Anda di halaman 1dari 39

ANALISIS PERENCANAAN PENGELOLAAN ARUS KAS

(CASH FLOW) KEUANGAN DESA PATTOJO


KABUPATEN SOPPENG

Proposal penelitian

Oleh:
KIRANA
NIM 105730478014

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
MAKASSAR
2018

1
2

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintah

Daerah, Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama

lain, selanjutnya Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa

masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati

dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Secara

administratif desa merupakan bentuk pemerintahan terkecil yang dipimpin

oleh kepala desa dari sebuah pemilihan rakyat secara langsung melalui

pemilihan umum atau biasa disebut dengan PILKADES. Dalam menjalankan

suatu pemerintahan di desa, kepala desa dibantu oleh staf-staf desanya. Staf-

staf desa ini menjalankan pekerjaannya sesuai dengan jabatan masing-

masing, antara lain: sekretaris desa, kepala urusan umum, kepala urusan

pembangunan, kepala urusan keuangan, kepala urusan pemerintahan, kepala

urusan kesejahteraan rakyat dan kasun (Kepala Dusun).

Pemerintah berusaha mengatur, mengurus urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat, tentunya diperlukan pendapatan agar

dapat tercapai tujuan dalam pembangunan dan kesejahteraan desa. Salah

satu sumber pendapatan desa yang dapat berfungsi sebagai sumber kegiatan

operasional desa dan untuk pemberdayaan masyarakat adalah alokasi dana

desa. Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, alokasi

dana desa paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari dana perimbangan

yang diterima Kabupaten/Kota dalam anggaran pendapatan dan belanja


3

daerah setelah dikurangi dana alokasi khusus. Penggunaan anggaran alokasi

dana desa adalah sebesar 30% (tiga puluh persen) untuk belanja aparatur

dan operasional pemerintahan desa, sebesar 70% (tujuh puluh persen) untuk

biaya pemberdayaan masyarakat.

Adanya bantuan dana desa ini menimbulkan kewajiban bagi pemerintah

desa untuk melaporkan pertanggungjawaban penggunaan dana tersebut.

Pasal 37 Peraturan Menteri dalam Negeri tahun 2014 menyatakan, kepala

desa menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APB Desa kepada

bupati/walikota paling lambat bulan Juli tahun berjalan dan paling lambat pada

akhir bulan Januari tahun berikutnya. Kewajiban untuk melaporkan

pertanggungjawaban pengelolaan keuangan desa ini menuntut kepala desa

dan perangkat desa untuk mampu menginterpretasikan peraturan-peraturan

yang mengikat dalam proses pertanggungjawaban tersebut.

Pasal 2 Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 113 tahun 2014

menyatakan, dalam pengelolaan keuangan desa asas pengelolaan keuangan

desa yaitu keuangan desa dikelola berdasarkan asas-asas transparan,

akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran.

Kepala desa sebagai pemegang kekuasaan keuangan desa memiliki

kewenangan untuk mengelola keuangan desa dibantu oleh Pelaksana Teknis

Pengelolaan Keuangan Desa.

PTPKD yang dimaksud adalah sekertaris desa, kepala seksi, dan

bendahara. Sekertaris desa selaku koordinator pelaksana teknis pengelolaan

keuangan desa salah satu tugasnya yaitu menyusun pelaporan dan

pertanggungjawaban pelaksanaan APB Desa dan melakukan verifikasi

terhadap bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran APB Desa. Bendahara


4

desa mempunyai tugas menerima, menyimpan, menyetorkan/membayar,

menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan penerimaan pendapatan

desa dan pengeluaran pendapatan desa dalam rangka pelaksanaan APB

Desa.

Kepala desa, sekertaris desa dan bendahara desa sebagai aparat desa

yang memiliki wewenang dan tugas dalam pertanggungjawaban keuangan

desa dihadapkan pada keharusan untuk memiliki pengetahuan yang memadai

di bidang keuangan secara khusus dan juga peraturan-peraturan terkait.

Interpretasi mereka dalam aturan yang menjadi pedoman dalam

melaksanakan tugasnya berpengaruh pada hasil laporan

pertanggungjawabannya.

Secara umum, tujuan laporan keuangan disusun sebagai bentuk

pertanggungjawaban entitas ekonomi atas penggunaan dan pengelolaan

sumber daya yang dimiliki dalam suatu periode tertentu. Oleh karena itu

dalam penyusunan laporan keuangan diperlukan tenaga-tenaga akuntansi

yang terampil. Berhasil atau tidaknya suatu sistem pengelolaan dan

pertanggungjawaban keuangan desa sangat bergantung dari pihak yang

mengelola dan mempertanggungjawabkannya. Pemahaman aparat desa

dalam melaksanakan laporan pertanggungjawaban yang baik sesuai dengan

prinsip-prinsip good governance yaitu akuntabilitas, transparansi, partisipatif

dan aturanaturan pemerintah daerah dapat mendorong perekonomian desa

menjadi lebih kuat, mandiri dan sinergi dalam pembangunan.

Pemberian dana ke desa yang begitu besar, jumlah pelaporan yang

beragam serta adanya titik kritis dalam pengelolaan keuangan desa tentunya

menuntut tanggung jawab yang besar pula oleh aparat pemerintah desa.
5

Salah satu titik kritis yang menjadi perhatian dalam pertanggungjawaban

keuangan desa adalah pemahaman mengenai jumlah laporan yang harus

dibuat dan standar pelaporannya. Selain itu yang juga menjadi titik kritis yang

perlu diperhatikan adalah sumber daya manusia kepala desa, perangkat desa

dan badan permusyawaratan desa. Pemerintah desa harus bisa menerapkan

prinsip akuntabilitas dalam pengelolaana keuangan desa, dimana semua akhir

kegiatan penyelenggaraan pemerintah desa harus dipertanggungjawabkan

kepada masyarakat desa sesuai ketentuan sehingga terwujud tata kelola

pemerintahan desa yang baik (good village government), (Badan Pengawas

Keuangan dan Pembangunan, 2015).

