Anda di halaman 1dari 64

i

DISUSUN:

Nama Kelas NIM

: Nur Yuliah : Akuntansi B : 210 200 080

ii KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan Makalah ini dapat terselesaikan. Shalawat, rahmat serta salam kepada Nabi Muhammad saw, yang kepada beliau diturunkan wahyu ilahi Al-Quran untuk menjelaskan dan memberi contoh pelaksanaannya. Semoga tercurah pula kepada keluarga, sahabat-sahabat beliau serta seluruh umatnya yang setia. Adapun ini disusun untuk memenuhi persyaratan Mata Kuliah Auditing. Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih terdapat kekurangankekurangan, baik dari segi bahasa maupun materinya. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih atas bimbingan yang telah diberikan selama menyusun Makalah ini yaitu kepada Dosen Mata Kuliah Auditing. Parepare, 12 Februari 2013

Penyusun

iii DAFTAR ISI

Halaman judul ............................................................................................................ Kata pengantar ........................................................................................................... Daftar isi..................................................................................................................... BAB I Pendahuluan ................................................................................................... A. B. C. D. Latar belakang .......................................................................................... Rumusan masalah .................................................................................... Tujuan penulisan ...................................................................................... Manfaat ....................................................................................................

i ii iii IV IV V V VI 1 1 2 10 10

BAB II Pembahasan .................................................................................................. A. Pengertian Auditing ................................................................................. B. Standar Profesional dan kode etik akuntan publik ................................... C. Profesi akuntan publik ............................................................................. D. Audit laporan keuangan dan tanggung jawab auditor.............................. E. Gambaran umum proses audit ................................................................. F. Tujuan bukti dan kertas kerja audit .......................................................... G. Program audit,prosedur audit, dan perencanaan audit ............................. H. Resiko audit dan materialitas ................................................................... BAB III Penutup........................................................................................................ A. Kesimpulan .............................................................................................. B. Saran ........................................................................................................ DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 14

11 13 13 13

ii BAB I PENDAHULUAN A .LATAR BELAKANG Setiap perusahaan industri perlu melakukan audit manufacturing, untuk dapat meyakinkan apakah fungsi manufacturing perusahaan telah dilaksanakan sesuai dengan upaya yang tepat dan memadai untuk mencapai tujuan perusahaan dan sekaligus memberikan saran untuk meningkatkan kegunaan dari masukan yang berupa tenaga dan keterampilan, bahan dan peralatan, dana serta informasi, menjadi barang atau jasa yang siap dipasarkan oleh perusahaan tersebut kepada konsumen atau pemakainya. Semua kegiatan operasional dalam perusahaan haruslah didasarkan pada standarstandar yang berupa prosedur dan rencana yang disusun dalam rangka mencapai sasaran yang diharapkan dalam pengelolaan perusahaan umumnya dan pengelolaan bidang operasional khususnya. Dalam bidang manufacturing, sasaran yang diharapkan adalah tepat jumlah, tepat mutu, tepat dari hasil produksi/operasi, dan dengan biaya rendah. Oleh karena itu pelaksanaan audit manufacturing dalam suatu perusahaan, haruslah menunjang pencapaian sasaran tersebut, terutama dapat memperoleh keyakinan bahwa fungsi manufacturing telah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berupa rencana atau standar yang digunakan, dan bila terjadi penyimpangan, saran-saran apa yang dapat dilakukan untuk memperbaikinya. Audit manufacturing melakukan pengujian-pengujian atas ketaatan atas kebijakan yang telah digariskan dalam bidang operasional, efisiensi dalam menyelenggarakan upaya untuk mencapai tujuan dibidang operasional perusahaan, dan efektivitas dari pencapaian tujuan tersebut. Atas dasar pengujian tersebut, maka dirumuskan temuan dari audit manufacturing. Selanjutnya dasar temuan tersebut, harus dicari dan dirumuskan saran untuk memperbaiki kelemahan yang ditemukan.

B. RUMUSAN MASALAH 1. 2. 3. 4. Jelaskan tentang dimensi-dimensi budaya organisasi..? Apa peranan budaya perusahaan..? Bagaimana membangun dan membina budaya perusahaan..? Bagaimana cara karyawan mempelajari budaya organisasi dalam perusahaan..?

iii

C, TUJUAN PENULISAN Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana Bukti Audit dan Kertas Kerja Audit.

1. Terdapat banyak dimensi yang membedakan budaya,dan dimensi ini mempengaruhi perilaku yang dapat mengakibatkan kekeliruan pemahaman,ketidak sepakatan, dan bahkan konflik. 2. Dalam lingkungan kehidupan manusia dapat dipengaruhi oleh budaya dimana ia berada, seperti nilai-nilai,keyakinan dan perilaku sosial. 3. Pada dasarnya untuk membangun budaya perusahaan yang kuat memerlukan waktu yang cukup lama dan bertahap. 4. Budaya perusahaan harus dipelajari karena tidak akan terjadi dengan sendirinya.dan karyawan lama dapat mentransformasikan ke karyawan baru.

D. MANFAAT 1. Agar individu dan karyawan dapat memahami mengetahui dimensi-dimensi yang ada dalam budaya organisasi. 2. Karyawan atau anggota Dapat membantu menciptakan rasa memiliki jati diri sebagai karyawan di sebuah perusahaan. 3. Pimpinan dalam perusahaan perlu mendengar idea tau gagasan dari anggota atau para karyawan dan dapat mempertibangkan ide-ide tersebut. 4. Dapat mengerti adanya seniorritas dalam sebuah perusahaan.

iii BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Auditing 1. Bila kita mendengar kata audit, yang ada di pikiran kita pasti teringat pada seorang yang meneliti dan melakukan pengecekan atas berbagai macam hal terutama yang berkaitan dengan keuangan. Ya, audit memang sebuah proses pemeriksaan. Mengingat pentingnya proses audit, maka biasanya pihak auditor akan memerintahkan kepada lembaga / perusahaan yang akan diaudit untuk menyiapkan berkas-berkas yang diperlukan. Dalam kasus tertentu terkadang proses audit dilakukan oleh sebuah lembaga audit independent supaya hasilnya bisa lebih dipercaya.
Berikut ini adalah pengertian dan definisi audit: # WISHNU AP Audit adalah proses pemeriksaan yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui bagaimana sesungguhnya pelaksanaan kualitas diterapkan. hasil audit akan didokumentasi dan evaluasi secara berkala # FRANS M. ROYAN Audit bertujuan untuk mempermudah pemilik melakukan kontrol dan menghindari penyelewengan serta manipulasi data # AGUNG DARONO Audit merupakan tindakan pengujian yang bertujuan untuk menyatakan apakah suatu laporan keuangan telah disajikan berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum # JEFFREY LIKER Audit merupakan praktek manajemen yang bersifat memaksa, yang menekankan anggapan bahwa pekerjaan terstandarisasi merupakan kerangka kerja dari suatu birokrasi yang kaku # ISO 9000 Audit adalah suatu proses sistematis, amndiri, dan terdokumentasi untuk memperoleh bukti audit dan mengevaluasinya secara objektif untuk menentukan sejauh mana kriteria audit telah dipenuhi # HACCP Audit merupakan kegiatan pokok berifikasi yang harus mencakup inspeksi terhadap laporan produksi, penyimpangan, tindakan yang dilakukan serta pengkajian terhadap pelaksanaan dan prosedur yang digunakan untuk mengendalikan # J.B SUHARJO & B. CAHYONO Audit merupakan penilaian terhadap kinerja melalui perbandingan apa yang dilakukan dengan standar yang seharusnya dilakukan # JAMES A. HALL (THOMSON) Audit adalah pembuktian independen yang dilakukan oleh auditor, yang menyatakan opini mengenai kewajaran laporan keuangan perusahaan

ii

Pengertian Auditing Menurut Ahli


Ilmuakuntansi.web.id Untuk mengetahui dengan jelas pengertian auditing, maka berikut ini akan dikemukakan definisi-definisi pengauditan yang diambil dari beberapa sumber yaitu: 1. Pengertian Auditing Menurut (Sukrisno Agoes , 2004), auditing adalah Suatu pemeriksaan yang dilakukan secara kritis dan sistematis oleh pihak yang independen, terhadap laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen beserta catatan-catatan pembukuan dan bukti-bukti pendukungnya, dengan tujuan untuk dapat memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. 2. Pengertian Auditing menurut (Arens dan Loebbecke, 2003), auditing sebagai: Suatu proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan. Auditing seharusnya dilakukan oleh seorang yang independen dan kompeten. 3. Pengertian Auditing Menurut (Mulyadi , 2002), auditing merupakan: Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.

Menurut (Mulyadi, 2002), berdasarkan beberapa pengertian auditing di atas maka audit mengandung unsur-unsur:

suatu proses sistematis, artinya audit merupakan suatu langkah atau prosedur yang logis, berkerangka dan terorganisasi. Auditing dilakukan dengan suatu urutan langkah yang direncanakan, terorganisasi dan bertujuan. untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif, artinya proses sistematik ditujukan untuk memperoleh bukti yang mendasari pernyataan yang dibuat oleh individu atau badan usaha serta untuk mengevaluasi tanpa memihak atau berprasangka terhadap bukti-bukti tersebut. pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi, artinya pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi merupakan hasil proses akuntansi. menetapkan tingkat kesesuaian, artinya pengumpulan bukti mengenai pernyataan dan evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti tersebut dimaksudkan untuk menetapkan kesesuaian pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Tingkat kesesuaian antara pernyataan dengan kriteria tersebut kemungkinan dapat dikuantifikasikan, kemungkinan pula bersifat kualitatif.

iii

kriteria yang telah ditetapkan, artinya kriteria atau standar yang dipakai sebagai dasar untuk menilai pernyataan (berupa hasil akuntansi) dapat berupa:
o o o

peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan legislatif anggaran atau ukuran prestasi yang ditetapkan oleh manajemen prinsip akuntansi berterima umum (PABU) diindonesia

Penyampaian hasil (atestasi), dimana penyampaian hasil dilakukan secara tertulis dalam bentuk laporan audit (audit report) pemakai yang berkepentingan, pemakai yang berkepentingan terhadap laporan audit adalah para pemakai informasi keuangan, misalnya pemegang saham, manajemen, kreditur, calon investor, organisasi buruh dan kantor pelayanan pajak

Audit dibagi menjadi tiga golongan, yaitu :

Audit laporan keuangan ( financial statement audit ). Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor eksternal terhadap laporan keuangan kliennya untuk memberikan pendapat apakah laporan keuangan tersebut disajikan sesuai dengan kriteriakriteria yang telah ditetapkan. Hasil audit lalu dibagikan kepada pihak luar perusahaan seperti kreditor, pemegang saham, dan kantor pelayanan pajak. Audit kepatuhan (compliance audit ). Audit ini bertujuan untuk menentukan apakah yang diperiksa sesuai dengan kondisi, peratuan, dan undang-undang tertentu . Kriteriakriteria yang ditetapkan dalam audit kepatuhan berasal dari sumber-sumber yang berbeda. Contohnya ia mungkin bersumber dari manajemen dalam bentuk prosedurprosedur pengendalian internal. Audit kepatuhan biasanya disebut fungsi audit internal, karena oleh pegawai perusahaan. Audit operasional (operational audit ). Audit operasional merupakan penelahaan secara sistematik aktivitas operasi organisasi dalam hubungannya dengan tujuan tertentu. Dalam audit operasional, auditor diharapkan melakukan pengamatan yang obyektif dan analisis yang komprehensif terhadap operasional-operasional tertentu.

Read more: Pengertian Auditing Menurut Ahli | Ilmu Akuntansi Audit atau pemeriksaan dalam arti luas bermakna evaluasi terhadap suatu organisasi, sistem, proses, atau produk. Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, objektif, dan tidak memihak, yang disebut auditor. Tujuannya adalah untuk melakukan verifikasi bahwa subjek dari audit telah diselesaikan atau berjalan sesuai dengan standar, regulasi, dan praktik yang telah disetujui dan diterima. Audit operasional == '''Audit Operasional''' adalah pengkajian atas setiap bagian organisasi terhadap [[prosedur operasi standar]] dan metode yang diterapkan suatu organisasi dengan tujuan untuk mengevaluasi efisiensi, efektivitas, dan keekonomisan (3E).

ii Audit keuangan adalah audit terhadap laporan keuangan suatu entitas (perusahaan atau organisasi) yang akan menghasilkan pendapat (opini) pihak ketiga mengenai relevansi, akurasi, dan kelengkapan laporan-laporan tersebut. Audit keuangan umumnya dilaksanakan oleh kantor akuntan publik atau akuntan publik sebagai auditor independen dengan berpedoman pada standar profesional akuntan publik.

Audit operasional
Audit Operasional adalah pengkajian atas setiap bagian organisasi terhadap prosedur operasi standar dan metode yang diterapkan suatu organisasi dengan tujuan untuk mengevaluasi efisiensi, efektivitas, dan keekonomisan (3E).

Audit ketaatan
Audit Ketaatan adalah proses kerja yang menentukan apakah pihak yang diaudit telah mengikuti prosedur, standar, dan aturan tertentu yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang.

