Anda di halaman 1dari 6

KEMENTERIAN PENDIDIKAN KEBUDAYAAN RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

MANAJEMEN PROYEK

TUGAS MEMBUAT PAPER

OLEH :
RUZIK WIRDANDO MUSFA
D061191012

GOWA
2022
Analisis CSR PT. Vale

Corporate Sosial Responsibility (Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan)

adalah komitmen perseroan untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi

berkelanjutan guna meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang

bermanfaat baik bagi perseroan sendiri , kumunitas setempat, maupun masyarakat

pada umumnya. Komunikasi bukan saja antar manusia, namun juga terdapat

komunikasi dengan lingkungan yaitu saat manusia memaknai lingkungan dan

lingkungan juga memaknai dalam bentuk respon tertentu (Yenrizal, 20017).

Adanya hubungan yang saling membutuhkan antara manusia dan alam seperti

simbiosis mutualisme dimana manusia membutuhkan alam dan lingkungan untuk

bertahan hidup dan manusia diberi tugas untuk menjaga kelestarian alam. Namun,

sampai pada saat ini lingkungan masih saja tidak dipedulikan dan bahkan di rusak

oleh manusia dan bahkan organisasi untuk mendapatkan keuntungan.

Pemerintah sendiripun sudah menetapkan bahwa komunikasi lingkungan

sangatlah penting. penelitian ini berasal dari Washington DC. Lalu bagaimana

dengan Indonesia yang terkenal dengan keindahan dan kesuburan tanahnya.

Perusahaan-perusahaan luar kerap kali memanfaatkan hal tersebut hamun mereka

harus memahami bahwa terdapat tanggungjawab perusahaan yang mereka harus

jalani yaitu berkaitan dengan lingkungan.

Ada berbagai macam perusahaan tambang di Indonesia seperti

PT.Freeport, PT. Antam (Aneka Tambang), dan PT. Vale. Pada tulisan ini akan

dibahas lebih lanjut mengenai CSR PT.Vale terhadap lingkungan PT. Vale

merupakan perusahaan tambang Nikel yang berada di Sorowako, Sulawesi


Selatan. Pada tahun 1901 warga negara Belanda bernama Kryut menemukan bijih

nikel di pegunungan Verbeek, yang mengitari Desa Sorowako. Ahli geologi Inco

Limited, Flat Eles, pada tahun 1937 kemudian melakukan penelitian tentang

endapan nikel tersebut.

Baru di tahun 1968, perusahaan INCO resmi melakukan kontrak kerja

selama tiga puluh tahun. Kemudian tahun 2006 Inco diakuisisi oleh PT Vale

hingga sekarang. Seiring berjalannya waktu, perusahaan tersebut mulai beroperasi

dan menimbulkan kerugian seperti perubahaan hidrologi air, beberapa atap rumah

menggunakan seng terlihat usang dan berkarat karena zat yang keluar dari asap

hasil produksi, penebangan hutan karena diindikasi terdapat kandungan nikel, dan

perubahan cuaca akibat penebangan lahan hijau.

Namun faktanya, masalah lingkungan tidak hanya pada tanah dan lahan

hijau di daerah tersebut. Daerah tambang banyak mendapatkan dampak negatif

seperti polusi udara dan air. Sungai-sungai kecil yang bermuara ke Danau Matano,

juga berubah. Anak sungai di samping rumah sakit perusahaan, membelah

pemukiman warga di Sorowako, berhulu di pabrik, saat hujan air berwarna keruh

dan membawa lumpur. Alhasil, tepian danau berlumpur dan menghilangkan

beberapa spesies kerang. di tambah lagi debu yang di sebabkan aktivitas

kendaraan PT Vale melintasi di area perusahan di jembatan flyover jalan poros

Malili-Sorowako bertebaran, mengakibatkan penyakit mudah menyerang tubuh.

Akibatnya, sejumlah masyarakat mengeluhkan adanya pencemaran udara tersebut.