Salah satu resiko yang dapat terjadi dalam pengelolaan keuangan desa

yaitu penyusunan laporan yang tidak tepat waktu dan tidak tepat kualitas,

(Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan, 2015). Kegagalan ini akan

mengakibatkan turunnya kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah desa

dalam pengelolaan keuangannya. Pemerintah desa dalam melaporkan

realisasi dan pertanggungjawaban pelaksanaan APB Desa yang telah

diterima tidak hanya melaporkannya kepada pemerintah di kabupaten/kota

namun juga menginformasikannya kepada masyarakat secara tertulis dan

dengan media informasi yang mudah di akses oleh masyarakat. Pasal 41

Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 113 tahun 2014 menyatakan media

informasi itu antara lain papan pengumuman, radio komunitas, dan media

informasi lainnya.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian berkaitan dengan perencanaan pengelolaan arus

kas (cash flow) keuangan desa pattojo. Oleh karena itu penulis tertarik untuk
6

mengangkat masalah ini sebagai judul penelitian “ANALISIS

PERENCANAAN PENGELOLAAN ARUS KAS (CASH FLOW) KEUANGAN

DESA PATTOJO”

B. Rumus Masalah

Adapun Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Apakah Pengelolaan Arus Kas Keuangan Desa Pattojo sesuai dengan

Perencanaan yang telah direncanakan sebelumnya?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuan

antara Pengelolaan Arus Kas Keuangan Desa Pattojo dengan Perencanaan

Pengelolaan Arus Kas Keuangan Desa Pattojo.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Praktis

Penelitian ini menjadi media untuk mengaplikasikan berbagai teori

yang telah dipelajari dan sebagai sarana dalam menambah wawasan

mengenai perencanaan pengelolaan arus kas keuangan desa bagi aparat

desa yang menangani langsung pengelolaan keuangan desa.

2. Teoritis

Penelitian ini dapat menjadi bahan pembelajaran dan referensi bagi

penelitian-penelitian selanjutnya atau menambah wawasan pembaca

mengenai perencanaan pengelolaan arus kas keuangan desa di

pemerintahan desa.
7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Desa

Menurut UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, yang dimaksud dengan

desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,

selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang

memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus

urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan

prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui

dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem

pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pemerintah desa

adalah kepala desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat

desa sebagai unsur penyelenggara pemerintahan desa.

Kawasan Perdesaan adalah kawasan yang mempunyai kegiatan

utama pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan

susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perdesaan,

pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.

Desa berkedudukan di wilayah Kabupaten/Kota. Desa terdiri atas

desa dan desa adat. pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan

Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota dapat melakukan penataan Desa.

Penataan tersebut bertujuan:

a. Mewujudkan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan desa;

b. Mempercepat peningkatan kesejahteraan masyarakat desa;


8

c. Mempercepat peningkatan kualitas pelayanan publik;

d. Meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan desa; dan

e. Meningkatkan daya saing desa.

2. Keuangan Desa

Keuangan desa adalah semua hak dan kewajiban dalam rangka

penyelenggaraan pemerintah desa yang dapat dinilai dengan uang

termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan

hak dan kewajiban desa tersebut. Keuangan desa dikelola berdasarkan

azas-azas transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib

dan disiplin anggaran. Pengelolaan keuangan desa dikelola dalam masa 1

(satu) tahun anggaran yakni mulai tanggal 1 Januari sampai dengan

tanggal 31 Desember. Anggaran pendapatan dan belanja desa,

selanjutnya disingkat APB Desa adalah rencana keuangan tahunan

pemerintahan desa yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah

desa dan badan permusyawaratan desa, dan ditetapkan dengan peraturan

desa. Bendahara adalah perangkat desa yang ditunjuk oleh kepala desa

untuk menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan,

membayarkan dan mempertanggungjawabkan keuangan desa dalam

rangka pelaksanaan APB Desa (Permendagri No. 37 Tahun 2007).

Menurut UU No. 6 Tahun 2014 dana desa adalah dana yang

bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang

diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan

belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai

penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan, pembangunan, pembinaan

kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat. Alokasi Dana Desa


9

adalah dana perimbangan yang diterima kabupaten/kota dalam anggaran

pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota setelah dikurangi dana

alokasi khusus. ADD sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) paling

sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari dana perimbangan yang diterima

kabupaten/kota dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah setelah

dikurangi dana alokasi khusus. Secara terperinci, pengalokasian ADD

dalam APB Desa wajib memperhatikan peruntukannya dengan persentase

anggaran :

a. Paling sedikit 70% (tujuh puluh perseratus) dari jumlah anggaran belanja

desa digunakan untuk mendanai penyelenggaraan pemerintahan desa,

pelaksanaan pembangunan desa, pembinaan kemasyarakatan desa,

dan pemberdayaan masyarakat desa,

b. Paling banyak 30% (tiga puluh perseratus) dari jumlah anggaran

belanja desa yang digunakan untuk penghasilan tetap dan tunjangan

kepala desa dan perangkat desa, operasional pemerintah desa,

tunjangan dan operasioanal badan permusyawaratan desa, dan insentif

rukun tetangga (RT) dan rukun warga (RW).

3. Pengelolaan Keuangan Desa

Menurut Permendagri No. 37 Tahun 2007, Pengelolaan keuangan

desa merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan,

penganggaran, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan

pengawasan keuangan desa. kepala desa sebagai kepala pemerintahan

desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan

mewakili pemerintahan desa dalam kepemilikan kekayaan desa yang


10

dipisahkan. kepala desa sebagai pemegang kekuasaan pengelolaan

keuangan desa mempunyai kewenangan:

a. menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APB Desa;

b. menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang desa;

c. menetapkan bendahara desa;

d. menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan desa;

dan

e. menetapkan petugas yang melakukan pengelolaan barang milik desa.

Kepala desa dalam melaksanakan pengelolaan keuangan desa,

dibantu oleh pelaksana teknis pengelolaan keuangan desa. Pelaksana

teknis pengelolaan keuangan desa adalah perangkat desa, terdiri dari:

a. Sekretaris desa; dan

b. Perangkat desa lainnya.

Sekretaris desa bertindak selaku koordinator pelaksanaan teknis

pengelolaan keuangan desa dan bertanggung jawab kepada kepala desa.

sekretaris desa selaku koordinator pelaksana teknis pengelolaan keuangan

desa mempunyai tugas:

a. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APB Desa.

b. Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan barang desa.

c. Menyusun raperdes APB Desa, perubahan APB Desa dan

pertanggungjawaban pelaksanaan APB Desa.

d. Menyusun rancangan keputusan kepala desa tentang pelaksanaan

peraturan desa tentang APB Desa dan perubahan APB Desa.


11

4. Perencanaan dan Penggaran Keuangan Desa

a. Perencanaan Keuangan Desa

Pemerintah desa menyusun perencanaan pembangunan desa

sesuai dengan kewenangannya dengan mengacu pada perencanaan

pembangunan kabupaten/kota. Perencanaan Pembangunan Desa

meliputi RPJM Desa dan RKP Desa yang disusun secara berjangka dan

ditetapkan dengan Peraturan Desa. Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Desa (RPJM Desa) untuk jangka waktu 6 (enam) tahun

sedangkan Rencana Pembangunan Tahunan Desa atau yang disebut

Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKP Desa) untuk jangka waktu 1

(satu) tahun. RKP Desa merupakan penjabaran dari rencana

pembangunan jangka menengah desa. Perencanaan pembangunan

desa disusun berdasarkan hasil kesepakatan dalam musyawarah desa

yang pelaksanaannya paling lambat pada bulan Juni tahun anggaran

berjalan.

