Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH

AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH

Dosen ; Chita Oktapriana, S.Akun., M.Ak

Disusun oleh:

Hanina Atqiyah 2020210021

Septhi Indri Cahyani 2020210023

Tania Yutaufia 2020210008

PROGRAM DIPLOMA TIGA

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS BISNIS

UNIVERSITAS BINA INSANI

BEKASI

2021

i
KATA PENGANTAR

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah.....................................................................................................1
1.2 Maksud dan Tujuan........................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................. 2
2.1 STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DI INDONESIA.......................................................2
 Sejarah Akuntansi Di Indonesia.....................................................................................2
 Sejarah Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia..............................4
 PILAR STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DI INDONESIA......................................5
 IFRS (International Financial Reporting standard) dan Proses Konvergensi IFRS di
Indonesia.............................................................................................................................. 5
2.2 Mengenal SAK ETAP, SAK EMKM, SAK EP, DAN SAK Syariah.......................................8
 SAK ETAP..................................................................................................................... 8
 SAK EMKM................................................................................................................. 11
 Perbedaan antara SAK EMKM dengan SAK ETAP.....................................................12
 SAK EP....................................................................................................................... 13
 PERBEDAAN ANTARA SAK ENTITAS PRIVAT DENGAN SAK ETAP.......................14
 SAK Syariah................................................................................................................ 16
BAB III KESIMPULAN............................................................................................................... 24
5.1 Kesimpulan...................................................................................................................... 24
5.2 Saran............................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................... i

iii
Mengenal Berbagai Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Adanya perubahan lingkungan global yang semakin menyatukan hampir seluruh negara
di dunia dalam komunitas tunggal, yang dijembatani perkembanganteknologi komunikasi
dan informasi yang semakin murah, menuntut adanya transparansi di segala bidang.
Standar akuntansi keuangan yang berkualitas merupakan salah satu prasarana penting
untuk mewujudkan transparasi tersebut. Standar akuntansi keuangan dapat diibaratkan
sebagai sebuah cermin,di mana cermin yang baik akan mampu menggambarkan kondisi
praktis bisnis yang sebenarnya. Oleh karena itu, pengembangan standar akuntansi
keuanganyang baik, sangat relevan dan mutlak diperlukan pada masa sekarang ini.
Terkait hal tersebut, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi akuntansi di
Indonesia selalu tanggap terhadap perkembangan yang terjadi,khususnya dalam hal-hal
yang memengaruhi dunia usaha dan profesi akuntan. Hal ini dapat dilihat dari dinamika
kegiatan pengembangan standar akuntansi sejak berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga
kini. Setidaknya, terdapat tiga tonggak sejarah dalam pengembangan standar akuntansi
keuangan di Indonesia. Tonggak sejarah pertama, menjelang diaktifkannya pasar modal di
Indonesiapada tahun 1973. Pada masa itu merupakan pertama kalinya IAI melakukan
kodifikasi prinsip dan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia dalam suatu buku
“Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).”
Kemudian, tonggak sejarah kedua terjadi pada tahun 1984. Pada masa itu,komite PAI
melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian mengkondifikasikannya dalam
buku “Prinsip Akuntansi Indonesia 1984” dengan tujuan untuk menyesuaikan ketentuan
akuntansi dengan perkembangan duniausaha. Berikutnya pada tahun 1994, IAI kembali
melakukan revisi total terhadap PAI 1984 dan melakukan kodifikasi dalam buku “Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) per 1 Oktober 1994.” Sejak tahun 1994, IAI juga telah
memutuskan untuk melakukan harmonisasi dengan standar akuntansi internasional dalam
pengembangan standarnya.
Dalam perkembangan selanjutnya, terjadi perubahan dari harmonisasi ke adaptasi,
kemudian menjadi adopsi dalam rangka konvergensi dengan International Financial
Reporting Standards (IFRS). Program adopsi penuh dalam rangka mencapai konvergensi
dengan IFRS direncanakan dapat terlaksana dalam beberapa tahun ke depan.Dalam
perkembangannya, standar akuntansi keuangan terus direvisi secaraberkesinambungan,
baik berupa berupa penyempurnaan maupun penambahan standar baru sejak tahun 1994.
Proses revisi telah dilakukan enam kali, yaitu pada tanggal 1 Oktober 1995, 1 Juni 1996, 1
Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, dan 1 September 2007. Buku “Standar Akuntansi
Keuangan per 1 September 2007” ini di dalamnya sudah bertambah dibandingkan revisi
sebelumnya yaitu tambahan KDPPLK Syariah, 6 PSAK baru, dan 5 PSAK revisi.Secara
garis besar, sekarang ini terdapat 2 KDPPLK, 62 PSAK, DAN 7 ISAK.
Untuk dapat menghasilkan standar akuntansi keuangan yang baik, maka badan
penyusunnya terus dikembangkan dan disempurnakan sesuai dengankebutuhan. Awalnya,
cikal bakal badan penyusun standar akuntansi adalah Panitia Penghimpunan Bahan-bahan
dan Struktur dari GAAP dan GAAS yang dibentuk pada tahun 1973. Pada tahun 1974
dibentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) yang bertugas menyusun dan

1
mengembangkan standar akuntansi keuangan. Komite PAI telah bertugas selama empat
periode kepengurusan IAI sejak tahun 1974 hingga 1994 dengan susunan personel yang
terus diperbarui. Selanjutnya, pada periode kepengurusan IAI tahun 1994-1998 nama
Komite PAI diubah menjadi Komite Standar Akuntansi Keuangan (Komite SAK).
Kemudian, pada Kongres VIII IAI tanggal 23-24 September 1998 di Jakarta,Komite SAK
diubah kembali menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) dengan diberikan
otonomi untuk menyusun dan mengesahkan PSAK dan ISAK.Selain itu, juga telah dibentuk
Komite Akuntansi Syariah (KAS) dan Dewan Konsultatif Standar Akuntansi Keuangan
DKSAK). Komite Akuntansi Syariah (KAS) dibentuk tanggal 18 Oktober 2005 untuk
menopang kelancaran kegiatan penyusunan PSAK yang terkait dengan perlakuan
akuntansi transaksi syariah yang dilakukan oleh DSAK. Sedangkan DKSAK yang
anggotanya terdiri atas profesi akuntan dan luar profesi akuntan, yang mewakili para
pengguna,merupakan mitra DSAK dalam merumuskan arah dan pengembangan SAK di
Indonesia.

