Anda di halaman 1dari 17

I.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Auditor memiliki peranan penting dalam melakukan audit laporan
keuangan dalam suatu organisasi dan merupakan profesi kepercayaan
masyarakat. Menurut Institute of Internal Auditor (IIA) Internal Audit adalah
aktivitas independen, objektif dan konsultasi yang dirancang untuk
menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Internal Auditor
membantu organisasi mencapai tujuannya secara sistematis, pendekatan
secara

disiplin

untuk

mengevaluasi

dan

meningkatkan

efektivitas

manajemen risiko, pengendalian intern, dan proses tata kelola.


Ulum (2008) dalam Endah (2011) bahwa Auditor internal yang
melaksanakan audit operasional, audit manajemen, dan audit kinerja akan
melakukan fungsi sebagai penjamin kualitas (quality assurance function)
dalam rangka membantu manajemen untuk menjamin efisiensi dan
efektivitas. Menurut Falah (2005), inspektorat daerah/kabupaten mempunyai
tugas menyelenggarakan kegiatan pengawasan umum pemerintah daerah
dan tugas lain yang diberikan kepala daerah, sehingga dalam tugasnya
inspektorat sama dengan auditor internal. Peran dan fungsi Inspektorat
Provinsi, Kabupaten/Kota secara umum diatur dalam pasal 4 Peraturan
Menteri Dalam Negeri No 64 Tahun 2007. Dalam pasal tersebut dinyatakan
bahwa dalam melaksanakan tugas pengawasan urusan pemerintahan,
Inspektorat Provinsi, Kabupaten/Kota mempunyai fungsi sebagai berikut:
pertama, perencanaan program pengawasan; kedua, perumusan kebijakan
dan fasilitas pengawasan; dan ketiga, pemeriksaan, pengusutan, pengujian
dan penilaian tugas pengawasan.

Memperhatikan tugas dan fungsi yang diemban oleh Inspektorat


Kabupaten tersebut, maka faktor utama yang berpengaruh pada kinerja
auditor adalah individual auditor. Oleh karena itu, auditor diharuskan untuk
menggunakan

keahlian,

kecermatan

profesi,

independensinya

dan

kerahasiaan dalam menjalankan tugasnya


Orang yang berkompeten adalah orang dengan keterampilan
mengerjakan pekerjaan dengan mudah, cepat, intuitif dan sangat jarang atau
tidak pernah membuat kesalahan (Saifuddin, 2004) dalam Norma (2012).
Untuk dapat memiliki keterampilan, seorang auditor harus menjalani
pelatihan teknis yang cukup. Pencapaian dimulai dengan pendidikan formal,
yang selanjutnya diperluas melalui pengalaman dan praktek audit (SPAP,
2001).
Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak
dikendalikan oleh orang lain, tidak tergantung pada orang lain. Sikap mental
independen sama pentingnya dengan keahlian dibidang praktik akuntansi
dan prosedur audit yang harus dimiliki oleh setiap auditor. Auditor tidak
hanya berkewajiban mempertahankan sikap mental independen, tetapi juga
harus menghindari hal-hal yang dapat mengakibatkan independensinya
diragukan

masyarakat.

Sikap

mental

independen

auditor

menurut

masyarakat inilah yang tidak mudah diperoleh olehnya.


Tanggung jawab pemeriksa dalam Pendahuluan

Standar

Pemeriksaan SPKN dalam I Gede (2011) menyatakan pemeriksa harus


mempertahankan profesionalisme dalam melayani kepentingan publik.
Menurut

Baotham

(2007)

profesionalisme

kemampuan dan perilaku profesional.