1) Rencana pembangunan jangka menengah desa (RPJM Desa) dalam

menyusun RPJM Desa, pemerintah desa wajib menyelenggarakan

musyawarah perencanaan pembangunan desa (Musrenbangdes)

secara partisipatif. Musrenbangdes diikuti oleh pemerintah desa,

badan permusyawaratan desa dan unsur masyarakat desa, yang

terdiri atas tokoh adat, tokoh agama, tokoh masyarakat dan/atau

tokoh pendidikan. RPJM Desa ditetapkan dalam jangka waktu paling

lama 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal pelantikan kepala desa.

2) Rencana kerja pemerintah desa (RKP Desa) RKP Desa disusun oleh

pemerintah desa sesuai dengan informasi dari pemerintah daerah


12

kabupaten/kota berkaitan dengan pagu indikatif desa dan rencana

kegiatan pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah

daerah kabupaten/kota. RKP Desa mulai disusun oleh pemerintah

desa pada bulan Juli tahun berjalan dan sudah harus ditetapkan

paling lambat pada bulan september tahun anggaran berjalan.

rancangan RKP Desa paling sedikit berisi uraian sebagai berikut:

a) Evaluasi pelaksanaan RKP Desa tahun sebelumnya;

b) Prioritas program, kegiatan, dan anggaran desa yang dikelola oleh

desa;

c) Prioritas program, kegiatan, dan anggaran desa yang dikelola

melalui kerja sama antar-desa dan pihak ketiga;

d) Rencana program, kegiatan, dan anggaran desa yang dikelola

oleh desa sebagai kewenangan penugasan dari pemerintah,

pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah

kabupaten/kota;

e) Pelaksana kegiatan desa, yang terdiri atas unsur perangkat desa

dan/atau unsur masyarakat desa.

b. Proses Penggaran (APB Desa)

Setelah RKP Desa ditetapkan maka dilanjutkan proses

penyusunan APB Desa. Rencana kegiatan dan rencana anggaran biaya

yang telah ditetapkan dalam RKP Desa dijadikan pedoman dalam

proses penganggarannya. Anggaran pendapatan dan belanja desa

(APB Desa) merupakan rencana anggaran keuangan tahunan

pemerintah desa yang ditetapkan untuk menyelenggarakan program

dan kegiatan yang menjadi kewenangan desa.


13

Proses penyusunan APB Desa dimulai dengan urutan sebagai berikut:

1) Pelaksana Kegiatan menyampaian usulan anggaran kegiatan kepada

Sekretaris Desa berdasarkan RKP Desa yang telah ditetapkann;

2) Sekretaris Desa menyusun rancangan Peraturan Desa tentang APB

Desa (RAPB Desa) dan menyampaikan kepada Kepala desa;

3) Kepala desa selanjutnya menyampaikan kepada Badan

Permusyawaratan Desa untuk dibahas dan disepakati bersama.

Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa disepakati bersama

paling lambat bulan Oktober tahun berjalan antara Kepala desa dan

BPD;

4) Rancangan Peraturan Desa tentang APB Desa yang telah disepakati

bersama sebagaimana selanjutnya disampaikan oleh Kepala desa

kepada Bupati/Walikota melalui camat atau sebutan lain paling

lambat 3 (tiga) hari sejak disepakati untuk dievaluasi;

5) Bupati/Walikota menetapkan hasil evaluasi Rancangan APB Desa

paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak diterimanya Rancangan

Peraturan Desa tentang APB Desa. Dalam hal Bupati/Walikota tidak

memberikan hasil evaluasi dalam batas waktu maka Peraturan Desa

tersebut berlaku dengan sendirinya. Dalam hal Bupati/Walikota

menyatakan hasil evaluasi Rancangan Peraturan Desa tentang APB

Desa tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan

perundang-undangan yang lebih tinggi Kepala desa melakukan

penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak

diterimanya hasil evaluasi. Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti

oleh Kepala desa dan Kepala desa tetap menetapkan Rancangan


14

Peraturan Desa tentang APB Desa menjadi Peraturan Desa,

Bupati/Walikota membatalkan Peraturan Desa dengan Keputusan

Bupati/Walikota yang sekaligus menyatakan berlakunya pagu APB

Desa tahun anggaran sebelumnya;

6) Peraturan Desa tentang APB Desa ditetapkan paling lambat tanggal

31 Desember tahun anggaran berjalan.

5. Pelaksanaan APB Desa

a. Prinsip Pelaksanaan Keuangan Desa

Dalam pelaksanaan keuangan desa, terdapat beberapa prinsip

umum yang harus ditaati yang mencakup penerimaan dan pengeluaran.

Prinsip itu diantaranya bahwa seluruh penerimaan dan pengeluaran

desa dilaksanakan melalui Rekening Kas Desa. Pencairan dana dalam

Rekening Kas Desa ditandatangani oleh Kepala desa dan Bendahara

Desa. Namun khusus bagi desa yang belum memiliki pelayanan

perbankan di wilayahnya maka pengaturannya lebih lanjut akan

ditetapkan oleh pemerintah kabupaten/kota. Dengan pengaturan

tersebut, maka pembayaran kepada pihak ketiga secara normatif

dilakukan melalui transfer ke rekening bank pihak ketiga.

Dalam pelaksanaannya, Bendahara Desa dapat menyimpan uang

dalam kas desa pada jumlah tertentu untuk memenuhi kebutuhan

operasional pemerintah desa. Batasan jumlah uang tunai yang disimpan

dalam kas desa ditetapkan dengan peraturan bupati/walikota.

Selain itu, agar operasional kegiatan berjalan lancar,

dimungkinkan juga pembayaran kepada pihak ketiga dilakukan dengan

menggunakan kas tunai melalui pelaksana kegiatan (panjar kegiatan).


15

Pemberian panjar kepada pelaksana kegiatan dilakukan dengan

persetujuan terlebih dahulu dari kepala desa setelah melalui verifikasi

Sekretaris Desa. Semua penerimaan dan pengeluaran desa didukung

oleh bukti yang lengkap dan sah serta ditandatangani oleh kepala desa

dan bendahara desa.

b. Pelaksanaan Penerimaan Pendapatan

Pelaksanaan penerimaan pendapatan yaitu proses menerima dan

mencatat pendapatan desa. Pendapatan desa yang bersifat Pendapatan

Asli Desa berasal dari masyarakat dan lingkungan desa, sedangkan

pendapatan transfer berasal dari pemerintah supra desa. Pihak yang

terkait dalam proses penerimaan pendapatan adalah pemberi dana

(Pemerintah Pusat/Prov/Kab/Kota, Masyarakat, Pihak ketiga), Penerima

Dana (Bendahara Desa/Pelaksana Kegiatan/Kepala Dusun) dan bank.

c. Pelaksanaan Pengeluaran/Belanja

Belanja Desa diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan

pembangunan yang disepakati dalam musyawarah desa dan sesuai

dengan prioritas Pemerintah baik pemerintah pusat maupun pemerintah

provinsi/kabupaten/kota. Hal tersebut seluruhnya tertuang dalam RKP

Desa yang pelaksanaannya akan diwujudkan melalui APB Desa.