1.2 Maksud dan Tujuan


Maksud dari pembuatan makalah ini adalah sebagai penambah nilai tugas ataupun
formatif dalam mata kuliah Akuntansi Keuangan Syariah saling berbagi ilmu dan pengetahuan
mengenai topik yang dibahas.
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :

 Untuk mengetahui serta mengenal Standar Akuntansi Keuangan yang ada di Indonesia.
 Untuk mengetahui berbagai macam Standar Akuntansi Keuangan yang ada di Indonesia
 Untuk mengetahui perbedaan atau alasan kenapa harus mengenal SAK.
1.3 Rumusan Masalah
Pertanyaan yang ada
 Apa dan bagaimana Standar Akuntansi Keuangan yang ada di Indonesia ?
 Apa saja jenis Standar akuntansi Keuangan di Indonesia ?

2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DI INDONESIA
 Sejarah Akuntansi Di Indonesia
Sejarah akuıtansi di Indonesia tentu tidak bisa lepas dari perkembangan
akuntansi di Negara asal perkenÜangannya. Dengan perkataan lain, Negara luarlah
yang membawa akuntansi itu masuk ke Indonesia. Kendatipun tidak bisa disangkal
bahwa masyarakat Indonesia sendiri pasti memiliki sistem akuıtansi atau sistem
pencatatan pelaporan tersendiri. Misalnya saja pada zaman keemasan Sriwjaya,
Majapahit, Mataram. Zaman tersebut pasti memiliki sistem akuntansi tersendiri.
Sayangnya, sejauh ini penelitian mengenal hal ini masih belum dilakukan. Namun,
Sukoharsono (1997) menilai akuntansi masuk ke Indnesia melalui pedagang Arab
yang

melakukan transaksi bisnis di kepulauan Nusantara.

a. Zaman Kolonial
Pada zaman kolonial, transaksi dagang di Indonesia dilakukan secara
barter sehingga tidak melakukan pencatatan. Kemudian pada tahun 1602
Belanda membentuk perserikatan dengan nama Vereenidge Oost Indische
Campagnie (VOC). Pada akhir abad ke18 VOC mengalami kemunduran dan
akhirnya dibubarkan pada 7 tanggal 31 Desember 1799. Dalam kurun waktu itu,

3
VOC memperoleh hak monopoli perdagangan rempah-rempah yang dilakukan
secara paksa di Indonesia sehingga jumlah transaksi VOC terus meningkat, baik
frekuensi maupun nilainya sehingga dapat dipastikan Maskapai Belanda telah
melakukan pencatatan atas mutasi transaksi keuangan. Dalam hubungan itu,
Ans Saribanon Sapii (1980), mengemukakan bahwa menurut Stible dan
Stroomberg, bukti autentik mengenai catatan pembukuan di Indonesia paling
tidak sudah ada menjelang pertengahan abad ke-17. Jadi pada zaman kolonial
pencatatan pertama kali di Indonesia dilakukan oleh Belanda kemudian diikuti
oleh orang Indonesia.

b. Zaman Penjajahan Belanda


Setelah VOC bubar pada 31 Desember 1799, kekuasaan diambil alih
oleh Kerajaan Belanda, zaman penjajahan Belanda dimulai tahun 1800-1942.
Pada waktu itu, catatan pembukuannya menekankan pada mekanisme debet
dan kredit, yang antara lain dijumpai pada pembukuan Amphioen Socyteit di
Batavia yang bergerak dalam usaha peredaran candu atau morfin (amphioen)
yang merupakan usaha monopoli di Belanda. Banyak perusahaan Belanda yang
didirikan di Indonesia pada abad ke-19. Catatan pembukuannya merupakan
modifikasi sistem Venesia-Italia, dan tidak dijumpai adanya kerangka pemikiran
konseptual untuk mengembangkan sistem pencatatan karena kondisinya sangat
menekankan pada praktik-praktik dagang yang semata-mata untuk kepentingan
perusahaan Belanda.

c. Zaman Penjajahan Jepang


Pada masa penjajahan Jepang 1942-1945, banyak orang Belanda yang
ditangkap dan dimasukkan ke dalam sel-sel oleh tentara Jepang, sehingga
menyebabkan menteri keuangan kekurangan tenaga kerja. Untuk mengatasi hal
tersebut, diadakan latihan pegawai dan kursus-kursus pembukuan pola Belanda
dengan tenaga pengajarnya, antara lain J.E de I’duse, Akuntan, Dr. Abutari,
Akuntan, J.D. Masie dan R.S. Koesoemoputro. Sejalan dengan itu, kondisi
pembukuan pada masa pendudukan Jepang tidak mengalami perubahan.
Jepang juga mengajarkan pembukuan dengan menggunakan huruf Kanji, namun
tidak diajarkan pada orang-orang Indonesia.

d. Zaman Kemerdekaan
Sistem akuntansi yang berlaku di Indonesia setelah zaman penjajahan
adalah sistem akuntansi Belanda yang lebih dikenal dengan sistem tata buku.