Audit investigatif
Audit Investigatif adalah: 1. "Serangkaian kegiatan mengenali (recognize), mengidentifikasi (identify), dan menguji (examine) secara detail informasi dan fakta-fakta yang ada untuk mengungkap kejadian yang sebenarnya dalam rangka pembuktian untuk mendukung proses hukum atas dugaan penyimpangan yang dapat merugikan keuangan suatu entitas (perusahaan/organisasi/negara/daerah)." 2. "a search for the truth, in the interest of justice and in accordance with specification of law" (di negara common law) Jadi, audit itu adalah suatu rangkaian kegiatan yang menyangkut: 1. Proses pengumpulan dan evaluasi bahan bukti 2. Informasi yang dapat diukur. Informasi yang dievaluasi adalah informasi yang dapat diukur. Hal-hal yang bersifat kualitatif harus dikelompokkan dalam kelompok yang terukur, sehingga dapat dinilai menurut ukuran yang jelas, seumpamanya Baik Sekali, Baik, Cukup, Kurang Baik, dan Tidak Baik dengan ukuran yang jelas kriterianya. 3. Entitas ekonomi. Untuk menegaskan bahwa yang diaudit itu adalah kesatuan, baik berupa Perusahaan, Divisi, atau yang lain. 4. Dilakukan oleh seseorang (atau sejumlah orang) yang kompeten dan independen yang disebut sebagai Auditor. 5. Menentukan kesesuaian informasi dengan kriteria penyimpangan yang ditemukan. Penentuan itu harus berdasarkan ukuran yang jelas. Artinya, dengan kriteria apa hal tersebut dikatakan menyimpang. 6. Melaporkan hasilnya. Laporan berisi informasi tentang kesesuaian antara informasi yang diuji dan kriterianya, atau ketidaksesuaian informasi yang diuji dengan kriterianya serta menunjukkan fakta atas ketidaksesuaian tersebut.

iii

MAKALAH AUDITING
23.36 by bayutube86 2 comments DEFINISI DAN FILOSOFI AUDIT Auditing adalah proses pengumpulan dan pengevaluasian bahan bukti tentang informasi yang dapat diukur mengenai suatu entitas ekonomi yang dilakukan seseorang yang kompeten dan independen untuk dapat menentukan dan melaporkan kesesuaian informasi dimaksud dengan kriteria-kriteria yang telah ditetapkan (Arens & Leobbecke ; 1998) sedangkan menurut R.K Mautz,Husain A sharaf ;1993 mendefinisikan auditing sebagai rangkaian praktek dan prosedur, metode dan teknik, suatu cara yang hanya sedikit butuh penjelasan, diskripsi, rekonsiliasi dan argumen yang biasanya menggumpal sebagai teori. Selanjutnya Mulyadi & Kanaka Puradiredja (1998) mendifinisikan auditing adalah proses sistematis untuk mempelajari dan mengevaluasi bukti secara objektip mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Pembicaraan mengenai auditing selalu dikaitkan dengan keberadaan profesi Akuntan Publik, yang dikenal oleh masyarakat sebagai penyedia jasa audit laporan keuangan kepada pemakai informasi keuangan. Para praktisi dan pendidik terkadang timbul suatu pertanyaan teori apakan sebenarnya yang melatar belakangi auditing. Literatur-literatur yang terkait dengan auditing lebih banyak didominasi oleh pembicaraan yang terkait dengan praktek dan teknik audit. Dan sedikit sekali literatur profesional yang mengulas mengenai teori auditing. Beberapa masalah-masalah dalam auditing sampai saat ini masih menjadi bahan perdebatan dan tidak kunjung terpecahkan, misalnya apakah tes dan pengambilan sampel yang biasa dipakai auditor kurang dalam menjustifikasi opininya ?, masalah independensi auditor dan kepentingan auditor terhadap audit fee. Tidak hanya layanan auditor saja yang menjadi perdebatan akan tetapi juga menyangkut tanggung jawab kinerja dan fungsi historisnya. Bagaimana kedudukan auditor mengenai kewajiban untuk mengungkapkan pelanggaran hukum oleh klien, terlebih lagi peranan auditor dalam pelanggaran hukum klien yang sampai saat ini masih diperdebatkan. Pembicaraan mengenai teori auditing sebenarnya tidak dapat dilepaskan dari sejarah auditing itu sendiri. Auditing pada awalnya dikembangkan sebagai sebuah prosedur dengan pengecekan yang detail sehingga kelihatannya teori tidak diinginkan dan diperlukan, Para auditor jaman dahulu hanya terdorong untuk menginfestigasi kecocokan hal-hal yang diinfestigasi dengan model atau standar, hal ini tidak beda jauh dengan kondisi pada saat ini. Akan tetapi apakah hal demikian benar ? Kami berpendapat bahwa ada teori auditing, yang terdiri dari sejumlah asumsi dasar dan suatu kerangka dari ide-ide yang terintegrasi, pemahaman yang akan banyak membantu secara langsung dalam pengembangan dan praktek seni auditing. Lebih jauh lagi kami percaya,yang akan kami usahakan untuk mendukung kepercayaan kami ini dibagian-bagian berikut, bahwa pemahaman mengenai teori auditing dapat membawa kita ke solusi yang paling masuk akal dari masalah-masalah yang paling tidak menyenangkan yang dihadapi oleh auditing saat ini (Mautz, R. K., and Hussein A. Sharaf ; 1961) Selama bertahun-tahun auditing sibuk menyiapkan kelahirannya dan diterima jika selama bertahun-tahun itu hanya sedikit waktu untuk introspeksi, namun ketika suatu teori menjadi semakin matang maka waktu instrospeksi yang dibutuhkan semakin berkurang. Sungguh ada

ii sesuatu yang tidak layak mengenai profesi dengan tidak ada dukungan yangterlihat dalam bentuk struktur teori yang komprehensip dan terintegrasi, maka diperlukan Filosofi Auditing. Perbedaan antara audit dan pencatatan akuntansi :

Pencatatan akuntansi menurut tujuannya

Tujuan akhir akuntansi adalah komunikasi data yang relevan & andal sehingga dapat berguna bagi pengambil keputusan. Dengan demikian, akuntansi adalah suatu proses yang kreatif. Para pegawai entitas terlibat dalam proses akuntansi ini, sedangkan tanggung jawab akhir untuk laporan keuangan terletak pada manajemen entitas.

Dilihat dari proses pencatatan akuntansi

Pencatatan akuntansi mencakup kegiatan mengidentifikasi bukti dan transaksi yang dapat mempengaruhi entitas. Setelah diidentifikasi, maka bukti transaksi ini diukur, dicata, dikelompokkan, serta dibuat ikhtisar dalam catatan-catatan akuntnsi. Hasil proses ini adalah penyusunan dan distribusi laporan keuangan yang sesuai dengan PABU (GAAP).

Audit menurut tujuannya

Tujuan utama audit laporan keuangan bukan untuk menciptakan informasi baru, melainkan untuk menambah keandalan laporan keuangan yang telah disusun oleh manajemen. Audit laporan keuangan ini merupakan tanggung jawab auditor.

Dilihat dari proses audit

Proses audit keuangan yang khas terdiri dari upaya memahami bisnis dan industry klien serta mendapatkan dan mengevaluasi bukti yang berkaitan dengan laporan keuangan manajemen, sehingga memungkinkan auditor meneliti apakah pada kenyataannya laporan keuangan tersebut telah menyajikan posisi keuangan entitas, hasil operasi, serta arus kas secara wajar sesuai dengan GAAP (PABU). Auditor bertanggung jawab untuk mematuhi standar auditing yang berlaku umum-SABU (GAAS) dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti, serta dalam menerbitkan laporan yang memuat kesimpulan auditor yang dinyatakan dalam bentuk pendapat atau opini atas laporan keuangan. Jadi audit berpedoman selain pada PABU juga berpedoman pada SABU (GAAS). Secara lebih singkatnya pencatatan akuntansi merupakan rekaman dari data historis keuangan ekonomi suatu entitas dalam bentuk laporan keuangan berdasarkan PABU sedangkan Audit merupakan proses sistematis untuk menelusuri dari laporan keuangan suatu entitas sampai kepada bukti transaksi atas kejadian ekonomi entitas untuk menyatakan pendapat atas laporan

iii keuangan yang telah dibuat oleh manajemen berdasarkan SABU bahwa laporan keuangan tersebut telah disajikan sesuai PABU

Auditing adalah suatu proses dengan apa seseorang yang mampu dan independen dapat menghimpun dan mengevaluasi bukti-bukti dari keterangan yang terukur dari suatu kesatuan ekonomi dengan tujuan untuk mempertimbangkan dan melaporkan tingkat kesesuaian dari keterangan yang terukur tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan. Untuk melaksanakan suatu audit atau pemeriksaan, selalu diperlukan keterangan dalam bentuk yang dapat dibuktikan dan standar-standar atau kriteria yang dapat dipakai oleh auditor sebagai pegangan untuk mengevaluasi keterangan tersebut. Audit atau pemeriksaan dalam arti luas bermakna evaluasi terhadap suatu organisasi, ank e, proses, atau produk. Audit dilaksanakan oleh pihak yang kompeten, objektif, dan tidak memihak, yang disebut auditor. Tujuannya adalah untuk melakukan verifikasi bahwa subjek dari audit telah diselesaikan atau berjalan sesuai dengan standar, regulasi, dan praktik yang telah disetujui dan diterima.

B. Standar Profesional dan kode etik akuntan publik KODE ETIK PROFESI AKUNTANSI

Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia terdiri dari tiga bagian: (1) Prinsip Etika,

Tanggung jawab profesi Kepentingan Publik Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka Integritas Objektivitas Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional Kerahasiaan Perilaku Profesional Standar Teknis

2. Aturan Etika a)

Independensi, Integritas, Obyektivitas Independensi

ii Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap mental independen didalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatur dalam standar profesional akuntan publik yang ditetapkan oleh IAI. Sikap mental independen tersebut harus meliputi independen dalam fakta (in fact) maupun dalam penampilan (in appearance).

Integritas dan Objectivitas

Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus mempertahankan integritas dan objektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interst) dan tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (material misstatement) yang diketahuinya atau mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangannya kepada pihak lain. b)

Standar Umum dan Prinsip Akuntansi Standar Umum

- Kompetensi profesional. Anggota KAP hanya boleh melakukan pemberian jasa profesional yang secara layak (reasonable) diharapkan dapat diselesaikan dengan kompetensi profesional. - Kecermatan dan keseksamaan profesional. Anggota KAP wajib melakukan pemberian jasa profesional dengan kecermatan dan keseksamaan profesional. - Perencanaan dan supervisi. Anggota KAP wajib merencanakan dan mensupervisi secara memadai setiap pelaksanaan pemberian jasa profesional. - Data relevan yang memadai. Anggota KAP wajib memperoleh data relevan yang memadai untuk menjadi dasar yang layak bagi simpulan atau rekomendasi sehubungan dengan pelaksanaan jasa profesionalnya.

Prinsip Akuntansi

Anggota KAP tidak diperkenankan: - Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan keuangan atau data keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum atau - Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material yang harus dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku, apabila laporan tersebut memuat penyimpangan yang berdampak material terhadap laporan atau data secara keseluruhan dari prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan oleh badan pengatur standar yang ditetapkan IAI. Dalam keadaan luar biasa, laporan atau data mungkin memuat penyimpangan seperti tersebut diatas. Dalam kondisi tersbeut, anggota KAP dapat tetap mematuhi ketentuan dalam butir ini selama anggota KAP dapat menunjukkan bahwa laporan atau data akan menyesatkan apabila tidak memuat penyimpangan seperti itu, dengan cara mengungkapkan penyimpangan dan estimasi dampaknya (bila praktis), serta alasan mengapa

iii kepatuhan atas prinsip akuntansi yang berlaku umum akan menghasilkan laporan yang menyesatkan. 3. Tanggung Jawab kepada Klien Informasi Klien yang Rahasia Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang rahasia, tanpa persetujuan dari klien. Ketentuan ini tidak dimaksudkan untuk:

Membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya sesuai dengan aturan etika kepatuhan terhadap standar dan prinsip-prinsip akuntansi. Mempengaruhi kewajiban anggota KAP dengan cara apapun untuk mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku seperti panggilan resmi penyidikan pejabat pengusut atau melarang kepatuhan anggota KAP terhadap ketentuan peraturan yang berlaku. Melarang review praktik profesional (review mutu) seorang anggota sesuai dengan kewenangan IAI atau Menghalangi anggota dari pengajuan pengaduan keluhan atau pemberian komentar atas penyidikan yang dilakukan oleh badan yang dibentuk IAI-KAP dalam rangka penegasan disiplin anggota.

4. Tanggungjawab kepada Rekan Seprofesi

Tanggung jawab kepada Rekan Seprofesi

Anggota wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan perkataan dan perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi.

Komunikasi Antarakuntan Publik

Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik pendahulu bila akan mengadakan perikatan (engagement) audit menggantikan akuntan publik pendahulu atau untuk tahun buku yang sama ditunjuk akuntan publik lain dengan jenis dan periode serta tujuan yang berlainan. Akuntan publik pendahulu wajib menanggapi secara tertulis permintaan komunikasi dari akuntan pengganti secara memadai.

Perikatan Atestasi

Akuntan publik tidak diperkenankan mengadakan perikataan atestasi yang jenis atestasi dan periodenya sama dengan perikatan yang dilakukan oleh akuntan yang lebih dahulu ditunjuk klien, kecuali apabila perikatan tersebut dilaksanakan untuk memnuhi ketentuan perundangundangan atau peraturan yang dibuat oleh badan yang berwenang. 5. Tanggungjawab dan Praktik Lain

Perbuatan dan Perkataan yang Mendiskreditkan

ii Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan dan/atau mengucapkan perkataan yang mencemarkan profesi.

Iklan, Promosi, dan Kegiatan Pemasaran Lainnya

Anggota dalam menjalankan praktik akuntan publik diperkenankan mencari klien melalui pemasangan iklan, melakukan promosi pemasaran dan kegiatan pemasaran lainnya sepanjang tidak merendahkan citra profesi.