auditor

mengacu

pada

Werther dan Davis (1996) menyatakan kompensasi sebagai apa


yang diterima pekerja sebagai tukaran atas kontribusinya kepada organisasi.
Selanjutnya Werther dan Davis menyatakan bahwa di dalam kompensasi
terdapat sistem insentif yang menghubungkan kompensasi dengan kinerja.
Oleh karena itu besarnya kompensasi yang diterima internal auditor dari
organisasi tempatnya bekerja dapat berpengaruh pada hasil audit yang akan
dihasilkan.
Kinerja Karyawan adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas
yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (A.A Anwar Prabu M.,
2006). Cherington (1994) dalam Liza (2013) mengatakan bahwa kinerja
menunjukkan pencapaian target kerja yang berkaitan dengan kualitas,
kuantitas dan waktu. Pencapaian kinerja tersebut dipengaruhi oleh
kecakapan dan waktu. Kinerja yang optimal akan terwujud jika organisasi
dapat memilih karyawan yang memiliki motivasi dan kecakapan yang sesuai
dengan pekerjaannya serta memiliki kondisi yang memungkinkan mereka
agar bekerja secara maksimal.
Hasil Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Murti (2010)
menyatakan bahwa kompetensi mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja auditor internal. Penelitian yang dilakukan oleh Liza (2013)
menyatakan bahwa kompetensi berpengaruh secara signifikan terhadap
kinerja auditor internal pada Inspektorat Kabupaten Banyumas.
Berdasarkan latar belakang masalah dan penelitian sebelumnya
maka penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian kembali guna
memperoleh penjelasan dan pemahaman tentang pengaruh tiap-tiap faktor

tersebut terhadap kinerja auditor sehingga peneliti mengambil judul


Pengaruh Kompetensi, Independensi, Profesionalisme dan besarnya
kompensasi Pemeriksa Terhadap Kinerja Auditor Internal Pada Inspektorat
Kabupaten Banyumas.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah kompetensi pemeriksa mempunyai pengaruh terhadap kinerja
auditor internal ?
2. Apakah independensi pemeriksa mempunyai pengaruh terhadap kinerja
auditor internal?
3. Apakah profesionalisme pemeriksa mempunyai pengaruh terhadap
kinerja auditor internal ?
4. Apakah kompensasi pemeriksa mempunyai pengaruh terhadap kinerja
auditor internal ?
C. Tujuan Penelitian
1. Menguji pengaruh kompetensi pemeriksa terhadap kinerja auditor
internal.
2. Menguji pengaruh independensi pemeriksa terhadap kinerja auditor
internal.
3. Menguji pengaruh profesionalisme pemeriksa terhadap kinerja auditor
internal.
4. Menguji pengaruh kompensasi pemeriksa terhadap kinerja auditor
internal.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi pemegang kebijakan, dalam hal ini pemerintah daerah, hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai faktor
yang mempengaruhi kualitas audit Inspektorat dalam pengawasan
keuangan daerah, sehingga akan dapat dimanfaatkan dalam upaya
peningkatan kualitas audit Inspektorat.
2. Bagi Inspektorat, sebagai masukan dalam mendukung pelaksanaan
otonomi daerah khususnya peranan Inspektorat dalam pengawasan

keuangan daerah dan dalam rangka mewujudkan good governance.


Sehingga Inspektorat diharapkan dapat membuat program yang
berkontribusi pada peningkatan kualitas dan kapabilitasnya.
3. Bagi akademisi, memberikan kontribusi pengembangan

literatur

akuntansi skctor publik di Indonesia terutama sistem pengendalian


manajemen di sektor publik. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat
menambah referensi dan mendorong dilakukannya penelitian-penelitian
akuntansi sektor publik. Hasil penelitian ini juga diharapkan akan dapat
memberikan sumbangan bagi penelitian berikutnya.

II.
TELAAH PUSTAKA DAN PERUMUSAN MODEL PENELITIAN
A. Telaah Pustaka
1. Teori Harapan
Teori harapan dikemukakan Victor Vroom pada tahun 1964
memprediksi bahwa karyawan akan mengeluarkan tingkat usaha yang
tinggi apabila mereka merasa bahwa ada hubungan yang kuat antara usaha
dan kinerja, kinerja dan penghargaan, serta penghargaan dan pemenuhan
tujuan-tujuan pribadi. Hubungan kinerja penghargaan akan menjadi kuat
bila individu merasa bahwa yang diberi penghargaan adalah kinerja
(bukannya senioritas, alasan pribadi, atau kriteria lainnya).
2. Pengawasan Keuangan Daerah
Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan diperlukan untuk
menjamin agar pelaksanaan kegiatan pemerintahan berjalan sesuai dengan
rencana dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku. Selain itu, dalam rangka mewujudkan good governance dan clean
government,

pengawasan

juga

diperlukan

untuk

mendukung

penyelenggaraan pemerintahan yang efektif dan efisien, transparan,


akuntabel, serta bersih dan bebas dari praktik-praktik KKN. Menurut
Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor
PER/05/M.PAN/03/2008, kegiatan utama APIP (Aparat Pengawasan Intern
Pemerintah) sebagai pengawas intern pemerintah meliputi audit, reviu,
pemantauan, evaluasi, dan kegiatan pengawasan lainnya berupa sosialisasi,
asistensi dan konsultansi, namun peraturan ini hanya mengatur mengenai
Standar Audit APIP.
3. Internal Auditing