4
Pada zaman setelah kemerdekaan banyak modal asing yang masuk ke
Indonesia dalam rangka mempercepat proses pemulihan pembangunan.
Masuknya modal asing di Indonesia serentak dengan masuknya bantuan luar
negeri, khususnya dari Amerika dan sekutunya sehingga pemerintah Amerika
juga memberikan bantuan berupa sistem akuntansi di pemerintahan, dosen-
dosen tamu yang mengajar di berbagai Universitas di Indonesia. Masuknya
modal asing di Indonesia menyebabkan muncul sistem akuntansi baru, yaitu
model-model sistem akuntansi Amerika yang dipelajari di universitas-universitas
se-Indonesia. 9 Pada saat yang sama, perusahaan yang ada masih tetap
mengikuti sistem akuntansi Belanda yang sudah mapan. Sejak saat ini,
muncullah dualisme sistem akuntansi di Indonesia. Pada tahun 1980 atas
bantuan pinjaman dari Bank Dunia (World Bank), pemerintah Indonesia
melakukan upaya harmonisasi sistem akuntansi sehingga diupayakan untuk
menghapuskan sistem dualisme antara sistem akuntansi Belanda dan sistem
akuntansi Amerika sehingga berakhirlah dualisme sistem akuntansi di Indonesia.
Upaya yang dilakukan antara lain mendirikan Pusat Pengembangan Akuntansi
(PPA) di Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada, Universitas
Padjadjaran dan Universitas Sumatera Utara.

 Sejarah Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia


Standar Akuntansi Keuangan yang berkualitas merupakan salah satu prasarana
penting sebagai pedoman pokok untuk menyusun dan menyajikan laporan keuangan
bagi perusahaan dan unit ekonomi lainnya. Jadi dengan adanya standar akuntansi yang
baik, maka laporan keuangan dapat menjadi lebih berguna dan dapat menciptakan
transparasi bagi perusahaan. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), sebagai wadah profesi
akuntansi di Indonesia, senantiasa berusaha untuk tanggap terhadap perkembangan
yang terjadi, baik dalam lingkup nasional, regional, maupun global, khususnya dalam
hal–hal yang mempengaruhi dunia 10 usaha dan profesi akuntansi. Hal ini dapat dilihat
dari dinamika kegiatan pengembangan standar akuntansi sejak berdirinya IAI pada
tahun 1957 hingga kini. Setidaknya, terdapat tiga tonggak sejarah yang pernah dicapai
sebelumnya dalam pengembangan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia.
a. Tonggak sejarah pertama, menjelang diaktifkannya pasar modal di Indonesia pada
tahun 1973. Pada masa itu pada pertama kalinya IAI melakukan kodifikasi prinsip
dan standar akuntansi yang berlaku di Indonesia dalam suatu buku “Prinsip
Akuntansi Indonesia” (PAI).

5
b. Tonggak sejarah kedua terjadi pada tahun 1984. Pada masa itu komite PAI
melakukan revisi secara mendasar 1973 dan kemudian mengkondisifikasinya dalam
buku “Prinsip Akuntansi Indonesia 1984” dengan tujuan untuk menyesuaikan
ketentuan akuntansi dan dunia usaha.
c. Tonggak sejarah ke tiga terjadi pada tahun 1994 IAI melakukan revisi total PAI 1984
dan melakukan kodifikasi dalam buku “Standar Akuntansi Keuangan 1994” per 1
Oktober 1994. Sejak tahun 1994 IAI juga telah memutuskan untuk melakukan
harmonisasi dengan standar akuntansi internasional dalam pengembangan
standarnya. Dalam perkembangan selanjutnya terjadi perubahan dalam harmonisasi
ke adaptasi, kemudian menjadi adopsi dalam rangka konvergensi dengan
International Financial Report Standars (IFRS). Program adopsi penuh dalam rangka
mencapai konvergensi dengan IFRS direncanakan dapat terlaksana beberapa tahun
ke depan.
Dalam perkembangannya, standar akuntansi keuangan terus direvisi secara
berkesinambungan, baik berupa berupa penyempurnaan maupun penambahan
standar baru sejak tahun 1994. Proses revisi telah dilakukan enam kali, yaitu pada
tanggal 1 Oktober 1995, 1 Juni 1996, 1 Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, dan
1 September 2007. Buku ”Standar Akuntansi Keuangan per 1 September 2007” ini di
dalamnya sudah bertambah dibandingkan revisi sebelumnya yaitu tambahan
KDPPLK Syariah, 6 PSAK baru, dan 5 PSAK revisi. Secara garis besar, sekarang ini
terdapat 2 KDPPLK, 62 PSAK, dan 7 ISAK. Untuk dapat menghasilkan SAK yang
baik maka badan penyusunnya terus dikembangkan dan disempurnakan sesuai
dengan kebutuhan.

 PILAR STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN DI INDONESIA


a. SAK UMUM, Berbasis IFRS
b. SAK ETAP, Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik
c. SAK EMKM, Entitas Mikro Kecil Menengah
d. SAK Syariah, Berbasis Transaksi Syariah

 IFRS (International Financial Reporting standard) dan Proses Konvergensi IFRS di


Indonesia
IFRS adalah pedoman penyusunan laporan keuangan yang dapat diterima
secara global. IFRS yang ada saat ini mengalami sejarah yang cukup panjang dalam
proses terbentuknya. Mulai dari terbentuknya IASC / IAFB, IASB, hingga menjadi IFRS
seperti yang ada saat ini. Jika IFRS telah digunakan oleh suatu Negara, berarti Negara

6
tersebut telah mengadopsisi sistem pelaporan keuangan yang dapat diterima dan diakui
secara global di seluruh dunia sehingga memungkinkan pasar dunia mengerti tentang
laporan keuangan perusahaan dimana Negara tersebut berasal. Pengadopsian IFRS
juga berlaku di Indonesia.

Dengan mengadopsi IFRS, perusahaan-perusahaan di Indonesia di- harapkan


dapat meningkatkan daya informasi dari laporan keuangan. Selain itu, konvergensi IFRS
adalah salah satu kesepakatan pemerintah Indonesia sebagai anggota G20 forum.