Interpretasi Etika

Interpretasi Aturan Etika merupakan interpretasi yang dikeluarkan oleh Badan yang dibentuk oleh Himpunan setelah memperhatikan tanggapan dari anggota, dan pihak-pihak berkepentingan lainnya, sebagai panduan dalam penerapan Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya. Pernyataan Etika Profesi yang berlaku saat ini dapat dipakai sebagai Interpretasi dan atau Aturan Etika sampai dikeluarkannya aturan dan interpretasi baru untuk menggantikannya. Kepatuhan Kepatuhan terhadap Kode Etik, seperti juga dengan semua standar dalam masyarakat terbuka, tergantung terutama sekali pada pemahaman dan tindakan sukarela anggota. Di samping itu, kepatuhan anggota juga ditentukan oleh adanya pemaksaan oleh sesama anggota dan oleh opini publik, dan pada akhirnya oleh adanya mekanisme pemrosesan pelanggaran Kode Etik oleh organisasi, apabila diperlukan, terhadap anggota yang tidak menaatinya. Jika perlu, anggota juga harus memperhatikan standar etik yang ditetapkan oleh badan pemerintahan yang mengatur bisnis klien atau menggunakan laporannya untuk mengevaluasi kepatuhan klien terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Etika Profesi (Kode Etik) Salah satu cara profesi akuntan publik mewujudkan perilaku profesional salah satunya adalah pengaruh dari pelaksanaan etika profesi yang talah ditetapkan oleh IAI yaitu Kode Etik Akuntan Indonesia.

iii

Kode etik dibuat dengan tujuan untuk menentukan standar perilaku bagi para akuntan, terutama akuntan publik. Standar auditing adalah pengukur kualitas dan tujuan, sehingga jarang berubah, sedangkan prosedur audit adalah metode-metode atau tenik-teknik rinci untuk melaksanakan standar, sehingga prosedur akan dapat berubah-ubah bila lingkungan auditnya berubah. Standar Auditing dibuat berdasarkan konsep dasar. Konsep dasar sangat diperlukan karena merupakan dasar pembuatan standar yang berguna untuk memberikan

ii

pengarahan dan pengukuran kualitas dari mana prosedur audit dapat diturunkan

Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) terdiri dari tiga standar yaitu :
Standar Auditing Standar Atestasi Standar Jasa Akuntansi & Review
Kode Etik Akuntan Indonesia adalah pedoman bagi para anggota Ikatan Akuntan Indonesia untuk bertugas secara bertanggung jawab dan objektif. Rumusan Kode Etik saat ini sebagian besar dari rumusan kode etik yang dihasilkan dalam kongres ke-6 Ikatan Akuntan Indonesia dan ditambah dengan masukan-masukan yang diperoleh dari Seminar Sehari Pemutakhiran Kode Etik Akuntan Indonesia tanggal 15 Juni 1994 di Hotal Daichi Jakarta serta hasil pembahasan Sidang Komite Kode Etik Akuntan Indonesia tahun 1994 di Bandung.

Standar Profesional Akuntan Publik


Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari Standar Profesional Akuntan Publik (disingkat SPAP) adalah kodifikasi berbagai pernyataan standar teknis yang merupakan panduan dalam memberikan jasa bagi akuntan publik di Indonesia. SPAP dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI). Standar-standar yang tercakup dalam SPAP adalah: 1. Standar Auditing 2. Standar Atestasi

iii 3. Standar Jasa Akuntansi dan Review 4. Standar Jasa Konsultansi 5. Standar Pengendalian Mutu Kelima standar profesional di atas merupakan standar teknis yang bertujuan untuk mengatur mutu jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik di Indonesia.

Standar Profesional Akuntan Publik (disingkat SPAP) adalah kodifikasi berbagai pernyataan standar teknis yang merupakan panduan dalam memberikan jasa bagi Akuntan Publik di Indonesia. SPAP dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI). Tipe Standar Profesional 1. Standar Auditing 2. Standar Atestasi 3. Standar Jasa Akuntansi dan Review 4. Standar Jasa Konsultansi 5. Standar Pengendalian Mutu Kelima standar profesional di atas merupakan standar teknis yang bertujuan untuk mengatur mutu jasa yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik di Indonesia. 1. Standar Auditing

Standar Auditing adalah sepuluh standar yang ditetapkan dan disahkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), yang terdiri dari standar umum, standar pekerjaan lapangan, dan standar pelaporan beserta interpretasinya. Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis. Standar auditing terdiri atas sepuluh standar dan dirinci dalam bentuk Pernyataan Standar Auditing (PSA). Dengan demikian PSA merupakan penjabaran lebih lanjut masing-masing standar yang tercantum di dalam standar auditing. Di Amerika Serikat, standar auditing semacam ini disebut Generally Accepted Auditing Standards (GAAS) yang dikeluarkan oleh the American Institute of Certified Public Accountants (AICPA). Pernyataan Standar Auditing (PSA) PSA merupakan penjabaran lebih lanjut dari masing-masing standar yang tercantum didalam standar auditing. PSA berisi ketentuan-ketentuan dan pedoman utama yang harus diikuti oleh Akuntan Publik dalam melaksanakan penugasan audit. Kepatuhan terhadap PSA yang diterbitkan oleh IAPI ini bersifat wajib bagi seluruh anggota IAPI. Termasuk didalam PSA adalah Interpretasi Pernyataan Standar Auditng (IPSA), yang merupakan interpretasi resmi yang dikeluarkan oleh IAPI terhadap ketentuan-ketentuan yang diterbitkan oleh IAPI dalam PSA. Dengan demikian, IPSA memberikan jawaban atas pernyataan atau keraguan dalam penafsiran ketentuan-ketentuan yang dimuat dalam PSA sehingga merupakan perlausan lebih lanjut berbagai ketentuan dalam PSA. Tafsiran resmi ini bersifat mengikat bagi seluruh anggota IAPI, sehingga pelaksanaannya bersifat wajib.

ii
Standar umum

1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor. 2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor. 3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama.
Standar pekerjaan lapangan

1. Pekerjaan harus direncanakan sebaik-baiknya dan jika digunakan asisten harus disupervisi dengan semestinya. 2. Pemahaman memadai atas pengendalian intern harus diperoleh unutk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang akan dilakukan. 3. Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keungan yang diaudit.
Standar pelaporan

1. Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. 2. Laporan auditor harus menunjukkan atau menyatakan, jika ada, ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. 3. Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. 4. Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian tidak dapat diberikan. Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh audito 2.

Standar Atestasi Atestasi (attestation) adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan yang diberikan oleh seorang yang independen dan kompeten yang menyatakan apakah asersi (assertion) suatu entitas telah sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Asersi adalah suatu pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain, contoh asersi dalam laporan keuangan historis adalah adanya pernyataan manajemen bahwa laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Standar atestasi membagi tiga tipe perikatan atestasi (1) pemeriksaan (examination), (2) review, dan (3) prosedur yang disepakati (agreed-upon procedures). Salah satu tipe pemeriksaan adalah audit atas laporan keuangan historis yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Pemeriksaan tipe ini diatur berdasarkan standar auditing. Tipe pemeriksaan lain, misalnya pemeriksaan atas

iii informasi keuangan prospektif, diatur berdasarkan pedoman yang lebih bersifat umum dalam standar atestasi. Standar atestasi ditetapkan oleh Institut Akuntan Publik Indonesia. 3. Standar Jasa Akuntansi dan Review

Standar jasa akuntansi dan review memberikan rerangka untuk fungsi non-atestasi bagi jasa akuntan publik yang mencakup jasa akuntansi dan review. Sifat pekerjaan non-atestasi tidak menyatakan pendapat, hal ini sangat berbeda dengan tujuan audit atas laporan keuangan yang dilaksanakan sesuai dengan standar auditing. Tujuan audit adalah untuk memberikan dasar memadai untuk menyatakan suatu pendapat mengenai laporan keuangan secara keseluruhan, sedangkan dalam pekerjaan non-atestasi tidak dapat dijadikan dasar untuk menyatakan pendapat akuntan. Jasa akuntansi yang diatur dalam standar ini antara lain: Kompilasi laporan keuangan penyajian informasi-informasi yang merupakan pernyataan manajemen (pemilik) dalam bentuk laporan keuangan Review atas laporan keuangan - pelaksanaan prosedur permintaan keterangan dan analisis yang menghasilkan dasar memadai bagi akuntan untuk memberikan keyakinan terbatas, bahwa tidak terdapat modifikasi material yagn harus dilakukan atas laporan keuangan agar laporan tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia Laporan keuangan komparatif penyajian informasi dalam bentuk laporan keuangan dua periode atau lebih yang disajikan dalam bentuk berkolom 4. Standar Jasa Konsultansi

Standar Jasa Konsultansi merupakan panduan bagi praktisi (akuntan publik) yang menyediakan jasa konsultansi bagi kliennya melalui kantor akuntan publik. Dalam jasa konsultansi, para praktisi menyajikan temuan, kesimpulan dan rekomendasi. Sifat dan lingkup pekerjaan jasa konsultansi ditentukan oleh perjanjian antara praktisi dengan kliennya. Umumnya, pekerjaan jasa konsultansi dilaksanakan untuk kepentingan klien. Jasa konsultansi dapat berupa:

Konsultasi (consultation) memberikan konsultasi atau saran profesional (profesional advise) berdasarkan pada kesepakatan bersama dengan klien. Contoh jenis jasa ini adalah review dan komentar terhadap rencana bisnis buatan klien Jasa pemberian saran profesional (advisory services) - mengembangkan temuan, kesimpulan, dan rekomendasi untuk dipertimbangkan dan diputuskan oleh klien. Contoh jenis jasa ini adalah pemberian bantuan dalam proses perencanaan strategik Jasa implementasi - mewujudkan rencana kegiatan menjadi kenyataan. Sumber daya dan personel klien digabung dengan sumber daya dan personel praktisi untuk mencapai tujuan implementasi. Contoh jenis jasa ini adalah penyediaan jasa instalasi sistem komputer dan jasa pendukung yang berkaitan. Jasa transaksi - menyediakan jasa yang berhubungan dengan beberapa transaksi khusus klien yang umumnya dengan pihak ketiga. Contoh jenis jasa adalah jasa pengurusan kepailitan.

ii

Jasa penyediaan staf dan jasa pendukung lainnya - menyediakan staf yang memadai (dalam hal kompetensi dan jumlah) dan kemungkinan jasa pendukung lain untuk melaksanakan tugas yang ditentukan oleh klien. Staf tersebut akan bekerja di bawah pengarahan klien sepanjang keadaan mengharuskan demikian. Contoh jenis jasa ini adalah menajemen fasilitas pemrosesan data Jasa produk - menyediakan bagi klien suatu produk dan jasa profesional sebagai pendukung atas instalasi, penggunaan, atau pemeliharaan produk tertentu. Contoh jenis jasa ini adalah penjualan dan penyerahan paket program pelatihan, penjualan dan implementasi perangkat lunak komputer Standar Pengendalian Mutu

5.

Standar Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik (KAP) memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di dalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI) dan Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang diterbitkan oleh IAPI.

Unsur-unsur pengendalian mutu yang harus harus diterapkan oleh setiap KAP pada semua jenis jasa audit, atestasi dan konsultansi meliputi:

independensi meyakinkan semua personel pada setiap tingkat organisasi harus mempertahankan independensi penugasan personel meyakinkan bahwa perikatan akan dilaksanakan oleh staf profesional yang memiliki tingkat pelatihan dan keahlian teknis untuk perikatan dimaksud konsultasi meyakinkan bahwa personel akan memperoleh informasi memadai sesuai yang dibutuhkan dari orang yang memiliki tingkat pengetahuan, kompetensi, pertimbangan (judgement), dan wewenang memadai supervisi meyakinkan bahwa pelaksanaan perikatan memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh KAP pemekerjaan (hiring) meyakinkan bahwa semua orang yang dipekerjakan memiliki karakteristik semestinya, sehingga memungkinkan mereka melakukan penugasan secara kompeten pengembangan profesional meyakinkan bahwa setiap personel memiliki pengetahuan memadai sehingga memungkinkan mereka memenuhi tanggung jawabnya. Pendidikan profesional berkelanjutan dan pelatihan merupakan wahana bagi KAP untuk memberikan pengetahuan memadai bagi personelnya untuk memenuhi tanggung jawab mereka dan untuk kemajuan karier mereka di KAP promosi (advancement) meyakinkan bahwa semua personel yang terseleksi untuk promosi memiliki kualifikasi seperti yang disyaratkan untuk tingkat tanggung jawab yang lebih tinggi.

iii

penerimaan dan keberlanjutan klien menentukan apakah perikatan dari klien akan diterima atau dilanjutkan untuk meminimumkan kemungkinan terjadinya hubungan dengan klien yang manajemennya tidak memiliki integritas berdasarkan pada prinsip pertimbangan kehati-hatian (prudence) inspeksi meyakinkan bahwa prosedur yang berhubungan dengan unsur-unsur lain pengendalian mutu telah diterapkan dengan efektif

Aturan Etika ini harus diterapkan oleh anggota Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP) dan staf profesional (baik yang anggota IAI-KAP maupun yang bukan anggota IAI-KAP) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP). Dalam hal staf profesional yang bekerja pada satu KAP yang bukan anggota IAIKAP melanggar Aturan Etika ini, maka rekan pimpinan KAP tersebut bertanggung jawab atas tindakan pelanggaran tersebut.

C. PROFESI AKUNTAN PUBLIK Timbul dan berkembangnya profesi akuntan publik di suatu negara adalah sejalan dengan berkembangnya perusahaan dan berbagai bentuk badan hukum perusahaan di negara tersebut. Jika perusahaan-perusahaan di suatu negara berkembang sedemikian rupa sehingga tidak hanya memerlukan modal dari pemiliknya, namun mulai memerlukan modal dari kreditur, dan jika timbul berbagai perusahaan berbentuk badan hukum perseroan terbatas yang modalnya berasal dari masyarakat, jasa akuntan publik mulai diperlukan dan berkembang. Dari profesi akuntan publik inilah masyarakat kreditur dan investor mengharapkan penilaian yang bebas tidak memihak terhadap informasi yang disajikan dalam laporan keuangan oleh manajemen perusahaan. Profesi akuntan publik menghasilkan berbagai jasa bagi masyarakat, yaitu jasa assurance, jasa atestasi, dan jasa nonassurance. Jasa assurance adalah jasa profesional independen yang meningkatkan mutu informasi bagi pengambil keputusan. Jasa atestasi terdiri dari audit, pemeriksaan (examination), review, dan prosedur yang disepakati (agreed upon procedure). Jasa atestasi adalah suatu pernyataan pendapat, pertimbangan orang yang independen dan kompeten tentang apakah asersi suatu entitas sesuai dalam semua hal yang material, dengan kriteria yang telah ditetapkan. Jasa nonassurance adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan

ii publik yang di dalamnya ia tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan, atau bentuk lain keyakinan. Contoh jasa nonassurance yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik adalah jasa kompilasi, jasa perpajakan, jasa konsultasi. Secara umum auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan tentang kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan. Ditinjau dari sudut auditor independen, auditing adalah pemeriksaan secara objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi yang lain dengan, tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar keadaan keuangan dan hasil usaha perusahaan atau organisasi tersebut. Profesi akuntan publik bertanggung jawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan perusahaan-perusahaan, sehingga masyarakat keuangan memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai dasar untuk memutuskan alokasi sumber-sumber ekonomi.