Hal ini diperkuat pernyataan salah satu warga, sebut saja Akil warga Sorowako,
mengatakan, setiap dia keluar rumah dan hendak beraktivitas dirinya merasa

terganggu dengan aktivitas pabrik tersebut

Tidak adanya tindakan untuk menangani masalah polusi udara yang

mengganggu masyarakat dinilai ada penyelewangan. Harusnya dalam melakukan

CSR, PT. Vale mampu menangani semua masalah lingkungan yang

ditimbulkannya. Tidak hanya berfokus yang kasat mata seperti lahan hijau dan

tanah, tapi juga polusi udara akibat asap yang ditimbullkannya.

Walaupun PT. Vale telah membangun rumah sakit untuk mensejahterakan

masyarakat yang membutuhkan fasilitas kesehatan, namun bagaimana dengan

kontribusinya dengan lingkungan. PT. Vale memilih mengalihkan masalah

lingkungan yang satu dengan memperbaiki masalah lingkungan lainnya.

Kemudahan untuk menjangkau masalah lingkungan pada lahan hijau dan yang

ada didarat diperkirakan menjadi alasan. Masalah polusi udara memang sulit

untuk diperbaiki karena mengingat terbatasnya alat yang dapat membuat hal itu

berhasil. Namun sebagai perusahaan yang bertanggungjawab dengan lingkungan,

PT.Vale harus memperbaiki masalah lingkungan itu. Hal tersebut juga bisa

dilakukan dengan mengkomunikasikan himbauan terhadap jarak-jarak aman yang

bisa digunakan oleh masyarakat agar tidak terkena polusi tersebut.

Oleh karena itu solusi yang dapat diberikan adalah memanfaatkan seluruh

bentuk komunikasi yang ada terutama dalam menumpas kebiasaan buruk "baru"

yang dimiliki oleh sebagian masyarakat yaitu menebang pohon sembarangan

didaerah yang diolah oleh PT.Vale. pemanfaat poster dan pamphlet pinggir jalan

dapat membuat informasi tersebut sampai ke masyarakat. Atau bisa juga dengan
menggunakan cara tradisional seperti melakukan dialog kepada masyarakat untuk

membicarakan kesepakatan agar menghindari konflik dan dapat bersama-sama

menjaga lingkungan dari kerusakan yang berkepanjangan.

Dalam buku Roberst Cox dituliskan ada banyak cara untuk melakukan

komunikasi lingkungan seperti menggunakan retorika, media dan jurnalis,

menggunakan bentuk diskusi, lewat iklan, resolusi konflik, komunikasi krisis,

atau menyebarkan pesan lingkungan lewat budaya-budaya pop yang sedang ada

pada zaman ini. Sehingga tidak ada alasan bagi organisasi untuk diam tidak

melakukan komunikasi lingkungan. PT.Vale juga harusnya bisa membuka ruang

publik untuk mendengar keluhan-keluhan masyarakat tentang pengolahan atau

produksi dari perusahaan. Pada intinya adalah komunikasi lingkungan merupakan

hal yang diperlukan oleh sebuah organisasi.

Disisi lain mereka harus bertanggungjawab kepada lingkungan yang

menjadi sumber dari produk olahan perusahaan. Tanpa harus menunggu bencana

alam dan hal-hal yang merugikan lainnya, manusia harus terlebih dahulu sadar

bahwa lingkungan membutuhkan kelestarian jangka panjang yang juga untuk

kepentingan bersama. Dengan komunikasi lingkungan, prinsip ini akan disebar

sehingga bukan saja sebagian orang atau organisasi yang melakukannya tapi

semua lapisan masyarakat diseluruh dunia.


Sumber :

Cox, Robert. 2012. ENVIRONMENTAL COMMUNICATION and the

Public Sphere, America

Hart 2000, Stuart L.; Beyond Greening in Harvard Business Review on

Business and the Environment, HBD Press, Boston

Yenrizal. 2017. Lestarikan Bumi dengan Komunikasi Lingkungan.

Deepublish

Anda mungkin juga menyukai