IFRS memiliki karakteristik, diantaranya

a) IFRS menggunakan “Prin-ciples Base“ sehingga lebih menekankan pada intepretasi


dan aplikasi atas standar sehingga harus berfokus pada spirit penerapan prinsip
ersebut.
b) Standar membutuhkan penilaian atas substansi transaksi dan evaluasi apakah
presentasi akuntansi mencerminkan realitas ekonomi.
c) Membutuhkan proffesional judgment pada penerapan standar akuntansi.
d) Menggunakan fair value dalam penilaian.
e) Mengharuskan pengungkapan (disclo- sure) yang lebih banyak

a. Proses Konvergensi IFRS


Indonesia akan mengadopsi IFRS secara penuh pada 2012 (BAPEPAM–LK, 2012).
Dengan mengadopsi penuh IFRS, laporan keuangan yang dibuat berdasarkan PSAK tidak
memerlukan rekonsiliasi signifikan dengan laporan keuangan berdasarkan

7
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa ada perbedaan antara IFRS dengan PSAK, oleh
karena itu dilakukan konvergensi antara PSAK dengan IFRS.Dalam melakukan konvergensi
IFRS, terdapat dua macam strategi, yaitu Big Bang Strategy dan Gradual Strategy.Big Bang
Strategy mengadopsi penuh IFRS sekaligus, tanpa melalui tahapan–tahapan tertentu. Strategi
ini digunakan oleh negara–negara maju. Sedangkan pada Gradual Strategy, adopsi IFRS
dilakukan secara bertahap. Strategi ini digunakan oleh negara – negara berkembang seperti
Indonesia.
Di Indoesia PSAK akan dikonvergensi secara penuh ke dalam IFRS melalui tiga
tahapan, yaitu tahap adopsi, tahap persiapan akhir, dan tahap implementasi. Roadmap
konvergensi IFRS dapat dilihat sebagai berikut :

Posisi PSAK, ISAK, dan PPSAK per 20 Desember 2011:

Keterangan PSAK ISAK PPSAK


No
1. Berlaku - 1 -
1 Januari 2008
2. Berlaku 1 - -
1 Januari 2009
3. Berlaku - - 5
1 Januari 2010
4. Berlaku 16 7 2
1 Januari 2011
5. Berlaku 22 11 3

8
1 Januari 2012
6. Berlaku - 1 1
1 Januari 2013
7. ED PSAK 38 1 - -
TOTAL 40 20
11

b. Mengapa IFRS
Indonesia bagian dari IFAC, yang harus tunduk pada SMO (Statement
Membership Obligation), salah satunya menggunakan IFRS sebagai accounting
standard. Konvergensi IFRS adalah salah satu kesepakatan pemerintah Indonesia
sebagai anggota G20 forum. Hasil dari pertemuan pemimpin negara G20 forum di
Washington DC, 15 November 2008 yang memunyai motto “Strengthening
Transparency and Accountability”. Pertemuan G20 di London, 2 April 2009
menghasilkan kesepakatan untuk Strenghtening Financial Supervision and Regulation
‘to call on the accounting standard setters to work urgently with supervisiors and
regulators to improvw standards on valuation and provisioning and achieve a single set
of high-quality global accounting standards”

c. Kelebihan dan Kelemahan aplikasi IFRS


a). Kelebihan IFRS
- Supel, dengan sistem yang terbuka
- Diklaim dapat digunakan semua kalangan.
- Perusahaan yang menggunakan IFRS akan membuat perusahaan tersebut
- dimengerti oleh global pasar dunia.

b). Kelemahan IFRS

- Harus mempunyai pengetahuan yang cukup mengenai


- Tidak semua kegiatan akuntansi bisa diatur dalam konsep IFRS
- Kendala Bahasa

9
2.2 Mengenal SAK ETAP, SAK EMKM, SAK EP, DAN SAK Syariah
 SAK ETAP
1. Sejarah SAK ETAP

SAK ETAP adalah Standard akuntansi keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas
Publik. Disusun oleh DSAK IAI tahun 2009 dan berlaku efektif per 1 Januari 2011, Kenapa
dibentuk SAK ETAP? Umumnya UMKM dan perusahaan non listing tidak menyusun laporan
keuangan hal itu membuat sulit untuk mendapatkan modal (untuk dapat meminjam ke bank
atau mendapat hibah diperlukan laporan keuangan) dengan demikian agar dapat bersaing di
era global DSAK mengatasi kendala tersebut dengan yang lebih sederhana dari SAK UMUM
yaitu SAK ETAP.

2. Ruang Lingkup SAK ETAP

Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP), yaitu entitas yang tidak memiliki akuntabilitas
publik signifikan. Pengguna SAK ETAP yaitu:

 Tidak tercatat di pasar modal


 Tidak sedang dalam proses untuk pengajuan pernyataan pendaftaran di pasar
modal
 Bukan lembaga keuangan

Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan standar


akuntansi ini jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan SAK
ETAP.

3. Tujuan SAK ETAP

SAK ETAP bertujuan untuk menciptakan fleksibilitas dalam penerapannya dan


diharapkan memberi kemudahan akses ETAP kepada pendanaan dari perbankan. SAK
ETAP merupakan SAK yang berdiri sendiri dan tidak mengacu pada SAK Umum,
sebagian besar menggunakan konsep biaya historis; mengatur transaksi yang dilakukan
oleh ETAP; bentuk pengaturan yang lebih sederhana dalam hal perlakuan akuntansi
dan relatif tidak berubah selama beberapa tahun.