Laporan Audit Laporan audit merupakan alat yang digunakan oleh auditor untuk mengkomunikasikan hasil auditnya kepada masyarakat. Oleh karena itu, makna setiap kalimat yang tercantum dalam laporan audit baku dapat digunakan untuk mengenal secara umum profesi akuntan publik. Laporan audit baku terdiri dari tiga paragraf, yaitu paragraf pengantar, paragraf lingkup, dan paragraf pendapat. Paragraf pengantar berisi objek yang diaudit oleh auditor dan penjelasan tanggung jawab manajemen dan tanggung jawab auditor. Paragraf lingkup berisi pernyataan ringkas mengenai lingkup audit yang dilaksanakan oleh auditor, dan paragraf pendapat berisi pernyataan ringkas mengenai pendapat auditor tentang kewajaran laporan keuangan auditan. Kalimat pertama paragraf pengantar yang berbunyi Kami telah mengaudit neraca PT X tanggal 31 Desember 20X2 dan 20X1 serta laporan laba-rugi, laporan ekuitas, serta laporan

iii arus kas untuk tahun yang terakhir pada tanggal-tanggal tersebut berisi tiga hal penting berikut ini; (1) Auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan setelah ia melakukan audit atas laporan keuangan tersebut, (2) Objek yang diaudit oleh auditor bukanlah catatan akuntansi melainkan laporan keuangan kliennya, yang meliputi neraca, laporan laba-rugi, laporan ekuitas, laporan arus kas. Kalimat kedua dan ketiga, paragraf pengantar berbunyi Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen perusahaan. Tanggung jawab kami terletak pada pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan audit kami. Tanggung jawab atas kewajaran laporan keuangan terletak di tangan manajemen, bukan di tangan auditor. Paragraf lingkup berisi pernyataan auditor bahwa auditnya dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh organisasi profesi akuntan dan beberapa penjelasan tambahan tentang standar auditing tersebut. Di samping itu, paragraf lingkup juga berisi suatu pernyataan keyakinan bahwa audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing tersebut memberikan dasar yang memadai bagi auditor untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. Kalimat pertama dalam paragraf lingkup laporan audit baku berbunyi, Kami melaksanakan audit berdasarkan standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia. Dalam kalimat ini auditor menyatakan bahwa audit atas laporan keuangan yang telah dilaksanakan bukan sembarang audit, melainkan audit yang dilaksanakan berdasarkan standar auditing yang ditetapkan oleh organisasi profesi auditor, yaitu Ikatan Akuntan Indonesia. Di samping itu, kalimat kedua dalam paragraf lingkup tersebut menyampaikan pesan bahwa: 1. dalam perikatan umum, auditor melaksanakan auditnya atas dasar pengujian, bukan atas -dasar perneriksaan terhadap seluruh bukti; 2. pemahaman yang memadai atas pengendalian intern merupakan dasar untuk menentukan jenis dan lingkup pengujian yang dilakukan dalam audit; 3. lingkup pengujian dan pemilihan prosedur audit ditentukan oleh pertimbangan auditor atas dasar pengalamannya;

ii 4. dalam auditnya, auditor tidak hanya melakukan pengujian terbatas pada catatan akuntansi klien, namun juga menempuh prosedur audit lainnya yang dipandang perlu oleh auditor. Paragraf pendapat digunakan oleh auditor untuk menyatakan pendapatnya atas kewajaran laporan keuangan auditan, berdasarkan kriteria prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia dan konsistensi penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam tahun yang diaudit dibanding dengan penerapan prinsip akuntansi tersebut dalam tahun sebelumnya. Ada empat kemungkinan pernyataan pendapat auditor, yaitu: 1. auditor menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion); 2. auditor menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion; 3. auditor menyatakan pendapat tidak wajar (adverse opinion); 4. auditor menyatakan tidak memberikan pendapat (disclaimer of opinion atau no opinion). Standar umum mengatur persyaratan pribadi auditor. Kelompok standar ini mengatur keahlian dan pelatihan teknis yang harus dipenuhi agar seseorang memenuhi syarat untuk melakukan auditing, sikap mental independen yang harus dipertahankan oleh auditor dalam segala hal yang bersangkutan dengan pelaksanaan perikatannya, dan keharusan auditor menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama. Ada tiga tipe auditor menurut lingkungan pekerjaan auditing, yaitu auditor independen, auditor pemerintah, dan auditor intern. Auditor independen adalah auditor profesional yang menjual jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya. Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi dalam pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan

iii terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi. Ada tiga tipe auditing, yaitu audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit operasional.

Tipe Audit dan Auditor Ada tiga tipe auditing, yaitu audit laporan keuangan, audit kepatuhan, dan audit operasional. Audit laporan keuangan adalah audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Audit kepatuhan adalah audit yang tujuannya untuk menentukan kepatuhan entitas yang diaudit terhadap kondisi atau peraturan tertentu. Audit operasional merupakan review secara sistematik atas kegiatan organisasi, atau bagian daripadanya, dengan tujuan untuk; (1) mengevaluasi kinerja, (2) mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan, (3) membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut Ada tiga tipe auditor menurut lingkungan pekerjaan auditing, yaitu auditor independen, auditor pemerintah, dan auditor intern. Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas laporan keuangan yang disajikan oleh kliennya. Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah, yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi dalam pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah. Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara maupun perusahaan swasta), yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, dan menentukan keandalan informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.

ii

Etika Profesional Profesi Akuntan Publik Setiap profesi yang menyediakan jasanya kepada masyarakat memerlukan kepercayaan dari masyarakat yang dilayaninya. Kepercayaan masyarakat terhadap mutu jasa akuntan publik akan menjadi lebih tinggi, jika profesi tersebut menerapkan standar mutu tinggi terhadap pelaksanaan pekerjaan profesional yang dilakukan oleh anggota profesinya. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik merupakan etika profesional bagi akuntan yang berpraktik sebagai akuntan publik Indonesia. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik bersumber dari Prinsip Etika yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia. Dalam konggresnya tahun 1973, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk pertama kalinya menetapkan kode etik bagi profesi akuntan Indonesia, kemudian disempurnakan dalam konggres IAI tahun 1981, 1986,1994, dan terakhir tahun 1998. Etika profesional yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dalam kongresnya tahun 1998 diberi nama Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia. Akuntan publik adalah akuntan yang berpraktik dalam kantor akuntan publik, yang menyediakan berbagai jenis jasa yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik, yaitu auditing, atestasi, akuntansi dan review, dan jasa konsultansi. Auditor independen adalah akuntan publik yang melaksanakan penugasan audit atas laporan keuangan historis yang menyediakan jasa audit atas dasar standar auditing yang tercantum dalam Standar Profesional Akuntan Publik. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia dijabarkan ke dalam Etika Kompartemen Akuntan Publik untuk mengatur perilaku akuntan yang menjadi anggota IAI yang berpraktik dalam profesi akuntan publik. Kode Etik IAI dibagi menjadi empat bagian berikut ini. (1) Prinsip Etika, (2) Aturan Etika, (3) Interpretasi Aturan Etika, dan (4) Tanya dan Jawab. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik terdiri dari berikut ini. 100 Independensi, Integritas dan Objektivitas 200 Standar Umum dan Prinsip Akuntansi 300 Tanggung Jawab kepada Klien 400 Tanggung Jawab kepada, Rekan Seprofesi 500 Tanggung Jawab dan Praktik Lain

iii

D. AUDIT LAPORAN KEUANGAN DAN TANGGUNG JAWAB AUDITOR

Topik 2 : Audit laporan keuangan & tanggung jawab auditor

Hubungan akuntansi dan auditing


Akuntansi: - Tanggung jawab manajemen - Berpedoman pada G.A.A.P. - Laporan keuangan dikirimkan kepada pemegang saham disertai laporan audit. Auditing: - Tanggung jawab auditor (akuntan) - Berpedoman kepada G.A.A.S/ S.P.A.P - Laporan audit dikirim kepada klien - Rekomendasi bernilai tambah dikirim kepada manajemen dan dewan direksi.

ii

Audit laporan keuangan & tanggung jawab auditor


1. Bukti (evidence) - Auditor hanya mencari bukti yang memadai untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran (fairness) laporan keuangan. - bukti validitas - bukti ketepatan ( sesuai G.A.A.P.) 2. Kebutuhan akan audit atas laporan keuangan : Pertentangan kepentingan ( manajemen,pemilik,kreditur ) Konsekuensi ( ekonomi,sosial ) KOMPLEKSITAS KETERPENCILAN ( JARAK,WAKTU,BIAYA)

3. Keterbatasan audit laporan keuangan : - Biaya audit yang memadai ( reasonable cost ) - Jumlah waktu yang memadai - Prinsip akuntansi alternatif - Estimasi akuntansi

4. Pihak yang berhubungan dengan auditor : - Manajemen - Dewan direksi dan Komite audit - Auditor internal - Pemegang saham

5. Standar audit
-

The ten generally accepted Auditing standars ( G.A.A.S.)

iii

6. Berbagai keyakinan yang diberikan auditor : - Auditor melaksanakan audit dengan kompetensi teknis ,integritas,independen dan objektif . - Auditor mendeteksi salah saji yang material baik yang disengaja maupun tidak. - Mencegah penerbitan laporan keuangan yang menyesatkan. 7. Srandar laporan keuangan. - Laporan bentuk standar dalai laporan yang memuat pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion ) - Paragraf pendahuluan - Paragraf ruang lingkup. - Paragraf pendapat. 8. Kecenderungan yang mempengaruhi tanggung jawab auditor :

- Teknologi informasi ( komputerisasi akuntansi ,elctronic commerce ) - Assurance services ( Web trust )

E. GAMBARAN UMUM PROSES AUDIT GAMBARAN UMUM PROSES AUDIT Tujuan menyeluruh dari suatu audit laporan adalah untuk menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien telah menyajikan secara wajar, dalam senua hal yang material sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP).Prosess diagonostik untuk membuat pertimbangan tentang akun yang mungkin mengandung salah saji yang material serta memperoleh bukti tentang penyajian yang wajar dalam laporan keuangan melibatkan sejumlah langkah. Bab ini berfokus pada tujuh langkah pokok yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan audit laporan keuangan:

ii 1. Memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industri 2. Mengindefikasi asersi laporan keuangan yang relevan 3. Membuat keputusan tentang jumlah yang material bagi para pengguna laporan keuangan 4. Membuat keputusan tentang komponen risiko audit 5. Memperoleh bukti melalui prosedur audit, termasuk prosedur untuk memahami pengendalian intern, melaksanakan pengujian pengendalian, dan melaksanakan pengujian substantif 6. Menetapkan bagaimana menggunakan bukti untuk mendukung suatu pendapat audit, komunikasi kepada klien lain, serta jasa bernilai tambah 7. Mengkomunikasikan temuan-temuan. Berikut ini adalah ikhtisar singkat bagaimana elemen-elemen ini dapat dipadukan bersama dalam pelaksanaan suatu audit. Seorang auditor harus mengembangkan pemahaman tentang bisnis dan industri agar dapat memahami substansi ekonomi suatu transaksi entitas dan bagaimana GAAP diterapkan dalam industri tersebut, serta untuk mengembangkan harapan tentang laporan entitas. Agar dapat mengelola audit tersebut dengan baik, maka auditor harus membagi audit menjadi audit-audit atas saldo akun pertama dan golongan transaksi, dan kemudian audit atas asersi laporan keuangan untuk setiap sald GAMBARAN UMUM PROSES AUDIT Tujuan menyeluruh dari suatu audit laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat apakah laporan keuangan klien telah menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (GAAP). Tujuh langkah pokok yang diperlukan dalam perencanaan dan pelaksanaan audit laporan keuangan adalah : - Memperoleh pemahaman tentang bisnis dan industry - Mengidentifikasi asersi laporan keuangan yang relevan - Membuat keputusan tentang jumlah yang material bagi para pengguna laporan keuangan - Membuat keputusan tentang komponen risiko audit - Memperoleh bukti melalui prosedur audit, termasuk prosedur untuk memahami pengendalian intern, melaksanakan pengujian pengendalian, dan melaksanakan pengujian substantive - Menetapkan bagaimana menggunakan bukti untuk mendukung suatu pendapat audit, komunikasi kepada klien lain, serta jasa bernilai tambah - Mengkomunikasikan temuan-temuan

iii

Agar dapat mengelola audit tersebut dengan baik, maka auditor harus membagi audit menjadi audit-audit atas saldo akun utama dan golongan transaksi, dan kemudian audit atas asersi laporan keuangan untuk setiap saldo akun dan golongan transaksi. Keputusan-keputusan pendahuluan ini akan membimbing kinerja prosedur audit untuk mengumpulkan bukti tentang asersi laporan keuangan, dan secara keseluruhan, kewajaran penyajian laporan keuangan. Audit memiliki nilai karena dapat memberikan keyakinan yang memadai bagi para pengguna laporan keuangan bahwa laporan keuangan tersebut bebas dari salah saji yang material.

o akun dan golongan transaksi.

F.