Setelah APB Desa ditetapkan dalam bentuk peraturan desa,

program dan kegiatan sebagaimana yang telah direncanakan baru

dapat dilaksanakan. Hal ini dikecualikan untuk Belanja Pegawai yang

bersifat mengikat dan operasional perkantoran yang diatur dalam

Keputusan Kepala desa. Dengan adanya ketentuan dari kepala desa

tersebut, maka belanja pegawai dan operasional dapat dilakukan tanpa


16

perlu menunggu penetapan APB Desa. pelaksanaan APB Desa

dilakukan sesuai dengan kewenangan yang dimiliki oleh desa

berdasarkan ketentuan yang berlaku.

d. Pelaksanaan Pembiayaan

Pelaksanaan Pembiayaan mencakup penerimaan pembiayaan

dan pengeluaran pembiayaan.

1) Penerimaaan Pembiayaan

Penerimaan Pembiayaan mencakup SiLPA Tahun sebelumnya,

Pencairan Dana Cadangan dan hasil Penjualan Kekayaan Desa yang

Dipisahkan. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran adalah penerimaan

pembiayaan yang digunakan untuk mendanai pelaksanaan kegiatan

tahun berjalan yang berasal dari pelampauan penerimaan

pendapatan dan penghematan belanja tahun sebelumnya. Realisasi

penggunaan SiLPA merupakan keseluruhan SiLPA yang dianggarkan

dalam APB Desa.

2) Pengeluaran Pembiayaan

Pengeluaran Pembiayaan diantaranya Pembentukan Dana

Cadangan dan Penyertaan Modal Desa. Pembentukan Dana

Cadangan dilakukan setelah adanya penetapan persetujuan melalui

Peraturan Desa. Pembentukan Dana Cadangan ditempatkan pada

rekening tersendiri dan penganggarannya tidak melebihi tahun akhir

masa jabatan Kepala desa. Begitu juga halnya dengan Penyertaan

Modal Desa, pelaksanaannya dilakukan setelah mendapat

persetujuan dari Badan Permusyawaratan Desa.


17

6. Penatausahaan Keuangan Desa

Penatausahaan Keuangan Desa adalah kegiatan pencatatan yang

khususnya dilakukan oleh Bendahara Desa. Bendahara Desa wajib

melakukan pencatatan terhadap seluruh transaksi yang ada berupa

penerimaan dan pengeluaran. Bendahara Desa melakukan pencatatan

secara sistematis dan kronologis atas transaksi-transaksi keuangan yang

terjadi. Penatausahaan keuangan desa yang dilakukan oleh Bendahara

Desa dilakukan dengan cara sederhana, yaitu berupa pembukuan belum

menggunakan jurnal akuntansi.

Penatausahaan baik penerimaan kas maupun pengeluaran kas,

Bendahara Desa menggunakan:

a. Buku Kas Umum;

b. Buku Kas Pembantu Pajak; dan

c. Buku Bank.

Bendahara Desa melakukan pencatatan atas seluruh penerimaan

dan pengeluaran dalam Buku Kas Umum untuk yang bersifat TUNAI.

Sedangkan transaksi penerimaan dan pengeluaran yang melalui

bank/transfer dicatat dalam Buku Bank. Buku Kas Pembantu Pajak

digunakan oleh Bendahara Desa untuk mencatat penerimaan uang yang

berasal dari pungutan pajak dan mencatat pengeluaran berupa penyetoran

pajak ke kas Negara. Khusus untuk pendapatandan pembiayaan, terdapat

buku pembantu berupa Buku Rincian Pendapatan dan Buku Rincian

Pembiayaan.
18

a. Penatausahaan Penerimaan Desa

Penerimaan yang bersifat tunai yang diterima oleh Bendahara

Desa dibuatkan bukti kuitansi tanda terima dan dicatat oleh Bendahara

Desa pada Buku Kas Umum. Sedangkan untuk penerimaan yang

bersifat transfer, Bendahara Desa akan mendapat informasi dari bank

berupa Nota Kredit atas dana-dana yang masuk ke dalam Rekening Kas

Desa. Berdasarkan nota kredit ini selanjutnya Bendahara Desa

melakukan pencatatan ke dalam Buku Bank. Pencatatan penerimaan

baik kas maupun transfer harus disertai dengan bukti yang lengkap dan

sah serta dicatat secara benar dan tertib.

Selain pencatatan pada Buku Kas Umum atau Buku Bank,

Bendahara Desa juga membukukan realisasi pendapatan ke dalam

Buku Rincian Pendapatan. Pencatatan dalam Buku Rincian Pendapatan

berguna untuk mengklasifikasi rincian dari realisasi pendapatan yang

diterima agar dapat dilaporkan ke dalam Laporan Realisasi APB Desa.

Pencatatan seluruh penerimaan tersebut dilakukan secara benar dan

tertib.

b. Penatausahaan Belanja Desa

Belanja Kegiatan yang bersifat tunai yang dikeluarkan oleh

Bendahara Desa dibuatkan bukti kuitansi pengeluaran dan dicatat oleh

Bendahara Desa pada Buku Kas Umum. Sedangkan untuk Belanja yang

bersifat transfer langsung ke pihak ketiga, Bendahara Desa melakukan

pencatatan ke dalam Buku Bank (tidak dicatat di BKU, karena BKU

untuk transaksi tunai). Pencatatan penerimaan baik kas maupun transfer


19

harus disertai dengan bukti yang lengkap dan sah serta dicatat secara

benar dan tertib.

Selain pencatatan transaski pada Buku Kas Umum atau Buku

Bank, Bendahara Desa juga mencatat kewajiban perpajakan yang

dipotong/dipungut atas transaksi belanja yang dilakukan. Atas

pemotongan/pungutan pajak yang dilakukan, Bendahara Desa mencatat

dalam Buku Pajak pada kolom penerimaan. Nilai Potongan/pungutan

pajak didasarkan pada bukti kuitansi sebagaimana telah dibahas

sebelumnya. Ketika Bendahara Desa melakukan penyetoran ke Kas

Negara dengan batasan waktu yang diatur dalam ketentuan perpajakan

melalui form Surat Setoran Pajak (SSP) maka Bendahara Desa

mencatat dalam Buku Pembantu Pajak pada kolom Pengeluaran.