The Institute of Internal Auditors yang terdapat dalam Standard for


Professional Practice of Internal Auditing, menyatakan bahwa: Internal
auditing is an independent appraisal function established within an
organization to examine and evaluate as a service to the organization. The
Institute of Internal Auditor dalam Statement of Responsibility of internal
auditor yang dikeluarkan tahun 1957 menyatakan "Internal auditing adalah
suatu kegiatan penilaian yang independen dalam organisasi untuk menilai
operasi sebagai jasanya diberikan kepada manajemen. Jadi internal
auditing

merupakan

pengendalian

manajerial

yang

melaksanakan

fungsinya, mengatur dan mengevaluasi keefektifan pengendalian lain".


4. Kompetensi
Pernyataan standar umum pertama dalam SPKN adalah:
Pemeriksa secara kolektif harus memiliki kecakapan profesional yang
memadai untuk melaksanakan tugas pemeriksaan. Dengan Pernyataan
Standar Pemeriksaan ini semua organisasi pemeriksa bertanggung jawab
untuk memastikan bahwa setiap pemeriksaan dilaksanakan oleh para
pemeriksa yang secara kolektif memiliki pengetahuan, keahlian, dan
pengalaman yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas tersebut. Oleh
karena itu, organisasi pemeriksa harus memiliki prosedur rekrutmen,
pengangkatan, pengembangan berkelanjutan, dan evaluasi atas pemeriksa
untuk membantu organisasi pemeriksa dalam mempertahankan pemeriksa
yang memiliki kompetensi yang memadai. Lee dan Stone (1995) dalam
Muh Taufiq (2010), mendefinisikan kompetensi sebagai keahlian yang

cukup yang secara eksplisit dapat digunakan untuk melakukan audit secara
objektif.
5. Independensi
Pernyataan standar umum kedua dalam SPKN adalah:
Dalam

semua

hal

yang

berkaitan

dengan

pekerjaan

pemeriksaan, organisasi pemeriksa dan pemeriksa harus


bebas dalam sikap mental dan penampilan dari gangguan
pribadi, ekstern, dan organisasi yang dapat mempengaruhi
independensinya. Dengan pernyataan standar umum kedua
ini,

organisasi

bertanggung

pemeriksa
jawab

independensinya
simpulan,

untuk

sedemikian

pertimbangan

pemeriksaan

yang

dan

para

dapat
rupa,

atau

pemeriksanya

mempertahankan

sehingga

rekomendasi

dilaksanakan

tidak

pendapat,
dari

memihak

dipandang tidak memihak oleh pihak manapun.


Mulyadi (2002) dalam Endah (2011) menyatakan

hasil
dan

bahwa

Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak


dikendalikan pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Mulyadi (2002)
juga menyampaikan bahwa Independensi juga berarti adanya kejujuran
dalam diri auditor dalam mempertimbangkan fakta dan adanya
pertimbangan yang objektif tidak memihak dalam diri auditor dalam
merumuskan dan menyatakan pendapat.
6. Profesionalisme
Menurut Baotham (2007) dalam Putu (2014) profesionalisme
auditor mengacu pada kemampuan dan perilaku profesional. Kemampuan
didefinisikan sebagai pengerahuan, pengalaman, kemampuan beradaptasi,

kemampuan teknis, dan kemampuan teknologi, dan memungkinkan


perilaku profesional auditor untuk mencakup faktor-faktor tambahan
seperti transparansi dan tanggung jawab, hal ini sangat penting untuk
memastikan kepercayaan publik. Profesionalisme dikaitkan dengan
pandangan bahwa pekerjaan yang menunjukkan sejumlah karakteristik
yang diperlukan profesi.
7. Kompensasi
Kompensasi