TUJUAN BUKTI DAN KERTAS KERJA AUDIT G. Kertas Kerja Audit adalah catatan yang dibuat dan data yang dikumpulkan pemeriksa secara sistematis pada saat melaksanakan tugas pemeriksaan. Kertas kerja audit memuat informasi yang memadai dan bukti yang mendukung kesimpulan dan pertimbangan auditor. Manfaat Kertas kerja audit adalah: 1. Memberikan dukungan utama terhadap Laporan Audit Kinerja. 2. Merupakan alat bagi atasan untuk mereview dan mengawasi pekerjaan para pelaksana audit. 3. Merupakan alat pembuktian yang mendukung kesimpulan dan rekomendasi signifikan dari auditor. 4. Menyajikan data untuk keperluan referensi. Syarat pembuatan Kertas kerja audit: a. Lengkap b.Bebas dari kesalahan, baik kesalahan hitung/kalimat maupun kesalahan penyajian informasi. c. Didasarkan pada fakta dan argumentasi yang rasional. d. Sistematis, bersih, mudah diikuti, dan rapi. e. Memuat hal-hal penting yang relevan dengan audit. f. Dalam kertas kerja audit harus mencantumkan kesimpulan hasil audit dan komentar atau catatan dari reviewer. (Deputi Bidang Akuntan Negara: 41-43) H. I. BUKTI AUDIT I. Bukti audit adalah segala informasi yang mendukung data yang disajikan dalam laporan keuangan , yang terdiri dari data akuntansi dan informasi pendukung lainnya , yang dapat digunakan oleh auditor sebagai dasar untuk menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan tersebut. Dasar pembahasan bukti audit adalah Standar Pekerjaan Lapangan khususnya standar ketiga ,mendasari pembahasan bukti audityang berbunyi : Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan dan konfirmasi sebagai dasar untuk menyatakan pendapat atas

ii laporan keuangan yang diaudit Bukti audit dapat dikelompokkan ke dalam 9 jenis bukti. Berikut ini dikemukakan ke Sembilan jenis bulti tersebut: J. II. PROSEDUR AUDIT K. Prosedur Audit adalah tindakan yang di lakukan atau metode dan taknik yang digunakan oleh auditor untuk mendapatkan atau mengevaluasi bukti audit. instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit. L. Adapun prosedur audit yang biasa dilakukan oleh auditor meliputi: 1.Inspeksi Merupakan pemeriksaan secara rinci terhadap dokumen dan kondisi fisik sesuatu. 2.Pengamatan (observation) Pengamatan atau observasi merupakan prosedur audit untuk melihat dan menyaksikan suatu kegiatan. 3.Permintaan Keterangan (enquiry) Merupakan prosedur audit yang dilakukan dengan meminta keterangan secara lisan. 4.Konfirmasi Konfirmasi merupakan bentukpenyelidikan yang memungkinkan auditor memperoleh informasi secara langsung dari pihak ketiga yang bebas. 5.Penelusuran (tracing) Penelusuran terutama dilakukan pada bahan bukti dokumenter. Dimana dilakukan mulai dari data awal direkamnya dokumen, yang dilanjutkan dengan pelacakan pengolahan data-data tersebut dalam proses akuntansi. 6.Pemeriksaan bukti pendukung (vouching) Pemeriksaan bukti pendukung (vouching) merupakan prosedur audit yang meliputi; Inspeksi terhadapdokumen-dokumen yang mendukung suatu transaksi atau data keuangan untuk menetukan kewajaran dan kebenarannya. Pembandingan dokumen tersebut dengan catatan akuntansi yang berkaitan. 7.Perhitungan (counting) Prosedur audit ini meliputi perhitungan fisik terhadap sumberdaya berwujud seperti kas atau sediaan tangan, pertangungjawaban semua formulir bernomor urut tercetak. 8.Scanning Scanning merupakan penelaahan secara cepat terhadap dokumen, cacatan, dan daftar untuk mendeteksi unsur-unsur yang tampak tidak biasa yang memerlukan penyelidikan lebih mendalam. 9.Pelaksanaan ulang (reperforming) Prosedur audit ini merupakan pengulangan aktivitas yang dilaksanakan oleh klien. 10.Computer-assisted audit techniques Apabila catatan akuntansi dilaksanakan dalam media elektronik maka auditor perlu menggunakan Computer-assisted audit techniques dalam menggunakan berbagai prosedur audit di atas. Situasi yang mengandung resiko besar Dalam situasi tertentu, resiko terjadi kesalahan dan penyajian yang salah dalam

iii akun dan di dalam laporan keuangan jauh lebih besar dibandingkan dengan situasi yang biasa. Untuk itu auditor harus waspada dalam menghadapi situasi audit sebagai berikut: 1)Pengendalian intern yang lemah 2)Kondisi keungan yang tidak sehat 3)Manajemen yang tidak dapat dipercaya 4)Penggantian auditor 5)Perubahan tarif atau peraturan pajak atas laba 6)Usaha yang berdifat spekulatif 7)Transaksi perusahaan yang bersifat kompleks Keputusan yang harus diambil oleh auditor berkaitan dengan bahan bukti Dalam proses pengumpulan bahan bukti, auditor melakukan empat pengambilan keputusan yang saling berkaitan, yaitu: 1.Penentuan prosedur audit yang akan digunakan. 2.Penentuan besarnya sampel untuk prosedur audit tertentu. 3.Penentuan prosedur tertentu yang harus dipilih melalui populasi. 4.Penentuan waktu yang cocok untuk melaksanakan prosedur audit tersebut. Penggolongan prosedur audit Prosedur untuk mendapatkan pemahaman Pengajuan pengendalian Pengujian subtantif Terdiri dari : 1. prosedur analitis 2. pengujian detil transaksi 3. pengujian detil saldo-saldo III. KERTAS KERJA Definisi Kertas Kerja SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraph 03 mendefinisikan kertas kerja sebagai berikut: kertas kerja adalah catatan-catatn yang diselenggarakan oleh auditor mengenai prosedur audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan simpulan yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya. Contoh kertas kerja adalah program audit, hasil pemahaman terhadap pengndalian intern, analisis, memorandum, surat konfirmasi, representasi klien, ikhtisar dari dokumen-dokumen perusahaan, dan daftar atau komentar yang dibuat atau diperoleh auditor. Data kertas kerja dapat disimpan dalam pita magetik, film, atau media yang lain. Fungsi kertas kerja : menyediakan penunjang utama bagi laporan audit membantu auditor dalam melaksanakan dan mensupervisi audit menjadi bukti bahwa audit telah di laksanakan sesuai dengan standar auditing Jenis kertas kerja: daftar saldo pemeriksaan hal ini menjadi penting karena : 1. merupakan penghubung antar rekening buku besar klien dengan pos yang dilaporkan dalam laporan keuangan. 2. merupakan pengontrol atas kertas kerja yang lain 3. memberi petunjuk pada kertas kerja yang mana dimuat bukti audit untuk setiap

M.

N.

O.

P. Q.

R.

ii pos laporan keuangan. Daftar dan analisis Memo audit dan informasi penguat Adalah data tertulis yang di buat auditor dalam bentuk uraian. Memo bisa berupa komentar atas pelaksanaan prosedur audit dan kesimpulan yang di capai. Sedang informasi penguat terdiri dari : 1. ringkasan atau intisari notulen rapat dewan komisaris 2. jawaban konfirmasi 3. representasi tertulis dari manajemen dan ahli dari luar 4. salinan kontrak politik jurnal penyesuaian dan reklasifikasi adalah koreksi atas kekeliruan, penghilangan atau kesalahan penerapan prinsip akuntansi yang dilakukan oleh klien. Jurnal reklasifikasi berkaitan dengan penyajian saldo yang benar dalam laporan keuangan secara baik. Pembuatan kertas kerja Beberapa teknik penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan kertas kerja : 1. judul 2. nomor indek 3. referensi silang 4. tanda pengerjaan 5. tanda tangan dan tanGgal Review kertas kerja review dilakukan oleh pengawas langsung dari si pembuat kertas kerja. Hal ini dilakukan apabila pekerjaan telah selesai dikerjakan, review di tekankan pada pekerjaan apa yang dilakukan, bukti yang di peroleh, dan kesimpulan yang di capai oleh pembuat kertas kerja. Pengarsipan kertas kerja Hal-hal yang biasa dimasukkan dalam arsip permanent : 1. salinan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga perusahaan 2. kode rekening dan buku pedoman prosedur 3. bagan organisasi 4. tata letak pabrik,prosesproduksi dan produk utama 5. ketentuan penerbitan saham dan obligasi 6. salinan kontrak jangka panjang 7. daftar rencan dep aktiva dan amortisasi utang jangka panjang 8. ringkasan prinsip akuntansi yang di gunakan oleh klien Pemilik dan Penympanan kertas kerja Kertas kerja adaah milik auditor. Kertas kerja di simpan oleh auditor dan ia bertanggung jawab dalam keamanan dan kerahasiaannya. Isi Kertas Kerja Kertas Kerja biasanya berisi dokumentai yang memperlihatkan: 1) Telah dilaksanakan standar pekerjaan lapangan pertama yaitu pemeriksaan telah direncanakan dan disupervisi dengan baik. 2) Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan kedua yaitu pemahaman memadai atas pengendalian intern telah diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang telah dilakukan.

S.

T.

U.

V.

W.

iii 3) Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan ketiga yaitu bukti audit telah diperoleh, prosedur audit telah ditetapkan, dan pengujian telah dilaksanakan , yang memberikan bukti kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. X. Tujuan Pembuatan Kertas Kerja Empat tujuan penting pembuatan kertas kerja adalah untuk: 1. Mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan auditan. Kertas kerja dapat digunakan oleh auditor untuk mendukung pendapatnya, dan merupakan bukti bahwa auditor telah melaksanakan audit yang memadai. 2. Menguatkan simpulan-simpulan auditor dan kompetensi auditnya. Auditor dapat kembali memeriksa kertas kerja yang telah dibuat dalam auditnya, jika di kemudian hari ada pihak-pihak yang memerlukan penjelasan mengenai simpulan atau pertimbangan yang telah dibuat oleh auditor dalam auditnya. 3. Mengkoordinasi dan mengorganisasi semua tahap audit. Audit yang dilaksanakan oleh auditor terdiri dari berbagai tahap audit yang dilaksanakan dalam berbagai waktu, tempat, dan pelaksana. Setiap audit tersebut menghasilkan berbagai macam bukti yang membentuk kertas kerja. Pengkordinasian dan pengorganisasian berbagai tahap audit tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan kertas kerja. 4. Memberikan pedoman dalam audit berikutnya. Dari Kertas Kerja dapat diperoleh informasi yang sangat bermanfaat untuk audit berikutnya jika dilakukan audit yang berulang terhadap klien yang sama dalam periode akuntansi yang berlainan, auditor memerlukan informasi mengenai sifat usaha klien, catatan dan ank e akuntansi klien, pengendaian intern klien, dan rekomendasi perbaikan yang diajukan kepada klien dalam audit yang lalu, jurnaljurnal adjustment yang disarankan untuk menyajikan secara wajar laporn keuangan yang lalu. Y. Kepemilikan krtas kerja dan kerahasiaan informasi dalam kertas kerja SA Seksi 339 Kertas Kerja paragraph 06 mengatur bahwa kertas kerja adalah milik kantor akuntan publik, bukan milik klien atau milik pribadi. Namun, hak kepemilikan kertas kerja oleh kantor akuntan publik masih tunduk pada pembatasan-pembatasan yang diatur dalam Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang berlaku, ntuk meghindarkan penggunaan hal-hal yag bersifat rahasia oleh auditor untuk tujuan yangtidak semestinya. Kertas keja yang bersifat rahasia berdasarkan SA Seksi 339 paragraf 08 mengatur bahwa auditor harus menerapkan prosedur memadai untuk menjaga keamanan kertas kerja dan harus menyimpannya sekurang-kurangnya 10 tahun. Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik memuat aturan yang berkaitan dengan kerahasiaan kertas kerja. Aturan Etika 301 berbunyi sebagai berikut: Anggota Kompartemen Akuntan Pubik tidak diperkenankan mengungkapkan informasi klien yang rahasia tanpa persetujuan dari klien. Z. Hal-hal yang membuat auditor dapat memberikan informasi tentang klien kepada pihak lain adalah : Jika klien tersebut menginginkannya,. Jika misalnya praktek kantor akuntan dijual kepada akuntan publik lain, jika kertas kerjanya diserahkan kepada pembeli harus atas seijin klien.

ii Dalam perkara pengadilan (dalam perkara pidana). Dalam program pengendalian mutu, profesi akuntan publik dapat menetapkan keharusan untuk mengadakan peer review di antara sesame akuntan publik. Untuk me-review kepatuhan auditor terhadap standar auditing yang berlaku, dalam peer review informasi yang tercantum dalam kertas kerja diungkapkan kepada pihak lain (kantor akuntan public lain) tanpa memerlukan izin dari klien yang bersangkutan dengan kertas kerja tersebut. AA. Faktor faktor yang harus diperhatikan oleh auditor dalam pembuatan kertas kerja yang baik Kecakapan teknis dan keahlian professional seorang auditor independen akan tercermin pada kertas kerja yang dibuatnya. Auditor yang kompeten adalah auditor yang mampu menghasilkan kertas kerja yang benar-benar bermanfaat. Ada lima ank e yang harus diperhatikan untuk memenuhi tujuan ini: 1. Lengkap. Kertas kerja harus lengkap dalam arti: a) Berisi semua informasi yang pokok. b) Tidak memerlukan tambahan penjelasan secara lisan. 1. Teliti. Memperhatikan ketelitian penulisan dan perhitungan sehingga kertas kerjanya bebas dari kesalahan tulis dan perhitungan. 2. Ringkas. Kertas kerta dibatasi pada informasi yang pokok saja dan yang relevan dengan tujuan audit yang dilakukan serta disajikan secara ringkas. Harus menghindari rincian yang tidak perlu, serta merupakan ringkasan dan