4. Isi SAK ETAP

10
5. Penyajian Laporan Keuangan meliputi.
 Neraca
 Laporan Laba Rugi
 Laporan Perubahan Ekuitas
• seluruh perubahan dalam ekuitas
• perubahan ekuitas selain perubahan yang timbul dari transaksi dengan pemilik
dalam kapasitasnya sebagai pemilik
 Laporan Arus Kas
 Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK)

11
 SAK EMKM
1. Sejarah SAK EMKM

SAK EMKM ialah Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan
Menengah. SAK EMKM ditujukan untuk digunakan oleh entitas yang tidak atau belum
mampu memenuhi persyaratan akuntansi yang diatur dalam SAK ETAP. Para pelaku
UMKM terkendala karena memang SAK ETAP masih sulit mengikutinya. DSAK IAI
menyusun SAK EMKM pada tahun 2016 dan berlaku efektif per 1 Januari 2018, SAK
EMKM disusun berdasarkan topik dan dinyatakan dalam Bab 1 sampai dengan Bab 18.
Undang - Undang No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dapat
digunakan sebagai acuan dalam mendefinisikan dan memberikan rentang kuantitatif
tersebut.

2. Kriteria UMKM berdasarkan UU No 20 Tahun 2008

 Usaha Mikro – asset* maks. Rp 50 juta dan hasil pejualan** maks. Rp. 300 juta
 Usaha Kecil – asset* Rp 50 juta – Rp 500 juta dan hasil pejualan** Rp. 300 juta
sampai Rp 2.5 Milyar
 Usaha Kecil – asset* Rp 500 juta – Rp 10 milyar dan hasil pejualan** Rp 2.5 Milyar –
Rp 50 milyar
*tidak termasuk tanah dan bangunan

12
**per tahun

3. Isi SAK EMKM

4. Laporan Keuangan terdiri dari :

• Laporan Posisi Keuangan pada akhir periode

• Laporan Laba Rugi selama periode

• Catatan atas Laporan Keuangan, yang berisi tambahan dan rincian pos-pos tertentu
yang relevan

13
 Perbedaan antara SAK EMKM dengan SAK ETAP
1. Laporan Keuangan : SAK EMKM ada 3 sementara SAK ETAP ada 5
2. Penilaian SAK EMKM menggunakan historical cost, SAK ETAP historical dan nilai
wajar
3. Beberapa pengaturan SAK ETAP tidak ada dalam SAK EMKM:
• investasi pada efek tertentu, • peristiwa setelah tanggal pelaporan,
• imbalan kerja, • pihak berelasi,
• mata uang fungsional, • property investasi, dll
4. Penyusutan dan amortisasi tidak mempertimbangkan nilai residu (SAK EMKM) dan
hanya dengan metode garis lurus dan saldo menurun (SAK EMKM), sedangkan di
SAK ETAP diperbolehkan menggunakan metode jumlah produksi.

 SAK EP
1. Sejarah SAK EP
SAK EP atau Standar Akuntansi Keuangan Entitas Privat. DSAK IAI
mempertimbangkan perubahan SAK ETAP menjadi SAK EP dirubahnya judul tersebut
karena di salah pahami bahwa semakin kecil entitas maka tidak ada tanggung jawab
kepada publik dan lebih mudah membedakan dengan entitas publicly listed sehingga
bentuk negasi yang lebih sesuai dari ‘entitas publik’ adalah ‘entitas privat’. SAK EP
ditujukan sama seperti SAK ETAP.

2. Isi SAK EP
• Bab 1 Entitas Privat
• Bab 2 Konsep dan Prinsip Pervasif
• Bab 3 Penyajian Laporan Keuangan
• Bab 4 Laporan Posisi Keuangan
• Bab 5 Laporan Penghasilan Komprehensif dan Laporan Laba Rugi
• Bab 6 Laporan Perubahan Ekuitas dan Laporan Laba Rugi dan Saldo Laba
• Bab 7 Laporan Arus Kas
• Bab 8 Catatan Atas Laporan Keuangan
• Bab 9 Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri
• Bab 10 Kebijakan Akuntansi, Estimasi dan Kesalahan

14
• Bab 11 Instrumen Keuangan Dasar
• Bab 12 Isu Terkait Instrumen Keuangan Lain
• Bab 13 Persediaan
• Bab 14 Investasi Pada Entitas Asosiasi
• Bab 15 Investasi Pada Ventura Bersama
• Bab 16 Properti Investasi
• Bab 17 Aset Tetap
• Bab 18 Aset Takberwujud selain Goodwill
• Bab 19 Kombinasi Bisnis dan Goodwill
• Bab 20 Sewa
• Bab 21 Provisi dan Kontinjensi
• Lampiran - Pedoman pengakuan dan pengukuran provisi
• Bab 22 Liabilitas Dan Ekuitas
• Lampiran – Contoh akuntansi penerbit untuk utang yang dapat dikonversikan
• Bab 23 Pendapatan
• Lampiran – Contoh pengakuan pendapatan berdasarkan prinsip dalam Bab 23
• Bab 24 Hibah Pemerintah
• Bab 25 Biaya Pinjaman
• Bab 26 Pembayaran Berbasis Saham
• Bab 27 Penurunan Nilai Aset
• Bab 28 Imbalan Kerja
• Bab 29 Pajak Penghasilan
• Bab 30 Penjabaran Valuta Asing
• Bab 31 Hiperinflsi
• Bab 32 Peristiwa Setelah Akhir Periode Pelaporan
• Bab 33 Pengungkapan Pihak Berelasi
• Bab 34 Aktivitas Khusus
• Bab 35 Ketentuan Transisi [Draf] SAK Entitas Privat
• Lampiran A Tanggal Efektif dan Ketentuan Transisi
• Lampiran B Daftar Istilah
• Lampiran C Penyesuaian Terhadap Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan SAK
Entitas Mikro Kecil dan Menengah (EMKM)
• Laporan Keuangan Ilustratif
• Tabel Persyaratan Penyajian dan Pengungkapan