Khusus untuk pungutan pajak daerah disesuaikan dengan kondisi

daerah masingmasing, dan jika memang diberlakukan kepada desa

maka dalam peraturan kepala daerah tersebut harus terdapat

pemberian kewenangan pemungutan pajak daerah kepada Bendahara

Desa. Jika hal tersebut tidak disebutkan maka Bendahara Desa tidak

boleh melakukan pemungutan karena tidak ada kewenangan.

c. Penatausahaan Pembiayaan Desa

Seperti halnya pencatatan Pendapatan pada BKU/Buku Bank,

untuk membukukan Realiasi Pembiayaan, baik penerimaan pembiayaan

maupun pengeluran pembiayaan dicatat dalam Buku Rincian

Pembiayaan. Pencatatan dalam Buku Rincian Pembiayaan berguna

untuk mengklasifikasi rincian dari realisasi pembiayaan. Pencatatan ini

diperlukan agar dapat dilaporkan ke dalam Laporan Realisasi APB


20

Desa. Pencatatan seluruh penerimaan pembiayaan maupun

pengeluaran pembiayaan tersebut dilakukan secara benar dan tertib.

d. Dokumen Penatausahaan Oleh Bendahara Desa

Bendahara Desa tidak menggunakan buku pembantu lain berupa

Buku Pembantu Panjar dan Buku Pembantu Rincian Objek Belanja,

karena telah dilaksanakan oleh fungsi yang lain. Buku Pembantu Panjar

secara sederhana telah digantikan dengan Buku Pembantu Kegiatan

yang dikelola Pelaksana Kegiatan. Buku Pembantu Rincian Objek

Belanja yang menggambarkan akumulasi realisasi belanja dapat dilihat

pada dokumen SPP terakhir yang juga didokumentasikan oleh

Pelaksana Kegiatan. Buku Pembantu Kas Tunai tidak ada karena telah

digantikan dengan Buku Kas Umum.

7. Pelaporan dan Pertanggungjawaban Keuangan Desa

Dalam melaksanakan tugas, kewenangan, hak, dan kewajibannya

dalam pengelolaan keuangan desa, kepala desa memiliki kewajiban untuk

menyampaikan laporan. Laporan tersebut bersifat periodik semesteran dan

tahunan, yang disampaikan ke Bupati/Walikota dan ada juga yang

disampaikan ke BPD.

a. Laporan Realisasi Pelaksanaan APB Desa

Laporan Realiasasi Pelaksanaan APB Desa disampaikan kepada

Bupati/Walikota melalui camat, terdiri dari:

1) Laporan Semester Pertama, disampaikan paling lambat pada akhir

bulan Juli tahun berjalan;

2) Laporan Semester Akhir Tahun, disampaikan paling lambat pada

akhir bulan Januari tahun berikutnya.


21

b. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa

Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa

Setiap Akhir Tahun Anggaran disampaikan kepada Bupati/Walikota

melalui camat terdiri dari Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan yang

telah ditetapkan dengan Peraturan Desa. Setelah Pemerintah Desa dan

BPD telah sepakat terhadap Laporan Pertanggungjawaban Realisasi

Pelaksanaan APB Desa dalam bentuk Peraturan Desa, maka Perdes ini

disampaikan kepada Bupati/Walikota sebagai bagian tidak terpisahkan

dari Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Laporan

Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa sebagaimana

tercantum dalam pada pasal 41 Permendagri 113/2014, disampaikan

paling lambat 1 (satu) bulan setelah tahun anggaran berkenaan.

c. Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa

Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa disampaikan kepada

bupati/walikota setiap semester. Penyampaian laporan realisasi

penggunaan Dana Desa dilakukan:

1) Untuk semester I paling lambat minggu keempat bulan Juli tahun

anggaran berjalan.

2) Untuk semester II paling lambat minggu keempat bulan Januari tahun

anggaran berikutnya.

d. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa

Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa

merupakan laporan yang disampaikan secara periodik kepada BPD

terhadap pelaksanaan APB Desa yang telah disepakati di awal tahun


22

dalam bentuk Peraturan Desa. Laporan Pertanggungjawaban Realisasi

Pelaksanaan APB Desa dilampiri:

1) Format Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB

Desa Tahun Anggaran berkenaan;

2) Format Laporan Kekayaan Milik Desa per 31 Desember Tahun

Anggaran berkenaan; dan

3) Format Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang

Masuk ke Desa.

8. Model Arus Kas (Cash Flow) Berbasis Akrual

a. Pengertian Arus Kas

Menurut Penyataan Standar Akuntansi Keuangan Nomor 2 Tahun

2009, arus kas adalah arus masuk dan arus keluar kas dan setara kas

(Ikatan Akuntansi Indonesia, 2013). Pengertian arus kas masuk dan

arus kas keluar adalah aliran kas masuk (cash inflow) merupakan

sumber-sumber dari mana kas diperoleh sedangkang arus kas keluar

(cash outflow) merupakan kebutuhan kas untuk pembayaran-

pembayaran (Martono dan Harjito, 2012).

Arus kas masuk (cash inflow) dan arus kas keluar (outflow)

masing-masing terbagi dua bagian,antara lain:

1) Arus kas Masuk (cash flow)

a) Bersifat rutin, misalnya: penerimaan dari hasil penjualan secara

tunai,penerimaan piutang yang telah dijadwalkan sesuai dengan

penjualan kredit yang dilakukan, dan lain-lain.


23

b) Bersifat tidak rutin, misalnya: penerimaan uang sewa gedung,

penerimaan modal saham, penerimaan utang kredit, penerimaan

bunga, dan lain-lain.

2) Arus Kas Keluar (cash outflow)

a) Bersifat rutin, misalnya:pembelian bahan baku dan bahan

pembantu, membayar upah gaji, membeli peralatan kantor habis

pakai, dan lain-lain.

b) Bersifat tidak rutin, misalnya: pembelian aset, pembayaran

angsuran utang, pembayaran dividen, dan lain-lain.

Dari definisi di atas, dapat diketahui bahwa arus kas merupakan

jumlah kas yang mengalir masuk dan keluar dari suatu periode tertentu.

Dengan kata lain, arus kas adalah perubahan yang terjadi dalam pos

kas suatu periode tertentu.

b. Basis Akuntansi

Basis akuntansi yang digunakan dalam laporan keuangan

pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja,

dan pembiayaan dalam Laporan Realisasi Anggaran dan basis akrual

untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dalam Neraca.

Basis kas untuk Laporan Realisasi Anggaran berarti bahwa

pendapatan diakui pada saat kas diterima di Rekening Kas Umum

Negara/Daerah atau oleh entitas pelaporan dan belanja diakui pada saat

kas dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/ Daerah atau entitas

pelaporan.