adalah

merupakan

kontra

prestasi

terhadap

penggunaan tenaga atau jasa yang telah diberikan oleh tenaga kerja.
Menurut Wibowo (2007) Kompensasi merupakan jumlah paket yang
ditawarkan organisasi kepada pekerja sebagai imbalan atas penggunaan
tenaga kerjanya. Sedangkan Werther dan Davis (1996) menyatakan
kompensasi sebagai apa yang diterima pekerja sebagai tukaran atas
kontribusinya kepada organisasi. Selanjutnya Werther dan Davis
menyatakan bahwa di dalam kompensasi terdapat sistem insentif yang
menghubungkan kompensasi dengan kinerja.
8. Kinerja Kerja
Menurut Marier dalam Gunawan (2006), Kinerja diartikan sebagai
kesuksesan yang dicapai seseorang melaksanakan suatu pekerjaan.
Kesuksesan yang dimaksud tersebut ukurannya tidak dapat disamakan
pada semua orang, namun lebih merupakan hasil yang dicapai oleh
seseorang menurut ukuran yang berlaku sesuai dengan pekerjaan yang
ditekuninya. Menurut Larkin dan Seweikart (1992) dalam Gunawan
(2006), Kinerja sebagai hasil pola tindakan yang dilakukan untuk

mencapai tujuan sesuai dengan standar prestasi, kualitatif maupun


kuantitatif, yang telah ditetapkan oleh individu secara pribadi maupun oleh
perusahaan tempat individu bekerja. Kinerja juga sering kali identik
dengan kemampuan seorang auditor bahkan berhubungan dengan
komitmen terhadap suatu profesi.
Mahsun (2006) dalam Endah (2011) menyatakan bahwa kinerja
(performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan
suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,
misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu
organisasi. Dari uraian diatas menggungkapkan bahwa kinerja merupakan
hasil kerja seseorang yang terukur selama periode waktu tertentu.
B. Perumusan Model Penelitian dan Hipotesis
1. Pengaruh Kompetensi terhadap Kinerja Auditor
Penelitian yang dilakukan Hamilton da Wright (1982) dalam
Kusharyanti (2003) dalam Norma (2012) menemukan bahwa auditor yang
berpengalaman mempunyai pemahaman yang lebih baik. Mereka juga
lebih mampu memberikan penjelasan yang masuk akal atas kesalahankesalahan dalam laporan keuangan dan dapat mengelompokkan kesalahan
berdasarkan pada tujuan audit dan struktur dari sistem akuntansi yang
mendasari. Menurut Tubbs (1992) dalam Mayangsari (2003) dalam Norma
(2012) auditor yang berpengalaman memiliki keunggulan dalam hal : (1)
Mendeteksi kesalahan, (2) memahami kesalahan secara akurat, (3)
Mencari penyebab kesalahan. Hasilnya menunjukkan bahwa semakin
berpengalaman auditor, mereka semakin peka dengan kesalahan. Semakin
peka dengan kesalahan yang tidak biasa dan semakin memahami hal-hal

yang terkait dengan kesalahan yang ditemukan. Berdasarkan penjelasan


diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
H1: Kompetensi pemeriksa mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja
auditor internal
2. Pengaruh Independensi terhadap Kinerja Auditor
Pernyataan standar umum kedua dalam SPKN menyebutkan
organisasi

pemeriksa

dan

pemeriksa

harus

mempertahankan

independensinya saat melakukan audit. Hal ini dilakukan agar pendapat


audit dan rekomendasi yang diberikan atas hasil pemeriksaan tidak
memihak pada pihak manapun. Dari pernyataan tersebut terlihat bahwa
independensi menghasilkan pemeriksaan auditor yang terbebas dari
pengaruh pihak manapun. Penelitian yang dilakukan oleh Endah (2011), I
Gede (2011) menunjukkan bahwa independensi berpengaruh positif
terhadap kinerja auditor. Berdasarkan penjelasan diatas dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut :
H2: Independensi pemeriksa mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja
auditor internal
3. Pengaruh Profesionalisme terhadap Kinerja Auditor
Wroom (1964) dalam Gunawan (2006) mengemukakan bahwa
kinerja karyawan dipengaruhi oleh profesionalisme dan motivasi kerja
merupakan kemauan individu untuk menggunakan usaha yang tinggi
dalam upaya

mencapai tujuan-tujuan perusahaan dan memenuhi

kebutuhan-kebutuhannya. Apabila tuntutan kerja yang dibebankan pada


individu tidak sesuai dengan kemampuannya (ability) maka kinerja yang
diharapkan akan sulit tercapai. Berdasarkan penjelasan diatas dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H3 : Profesionalisme pemeriksa


mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja auditor internal
4. Pengaruh Kompensasi terhadap Kinerja Auditor
Pengertian

kompensasi

menurut

Drs.

Malayu

S.P.