15
• Perbedaan dengan IFRS for SMEs

 PERBEDAAN ANTARA SAK ENTITAS PRIVAT DENGAN SAK ETAP


1. Ruang lingkup
Dalam pengertiannya SAK ETAP dengan SAK EP memang sama, namun tanpa
kata ‘signifikan’ pada ‘akuntabilitas publik’ dalam menjelaskan definisi tersebut akan
berbeda. Hal itu telah dijelaskan bahwa entitas yang memiliki aset dalam kapasitas
fidusia tidak secara otomatis memiliki akuntabilitas publik.
2. Konsep dan Prinsip Pervasif
SAK Entitas Privat memperkenalkan dan menjelaskan secara detail mengenai:
a. konsep biaya atau usaha yang berlebihan (undue cost or effort) dibandingkan
dengan SAK ETAP yang hanya menjelaskan secara ringkas tentang
keseimbangan antara biaya dan manfaat;
b. aset kontinjensi dan liabilitas kontinjensi yang sebelumya tidak diatur
tersendiri dalam SAK ETAP;
c. total penghasilan komprehensif yang tidak diatur dalam SAK ETAP; dan
d. konsep pengukuran pada pengakuan awal untuk aset dan liabilitas entitas dan
pengukuran selanjutnya untuk aset keuangan dan liabilitas keuangan, aset
nonkeuangan, serta liabilitas selain liabilitas keuangan, yang hanya dibahas
secara ringkas dalam SAK ETAP.

3. Penyajian Laporan Keuangan

Dalam SAK Entitas Privat mencakup pengaturan berikut yang tidak diatur dalam
SAK ETAP:

a. penyusunan dan penyajian laporan keuangan merupakan tanggung jawab


manajemen;

b. identifikasi cakupan laporan keuangan apakah untuk entitas individual atau


kelompok entitas;

c. memperkenalkan laporan penghasilan komprehensif yang merupakan bagian


persyaratan dari laporan keuangan lengkap; dan

d. menjelaskan penyajian informasi yang tidak disyaratkan oleh SAK Entitas


Privat.

4. Laporan Keuangan Lengkap

16
Terdapat beberapa hal yang diatur dalam [draf] SAK Entitas Privat namun tidak
diatur dalam SAK ETAP antara lain dalam:

a. Laporan posisi keuangan


b. Laporan penghasilan komprehensif dan laporan laba rugi
c. Laporan perubahan ekuitas dan laporan laba rugi dan saldo laba
d. Laporan arus kas

5. Kebijakan Akuntansi, Estimasi dan Kesalahan

SAK Entitas Privat menambahkan beberapa kondisi yang termasuk sebagai


perubahan kebijakan akuntansi dan bagaimana penerapan perubahan tersebut.

6. Instrumen keuangan

7. Persediaan

8. Investasi pada Entitas Anak, Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama

9. Properti Investasi

10. Aset Tetap

11. Aset Takberwujud selain Goodwill

12. Sewa

13. Provisi dan Kontinjensi

14. Liabilitas dan Ekuitas

15. Menurunan Nilai Aset

16. Imbalan Kerja

17. Pajak Penghasilan

18. Penjabaran Valuta Asing

19. Peristiwa Setelah Akhir Periode Pelaporan

20. Pengungkapan Pihak Berelasi

21. Lain-lain:

17
Laporan keuangan konsolidasian dan laporan keuangan tersendiri, Instrumen
keuangan tentang lindung nilai, Kombinasi bisnis dan goodwilld, Hibah pemerintah,
Pembayaran berbasis saham, Hiperinflasi, Aktivitas khusus yang mencakup agrikultur,
eksplorasi dan evaluasi sumber daya mineral, dan perjanjian konsesi jasa.

 SAK Syariah
1. Sejarah SAK Syariah
1.1 Perkembangan transaksi Syariah
Mit Ghamr Local Saving Bank (Mesir 1963), kemudian direstrukturasi pemerintah tahun
1972 menjadi Nasser Social Bank. Timur tengah (1975), pendirian Islamic Development
Bank Lukseburg (1981), Denmark (1983). Masuk ke Asia, tahun 1982 berdiri bank syariah
pertama di malaysia. Tahun 1991, berdiri bank syariah pertama di indonesia yaitu bank
Muamalat. Pendiri bank syariah di indonesia berdasarkan UU No. 7 Tahun 1992 dan di
jabarkan PP No. 72 Tahun 1992.

1.2 Perkembangan landasan hukum perbankan syariah

Tahun 1998, baru ada 1 bank syariah dan 78 bank perkreditan rakyat syariah (BPRS).
Dikeluarkan UU No. 10 Tahun 1998 sebagai landasan hukum yang lebih kuat dan untuk
perbankan syariah.

Tahun 1999, dikeluarkan UU No. 23 Tahun 1999 tentang perbankan syariah.

Tahun 2008, dikeluarkan UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah. Perkembangan
perbankan syariah semakin meningkat tajam.

Tahun 2012, sesuai amanat UU No. 21 Tahun 2011, terjadi peralihan regulator dari BI ke
OJK sebagai lembaga independen yang juga melakukan fungsi pengaturan, pengawasan,
serta pemeriksaan terhadap industri keuangan, termasuk keuangan syariah.

1.3 Perkembangan landasan hukum akuntansi syariah


Periode sebelum 2002, yang terjadi adalah belum ada PSAK khusus syariah, walaupun
Bank Muamalat sebagai pelopor perbankan syariah di indonesia telah beroperasi. Masih
mengacu pada Accounting Auditing Standard for Islamic Financial Institution yang disusun
oleh Accounting and Auditing Organization for Islamic Financial Institution (AAOIFI)

tanggal 27 maret 1991 di bahrain.Periode 2002-2007, sudah ada PSAK 59 tentang


akuntansi perbaankan syariah.Periode 2007- sekarang, DSAK (Dewan Standar Akuntansi

18
Keuangan) dari IAI telah mengeluarkan PSAK syariah sebagai penggati PSAK No. 59.
Akuntansi syariah berkembang atas 2 alasan yaitu tuntutan atas pelaksanaan syariah dan
adanya kebutuhan akibat pesatnya perkembangan transaksi syariah.