BUKTI AUDIT,TUJUAN AUDIT,DAN KERTAS KERJA


1. BUKTI AUDIT Bukti audit merupakan konsep fundamental dalam auditing. SA 326.14 menyatakan bahwa bukti audit terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat yang tersedia bagi auditor kedua kategori bukti audit diperlukan dalam melakukan suatu audit sesuai dengan standar auditing. Tujuan standar pekerjaan lapangan ketiga Bukti audit kompeten yang cukup harus diproleh melalui inspeksi, pengamatan,pengajuan pertanyaan,dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit. Cukup atau tidaknya bukti audit Yang harus dipertimbangkan auditor dalam menentukan cukup tidaknya bukti audit adalah Materialitas dan resiko

iii Faktor ekonomis Besarnya dan karakteristik populasi Kompetensi bukti Kompetensi informasi penguat tergantung pada beberapa faktor antara lain: 1. Relevensi 2. Sumber 3. Ketepatan waktu 4. Obyektivitas Dasar yang memadai Persyaratan dasar yang memadai berkaitan dengan tingkat keyakinan menyeluruh yang diperlukan auditor dalam menyimpulkan audit untuk menyatakan suatu pendapat tentang laporan keuangan,dalam melaksanakan suatu program audit auditor bisa mengkuantifikasi tingkat keyakinan secara statistik untuk beberapa unsur individual dalam laporan keuangan. Jenis-jenis informasi penguat Adapun jenis-jenis informasi penguat yang tersedia bagi auditor untuk mengaudit suatu laporan keuangan adalah Bukti analitis Bukti dokumen Konfirmasi Pernyataan tertulis Bukti perhitungan Bukti lisan Bukti fisik Bukti elektronik

2. TUJUAN AUDIT Tujuan umum suatu audit atas laporan keuangan adalah memberikan suatu pernyataan pendapat mengenai apakah laporan keuangan klien telah disajikan secara wajar, dalam segala hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi berlaku umum.Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam audit biasanya dirumuskan tujuan khusus audit untuk setiap rekening yang dilaporkan dalam laporan keuangan,tujuan khusus ini berasal dari asersiasersi yang dibuat manajemen dalam laporan keuangan. Asersi-asersi manajemen dalam laporan keuangn Laporan keuangan berisi asersi-asersi manajemaen yang eksplisit dan implisit. Dalam pelaporan pos dineraca , manajemen membut dua asersi eksplisit yaitu kas benar-benar ada,dan jumlah kas yang benar adalah sebesar yang terdapat dineraca,manajemen

ii membuat tiga asesrsiimplisit yaitu semua kas yang harus dilaporkan telah dimasukkan, semua kas yang dilaporkan merupakan milik satuan usaha, dan tidak terdapat pembatasan dalam penggunaan kas. Asersi yang sama melandasi semua aktiva, kewajiban, pendapatan,dan biaya-biaya komponen laporan keuangan. Dalam PSA No.07,bukti audit(SA326.03),disebutkan lima golongan asersi pelaporan keuangan Keberadaan atau keterjadian(existence oroccorrence) Kelengkapan(Completeness) Hak dan kewajiban(righand obligation) Penilaiaan(valuation) atau pengalokasian(allocation) Penyajian dan pengungkapan(presentation and disclosure)

3. KERTAS KERJA PSA No.15, kertas kerja(SA339.03)menyebutkan bahwa kertas kerja adalah catatancatatan yang diselenggarakan auditor mengenai audit yamg ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diprolehnya dan kesimpulan yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya. Fungsi kertas kerja adalah Menyediakan penunjang utama bagi laporan audit Membantu auditor dalam melaksanakan dan mensupervisi audit Menjadi bukti bahwa audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar auditing Jenis kertas kerja Jenis kertas kerja yang dibuat oleh auditor terdiri dari: Daftar saldo pemeriksaan (working trial balance) Daftar dan analisis(schedules and analysis) Memorandum dan informasi pendukung Jurnal penyesuaian dan reklasifikasi Pembuatan kertas kerja Tehnik-tehnik penting yang harus perhatikan auditor dalam membuat kertas kerja: Judul. setiap kertas kerja harus berisi nama klien,judul yang jelas menunjukan isi kertas kerja yang bersangkutan Nomor index. Setiap kertas kerja harus diberi index atau referensi Referensi silang. Data dalam kertas kerja yang diambil dari kertas kerja lain atau dipindahkan atau dibawa kekertas kerja lain harus diberi referensi silang dengan nomor index dari kertas kerja tersebut Tanda pengerjaan. Tanda pengerjaan adalah simbol yang digunakan pada kertas kerja untuk menunjukan bahwa auditor telah melakukan prosedur audit tertentu pada bagian yang diberi tanda pengerjaan

iii Tandatangan dan tanggal. Segera setelah menyelesaikan tugasnya,baik pembuat maupun mereview kertas kerja harus menandatangani dan mencantumkan tanggal pada kertas kerja yang bersangkutan Review atas kertas kerja Pada tahap pertama,review dilakukan oleh pengawas langsung dari si pembuat kertas kerja,review ditekankan terutama pada pekerjaan apa yang dilakukan,bukti yang diproleh,dan kesimpulan yang dicapai oleh pembuat kertas kerja.Review berikutnya dilakukanatas kertas kerja apabila seluruh pekerjaan lapangan selesai dikerjakan. Pengarsipan kertas kerja Dua kategori pengarsipan kertas kerja: 1. arsip permanen berisi data yangdiperkirakan akan berguna bagi auditor pada banyak penugasan dimasa datang untuk klien ynag bersangkutan. 2. arsip tahun berjalan berisi informasi penguat yang berhubungan dengan pelaksanaan program audit pada tahun berjalan. Hal-hal yang dimasukkan dalam arsip permanen adalah Salinan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga perusahaan Kode rekening dan buku pedoman prosedur Bagan organisasi Tata letak pabrik,proses produksi,dan produk-produk utama Ketentuan-ketentuan penerbitan saham dan obligasi Salinan kontrak-kontrak jangka panjang Daftar rencana depresiasi aktiva tetap dan amortisasi utang jangka panjang Ringkasan prinsip-prinsip akuntansiyang digunakan oleh klien Pemilik dan penyimpanan kertas kerja Kertas kerja adalah milik auditor. Kertas kerja disimpan oleh auditor dan ia bertanggung jawab untuk menjaga keamanan dan kerahasiannya. Kertas kerja yang termasuk dalam kategori kertas kerja permanen disimpan untuk waktu yang tidak terbata,sedangkan kertas kerja tahun berjalan disimpan oleh auditor sepanjang diperlukan oleh auditor untuk melayani klien atau untuk memenuhi ketentuan undang-undang.

JENIS-JENIS PENGUJIAN
Pengujian pengendalian Pengujian pengendalian dilakukan untuk mendapatkan bukti tentang keefektifan rancangan dan pengoperasian kebijakan dan prosedur struktur pengendalian intern.Pengujian pengendalian juga mencakup pengajuan peryanyaan kepada para

ii karyawan tentang prosedur pengendalian yang mereka kerjakan dan auditor melakukan ulang prosedur-prosedur tersebut. Pengujian substantif Pengujian substantif terdiri dari prosedur analitis,pengujian detil transaksi, dan pengujian detil saldo-saldo.penggolongan prosedur auditing ini dimaksudkan untuk mendapatkan bukti tentang kewajaran asersi-asersimanajemen dalam laporan keuangan. Pada umumnya auditor melakukan pengujian detil transaksi untuk memastiakn semua kebijakan dan prosedur pengendalian yang bisa diterapkan telah diikuti dalam memproses transaksi(pengujian pengendalian)dan transaksi-transaksi yang telah dijurnal dan diposting ke buku besar dengan benar.Apabila kedua tujuan itu dilakukan dengan test yang sama atau bersamaa, maka hal itu disebut pengujian bertujuan ganda.
Tujuan umum audit atas laporan keuangan adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran laporan keuangan, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum diIndonesia. Kewajaran laporan keuangan dinilai berdasarkan asersi yang terkandung dalam setiap unsur yang disajikan dalam laporan keuangan. Tabel hubungan asersi manajemen dan tujuan umum audit Bukti audit merupakan konsep fundamental dalam auditing. Dalam SA 326.14 menyatakan bahwa bukti audit terdiri dari data akuntansi dan semua informasi penguat yang tersedia bagi auditor. Contoh bukti audit dari masing-masing kategori tersebut adalah: Data akuntansi: Buku jurnal Buku besar dan buku besar pembantu Buku pedoman akuntansi Memorandum dan catatan tak resmi, seperti; kertas kerja, perhitunganperhitungan, dan rekonsiliasi. Informasi penguat: Dokumen seperti cek, faktur, surat kontrak, notulen rapat. Konfirmasi dan pernyataan tertulis dari pihak yang mengetahui Informasi yang diperoleh melalui pengajuan pertanyaan. Informasi lain yang dikembangkan atau tersedia bagi auditor. Dalam sistem pengolahan data elektronik, data akuntansi dan informasi penguat bisa berbentuk media elektronik seperti disk, pita elektronik magnetik, tapi bisa juga dalam bentuk hard copy atau cetakan. Kedua kategori bukti audit diperlukan dalam melakukan suatu audit sesuai dengan standar auditing. Prosedur audit merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan atau metode dan teknik yang digunakan oleh auditor untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti audit. Prosedur bisa diterapkan pada data akuntansi ataupuan pada proses untuk mendapatkan dan mengevaluasi informasi penguat.

iii

JENIS-JENIS PROSEDUR AUDIT

Prosedur audit yang biasa dilakukan auditor yaitu: Prosedur analitis Menginspeksi Mengkonfirmasi Mengajukan pertanyaan Menghitung Menelusur Mencocokkan kedokumen Mengamati Melakukan ulang, serta Teknik audit berbantuan komputer.
PENGGOLONGAN PROSEDUR AUDIT

Prosedur-prosedur audit biasanya diklesifikasikan berdasarkan tujuannya menjadi beberapa kategori, yaitu Prosedur-prosedur untuk Mendapatkan Pemahaman Standar pekerjaan lapangan mengharuskan auditor untuk mendapatkan pemahaman tantang struktur pengendalian intern pada perusahaan klien yang memadai untuk merencanakan audit. Untuk memenuhi standar ini auditor mengajukan berbagai pertanyaan kepada manajemen tentang kebijakan dan prosedur pengendalian intern dan menginspeksi pedoman akuntansi serta flowchart sistem akuntansi. Selain itu auditor juga bisa memperoleh pemahaman mengenai struktur pengendalian intern dengan cara mengamati aktivitas dan operasi perusahaan. Dalam melaksanakan prosedur-prosedur tersebut, auditor terutama memusatkan perhatian pada rancangan(design) struktur pengendalian intern klien, yakni bagaimana sistem tersebut diharapkan akan bekerja. KERTAS KERJA Pendokumentasian bukti audit diselenggarakan dalam kertas kerja. Dalam PSA No.15, kertas kerja (SA 339.03)menyebutkan bahwa kertas kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan auditor auditor mengenai audit yang ditempuhnya , pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan kesimpulan yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya yang berfungsi untuk: Menyediakan penunjang utama bagi laporan audit Membantu auditor dalam melaksanakan dan mensupervisi audit Menjadi bukti bahwa audit telah dilaksanakan sesuai dengan standar auditing Jenis-jenis Kertas Kerja Berbagai kertas kerja dibuat auditor selama audit berlangsung. Kertas kerja tersebut terdiri dari 1. Daftar saldo pemeriksaan 2. Daftar dan analisis 3. Memorandum dan informasi pendukung, dan 4. Jurnal penyesuaian dan reklasifikasi. Daftar Saldo Pemeriksaan Kertas kerja daftar saldo pemeriksaan sangat pentingdalam suatu audit, karena: Merupakan penghubung antara rekening-rekening buku besar klien dengan

ii
pos-pos yang dilaporkan dalam laporan keuangan. Merupakan pengontrolatas kertas-kertas kerja yang lain. Memberi petunjuk pada kertas kerja yang mana dimuat bukti audit untuk setiap pos laporan keuangan. Daftar dan Analisis Istilah kertas kerja daftar dan kertas kerja analisis bisa dipakai saling menggantikan untuk menunjukkan kertas kerja individual yang berisi bukti-bukti yang mendukung pos-pos yang terdapat dalam daftar saldo pemeriksaan. Apabila beberapa rekening buku besar digabungkan untuk tujuan pelaporan, maka perlu dibuat suatu daftar kelompok (atau bisa disebut juga daftar utama). Selain menunjukkan rekening-rekening buku besar yang termasuk dalam kelompok yang bersangkutan, daftar utama menunjukkan pula kertas kerja daftar atau analisis individual yang berisi bukti audit yang diperoleh untuk masing-masing rekening yang termauk dalam kelompok yang bersangkutan. Daftar atau analisis individual seringkali menunjukkan komposisi dari suatu saldo rekening pada suatu tanggal tertentu, apabila auditor melakukan audit atas piutang dagang, maka ia akan membuat daftar utama untuk piutang dagang yang berisi aftar saldo piutang pada setiap debitor. Atau dalam hal auditor melakukan audit atas surat berharga, maka ia akan membuat daftar semua investasi masing-masing yang totalnya sama dengan saldo rekening surat berharga dibuku besar. Kertas kerja daftar saldo bisa juga menunjukkan perubahan yang terjadi pada satu atau lebih saldo yang berhubungan selama periode yang diliput laporan keuangan. Dalam keadaan tertentu, auditor menyusun daftar dari suatu rekening tertentu yang diberi index DOK yang berarti disusun oleh klien. Auditor selanjutnya melakukan pemeriksaan atas daftar tersebut dengan menyantumkan tickmark(tanda prosedur yang dikerjakan) beserta penjelasan dalam kertas kerja. PEMBUATAN KERTAS KERJA Teknik penting yang harus diperhatikan dalam pembuatan kertas kerja, yaitu: Judul setiap kertas kerja harus berisi nama klien, judul yang jelas menunjukkan isi kertas kerja yang bersangkutan. Nomor Index setiap kertas kerja harus diberi index atau nomor referensi, misalnya A-1, B-2, dan sebagainya, untuk keperluan pemberian identivikasi dan pengarsipan. Referensi-Silang data dalam suatu kertas kerja yang diambil dari kertas kerja lain atau dipindah atau dibawa ke kertas kerja lain, harus diberi referensi silang dengan nomor index dari kertas-kertas kerja tersebut. Tanda Pengerjaan(tick marks) tanda pengerjaan adalah simbol, seperti tanda silang ,centang, atau tanda lainnya, yang digunakan pada kertas kerja untuk menunjukkan bahwa auditor telah melakukan prosedur audit tertentu pada bagian yang diberi tanda pengerjaan, atau bahwa tambahan informasi tentang sesuatu hal terdapat pada kertas kerja lain yang ditunjukkan oleh tanda pengerjaan yang bersangkutan. Tandatangan dan Tanggal segera setelah menyelesaikan tugasnya,baik pembuat maupun orang yang mereview kertas kerja, harus menandatangani dan mencantumkan tanggal pada kertas kerja yang bersangkutan. Hal ini diperlukan agar jelas siapa penanggungjawab dalam