Basis akrual untuk Neraca berarti bahwa aset, kewajiban, dan

ekuitas dana diakui dan dicatat pada saat terjadinya transaksi, atau
24

pada saat kejadian atau kondisi lingkungan berpengaruh pada

keuangan pemerintah, tanpa memperhatikan saat kas atau setara kas

diterima atau dibayar.

c. Komponen-komponen Laporan Keuangan (Basis Akrual)

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 tentang Standar

Akuntansi Pemerintahan (SAP), Komponen-komponen yang terdapat

dalam satu set laporan keuangan berbasis akrual terdiri dari laporan

pelaksanaan anggaran (budgetary reports) dan laporan finansial, yang

jika diuraikan adalah sebagai berikut:

1) Laporan Realisasi Anggaran;

2) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih;

3) Laporan Operasional;

4) Laporan Perubahan Ekuitas;

5) Neraca;

6) Laporan Arus Kas;

7) Catatan atas Laporan Keuangan.

Laporan pelaksanaan anggaran adalah Laporan Realisasi

Anggaran dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, sedangkan

yang termasuk laporan finansial adalah Laporan Operasional, Laporan

Perubahan Ekuitas, Neraca dan Laporan Arus Kas. Komponen-

komponen laporan keuangan tersebut disajikan oleh setiap entitas

pelaporan, kecuali Laporan Arus Kas yang hanya disajikan oleh entitas

yang mempunyai fungsi perbendaharaan umum, dan Laporan

Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang hanya disajikan oleh Bendahara


25

Umum Negara dan entitas pelaporan yang menyusun laporan keuangan

konsolidasinya.

1) Laporan Realisasi Anggaran

a) Laporan Realisasi Anggaran Desa menyajikan kegiatan

keuangan pemerintahan Desa yang menunjukkan ketaatan

terhadap Anggaran Desa.

b) Laporan Realisasi Anggaran Desa menggambarka

perbandingan antara anggaran dengan realisasinya dalam

satu periode pelaporan.

c) Laporan Realisasi Anggaran Desa memuat unsur-unsur

anggaran dan realisasi atas:

i. Pendapatan Desa;

ii. Belanja Desa;

iii. Surplus/Defisit Desa;

iv. Pembiayaan Desa;

v. Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SiLPA/SiKPA)

Desa.

d) Pendapatan Desa diklasifikasikan atas Pendapatan Asli

Desa, Pendapatan Transfer, dan Pendapatan Lain-Lain.

e) Pendapatan diakui pada saat diterima di rekening

Pemerintah Desa atau di kas desa sebesar kas yang

diterima.
26

f) Belanja Desa menurut Bidang terdiri atas:

i. Bidang Penyelenggaraan Pemerintahan Desa;

ii. Bidang Pelaksanaan Pembangunan Desa;

iii. Bidang Pembinaan Kemasyarakatan Desa;

iv. Bidang Pemberdayaan Masyarakat Desa;

v. Bidang Penanggulangan Bencana, Keadaan Darurat dan

Mendesak.

g) Belanja diakui pada saat dikeluarkan dari rekening

Pemerintah Desa atau dari kas desa sebesar kas yang

dikeluarkan.

h) Selisih antara Pendapatan Desa dan Belanja Desa disebut

Surplus/Defisit Desa.

i) Pembiayaan Desa terdiri 1 atas penerimaan pembiayaan

dan pengeluaran pembiayaan.

j) Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima di

rekening kas desa atau di kas desa sebesar kas yang

diterima.

k) Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari

rekening kas desa atau dari kas desa sebesar kas yang

dikeluarkan.

2) Neraca Desa

Neraca desa memuat Aset, Kewajiban dan Ekuitas pada

tanggal pelapora. Neraca desa menyajikan secara komparatif dengan

periode sebelumnya antara lain pos-pos berikut:


27

a) Aset

i. Kas;

ii. Piutang;

iii. Persediaan;

iv. Investasi;

v. Aset Tetap;

vi. Aset Lainnya;

b) Kewajiban; dan

c) Ekuitas.

3) Pengakuan Aset dan Pengukuran Aset

a) Pengakuan Aset

i. Aset diakui pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan

diperoleh oleh desa dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat

diukur.

ii. Aset diakui pada saat diterima atau kepemilikannya dan/atau

kepenguasaannya berpindah.

b) Pengukuran aset adalah sebagai berikut:

i. Kas dicatat sebesar nilai nominal;

ii. Piutang dicatat sebesar nilai nominal;

iii. Persediaan dicatat sebesar biaya perolehan apabila diperoleh

dengan pembelian, atau nilai wajar apabila diperoleh dengan

cara lainnya;

iv. Investasi dicatat sebesar 1 pengeluaran untuk investasi yang

dilakukan oleh desa untuk memperoleh kepemilikan yang sah

atas investasi tersebut;


28

v. Aset tetap dicatat sebesar harga beli atau biaya perolehan.

Apabila biaya perolehan tidak diketahui dicatat menggunakan

nilai wajar.

4) Kewajiban Desa

Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima atau pada saat

kewajiban timbul. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal.

5) Ekuitas Desa

Ekuitas Desa adalah kekayaan bersih pemerintah desa yang

merupakan selisih antara aset dan kewajiban pemerintah desa pada

tanggal laporan.

6) Catatan atas Laporan Keuangan Desa

a) Pemerintah Desa menyusun Catatan Atas laporan Keuangan

Desa agar dapat dipahami dan dibandingkan dengan laporan

keuangan entitas lainnya. Catatan atas Laporan Keuangan Desa

menjelaskan hal-hal sebagai berikut:

i. Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan

pada LRA dan Neraca;

ii. Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar,

yang tidak disajikan dalam LRA dan Neraca.

b) Dalam CaLK Belanja juga dirinci berdasarkan jenis belanja yaitu

Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, Belanja Modal dan

Belanja Tak Terduga.

c) Dalam CaLK Kas diungkapkan tentang informasi Kas,yang

meliputi Saldo Awal Kas, Penerimaan Kas, Pengeluaran Kas dan

Saldo Akhir Kas pada akhir periode pelaporan


29

d) Aset desa yang nilai perolehan/nilai wajarnya belum diketahui

dan/atau ditentukan, disajikan dalam daftar tersendiri dan

dijelaskan pada Catatan atas Laporan Keuangan Desa. Dalam hal

nilai asset sudah dapat diketahui dan/atau ditentukan nilai

wajar/nilai perolehannya disajikan pada neraca desa.