2. Perbedaan akuntasi syariah dan akuntansi konvensional

Dasar Hukum, Hukum etika yang bersumber dari Alquran dan sunnah. Sedangkan
akuntansi konversional Hukum bisnis modern. Dasar Tindakan, Keberadaan hukum Allah-
keagamaan. Sedangkan akuntansi konversional Rasionalisme ekonomis-sekuler Tujuan,
Keuntungan yang wajar. Maksimalisasi keuntungan. Orientasi, Kemasyarakatan . Sedangkan
akuntansi konversional Individual atau kepada pemilik. Tahapan, Operasional Dibatasi dan
tunduk kepada ketentuan syariah. Sedangkan akuntansi konversional Tidak dibatasi, kecuali
pertimbang ekonomi.

2.1 Perbedaan Akuntansi Syariah dan Akuntansi Konversional (prinsip transaksi yang di
larang)

 RIBA Yaitu setiap penambahan yang diambil tanpa adanya suatu penyeimbang atau
pengganti atau transaksi riil. Contohnya: Bunga Bank
 MAISIR Yaitu memperoleh sesuatu atau mendapat keuntungan dengan sangat mudah.
Suatu bentuk permainan yang didalamnya dipersyaratkan, jika salah seorang pemain
menang, maka ia akan mengambil keuntungan dari pemain yang kalah dan sebaliknya
Contohnya: Perjudian
 GHARAR Yaitu ketidakpastian dalam transaksi yang diakibatkan dari tidak terpenuhinya
ketentuan syariah dalam transaksi tersebut. Ketidakpastian dapat terjadi dalam 5
hal yaitu: kuantitas, kualitas, harga, waktu penyerahan dan akad

3. Laporan Keuangan Syariah

Pada umumnya laporan keuangan perusahaan terdiri dari 5 jenis laporan keuangan pokok,yaitu

1. Laporan Posisi Keuangan / Neraca

2. Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lainnya

3. Laporan Perubahan Ekuitas

4. Laporan Arus Kas

19
5. Catatan Atas Laporan Keuangan.

Laporan keuangan syariah juga harus mencerminkan 3 komponen yaitu :

1. Laporan keuangan yang mencerminkan aspek bisnis

2. Laporan keuangan yang mencerminkan aspek sosial

3. Laporan keuangan yang mencerminkan kekhasan transaksi suatu


entitas syariah

Pada umumnya Laporan Posisi Keuangan terdiri dari 3 unsur utama yang membentuk
persamaan akuntansi ASET = LIABILITAS + EKUITAS, namun pada Laporan Posisi Keuangan
Bank Syariah sedikit berbeda dimana ada penambahan 1 unsur sehingga persamaan
akuntansi pada bank syariah menjadi ASET = LIABILITAS + DANA SYIRKAH
TEMPORER + EKUITAS. Dana Syirkah Temporer adalah dana yang dihimpun oleh bank
syariah dari nasabah baik berupa Giro,Tabungan, atau Deposito yang menggunakan akad
mudharabah.

3.1 Perbedaan laporan keuangan

Bank Konversional (PSAK 1) Bank Syariah (PSAK 101)


Neraca Neraca
Laporan laba rugi Laporan laba rugi
Laporan arus kas Laporan arus kas
Laporan perubahan ekuitas Laporan perubahan ekuitas
Catatan atas laporan keuangan Laporan perubahan dana investasi
terikat.
Laporan rekonsiliasi pendapatan dan
bagi hasil
Laporan sumber dan penggunaan
dana zakat
Laporan sumber dan penggunaan
dana kebajikan
Catatan atas laporan keuangan
3.2 Acuan penyusunan laporan keuangan

Bank Konversional (PSAK 1) Bank Syariah (PSAK 101)


Kerangka dasar penyusunan dan Kerangka dasar penyusunan dan
penyajian laporan keuangan (KDPPLK) penyajian laporan keuangn
syariah (KDPPLKS)
PSAK (No.1 – 58) PSAK Syariah (No.101-109)
PSAK 59 : Akuntansi perbankan

20
syariah
Pendoman Akuntansi Perbankan Pendoman Akuntansi Perbankan
Indonesia (PAPI) Syariah Indonesia (PAPSI)

Laporan perubahan dana investasi terikat

Memisahkan dana investasi terikat berdasarkan sumber dana dan memisahkan


investasi berdasarkan jenisnya.

Komponen laporan perubahan investasi terikat

Saldo awal dana investasi terikat => jumlah investasi pada setiap jenis
investasi dan nilai per unit
Dana yang diterima dan unit investasi yang diterbitkan
Penarikan atau pembelian kembali unit
Keuntungan atau kerugian dana investasi terikat
Bagian bagi hasil milik bank dari keuntyungan investasi terikat (bank sebagai
mudharib) atau imbalan
Beban administrasi dan beban tidak langsung lainnya yang dialokasikan bank
ke investasi terikat
Saldo akhir dana investasi terikat => jumalh unit investasi pada setiap jenis
investasi dan nilai per unit

Laporan sumber dan penggunaan dana ZIS

1. Unsur dasar ; sumber, penggunaan, dan saldo dana.


2. Sumber dari bank dan pihak lain.
3. Penggunaan : penyaluran kepada yang berhak sesuai prinsip syariah.

Laporan sumber dan penggunaan dana qardhul hasan

1. Unsur dasar : penggunaan, dan saldo dana


2. Sumber dana dari bank atau luar bank
3. Penggunaan : pemberian pinjaman baru dan pengembalian dana qardhul hasan
temporer yang di sediakan pihak lain.