Hasibuan (2005) adalah semua pendapatan yang berbentuk


uang, barang langsung atau tidak langsung yang diterima
karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan kepada
perusahaan. Kompensasi merupakan sebuah komponen penting
dalam

hubungannya

dengan

karyawan

khususnya

kinerja

karyawan. Bagi karyawan, upah menentukan standard dan


kualitas hidupnya. Upah ukuran tenaga, pikiran, waktu, risiko
kerja, dan kinerja yang ia berikan kepada majikan. Upah juga
mencerminkan kualitas dan kebahagiaan hidupnya di hari tua.
Oleh karena itu, upah menentukan hubungan karyawan dengan
majikannya,

terjadinya

pemogokan,

kepuasan

kerja,

dan

komitmen terhadap tempat kerja dan motivasi dan kinerja


karyawan. Berdasarkan penjelasan diatas dapat dirumuskan hipotesis

sebagai berikut:
H4 : Kompensasi pemeriksa mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja

auditor internal

III.

METODE PENELITIAN DAN TEKNIK ANALISIS DATA

A. Metode Penelitian
1. Sasaran Penelitian
Sasaran Penelitian ini adalah Inspektorat Kabupaten Banyumas
yang berperan sebagai auditor internal pemerintah daerah Kabupaten
Banyumas.
2. Desain Penelitian
Rancangan penelitian yang akan digunakan untuk menganalisis
penelitian

mengenai

Pengaruh

Kompetensi,

Independensi,

Profesionalisme dan besarnya Kompensasi Pemeriksa Terhadap Kinerja


Auditor Internal Pada Inspektorat Kabupaten Banyumas adalah tipe
penelitian penjelasan (explanatory / confirmatory research), karena
penelitian ini bermaksud untuk menjelaskan hubungan kausal antara
variabel-variabel

dengan

melalui

pengujian

hipotesis

yang

telah

dirumuskan sebelumnya.
3. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh aparat Inspektorat
yang menduduki Jabatan Fungsional Auditor (JFA) dan yang bertindak
langsung melakukan audit atau pemeriksaan di lingkungan Pemerintah
Kabupaten Banyumas. Populasi yang diambil tanpa membedakan jenis
kelamin, pendidikan dan pengalaman kerja.
4. Metode Pengumpulan Data dan Sumber
Pengambilan data dilakukan dengan memberikan kuesioner
langsung kepada seluruh internal auditor pada Inspektorat Kabupaten
Banyumas. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data
primer.
5. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini, variabel dependen (Y) yang digunakan


adalah kinerja auditor. Inspektorat Kabupaten Banyumas sedangkan
variabel independennya terdiri dari kompetensi auditor (X1), independensi
auditor (X2), profesionalisme auditor (X3), dan kompensasi auditor (X4).
6. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Inspektorat Kabupaten Banyumas pada
bulan Oktober 2014. Pemilihan Kabupaten Banyumas sebagai lokasi
penelitian didasarkan pada pertimbangan bahwa masih diperlukannya
upaya peningkatan kualitas audit Inspektorat Kabupaten Banyumas dan
terjangkaunya lokasi penelitian.
7. Pengukuran dan Definisi Operasional Variabel
Pengukuran variabel variabel dalam penelitian ini menggunakan
skala likert. Skala likert merupakan metode yang mengukur sikap dengan
menyatakan setuju atau ketidaksetujuan terhadap objek, subjek atau
kejadian tertentu.
a. Kompetensi
Indikator yang digunakan untuk mengukur kompetensi adalah
karakteristik kompetensi menurut Spencer & Spencer (1993) dalam
Liza (2013) yaitu :
Motivasi, sikap, kemandirian, pengetahuan, kemampuan.
b. Profesionalisme
Christiawan (1994) dalam ayu (2013) mengartikan profesionalisme
sebagai sikap dan perilaku seseorang dalam melakukan profesi
tertentu.

Indikator

yang

digunakan

untuk

mengukur

profesionalisme auditor terdiri dari lima dimensi yaitu pengabdian


terhadap profesi, kewajiban sosial, kemandirian, keyakinan
terhadap profesi, hubungan dengan sesama profesi.
c. Independensi

Independensi dalam pengauditan merupakan penggunaan cara


pandang yang tidak bias dalam pelaksanaan pengujian audit,
evaluasi hasil pengujian tersebut dan pelaporan hasil temuan audit.
Indikator independensi yaitu jawaban auditor terhadap bagaimana
keleluasaan yang dimilikinya untuk melakukan audit.