iii
pembuatan kertas kerja maupun orang yang telah mereview kertas kerja. REVIEW ATAS KERTAS KERJA Review atas kertas kerja dalam suatu kantor akuntan publik dilakukan pada berbagai tingkat. Pada tahap pertama, review dilakukan oleh pengawas langsung(supervisor) dari si pembuat kertas kerja, misal auditor senior atau manager. Review ini dilakukan apabila pekerjaan atas suatu bagian audit tertentu telah selesai dikerjakan. Review berikutnya dilakukan atas kertas kerja apabila seluruh pekerjaan lapangan telah selesai dikerjakan. PENGARSIPAN KERTAS KERJA Kertas kerja biasanya diarsipkan berdasarkan dua kategori, yaitu: Arsip permanen Berisi data yang diperkirakan akan berguna bagi auditor pada banyak penugasan di masa datang untuk klien yang bersangkutan. Arsip Tahun Berjalan Berisi informasi penguat yang berhubungan dengan pelaksanaan program audit pada tahun berjalan. Hal-hal yang biasanya dimasukkan kedalam arsip permanen adalah: Salinan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga perusahaan Kode rekening dan buku pedoman prosedur Bagan organisasi Tata letak pabrik, proses produksi, dan produk-produk utama. Ketentuan-ketentuan penerbitan saham dan obligasi. Salinan kontrak-kontrak jangka panjang. Daftar rencana depresiasi aktiva tetap dan amortisasi utang jangka panjang. Ringkasan prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan oleh klien. PEMILIK DAN PENYIMPAN KERTAS KERJA Kertas kerja adalah milik auditor, namun hak pemilikan auditor atas kertas kerja ini mendapat kendala dari organisasi profesi si auditor sendiri.Kertas kerja disimpan auditor dan ia bertanggungjawab untuk menjaga keamanan dan kerahasiaannya. Kertas kerja dalam kategori kertas kerja permanen, disimpan untuk waktu yang tak terbatas, sedangkan kertas kerja tahun berjalan disimpan oleh auditor sepanjang diperlukan oleh auditor untuk melayani klien atau untuk memenuhi ketentuan undang-undang.

BB.

PROGRAM AUDIT,PROSEDUR AUDIT, DAN PERENCANAAN AUDIT 1. Pengertian Program Audit

Program audit adalah rangkaian yang sistematis dari prosedur-prosedur audit untuk mencapai tujuan audit. Dengan demikian program audit merupakan rencana langkah kerja yang harus dilaksanakan berdasarkan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan. Pada dasarnya program audit merupakan rencana tertulis untuk mengarahkan audit, dan oleh karena itu merupakan salah satu alat pengendalian audit. Secara singkat program audit digunakan untuk menjawab: what is to be done, when it is to be done, how it is to be done, who will do it, dan how long it will take 2. Pendekatan Dalam Program Audit

ii Penyusunan program audit harus disesuaikan dengan kondisi organisasi/ bidang/ area fungsional yang akan diaudit. Pendekatan yang dapat digunakan dalam mengembangkan program audit adalah: a. Menyusun program audit selama tahap persiapan audit, b. Menyusun program audit setelah melaksanakan survai pendahuluan, dan c. Menggunakan program audit standar untuk operasi yang spesifik. 3. Jenis Program Audit Berdasarkan kepada sifat operasi yang akan diaudit, program audit dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu : a. Program audit individual (tailored/ individual audit program) Program audit individual yaitu program audit yang disusun tersendiri untuk masing-masing audit, dan tidak menggunakan bentuk standar, serta disusun setelah melaksanakan survai pendahuluan. b. Program audit proforma Program audit proforma yaitu program audit yang dikembangkan untuk berbagai tujuan dan disiapkan guna mengumpulkan informasi yang sama dari beberapa periode untuk melihat kecenderungan/trend dan perubahan-perubahannya. Program audit proforma disiapkan sebelum survai pendahuluan dilaksanakan, dan dapat direvisi bila hasil survai pendahuluan menunjukkan adanya perubahan-perubahan dari kegiatan-kegiatan yang diaudit. 4. Informasi Dalam Program Audit Program audit disiapkan oleh Ketua Tim Audit Internal dan disetujui oleh Kepala Bagian Audit Internal. Program audit yang baik harus memuat informasi mengenai: a. Tujuan audit Tujuan audit yang dimaksud dalam program audit adalah tujuan yang bersifat khusus bukan tujuan umum seperti yang terdapat pada batasan dan ruang lingkup audit internal. Tujuan audit yang bersifat khusus tersebut dikaitkan dengan tujuan operasi yang akan diauditnya, dimana tujuan audit ditetapkan untuk menentukan apakah sistem operasi yang dirancang dan diimplementasikan dapat mencapai tujuannya atau tidak. b. Daftar Pengendalian yang ada atau yang diperlukan

iii Daftar pengendalian yang ada/diperlukan/semestinya ada pada operasi yang diaudit digunakan sebagai kriteria untuk menguji/ mengevaluasi bidang/ area yang diaudit. Dalam hal ini prosedur audit dikembangkan berdasarkan kriteria tersebut. c. Prosedur audit. Prosedur audit merupakan suatu teknik yang digunakan auditor untuk memperoleh bukti audit yang akan digunakan untuk menentukan apakah tujuan operasi yang diaudit dapat tercapai atau tidak. d. Staf pelaksana. e. Komentar atas hasil pengujian. I. Prosedur Pelaksanaan Secara umum, prosedur pelaksanaan audit adalah sebagai berikut: 1. Persiapan Audit Kinerja 2. Pengujian Pengendalian Manajemen 3. Pengukuran dan Pengujian Key Performance Indicator (KPI) atau yang disebut Indikator Kinerja Kunci (IKK). 4. Review Operasional 5. Pembuatan Kertas Kerja Audit (KKA) 6. Pelaporan 7. Pemantauan Tindak Lanjut Deskripsi Prosedur Pelaksanaan Audit Kinerja BUMN/BUMD 1. Perencanaan Audit Kinerja Dalam Pedoman Pelaksanaan Audit Kinerja, Perencanaan audit merupakan langkah penting yang dilakukan untuk memenuhi standar audit. Dalam perencanaan audit perlu memperhatikan perkiraan waktu dan petugas audit, selain itu juga mempertimbangkan perencanaan lainnya yang meliputi: 1. Sumber dan cara memperoleh informasi yang cukup mengenai auditan 2. Hasil audit yang diperoleh pada tahap sebelumnya. 2. Prosedur Pelaksanaan Audit Kinerja Pengertian Prosedur menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1993: 703) adalah tahap-tahap kegiatan untuk menyelesaikan suatu aktivitas. Menurut Setyawan (1988: 35), prosedur adalah langkah-langkah yang harus dilaksanakan guna mencapai tujuan pemeriksaan. Pelaksanaan Audit Kinerja oleh kantor akan berdasarkan prosedur yang terdiri dari tahapan Audit Kinerja yang menguraikan tentang bagaimana langkah kerja Audit Kinerja itu dilakukan.

1. Fungsi Perencana Audit

ii Sebelum melaksanakan pekerjaan audit, terlebih dahulu auditor internal harus menyusun rencana audit secara sistematis. Rencana audit tersebut berfungsi sebagai: a. Pedoman pelaksanaan audit, b. Dasar untuk menyusun anggaran, c. Alat untuk memperoleh partisipasi manajemen, d. Alat untuk menetapkan standar, e. Alat pengendalian, dan f. Bahan pertimbangan bagi akuntan publik yang diberi penugasan oleh perusahaan. 2. Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan Hal yang harus dipertimbangkan oleh auditor dalam perencanaan audit adalah: a. Masalah yang berkaitan dengan bisnis satuan usaha tersebut dan industri dimana satuan usaha tsb beroperasi didalamnya, b. Kebijakan dan prosedur akuntansi satuan usaha tersebut, c. Metode yang digunakan oleh satuan usaha tersebut dalam mengolah informasi akuntansi, d. Penetapan tingkta resiko pengendalian yang direncanakan, e. Pertimbangan awal tentang materialitas untuk tujuan audit, f. Pos laporan keuangan yang mungkin memerlukan penyesuaian. g. kondisi yang mungkin memerlukan perluasan atau pengubahan pengujian audit, dan h. Sifat audit yang dilaporkan akan diserahkan kepada pemberi tugas. 3. Isi Perencanaan Audit Isi audit plan (perencanaan audit) meliputi tiga hal pokok yang terdidi dari: a. Hal-hal mengenai client, b. Hal-hal yang mempengaruhi client, dan c. Rencana kerja Auditor.

iii 4. Metode Dalam Perencanaan Audit Secara umum, rencana audit disusun setelah auditee ditetapkan. Yang dimaksud dengan auditee adalah entitas organisasi, atau bagian/ unit organisasi, atau operasi dan program termasuk proses, aktivitas dan kondisi tertentu yang diaudit. Penyeleksian auditee dapat dilakukan dengan 3 (tiga) metode, yaitu: a. Systematic selection Bagian audit internal menyusun suatu jadwal audit tahunan yang berkenaan dengan audit yang diperkirakan akan dilaksanakan. Secara tipikal jadwal tersebut dikembangkan dengan mempertimbangkan risiko. Auditee potensial yang menunjukkan tingkat risiko yang tinggi mendapat prioritas untuk dipilih. b. Ad Hoc Audits Metode ini digunakan dengan mempertimbangkan bahwa operasi tidak selalu berjalan tepat seperti yang direncanakan. Manajemen dan dewan komisaris sering menugaskan auditor internal untuk mengaudit bidang/ area fungsional tertentu yang dipandang bermasalah. Dengan demikian manajemen dan dewan komisaris memilih auditee bagi auditor internal. c. Auditee Requests Beberapa manajer merasa bahwa mereka memerlukan input dari auditor internal untuk mengevaluasi kelayakan dan keefektifan pengendalian internal serta pengaruhnya terhadap operasi yang berada di bawah supervisinya. Oleh karena itu, mereka mengajukan permintaan untuk diaudit. Tetapi dalam hal ini auditor internal tetap harus mempertimbangkan risiko dan prioritasnya. 5. Kegiatan Dalam Perencanaan Audit Rencana audit harus disusun dan didokumentasikan dengan baik dan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. Penetapan tujuan dan ruang lingkup audit Secara umum tujuan fungsi audit internal adalah untuk membantu manajemen dalam mencapai akuntabilitasnya dan memberikan solusi alternatif utnuk memperbaiki pengendalian manajemen. Secara individual, tujuan audit internal dapat diklasifikasikan berdasarkan 3 (tiga) kategori aktivitas audit. b. Review atas file audit Review ini dilakukan dengan cara mempelajari kembali laporan-laporan dan informasi dari file audit yang telah dilakaukan sebelumnya. Review ini bermanfaat untuk mengenal sifat operasi sebagai bahan untuk melaksanakan survai pendahuluan.

ii c. Menyeleksi tim audit Kegiatan ini dilakukan dengan mepertimbangkan beban tanggung-jawab yang akan dipikul oleh masing-masing staf auditor, dan keahlian yang diperlukan untuk mengaudit bidang-bidang tertentu. d. Komunikasi pendahuluan dengan auditee dan pihak lain yang berkepentingan Kegiatan ini dilakukan untuk mengkomunikasikan hal-hal yang berkenaan dengan pekerjaan yang akan dilakukan. Mengakomodasikan akses terhadap fasilitas, catatan dan personal, serta untuk memperoleh informasi dari auditee atau pihak lain yang terkait. e. Mempersiapkan program audit pendahuluan Program audit pendahuluan ini memuat informasi seperti sasaran dan tujuan, serta ruang lingkup audit, pertanyaan-pertanyaan khusus yang harus terjawab selama audit dilaksanakan, prosedur audit yang akan digunakan, dan bukti-bukti yang akan diuji. f. Merencanakan laporan audit Laporan audit merupakan media untuk mengkomunikasikan hasil audit kepada pihak-pihak yang berkepentingan dlam organisasi. Konsekuensinya, auditor harus mulai berfikir mengenai bagaimana laporan akan disusun, kapan akan diberikan/ dikirimkan, dan siapa yang akan menerima laporan tersebut. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi detail (rincian) yang akan disajikan dalam laporan dan untuk mengembangkan beberapa parameter dasar. g. Persetujuan atas program audit dari kepala bagian audit internal Hal ini dilakukan untuk membantu memastikan bahwa prosedur kerja mendukung tujuan, sasaran, dan ruang lingkup audit.

CC.