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Tabel 1. Hasil Penelitian Terdahulu

NO PENULIS JUDUL JENIS PENELITIAN HASIL PENELITIAN

1. Elsa Dwi Analisis Penelitian Kualitatif Hasil dari penelitian ini


Wahyu perencanaan Deskriptif dengan adalah perencanaan
Dewanti, pengelolaan menggunakan data pengelolaan keuangan
Dkk (2015) keuangan desa primer dan sekunder desa di Desa Boreng
boreng (Studi yang dikumpulkan dan analisis kesesuaian
Kasus Pada dengan antara perencanaan
Desa Boreng menggunakan teknik pengelolaan keuangan
Kecamatan observasi, desa di Desa Boreng
Lumajang wawancara, dan dengan perencanaan
Kabupaten dokumentasi. pengelolaan keuangan
Lumajang). desa menurut
Permendagri No. 37
Tahun 2007. Hasil
analisis tersebut
kemudian dibandingkan
dengan hasil wawancara
dengan Kepala desa
Boreng, Pendamping
Desa Boreng, BPD Desa
Boreng dan salah satu
Perangkat desa Boreng
mengenai perencanaan
pengelolaan keuangan
desa di Desa Boreng
tersebut. Hasil analisis
kesesuaian perencanaan
pengelolaan keuangan
desa di Desa Boreng
dengan perencanaan
30

pengelolaan keuangan
desa menurut
Permendagri No. 37
Tahun 2007
menunjukkan bahwa
masih banyak
ketidaksesuaian antara
perencanaan
pengelolaan keuangan
desa di Desa Boreng
dengan perencanaan
pengelolaan keuangan
desa menurut
Permendagri No. 37
tahun 2007.

2. Puteri Akuntabilitas Analisis Deskriptif Hasil dari penelitian ini


Ainurrohma Pengelolaan Kualitatif dengan yaitu menunjukkan
Romantis Alokasi Dana proses transformasi bahwa sistem
(2015) Desa di data penelitian akuntabilitas
Kecamatan dalam bentuk perencanaan dan
Panarukang tabulasi. pelaksanaan telah
Kabupaten menerapkan prinsip
Situbondong transparansi dan
Tahun 2014. akuntabilitas. Sedangkan
Pertanggungjawaban
Alokasi Dana Desa
(ADD) baik secara teknis
maupun administrasi
sudah baik, namun harus
tetap mendapat atau
diberikan bimbingan dari
pemerintah kecamatan.

3. Elnni Allo Interpretasi Metode Penelitian Hasil penelitian ini


Linggi Pertanggungjaw Kualitatif dengan menunjukkan bahwa
(2017) aban Keuangan pendekatan Aparat Lembang Angin-
Desa Bagi hermeneutik Angin cukup memahami
Aparat Desa Di pertanggungjawaban
Lembang Angin- yang dilakukan. Aparat
Angin Kecaatan lembang melakukan
Kesu’ pertanggungjawaban
Kabupaten keuangan sesuai dengan
Toraja Utara. format-format yang telah
31

ditetapkan oleh
pemerintah pusat dan
pemerintah daerah.
Tetapi penyampaian
laporan keuangan
kepada masyarakat
secara luas belum
terlaksana, hal ini
dikarenakan kurangnya
media penyampaian
informasi di Lembang
Angin-angin. Selain itu
laporan bulanan
bendahara kepada
kepala lembang juga
belum dilaksanakan.

4. Hendro Implementasi Penelitian Deskriptif Hasil Penelitian


Pujo Pengelolaan dengan menunjukkan bahwa
Sasongko dan menggunakan pengelolaan dan
Adi (2013) Penatausahaan Metode Analisis penatausahaan
Keuangan Desa Kualitatif. keuangan desa di Desa
Berdasarkan Mulawarman Kecamatan
Perda No 16 Tenggarong Seberang
Tahun 2007 Kabupaten Kutai
Tentang Kartanegara.
Keuangan Desa Pengelolaan dan
di Desa penatausahaan
Mulawarman keuangan desa di Desa
Kecamatan Mulawarman sudah
Tenggaron sesuai peraturan dan
Seberang perundang-undangan
Kabupaten yang berlaku. Hal
Kutai tersebut dapat dilihat dari
Katenegara. proses pelaksanaan
mulai dari awal hingga
akhir, yaitu penetapan
petugas pengelolaan dan
penatausahaan
keuangan desa,
penyusunan rencana
anggaran, proses
pelaksanaan yang
sesuai dengan rencana
32

dari hasil rapat,


pelaporan penggunaan
keuangan dengan
panduan dan prosedur
yang telah ditentukan
dan melalui beberapa
tahapan dan verifikasi,
serta publikasi laporan
keuangan yang
transparan.

5. Marhani Efektivitas Penelitian Deskriptif Hasil Analisa maka


(2017) Pengelolaan Kooperatif semua kegiatan di Desa
dan Bulogading sesuai
Petanggungjaw dengan alur
aban Anggaran Perencanaan yaitu :
Alokasi Dana RPJMDes,,
Desa (ADD) Di RKPDes/DURKPDesa,
Desa RAPBDes, APB Desa,
Bulogading Penatausahaan (SIMDA)
Kecamatan dan Pelaporan serta
Bontonompo Pertanggungjawabannya
Kabupaten . Rencanaan
Gowa Penggunaan Dana ADD
(Alokasi Dana Desa)
ditetapkan melalui
Musyawarah
Perencanaan
Pembangunan Desa
(Musrenbangdes).
Belanja Rutin desa
diperincikan sebanyak
30% dari total anggaran,
dimana diperuntukkan
untuk BOP Pemerintah
Desa 75% dari 30% dan
BOP Badan
Permusyawaratan Desa
(BPD) 25% dari 30%.
Sedangkan belanja
pembangunan Desa
(Fisik) sebanyak 70%
dari total anggaran.
33

C. Kerangka Konseptual

Untuk mempermudah dalam melihat dari langkah yang dilakukan

peneliti dalam melakukan penelitian ini, maka peneliti membuat kerangka

konseptual. Kerangka konseptual sebagai berikut :

Dana Desa

Pengelolaan

Perencanaan Pelaksanaan Penatausahaan

Laporan Keuangan
Pemerintah Desa

Refleksi
Cash Flow
34

III. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan

analisis deskriptif. Husaini dan Purnomo (2009) mengatakan bahwa

penelitian deskriptif kualitatif adalah menguraikan pendapat responden

apa adanya sesuai dengan pertanyaan penelitian, kemudian dianalisis

dengan kata-kata yang melatar belakangi responden berperilaku seperti

itu, direduksi, ditriangulasi, disimpulkan, dan diverifikasi.

Menurut Moleong (2012) mengatakan bahwa penelitian kualitatif

adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang

apa yang dinilai oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi,

motivasi, tindakan dll. Secara holistik, dan dengan cara deskriptif dalam

bentuk kata–kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang

alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Penelitian kualitatif diharapkan mampu menghasilkan hasil penelitian

berupa uraian yang mendalam tentang ucapan, tulisan, dan atau

perilaku yang dapat diamati dalam suatu konteks tertentu yang dikaji

dari sudut pandang yang utuh dan komprehensif.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret s/d April 2018. Berlokasi

di Desa Pattojo, Kecamatan Liliaraja, Kabupaten Soppeng. Dimana Desa ini

mempunyai luas wilayah 17,65 dan mempunyai jumlah penduduk 2398 jiwa

pada tahun 2016 yang tersebar di 2 dusun yaitu:


35

1. Dusun Pattojo

2. Dusun Dabbare

C. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Data Primer

Menurut Anwar Sanusi (2011:104), data primer adalah data yang

pertama kali dicatat dan dikumpulkan oleh peneliti. Dalam penelitian ini,

data primer yang dimaksud adalah hasil wawancara secara langsung

kepada pihak pihak yang terkait dengan perencanaan pengelolaan arus

kas keuangan desa.