B. Teknik Analisis Data


1. Statistik Deskriptif
Untuk memberikan gambaran mengenai demografi responden
(umur, jenis kelamin, jabatan, tingkat pendidikan, lama bekerja) dan
deskripsi mengenai variabel penelitian.
2. Uji Kualitas Data
Ada 2 prosedur yang dilakukan untuk mengukur reliabilitas dan
validitas data, yaitu : (1) Uji konsistensi internal dengan koefisien (
Cronbach ) alpha, (2) Uji validitas konstruk dengan cara mengkorelasikan
antara skor masing-masing item dan skor totalnya.
3. Uji Asumsi Klasik
Sebelum data dianalisis lebih lanjut menggunakan analisis regresi
berganda, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi klasik yang terdiri dari: uji
normalitas, uji multikolinieritas, dan uji heterokedastisitas.
4. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan model analisis
regresi berganda bertujuan untuk memprediksi berapa besar kekuatan
pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dengan
pengaruh dari variabel moderating.

DAFTAR PUSTAKA
Arens, et al. 2008. Auditing dan Jasa Assurance : Pendekatan Terintegrasi.
Erlangga.
Blogspot.

http://ziajaljayo.blogspot.com/2011/10/independensi-

auditor.html . diakses tanggal 3 September 2014.


Blogspot. http://ian171108.blogspot.com/2013/12/internal-auditor.html .
diakses tanggal 3 September 2014.

Blogspot.
http://jumadibismillahsukses.blogspot.com/2012/12/pengaruhkompensasi-terhadap-kinerja.html . diakses tanggal 3 September
2014.

Cahyasumirat, Gunawan. 2006. Pengaruh Profesionalisme Dan Komitmen


Organisasi Terhadap Kinerja Internal Auditor Dengan Kepuasan Kerja Sebagai
Variabel Intervening(Studi Empiris Pada Internal Auditor PT.Bank ABC).
Tesis.Semarang: Universitas Diponegoro.
Gede, I. Dodik Aryanto. 2011. Pengaruh Independensi, Profesionalisme, Struktur
Audit, Dan Role Stress Terhadap Kinerja Auditor BPK RI Perwakilan Provinsi
Bali. Bali : Universitas Udayana.
Inspektorat,

Banyumas.

http://inspektorat.banyumaskab.go.id/menu/2299/tugas-pokok-danfungsi/kasubbag-evaluasi-dan-pelaporan

diakses

tanggal

September 2014.

Kharismatuti, Norma. P Basuki. 2012. Pengaruh Kompetensi Dan Independensi


Terhadap

Kualitas

Audit

Dengan

Etika

Auditor

Sebagai

Variable

Moderasi(Studi Empiris Pada Internal Auditor BPKP DKI Jakarta).


Diponegoro Journal Of Accounting. Vol. 1 No.1. Hal. 1-10.

Martini. 2011. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Audit.


Universitas Budi Luhur.
Mulyadi. 2002. Auditing. Edisi keenam. Jakarta: PT Salemba Emban Patria.
Septianti, Putu. Gede Juliarsa. 2014. Pengaruh Independensi, Profesionalisme,
Tingkat Pendidikan, Etika Profesi, Pengalaman, Dan Kepuasan Kerja Auditor
Pada Kualitas Audit Kantor Akuntan Publik Di Bali. E-Jurnal Akuntansi
Universitas Udayana 7,2. Hal. 444-461.
Taufiq, Muh. 2010. Pengaruh Kompetensi, Independensi, Dan Motivasi Terhadap
Kualitas Audit Aparat Inspektorat Dalam Pengawasan Keuangan Daerah(Studi
Empiris Pada Pemerintah Kota Gorontalo). Tesis. Semarang : Universitas
Diponegoro.
Wulandari, Endah. Heru Kurnianto. 2011. Pengaruh Kompetensi, Independensi
Dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Auditor Pada BPKP Perwakilan
DIY. Skripsi. Yogyakarta : Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
Wordpress. http://dwiiba.wordpress.com/sistem-kompensasi/ .diakses tanggal 3
September 2014.
Wordpress.

http://herdyantismi.wordpress.com/2013/11/20/hubungan-

kompensasi-dengan-kinerja-karyawan/ .diakses tanggal 3 September 2014.

Anda mungkin juga menyukai