RESIKO AUDIT DAN MATERIALITAS Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakan kepercayaan terhadap informasi tersebut. Resiko audit adalah resiko yang terjadi dalam hal auditor tidak menyadari atau tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana seharusnya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material.

iii Seberapa tinggi tingkat keyakinan: di tetapkan 95%, artinya toleransi kesalahan adalah 5% (penjelasan mengapa materialitas menggunakan 5% dari laba sebelum pajak) Komponen Resiko Audit AR = IR x CR x DR IR = Inherent Risk = Resiko Bawaan = kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur pengendalian internal yang terkait

Resiko Deteksi = Resiko Audit Resiko bawaan x Resiko Pengendalian Keterangan Resiko Deteksi adalah satu-satunya resiko yang bisa dipengaruhi/diatur oleh auditor, lewat banyak atau sedikitnya bukti dengan penambahan atau pengurangan prosedur audit . Apabila auditor ingin resiko deteksi kecil, maka perlu lebih banyak bukti audit/prosedur audit, dan sebaliknya. Apa Hubungan antara Resiko dengan Bukti Audit Semakin rendah resiko audit yang kita inginkan, bukti audit yang harus kita kumpulkan semakin banyak (berbanding terbalik).

PENGERTIAN RISIKO AUDIT

ii Dalam perencanaan audit, auditor harus mempertimbangkan risiko audit. Menurut SA Seksi 312 Risiko Audit dan Materialitas dalam Pelaksanaan Audit, risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang auditor bersedia untuk menanggungnya. Auditor merumuskan suatu pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan atas dasar bukti yang diperoleh dari verivikasi asersi yang berkaitan dengan saldo akun secara individual atau golongan transaksi. Tujuannya adalah untuk membatasi risiko audit pada tingkat saldo akun sedemikian rupa sehingga pada akhir proses audit, risiko audit dalam menyatakan pendapat atas laporan keuangan sebagai keseluruhan akan berada pada tingkat yang rendah.

Risiko Audit Pada Tingkat Laporan Keuangan Dan Tingkat Saldo Akun
Kenyataan bahwa auditor tidak dapat memberikan jaminan tentang ketepatan informasi yang disajikan oleh klien dalam laporan keuangan mengharuskan auditor mempertimbangkan baik materialitas maupun risiko audit, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atau suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Risiko audit, seperti materialitas, dibagi menjadi dua bagian : 1. Risiko Audit Keseluruhan (Overall Audit Risk)

Pada tahap perencanaan auditnya, auditor pertama kali harus menentukan risiko audit keseluruhan yang direncanakan, yang merupakan besarnya risiko yang dapat ditanggung oleh auditor dalam menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar, padahal kenyataannya, laporan keuangan tersebut berisi salah saji material. 2. Risiko Audit Individual

Karena audit mencakup pemeriksaan terhadap akun-akun secara individual, risiko audit keseluruhan harus dialokasikan kepaada akun-akun yang berkaitan. Risiko audit individual perlu ditentukan untuk setiap akun karena akun tertentu seringkali sangat penting karena besar saldonya atau frekuensi transaksi perubahan.

Model Resiko Audit


PDR = AAR/(IR*CR)

iii IR x CR PDR = Risiko penemuan yang direncanakan ( Planned Detection Risk ) AAR = Risiko audit yang dapat diterima ( Acceptable Audit Risk ) IR = Risiko bawaan ( Inherent Risk ) CR = Risiko pengendalian ( Control Risk )

Risiko penemuan yang direncanakan ( Planned Detection Risk ) Yaitu bahwa bahan bukti yang dikumpulkan dalam segmen gagal menemukan salah saji yang melewati jumlah yang dapat ditoleransi, kalau salah saji semacam itu timbul.

Risiko Bawaan ( Inherent Risk ) Penetapan auditor akan kemungkinan adanya salah saji dalam segmen audit yang melewati batas toleransi, sebelum memperhitungkan faktor efektifitas pengendalian intern.

Risiko pengendalian ( Control Risk ) Yaitu ukuran penetapan auditor akan kemungkinan adanya kekeliruan (salah saji) dalam segmen audit yang melewati batas toleransi, yang tak terdeteksi atau tercegah oleh SPI klien.

Risiko audit yang dapat diterima ( Acceptable Audit Risk ) Yaitu ukuran ketersediaan auditor untuk menerima bahwa L/K salah saji secara material walaupun audit telah selesai dan pendapat WTP telah diberikan. Bersifat subyektif. Mengubah risiko audit yang dapat diterima untuk risiko usaha Faktor-faktor yang mempengaruhi risiko usaha sehingga akan mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima : 1. Tingkat ketergantungan pemakai pada L/K Jika pemakai memiliki ketergantungan yang besar pada L/K, maka risiko audit perlu diperkecil. Faktor yang menunjukkan tingkat ketergantungan :

ii

Ukuran perusahaan klien Distribusi kepemilikan Jumlah dan sifat kewajiban perusahaan Kemungkinan akan adanya kesulitan keuangan klien yang timbul setelah laporan audit diterbitkan. Dalam hal ini, auditor akan diminta untuk mempertahankan kualitas audit yang dilaksanakannya, bahkan kemungkinan akan dituntut di pengadilan. Jika auditor merasa ada kemungkinan kegagalan finansial atau kerugian besar dan peningkatan risiko usaha, sebaiknya auditor menurunkan AAR 3. Evaluasi auditor atas integritas manajemen. Jika integritas dipertanyakan maka AAR akan rendah. Jika integritas rendah, sering timbul konflik dengan pedagang saham, konsumen, dan aparat negara sehingga akan mempengaruhi anggapan pemakai atas kualitas audit dan dapat menyebabkan tuntutan Menetapkan risiko audit yang dapat diterima.

2.

Menyelidiki kondisi klien, menilai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tingkat ketergantungan pemakai ekstern terhadap laporan, kemungkinan kegagalan keuangan setelah audit selesai, dan integritas manajemen.

Auditor menetapkan tingkat risiko sementara yang bersifat subyektif bahwa L/K berisi salah saji material setelah audit selesai.

Kemungkinan memperoleh informasi tambahan mengenai klien dan memodifikasi AAR.

Risiko Bawaan

Model risiko audit mengandung risiko bawaan berarti auditor harus memprediksi dimanakah salah saji yang paling mungkin terjadi dan dimana yang kemungkinannya paling kecil. Informasi ini jumlah bahan bukti yang akan dikumpulkan dan bagaimana auditor mengalokasikannya pada segmen-segmen audit.

Risiko bawaan dapat relatif rendah pada kasus tertentu dan cukup tinggi pada kasus lain.

iii

Faktor-faktor yang harus ditelaah dalam menetapkan risiko bawaan : * Sifat bidang usaha klien * Integritas manajemen * Motivasi klien * Hasil audit sebelumnya * Penugasan pertama atau penugasan ulang * Unsur-unsur populasi Materialitas mendasari penerapan standar auditing, terutama yang berkaitan dengan penerapan standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan, serta tercermin dalam laporan auditor bentuk baku. Materialitas dan risiko sangat fundamental bagi perencanaan audit dan perancangan pendekatan audit. Risiko audit dan materialitas , bersama dengan hal-hal lain, perlu dipertimbangkan dalam menentukan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit serta dalam mengevaluasi hasil prosedur. * Hubungan istimewa * Transaksi tidak rutin * Pertimbangan yang diperlukan untuk mencatat saldo akun dan transaksi secara benar * Kerentanan terhadap kecurangan

Konsep Materialitas
Financial Accounting Standard Board (FASB) mendefinisikan materialitas sebagai : Besarnya suatu penghapusan atau salah saji informasi keuangan yang, dengan memperhitungkan situasinya, menyebabkan pertimbangan yang dilakukan oleh orang yang mengandalkan pada informasi tersebut akan berubah atau terpengaruh oleh penghapusan atau salah saji tersebut. Definisi diatas mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan keadaan-keadaan yang berhubung dengan satuan usaha (perusahaan klien), dan informasi yang diperlukan oleh mereka yang akan mengandalkan pada laporan keuangan yang telah diaudit. Karena tanggung jawab menentukan apakah laporan keuangan salah saji secara material, auditor harus, berdasarkan temuan salah saji yang material, menyampaikan hal itu kepada klien sehingga bisa dilakukan tindakan koreksi. Konsep materialitas mengakui bahwa beberapa hal, baik secara individual atau keseluruha, adalah penting bagi kewajaran penyajian laporan keuangan sesuai dengan prinsip

ii prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. Sedangkan beberapa hal lainnya adalah tidak penting. Auditor mengikuti lima langkah yang saling terkait erat dalam menerapkan materialitas. Langkah-Langkah Dalam Menerapkan Materialistas

- Merencanakan luas pengujian Langkah 1 : Menetapkan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas Langkah 2 : Mengalokasikan pertimbangan pendahuluan tentang materialitas segmen-segmen -Mengevaluasi hasil-hasil Langkah 3 : Mengestimasi total salah saji dalam segmen Langkah 4 : Memperkirakan salah saji gabungan Langkah 5 : Membandingkan salah saji gabungan dengan pertimbangan pendahuluan atau yang direvisi tetentang materialitas Laporan keuangan mengandung salah saji material apabila laporan keuangan tersebut mengandung salah saji yang dampaknya, secara individual atau keseluruhan, cukup signifikan sehingga dapat mengakibatkan laporan keuangan tidak disajikan secara wajar, dalam semua hal yang material, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.Salah saji dapat terjadi sebagai akibat dari kekeliruan atau kecurangan.

Materialitasadalahbesarnyanilai yang dihilangkanatausalahsajiinforma siakuntansi, yang dilihatdarikeadaanyang melingkupinya, dapatmengakibatkanperubahana tasataupengaruhterhadappertim

iii

banganorangyang meletakkankepercayaanterhada pinformasitersebut, karenaadanyapenghilanganatau salahsajiitu.


Konsepmaterialitasberkaitan denganseberapasalahsajiyang terdapatdalamasersidapatditeri maolehaudiotragar pemakailaporankeuangantidak terpengaruholehbesarnyasala hsajitersebut. Konseprisikoauditberkaitandenganrisikok egagalanauditor dalammengubahpendapatnyaataslaporank euanganyang sebenarnyaberisisalahsajimaterial.

ii

Materialitasdibag imenjadi2 golongan: 1.Materialitaspadatingkatl aporankeuangan 2.Materialitaspadatingkats aldoakun


Risikoaudit adalahrisikoyang terjadidalamhalauditor, tanpadisadari, tidakmemodifikasipenda patnyasebagaimaname stinya, atassuatulaporankeuan

iii

ganyangmengandungsa lahsajimaterial. Risikoaudit digolongkanmenjadi2 :


1.Risikoaudit keseluruhan 2.Risikoaudit individual Terdapa t3 unsurrisi koaudit: 1.RisikoBawaan, adalahkerentanansuatusaldoakunata ugolongantransaksiterhadapsuatusal ahsajimaterial, denganasumsibahwatidakterdapatke bijakandanprosedurpengendalianinte rn yang terkait.

ii

2.RisikoPengendalian, adalahrisikoterjadinyasalahsajimateri al dalamsuatuasersiyang tidakdapatdicegahataudideteksisecar atepatwaktuolehpengendalianintern entitas. 3.RisikoDeteksi, adalahrisikosebagaiakibatauditor tidakdapatmendeteksisalahsajimateri al yang terdapatdalamsuatuasersi HubunganantaraMaterialit as, RisikoAudit danBuktiAudit
Berbagaikemungkinanhubungan antaramaterialitas, buktiaudit danrisikoaudit sebagaiberikut: 1. Jikaauditor mempertahankanrisikoaudit konstandantingkatmaterialitasdikuran gi, auditor

iii

harusmenambahjumlahbuktiaudit yang dikumpulkan. 2. Jikaauditor mempertahankantingkatmaterialita skonstandanmengurangijumlahbu ktiaudit yang dikumpulkan, risikoaudit menjadimeningkat. 3. Jikaauditor menginginkanuntukmengurangirisikoaudit, auditor dapatmenempuhsalahsatudari3 caraberikut: (a) menambahtingkatmaterialitas, sementaraitumempertahakanjumlahbuktiaudit yang dikumpulkan, (b) menambahjumlahbuktiaudit yang dikumpulkan, sementaraitutingkatmaterialitastetapdipertahankan, dan(c) menambahsedikitjumlahbuktiaudit yang dikumpulkandantingkatmaterialitassecarabersamasama.

ii

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN Berdasarkan uraian-uraian di atas, Pada bagian akhir bab ini dapat dikemukakan beberapa pokok kesimpulan: Tujuan menyeluruh audit laporan keuangan adalah menyatakan pendapat tentang apakah laporan keuangan klien telah menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum atau dikenal dengan GAAP. Untuk itu, auditor harus memperoleh bahan bukti yang cukup dan kompeten sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat Pada dasarnya tujuan umum audit adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran , dalam semua hal yang material , posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Untuk mencapai tujuan ini , auditor perlu menghimpun bukti kompeten yang cukup. Untuk menghimpun bukti kompeten yang cukup , auditor perlu mengidentifikasikan dan menyusun sejumlah tujuan audit spesifik untuk setiap akun laporan keuangan. Dengan melihat tujuan audit spesifik tersebut , auditor akan dapat mengidentifikasikan bukti apa yang dapat dihimpun , dan bagaimana cara menghimpun bukti tersebut.

iii

B. SARAN Setelah membaca makalah ini hendaknya pembaca dapat mengetahui dan memahami mengenai Auditing kritik dan saran kami tidak dapat menyempurnakan makalah PERILAKU ORGANISASI kami ini. Tetapi sesungguhnya hanya penciptalah yang sempurna. Penulis banyak berharap para pembaca sudi memberikan kritik dan saran yang membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di kesempatan kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca pada umumnya. Diharapkan pada pambaca makalah ini dapat dengan mudah memahami tantang Bukti Audit dan Kertas Kerja Audit. Dan diharapkan juga kepada pembuat makalah selanjutnya agar lebih mengembangkan pembahasan tentang pengauditan yang telah kami buat. Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.

ii

DAFTAR PUSTAKA

http://www.google.com//auditmanufakturing

Anda mungkin juga menyukai