sri Reskiawati Syam (A014202005) Nur Khasanah Sahidin (A014202013)
PROGRAM PROFESI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2021 1.1 Latar Belakang Kesuksesan dalam membangun peta strategi dan balanced scorecard tingkat korporasi belum tentu dapat menjamin bahwa strategi tersebut dapat dilaksanakan dengan baik. Agar strategi dapat dilaksanakan, maka perusahaan harus menjamin agar setiap karyawan perusahaan mengetahui dan memahami strategi perusahaan tersebut. Selain itu, perusahaan juga harus meyakinkan bahwa strategì yang terdapat pada seluruh unit organisasi tidak bertentangan satu sama lain dan selaras dengan strategi perusahaan secara keseluruhan. Karena itu, proses membangun awareness dan alignment (keselarasan) menjadi hal berikutnya yang harus dilakukan perusahaan.
1.2 Membangun Keselarasan (Alignment)
Alignment berarti keselarasan, hal ini berarti bahwa perusahaan harus memiliki tujuan, strategi bahkan tolok ukur yang selaras untuk setiap bagian yang ada dalam perusahaan. Untuk melihat apakah ada keselarasan dalam perusahaan, maka harus terdapat delapan elemen yang diuji, yaitu: 1. Enterprise Value Proposition – dalam hal ini perusahaan (dalam tingkatan korporasi) harus membuat strategi yang selaras antara satu sama lain, yang natinya dapat dijadikan dasar untuk pembuatan strategi pada tingkatan yang lebih bawah. Untuk mencapai hal ini, maka korporasi harus membagi strategi menjadi empat perspektif, dan memetakannya dalam bentuk peta strategi, seper vang telah dibahas dalam modul balanced scorecard. 2. Board and Shareholders Alignment - dalam hal ini Dewan Komisaris yang mewakili kepentingan pemegang saham harus mengkaji ulang, menyetujui dan memonitor rencana stratejik dan pelaksanaan rencana stratejik dalam perusahaan. 3. Keselarasan antara strategi korporasi dengan unit penunjang yang terdapat di kantor pusat. Strategi yang telah ditentukan korporasi tentunya akan dilaksanakan. Salah satu yang akan melaksanakan adalah unit-unit penunjang yang terdapat di kantor pusat tersebut. Karena itu, harus terdapat keselarasan antara strategi, peta strategi, dan tolok ukur secara korporasi dengan unit-unit penunjang di kantor pusat yang akan melaksanakannya. 4. Keselarasan antara kantor pusat dengan unit-unit bisnisnya. Hal ini padap prinsipnya sama dengan point 3, dimana harus ada keselarasan antara strategi korporasi dengan strategi unit bisnis dibawahnya. Misalkan, Citibank USA, harus menjamin bahwa terdapat keselarasan strategi antara strategi kantor pusat dengan strategi dari Citibank yang terdapat di seluruh dunia. Hal ini berarti, penyusunan strategi, strategi map, dan balanced scorecard Citibank Indonesia misalnya, harus mengacu dan selaras dengan Citibank Pusat. 5. Keselarasan antara unit bisnis dengan unit penunjang yang terdapat dalam unit bisnis tersebut. Keselarasan ini mirip dengan persyaratan keselarasan yang terdapat pada point 3, hanya bedanyan penekanan keselaranan ini terjadi pada unit bisnis. Misalkan, pada point 3, harus dijamin ada keselarasan antara strategi korporasi dengan unit penunjang di kantorpusat Citibank, maka dalam point 5 ini harus ada keselarasan antara stateji Citibank Indonesia dengan unit bisnis yang menunjnag atau melaksanakan strategi tersebut di Indonesia. 6. Keselarasan antara unit bisnis dengan pelanggan. Seperti yang dijelaskan dalam modul balanced Scorecard, salah satu hal yang paling penting dalam penyusunan peta strategi dan balanced scorecard adalah customer value proposition yang berisi mengenai hal-hal yang dijanjikan oleh perusahaan pada customer agar customer mau membeli produk atau jasa perusahaan. Dalam hal ini, perusahaan harus meyakinkan agar customer value proposition ini benar-benar disampaikan pada customer, dan hasilnya dapat diukur dan tercermin dalam tolok ukur yang terdapat pada balanced scorecard perusahaan. Bagian ini juga telah dibahas dalam modul balanced scorecard. 