2. Data Sekunder

Menurut Indriantoro dan Supomo (1999) dalam Elsa Dwi Wahyuni

Dewanti (2015), data sekunder merupakan data penelitian yang diperoleh

peneliti secara tidak langsung melalui media perantara atau diperoleh dan

dicatat oleh pihak lain. Dalam penelitian ini, juga menggunakan data

sekunder sebagai data tambahan yang berupa data-data mengenai profil

desa pattojo, beberapa dokumen terkait dengan perencanaan pengelolaan

arus kas keuangan desa dan beberapa foto dari sarana dan prasarana

yang dibangun dengan menggunakan pendapatan desa. Data-data ini

bersumber dari bendahara desa yang sangat berperan penting dalam

mengatur dan mengurus keuangan desa.


36

D. Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian menggunakan

tiga teknik, yaitu :

1. Wawancara

Menurut Anwar Sanusi (2011:105), wawancara merupakan teknik

pengumpulan data yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada

subjek penelitian. Pada saat mengajukan pertanyaan, peneliti dapat

berbicara berhadapan langsung dengan responden atau bila hal itu tidak

mungkin dilakukan, juga bisa melalui alat komunikasi, misalnya pesawat

telepon. Informan yang diwawancarai dalam penelitian ini merupakan

orang-orang yang sudah berkompeten di bidangnya dan relevan dengan

pokok bahasan penelitian yakni analisis perencanaan pengelolaan arus kas

keuangan desa.

2. Dokumentasi

Cara dokumentasi biasanya dilakukan untuk mengumpulkan data

sekunder dari berbagai sumber, baik pribadi maupun kelembagaan (Anwar

Sanusi, 2011:114). Penelitian ini menggunakan teknik dokumentasi dengan

menganalisis dokumen-dokumen yang berhubungan dengan perencanaan

pengelolaan arus kas keuangan desa. Dokumen yang perlu di analisis

berupa APB Desa, RPJM Desa, dan RKP Desa.

3. Observasi

Data dalam penelitian ini juga diperoleh melalui teknik observasi atau

pengamatan terhadap obyek penelitian. Peneliti ikut terlibat dalam kegiatan

obyek penelitian guna mendapatkan data yang lebih lengkap.


37

E. Instrumen Peneliti

Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan oleh peneliti

untuk mengukur fenomena alam atau sosial (Anwar Sanusi, 2011:67).

Instrumen pendukung yang berfungsi untuk mengumpulkan data dalam

penelitian ini adalah alat perekam suara, kamera dan daftar wawancara.

F. Teknik Analisis

Analisis data yang digunakan dalam peneitian ini adalah teknik analisis

deskriptif kualitatif. Analisis deskriptif merupakan proses transformasi data

penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan

diinterpretasikan (Indriantoro dan Supomo, 1999).

Langkah–langkah yang dapat dilakukan, yaitu:

1. Peneliti memulai mengorganisasikan semua data yang telah dikumpulkan.

2. Reduksi data, dimana peneliti merangkum dan memilih informasi inti yang

sesuai dengan fokus penelitian. Pemilihan dan perangkuman data

dilakukan apabila data yang diperoleh dari narasumber terlalu banyak dan

takutnya tidak semua relevan dengan rumusan masalah. Reduksi data

dilakukan untuk menghasilkan data yang lebih tepat dan jelas,

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data yang

selanjutnya, dan mencari kembali ketika dibutuhkan oleh peneliti.

3. Analisis data, dimana peneliti menganalisis kesesuaian dokumen-

dokumen terkait antara pengelolaan arus kas keuangan desa pattojo

dengan perencanan pengelolaan arus kas keuangan desa pattojo.

4. Penyajian data, yaitu dengan merangkai dan menyusun informasi dalam

bentuk satu kesatuan, selektif dan dipahami.


38

DAFTAR PUSTAKA

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 113 Tahun 2014 tentang Pengelolaan
Keuangan Desa.

Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan


Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2007


tentang Pedoman Pengelelolaan Keuangan Desa
.
Badan Pegawasan Keuangan dan Pembangunan. 2015. Petunjuk Pelaksanaan
Badan dan Konsultasi Pengelolaan Keuangan Desa. Slide. Jakarta:
Dupati Bidang Pengawasan Penyelenggaraan Keuangan Daerah.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 64 Tahun 2013


Tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis
Akrual Pada Pemerintah Daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansii


Pemerintahan.

Ikatan Akuntansi Indonesia. 2015. Pedoman Asistensi Keuangan Desa. IAI-


KASP.

Peraturan Bupati Soppeng Nomor 12 Tahun 2017 tentang Petunjuk Teknis


Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa dan
Rencana Kerja Pemerintah Desa.

Prof.Dr.Sugiyono.2017. Metode Penelitian Kualitatif, Kuatitatif, dan R&D.


Penerbit Alfabet,Cv: Bandung Jl.Gegerkalong No.84 Bandung.

Romantis,P.A. 2015. Akuntabilitas Pengelolalaan Alokasi Dana Desa Di


Kacamatan Panarukan Kabupaten Sitobondo Tahun
2014.Jurnal.Universitas Jember.
39

Dewanti, E.D.W.,Sudarno, dan Kurohmman,T. 2014. Analisis Perencanaan


Pengelolalaan Keuangan Desa di Desa Boreng (Studi Kasus Pada
Desa Boreng Kecamatan Lumajang Kabupaten Lumajang)Jurnal
Skripsi. Universitas Jember.

Linggi,E,A. 2017. Interpretasi PertanggungjawabanKeuangan Desa bagi Aparat


Desa di Lembang Angin-AnginKecamatan Kesu’Kabupaten Toraja
Utara.Makassar: Skripsi.Universitas Hasanuddin.

Adi,H.P.S.2013. Implementasi Pengelolaan dan Penatausahaan Keuagan Desa


Berdasarkan Perda No 16 Tahun 2007 Tentang Keuangan Desa
Mulawarman Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai
Kartanegara.Jurnal Ilmu Pemerintahan Vol.1.No.4, ISSN :2338-3615.

Marhani. 2017. Efektivitas Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Anggaran


Alokasi Dana Desa (ADD) di Desa Bulogading Kecamatan
Bontonompo Kabupaten Gowa.Skripsi.Universitas Muhammadiyah
Makassar.

. https://soppengkab.go.id/

Anda mungkin juga menyukai