Laporan keuangan syariah-asuransi syariah

Laporan keuangan bank syariah yang lengkap terdiri dari 8 Jenis :

1. Laporan Posisi Keuangan

21
2. Laporan Laba Rugi dan Penghasilan Komprehensif Lain
3. Laporan Perubahan Ekuitas
4. Laporan Arus Kas
5. Laporan Rekonsiliasi Pendapatan dan Bagi Hasil
6. Laporan Sumber dan Penyaluran Dana Zakat

7. Laporan Sumber dan Penggunaan Dana Kebajikan

8. Catatan Atas Laporan Keuangan

Laporan Keuangan Syariah – Lembaga Zakat

Jenis Lembaga Zakat terdiri dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) dan Lembaga Amil
Zakat (LAZ) baik ditingkat Nasional, Provinsi, dan Kota/Kabupaten. Laporan keuangan yang
lengkap terdiri dari :

1. Laporan Posisi Keuangan

2. Laporan Perubahan Dana

3. Laporan Perubahan Aset Kelolaan

4. Laporan Arus Kas

5. Catatan Atas Laporan Keuanga

Laporan Keungan Syariah – Entitas Wakaf

Entitas Wakaf adalah lembaga yang mendapat izin sebagai nadzir wakaf untuk mengelola aset
wakaf. DSAS IAI telah mengeluarkan PSAK 112 tentang Akuntansi Wakaf, dimana diatur untuk
entitas wakaf harus menyajikan laporan keuangan yang terdiri dari :

1. Laporan Posisi Keuangan

2. Laporan Aktivitas

3. Laporan Rincian Aset Wakaf

4. Laporan Arus Kas

5. Catatan Atas Laporan Keuangan

Jenis akad dalam syariah

22
 Definisi murabahah
 Akad jual beli suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan
pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba.
 Murabahah adalah suatu bentuk transaksi jual-beli dengan tujuan utama berbagi
laba/keuntungan penjualan antara pemodal dan wakilnya.
 Definisi salam

Bai’ al-salam adalah jual beli dalam bentuk pemesanan atas suatu barang dengan kriteria
tertentu yang harganya wajib dibayar tunai pada saat akad.

Akad jual beli barang pesanan diantara pembeli dengan penjual. Spesifikasi dan harga barang
pesanan harus sudah disepakati di awal akad, sedangkan pembayaran di muka secara penuh.

 Definisi istishna

Istishna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan
pembuatan barang tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara
pemesan dan penjual.

Istihna pararel adalah suatu bentuk akad istihna antara pemesan dengan penjual, kemudian
untuk memenuhi kewajibannya kepada pembeli, penjual memerlukan pihak lain sebagai
pembuat.

 Definisi mudharabah

Mudharabah adalah Bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak mana pemilik modal
mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola dengan perjanjian awal.

Mudharabah mutlaqah adalah kerjasama antara pemodal dan pengusaha yang mencakup luas
dan tidak di batasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan daerah bisnis. Mudharabah
muqayyadah adalah penyertaan modal denga syarat tertentu.

 Definisi musyarakah

Musyarakah adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk usaha tertentu. Dimana
masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan dibagi
berdasarkan kesepakatan.

Ada 2 jenis musyarakah yaitu:

23
1. Musyarakah permanen, adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana setiap mitra
ditentukan sesuai akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad.
2. Musyarakah menurun, adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana yang akan
dialihkan secara bertahap kepada pihak kedua sehingga bagian dana pihak pertama
akan menurun dan akhir masa kedua pihak akan menjadi pemilik penuh usaha tersebut.

 Definisi ijarah

Yaitu akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa
diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang.

Jenis ijarah

Berdasarkan PSAK Nomor 107, ijarah dibagi menjadi 4 jenis yaitu sebagai berikut:

1. Ijarah

Adalah kegiatan sewa menyewa objek ijarah tanpa adanya perpindahan dari hak
kepemilikan barang atau asset.

2. Ijarah Muntahiya Bit Tamlik

Adalah ijarah dengan janji atau wa’ad perpindahan kepemilikan barang yang diijarahkan
pada saat tertentu. Perpindahan kepemilikan bisa dilaksanakan apabila semua pembayaran
sewa terhadap objek ijarah yang dialihkan sudah diselesaikan dan objek ijarah sudah
diserahkan kembali kepada pemberi sewa. Selanjutnya, untuk perpindahan kepemilikan akan
dibuatkan akad yang baru, dan terpisah dari akad ijarah sebelumnya. Perpindahan kepemilikan
ini bisa dilakukan dengan melalui penjualan, hibah, atau penjualan secara bertahap (angsuran)
setiap penyewa melakukan pembayaran dari harga total sampai dengan dia mempunyai asset
atau barang tersebut secara penuh di akhir akad.

3. Jual-dan-Ijarah

Adalah transaksi untuk menjual objek ijarah kepada pihak lain, dan selanjutnya disewa
kembali objek yang sudah dijual tersebut.

24
4. Ijarah-lanjut

Adalah menyewakan lebih lanjut kepada pihak lain terhadap asset atau barang
yang sebelumnya disewa dari pemilik.

25
BAB III KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran

26
DAFTAR PUSTAKA

https://www.neliti.com/publications/4451/perkembangan-akuntansi-di-indonesia

http://journals.ums.ac.id/index.php/jpis/article/view/832/554

http://repository.wima.ac.id/416/2/Bab%201.pdf

www.iaiglobal.or.id

draft_ed_sak_emkm_kompilasi.pdf (iaiglobal.or.id)

SAK ETAP - SDM Indonesia

1 DE SAK ENTITAS PRIVAT.pdf (iaiglobal.or.id)

https://www.syariahbank.com/mengenal-akad-murabahah/

https://kumparan.com/berita-hari-ini/rukun-dan-syarat-akad-salam-atau-jual-beli-barang-
pesanan-dalam-islam-1vHtsLPX8Oh

https://www.syariahbukopin.co.id/id/produk-dan-jasa/pembiayaan/ib-istishna-pararel

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Mudharabah

https://izzanizza.wordpress.com/2012/04/05/pengertian-musyarakah-dari-buku-akuntansi-
perbankan-syariah-di-indonesia/

https://www.coursehero.com/file/p1v6cuf/2-Musyarakah-menurun-atau-musyarakah-
mutanaqisah-Musyarakah-menurun-adalah/

https://www.syariahbank.com/pengertian-akad-ijarah/

Anda mungkin juga menyukai