7. Keselarasan antara unit bisnis dengan pemasok dan rekanan eksternal perusahaan lainnya. 8. Keselarasan antara unit penunjang yang terdapat dalam unit bisnis dengan unit penunjang yang terdapat di kantor pusat. Proses penyelarasan dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu: 1. Vertical Alignment Vertical alignment berarti harus ada keselarasan antara strategy map dan balanced scorecard yang dibuat pada level korporasi, dengan strategy map dan balanced scorecard untuk tingkatan-tingkatan dibawahnya, seperti pada tingkatan departemen, divisi bahkan perorangan. Istilah penurunan strategy map dan balanced scorecard disebut dengan cascading. Proses cascading pertama adalah penurunan dari tingkatan korporasi ke tingkatan departemen. Hal pertama yang harus diperhatikan adalah bentuk pusat pertanggungjawaban dari departement tersebut. Jika departemen tersebut merupakan profit center atau investment center, maka format strategy map untuk departemen akan sama dengan format strategy map korporasi. Namun, jika departement merupakan cost center atau revenue center, maka format dari strategy map akan sedikit berbeda. Kembali lagi pada proses cascading, maka proses vertical alignment (cascading) dapat dilakukan dengan tiga tahap, yaitu: a. Semua tujuan stratejik yang terdapat dalam strategy map korporasi akan diturunkan ke masing-masing departemen berdasarkan controllability masing masing tujuan stratejik tersebut. b. Terdapat pula tujuan stratejik departemen, yang merupakan penurunan dari tujuan stratejik korporat, namun memiliki nama tujuan stratejik yang berbeda. c. Terdapat pula tujuan stratejik yang muncul pada tingkatan departemen, tapi tidak ada pada tingkatan korporasi. d. Untuk departemen-departemen penunjang, customer value proposition pada perspektif pelanggan merupakan apa yang dijanjikan oleh departemen penunjang pada departemen yang dilayaninya 2. Horizontal Alignment Horizontal alignment berarti semua peta strategi, tujuan stratejik, balanced scorecard yang terdapat dalam masing-masing unit bisnis yang berada dalam satu tingkatan juga tidak boleh bertentangan satu sama lainnya. Misalkan strategi yang dibuat pada departemen produksi dengan departemen pemasaran tidak boleh ada yang bertentangan. Untuk menjamin keselarasan tersebut, maka setelah diselesaikan proses cascading untuk masing-masing unit bisnis, maka peta strategi dan balanced scorecard untuk masing-masing unit bisnis tersebut harus diperiksa lagi untuk menjamin adanya keselarasan tersebut.
1.3 Membangun Awareness
Proses awareness adalah upaya untuk membuat seluruh karyawan dalam perusahaan dapat mengetahui dan memahami strategi perusahaan secara keseluruhan. Strategi perusahaan bukan hanya dilaksanakan oleh top manajemen, namun oleh semua pihak- pihak yang terdapat dalam perusahaan, karena itu konsep membangun awareness menjadi suatu hal yang penting dalam implementasi strategi perusahaan. Pembangunan awareness dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, misalkan dengan melakukan pertemuan, membuat brosur, memasukkan dalam program intranet perusahaan, dan sebagainya.
1.4 Penyebab Kegagalan Balanced Scorecard
Menurut Kaplan, Atkinson, Matsumura, dan Young (2012), beberapa penyebab dari kegagalan penerapan balanced scorecard adalah: 1. Kurangnya atau tidak ada komitmen dari manajemen puncak. 2. Terkadang manajemen puncak menganggap bahwa strategi merupakan rahasia perusahaan yang hanya boleh diketahui oleh manajemen puncak tersebut. 3. Proses pengembangan balanced scorecard yang terlalu lama. 4. Memperlakukan balanced scorecard sebagai sebuah proyek sistem REFERENSI: Ikatan Akuntan Indonesia. 2015. Modul Chartered Accountant Indonesia. Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.